Anda di halaman 1dari 3

Nama : - Fidia Putri Aliyazahra (120110160006)

- Aufa Murtafi Rifqi (120110160023)


- Olivia Miranda Evelin (120110160043)
Dosen : Sofik Handoyo, S.E., Ak., MSBS
Mata Kuliah : Akuntansi Pemerintahan

Manajemen Aset yang Baik, Akan Menghasilkan Opini Audit yang Baik

Manajemen aset dapat dikatakan sebagai proses pengelolaan secara sistematis terhadap aset
dimulai dari pengadaan, pendistribusian, pengoperasian, pemeliharaan, inventarisasi, akuntansi
asset, sistem informasi manajemen, dan akuntansi barang milik daerah, penyusunan laporan
keuangan, sampai pada proses penghapusan aset secara efektif dan efisien. Pemerintah daerah
tentu memiliki aset-aset penting yang tentunya harus dikelola dengan baik, contohnya yaitu
bangunan, kendaraan, properti investasi, dan lainnya.
Jika pemerintah daerah (Pemda) melakukan pengelolaan aset dengan baik, maka segala
informasi yang dihasilkan dari laporan aset tersebut akan menghasilkan informasi yang baik dan
akurat. Tentunya jika informasi tersebut memiliki kriteria yang andal maka pemerintah daerah
akan terhindar dari opini audit yang buruk. Dapat kita lihat pada kenyataan bahwa masih banyak
pemerintah daerah yang belum mendapatkan opini audit sempurna yaitu Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), maka seharusnya ini menjadi perhatian bersama di mana evaluasi harus
benar-benar ditingkatkan dari segala aspek. Mengingat opini WTP akan diberikan jika laporan
keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material.
Menurut BPKP, pada laporan perkembangan opini laporan keuangan Pemda 2010 – 2015,
salah satu faktor yang menjadi penyebab laporan keuangan Pemda belum sepenuhnya diyakini
kewajarannya adalah belum tertatanya barang milik negara dengan tertib. Hal tersebut bisa kita
simpulkan bahwa terdapat persoalan manajemen aset di banyak Pemda yang kemudian
mendapatkan opini tidak sempurna. Namun yang disayangkan adalah, evaluasi atau tindak lanjut
atas opini tersebut kurang menjadi perhatian yang serius bagi pemerintah daerah.
Beberapa contoh kasus barang milik negara yang kurang diperhatikan adalah pengadaan aset
buku pelajaran yang dikeluarkan melalui APBD hingga milyaran rupiah. Tetapi, setelah buku-
buku didistribusikan ke sekolah-sekolah ternyata terdapat perbedaan kebijakan karena pergantian
menteri, yang terjadi buku-buku tersebut tidak terlaporkan dengan baik, bahkan banyak buku yang
sudah rusak dan hilang. Bisa kita lihat bahwa pengelolaan aset tersebut masih kurang diperhatikan
oleh Pemda. Padahal opini WTP atas LKPD dari BPK seharusnya menjadi suatu hal yang sulit
dicapai mengingat biasanya arus kas tidak dikontrol dengan baik, sistem pengendalian intern
pemerintah atas laporan keuangan masih lemah, ditambah lagi dengan pengelolaan aset daerah
yang tanpa dilengkapi pelaporan dokumen yang semestinya.
Sejauh ini kasus buku pelajaran tersebut ternyata masih banyak menumpuk di dinas
pendidikan. Hal tersebut memberi gambaran bahwa sebenarnya aset tersebut ada namun tidak ada
kejelasan mengenai apakah aset tersebut dihapuskan atau tetap menjadi aset Pemda. Sehingga
inilah yang menjadi temuan BPKP dan pertimbangan yang cukup signifikan atas pemberian opini
audit di lingkup Pemda. Permasalahan pengelolaan aset memang tidak bisa diselesaikan dengan
waktu yang singkat, mengingat permasalahan teknis pengelolaan aset yang kompleks dan
melibatkan banyak pihak. Contohnya bangunan sekolah yang seharusnya harus memiliki sertifikat
milik negara dan legalisasi dari BPN. Namun pada kenyataannya masih banyak sekolah yang
belum bersertifikat BPN. Namun sejauh ini belum ada program untuk menggratiskan pengurusan
sertifikat tersebut.
Sejak ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010 – 2025, yang ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, pemerintah sudah diberikan wewenang penuh untuk
mengelola setiap aset yang dimiliki, karena aset merupakan salah satu peran penting dalam
menjalani fungsi pemerintah daerah. Namun pada kenyataannya, aset tersebut tidak dikelola
dengan baik, banyak aset yang terlantar hingga hilang, bahkan muncul spekulasi bahwa telah
terjadi KKN dalam pengelolaan aset Pemda karena ketidaktahuan tata cara pengelolaan aset yang
benar, padahal dengan pengelolaan aset yang baik, hal itu akan mendukung penyusunan laporan
keuangan yang baik pula dan dapat menghasilkan opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Disarankan, karena banyaknya aset yang sudah tidak dikelola dengan baik seperti
pengadaan buku pelajaran menjadi aset yang tidak terkontrol, maka dari itu sebaiknya aset tersebut
dijadikan inventaris untuk kebutuhan sekolah pedalaman yang sering terlupakan oleh pemerintah
daerah setempatnya. Atau bisa juga dihibahkan kepada sekolah yang memang bukan dari
pemerintah yang biasanya sukarelawan membuat sekolah tersebut untuk kepentingan kalangan
yang tidak mampu bersekolah dan mempunyai keinginan untuk membangun sekolah kecil atau
kelas kelompok kecil di pelosok-pelosok daerah yang jauh dari kota dan yang beropini kebutuhan
akan bersekolah itu tidak begitu penting. Agar tidak menjadi aset yang sia-sia atau menjadi barang
yang tidak berguna dikemudian hari. Dan anggaran yang sudah dikeluarkan oleh Pemda, agar di
optimalisasi penggunaan atau pemanfaatan aset yang dimiliki sehingga tidak ada yang mangkrak
atau menjadi lahan tidur dan membuat identifikasi terhadap aset-aset yang sudah di anggarkan agar
menghasilkan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Anda mungkin juga menyukai