Anda di halaman 1dari 118

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Transparansi


dan Akuntabilitas Pengelolahan Dana Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan
Kerinci Kabupaten Pelalawan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan transparansi
dan akuntabilitas pemerintah desa dalam pengelolahan dana desa di Desa Mekar
Jaya belum mampu menerapkan transparansi dan akuntabilitas pada pengelolahan
dana desa.
Kata Kunci : Transparansi, Akuntabilitas.
ABSTRACT

The purpose of this study was determine how the implementation of Transparency
and Accountability of Village Fund Management in Mekar Jaya Village,
Pangkalan Kerinci District, Pelalawan Regency. This study uses a qualitative
method. Data collection techniques were carried out using interviews and
documentation. The results of this study indicate that the implementation of
transparency and accountability of the village government in managing village
funds in Mekar Jaya Village has not been able to implement ncy and
accountability in the management of village funds.
Keywords : Transparency, Accountability
i
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang

dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.Pelimpahan wewenang tersebut

berarti pemberian kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengelola

dan memanfaatkan sumber daya daerah secara optimal. Meskipun titik berat

otonomi diletakkan pada tingkat kabupaten/kota, namun secara esensi sebenarnya

kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan di tingkat paling

bawah, yaitu desa. (Ispriyarso, 2019:149).

Pembangunan desa merupakan salah satu urusan yang menjadi

kewenangan desa. Sebagai implikasi dari penyelenggaraan pembangunan tersebut,

tentu saja akan membutuhkan pembiayaan atau sumber-sumber penerimaan

desa.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yakni

mengakui dan menghormati kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan lokal

berskala desa. 

Konsekuensi adanya ketentuan pelaksanaan otonomi desa, tersedianya

dana yang cukup. Oleh karena itu, muncul adanya Peraturan Pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang Desa, bahwa dana perimbangan keuangan pusat dan

daerah yang diterima oleh kabupaten/kota yang dalam pembagiannya untuk tiap

desa dibagikan secara proporsional yang disebut sebagai alokasidana desa

(ADD).Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan disalurkannya dana


2

desa adalah sebagai bentuk komitmen negara dalam melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis.

Sebagai langkah awal pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu

pembentukan alokasi dana desa yakni Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015

tentang Perubahan atas PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6

tahun 2014 mengenai desa dan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua atas PP 60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari

APBN. (Buku Pintar Dana Desa, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

2017)sebagai perwujudan desentralisasi keuangan menuju desa yang mandiri,

Serta mampu menjalankan pemerintahanya sendiri. Pengertian Dana Desa itu

sendiri adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk

desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

yang diterima oleh kabupaten/kota (Nasihatun dan Lina,2015:18).

Pada dasarnya, setiap desa mendapatkan Dana Desa sesuai dengan porsi

masing-masing. Penyaluran Dana Desa ini, disalurkan dengan perhitungan dimana

90% berdasarkan pemerataan (alokasi dasar) dan sebesar 10% (alokasi formula)

berdasarkan variabel jumlah penduduk desa sebesar 25%, angka kemiskinan desa

35%, luas wilayah desa 10%, dan tingkat kesulitan geografis desa sebesar 30%.

(Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor49/PMK.07/2016).

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang

Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan: alokasi dasar dan alokasi


3

yang dihitung memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah,

dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota.

Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2019 mengacu Peraturan Menteri

Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendes)Nomor 16

Tahun 2018, yang mengutamakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa yang berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan

pembangunan desa, meliputi; Pertama, kegiatan yang mempermudah masyarakat

desa memperoleh pelayanan kesehatan antara lain penanganan anak kerdil

(stunting) dan pelayanan gizi anak-anak. Kedua, kegiatan pengembangan

kapasitas masyarakat desa mulai dari anak-anak, remaja, pemuda dan orang

dewasa antara lain kegiatan pelatihan tenaga kerja yang mendukung

pengembangan ekonomi produktif. Ketiga, kegiatan pengembangan usaha

ekonomi produktif yang paling potensial untuk meningkatan pendapatan asli desa,

membuka lapangan kerja bagi warga desa dan meningkatkan penghasilan

ekonomi bagi masyarakat desa utamanya keluarga-keluarga miskin.Keempat,

kegiatan pembangunan desa yang dikelola melalui pola padat karya tunai agar

berdampak nyata pada upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan di desa.

Kelima, kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan penanganan bencana alam

yang berdampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat desa, seperti: ancaman

perubahan iklim, banjir, kebakaran hutan dan lahan, serta tanah longsor.

Berdasarkan prinsip pengelolaan Dana Desabagian yang tak terpisahkan

dari pengelolaan keuangan desa dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah,

seluruh kegiatan yang dibiayai Dana Desadirencanakan, dilaksanakan dan


4

dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat desa,

semua kegiatan harus dipertanggung jawabkan secara admistratif, secara, teknis,

dan secara hukum. Dana Desa dipergunakan secara terarah, ekonomis, efesien,

efektif, berkeadilan, dan terkendali.

alokasi dana desaharus dilaksanakan dengan prinsip

keterbukaan/transparan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada publik.

(Safitri dan Fathah, 2017:95). Masyarakat di era demokrasi ini selalu menuntut

adanya pemerintahan yang bersih, bertanggungjawab, dan transparan terhadap

akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah yang semakin tinggi.Meskipun

tuntutan atas transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan

semakin tinggi, namun masih ada organisasi pemerintahan yang belum mampu

mewujudkan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah dengan baik,

terlebih lagi dalam pengelolaan Dana Desa.

Dalam pengelolaan danadesa masih lemah baik dari segi pikiran, tenaga,

keahlian dan waktu. Hal itu disebabkan oleh keputusan yang tidak bijaksana,

komunikasi yang tidakinteraktif, kurangnya kesadaran masyarakat, dan

pendidikan yang rendah.Penelitan Mamelo, Rainal, Kalangi dan Lambey

(2016)dengan judul Analisis Pelaksanaan Dan Penatausahaan Dana Desa Pada

Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota

Kotamobagu.Hasil dari penelitan tersebut menunjukan bahwa analisis

pelaksanaan dan penatausahaan danadesa di desa-desa dalam wilayah Kecamatan

Kotamobagu Timur pelaksanaan dana desa dilakukan berdasarkan regulasi.

Namun belum semua pekerjaan dilakukan dengan tertib


5

administrasi.Pelaksanaannya belum sepenuhnya mendukung asas-asas

pengelolaan keuangan desa. Selain itupemerintah desa belum memiliki SOP

(Standard Operating Procedure) terkait pelaksanaandanadesa. Ini dibutuhkan

guna mendukung implementasi program danadesa.

Penelitian Raharjo(2013) yang meneliti tentang Implementasi Kebijakan

Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Di Desa Jembul Dan Desa Sumengko Kecamatan

Jatirejo Kabupaten Mojokerto.Penelitian ini menyimpulkan bahwa Implementasi

kebijakan Dana Desa dalam kegiatan belanja aparatur dan operasional

pemerintahan desa di Desa Jembul dan Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo belum

dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Faktor usia dan Faktor

SDM (Sumber Daya Manusia) mempengaruhi kinerja dari aparatur Pemerintah

Desa Sedangkan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Jembul belum

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karenadanadesa yang

terlalu kecil. Kepala desa memprioritaskan penggunaan danadesa pada kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang lebih urgent dan memiliki dampak positif yang

tampak pada masyarakat.

Penelitian yang di lakukan oleh Sitorus (2016) dengan judul Implementasi

Pengelolaan Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan

Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat.Hasil dari penelitan tersebut

menunjukan bahwa mendeskripsikan dan menganalisis Implementasi Pengelolaan

Dana Desa (ADD) Di Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung

Kabupaten Kutai Barat. Serta untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor

yang mempengaruhi Implementasi Pengelolaan alokasi dana desadi Kampung


6

Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan alokasi dana desa di

kampung Linggang Mapan belum berjalan secara optimal. Hal ini dapat terlihat

dari kurangnya pemahaman tim pengelolaan alokasi dana desa dalam perencanaan

pelaksanaan kegiatan pengelolaan alokasi dana desa, karena dalam proses

perencanaan hanya dilakukan oleh Tim pengelola ADK tanpa melibatkan seluruh

masyarakat kampung ikut berpartisipasi.

Penelitian ini dilakukan pada Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan

Kerinci Kabupaten Pelalawan.Berdasarkan laporan realisasi penggunaan Dana

Desa pada Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan

dari tahun 2019-2021, Dana Desa diperuntukan pada bidang penyelenggaran

pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, pemberdayaan

masyarakat desa dan bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak.

Berikut ini Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa dari tahun 2019-2021:

Tabel 1.1
Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa dari tahun 2019-2021
Uraian Tahun
2019 2020 2021
PENDAPATAN
Dana Desa 857.180.000 882.748.000 695.938.400
BELANJA
BIDANG PENYELENGGARAN - 50.367.200 33.446.000
PEMERINTAHAN DESA
Penyusunan, Pendataan, dan - - 33.446.000
Pemutakhiran Profil Desa
BIDANG PELAKSANAAN 747.245.000 50.367.200 441.818.300
PEMBANGUNAN DESA
Penyelenggaran - 21.600.000
PAUD/TK/TPA/TKA/TPQ/Madrasah
NonFormal Milik
Pengelolaan Perpustakaan Milik Desa - 9.600.000
(Pengadaan Buku, Honor, Tamu
7

Uraian Tahun
2019 2020 2021
Penyelenggaraan Pos Kesehatan 2.000.000 3.505.000 17.125.000
Desa/Polindes Milik Desa (obat,
Insektisida)
Penyelenggaraan Posyandu (Mkn - 12.000.000 15.000.000
Tambahan, Kls Bumil, Lamsia, Insen
Penyelenggaraan Desa Siaga Kesehatan - 56.756.300
Pembangunan/Rehabilitasi/ 27.381.000 - -
Peningkatan/Pengadaan Sarana/Prasaran
Pembangunan/Rehabilitasi/ 426.488.000 - 84.357.000
Peningkatan/Pengerasan Jalan
Lingkungan
Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan 291.376.000 34.862.200 217.380.000
Prasarana Jalan Desa (Gorong2)
Pembuatan dan Pengelolaan - - 20.000.000
Jaringan/Instalasi Komunikasi dan
Informasi
Pemberdayaan Masyarakat Desa : 107.435.000 85.381.500 73.300.000
- Penyertaan Modal BUMDes 70.000.000 50.000.000 50.000.000
- Pelatihan/Bimtek/Pengenalan 21.890.000 - -
Tekonologi Tepat Guna untuk
Pertanian
- Peningkatan Kapatitas Perangkat 15.545.000 35.381.500 15.485.000
Desa
- Peningkatan Kapasitas BPD - 7.815.000
BIDANG PENANGGULANGAN - 644.500.000 154.800.000
BENCANA, DARURAT DAN
MENDESAK
- Kegiatan Penanggulanan Bencana - 112.000.000 -
- Penanganan Keadaan Mendesak - 532.500.000 154.800.000

PENGELUARAN 854.680.000 780.248.700 703.364.300

SILPA TAHUN SEBELUMNYA - 2.500.000 104.999.300


Silpa Dana Desa - 2.500.000 104.999.300
JUMLAH - 885.248.000 800.937.700

SISA 2.500.000 104.999.300 97.573.400


Sumber : Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan

Berdasarkan laporan realisasi penggunaan Dana Desapada Desa Mekar

Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan dari tahun 2019-2021

dapat dilihat secara garis besarDana Desa diperuntukan pada bidang

penyelenggaran pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa,


8

pemberdayaan masyarakat desa dan bidang penanggulangan bencana, darurat dan

mendesak dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2019, Dana Desa sebesar Rp857.180.000 dan dana tersebut

digunakan untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar Rp747.245.000

atau 87,17 % dari Dana Desa dan pemberdayaan masyarakat desa sebesar Rp

107.435.000 atau 12,53 % dari Dana Desa.

Tahun 2020, Dana Desa sebesar Rp882.748.000 dan dana tersebut

digunakan untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar Rp50.367.200

atau 5,71 % dari Dana Desa, pemberdayaan masyarakat desa sebesar

Rp85.381.500 atau 9,67 % dari Dana Desadan bidang penanggulangan bencana,

darurat dan mendesak sebesar Rp644.500.000 atau 73,01 % dari Dana Desa. Total

penyerapan Dana Desa tahun 2020 sebesar 88,39 %.

Tahun 2021, Dana Desa sebesar Rp695.938.400 dan dana tersebut

digunakan untuk bidang penyelenggaran pemerintahan desa sebesar

Rp33.446.000 atau 4,81 % dari Dana Desa, bidang pelaksanaan pembangunan

desa sebesar Rp441.818.300 atau 63,49 % dari Dana Desa, pemberdayaan

masyarakat desa sebesar Rp73.300.000 atau 10,53 % dari Dana Desa dan bidang

penanggulangan bencana, darurat dan mendesak sebesar Rp154.800.000 atau

22,24 % dari Dana Desa. Total penyerapan Dana Desa tahun 2020 sebesar 101,07

%.

Dana Desa dibagi atas 4 (empat) kegiatan atau bidang yakni bidang

penyelenggaran pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa,

pemberdayaan masyarakat desa serta bidang penanggulangan bencana, darurat


9

dan mendesak. Tahun 2019 hanya 2 bidang yang diDana Desa yakni

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat, tahun 2020 hanya 3 bidang

yang diDana Desa yakni pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat serta

bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak. Terakhir tahun 2021,

Dana Desa dilakukan pada 4 kegiatan atau bidang yakni bidang penyelenggaran

pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, pemberdayaan

masyarakat desa serta bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak.

Dana Desa dari tahun 2019-2020 rata-rata terbesar dialokasikan pada

bidang pelaksanaan pembangunan desa yakni tahun 2019 dialokasikan 87,17 %

dari Dana Desa, tahun 2020 sebesar 5,71 % dan tahun 2021 dialokasikan sebesar

63,49 %. Tahun 2020 Dana Desa sebesar Rp882.748.000 dan Dana Desa terbesar

diperuntukkan pada bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak

dengan total Rp644.500.000 atau sebesar 73,01 %. Seharusnya dilakukan

perincian lebih jelas penggunaan biaya ini.

Berdasarkan data diatas terdapat Sisa Lebih Anggaran (Silpa) untuk tahun

2020 sebesar Rp2.500.000 dan tahun 2021 sebesar Rp104.999.300. Berdasarkan

informasi Bagian Umum pada Pemerintah Desa Mekar Jaya Kecamatan

Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, salah satu penyebab adanya silpa ini

karena kurangnya keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan yang dilaksanana selam

3 bulan sekali.

Dalam Rangka pemantapan pemahaman kepada aparatur desa/camat/lurah,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pemerintahan Dalam Negeri (Pusdiklat

Pemendagri) melaksanakan pelatihan/bimtek/diklat tentang pengelolaan keuangan


10

desa dari perencanaan sampai pelaporan.Kegiatan ini diselenggarakan secara

swadana yang dibebankan ke masing-masing peserta/Organisasi Perangkat Daerah

dengan biaya sebesar Rp4.500.000,- /peserta. Jadwal pelatihan ini dapat dilihat

pada website Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pemerintahan Dalam Negeri

(Pusdiklat Pemendagri) yakni https://pusdiklatpemendagri.com.Dapat dilihat pada

rata-rata Dana Desapada Desa Mekar Jaya dari tahun 2019 s/d 2021 sebagai

berikut :

Tabel 1.2
Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Rata-rata Penggunaan Dana Desa dari tahun 2019-2021
Uraian Penerimaan Jumlah Rata-Rata
2019 2020 2021 Alokasi
PENDAPATAN
DANA DESA 857.180.000 882.748.000 695.938.400 2.435.866.400
BELANJA
Bidang Penyelenggaran - 50.367.200 33.446.000 33.446.000 1,37 %
Pemerintahan Desa
Bidang Pelaksanaan 747.245.000 50.367.200 441.818.300 1.239.430.500 50,88 %
Pembangunan Desa
Pemberdayaan 107.435.000 85.381.500 73.300.000 266.116.500 10,92 %
Masyarakat Desa
Bidang Penanggulangan - 644.500.000 154.800.000 799.300.000 32,81%
Bencana, Darurat Dan
Mendesak
PENGELUARAN 854.680.000 780.248.700 703.364.300
Sumber : Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan

Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengelolaan alokasi desa pada Desa

Mekar Jaya dari tahun 2019-2021, belum dilakukan secara proporsional,hal ini

mengacu pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi (Permendes) Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 4 ayat 1 mengenai

Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan

kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.


11

Permasalahan Dana Desa adalah pada tahun anggaran 2020 jumlah Dana

Desa yang diterima sebesar Rp882.748.000 dengan total pengeluaran

Rp780.248.700dan sisanyasebesar Rp104.999.300. Nilai ini tidak sesuai dalam

Ekuitas SAL di Laporan Kekayaan Milik Desa tahun 2020. Karena nilai Ekuitas

SAL ysng ditampilkan Rp214.644.539.

Saldo Dana Desa dilaporkan sebagai ekuitas , dan sisanya dihitung dari

total Dana Desa dikurangi total pengeluaran , sehingga memperoleh ekuitas

saldo ,tercantum dalam laporan harta milik desa . besaran Dana Desa yang

diterima pada tahun 2021 sebesar Rp695.938.400 dengan jumlah pengeluaran

Rp703.364.300 dan sisanya Rp97.573.400. Nilai ini tidak sesuai dengan Ekuitas

SAL dalam Laporan Kekayaan pedesaaan 2021. Karena nilai Ekuitas SAL

disajikan dalam Rp200.974.671.

Saat disajikan dalam Laporan Kekayaan Milik Desa 2020 terdapat

kesalahan penyajian karena nilai Ekuitas saldo (Ekuitas SAL) adalah

Rp214.644.539 dan ekuitas sampai dengan tahun 2020 Rp12.172.50 nilai ekuitas

ini seharusnya menjadi nilai ekuitas pada tahun 2020 Rp95.150.000.

Demikian pula Laporan harta Kekayaan Desa 2021 memiliki kesalahan

penyajian karena nilai Ekuitas saldo (Ekuitas SAL) yang diberikan sebesar

Rp200.974.671 dan ekuitas sampai dengan tahun 2021 Rp426.247.000. nilai

ekuitas pada tahun 2021 harus menjadi saldo ekuitas ditambah total ekuitas pada

tahun tersebut .

Perlu disadari bersama bahwa pembangunan infrastruktur yang dibangun

dapat menunjang peningkatan ekomoni masyarakat desa, misalnya pembangunan


12

jalan akses pertanian dan sektor produktif lainnya seperti pariwisata desa dan yang

paling utama adalah pembangunan untuk peningkatan layanan dasar di desa

seperti puskesmas dan sarana pendidikan yang merupakan kewenangan lokal

skala desa. Namun faktanya, masih ditemukan pembangunan infrastruktur desa

yang tidak produktif seperti pagar kantor, gapura atau gerbang desa, dan lain-

lain.Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi (Permendes) Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 4 ayat 3, prioritas

penggunaan Dana Desa, diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya

bagi masyarakat Desa berupa peningkatan kualitas hidup, peningkatan

kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan serta peningkatan pelayanan

publik di tingkat Desa.

Salah satu prioritas penggunaan Dana Desa tahun 2020 sesuai Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

2020 adalah untuk pelestarian lingkungan hidup dan penanganan bencana skala

desa yakni Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak, kondisi

desa di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau sebagian besar berada dikawasan dan

sekitar hutan.

Untuk Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak tahun

2020 pengeluarannya sebesar Rp644.500.000 yang direncanakan untuk kegiatan

kampung tangguh bencana. Hal ini merujuk data kebakaran hutan lahan tahun ini,

titik api/hotspot cukup signifikan terdapat di daerah Pelalawan, paling tidak desa

sebagai penerima dampak langsung dari karhutla dapat melakukan upaya


13

pencegahan secara cepat jika terjadi kebakaran hutan dan lahan di kawasan desa

setempat, misalnya melakukan pemberdayaan masyarakat desa sebagai petani atau

pekebun tidak melakukan pembakaran lahan, dan secara rutin melakukan

sosialisasi dan patroli di area rawan kebakaran.

Pelaporan Dana Desa dilakukan setiap bulan (Laporan Berkala) dan setiap

akhir tahun dan dilaksanakan secara struktural dari Kepala Desa kepada Camat,

kemudian oleh Camat diteruskan Kepada Bupati.Namun dalam pelaksanaannya,

pertanggungjawaban Dana Desa pada Desa Mekar Jaya dilakukan hanya 2 kali

dalam setahun yakni pada saat untuk pencairan Dana Desa, selanjutnya saat

pertanggungjawaban hanya dilakukan pada akhir tahun.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ‘TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS

PENGELOLAAN DANA DESA MEKAR JAYA KABUPATEN

PELALAWAN KECAMATAN PANGKALAN KERINCI”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, adapun rumusan masalah

penelitian ini yaitu bagaimana akuntabilitas dan transparansi pengelolaan Dana

Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

sejauh mana kesesuaianakuntabilitas dan transparansi pengelolaan Dana


14

DesaMekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan

regulasi yang berlaku yaitu Undang-Undang No.6 tahun 2014, Pemendagri No.

113 Tahun 2014 dan Perbud No.7 Tahun 2017.

Dapat diketahui pengelolaan alokasi desa pada Desa Mekar Jaya dari tahun

2019-2021 belum dilakukan secara proporsional.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

yang membacanya, di antaranya:

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Akuntabilitas dan

Transparansi Pengelolaan Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci.

b. Sebagai bahan informasi bagi organisasi atau pemerintahan desa yang

bersangkutan dalam kaitannya dengan Akuntabilitas dan Transparansi

Pengelolaan Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan

Pangkalan Kerinci.

c. Sebagai bahan pembanding dan sumber referansi dan informasi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran secara umum

mengenai bagian-bagian yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis

membagi sistematika penulisan berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
15

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat literatur terkait

dengan topik penelitian dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang lokasi dan teknik pengambilan sampel; data

dan metode pengumpulan data serta metode analisis data.


16

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1 Good Corporate Governance

Good Corporate Governance atau pemerintah merupakan istilah yang digunakan

pada organisasi atau lembaga yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintah pada

suatu negara.Konsep good corporategovernance ini dapat dikatakan sebagai

konsep lama dalam penyelenggaraan pemerintahan karena hanya menekankan

pada pemerintah (lembaga/institusi pemerintah) sebagaipengatur dan pelaksana

tunggal penyelenggaraan pemerintah.Oleh karena itu munculah good

corporategovernance dalam aspek maupun kajian pemerintahan.

Menurut Mardiasmo (2018:23) yang dikutip oleh World Bank

mengungkapkan bahwa good corporate governanceadalah suatu pelaksanaan

manajemen dalam suatu pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang

sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.Penghindaran salah

dalam alokasi dan investasi, serta pencegahan korupsi secara politik dan

administratif.Menjalankan disiplin anggaran untuk menciptakan legal and

political framework bagi tumbuhnya suatu aktivitas-aktivitas dalam dunia usaha.

Ulum dan Ihyaul (2014:34) mengungkapkan bahwa Good corporate

governance meliputi seluruh aspek kehidupan berupa hukum, politik, ekonomi

dan sosial. Good corporate governance juga sangat berhubungan erat dengan

penyelenggaraan kekuasaan negara, baik eksekutif, legislatif dan yudikatif.


17

Untuk menghasilkan pemerintahan yang baik dan bersih maka perlu

diterapkan konsep good corporategovernance(tata kelola pemerintahan yang

baik) secaranyata.

Dari pernyataan di atas jelaslah bahwa good corporate

governancedidefinisikan sebagai proses serta struktur yang membimbing politik

dan hubungan sosial ekonomi dan mengacu pada beberapa karakteristik atau

indikator seperti: partisipasi, supremasi hukum, transparansi, responsif dan

akuntabilitas. Perspektif warga negara dari good corporate governanceadalah

perbaikan struktur pelayanan publik dan administrasi.

Kunci utama memahami good corporate governance adalah pemahaman

atas prinsip-prinsip didalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan

tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik buruknya pemerintahan bisa dimulai

bila telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good corporate

governance. Menurut Mardiasmo (2014:90) terdapat prinsip-prinsip Good

Corporate Government, sebagai berikut:

1. Akuntabilitas (Accountability)

2. Transparansi (Transparancy)

3. Demokrasi (Democration)

4. Aturan hukum (Rule Of Law).

Penjelasan dari prinsip-prinsip good corporate governance, sebagai

berikut:

1. Akuntabilitas (Accountability)
18

Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang

dilakukan.Akuntabilitas diperlukan agar setiap lembaga negara dan

penyelenggaraan negara melaksanakan tugasnya secara

bertanggungjawab.Untuk itu, setiap penyelenggaraan harus melaksanakan

tugasnya secara jujur dan strukur sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan dan kebijakan publik yang berlaku serta menghindarkan

penyalahgunaan wewenang.

2. Transparansi (Transparancy)

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi,

informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung

dapat diperoleh bagi mereka yang membutuhkan.

3. Demokrasi (Democration)

Demokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu pasrtisipasi, pengakuan

adanya perbedaan pendapat dan perwujudan kepentingan umum. Asas

demokrasi harus diterapkan baik dalam proses memilih dan dipilih sebagai

proses dalam penyelenggaraan Negara.

4. Aturan hukum (Rule Of Law)

Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.Aturan

hukum harus dibangun agar lembaga negara dan penyelenggaraan negara

dalam melaksanakan tugasnya selalu didasarkan pada keyakinan untuk

berpegang teguh pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.
19

2.1.2 Pengertian Desa

Pada umumnya, desa dimaknai oleh masyarakat sebagai tempat bermukim

suatu golongan penduduk yang ditandai dengan penggunaan tata bahasa dengan

logat kedaerahan yang kental, tingkat pendidikan relatif rendah, dan umumnya

warga masyarakatnya bermata pencarian di bidang agraris atau kelautan.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa pasal 1 ayat 1 : Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo (2012:144), desa adalah suatu

kesatuan hukum dimana bermusim suatu masyarakat yang berkuasa dan

masyarakat tersebut mengadakan pemerintah sendiri. Sedangkan definisi desa

menurut Ndraha Talizihudu (2015:62) dalam bukunya Dimensi-Dimensi

Pemerintahan Desa adalah kesatuan organisasi pemerintahan yang terendah,

mempunyai batas wilayah tertentu, langsung dibawah kecamatan, dan merupakan

kesatuan masyarakat hukum yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asalusul

desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa harus

memenuhi beberapa syarat sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa, diantaranya:


20

a. Jumlah penduduk.

b. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah.

c. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat

sesuai dengan adat istiadat desa.

d. Memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya ekonomi pendukung.

e. Batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah

ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.

f. Sarana dan prasarana bagi pemerintahan desa dan pelayanan publik.

g. Tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya

bagi perangkat pemerintah desa sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan pengertian desa di atas, maka desa mempunyai otonomi

sendiri dan batas-batas wilayah untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat desa itu sendiri. Dengan disahkannya Undang- Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa, desa dituntut agar mandiri dalam menjalankan urusan

pemerintahannya terutama dalam pengelolaan keuangan desa. Sumber pendapatan

desa yang berasal dari pendapatan asli desa merupakan bentuk kemandirian desa

dalam mengelola keuangan. Sehingga desa tidak tergantung dengan transfer dana

yang berasal dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.


21

2.1.3 Pemerintah Desa

Pemerintahan diartikan sebagai sekumpulan orang yang mengelola

kewenangan, melaksanakan kepemimpinan, dan koordinasi pemerintahan serta

pembangunan masyarakat dari lembaga-lembaga tempat mereka bekerja. Menurut

Syafi’ie dan Inu Kencana(2015:47) secara etimologi, pemerintahan dapat

diartikan sebagai berikut:

a. Perintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh, yang berarti didalamnya

terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang

diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.

b. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemerintah, yang berarti badan

yang melakukan kekuasaan memerintah.

c. Setelah ditambah lagi akhiran “an” menjadi pemerintahan, berarti

perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.

Menurut Soemantri,Bambang T (2015:41) Pemerintahan Desa terdiri dari

Kepala Desa dan Perangkat Desa, sedangkan Perangkat Desa terdiri dari

Sekretaris Desa dan Perangkat lainnya, yaitu sekretariat desa, pelaksanaan teknis

lapangan dan unsur kewilayahan, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi sosial budaya setempat.

Silahudin (2015:29) mendefinisikan pemerintah desa merupakan kepala

desa serta perangkatnya yang bisa mengelola sumberdaya desa untuk kebutuhan

masyarakat, merumuskan dengan baik kebutuhan masyarakat dan membuat

perencanaan desa yang baik dengan ketentuan skala prioritas, meningkatkan

kemampuan mengimplementasikan peraturan Undang-undang Desa secara baik


22

dan turunannya, serta mengelola keuangan desa dengan prinsip partisipatif,

transparan dan akuntabel. Senada yang dikatakan oleh Islamy, Irfan (2014:112)

“musyawarah desa merupakan forum tertinggi di desa yang berfungsi untuk

mengambil keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis.

Dalam undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 23,

ditegaskan bahwa Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintahan Desa.

Pada Pasal 1 ayat 3 dirumuskan bahwa: Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa

atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Desa. Jadi pemerintahan Desa merupakan organisasi

penyelenggara pemerintahan Desa yang terdiri atas:

a. Unsur Pimpinan, yaitu kepala Desa

b. Unsur Pembantu Kepala Desa (Perangkat Desa), yang terdiri atas:

1) Sekretariat desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh

sekretaris desa.

2) Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang

melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan pengairan,

keagamaan, dan lain-lain.

3) Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa di wilayah kerjanya

seperti kepala dusun.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Sektor

Publik(IAI-KASP) (2015) menjelaskan bahwa membuat laporan keuangan

merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Data laporan keuangan diambil dari

seluruh proses yang dilakukan sampai dengan dibuatnya neraca lajur. Data yang
23

diproses berdasarkan neraca lajur itulah digunakan sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan.

Dalam Jurnal Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi

Pengelolaan Keuangan Desa Tahun 2015 menyatakan bahwa laporan keuangan

yang harus dibuat oleh pemerintah desa, antara lain:

a. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Laporan realiasasi pelaksanaan

APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat, terdiri

dari:

1) Laporan Semester Pertama, disampaikan paling lambat pada bulan Juli

tahun berjalan.

2) Laporan Semester Akhir Tahun, disampaikan paling lambat pada akhir

bulan januari tahun berikutnya.

Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa semester pertama

menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan selama

semester I dibandingkan dengan target dan anggarannya, sedangkan

laporan realisasi pelaksanaan APBDesa semester akhir tahun

mengambarkan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai

dengan akhir tahun, jadi bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran.

b. Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa setiap akhir tahun

anggaran disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat terdiri dari

pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang telah ditetapkan dengan

peraturan desa. Setelah pemerintah desa dan BPD telah sepakat terhadap
24

laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dalam

bentuk peraturan desa, maka peraturan desa ini disampaikan kepada

Bupati/Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa. Laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana tercantum dalam pada pasal

41 Permendagri 113/2014, disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan

setelah tahun anggaran berkenaan.

c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa

Laporan realisasi penggunaan Dana Desa disampaikan kepada

Bupati/Walikota setiap semester. Penyampaian laporan realisasi

penggunaan Dana Desa dialakukan:

1) Untuk semester I paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun

anggaran berjalan.

2) Untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun

anggaran berikutnya.

Berdasarkan laporan Dana Desa dari desa-desa yang ada di wilayah

kabupaten/kota, Bupati/Walikota menyampaikan laporan realisasi

penyaluran dan konsolidasi penggunaan Dana Desa kepada Menteri

keuangan dengan tembusan Menteri yang menangani desa, Menteri

teknis/pimpinan lembaga pemerintah non kementerian terkait, dan

Gubernur paling lambat minggu keempat bulan Maret tahun anggaran

berikutnya.

d. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa


25

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa merupakan

laporan yang disampaikan secara periodik kepada BPD terhadap

pelaksanaan APBDesa yang telah disepakati di awal tahun dalam bentuk

peraturan desa. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa dilampiri:

1) Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APBDesa Tahun Anggaran berkenaan.

2) Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran berkenaan.

3) Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

Masuk ke Desa

Laporan ini disampaikan kepada BPD secara tertulis paling lambat 3 (tiga)

bulan setelah berakhirnya tahun anggaran (PP 43/2014 pasal 51).Peraturan

Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

(SAP) menjelaskan tentang karakteristik laporan keuangan yaitu ukuran-

ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi

sehingga dapat memenuhi tujuannya.

2.1.4 Dana Desa

Menurut Nurcholis Hanif(2014:81), salah satu bentuk urusan

pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa adalah pengelolaan keuangan

desa. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang

dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.
26

Keuangan Desa menurut UU RI Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (10)

dan Pasal 71 ayat (1) adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai

dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiaban menimbulkan

pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa. Keuangan

Desa menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Pasal 2 ayat (1) dikelola

berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan

tertib dan disiplin anggaran.

Pengelolaan Keuangan Desa dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran

yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.Sumber

keuangan Desa ialah dari Dana Desa, Dana Desa dan Bagi Hasil Pajak Retribusi

(BHPR). APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Desa yang

dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan badan permusyawaratan

Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Menurut Hanifa (2015:7), secara umum pengelolaan keuangan Desa harus

berpedoman pada prinsip-prinsip berikut:

a. Pengelolaan keuangan direncanakan secara terbuka melalui musyawarah

perencanaan pembangunan Desa yang hasilnya dituangkan dalam

Peraturan Desa tentang APBDesa, serta dilaksanakan dan dievaluasi secara

terbuka dan melibatkan seluruh unsur masyarakat Desa;

b. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi,

teknis, dan hokum.


27

c. Informasi tentang keuangan Desa secara transparan dapat diperoleh oleh

masyarakat.

d. Pengelolaan keuangan dilaksanakan dengan prinsip hemat, terarah, dan

terkendali.

2.1.5 Penggunaan Dana Desa

Menurut buku saku Dana Desa yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan

2017 mendefinisikan Dana Desa sebagai anggaran yang berasal dari APBN yang

ditujukan khusus untuk desa dalam rangka untuk melakukan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat melalui Dana APBD Kota/Kabupaten. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa adalah dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan

bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat.

Sementara itu menurut Lili, Sadeli, M (2018:112) Dana Desa ialah Dana

yang diterima desa setiap tahun yang berasal dari APBN yang sengaja diberikan

untuk desa dengan cara mentransfernya langsung lewat APBD Kabupaten/Kota

yang dipakai untuk mendanai segala proses penyelenggaraan urusan pemerintahan

atau pembangunan desa dan memberdayakan semua masyarakat pedesaan.

Berdasarkan referensi diatas Dana Desa adalah anggaran yang menjadi hak

suatu desa dan merupakan sebuah kewajiban bagi pemerintah pusat untuk
28

memberikannya kepada desa dengan caratransfernya secara langsung dari APBN

kepada APBD dan selanjutnya masuk ke kas desa.

Menurut Undang-Undang Nomor.6 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Desa

disebutkan bahwa Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenanguntuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Regulasi yang digunakan sebagai indikator transparansi pengelolaan Dana

Desa adalah UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan

Desa. Dengan adanya Dana Desa, desa dapat menciptakan pembangunan dan

pemberdayaan desa menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Sementara tujuan Dana Desa adalah:

a. Mengatasi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan.

b. Meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran pembangunan di

tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

c. Mendorong pembangunan infrastruktur pedesaan yang berlandaskan

keadilan dan lokal.

d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial, budaya dalam

rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan sosial.

e. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa


29

f. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat

desa.

g. Meningkatakan pedapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes). (Sumber : https://djpb.kemenkeu.go.id/)

Mekanisme penyaluran Dana Desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni

tahap mekanisme transfer APBN dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke

Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari

RKUD ke kas desa.Mekanisme pencairan dana dan penyaluran Dana Desa

selengkapnya seperti di bawah ini :

a. Pencairan Dana Desa dilakukan bertahap dengan presentase tertentu yang

telah ditetapkan.

b. Pencairan pertama diajukan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui

Camat disertai dengan kelengkapan administrasi yang telah ditentukan.

c. Pencairan tahap kedua, dapat dilakuakan apabila penggunaan pada

pencairan pertama sudah dipertanggungjawabkan baik secara

administratif, secara teknis dan secara hukum.

d. Pencairan baik tahap pertama maupun kedua dilakukan dengan pemindah

bukuan dana dari kas daerah ke rekening kas desa.

e. Penyaluaran Dana Desa dari kas desa kepada pelaku aktivitas (pemimpin

pelaksana kegiatan). (Sumber : https://djpb.kemenkeu.go.id/)

Berikut ini adalah prosedur pencairan Dana Desa kepada pemimpin

pelaksana kegiatan,
30

a. Bendahara desa mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada

Kepala Desa melalui Sekertaris desa yang dilampiri dengan Rencana

Kebutuhan Desa (RKD) dan bukti-bukti pengeluaran Dana sebelumnya.

b. Sekertaris desa melakukan verifikasi (penelitian) berkas kelengkapan SPP

dan apabila telah dinyatakan lengakap, sekertaris desa menerbitkan Surat

Perintah Membayar (SPM) yang ditandatangani oleh Kepala Desa.

c. Bendahara desa setelah menerima SPM dan  Surat rekomendasi Camat

mencairkan kepada pemegang kas desa pada bank yang ditunjuk.

d. Dana yang telah dicairkan oleh bendahara desa dibukukan kedalam Buku

Kas Umum (BKU) untuk selanjutnya diserahkan kepada pimpinan

kegiatan disertai dengan bukti penerimaan. (Sumber :

https://djpb.kemenkeu.go.id/)

Prioritas Dana Desa dialokasikan untuk membiayai bidang pemberdayaan

masyarakat didasarkan atas kondisi dan potensi desa, sejalan dengan pencapaian

target RPJMDes dan RKPDes setiap tahunnya, melalui:

a. Dana Desa diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan dasar meliputi:

1) Pengembangan pos kesehatan Desa dan Polindes;

2) Pengelolaan dan pembinaan Posyandu; dan

3) Pembinaan dan pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

b. Dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan sarana dan prasarana desa,

yang diantaranya dapat meliputi:

1) Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan desa;

2) Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana jalan usaha tani;


31

3) Pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana embung desa;

4) Pembangunan energi baru dan terbarukan;

5) Pembangunan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan;

6) Pembangunan dan pengelolaan air bersih berskala desa;

7) Pembangunan dan pemeliharaan irigasi tersier;

c. Dana Desa diprioritaskan untuk pengembangan potensi ekonomi lokal

guna meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pengembangan

wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala ekonomi

masyarakat desa.

2.1.6 Tahapan Dalam Pengelolaan Dana Desa

Menurut pasal 71 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa

keuangan desa adalah “hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang

serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban desa.” Selanjutnya pada ayat (2) nya dinyatakan

bahwa adanya hak dan kewajiban menimbulkan pendapatan, belanja,

pembiayaan, dan pengelolaan keuangan desa.

Pasal 93 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa

“pengelolaan keuangan desa meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, dan pertanggungjawaban” yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan
32

1) Rancangan peraturan desa tentang APBDesa dibuat, disampaikan oleh

kepala desa, dan dibahas dengan Badan Permusyawaratan Desa untuk

disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

2) Rancangan peraturan desa tentang APBDesa yang telah disepakati

disampaikan oleh kepala desa kepada Bupati/Walikota melalui camat

atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk

dievaluasi.

3) Bupati/Walikota melakukan evaluasi paling lama 20 (dua puluh) hari

kerja sejak diterimanya rancangan peraturan desa tentang APBDesa.

Apabila Bupati/Walikota tidak melakukan evaluasi dalam batas waktu

tersebut, maka peraturan desa berlaku dengan sendirinya.

4) Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang harus

dilakukan dari hasil evaluasi tersebut, maka kepala desa harus

melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak

diterimanya hasil evaluasi.

5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh kepala desa dan kepala

desa tetap menetapkan rancangan peraturan kepala desa tentang

APBDesa menjadi peraturan desa, Bupati/Walikota membatalkan

peraturan desa dengan keputusan Bupati/Walikota. Pembatalan

peraturan desa tersebut sekaligus menyatakan berlakunya pagu

APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Apabila terjadi pembatalan,

kepala desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional

penyelenggaraan pemerintah desa.


33

6) Kepala desa memberhentikan pelaksanaan peraturan desa paling lama

7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan dan selanjutnya bersama BPD

mencabut peraturan desa

7) Dalam hal Bupati/Walikota mendelegasikan evaluasi rancangan

peraturan desa tentang APBDesa kepada camat atau sebutan lain, maka

langkah yang dilakukan adalah:

a) Camat menetapkan hasil evaluasi rancangan APBDesa paling

lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya rancangan

peraturan desa tentang APBDesa.

b) Dalam hal ini camat tidak memberikan hasil evaluasi dalam

batas waktu yang ditetapkan, peraturan desa tersebut berlaku

dengan sendirinya.

c) Dalam hal ada koreksi yang disampaikan atau penyesuaian yang

harus dilakukan dari hasil evaluasi tersebut, kepala desa

melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

d) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh kepala desa dan

kepala desa tetap menetapkan rancangan peraturan kepala desa

tentang APBDesa menjadi peraturan desa, camat menyampaikan

usulan pembatalan peraturan desa kepada Bupati/Walikota.

b. Pelaksanaan

1) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan

kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.


34

2) Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti

yang lengkap dan sah.

3) Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan

desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.

4) Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah

tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah

desa.

5) Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat

dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa

ditetapkan menjadi peraturan desa.

6) Pengeluaran desa untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan

operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa

tetap dapat dikeluarkan walaupun rancangan peraturan desa tentang

APBDesa belum ditetapkan.

7) Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan

kegiatan harus disertai dengan dokumen diantaranya Rencana Anggara

Biaya (RAB). Sebelum digunakan, RAB tersebut diverifikasi oleh

sekretaris desa dan disahkan oleh kepala desa.

8) Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan yang

menyebabkan pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan

dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa.


35

c. Penatausahaan Bendahara desa wajib:

1) Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta

melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Penatausahaan

penerimaan dan pengeluaran dilakukan menggunakan: Buku Kas

Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.

2) Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

d. Pelaporan Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan

APBDesa kepada Bupati/Walikota yang meliputi:

1) Laporan semester pertama, berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan

APBDesa Semester Pertama.

2) Laporan semester akhir tahun, berupa Laporan Realisasi Pelaksanaan

APBDesa Semester Akhir.

e. Pertanggungjawaban

Kepala desa menyampaikan kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun

anggaran laporan yang meliputi:

1) Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun

Anggaran berkenaan.

a) Merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan

Pemerintahan Desa.

b) Diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan

media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.

c) Disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan

lain.
36

2) Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran

berkenaan.

3) Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke

desa.

f. Pembinaan dan Pengawasan

1) Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan

penyaluran Dana Desa, Dana Desa, dan bagi hasil pajak dan retribusi

daerah dari Kabupaten/Kota kepada desa.

2) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi

pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

2.1.7 Akuntabilitas

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government)

telah mendorong pengembangan dan penerapan system pertanggungjawaban yang

jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP).

Menurut Riantiarno dan Azlina (2012:503), akuntabilitas ialah kewajiban-

kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk

mengelola sumber-sumber daya publik serta yang bersangkutan dengannya untuk

dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban.Akuntabilitas

terkait erat dengan instrument untuk kegiatan kontrol, terutama dalam hal
37

pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara tranparan

kepada masyarakat.

Kumorotomo, Wahyudi (2013:92), kesulitan untuk menuntut

pertanggungjawaban pemerintah terhadap kualitas pelayanan publik terutama

disebabkan karena sosok pemerintah itu sendiri tidak tunggal. Untuk itu proses

atau sistem akuntabilitas bagi lembaga pemerintah atau birokrasi publik yang

memadai merupakan prasyarat penting bagi peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Menurut Arifiyadi Teguh (2012) dalam Konsep Tentang Akuntabilitas dan

Implementasinya di Indonesia, Akuntabilitas dapat diartikan sebagai: “kewajiban-

kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk

mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk

dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya. Akuntabilitas

terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan terutama dalam hal pencapaian hasil

pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada

masyarakat.

Selanjutnya Sulistiyani (2014:63) menyatakan bahwa transparansi dan

akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun

penyelenggaraan perusahaan yang baik, dinyatakan juga bahwa dalam

akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala

kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih

tinggi.Akuntabilitas dapat dilaksanakan dengan memberikan akses kepada semua

pihak yang berkepentingan, bertanya atau menggugat pertanggungjawaban para


38

pengambil keputusan dan pelaksana baik ditingkat program, daerah dan

masyarakat.Dalam hal ini maka semua kegiatan yang berkaitan dengan

pengelolaan Dana Desa harus dapat diakses oleh semua unsur yang

berkepentingan terutama masyarakat di wilayahnya.

Berbagai definisi mengenai akuntabilitas dijelaskan oleh beberapa

penulis.Randa, S (2017: 67) mendefinisikan akuntabilitas sebagai perilaku

individu atau organisasi untuk menjelaskan dan bertanggung jawab atas tindakan

mereka melalui pemberian alasan mengapa tindakan dilakukan.Djalil, Rizal

(2014:408) mengatakan bahwa Satandar akuntansi pemeritah (SAP)

mendefinisikan Akuntabilitas Adalah mempertanggugjawabkan pengelolaan

sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas

pelaproran dalam mencapai tujuan yang telah dicapai secara periodik.

Lebih lanjut terkait dengan akuntabilitas menurut Wicaksono, R (2015:4)

Akuntabilitas sendiri merupakan sebuah konsep yang memfokuskan pada

kapasitas organisasi sektor publik untuk memberikan jawaban terhadap pihak-

pihak yang berkepentingan dengan organisasi tersebut.Dalam penegasan yang

lebih spesifik, akuntabilitas merupakan kemampuan organisasi sektor publik

dalam memberikan penjelasan atas tindakan-tindakan yang dilakukannya terutama

terhadap pihak-pihak yang dalam sistem politik telah diberikan kewenangan untuk

melakukan penilaian dan evaluasi terhadap organisasi publik tersebut.

Menururt Abdul Aziz Halim (2015:3) memberi penjelasan bahwa Ada

lima bentuk akuntabilitas didalam oraganisasi sektor publik, kelima sektor ini di
39

temukan di australia dan di namakan yaitu, polikal, publik, manajerial, profesional

dan personal. Bersama dengan dua wacana yaitu struktural dan personal.

Ditambahkan juga oleh Ulum, Ihyaul(2014:80) beberapa jenis

akuntabilitas yaitu:

a. Akuntabilitas keuangan.

Akuntabilitas merupakan konsep yang luas yang mensyaratkan agar

pemerintah memberikan laporan mengenai penguasaan atas dana-dana

publik dan penggunaannya sesuai peruntukan.Disamping itu pemerintah

juga harus dapat mempertanggungjawabkan kepada rakyat mengenai

penghimpunan sumber-sumber Dana publik dan tujuan penggunaannya.

Akuntansi sektor pemerintahan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

yaitu sudut pandang akuntansi, sudut pandang fungsional, dan sudut

pandang ciri utama akuntabilitas

b. Akuntabilitas kinerja

Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi

untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran

periodik.Ruang lingkup pertanggungjawaban meliputi segala sesuatu yang

berkaitan dengan tanggungjawab atas pemberian mandat atau amanah

kepada seorang pejabat publik berikut berbagai sumber daya yang

digunakan untuk mencapai misinya.

Dijelaskan juga ada dua tipe akuntabilitas, yaitu :


40

a. Akuntabilitas internal

Akuntabilitas internal berlaku untuk setiap tingkatan dalam organisasi

internal penyelenggaraan negara termasuk pemerintah dimana setiap

jabatan atau petugas publik baik individu atau kelompok

berkewajibanuntuk mempertanggungjawabkan kepada atasannya langsung

mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatannya secara

periodik atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu.

b. Akuntabilitas eksternal

Terdapat pada setiap lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk

mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan telah

pula dilaksanankan untuk kemudian dikomunikasikan kepada pihak

eksternal dan lingkungannya.

Menurut Mahmudi (2013:9) dimensi akuntabilitas publik sebagai berikut:

a. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran Merupakan akuntabilitas lembaga

publik yang berkaitan dengan kepatuhan pemerintah terhadap hukum dan

peraturan dalam menjalankan kegiatan pengelolaan sumber daya publik

dan kejujuran pemerintahan dalam menjalankan kegiatan pengelolaan

sumber daya publik dan penghidaran penyalahgunaan jabatan.

b. Akuntabilitas Manajerial Merupakan pertanggungjawaban lembaga publik

untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya publik secara efisien dan

efektif.
41

c. Akuntabilitas Program Merupakan evaluasi mengenai tujuan yang telah

ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan memberikan alternatif program

yang dapat memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

d. Akuntabilitas Kebijakan Merupakan pertanggungjawaban lembaga publik

atas kebijakan yang telah ditetapkan dalam pengelolaan sumber daya

publik dan memperoleh manfaat serta dampak atas kebijakan tersebut.

e. Akuntabilitas Finansial Merupakan pertanggungjawaban lembaga publik

untuk menggunakan Dana publik secara efektif dan efisien, sehingga tidak

ada pemborosan dan kebocoran Dana serta korupsi. Dengan membuat

laporan keuangan, lembaga publik dapat menggambarkan kinerja finansial

pemerintahan kepada masyarakat.

Menurut Mardiasmo (2013:121), akuntabilitas publik memiliki beberapa

indikator yaitu:

a. Kejujuran dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power).

b. Proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam

melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem

informasi akuntansi.

c. Program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat

dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program

yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

d. Kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat

maupun daerah. Atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah

terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.


42

Menurut Manggaukang Raba (2014:58) akuntabilitas publik memiliki

beberapa indikator yaitu:

a. Legitimasi bagi para pembuat kebijakan.

b. Keberadaan kualitas moral yang memadai.

c. Kepekaan.

d. Keterbukaan.

e. Pemanfaatan sumber daya secara optimal.

f. Upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas.

Menurut Mahmudi (2013:19) akuntabilitas publik memiliki beberapa

indikator yaitu:

a. Akuntabilitas Hukum dan kejujuran

1) Kepatuhan terhadap hukum

2) Penghidaran korupsi dan kolusi

b. Akuntabilitas proses

1) Adanya kepatuhan terhadap prosedur

2) Adanya pelayanan publik yang responsif

3) Adanya pelayanan publik yang cermat

4) Adanya pelayanan publik dengan biaya murah

c. Akuntabilitas program

1) Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal

2) Mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah dibuat

d. Akuntabilitas kebijakan

1) Mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah diambil


43

2) Mempertimbangkan dampak dimasa depan

Berdasarkan pemaparan indikator yang telah dipaparkan diatas maka

peneliti menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2013:121),

yaitu:

a. Kejujuran dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power)

b. Proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam

melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem

informasi akuntansi.

c. Program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat

dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program

yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

d. Kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat

maupun daerah. Atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah

terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator yang dikemukakan

oleh Mardiasmo, dengan alasan bahwa indikator-indikator tersebut yang umum

selalu terjadi dalam permasalahan akuntabilitas publik di pemerintah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa dalam Pasal 2 disebutkan: (1)

Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif

serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. (2) Pengelolaan keuangan

desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelola dalam masa 1 (satu) tahun

anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.


44

Selanjutnya dalam Pasal 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa:

1. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun

anggaran.

2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan, belanja, dan

pembiayaan.

3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

4. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampiri:

a. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa

Tahun Anggaran berkenaan.

b. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran berkenaan.

c. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

masuk ke desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 39 dijelaskan Laporan

Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian tidak

terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pasal 40:


45

1. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan

media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.

2. Media informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain papan

pengumuman, radio komunitas dan media informasi lainnya.

2.1.8 Transaparansi

Transparansi berasal dari kata yang memiliki arti jelas, nyata dan bersifat

terbuka.Istilah transparansi dapat diartikan sebagai kejelasan atau keterbukaan

informasi.Teori pemerintah menjelaskan transparansi adalah prinsip yang

menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi mengenai kebijakan,

proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai.

Pengertian Transparansi Keuangan Kerangka konseptual Standar Akuntansi

Pemerintahan (2015:35) menyatakan bahwa pengertian tentang transparansi

adalah sebagai berikut: “Transparansi adalah memberikan informasi keuangan

yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas

pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan.

Transparansi menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana (2013:104)

adalah sebagai berikut: “Transparansi artinya kewajiban bagi para pengelola untuk

menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan penyampaian

informasi. keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga mengandung arti


46

bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar, dan tepat waktu kepada

semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal-hal yang dirahasiakan,

disembunyikan, ditutup-tutupi, atau ditunda-tunda pengungkapannya.”

Menurut Loina Lalolo Krina P (2012:85), transparansi adalah prinsip yang

menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

Transparansi menurut Riant Nugroho Dwijowijoto (2013:151) adalah

segala keputusan yang diambil dan penerapannya dibuat dan dilaksanakan sesuai

koridor hukum dan peraturan yang berlaku. Hal ini juga mencakup pengertian

bahwa informasi tersedia secara cuma-cuma dan dapat diakses secara mudah dan

langsung

Transparansi dalam pengelolaan keuangan keuangan partai politik dapat

diartikan sebagai keterbukaan kepada masyarakat atas laporan keuangan partai

politik (UU No. 2 Tahun 2011).Dengan demikian, transparansi adalah informasi

keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban dalam mengelola sumber daya yang

dipercayakan.

Transparansi mempunyai makna dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah, yaitu:

a. Salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat

Perwujudan dari pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat


47

adalah dengan carapemerintah melaksanakan keterbukaan kepada

masyarakatnya. Mulai dari pembuatan kebijakan sampai dengan

pelaksanaan kebijakan.

b. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan mengurangi kesempatan praktik kolusi,

korupsi, nepotisme (KKN)

Transparansi berarti keterbukaan dalam memberikan informasi tanpa ada

yang dirahasiakan oleh pengelola kepada para pemangku

kepentingan.Transparansi memiliki beberapa dimensi. Dimensi indikator menurut

Mardiasmo (2013:142) adalah sebagai berikut:

a. Invormativeness (informatif) Pemberian arus informasi, berita, penjelasan

mekanisme, prosedur, data, fakta, kepada stekeholders yang membutuhkan

informasi secara jelas dan akurat. Indikator dari informatif menurut

Mardiasmo antara lain adalah:

1) Tepat waktu.

Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik serta

untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

2) Memadai.

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan

informatif yang memadai atas hal-hal material.

3) Jelas.
48

Informasi harus jelas sehingga dipahami sehingga tidak menimbulkan

kesalahpahaman.

4) Akurat.

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan

bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan informasi

tersebut.Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan

maksudnya.

5) Dapat diperbandingkan

Laporan keuangan hendaknya dapat diperbandingkan antar periode

waktu dan dengan instansi yang sejenis. Dengan demikian, daya

banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk

membandingkan kinerja organisasi dengan organisasi lain yang

sejenis.

6) Mudah diakses. Informasi harus mudah diakses oleh semua pihak.

b. Disclosure (pengungkapan)

Pengungkapan kepada masyarakat atau publik (stakeholders) atas aktifitas

dan kinerja finansial.

1) Kondisi Keuangan.

Suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan organisasiatau

organisasi selama periode atau kurun waktu tertentu.

2) Susunan pengurus.

Komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi.Struktur

organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukkan


49

bagaimana funsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda

tersebut diintegrasikan (koordinasi).

3) Bentuk perencanaan dan hasil dari kegiatan. Serangkaian tindakan

untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Adapun tahap pengelolaan Dana Desa yang menjadi fokus analisis

Transparansi dan Akuntabilitas.Pertama tahap perencanaan alokasi dana desa

yaitu sejauh mana partisipasi masyarakat desa bersama pemangku kepentingan

dalam merecanakan program-program pembangunan desa yang dilakukan oleh

pemerintah desa kepada masyarakat. Kedua tahap pelaksanaan alokasi dana desa

yaitu sejauh mana transparansi pelaksanaan alokasi dana desa. Ketiga tahap

pertanggungjawaban alokasi dana desa yaitu sejauh mana akuntabilitas

pemerintah desa dalam petanggungjawaban alokasi dana desa.

Adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi atas pencatatan transaksi-

transaksi, dan pelaporan kinerja pemerintahan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan menjadikan akuntansi pemerintahan sebuah kebutuhan yang tidak

lagi terelakkan saat ini.Dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan

pemerintahan desa, perlu adanya transparansi dan akuntabilitas.Hal ini

menunjukkan bahwa keuangan desa harus dikelola secara terbuka, dapat

dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan peraturan yang ada. Penerapan asas-

asas tersebut digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan dalam proses

pengelolaan keuangan desa.

Pengertian akuntabilitas menurut Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010

adakah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan


50

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara periodik. Selain adanya akuntabilitas dalam siklus

anggaran atau pengelolaan alokasi dana desa, transparansi juga diperlukan untuk

meningkatkan pengawasan. Pemerintahan yang demokratis menuntut adanya

keterbukaan dari pengelola keuangan negara kepada publik.Oleh karena itu

diperlukan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara.Agar pengelolaan

keuangan negara akuntabel dibutuhkan keterbukaan (transparansi).

Transparansi merupakan salah satu prinsip good governance(tata kelola

pemerintahan yang baik). Penyelenggaraan pemerintahan desa (pemdes) yang

baik (good governance) terkait pengelolaan alokasi dana desa memerlukan sistem

akuntabilitas dan transparansi, sehingga masyarakat dapat mengetahui secara jelas

mengenai perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, penatausahaan, dan

pelaporanalokasi dana desa. Untuk itu perlu peran masyarakat terlibat dalam

proses perencanaan kemudian melaksanakan rencana tersebut sesuai dengan asas

partisipatif.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 39 Laporan Pertanggungjawaban

Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 40 :


51

1. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan

media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.

2. Media informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain papan

pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 41 :

1. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau

sebutan lain.

2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan paling lambat 1 (satu)

bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 42,format rancangan peraturan

desa tentang APBDesa, buku pembantu kas kegiatan, rencana anggaran biaya dan

surat permintaan pembayaran serta pernyataan tanggungjawab belanja, laporan

realisasi pelaksanaan APBDesa pada semester pertama dan semester akhir tahun

serta laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri.

2.2. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah serta telaah pustaka yang telah

diuraikan, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Akuntabilitas


52

dan transparansi pengelolaan Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten

PelalawanKecamatan Pangkalan Kerinci dilihat dari pengelolaan alokasi desa dari

tahun 2019-2021 belum dilakukan secara proporsional.


53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini berjudul transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Dana

Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci.Desain

penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis

deskriptif.Menurut Sugiono (2014:31) mengatakan bahwa penelitian deskriptif

kualitatif adalah menguraikan pendapat responden adanya sesuai dengan

pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis dengan kata-kata yang

melatarbelakangi responden berperilaku seperti itu, direduksi, ditriangulasi,

disimpulkan, dan diverifikasi. Menurut Moleong, Lexy J (2013:97) mengatakan

bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang yang dinilai oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Penelitian kualitatif

diharapkan mampu menghasilkan hasil penelitian berupa uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dalam suatu konteks

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh dan komprehensif.

3.2. Objek Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci.


54

3.3. Definisi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah akuntabilitas dan transparansi pengelolaan

Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci.

Adapun konsep operasional penelitian sebagai berikut:

a. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan suatu proses pertanggungjawaban atas

pengelolaan sumber daya untuk menyajikan dan pelaporan segala kegiatan-

kegiatan yang telah terwujud secara periodik.

b. Transparansi

Pengertian Transparansi Keuangan Kerangka konseptual Standar

Akuntansi Pemerintahan (2015:35) menyatakan bahwa pengertian tentang

transparansi adalah sebagai berikut: “Transparansi adalah memberikan informasi

keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya

yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-

undangan.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah yang digeneralisasi, terdiri dari subyek dan objek

yang mempunyai kapasitas, kualitas serta karakteristik yang sama dengan yang

ditentukan oleh peniliti untuk kemudian dipelajari dan ditarik kesimpulannya.


55

Sampel merupakan bagian dari karakteristik serta jumlah dari suatu

populasi.Populasi dan sampel dalam penelitian dilakukan di Desa Mekar Jaya

Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci. Subyek dalam penelitian ini

adalah Kepala Desa, Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa, Ketua

Rukun Warga (RW) dan Ketua Rukun Tetangg (RT).

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan data yang digunakan sebagai pedoman dalam penulisan proposal

ini adalah:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari Aparatur Pemerintah Desa

Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci berupa

kebijakan-kebijakan mengenai pengelolaan Dana Desa. Data utama

penelitian ini diperoleh dari hasil kuisioner mengenai akuntabilitas dan

transparansi pengelolaan Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci.

b. Data Skunder yaitu data yang diperoleh dengan mengumpulkan data dari

perusahaan berupa laporan keuangan dan pengelolaan keuangan khususnya

Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan

Kerinci, struktur organisasi Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci, pembagian tugas dan wewenang dalam

perusahaan serta kegiatan atau perkembanganDesa Mekar Jaya Kabupaten

Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci.


56

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data dari responden, maka penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu tanya jawab dengan bagian administrasi dan keuangan serta pihak-

pihak lain yang berkompeten mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

b. Dokumentasi

Yaitu dengan memfotocopy dokumen atau Dana Desa yang diterima dari

Bagian Bendahara Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan

Pangkalan Kerinci, gambaran umum desa dan struktur organisasi Desa

Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci dan

sebagainya.

3.7. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yaitu membandingkan antara data yang telah dikumpulkan dengan

teori-teori yang relevan dan kemudian diambil atau ditarik suatu kesimpulan dan

saran.
57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan

Pangkalan Kerinci

Desa Mekar Jaya atau dikenal dengan sebutan SP V mempunyai sejarah

yang sangat panjang dari terbentuknya pada tahun 1990-an oleh masyarakat

transmigrasi dari pulau jawa dan transmigran pulau lainnya. Sejarah Desa Mekar

Jaya ini tidak ada beda dengan sejarah Desa Makmur yang dikenal dengan

sebutan SP VI.Dahulu Desa Mekar Jaya termasuk kabupaten Kampar, kemudian

pada tahun 1999, terjadi pemekaran wilayah kabupaten menjadi dua bagian yaitu

Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, sekarang ini Desa Mekar Jaya

termasuk dalam Kabupaten Pelalawan. Mayoritas masyarakat Desa Mekar Jaya

adalah petani yang didukung oleh perkebunan kelapa sawit dan buruh tani.Desa

Mekar Jaya terletak di Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, yang

terdiri dari 2 dusun, 5 RW, 15 RT, dan + 869 KK dengan luas wilayah + 697 Ha.

Adapun Batas wilayah Desa Mekar Jaya adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Desa Bukit Agung

Sebelah selatan : Kelurahan Kerinci Barat

Sebelah timur : Desa Makmur

Sebelah barat : Desa Bukit Agung


58

Desa Mekar Jaya adalah salah satu desa yang termasuk kedalam wilayah

kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, yang terdiri dari 2 dusun, 5

RW, 15 RT, dan + 869 KK dengan luas wilayah + 697 Ha. Jumlah Penduduk

Desa Mekar Jaya +3360 jiwa yang terdiri dari : laki-lakisebanyak 1725 jiwa dan

perempuan 1635 jiwa. Jumlah suku di Desa mekar Jaya: Suku Melayu, Suku

Minang, Suku Batak, Suku Jawa, Suku Nias, Suku Aceh dan Suku Sunda.

Penduduk Wilayah Desa Mekar Jaya pada umumnya mayoritas menganut Agama

Islam dan beberapa agama Kristen.

1. Agama Islam 2084 jiwa

2. Agama Kristen Katholik 378 jiwa

3. Agama Kristen Protestan 898 jiwa

Mata pencarian masyarakat Desa Mekar Jaya sebagian besar adalah petani,

pegawai swasta dan buruh kasar serta sebagian ada yang bekerja di

pemerintahan/PNS dan karyawan swasta dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan pada Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
No Keterangan Jumlah (Orang)
1. PNS 24
2. Petani 115
3. Peternak 3
4. Sopir 36
5. Buruh Kasar 887
6. Montir 5
7. Tukang Jahit 6
8. Pegawai Swasta 983
9. Wiraswasta 858
10. Pelajar/Mahasiswa 361
11. Pedagang keliling 3
12. Dokter Swasta 1
13. Pengusaha kecil dan menengah 78
Jumlah 3.360
59

Sumber: Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci

Sarana pendidikan dan olah raga terdiri dari sarana olahraga yaitu:

lapangan bola volly, lapangan futsal, lapangan bulu tangkis dan lapangan sepak

takraw. Dan sarana pendidikan yaitu:

Tabel 4.2
Jenis Sekolah dan Jumlah Murid
No Jenis Sekolah Jumlah Murid Kepala Sekolah
1 TK 28 Dwi Yuwita sari
2 SDN 004 688 Mansur
3 MDA Al –Ihklas 30 M.Yunus
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci

Sarana transportasi yang biasa digunakan oleh masyarakat Desa Mekar

Jaya adalah kendaraan pribadi, yaitu sepeda motor,mobil,truk dan sarana

transportasi umum (mobil travel).

4.1.2. Potensi Sumber Daya Alam

4.1.2.1.Luas wilayah menurut penggunaan

Tabel 4.2
Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Tanah Perkebunan Jumlah
Luas pemukiman 190 ha/m2
Luas perkebunan 500 ha/m2
Luas Pemakaman 0,5 ha/m2
Luas Taman 0,5 ha/m2
Luas Tegal/Ladang 2 ha/m2
Sumber: Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Tabel 4.2
Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci

Tanah Perkebunan Jumlah


Tanah Perkebunan Rakyat
60

Tanah Perkebunan Jumlah


Tanah perkebunan swasta 300 ha/m2
Tanah perkebuanan perorangan 200 ha/m2
Total Luas 500 ha/m2
Tanah Fasilitas Umum
Kas Desa/Kelurahan + 5 ha/m2
Lapangan Olah Raga 0,5 ha/m2
Perkantoran Pemerintah 1 ha/m2
Bangunan Sekolah 2 ha/m2
Pemakaman Umum 0,5 ha/m2
Masjid/Mushola -
Gereja -
Total Luas

Jarak
Jarak ke ibu kota kecamatan 11 km
Lama jarak tempuh ke Ibu kota kecamatan dengan 1/3 jam
kendaran bermotor
Kendaraan non bermotor 11 Jam
Jarak ke ibu kota kabupaten/kota 11 km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan 15 menit
kendaraan bermotor
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan 1 Jam
berjalan kaki atau kendaraan non bermotor
Jarak ke ibu kota provinsi 58 km
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan 2 jam
kendaraan bermotor
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi 10 Jam
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Tabel 4.2
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian
Memiliki kurang dari 1 ha 105 keluarga
Memiliki lebih dari 10 ha 20 keluarga
Jumlah total keluarga petani 125 keluarga
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Tabel 4.2
Pemilikan Lahan Perkebunan di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Jumlah Keluarga Memiliki Tanah Perkebunan Jumlah
Tidak Memiliki 165 keluarga
Memiliki lahan kurang dari 5 ha 105 keluarga
61

Memiliki 10 – 50 ha 20 keluarga
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

4.1.2.2. Potensi Sumber Daya Manusia

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Keterangan Jumlah
Jumlah Laki-laki 1725 Orang
Jumlah perempuan 1635 Orang
Jumlah total 3360 Orang
Jumlah kepala keluarga 869 KK
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Tabel 4.2
Usia Penduduk di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Usia Laki- Perempuan Usia Laki-Laki Perempuan
Laki
0-12 bulan 20 orang 26 orang 39 12 orang 19 orang
tahun
1 tahun 26 orang 26 orang 40 12 orang 19 orang
2 tahun 29 orang 29 orang 41 15 orang 13 orang
3 tahun 27 orang 23 orang 42 27 orang 13 orang
4 tahun 39 orang 28 orang 43 15 orang 15 orang
5 tahun 44 orang 28 orang 44 18 orang 12 orang
6 tahun 39 orang 35 orang 45 6 orang 8 orang
7 tahun 84 orang 94 orang 46 11 orang 10 orang
8 tahun 70 orang 60 orang 47 14 orang 10 orang
9 tahun 65 orang 50 orang 48 13 orang 6 orang
10 tahun 70 orang 45 orang 49 16 orang 10 orang
11 tahun 65 orang 70 orang 50 17 orang 10 orang
12 tahun 74 orang 56 orang 51 13 orang 9 orang
13 tahun 43 orang 38 orang 52 11 orang 14 orang
14 tahun 37 orang 31 orang 53 15 orang 11 orang
15 tahun 41 orang 38 orang 54 17 orang 15 orang
16 tahun 32 orang 26 orang 55 13 orang 11 orang
17 tahun 36 orang 32 orang 56 2 orang 1 orang
18 tahun 27 orang 21 orang 57 1 orang 1 orang
19 tahun 25 orang 22 orang 58 1 orang -
20 tahun 28 orang 23 orang 59 1 orang 1 orang
21 tahun 27 orang 19 orang 60 1 orang 2 orang
22 tahun 28 orang 24 orang 61 1 orang -
23 tahun 28 orang 26 orang 62 1 orang 1 orang
62

Usia Laki- Perempuan Usia Laki-Laki Perempuan


Laki
24 tahun 17 orang 15 orang 63 1 orang 1 orang
25 tahun 14 orang 11 orang 64 1 orang 1 orang
26 tahun 16 orang 12 orang 65 1 orang 1 orang
27 tahun 17 orang 14 orang 66 - 2 orang
28 tahun 18 orang 14 orang 67 - 1 orang
29 tahun 20 orang 16 orang 68 2 orang -
30 tahun 16 orang 13 orang 69 1 orang 1 orang
31 tahun 15 orang 13 orang 70 2 orang 1 orang
32 tahun 20 orang 14 orang 71 - -
33 tahun 14 orang 12 orang 72 - -
34 tahun 22 orang 8 orang 73 - -
35 tahun 12 orang 10 orang 74 1 orang -
36 tahun 19 orang 12 orang 75 2 orang 2 orang
37 tahun 19 orang 17 orang > 75 - -
38 tahun 12 orang 12 orang Total 1389 orang 1319orang

Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Tabel 4.2
Pendidikan Penduduk di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
TINGKATAN PENDIDIKAN LAKI- PEREMPUAN
LAKI (Org) (Org)
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK - -
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play group 35 30
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 1 3
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 296 229
Usia 18 – 56 tahun yang tidak pernah 11 9
sekolah
Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak 155 245
tamat
Tamat SD /sederajat 179 114
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 59 42
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 24 19
Tamat SMP/sederajat 164 97
Tamat SMA/sederajat 170 177
Tamat D-1/sederajat 2 1
Tamat D-2/sederajat 3 1
Tamat D-3/sederajat 2 2
Tamat S-1/sederajat 2 2
Tamat S-2/sederajat 1 1
Tamat S-3/sederajat - -
63

Tamat SLB A - 1
Tamat SLB B - -
Tamat SLB C - -
Jumlah Total 1104 873
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Tabel 4.2
Tenaga Kerja di Desa Mekar Jaya
Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci
Tenaga Kerja Laki-Laki Perempuan
Penduduk usia 18 – 56 tahun 279 222
Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja 253 219
Penduduk usia 18-56 tahun yang belum 17 12
atau tidak bekerja
Penduduk usia 0-6 tahun 192 162
Penduduk masih sekolah 7-18 571 350
Penduduk usia 56 tahun ke atas 9 6
Jumlah 1321 971
Sumber : Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

4.1.2. Struktur Organisasi Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci

Adapun tugas pokok pada masing-masing bagian pada Kantor Desa Mekar

Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci adalah sebagai berikut :

1. Kepala Desa

Adapun tugas dan fungsi Kepala Desa sebagai berikut;

a. Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan peraturan Desa.

c. Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan persetujuan

bersama BPD.

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengnenai APB

Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.


64

e. Membina kehidupan masyarakat Desa.

f. Membina ekonomi desa.

g. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

h. Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan paeraturan

perundang- undangan.

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2. Sekretaris Desa

Adapaun tugas dan fungsi sekretaris Desa meliputi;

Tugas Pokok: Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan

melaksanakan pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan

penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.

Fungsi:

a. Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk

kelancaran tugas Kepala Desa.

b. Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan.

c. Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan

sementara.

d. Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa.

e. Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

f. Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan.

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.


65

1. Kasi Pemerintahan

Tugas Pokok: Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan

administrasi kependudukan, administrasi pertanahanpembinaan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa, mempersiapkan bahan

perumusan kebijakan penataan, Kebijakan dalam Penyusunan produk

hukum Desa.

Fungsi:

a. Pelaksanaan kegiatan administrasi kependudukan.

b. Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan Desa dan

keputusan Kepala Desa.

c. Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan.

d. Pelaksanaan Kegiatan pencatatan monografi Desa.

e. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan penataan kelembagaan

masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Desa.

f. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan yang

berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban

masyarakat dan pertahanan sipil.

g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepada Desa.

2. Kasi Pelayanan
66

Untuk melaksanakan fungsi, Kepala Seksi Pelayanan mempunyai uraian

tugas:

a. Menyusun perencanaan bidang pelayanan.

b. Melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan

kewajiban masyarakat.

c. Meningkatkan upaya partisipasi masyarakat.

d. Melaksanakan pelestarian nilai sosial budaya masyarakat.

e. Melakukan pembinaan terhadap organisasi keagamaan meliputi

remaja masjid, MUIdan lembaga keagamaan lainnya.

f. Melaksanakan pembinaan kerukunan umat beragama dan antar umat

beragama.

g. Melaksanakan koordinasi dalam pembentukan keluarga yang sehat

dan sejahtera.

h. Melaksanakan pembinaan dalam pengembangan BAZIS.

i. Melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap angkatan kerja.

j. Memberikan pelayanan terhadap angkatan kerja

k. Melaksanakan kegiatan Peringatan Hari Besar Nasional, Daerah, Desa

dan Keagamaan.

l. Melaksanakan kegiatan desa berdasarkan kewenangan desa dalam

bidang pelayanan.

m. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada

Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.


67

n. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala

Desa.

3. Kasi Kesejahteraan

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),hurufb

Kepala Seksi Kesejahteraan mempunyai uraian tugas:

a. Menyusun perencanaan di bidang;kesejahteraan

b. Melaksanakan pembangunan sarana prasaranajinfrastruktur perdesaan

dalam lingkup Kewenangan Desa

c. Melaksanakan pembangunan bidang pendidikan umum dalam

Lingkup kewenangan Desa

d. Melaksanakan pembangunan bidang kesehatan; e. melaksanakan tugas

sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang ekonomi, politik,

lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga, karang

taruna dan perlindungan anak.

e. Melaksanakan pembinaan kepada kelompok perempuan, pemuda,

kelompok tani dan kelompok lain yang bergerak dibidang

kesejahteraan.

f. Melaksanakan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan

kapasitas masyarakat menuju kemandirian ekonomimasyarakat.

g. Melakukan pembinaan terhadap lembaga perekonomian Desa.

h. Melaksanakan pemeliharaan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.


68

i. Melaksanakan pembinaan di bidang olah raga masyarakat.

j. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan

pemerintahan Desa.

k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala

Desa melalui Sekretaris Desa.

l. Melaksanakan kegiatan desa berdasarkan kewenangan desa dalam

bidang kesejahteraan.

m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala

Desa.

4. Kaur Keuangan

Bidang keuangan dan Aset Desa mempunyai tugas melaksanakan

perumusan rancangan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, koordinasi dan

pembinaan umum tingkat kabupaten di bidang keuangan dan aset desa.

Bidang Keuangan dan Aset Desa mempunyai fungsi:

a. Perumusan rancangan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan

keuangan dan aset desa.

b. Pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan

dan aset desa.

c. Pelaksanaan koordinasi dan pembinaan umum tingkat kabupaten yang

berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan aset desa.

d. Penyelenggaraan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan yang berkaitan

dengan pengelolaan keuangan dan aset desa.


69

e. Penyusunan pelaporan atas pelaksanaan kebijakan yang berkaitan

dengan pengelolaan keuangan dan aset desa.

f. Pelaksanaan administrasi bidang bina keuangan dan aset desa.

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas

pemberdayaan masyarakat dan desa sesuai tugas dan fungsinya

5. Kaur Perencanaan

Kepala urusan Perencanaan mempunyai uraian tugas:

a. Mengoordinasikan urusan perencanaan seperti menyusun RPJMDesa,

RKPDesaserta menyusun rencana APBDesa;

b. Menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan.

c. Melakukan monitoring dan evaluasi program; dan d. melaksanakan

penyusunan laporan.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada sekretaris dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pefaporan penyelenggaraan

pemerintahan Desa.

e. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada

Sekretaris Desa.

f. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberlkan oleh Kepala

Desa dan Sekretaris Desa

6. Kaur Umum

Kepala Urusan (Kaur) Umum dengan tugas pokok: Membantu Sekretaris

Desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan,


70

pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat

dan laporan.

Fungsi:

a. Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat

keluar serta pengendalian tata kearsipan

b. Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa

c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum

d. Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis

kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

e. Pengelolaan administrasi perangkat Desa

f. Persiapan bahan-bahan laporan.

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa

7. Staf Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas:

a. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan ketatalaksanaan.

b. Melaksanakan urusan kerumahtanggaan, perlengkapan dan

keprotokolan.

c. Melaksanakan pelayanan administrasi kepegawaian.

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Sekretaris sesuai

dengan tugasnya

8. Staf Keuangan
71

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas:

a. Menyiapkan bahan dan data untuk penyusunan anggaran

b. Menyusun rencana anggaran (RKA-OPD dan DPA-OPD)

c. Melaksanakan tertib administrasi keuangan.

d. Menyusun laporan keuangan.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai

dengan tugasnya

9. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut denganlain adalah

lembaga yang melakukan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah

dan ditetapkan secara demokratis. Badan Permusyawaratan Desa

mempunyai fungsi:

a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa.

b. Menampung dan menyalurkan asprirasi masyarakat Desa

c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Badan permusyawaratan Desa merupakan badan permusyawaratan di

tingkat Desa yang turut membahas dan menyepakati segala ketentuan atau

kebijakan yang diselenggarakan Pemerintah Desa.Upaya meningkatkan

kinerja kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta

meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa


72

atau Badan Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan

musyawarah Desa.Berikut daftar aparat Desa Mekar Jaya:

NO N AM A JABATAN
73

Perangkat Desa
1. H.Kamaruzzaman Kepala Desa
2. Yuyu Wahyu Sekdes
3. Sri Umiyarsih Kasi Pemerintahan
4. Mira Seprina Kasi Pelayanan
5. Imanda Akbariyan Kasi Kesejahteraan
6. Agus Suranto Kaur Keuangan
7. Siti Sufiah Kaur Perencanaan
8. Idrus Kaur Umum
9. Tukimin Staf Umum
10. Eni Amaliyah Staf Keungan
11. Ali Mukti Star Kesejahteraan

. BPD
1 Eko Toto Erianto Ketua BPD
2 Charles Manillang Wakil Ketua BPD
3 Inawati Sekretaris BPD
4 Amson Situmorang Anggota BPD
5 Evi Br.Tamoubolon Anggota BPD

LKMD
1 Bensuardi Sihombing Ketua
2 Syukur Sekretaris
3 Baharudin Bendahara

Dusun I Bukit Raya


1 Andi Siswanto Kadus I
2 Roni Effendi Ketua RW 01
3 Donni Hutasoit Ketua RW 02
4 Syahnaran Ketua RT 01
5 Edi Tukadi.S Ketua RT 02
6 Buang Ketua RT 03
7 Suyatno Adi. S Ketua RT 04
8 Antoni Manurung Ketua RT 05
9 Makmur Munthe Ketua RT 06

Dusun II Agri Bestari


1 Sarjuningsih Kadus II
2 Suwardi Ketua RW 03
3 Tohap P.Sianipar Ketua RW 04
4 Lambok Toga Torop Ketua RT 07
5 Ramulen Tambunan Ketua RT 08
6 Hilman P.Marbun Ketua RT 10
7 Warjo Ketua RT 11
8 Rahman Ritonga Ketua RT 12
PMKS
1 Sahlan Ketua RW 05
74

2 Resmianto Ketua RT 14
3 Murni Ketua RT 15
4 Mesiran Ketua RT 16
5 Rasan Ketua RT 20

UED SP.Jaya Sejahtera


1 Andi Pendamping Desa
2 Nurdin Ketua UED –SP
3 Agus Suranto Tim Verifikasi
4 Hendry Sihotang Tata Usaha
5 Iswanti Kasir UED-SP
6 Firdaus Tampubolon Pengawas Umum
7 Bensuardi Sihombing Otoritas Rekening DUD
8 Nuryaumi Tokoh Wanita
KPMD
Karang Taruna
1 L.Sianipar Ketua
2 Zulfrianto Tum Sagala Wakil Ketua
3 Eko Toto H Sekretaris
4 Sukamto Bendahara

Linmas Desa
1 Wajiyo
2 Boyamin
3 Sukirno

Polmas
1 Jumarno
2 Supriyanto
3 Kasper Manullang
4 Kamaruzzaman
5
Mitra Karip Babinsa
1 Tukimin
2 Suparjo
3 Nursinih
4 Kamaruzzaman
5 Buang
6 Marwoto
7 Setyoko
8 Maulidin
9 Eko Toto Erianto
10 Iwan Faton
75

4.2. Hasil Penelitian Mengenai Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan

Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan

Kerinci

4.2.1. Akuntabilitas

Penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

mengukuhkan keberadaan desa sebagai subyek dalam pembangunan.Hal ini

selaras dengan tujuan otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada

setiap daerah untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan serta

menciptakan upaya kemandirian daerah dengan potensi yang dimilikinya.Undang-

Undang tersebut memberikan dorongan kepada masyarakat untuk membangun

dan mengelola desa secara mandiri. Untuk itu, setiap desa mendapatkan dana

melalui Anggaran Belanja Pendapatan Negara (APBN) dengan jumlah yang

sangat signifikan.

Besarnya dana desa yang akan diterima setiap desa di seluruh Indonesia

menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pihak. Terdapat potensi adanya

kesalahan pengelolaan dana desa mulai dari pengganggaran, pelaksanaan,

penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pelaporannya. Untuk itu, dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan di desa, maka dituntut adanya transparansi,

akuntabilitas, dan partisipasi, baik atas keuangan, kinerja, maupun kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan.

Akuntabilitas merupakan suatu proses pertanggungjawaban atas

pengelolaan sumber daya untuk menyajikan dan pelaporan segala kegiatan-

kegiatan yang telah terwujud secara periodik. Indikator pengukuran akuntabilitas


76

menurut permendagri No. 20 Tahun 2018. Terbitnya Permendagri Nomor 20

tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa merupakan kontribusi nyata

Kementerian Dalam Negeri dalam mewujudkan misi besar untuk kemajuan dan

kesejahteran masyarakat Desa. Tidaklah berlebihan jika dikatakan Permendagri

Nomor 20 tahun 2018 adalah peraturan yang progresif, peraturan yang

berwawasan maju ke depan.

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 adalah salah satu peraturan turunan

UU Nomor 6 Tahun 2014 yang adaptif terhadap perkembangan yang terjadi. Pola

aturan yang hybrid dengan menggabungkan prinsip pemberdayaan dengan prinsip

manajemen keuangan secara setara merupakan langkah berani yang diambil.

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 adalah pemikiran original dalam

mengakomodir prinsip pemberdayaan, yang menjadi salah satu dasar Kementerian

Dalam Negeri merumuskan UU Desa, dan prinsip manajemen keuangan, dengan

menetapkan standar akuntansi pelaporan yang digunakan berbasis kas.

4.2.1.1. Perencanaan

Kewenangan desa tersebut meliputi kewenangan di bidang

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.

Sedangkan Kewenangan desa berdasarkan pemberi penugasan adalah:

1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul.

2. Kewenangan lokal berskala Desa.


77

3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala Desa diatur dan diurus oleh Desa. Sedangkan

pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas

lain dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota diurus oleh Desa. Yang dimaksud Penugasan dari Pemerintah

Pusat dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan

Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penugasan dari Pemerintah Pusat

diikuti dengan pemberian dana desa dari APBN. Penugasan dari Pemerintah

Daerah Provinsi diikuti dengan pemberian bantuan keuangan dari APBD Provinsi.

Penugasan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kota diikuti dengan pemberian

alokasi dana desa dari APBD Kabupaten/Kota.

Yang dimaksud dengan Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan

kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat

Desa. Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,

sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan

sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan


78

yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Pelaksanaan Kewenangan desa tersebut sudah pasti memerlukan pengelolaan

keuangan desa yang baik.Yang dimaksud dengan Pengelolaan Keuangan Desa

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.Salah satu

kegiatan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah perencanaan.

Perencanaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam

pengelolaan keuangan desa.Perencanaan di dalam pengelolaan keuangan desa

mencakup perencanaan dan penganggaran.Kegiatan perencanaan dimulai dengan

penyusunan rencana kerja pemerintah desa (RKP Desa) yang merupakan

penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) untuk

jangka waktu 1 (satu) tahun.Rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM

Desa) itu sendiri memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan

Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa. Rencana pembangunan jangka menengah desa

(RPJM Desa) ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung

sejak pelantikan Kepala Desa.Rencana kerja pemerintah Desa(RKP Desa) mulai

disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.Perencanaan yang

dimaksud disini meliputi proses perencanaan dan penganggaran. Perencanaan dan

penganggaran Keuangan Desa memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan

keuangan desa. Perencanaan Keuangan Desa, meliputi penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa), penyusunan Rencana Kerja


79

Pemerintah Desa (RKP Desa) sedangkan Penganggaran Keuangan Desa meliputi

penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa).Hasil

wawancara mengenai indikator perencanaan menurut permendagri No. 20 Tahun

2018, yaitu:

Tabel 4.1
Indikator Perencanaan
Informan
No. Indikator Hasil Wawancara
1. Perencanaan Bendahara Dalam perencanaan
pengelolaan pengelolahan desa merupakan
keuangan desa penerimaan dan pengeluaran
merupakan pemerintah desa yang
perencanaan dianggarkan dalam APBDesa.
penerimaan dan
pengeluaran
pemerintah desa
pada tahun
anggaran yang
dianggarkan dalam
APB Desa.
2. Sekretaris desa Bendahara Sekretaris desa
mengoordinasikan mengordinasikan penyusunan
penyusunan APBDesa sesuai RKPDesa
rancangan APB setiap tahun.
desa berdasarkan
RKP Desa tahun
berkenaan dan
pedoman
penyusunan APB
Desa yang diatur
dengan peraturan
Bupati/Wali Kota
setiap tahun.
3. Rancangan APB Bendahara Rencana APBDesa yaitu
Desa yang telah merupakan bahan penyusunan
disusun merupakan dalam peraturan desa tentang
bahan penyusunan APBDesa.
peraturan desa
tentang APB Desa.
80

Sumber : Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan perangkat desa yang menjadi responden

dalam penelitian ini maka untuk pertanyaan-pertaanyaan yang diajukan mengenai

indikator perencanaan menurut permendagri No. 20 Tahun 2018maka jawaban

yang diberikan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Permendagri No.

114 Tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan

Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna

pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan desa. Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa

sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan

Kabupaten/Kota.Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka

meliputi:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6

(enam) tahun.

2. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja

Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka

waktu 1 (satu) tahun. 

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja

Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.  RPJM Desa ditetapkan

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala

Desa.RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun
81

berjalan.Berdasarkan RKP Desa yang sudah disusun tersebut, Sekretaris Desa

menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa.Sekretaris Desa

menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada Kepala

Desa.Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa disampaikan oleh Kepala

Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati

bersama.Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama paling

lambat bulan Oktober tahun berjalan.

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati

bersama tersebut kemudian disampaikan oleh Kepala Desa kepada

Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak

disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi

Rancangan APB Desa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.Dalam hal Bupati/Walikota tidak

memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu maka Peraturan Desa tersebut

berlaku dengan sendirinya.  

Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan

penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil

evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala

Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi

Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan

Bupati/Walikota.
82

4.2.1.2. Pelaksanaan Dalam Pengelolaan Dana Desa

Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa

diberikan kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri

serta pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

hidup masyarakat desa.Selain itu pemerintah desa diharapkan untuk lebih mandiri

dalam mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki,

termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa.Begitu

besar peran yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab

yang besar pula.Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip

akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Peraturan pelaksanaan dari UU Nomor

6 Tahun 2014 yang telah ada sampai dengan saat ini yaitu PP Nomor 43 Tahun

2014 tentang Desa, PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang

Bersumber dari APBN, serta beberapa aturan teknis dari Kementrian Dalam

Negeri diantaranya yaitu Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa.

Walau peraturan yang ada masih minimal, tetapi BPKP c.q Deputi Bidang

Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah selaku pengemban amanat untuk

mempercepat peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara sebagaimana

tercantum dalam diktum keempat Inpres Nomor 4 Tahun 2011, berinisiatif

menyusun Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Konsultasi Pengelolaan Keuangan


83

Desa yang bersifat implementatif dan praktis untuk dapat digunakan membantu

pemerintah desa. Hasil wawancara mengenai indikator pelaksanaan dalam

pengelolaan dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan

Kerinci, yaitu:

Tabel 4.2
Indkator Pelaksanaan
No. Indikator Informan Hasil Wawancara/Dokumen
1. Pelaksanaan Pengelolahan keuangan desa
pengelolahan Mekar Jaya tidak dilaksanakan
keuangan desa melalui rekening kas akan
merupakan tetapi melalui buku cek
penerimaan dan dimana desa Mekar Jaya
pengeluaran desa sistem pengambilannya hanya
yang Dokumen menggunakan cek bank dan
dilaksanakan KTP kaur keuangan serta KTP
melalui rekening Kades.
kas desa pada
bank yang
ditunjuk Bupati/
Wali kota.
2. Rekening kas Desa Mekar Jaya tidak
desa dibuat oleh membuat rekening kas karena
pemerintah desa sistem pencairan dana desa
dengan specimen Dokumen hanya menggunakan cek bank
tanda tangan yang berspesimen tanda
kepala desa dan tangan kades dan kaur serta
kaur keuangan. KTP Kades dan KTP Kaur.
Sumber : Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan perangkat desa yang menjadi responden

dalam penelitian ini maka untuk pertanyaan-pertaanyaan yang diajukan mengenai

indikator pelaksanaan dalam pengelolaan dana Desa Mekar Jaya Kabupaten

Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci maka jawaban yang diberikan telah

sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Permendagri No. 114 Tahun 2014

dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.


84

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

keuangan desa.Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APBDesa.Penyelenggaraan

kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat

didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan

dan belanja daerah.

Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah

didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara.Dana anggaran pendapatan

dan belanja negara dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan

disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota.Penyelenggaraan

kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

4.2.1.3. Penatausahaan Dalam Pengelolaan Dana Desa

Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang

khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa (Kaur Keuangan).Bendahara Desa

(Kaur Keuangan) wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang

ada berupa penerimaan dan pengeluaran.Bendahara Desa (Kaur

Keuangan)melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas transaksi-

transaksi keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan

oleh Bendahara Desa (Kaur Keuangan) dilakukan dengan cara sederhana, yaitu

berupa pembukuan belum menggunakan jurnal akuntansi. Penatausahaan baik

penerimaan kas maupun pengeluaran kas, Bendahara Desa (Kaur Keuangan)


85

menggunakan Buku Kas Umum.Hasil wawancara mengenai indikator

penatausahaan dalam pengelolaan dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci, yaitu:

Tabel 4.3
Indikator Penatausahaan
No. Indikator Informan Hasil Wawancara/Dokumen
1. Penatausahaan Penatausahaan keuangan dilakukan
keuangan oleh Bendahara desa.
dilakukan oleh
kaur keuangan Bendahara
sebagai
pelaksana fungsi
kebendaharaan.
2. Penatausahaan Dalam penatausahaan desa Mekar
dilakukan Jaya mencatat penerimaan dan
dengan mencatat pengeluaran pada buku kas umum
setiap Bendahara dan
penerimaan dan Dokumen
pengeluaraan
dalam buku kas
umum.
3. Pencatatan pada Pencatatan buku kas umum ditutup
buku kas umum setiap akhir tahun
Dokumen
ditutup setiap
akhir tahun.
Sumber : Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan perangkat desa yang menjadi responden

dalam penelitian ini maka untuk pertanyaan-pertaanyaan yang diajukan mengenai

indikator penatausahaan dalam pengelolaan dana Desa Mekar Jaya Kabupaten

Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci maka jawaban yang diberikan telah

sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Permendagri No. 114 Tahun 2014

dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas

Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa. Pencairan dana dalam
86

rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa.

Pengelolaan keuangan Desa meliputi:

1. Perencanaan.

2. Pelaksanaan.

3. Penatausahaan.

4. Pelaporan

5. Pertanggungjawaban.

Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

Desa.Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa, kepala Desa

menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa.Penerimaan yang

bersifat tunai yang diterima oleh Bendahara Desa dibuatkan bukti kuitansi tanda

terima dan dicatat oleh Bendahara Desa pada Buku Kas Umum.Sedangkan untuk

penerimaan yang bersifat transfer, Bendahara Desa mendapat informasi dari bank

berupa Nota Kredit atas dana-dana yang masuk ke dalam Rekening Kas

Desa.Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya Bendahara Desa melakukan

pencatatan ke dalam Buku Bank. Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer

harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan

tertib. Selain pencatatan pada Buku Kas Umum atau Buku Bank, Bendahara Desa

juga membukukan realisasi pendapatan ke dalam Buku Rincian

Pendapatan.Pencatatan dalam Buku Rincian Pendapatan berguna untuk

mengklasifikasi rincian dari realisasi pendapatan yang diterima agar dapat

dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi APB Desa.Pencatatan seluruh penerimaan

tersebut dilakukan secara benar dan tertib.


87

4.2.1.4. Pelaporan Dalam Pengelolaan Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD

kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat. Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN

setiap tahun. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa

ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dan di luar dana Transfer Daerah (on top)

secara bertahap. Anggaran yang bersumber dari APBN dihitung berdasarkan

jumlah desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka

kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan Desa. Jumlah

penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dihitung dengan bobot:

1. 30% untuk jumlah penduduk kabupaten/kota.

2. 20% untuk luas wilayah kabupaten/kota.

3. 50% untuk angka kemiskinan kabupaten/kota.

Formulir/Daftar yang dipergunakan dalam melaporkan pengelolaan dan

desa:

1. Laporan semester pertama.

2. Laporan semester akhir tahun

3. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa.

Pelaksana/Unit kerja yang terlibat:

1. Bendahara Desa (Kaur Keuangan)


88

2. Sekretaris Desa

3. Kepala Desa

4. Camat atau sebutan lain

5. Bupati/Walikota

Hasil wawancara mengenai indikator pelaporan dalam pengelolaan dana

Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci, yaitu:

Tabel 4.4
Indikator Pelaporan
No. Indikator Informan Hasil Wawancara/Dokumen
1. Kepala Desa Kepala desa menyampaikan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
laporan realisasi APBDesa kepada
pelaksanaan APB Kepala Desa Bupati/Walikota melalui camat.
Desa semester dan Bendahara
pertama kepada
bupati/wali Kota
melalui camat.
2. Laporan terdiri Laporan pertanggungjawaban
atas laporan disampaikan pada 3 bulan setelah
pelaksanaan APB Bendahara akhir tahun anggaran berkenaan
Desa dan laporan dengan ditetapkan peraturan desa.
realisasi kegiatan.
3. Kepala desa Laporan pertanggungjawaban
menyusun laporan berisikan laporan keuangan terdiri
dengan dari laporan keuangan yang terdiri
menggabungkan dari laporan keuangan, laporan
seluruh laporan Dokumen realisasi kegiatan, daftar program,
paling lambat program daerah dan program
minggu kedua lainnya yang masuk di desa.
bulan juli tahun
berjalan.
Sumber : Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan perangkat desa yang menjadi responden

dalam penelitian ini maka untuk pertanyaan-pertaanyaan yang diajukan mengenai

indikator pelaporan dalam pengelolaan dana Desa Mekar Jaya Kabupaten

Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci maka jawaban yang diberikan telah


89

sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Permendagri No. 114 Tahun 2014

dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa

kepada Bupati/Walikota berupa:

1. Laporan semester pertama

2. Laporan semester akhir tahun.

3. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa.

Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada

akhir bulan Juli tahun berjalan.Laporan semester akhir tahun disampaikan paling

lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

4.2.1.5. Pertanggungjawaban Dalam Pengelolaan Dana

Dalam pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana desa maka tahapan

kegiatan pertanggungjawabn tersebut sebagai berikut :

1. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun

anggaran.

2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri dari

pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

3. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan

dengan Peraturan Desa.

4. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa dilampiri:
90

a. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APBDesa Tahun Anggaran berkenaan.

b. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran berkenaan.

c. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

masuk ke desa.

5. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa merupakan

bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan

Desa.

6. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan

media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.

7. Media informasi antara lain papan pengumuman, radio komunitas dan

media informasi lainnya.

8. Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui camat atau

sebutan lain.

9. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa,

disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran

berkenaan.

Hasil wawancara mengenai indikator pertanggungjawaban dalam

pengelolaan dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan

Kerinci, yaitu:
91

Tabel 4.5
Indikator Pertanggungjawaban
No. Indikator Informan Hasil Wawancara/Dokumen
1. Kepala desa Laporan pertanggungjawaban
menyampaikan merupakan bagian dari laporan
laporan penyelenggaraan pemerintah
pertanggungjawaban desa akhir tahun anggaran.
realisasi APB Desa Selain laporan
kepada bupati/ wali pertanggungjawaban kepada
kota melalui camat Bupati/wali kota, pemerintah
setiap akhir tahun. Kepala Desa desa berkewajiban
dan Bendahara menginformasikan kepada
masyarakat melalui media
informasi. Laporan
pertanggungjawaban di
sampaikan paling lambat 3(tiga)
bulan setelah akhir tahun
anggaran berkenan yang di
tetapkan dengan peraturan desa.
2. Laporan Pelaporan dan pertanggung
pertanggungjawaban jawaban keuangan desa adalah
disampaikan paling kegiatan yang dilakukan untuk
lambat 3 (tiga) bulan menyampaikan hal-hal yang
setelah akhir tahun berhubungan dengan hasil
anggaran berkenaan pekerjaan yang telah dilakukan
Bendahara
yang ditetapkan selama satu periode tertentu
dengan peraturan sebagai bentuk pelaksanaan
desa. tanggung jawab
(pertanggungjawaban) atas
tugas dan wewenang yang
diberikan.
3. Laporan Adapun informasi kepada
pertanggungjawaban masyarakat paling sedikit harus
berisikan laporan memuat laporan realisasi
keuangan yang APBDesa, laporan realisasi
terdiri dari laporan kegiatan, laporan kegiatan yang
realisasi APB Desa belum selesai dan/atau tidak
dan catatan atas terlaksana an, laporan sisa
Dokumen
laporan keuangan, anggaran dan alamat pengaduan.
laporan realisasi
kegiatan, daftar
program sektoral,
program daerah dan
program lainnya
yang masuk ke desa.
Sumber : Hasil Penelitian
92

Dari hasil wawancara dengan perangkat desa yang menjadi responden

dalam penelitian ini maka untuk pertanyaan-pertaanyaan yang diajukan mengenai

indikator pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana Desa Mekar Jaya

Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci maka jawaban yang

diberikan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni Permendagri No. 114

Tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.Pelaporan dan pertanggung

jawaban keuangan desa adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-

hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu

periode tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab

(pertanggungjawaban) atas tugas dan wewenang yang diberikan.

Tujuan pelaporan keuangan desa yaitu bentuk pertanggungjawaban

lembaga atas penggunaan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki dalam suatu

periode tertentu serta sebagai alat evaluasi karena menyediakan informasi posisi

keuangan serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan, dan menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi Kepala Desa sendiri

maupun pemangku kepentingan lainnya.

Manfaat pelaporan keuangan desa yaitu mengetahui tingkat efektivitas,

efisiensi, dan kemanfaatan pengelolaan sumber daya ekonomi oleh desa dalam 1

tahun anggaran; dapat mengetahui nilai kekayaan bersih desa sampai dengan

posisi terakhir periode pelaporan; sebagai alat evaluasi kinerja aparatur desa;

sebagai sarana pengendalian terhadap kemungkinan praktik penyalahgunaan atau

penyimpangan pengelolaan keuangan; sebagai wujud riil implementasi asas

transparansi dan akuntabilitas yang diamanatkan undang-undang.


93

Pada Pasal 68 dan 69 Permendagri 20/2018, Kepala Desa menyampaikan

laporan  pelaksanaan APB Desa semester pertama  kepada Bupati/Wali Kota

melalui camat. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari, laporan

pelaksanaan APB Desa; dan laporan realisasi kegiatan. Kepala Desa menyusun

laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan cara menggabungkan

seluruh laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 paling

lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan. Bupati/Wali Kota menyampaikan

laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa kepada Menteri melalui Direktur

Jenderal Bina Pemerintahan Desa paling lambat minggu kedua Bulan

Agustus tahun berjalan.

Kewajiban Kepala Desa dalam Permendagri 20/2018 yaitu Kepala Desa

menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester pertama kepada

Bupati/Wali Kota melalui camat.Laporan Kepala Desa Terdiri dari, Laporan

pelaksanaan APB Desa semester I dan Laporan Realisasi Kegiatan. Laporan

diserahkan paling lambat minggu ke 2 bulan juli tahun berjalan.Bupati/Wali Kota

menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa kepada Menteri

melalui Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa paling lambat minggu kedua

Bulan Agustus tahun berjalan.

Pertanggungjawaban disampaikan kepada Bupati/Walikota paling lambat

3 bulan setelah akhir tahun anggaran. Ditetapkan dengan Peraturan desa (Perdes)

dilampiri: Laporan Keuangan, Laporan Realisasi Kegiatan, Daftar Program yang

Masuk Desa. Laporan konsolidasi realisasi pelaksanaan APBDes disusun oleh

Bupati/Walikota paling lambat April Minggu ke 2. Penginformasian kepada


94

masyarakat melalui baliho, banner, papan pengumuman dan media informasi yang

lain.

4.2.2. Transparansi

Pengertian Transparansi Keuangan Kerangka konseptual Standar

Akuntansi Pemerintahan (2015:35) menyatakan bahwa pengertian tentang

transparansi adalah sebagai berikut: “Transparansi adalah memberikan informasi

keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya

yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan

perundangundangan. Indikator pengukuran transparansi sesuai dengan

Permendagri No. 114 Tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.Terakhir

mengenai musyawarah perencanaan pembangunan desa diikuti oleh pemerintah

Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat yang terdiri dari:

tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dan lain-lain yang

disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat, paling banyak 9 orang atau

81,82 % menyatakan sangat setuju dan 2 orang atau 18,18 % menyatakan

setuju.Hasil wawancara mengenai indikator pengukuran transparansi sesuai

dengan Permendagri No. 114 Tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018,

yaitu:
95

Tabel 4.6
Indikator Transparansi
No. Indikator Hasil
Informan
Wawancara/Dokumen
1. Kepala desa Peran pemerintah desa dalam
menyampaikan mendukung keterbukaan
informasi mengenai informasi kepada masyarakat
APB Desa kepada sangat jelas dengan cara
masyarakat melalui menyampaikan program-
media informasi. program apa saja yang
didanai dari dana desa
Kepala Desa
melalui musyawarah desa
(musdes) dan juga
musyawarah perencanaan
poembangunan desa
(musrembangdes) serta
melalui baliho yang dipasang
di kantor desa.
2. Pembukuan arus kas Semua pengeluaran kas harus
masuk dan arus kas didukung bukti yang lengkap
keluar memuat semua dan sah.
informasi yang
Bendahara dan
berisikan pengeluaran
Dokumen
belanja atas beban
APB Desa yang
didukung oleh bukti
yang lengkap dan sah.
3. Kepala desa Pemerintah desa
menyampaikan menyampaikan laporan
laporan realisasi penggunaan dana
pertanggungjawaban desa ke kecamatan dan
Kepala Desa dan
realisasi APB Desa kabupaten secara tepat waktu
Bendahara
kepada bupati/ wali serta menyampaikan kepada
kota melalui camat masyarakat melalui papan
setiap akhir tahun informasi desa.
anggaran.
4. Kepala desa Musrenbangdes adalah forum
menyelenggarakan rembug warga desa yang
MUSRENBANGDES dilakukan untuk
untuk membahas dan membicarakan masalah dan
menyepakati potensi desa untuk
Kepala Desa
rancangan RKP Desa. memberikan arah yang jelas
atas tindakan yang layak
menurut skala prioritas dan
dilaksanakan dalam
mengatasi masalah atau
96

No. Indikator Hasil


Informan
Wawancara/Dokumen
memaksimalkan potensi yang
dimiliki sebagai dasar
program kerja pemerintah
desa melaksanakan
penganggaran dan kegiatan
tahunan desa.
5 Musyawarah Musyawarah perencanaan
perencanaan pembangunan Desa diikuti
pembangunan desa uleh Pemerintah Desa, Badan
diikuti oleh Permusyawaratan Desa, dan
pemerintah Desa, dan unsur masyarakat (tokoh
Badan adat, agama, masyakarakat,
Permusyawaratan pendidikan, perwakilan
Desa, dan unsur kelompok tani, nelayan,
masyarakat yang pengrajin, perempuan,dan
terdiri dari: tokoh lain-lain sesuai kondisi sosial
adat, tokoh agama, budaya masyarakat). Sebagai
tokoh masyarakat, contoh, antara lain
tokoh pendidikan, dan Musrenbangdes terkait :
Kepala Desa
lain-lain yang pembahasan rancangan
disesuaikan dengan RPJM Desa, pembahasan
kondisi sosial budaya rancangan RKP Desa dan
masyarakat. daftar usulan RKP
Desa,penyusunan dan
pelaksanaan RKP Desa oleh
Penjabat Kepala Des\a serta
perubahan Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM
Desa) dan/atau Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKP
Desa),
Sumber : Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan perangkat desa yang menjadi responden

dalam penelitian ini maka untuk pertanyaan-pertaanyaan yang diajukan mengenai

transparansi maka jawaban yang diberikan telah sesuai dengan peraturan yang

berlaku yakni Permendagri No. 114 Tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun

2018.Salah satu prinsip penting dalam tata kelola pemerintahan yang baik
97

adalah transparansi dalam hal keuangan.Untuk memegang dan melaksanakan

prinsip ini, maka harus selalu diterapkan dalam mengatasi setiap masalah

keuangan desa.

Dalam pengelolaan keuangan desa seringkali masalah yang dihadapi

adalah efektivitas dan efisiensi, prioritas, kebocoran dan penyimpangan serta

rendahnya profesionalisme.Pengelolaan keuangan yang baik berpengaruh

signifikan terhadap pengelolaan kepemerintahan desa. Oleh karena itu, asas-asas

dalam pengelolaan keuangan desa perlu diterapkan.Prinsip atau asas transparansi

sendiri adalah sikap membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh

informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan

desa dalam setiap tahapannya, baik dalam perencanaan dan penganggaran,

pelaksanaan anggaran, pertanggung-jawaban, maupun hasil pemeriksaan, dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia

desa.

4.3. PembahasanAkuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Dana

DesaMekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Pengaturan khusus mengenai desa pada Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa desa memasuki babak baru

dan membawa harapan baru bagi kehidupan kemasyarakatan dan pemerintahan


98

desa yang berdampak erat kepada keuangan desa terkhusus terkait dengan sistem

pengelolaan dana desa.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan

bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat.5 Artinya dana desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Namun Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Seluruh kegiatan yang didanai Dana Desa (DD) direncanakan,

dilaksanakan, dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur

masyarakat di desa, dimana seluruh kegiatan harus dapat

dipertanggungjawabkan.Berdasarkan laporan realisasi penggunaan Dana Desa

pada Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan dari

tahun 2019-2021, Dana Desa diperuntukan pada bidang penyelenggaran

pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, pemberdayaan

masyarakat desa dan bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak.

Berikut ini Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa dari tahun 2019-2021:

Tabel 4.7
Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa dari tahun 2019-2021
Uraian Tahun
2019 2020 2021
PENDAPATAN
Dana Desa 857.180.000 882.748.000 695.938.400
BELANJA
99

Uraian Tahun
2019 2020 2021
BIDANG PENYELENGGARAN - 50.367.200 33.446.000
PEMERINTAHAN DESA
Penyusunan, Pendataan, dan - - 33.446.000
Pemutakhiran Profil Desa
BIDANG PELAKSANAAN 747.245.000 50.367.200 441.818.300
PEMBANGUNAN DESA
Penyelenggaran - 21.600.000
PAUD/TK/TPA/TKA/TPQ/Madrasah
NonFormal Milik
Pengelolaan Perpustakaan Milik Desa - 9.600.000
(Pengadaan Buku, Honor, Tamu
Penyelenggaraan Pos Kesehatan 2.000.000 3.505.000 17.125.000
Desa/Polindes Milik Desa (obat,
Insektisida)
Penyelenggaraan Posyandu (Mkn - 12.000.000 15.000.000
Tambahan, Kls Bumil, Lamsia, Insen
Penyelenggaraan Desa Siaga Kesehatan - 56.756.300
Pembangunan/Rehabilitasi/ 27.381.000 - -
Peningkatan/Pengadaan Sarana/Prasaran
Pembangunan/Rehabilitasi/ 426.488.000 - 84.357.000
Peningkatan/Pengerasan Jalan
Lingkungan
Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan 291.376.000 34.862.200 217.380.000
Prasarana Jalan Desa (Gorong2)
Pembuatan dan Pengelolaan - - 20.000.000
Jaringan/Instalasi Komunikasi dan
Informasi
Pemberdayaan Masyarakat Desa : 107.435.000 85.381.500 73.300.000
- Penyertaan Modal BUMDes 70.000.000 50.000.000 50.000.000
- Pelatihan/Bimtek/Pengenalan 21.890.000 - -
Tekonologi Tepat Guna untuk
Pertanian
- Peningkatan Kapatitas Perangkat 15.545.000 35.381.500 15.485.000
Desa
- Peningkatan Kapasitas BPD - 7.815.000
BIDANG PENANGGULANGAN - 644.500.000 154.800.000
BENCANA, DARURAT DAN
MENDESAK
- Kegiatan Penanggulanan Bencana - 112.000.000 -
- Penanganan Keadaan Mendesak - 532.500.000 154.800.000

PENGELUARAN 854.680.000 780.248.700 703.364.300

SILPA TAHUN SEBELUMNYA - 2.500.000 104.999.300


Silpa Dana Desa - 2.500.000 104.999.300
JUMLAH - 885.248.000 800.937.700
100

Uraian Tahun
2019 2020 2021
SISA 2.500.000 104.999.300 97.573.400
Sumber : Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan

Berdasarkan laporan realisasi penggunaan Dana Desa pada Desa Mekar

Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan dari tahun 2019-2021

dapat dilihat secara garis besar Dana Desa diperuntukan pada bidang

penyelenggaran pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa,

pemberdayaan masyarakat desa dan bidang penanggulangan bencana, darurat dan

mendesak dengan rincian sebagai berikut :

Pada tahun 2019, Dana Desa sebesar Rp857.180.000 dan dana tersebut

digunakan untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar Rp747.245.000

atau 87,17 % dari Dana Desa dan pemberdayaan masyarakat desa sebesar

Rp107.435.000 atau 12,53 % dari Dana Desa.

Tahun 2020, Dana Desa sebesar Rp882.748.000 dan dana tersebut

digunakan untuk bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar Rp50.367.200

atau 5,71 % dari Dana Desa, pemberdayaan masyarakat desa sebesar

Rp85.381.500 atau 9,67 % dari Dana Desa dan bidang penanggulangan bencana,

darurat dan mendesak sebesar Rp644.500.000 atau 73,01 % dari Dana Desa. Total

penyerapan Dana Desa tahun 2020 sebesar 88,39 %.

Tahun 2021, Dana Desa sebesar Rp695.938.400 dan dana tersebut

digunakan untuk bidang penyelenggaran pemerintahn desa sebesar Rp33.446.000

atau 4,81 % dari Dana Desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa sebesar

Rp441.818.300 atau 63,49 % dari Dana Desa, pemberdayaan masyarakat desa

sebesar Rp73.300.000 atau 10,53 % dari Dana Desa dan bidang penanggulangan
101

bencana, darurat dan mendesak sebesar Rp154.800.000 atau 22,24 % dari Dana

Desa. Total penyerapan Dana Desa tahun 2020 sebesar 101,07 %.

Dana Desa dibagi atas 4 (empat) kegiatan atau bidang yakni bidang

penyelenggaran pemerintahn desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa,

pemberdayaan masyarakat desa serta bidang penanggulangan bencana, darurat

dan mendesak. Tahun 2019 hanya 2 bidang yang diDana Desa yakni

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat, tahun 2020 hanya 3 bidang

yang diDana Desa yakni pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat serta

bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak. Terakhir tahun 2021,

Dana Desa dilakukan pada 4 kegiatan atau bidang yakni bidang penyelenggaran

pemerintahn desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, pemberdayaan

masyarakat desa serta bidang penanggulangan bencana, darurat dan mendesak.

Dana Desa dari tahun 2019-2020 rata-rata terbesar dialokasikan pada

bidang pelaksanaan pembangunan desa yakni tahun 2019 dialokasikan 87,17 %

dari Dana Desa, tahun 2020 sebesar 5,71 % dan tahun 2021 dialokasikan sebesar

63,49 %. Tahun 2020 Dana Desa sebesar Rp 882.748.000 dan Dana Desa

terbesar diperuntukkan pada bidang penanggulangan bencana, darurat dan

mendesak dengan total Rp644.500.000 atau sebesar 73,01%. Seharusnya

dilakukan perincian lebih jelas penggunaan biaya ini.

Berdasarkan data diatas terdapat Sisa Lebih Anggaran (Silpa) untuk tahun

2020 sebesar Rp2.500.000 dan tahun 2021 sebesar Rp104.999.300. Berdasarkan

informasi Bagian Umum pada Pemerintah Desa Mekar Jaya Kecamatan

Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, salah satu penyebab adanya silpa ini
102

karena kurangnya keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan yang dilaksanana selam

3 bulan sekali.

Dalam Rangka pemantapan pemahaman kepada aparatur desa/camat/lurah,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pemerintahan Dalam Negeri (Pusdiklat

Pemendagri) melaksanakan pelatihan/bimtek/diklat tentang pengelolaan keuangan

desa dari perencanaan sampai pelaporan.Kegiatan ini diselenggarakan secara

swadana yang dibebankan ke masing-masing peserta/Organisasi Perangkat Daerah

dengan biaya sebesar Rp4.500.000,- /peserta. Jadwal pelatihan ini dapat dilihat

pada website Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pemerintahan Dalam Negeri

(Pusdiklat Pemendagri) yakni https://pusdiklatpemendagri.com.Dapat dilihat pada

rata-rata Dana Desa pada Desa Mekar Jaya dari tahun 2019 s/d 2021 sebagai

berikut :

Tabel 4.8
Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
Rata-rata Penggunaan Dana Desa dari tahun 2019-2021
Uraian Penerimaan Jumlah Rata-Rata
2019 2020 2021 Alokasi
PENDAPATAN
DANA DESA 857.180.000 882.748.000 695.938.400 2.435.866.400
BELANJA
Bidang Penyelenggaran - 50.367.200 33.446.000 33.446.000 1,37 %
Pemerintahan Desa
Bidang Pelaksanaan 747.245.000 50.367.200 441.818.300 1.239.430.500 50,88 %
Pembangunan Desa
Pemberdayaan 107.435.000 85.381.500 73.300.000 266.116.500 10,92 %
Masyarakat Desa
Bidang Penanggulangan - 644.500.000 154.800.000 799.300.000 32,81%
Bencana, Darurat Dan
Mendesak
PENGELUARAN 854.680.000 780.248.700 703.364.300
Sumber : Desa Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan

Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengelolaan alokasi desa pada Desa

Mekar Jaya dari tahun 2019-2021, belum dilakukan secara proporsional,hal ini
103

mengacu pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi (Permendes) Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 4 ayat 1 mengenai

Penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan program dan

kegiatan di bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Untuk masalah terkait penggunaan dana desa masih dijumpai

permasalahan pengelolaan alokasi desa pada Desa Mekar Jaya dari tahun 2019-

2021, belum dilakukan secara proporsional namun setelah dilakukan cross check

terhadap kuesioner dan wawancara yang dilakukan kepada perangkat Desa Mekar

Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan ternyata secara prosedir

atau mekanisme telah sesuai dengan Permendagri No. 114 Tahun 2014 dan

Permendagri No. 20 Tahun 2018. Hal ini dikerenakan Dana desa menjadi sesuatu

hal yang sangat menggiurkan bagi semua orang untuk melakukan tindakan

korupsi, apalagi terjadi yang ada daerah kecil dan pelosok menjadikan dana desa

sangat perlu diawasi pengelolaannya. Hal ini sejalan dengan yang dihimbau KPK,

Masyarakat diharapkan berpartisipasi mulai dari perencanaan hingga pelaporan

penggunaan dana desa. Koordinasi dan pengawalan terkait dana desa ini penting

mengingat besarnya anggaran yang dikucurkan untuk program ini. Maka perlu

dilakukan pengawasan pengelolaan keuangan desa yang merupakan usaha,

tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk

memastikan Pengelolaan Keuangan Desa berjalan secara transparan, akuntabel,

tertib dan disiplin anggaran, serta partisipatif sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
104

Oleh karena itu fungsi pemantauan dan pengawasan atas dana desa

memang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

1. Pemantauan Dana Desa

Pemantauan merupakan tahapan penting untuk memastikan bahwa

pengalokasian dana desa dapat menjadi instrumen pemerataan pendapatan

di desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Dengan

demikian, maka kesenjangan pembangunan antara perdesaan dengan

perkotaan dapat berkurang.Pemantauan dan pengawasan juga ditujukan

untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan sejak dini. Proses

pemantauan melibatkan seluruh stakeholder pengelolaan dana desa baik di

tingkat pusat maupun daerah.7 Pemantauan dilakukan untuk menghindari

keterlambatan penetapan Peraturan Kepala Daerah, memastikan

penyaluran dana desa tepat waktu dan tepat jumlah, menghindari

penundaan penyaluran dana desa tahap berikutnya, dan untuk mengetahui

besaran dana desa yang belum disalurkan dari Rekening Kas Umum

Daerah (RKUD) ke Rekening Kas Desa (RKD) Tahun Anggaran

sebelumnya.

Selain pemantauan oleh Menteri, Pasal 152 PMK Nomor 50 Tahun 2017

juga menyebutkan bahwa bupati/walikota juga melakukan pemantauan dan

evaluasi atas dana desa khususnya atas sisa dana desa di RKD. Dalam hal

berdasarkan pemantauan dan evaluasi atas sisa Dana Desa di RKD

ditemukan sisa Dana Desa di RKD lebih dari 30% (tiga puluh persen),

bupati/walikota meminta penjelasan kepada Kepala Desa mengenai sisa


105

Dana Desa di RKD tersebut dan/atau meminta aparat pengawas fungsional

daerah untuk melakukan pemeriksaan. Sisa Dana Desa di RKD lebih dari

30% (tiga puluh persen) dihitung dari Dana Desa yang diterima Desa pada

tahun anggaran berkenaan ditambah dengan sisa Dana Desa tahun

anggaran sebelumnya.Kepala Desa wajib menganggarkan kembali sisa

Dana Desa dalam rancangan APBDesa tahun anggaran berikutnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pelaksana Pengawasan atas Dana Desa

Agar pengelolaan Dana Desa semakin akuntabel, maka diperlukan juga

mekanisme pengawasan. Semua pihak dapat terlibat dalam mekanisme

pengawasan tersebut, yaitu masyarakat desa, Badan Permusyawaratan

Desa (BPD), Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), Camat, Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Bahkan dapat kita ikuti dalam

perkembangan terakhir Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga telah

melakukan pengawasan pengelolaan dana desa.

Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

menyebutkan bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan

keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan

Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran. Kemudian pada Pasal

51 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 disebutkan Kepala Desa

menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa

setiap akhir tahun anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara


106

tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa paling sedikit

memuat pelaksanaan peraturan Desa dan digunakan oleh Badan

Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja

kepala Desa.

Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa paling sedikit memuat

pelaksanaan peraturan Desa, APBDes adalah salah satu contoh Peraturan

Desa.Artinya bahwa kalau Kepala Desa wajib membuat laporan

keterangan tertulis tentang pelaksanaan peraturan desa berarti kepala desa

wajib membuat laporan tentang pelaksanaan APBDes.Laporan keterangan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa digunakan oleh Badan

Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja

kepala desa.Ini menunjukkan bahwa BPD ikut mengawasi kinerja kepala

desa khususnya atas penggunaan Dana Desa yang terintegrasi dalam

APBDes.Jadi masyarakat desa dapat mengawasi Dana Desa bersamasama

atau melalui BPD.BPD dan masyarakat desa adalah para pengawas Dana

Desa yang paling efektif. Selain melihat langsung bagaimana program

kerja pemerintahan desa berjalan, BPD juga mendapat laporan secara

tertulis sehingga bisa melakukan ‘checking and balancing’ antara rencana

penganggaran, durasi yang dibutuhkan sebuah proyek dan hasil yang

dicapai desa

Dana Desa pada intinya dipergunakan untuk kesejahteraan warga,

mendorong pembangunan infrastruktur, perekonomian warga dan jenis


107

pemberdayaan lainnya.Transparansi mutlak dilakukan pemerintah desa, agar

kepercayaan publik dan warga penggunaan Dana Desa.Dan ada rencana

pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes) yang memakan waktu hingga

enam tahun.  Terkait anggaran desa yang bersumber dari Dana Desa (DD),

penggunaannya tidak bisa dilakukan dengan main-main, semua harus betul-betul

dilakukan dengan hati-hati dan tanggung jawab yang tinggi.

Untuk membangun infrastruktur dan pembangunan desa, harus dilakukan

melalui program padat karya dan tidak diperbolehkan melibatkan orang ketiga

atau diproyekkan.Artinya, tenaga pekerjanya melibatkan warga wilayah desa

tersebut, bahkan bila perlu bahan bakunya juga dibeli dari warga setempat.Hal itu

agar roda perekonomian masyarakat di wilayah desa tersebut bisa berkembang.

Karena tujuan dari adanya dana desa ini untuk mensejahterakan rakyat dan

memajukan seluruh desa.


1

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian terhadap penelitian dengan judul transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan Dana Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci ini maka pada Bab ini dirangkum hasil kesimpulan

penelitian sebagai berikut:

5.1. Kesimpulan

1. Pemerintah desa memiliki peran besar terhadap pengelolaan Dana Desa.

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan Desa

menjadi acuan oleh Pemerintahan Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan

Kecamatan Pangkalan Kerinci untuk pengelolaan Dana Desa. Terdapat

lima tahapan pengelolaan keuangan desa yang digunakan untuk

menjelaskan pengelolaan Dana Desa di Desa Mekar Jaya Kabupaten

Pelalawan Kecamatan Pangkalan Kerinci yaitu tahapan perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

2. Terkait penggunaan dana desa masih dijumpai permasalahan pengelolaan

alokasi Desa pada Desa Mekar Jaya dari tahun 2019-2021, belum

dilakukan secara proporsional namun setelah dilakukan cross check

terhadap kuesioner dan wawancara yang dilakukan kepada perangkat Desa

Mekar Jaya Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan ternyata

secara prosedir atau mekanisme telah sesuai dengan Permendagri No. 114

Tahun 2014 dan Permendagri No. 20 Tahun 2018.


2

3. Pemantauan merupakan tahapan penting untuk memastikan bahwa

pengalokasian Dana Desa dapat menjadi instrumen pemerataan

pendapatan di desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

Pemantauan atas pengalokasian, penyaluran, dan penggunaan Dana Desa

ini dilakukan oleh Menteri c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

bersama dengan Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pemantauan dilakukan untuk

menghindari keterlambatan penetapan Peraturan Kepala Daerah,

memastikan penyaluran Dana Desa tepat waktu dan tepat jumlah,

menghindari penundaan penyaluran Dana Desa tahap berikutnya, dan

untuk mengetahui besaran dana desa yang belum disalurkan dari Rekening

Kas Umum Daerah (RKUD) ke Rekening Kas Desa (RKD) Tahun

Anggaran sebelumnya.

4. Agar pengelolaan Dana Desa semakin akuntabel, maka diperlukan juga

mekanisme pengawasan. Pihak yang terlibat dalam mekanisme

pengawasan tersebut, yaitu masyarakat desa, BPD, APIP, Camat, dan

BPK. Bahkan dalam perkembangan terakhir KPK juga telah melakukan

pengawasan pengelolaan Dana Desa.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil temuan dan kesimpulan di atas tentang pengelolaan

Dana Desa di Desa Mekar Jaya Kabupaten Pelalawan Kecamatan Pangkalan

Kerinci, terdapat beberapa saran:


3

1. Berdasarkan penggunaan Permendagri No 20 Tahun 2018 Tentang

Keuangan Desa, melalui setiap tahapan pengelolaan keuangan dapat

menganalisis pengelolaan Dana Desa di sebuah desa.

2. Penerapan prinsip-prinsip good governance dalam menganalisis

pengelolaan Dana Desa yang peneliti gunakan dapat mengukur sejauh

mana peran pemerintah Desa dalam proses pengelolaan Dana Desa.

3. Saran dalam penelitian kedepannya adalah diharapkan peneliti selanjutnya

mengkaji dengan melihat dari prinsip-prinsip good governance lainnya dan

menganalisis peran aktor-aktor pemerintah desa lebih khususnya lagi

dalam kajian Dana Desa.

4. Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat lebih aktif tentang posisinya

dalam penyelenggaraan setiap kebijakan pemerintah Desa. Masyarakat

dituntut lebih peduli terhadap lingkungan sekitar khususnya dalam

berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah Desa


4

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Halim. 2015. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.
Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat

Arifiyadi, Teguh. 2012. Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya di


Indonesia, Penerbit Unikarsa, Jakarta.

Arumi, Fatimaningrum, 2016, Corporate Responsibility dalam Perspektif


Governance, Penerbit Lingkar, Yogyakarta

Bandariy, H, 2012, Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan dan Aksesibilitas


Laporan Keuangan Daerah pada Kabupaten Banyumas. Skripsi Universitas
Diponegoro Semarang

Djalil, Rizal. 2014. Akuntabilitas Keuangan Daerah Implementasi Pasca


Reformasi. Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka

Fithri, Eka Jumarni, Darul Amri dan Endah Widyastuti, Pengaruh Determinan
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, Jurnal Riset Terapan Akuntansi,
Volime 3 Nomor 2.

Hanifa, 2015.Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Program Dana Desa.


Jurnal Sosiatri Vol.5, No.43, Thn.2015.

https://pusdiklatpemendagri.com.

Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). 2015.


Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.
5

Jurnal Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan


Desa Tahun 2015.

Islamy, Irfan. 2014. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta,


Bumi Aksara

Ispriyarso, Budi, 2019, Desentralisasi Fiskal Dan Otonomi Daerah Di Indonesia,


Law Reform Volume 15, Nomor 1, Tahun 2019,Universitas Diponegoro,
Jawa Tengah.

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2015. Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat


Kota dan Problematikanya. Jakarta: Pustaka Setia.

Krina, P. Loina Lalolo, 2012. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabiitas,
Transparansi dan Partisipasi. Jakarta.

Kumorotomo, Wahyudi, 2013, Akuntabilitas Birokrasi Publik, Sketsa Pada Masa


Transisi, Magister Administrasi Publik (MAP) dan Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

Lili, Sadeli, M. 2018. Dasar-dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara.


Mahmudi, 2013.Manajemen Kinerja Sektor Publik. Sekolah Tinggi
IlmuManajemen YKPN, Yogyakarta

Mamelo, Gresly Yunius Rainal, Lintje Kalangi dan Linda Lambey, 2016, Analisis
Pelaksanaan Dan Penatausahaan Dana Desa Pada Desa-Desa Dalam
Wilayah Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, Jurnal Riset
Akuntansi dan Auditing Vol. 2 Nomor 1, Univesitas Sam Ratu Langi,
Manado

Manggaukang Raba. 2014. Akuntabilitas, Konsep dan Implementasi. Malang:


Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Mardiasmo. 2013. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.

Murwaningsari, Etty, 2015. “Hubungan Corporate Governance, Corporate Social


Responsibility dan Corporate Financial Performance Dalam Satu
Continum”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 11 Nomor 1

Nasihatun, Lina, 2015. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Dalam Upaya


Meningkatkan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.Jurnal Vol 3,
No. 1, Thn 2015.
6

Ndraha Taliziduhu, 2015. Teori Budaya Organisasi, Cetakan Pertama, PT. Rineka
Cipta, Jakarta

Nurcholis, Hanif, 2014,Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah,


Grasindo, Jakarta

Putro, Nugroho Suratno. 2013. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan


Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (Studi Kasus pada Kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah)”. Diponegoro Jurnal Of Accounting. Semarang: UNDIP.

Raharjo, Try, 2013, Implementasi Kebijakan Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Di
Desa Jembul Dan Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto, Jurnal Wacana Vol. 16, No. 1 Tahun 2013, Universitas
Brawijaya

Randa, S. 2017. Akuntabilitas dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal


Ekonomia, Vol.7, No.4.

Riant Nugroho Dwijowijoto, 2013, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi,


dan Evaluasi, Jakarta, Elex Media Komputindo
Riantiarno dan Azlina. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Pekbis. Volume 3.Nomor 3.

Safitri, Teti Anggita dan Rigel Nurul Fathah, 2018, Pengelolaan Dana Desa
Dalam Mewujudkan Good Governance, Jurnal Litbang  Volume 2, Nomor
1, Tahun 2018 

Silahuddin.2015. Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Jakarta Pusat:


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.

Sitorus, Nova Sintia Dewi, 2016. Implementasi Pengelolaan Dana Desa (Add) Di
Kampung Linggang Mapan Kecamatan Linggang Bigung Kabupaten Kutai
Barat, Jurnal Administrative Reform Vol. 4 No 4 Tahun 2016

Soemantri, Bambang T., 2015, "Pedoman Penyelengaraan Pemerintahan Desa",


Fokus Media, Bandung

Soetardjo Kartohadikoesoemo, 2012, Menyoal (kembali) Otonomi Desa, PN Balai


Pustaka, Yogyakarta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit


Alfabeta, Bandung.
7

Sulistiyani. 2014. Akuntansi untuk Kecamatan dan Desa, Penerbit Erlangga,


Jakarta

Syafiie, Inu Kencana, 2015, Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara

Ulum, Ihyaul, 2014. Akuntansi Sektor Publik, Graha Ilmu, Yogyakarta

Wicaksono, R. 2015. Akuntansi Keuangan, Anggaran. dan Akuntansi Anggaran


Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Widagdo, Ari Kuncara dan Muhammad Ismail, 2016,Sistem Akuntansi


Pengelolaan Dana Desa, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 19 No. 2,
Agustus 2016.

Undang-Undang dan Peraturan:

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Permendagri No 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa


Keuangan Desa

Permendagri No 20 Tahun 2018 Tentang Perubahan Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49 /PMK.07 /2016


Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan
Dan Evaluasi Dana Desa

Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah


(SAP)

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas PP 43/2014


Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 Mengenai Desa

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas PP


60/2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN. (Buku Pintar
Dana Desa, Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2017)

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2019
8

Anda mungkin juga menyukai