Anda di halaman 1dari 6

ESAI

AKUNTANSI DANA DESA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Akuntansi Pemerintahan

Dosen Pengampu :
Dosen Sofik Handoyo,SE.,MSBS,Ak

Disusun oleh:

Anjung Pratama Putri (120110160036)


Panca Permasih Ningrum (120110160028)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
AKUNTANSI DANA DESA

Akuntansi dana desa adalah suatu proses pencatatan transaksi mengenai dana-dana di desa,
dimana adanya bukti berupa nota-nota dan kemudian dicatat juga dilaporkan sehingga akan
menghasilkan sebuah informasi dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-
pihak yang membutuhkan dan pihak yang berhubungan dengan desa. Pihak yang menggunakan
informasi tersebut adalah masyarakat desa, perangkat desa, pemerintahan daerah, dan
pemerintahan pusat. Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 laporan keuangan yang wajib
dilaporkan oleh pemerintahan desa berupa anggaran, buku kas, buku pajak, buku bank, buku
inventaris desa, buku persediaan, buku modal, buku piutang, buku hutang, neraca dan laporan
realisasi anggaran. Pertanggung jawaban atas segala keuangan dana desa harus dibuat
menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan Desa, dimana orang yang membuat laporan
tersebut harus seseorang yang professional. Apabila laporan keuangan dana desa dibuat sesuai
dengan standarnya makan laporan tersebut akan dapat dipercaya oleh pengguna. Akuntansi dana
desa ini dibuat dengan tujuan untuk melaporkan sebuah realisasi anggaran dan posisi keuangan
pemerintah desa yang dimana nantinya laporan tersebut akan digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dan juga sebagai evaluasi atas kinerja dan sebagai pengambilan keputusan atau
kebijakan untuk dimasa yang akan mendatang.

Peraturan dana desa tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa diselenggarakan berdasarkan asas
akuntabilitas. Keuangan Desa merupakan semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa, dikelola dengan transparan dan bertanggung jawab. Pemerintah
melakukan pembinaan dan pengawasan dengan memberikan pelatihan mengenai standar dan
pedoman pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Dalam rangka pengelolaan keuangan
desa yang transparan dan bertanggung jawab, diperlukan pengaturan mengenai
pertanggungjawaban keuangan Desa sehingga bisa meminimalisir kecurangan yang terjadi dalam
pengelolaan keuangan.

Di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah desa yang sudah mendapatkan pelatihan atas
pengelolaan keuangan dana desa adalah sebanyak 6000 desa. Pelatihan akuntan desa tersebut
diselenggarakan secara langsung oleh pihak Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dimana pelatihan
akuntan dana desa ini sangat diperlukan agar membuat laporan dana desa menjadi lebih transparan
dan akuntabel. Apabila pelatihan tersebut sudah diterapkan oleh masing-masing akuntan desa dan
berhasil maka pelatihan dan penerapan akuntansi dana desa akan dapat diikuti oleh desa-desa
lainnya yang akan dijadikan sebagai contoh bagi desa lainnya. Dengan begitu maka kesejahteraan
didesa dapat dirasakan secara merata, tidak hanya dirasakan oleh masyarakat kalangan tengah dan
atas, tetapi masyarakat kalangan bawahpun akan dapat merasakannya.

Dalam penyelenggaraan akuntansi dana desa ini, sebaiknya tidak menggunakan kontraktor
dari luar, karena itu membuat kesejahteraan masyarakat di desa tersebut tidak teratasi. Contohnya
adalah dimana jika adanya proyek, masyarakat harus diberitahu dan diajak bekerjasama dalam
melakukan proyek tersebut, misal adanya proyek memperbaiki jalanan didesa, atau membuat
saluran air atau fasilitas bersama lainnya.

Dengan adanya penyelenggaraan atau diberlakukannya akuntansi dana desa tersebut maka
dapat membuat kesejahteraan masyarakat dapat teratasi dengan baik, dan tingkat kemiskinan pun
bisa menurun. Sehingga itu dapat membantu pemerintahan pusat dalam menanggulangi
kesejahteraan masyarakat di setiap desa.

Setelah kami banyak membaca issue mengenai Akuntansi Dana Desa ini, kami
menemukan bahawa ada beberapa masalah mengenai pengelolaan keuangan desa. Ada empat
celah terkait penggunaan dana desa ini, yaitu: regulasi dan kelembagaan, tata laksana, pengawasan,
serta kualitas dan integritas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengurus dana desa.

Pertama, keterbatasan regulasi. bahwa dengan menghadirkan regulasi khusus tentang desa
sampai saat ini tidak cukup membantu kepala desa dan perangkatnya.Ini terlihat dengan adanya
keterlambatan dan kesulitan pemerintah desa dalam penyusunan perencanaan kegiatan dan
keuangan desa. Perundang-undangan desa yang memerintahkan adanya turunan peraturan melalui
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Bupati kebanyak belum ditindaklanjuti. Peraturan lain yang
mesti disediakan oleh Bupati melalui Surat Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, misalnya
Peraturan Bupati tentang pengadaan barang dan jasa di desa, serta Pemerintah Bupati tentang
pengelolaan keuangan desa. Semua regulasi yang ada saat ini belum fokus karena yang diatur
adalah hal-hal bersifat umum padahal semua regulasi ini sangat penting untuk membantu kepala
desa dan perangkatnya.

Kedua, kurang kapasitas dan personalia (SDM). Mengelola keuangan desa tidak hanya
mengandalkan kuasa kepala desa dan perangkatnya tetapi butuh keterlibatan berbagai jasa lain
yang ada di desa apalagi saat ini desa telah mengelola dana bukan dengan angka yang kecil. Untuk
itu, desa perlu memiliki orang yang mahir agar membantu menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJMDes), Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes), Rencana
Anggaran Biaya (RAB) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sehingga tidak
terjadi kesalahan ataupun kecurangan dalam mnyusun dan merealisasikannya. Selama ini,
dokumen yang disusun secara asal-asalan. dimana tata kaidah dan teknis diabaikan sedangkan
yang diutamakan oleh pemerintah desa adalah formalitasnya. realisasi dari dokumen itu sendiri
terkadang tidak terjadi sehingga banyak terjadi kecurangan dalam pemanfaatan dana desa. Juga
masih banyak administrasi pelaporan dan pertanggungjawaban yang tidak dikerjakan, misalnya
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) maupun Laporan keterangan
pertanggungjawaban (LKPj).

Ketiga, pengawasan. Pengelolaan keuangan desa masih kurang dengan pengawasan dan
kurangnya pengetatan terhadap penggunaan anggaran juga perbandingan antara estimasi anggaran
dan realisasinya. dengan ini terlihat bahwa partisipasi publik terhadap pengelolaan keuangan desa
masih terbatas. Pengawasan lebih mengandalkan prosedur regular biasa sehingga hanya
melibatkan perangkat desa saja.

Keempat, Mengenai Korupsi Dana Desa. Masalah korupsi yang selama ini kerap
dipandang sebagai isu biasanya yang terjadi di Indonesia, kini sudah hingga di masyarakat tingkat
desa. Dengan anggaran yang tidak kecil, dana desa sangat rawan untuk dimanipulasi oleh elit lokal
atau pemerintah desa sendiri. karena pada dasarnya praktik korupsi yang terjadi berlindung di balik
konsep partisipasi.

Maka dari itu kami memberikan beberapa saran mengenai masalah-masalah yang sudah
kami tuliskan diatas yaitu harus adanya standarisasi mengenai regulasi yang tertulis lalu semua
regulasi yang belum mengatur secara jelas dibuat sedetail mungkin melalui berbagai peraturan
turunan, seperti peraturan bupati, dan lainnya. Sehingga di harapkan dengan adanya regulasi
khusus secara mendeail maka seluruh jenis pengelolaan keuangan desa pasti tepat sasaran.

Lalu untuk mengenai SDM bisa juga dilakukan reposisi personalia pengelola keuangan
desa. juga diadakan pemaparan mengenai dana desa untuk masyarakat sehingga masyarakat
sehingga bisa ikut menilai dan tahu mengenai dana yang desanya dapatkan juga kemana saja uang
itu dipakai, apakah sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) mereka atau tidak. sehingga
dengan masyarakat yang bisa menilai sendiri ada kemungkinan perangkat desa akan mulai
membuat dokumen secara serius dan meminimalisir adanya kecurangan ataupun pembuatan
dokumen yang asal-asalan. Juga diatur adanya pengelolaan dana. Sumber anggaran insentif bagi
para tim pengelola keuangan desa harus jelas. karena pada dasarnya pemerintahan desa tidak bisa
paham dan menjadi mampu dengan sendirinya. Tanpa ada intervensi positif dan pendampingan
maka besar kemungkinan bahwa desa tidak akan tahu. Oleh karena itu pemerintah daerah dan
pendamping profesional harus hadir agar membimbing pemerintah desa dimulai dari pembuatan
dokumen, mendesai anggaran, mengawasi pengelolaan dana sampai pembuatan laporan
pertanggungjawaban sehingga lama-kelamaan desa bisa menjadi lebih mandiri. Selain itu sejalan
dengan besarnya harapan publik terhadap pengelolaan keuangan desa. Pemerintah daerah juga
seharusnya sudah mulai melibatkan partisipasi masyarakat dalam seluruh pengelolaan keuangan
desa

Mengenai masalah korupsi mungkin menjadi isu yang banyak terjadi di berbagai bidang,
banyak hal dilakukan dan sulit untuk mengantisipasinya karena diperlukan kesadaran dari pribadi
dan sanksi yang tegas bagi yang melakukan korupsi. Sehingga solusi pencegahan korupsi
mengenai dana desa cukup sulit, tetapi menurut kami salah satu hal yang perlu dilakukan untuk
meminimalisir korupsi dana dasa yaitu dengan memperbaiki standardisasi laporan keuangan
penggunaan dana desa. Standar dan sistem pelaporan dana desa sangat penting apalagi dana yang
total nilainya hingga puluhan triliun rupiah itu disebut akan diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) karena melalui perbaikan sistem akuntansi ini diharapkan akan ada sistem
akuntansi milik negara dimana sistem agar diwajibkan penggunaannya di desa dalam hal pelaporan
realisasi penggunaan dana desa. Sehingga pembuatan sistem dibuat oleh negara bukan oleh swasta
yang membuat pemerintah desa tidak perlu menyewa jasa akuntansi. Dengan standar dan sistem
akuntansi dana desa itu, diharapkan dapat meminimalisasi potensi korupsi dalam penggunaan dana
desa karena akan terlihat perbandingan realisasi dan anggaran dari dana yang diberikan ke tiap
desa juga tidak ada manipulasi pembayaran pihak eksternal. Lalu sistem akuntansi yang dibuat
harus sederhana agar tidak menyulitkan bagi aparatur desa. Jadi nantinya sistem ini dapat
menyimpan dan memotret jumlah dana yang diperoleh dan realisasi penggunaannya yang akhirnya
akan menjadi arsip untuk perbandingan di kehidupan nyata.

Selain itu dalam perangkat desa yang mengelola keuangan harus dipastikan untuk merotasi
jabatannya dalam satu kali periode agar terhindar dari kecurangan yang ditimbulkan hasil
kerjasama ataupun pribadi yang memanfaatkan jabatan untuk memanipulasi dana. Oleh karena itu
pentingnya untuk memperberdayakan masyarakat dengan begitu masyarakat juga bisa turut
mengawasi penggunaannya karena laporan keuangan juga harus disampaikan ke masyarakat
sekitar.

Anda mungkin juga menyukai