Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Kesatuan Repulik Indonesia telah mengatur Undang-Undang No 6
Tahun 2014 tentang Desa di artikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat, di akui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Salah satu cara untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dalam pengelolaan
anggaran Desa dengan memperhatikan pada tahapan pengelolaan, perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, pertanggung jawaban. Dalam pelaksanaannya Desa akan
bersentuhan langsung dengan masyarakat, dalam peranan Desa memberikan
pelayanan kepada publik khususnya kepada masyarakat, maka di harapkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan Alokasi Dana Desa di butuhkan
aparat pemerintah Desa yang handal agar pelaksanaannya lebih terarah dan sesuai
dengan tata kelola yang baik.
Desa di bentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan Desa dapat berupa
penggabungan beberapa Desa atau bagian Desa yang bersandingan atau
pemekaran dari satu Desa menjadi dua Desa atau lebih, atau pembentukan Desa di
luar Desa yang telah ada. Pembentukan Desa tidak semata-mata sesuai dengan
keinginan perangkat Desa yang berwenang mengatur keseluruhan kegiatan di
Desa, seperti halnya dengan pembentukan atau pendirian organisasi baru,
pembentukan Desa pun harus memenuhi aturan-aturan yang ada. Berikut landasan
hukum pembentukan Desa adalah Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang
Desa dan di atur lebih lanjut dalam PP No 43 Tahun 2014 yang telah di revisi
menjadi PP No 47 Tahun 2015 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang
No 6 Tahun 2014.
Untuk mengelola pemerintahan di suatu Desa, kepala Desa membutuhkan
pendampingan dari warga Desa. Penduduk Desa ini bekerja sesuai dengan
tugasnya. Karna perannya yang besar, maka perlu di susun peraturan-peraturan

1
atau Undang-Undang yang terkait dengan pemerintahan Desa untuk mengatur
pemerintahan Desa, agar dapat menjalankan perannya dengan sebaik- baiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut, peran masyarakat juga penting terutama dalam
proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat Desa.
Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud daring pemenuhan hak Desa
untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh yang berkembang mengikuti
pertumbuhan dari Desa itu sendiri. Adanya dana Desa tersebut, pemerintah Desa
di tuntut untuk mengelola dana Desa dengan efektif. Efektif yang di maksud
adalah sejauh mana target yang telah di capai oleh pemerintah Desa dalam
pemanfaatan dana Desa. Untuk dapat menjalankan peranannya yang efektif,
pemerintah Desa perlu terus di kembangkan sesuai dengan perkembangn
kemajuan masyarakat Desa dan lingkungan sekitarnya.Maksud pemberian Alokasi
Dana Desa (ADD) adalah sebagai bantuan atau dana untuk mendorong dalam
membiayai program pemerintah Desa dan partisipasi pemerintahan dan
perberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan
hak Desa untuk menyelenggarakan otonominya supaya tumbuh dan berkembang
mengikuti pertumbuhan Desa itu sendiri.
Alokasi Dana Desa (ADD) di tujukan untuk membiayai program pemerintah
Desa dalam hal pelaksanaan kegiatan pemerintahan Desa dan pemberdayaan
masyarakat. Tujuan dari Alokasi Dana Desa ialah menanggulangi kemiskinan dan
mengurangi kesenjangan, meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan ditingkat Desa dan memberdayakan masyarakat, serta
meningkatkan pembangunan infrastruktur. Salah satu hal yang perlu di perhatikan
dalam pembangunan Desa terhadap Alokasi Dana Desa adalah mengenai
transparansi. Maksud transparan yakni pengelolaan keuangan Desa adalah
pemgelolaan uang yang ada tidak di rahasiakan dan tidak tersembunyi dari
masyarakat, serta di lakukan sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Dengan
adanya transparan ini keuangan Desa dapat di kontrol dan di awasi oleh pihak
yang berwenang. Prinsip transparansi ini penting supaya keuangan Desa dapat
berjalan dengan baik dan memenuhi hak-hak masyarakat serta menghindari
konflik di masyarakat Desa.

2
Dengan hal ini menurut Riza Ramahdan (2014:3) masyarakat akhirnya
dapat menilai kinerja pemerintah Desa secara langsung. Jika kinerja pemerintah
Desa baik, maka masyarakat akan memberikan apresiasi yang baik, namun
apabila hasil pengelolaan keuangan Desa tidak dapat di ketahui oleh masyarakat
sehingga pemerintah Desa belum menunjukan transparansi dan akuntabilitasnya
pada masyarakat umum. Penyelenggaraan pemerintahan Desa di jelaskan
merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintah, sehinggah Desa memiliki
kewenangan untuk mengaturdan mengurus kepentingan masyarakatnya. Pada sisi
mekanisme pendanaan pemerintah Desa proses yang din kerjakan adalah
bagaimana Desa mengelola aset sumber daya alam secara bijaksana dan
berkelanjutan. Menurut Nurman (2015:225) penguatan basis ekonomi rakyat yang
bersumber pada asset Desa merupakan pilihan menuju kemandirian. Plihan
tersebut juga di ambil untuk menciptakan ruang bagi peran masyarakat dalam
proses pembangunan.
Menurut Djiwadono dalam Nurman (2015:241) menyebutkan bahwa tujuan
pembangunan Desa meliputi pertama, tujuan ekonomi meningkatkan
produktivitas di daerah pedesaan dalam rangka mengurangi kemiskinan di daerah
pedesaan. Kedua, tujuan sosial di arahkan kepada pemerataan kesejahteraan
penduduk Desa. Ketiga, tujuan kultural pedesaan. Keempat, tujuan kebijakan
menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat Desa secara maksimal
dalam menunjang usaha-usaha pembangunan serta dalam pemanfaatan dan
mengembangkan hasil-hasil pembangunan. Arah pemberdayaan masyarakat Desa
yang paling efektif adalah dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintaha
yang memang mempunyai kebijakan pembangunan yang lebih reaktif
memberikan prioritas kebutuhan masyarakat Desa dalam Alokasi anggaran
sehingga mereka mampu untuk memanfaatkan potensi yang di miliki daerah
masing-masing.
Satu dari rentetan program pemberdayaan itu adalah pemberian Alokasi
Dana menyelenggarakan pertumbuhan Desa itu sendiri berdasarkan
keanekaragaman, partisipatif, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat. Alokasi Dana Desa di berikan pemerintah pusat yang di peroleh dari
dana perimbangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di

3
terima oleh Kabupaten atau Kota dalam Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) setelah di kurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 10%. Dana
tersebut kemudian dapat di gunakan untuk membiayai penyelenggaran
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
mengoptimalkan potensi Desa di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang,
pemerintah peningkatan pembangunan, baik pembangunan infrastruktur, seperti
pembangunn sarana dan prasarana umum, maupun pembangunan non
infrastruktur, seperti potensi daya, wisata, pendidikan, dan lain-lain. Semua itu di
lakukan selangkah nyata pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan
Alokasi Dana Desa.
Tabel 1.1
Rincian Penggunaan Dana Desa di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang Tahun 2019-2021
No Uraian Penggunaan Dana (Rp)
1 2019 1.549.791.858,00
2 2020 1.649.685.877,00
3 2021 1.891.728.459,00
Sumber: Kantor Desa Noelbaki( 2019-2021)

Berdasarkan Tabel 1.1 Rincian Penggunaan Dana Desa Noelbaki


Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dapat di ketahui anggaran Dana
Desa Tahun 2019 berjumlah Rp.1.549.791.858, penggunaan Dana Desa Tahun
2020 berjumlah Rp. 1.649.685.877 dan penggunaan Dana Desa Tahun 2021
berjumlah Rp. 1.891.728.459. Dari data 3 tahun terakhir tersebut terlihat bahwa
penggunaan Dana Desa di Desa Noelbaki mengalami peningkatan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang penulis uraikan sehingga
penulis tertarik untuk mendeskripsikan sejauh mana pengelolaan Alokasi Dana
Desa (ADD) itu untuk pembangunan Desa di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang
Tengah Kabupaten Kupang. Dengan melihat fenomena yang terjadi di Desa
Noelbaki untuk itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Meningkatkan
Pembangunan Desa di Desa Noelbaki”.

4
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah ini adalah
bagaimana pengelolan Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan
Desa di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di uraikan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengelolaan Alokasi
Dana Desa (ADD) dalam meningkatkan pembangunan pedesaan di Desa Noelbaki
Kecamatann Kupang tengah Kabupaten Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu dan
pengembangan pengetahuan pada jurusan ekonomi pembangunan. Selain itu juga
dapat di jadikan bahan referensi untuk penelitian serupa yang akan di lakukan di
kemudian hari.
2. Manfaat Praktis
Sebagai masukan dan informasi bagi masyarakat serta pemerintah Desa
khususnya di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang
dalam melaksanakan penyelenggaraan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD).
Penelitian ini juga di harapkan dapat meningkatkan kemampuan aparatur Desa
dalam membangun Desa.
1.5 Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah di gunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan-penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian
tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan
penelitian tercapai. Dalam penelitian ini hanya akan di fokuskan pada bagaimana
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)Dalam Meningkatkan Pembangunan Desa
di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Desa


Desa menurut asal katanya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “dhesi”
yang berarti tanah kelahiran. Jadi Desa tidak hanya di lihat penampakan sebutan
fisiknya saja, tetapi juga di mensi sosial budayanya. Desa adalah bentuk
pemerintahan terkecil yang ada di negara ini. Luas Desa biasanya tidak terlalu
luas dan banyak di huni oleh sejumlah keluarga. Mayoritas penduduknya bekerja
di bidang agraris dan tingkat penduduknya cenderung rendah. Karna jumlah
penduduknya tidak begitu banyak, hubungan kerabatan antar masyarakatnya
biasanya terjalin kuat. Masyarakatnya juga masih percaya dan menjaga adat
istiadat dan tradisi yang di tinggalkan para leluhur mereka.
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 menjelaskan
pengertian Desa yakni Desa adalah kesatuan hukum yang batas wilayahnya
mengurus pemerintahan, kepentingan dan masyarakat lokal berdasarkan prakarsa
masyarakat berdasarkan adat dan hak tradisional yang di akui dan di hormati
dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 pembentukan Desa harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Batas usia Desa induk paling sedikit lima tahun terhitung sejak
peembentukan;
b. Jumlah penduduk sebagaimana di atur pada pasal 8 ayat 3;
c. Wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antar wilayah;
d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat
sesuai dengan adat istiadat Desa;
e. Memiliki potensi yang memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya ekonomi pendukung;
f. Batas wilayah Desa yang di nyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah di
tetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota;
g. Sarana dan prasarana bagi pemerintah Desa dan pelayanan publik dan
tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi
perangkat Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6
Landasann hukum yang menjadi latar belakang pembentukan suatu Desa,
ada hal lain yang harus di lengkapi juga yaitu unsur-unsur Desa. Dalam hal ini
yang di maksud unsur-unsur Desa adalah komponen-komponen pembentuk Desa
sebagai satuan ketatanegaraan. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Wilayah Desa merupakan wilayah yang menjadi bagian dari wilayah
kecamatan.
b. Penduduk atau masyarakat Desa, yaitu mereka yang bertempat tinggal di
Desa selama beberapa waktu secara berturut-turut.
c. Pemerintahan adalah suatu sistem tentang pemerintah sendiri dalam arti di
pilih sendiri oleh penduduk Desa yang nantinya akan bertanggung jawab
kepada rakyat Desa.
d. Otonomi adalah sebagai pengatur dan pengurus rumah tangga sendiri.
Desa menurut Widjaja H.A.W (2012 :3) dalam bukunya yang berjudul
Otonomi Desa menyatakan bahwa Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otono mi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan
masyarakat.
Menurut Sutardjo Kartodikusumo (2002), pengertian Desa adalah suatu
kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri. Berbeda dengan Landis (1948) yang
mendefinisikan Desa sebagai suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500
jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempuyai pergaulan hidup yang saling mengenal.
2. Adanya ikatan perasaan yang sama tentang kebiasaan.
3. Cara berusaha bersifat agraris dan sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor
alam.
Dari beberapa pengertian dan defenisi Desa di atas kesimpulan yang dapat
di ambil mengenai beberapa ciri kehidupan di Desa adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai wilayah sendiri
2. Mempunyai sistem masyarakat sendiri
3. Kehidupan sangat erat dengan lingkungan alam

7
4. Sifat gotong royong masih tertanam kuat pada warga masyarakat Desa
5. Masyarakat Desa merupakan paguyuban (gemeinshchaft), yaitu gaya hidup
berdasarkan ikatan kekeluargaan yang kuat
6. Strukturb organisasinya bersifat agraris
7. Jumlah penduduk tidak terlalu banyak dan luas daerah tidak terlalu besar
8. Proses sosial berjalan lambat
2.1.1 Jenis Desa
Desa atau Desa lain dengan nama yang sangat berbeda pada awalnya
merupakan organisasi kemasyarakatan lokal yang memiliki batas-batas wilayah,
di huni oleh banyak penduduk, dan mempunyai adat istiadat yang mengelolah
dirinya sendiri yang di sebut dengan self-governing community. Dilihat dari sisi
peran dan fungsinya, Desa bisa di kategorikan ke dalam tiga jenis sebagai
berikut;
1. Desa Adat (Self -Governing Community)
Desa jenis ini adalah embrio (cikal-bakal) Desa di nusantara, berbasis pada
suku (geneologis) dan mempunyai batas-batas wilayah, memiliki otonomi
asli, struktur asli atau sistem pemerintahan asli menurut hukum adat dan
menghidupi masyarakat sendiri secara komunal.
2. Desa Otonomi (Local Self Government)
Ciri khas Desa ini adalah berkurangnya pengaruh adat yang ada di Desa.
Desa ini memiliki otonomi dan kekuasaan dalam perencanaan, pelayanan
publik, keuangan, (melalui anggaran pendapatan dan belanja Desa) dan
memilki sistem demokrasi lokal.
3. Desa Administratif
Desa Administratif mempunyai batas-batas wilayah yang jelas, berada
dalam subsistem, dari pemerintah Kabupaten/Kota. Desa ini sering di sebut
dengan pemerintah negara bagian setempat (The Local State Government).
Otonomi Desa jenis ini sangat terbatas dan tidak jelas.

8
2.1.2 Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan dalam bahasa inggris berasal dari kata Management, menurut
Arifin Abdurracman dalam Purwanto (2009) mengemukakan bahwa menejemen
adalah kegiatan kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang
telah di tentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksanaan. Sedangkan
pengelolaan itu sendiri memiliki pengertian penyelenggaraan atau pengurusan
agar suatu yang di kelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efesien.
Menurut Harold Koontz dan Cyril O’ Donel mendefinisikan pengelolaan
sebagai usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
Menurut Andrew F. Sikul mengemukakan bahwa pengelolaan pada umumnya di
kaitkan dengan penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan
pengambilan keputusan yang di lakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang memiliki perusahaan untuk
menghasilkan produk atau layanan secara efisien.
Menurut George R. Terry, pengelolaan merupakan sebuah proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, pergerakan
dan pengawasan, yang di lakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah di tetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta
sumber-sumber lain.
Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijakan dan
tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan, kebijaksanaan, dan pencapain tujuan (Poerwadarminta
, 2006). Sedangkan menurut (Syamsi, 2008) pengelolaan adalah proses cara,
perbuatan pengelolaan ayang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan
organisasi atau yang memberikan pengawasan suatu hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan dengan menggunakan tenaga orang
lain.
2.1.3 Pembangunan Desa
Pembangunan Desa adalah upaya dasar yang di lakukan oleh Kepala Desa,
perangkat Desa, seta madyarakat Desa yang memiliki hak dan kewenangan untuk
mengelola dan melaksanakan perubahan ke arah yang lebih baik yang meliputi
seluruh sektor kehidupan masyarakat Desa yaitu sosial, budaya, ekonomi,

9
pertahaan dan keamanan. Pendidikan dan teknologi Desa dan lain-lain yang ada di
Desa.
Beberapa pengertian pembangunan Desa berdasarkan regulasi dan pendapat
ahli sebagai berikut:
1. Bangunan Desa adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan secara berencana yang di lakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Pembangunan mengandung aspek yang sangat luas. Salah satunya
mencakup pembangunan di bidang politik, (Siagian, 2003).
2. Bangunan Desa adalah suatu proses yang kompleks dan penuh
ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah di kendalikan dan di
rancanakan dari pusat, (Kuncoro, 2004).
3. Bangunan Desa tidak terlepas dari konteks manajemen pembangunan daerah
baik di tingkat Kabupaten maupun Propinsi karna kedudukan Desa dalam
konteks yang lebih luas (sosial, ekonomi, akses, pasar, dan politik) harus
melihat ketertarikan antar Desa. Desa dalam kecamatan, antar kecamatan
dan kabupaten (Wahyudin dalam Nurman, 2015)
4. Pembangunan Desa dalam upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa (Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014).
Pembangunan Desa di tujukan untuk menyelesaikan segala permasalahan
yang ada di Desa. Secara umum permasalahan-permasalahan di Desa adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di pedesaan yang
masih rendah
b. Ketersediaan sarana dan prasarana fisik maupun non fisik di Desa dan
kawasan pedesaan yang belum memadai
c. Ketidakberdayaan masyarakat pedesaan akibat faktor ekonomi maupun non
ekonomi
d. Pelaksanaan tata kelola pemerintahan Desa yang memerlukan penyesuain
dengan amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

10
e. Kualitas lingkungan hidup masyarakat Desa memburuk dan sumber pangan
yang terancam berkurang.
f. Pengembangan potensi ekonomi lokal Desa yang belum optimal akibat
kurangnya akses dan modal dalam proses produksi, pengelolaan maupun
pemasaran hasil produksi masyarakat Desa.
g. Masihlemahnya antar pelaku pembangunan untuk mempercepat pembangun
an daerah tertinggal
h. Rendahnya produktivitas masyarakat di pedesaan
i. Kurangnya aksebilitas daerah tertinggal terhadap pusat pertumbuhan
wilayah belum terpenuhinya standar pelayanan minimum (SPM)
j. Lemahnya ketidakpastian kepemilikan dan penguasaan tanah
k. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta
terbatasnya aksebilitas sumber daya alam
l. Lemahnya partisipasi masyarakat (Soleh, 2017).
Berbagai permasalahan yang ada di Desa, maka sesungguhnya
permasalahan tersebut dapat di selesaikan oleh Desa sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Desa sebagai berikut:
a. Melaksanakan urusan dan kepentingan masyarakat
b. Melaksanakan pembangunan Desa mulai dari perencanaan pembangunan,
pelaksanaan pembangunan, pergerakan pembangunan Desa
c. Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan kearifan lokal
d. Membangun dan meningkatkan perekonomian Desa
e. Menjamin ketertiban dan ketentraman masyarakat Desa
f. Melaksanakan musyawarah Desa dalam setiap perumusan perencanaan
pembangunan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa dan sebagian.
Pembangunan Desa akan dapat berjalan dengan baik jika di iringi dengan
Dana Desa yang signifikan. Dana Desa adalah dana yang di berikan oleh
pemerintah pusat dan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Dana Desa di peruntukkan sebagai modal dasar bagi Desa untuk
melaksanakan pembangunan Desa yang meliputi perencanaan pembangunan
Desa, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan Desa baik pembangunan Desa
secara fisik maupun nonfisik.

11
Untuk membangun Desa sangat di butuhkan Keuangan Desa. Salah satu
bentuk pengelolaan tingkat Desa adalah pengelolaa keuangan tingkat Desa. Arif
(2007) memyatakan pengelolaan keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan Desa. Oleh karna Dana Desa
harus di kelola dengan baik dan profesional. Keuangan Desa adalah segala hak
dan kewajiban Desa yang dapat di nilai dengan uang, serta segala bentuk uang
atau barang yang dapat di jadikan milik Desa yang berkaitan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban.
Sesuai dengan amanat dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, pemerintah mengalokasikan Dana Desa, melalui mekanisme transfer kepada
Kabupaten/Kota berdasarkan Alokasi Dana tersebut, maka tiap Kabupaten/Kota
mengalokasikannya kepada setiap Desa berdasarkan pertimbangan jumlah Desa
(30%), luas wilayah (20%), dan angka kemiskinan (50%). Hasil perhitungan
tersebut juga telah di sesuaikan dengan tingkat kesulitan geografis masing-masing
Desa.
2.1.4 Alokasi Dana Desa
Alokasi Dana Desa yang di kenal dengan ADD adalah dana yang di
alokasikan oleh pemerintah kabupaten untuk Desa yang bersumber dari APBN
(Dana Anggaran) yang di terima oleh kabupaten setelah di kurangi belanja
pegawai. Dasar hukum pengalokasian Dana perimbangan ke Desa adalah
berdasarkan otoritas pasal 72 (6) ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2004.
Jika tidak di laksanakan, pasal 72 (6) memberikan sanksi yang tegas, dan
pemerintah dapat setelah menguranginya. Dana alokasi khusus, menunda dan
mengurangi Alokasi Dana Perimbangan.
Desa memiliki posisi yang sangat strategis, sehingga di perlukan adanya
perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Indikasi
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah di tandai dengan keberhasilan
pemerintah dalam pelaksanaan otonomi Desa. Oleh karna itu upaya untuk
memperkuat pemerintahan yang ada di Desa merupakan langkah yang harus
segera di wujudkan baik pemrintah propinsi maupun oleh pemerintah kabupaten.

12
Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan perimbangan dana pemerintah
kabupaten/kota kepada pemerintah Desa yang bersumber dari keuangan
pemerintah pusat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Wasistiano (2006:110)
menyatakan bahwa konsep tentang dana perimbangan Desa sendiri bukan
merupakan suatu gagasan ekonomi (semata) melainkan suatu gagasan untuk
memberikan dukungan bagi pengembangan proses politik dan proses reform di
Desa. Distruksi politik di masa lalu tentunya memiliki rehabilitasi yang memadai.
Sumber dana desa yang terkuras keluar perlu di kembalikan dari prinsip
pemerataan yang hilang, perlu pula segera di wujudkan agar tidak terus menerus
menjadi slogan politik.
Sebagai konsekuensi di berikannya otonomi kepada Desa maka di berikan
pula anggarannya untuk mengelolah daerahnya yang di sebut Alokasi Dana Desa
(ADD). Alokasi Dana Desa adalah dana yang di alokasikan oleh pemerintah
kabupaten untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan pemerintah
pusat daerah yang di terima oleh kabupaten.
Adapun tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) ini adalah untuk:
a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah Desa dalam melaksanakan
pelayanan pemerintah pembangunan dan kemasyarakatan sesuai
kewenangannya.
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di Desa dalam
perencanaan pelaksanaan pengendalian pembangunan secara partisipatif
sesuai dengan potensi Desa.
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan kesempatan bekerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat Desa.
d. Mendorong peningkatann swadaya gotong royong masyarakat Desa.
Pemerintah mengharapkan kabijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dapat
mendukung pelaksanaan pembangunan partisipatif berbasis masyarakat dalam
upaya pemberdayaan masyarakat sekaligus memelihara kesinambungan
pembangunan di tingkat Desa. Dengan adanya Alokasi Dana Desa (ADD)
memiliki kepastian pendanaan sehingga pembangunan dapat di laksanakan tanpa
harus terlalu lama menunggu datangnya dana bantuan dari pemerintah pusat.

13
Pengelolaan Alokasi Dana Desa harus memenuhi beberapa prinsip pengelolaan
seperti berikut:
Setiap kegiatan yang pendanaannya di ambil dari Alokasi Dana Desa melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip: dari, oleh
dan untuk masyarakat.
a. Seluruh kegiatan dan penggunaan alokasi dana desa harus dapat
dipertanggung jawabkan secara administrasi teknik dan hukum.
b. Alokasi Dana Desa harus digunakan dengan prinsip hemat terarah dan
terkendali.
c. Jenis kegiatan yang akan di danai melalui Alokasi Dana Desa diharapkam
mampu untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa
pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan Desa dan kegiatan
lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa dengan pengambilan keputusan
melalui jalan musyawarah.
d. Alokasi Dana Desa harus dicatat di dalam anggaran pendapatan dan belanja
desa melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang
berlaku.

Berikut gambaran rincian proses siklus pengelolaan keuangan desa:

Perencana an

Pertanggung Jawaban
Penganggaran

Siklus
Pengelolaan
keuangan

Pelaksanaan
Pelaporan

Penata Usahaan

Gambar 2.1. Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

14
Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa memiliki aturan yang harus
dipahami dan dilaksanakan sesuai batas waktu yang telah ditentukan.
1. Perencanaan
Perencanaan pembangunan desa mengacu pada konsep membangun desa
dan kontruksi pedesaan. Konsep membangun desa dalam konteks perencanaan
adalah bahwa dalam merencanakan pembangunan, desa perlu mengacu pada
perencanaan kabupaten/kota.
2. Proses Penganggaran
Setelah RKP desa telah ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan
APBD desa. Rencana kegiatan dan rencana anggaran yang ditetapkan dalam RKP
pedesaan digunakan sebagai pedoman prinsip dalam proses penganggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) adalah rencana anggaran
tahunan pemerintah desa yang dirancang untuk melaksanakan rencana dan
kegiatan di wilayah hukum desa.
3. Pelaksanaan
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN dan pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa telah
diatur beberapa pokok penggunaan keuangan desa. Pada pasal 100 PP Nomor 43
Tahun 2014 disebutkan bahwa belanja desa yang ditetepkan dalam APB Desa
digunakan dengan ketentuan:
a. Paling sedikit 75% dari jumlah anggaran digunakan untuk menandai
penyelenggaran kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
b. Paling banyak 30% dari jumlah belanja desa digunakan untuk penghasilan
tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah
desa. Tunjangan dan operasional badan permusyawaratan desa dan insentif
rukun tetangga dan rukun warga.
Dari pasal tersebut terlihat bahwa keuangan desa dibatasi untuk
melaksanakan penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan membayar

15
penghasilan maupun tunjangan insentif bagi perangkat desa, badan
permusyawaratan desa dan rukun tetangga/rukun warga.
Dalam merealisasikan APBD desa, kepala desa bertindak sebagai
koordinator kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat desa atau unsur
masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan harus mengutamakan pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya alam yang ada di desa serta mendaya gunakan
swadaya dan gotong royong masyarakat. Semua ketentuan tersebut tercantum
dalam pasal 121 PP Nomor 43 Tahun 2014. Selain itu APBD di gunakan untuk
pembangunan antar desa atau disebut pembangunan kawasan pedesaan.
Pembangunan kawasan pedesaan merupakan perpaduan pembangunan antar desa
yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas
pelayanan, pembangunan partisipatif, inisiatif untuk melakukan pembangunan
kawasan pedesaan dapat di lakukan secara bottom up dengan pengusulan kepala
desa dan kepada Bupati/Walikota.
4. Penatausahaan
Penata Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang khususnya
dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan
terhadap seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan pengeluaran.
Bendahara desa melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi. Penglolaan keuangan tingkat desa
dibawah tanggung jawab kepala desa dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu
dalam bentuk pembukuan daripada menggunakan buku harian.
Kepala keuangan desa mencatat semua pendapatan dan pengeluaran dibuku
kas. Pada saat yang sama, transaksi dimasukan dalam pengeluaran melalui bank.
Manteri keuangan desa menggunakan buku kas pembantu pajak untuk mencatat
penerimaan kas yang diperoleh dari pemungutan pajak dan mencatat pengeluaran
tersebut ke kas negara dalam bentuk perpustakaan penerimaan pajak. Khusus
untuk pendapatan pembiayaan, terdapat pembantu berupa Buku Rincian
Pendapatan dan Buku Rincian Pembiayaan.
1. Penatausahaan Penerimaan Desa
Tanda terima kas yang di terima bendahara desa berfungsi sebagai bukti
penerimaan dan dicatat oleh bendahara desa dalam buku kas umum. Sedangkan

16
untuk penerimaan yang bersifat transfer, bendahara desa akan menerima informasi
tentang dana desa yang disimpan direkening bendahara desa dari bank dalam
bentuk nota kredit. Kemudian, berdasarkan nota kredit ini, bendahara desa
mencatatnya dibuku tabungan bank. Catatan penerimaan (termasuk uang tunai dan
transfer), harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah, serta dicatat secara
benar.
2. Penatausahaan Belanja Desa
Balanja Kegiatan yang bersifat tunai dikeluarkan oleh Bendahara Desa
dibuat bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh Bendahara Desa pada Buku Kas
Umum.Sedangkan untuk belanja yang bersifat langsung ke pihak ketiga,
Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank (tidak dicatat di
BKU, karena untuk BKU untuk transaksi tunai). Catatan penerimaan (termasuk
uang tunsi dan transfer), harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta
dicatat dengan benar dan teratur. Selain pencatatan transaksi pada Buku Kas
Umum atau Buku Bank, Desa juga mencatatn kewajiban perpajakan yang
dipotong/dipungut atas transaksi belanja yang dilakukan.
Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan, Bendahara Desa
mencatat dalam Buku Pajak pada kolom penerimaan. Nilai potongan /pungutan
pajak didasarkan pada bukti kuitansi sebagaimana telah dibahas sebelumnuya.
Ketika Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas Negara dalam batasan
waktu yang ditaur dalam ketentuan perpajakan melaui form Surat Setoran Pajak
(SPP) maka Bendahara Desa mencatat dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom
pengeluaran. Khusus untuk pungutan Pajak Daerah disesuaikan dengan kondisi
daerah masih-masing, dan jika memang di berlakukan kepada desa maka dalam
peraturan kepala daerah tersebut harus dapat pemberian kewenangan pemungutan
pajak daerah kepada Bendahara Desa. Jika hal tersebut tidak disebutkan maka
Bendahara Desa tidak boleh melakukan pemungutan karena tidak ada
kewenangan.
3. Penatausahaan Pembiayaan Desa
Seperti halnya pencatatan pendapatan pada BKU/Buku Bank, untuk
membukukan realisasi pembiayaan baik penerimaan maupun pengeluaran
pembiayaan di catat dalam buku rincian pembiayaan. Pencatatan dalam buku

17
rincian pembiayaan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi
pembiayaan. Pencatatan ini di perlukan agar dapat di laporkan ke dalam pelaporan
realisasi APB Desa. Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan maupun
pengeluaran pembiayaan tersebut di lakukan secara benar dan tertib.
4. Dokumen Penatausahaan Oleh Bendahara Desa
Bendahara Desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa Buku
Pembantu Pajak dan Buku Pembantu Rincian Objek Belanja, karna telah di
laksanakan oleh fungsi yang lain. Buku pembantu pajak secara sederhana telah di
gantikan dengan buku pembantu yang di kelola pelaksana kegiatan. Buku
pembantu rincian objek belanja yang menggambarkan akumulasi belanja dapat di
lihat pada dokumen SPP terakhir dan juga di dokumentasikan oleh pelaksana
kegiatan. Buku Pembantu Kas Tunai tidak ada karna telah di gantikan dengan
Buku Kas Umum.
5. Pelaporan
Sesuai pasal 35 Permendagri 113 Tahun 2014, Bendahara Desa wajib
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. Laporan
pertanggungjawabkan ini di sampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Sebelumnya, Bendahara Desa menutup
pembukuan secara tertib di akhir bulan, termasuk buku kas biasa, buku bank,
buku pajak, dan buku laporan laba rugi. Penutupan buku selesai dengan Kepala
Desa. Format laporan pertanggungjawaban Bendahara tidak tercantum dalam
lampiran Permendagri 113/2014. Berdasarkan buku yang di kelola, maka
seharusnya laporan pertanggungjawaban Bendahara Desa menggambarkan arus
uang masuk yang di terima pendapatan dan arus uang yang keluar untuk belanja,
panjar dan lain-lain. Arus kas di catat dari buku kas umum dan buku bank.
Penatausahaan yang di lakukan oleh pelaksana kegiatan berupa pencatatan
dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan Laporan Kegiatan telah selesai. Buku Kas
Pembantu Kegiatan mencatat penerimaan yang di peroleh dari Bendahara Desa
(Panjar) atau dari masyarakat (Swadaya) yang telah di rupiahkan. Pelaksana
kegiatan mencatat pengeluaran yang di belanjakan berupa barang belanja atau jasa
dan belanja modal. Atas saldo yang masih tersisa dan berada di pelaksana
kegiatan, maka di lakukan penyetoran kepada Bendahara Desa. Hal yang penting

18
untuk di catat adalah bahwa semua pendapatan dan pengeluaran di dukung oleh
bukti yang valid dan lengkap, tidak hanya pengeluaran tetapi juga penerimaan.
Contoh bukti penerimaan yang perlu di buat oleh pelaksana kegiatan adalah tanda
terima swadaya berupa barang dan daftar hadir untuk tenaga gotong royong.
Pengelolaan keuangan yang baik membutuhkan klasifikasi dalam sistem yang di
uraikan dalam kode rekening atau Chart of Accounts. Kode akun berisi rangkaian
lengkap akun yang di gunakan dalam proses perencanaan, penerapan,
pengelolaan, dan pelaporan. Kode akun adalah alat yang di gunakan untuk
mensinkronkan rencana dengan proses pelaporan. Di harapkan dengan adanya
kode akun tersebut maka kebutuhan akan pelaporan yang konsisten dapat
terpenuhi. Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut maka di perlukan
standarisasi kode rekening sehingga akan di capai keseragaman dalam
pemakaiannya khususnya di wilayah suatu kabupaten atau kota. Berdasarkan hal-
hal tersebut di atas, maka kode rekening di susun sedemikian rupa sehingga dapat
befungsi secara efektif.
6. Pertanggungjawaban
Kepala Desa adalah pertanggungjawaban dari pengelolaan keuangan Desa
secara keseluruhan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 pasal 103-104 mengatur tata
cara pelaporan yang wajib di lakukan oleh kepala Desa. Kepala Desa wajib
melaporkan laporan realisasi pelaksanaan APB Desa kepada Bupati/Walikota
setiap semester tahun berjalan (Laporan Semesteran). Selain itu, kepala Desa
wajub menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelasanan APBDesa kepada
Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran (Laporan Tahunan). Pengaturan
pelaporan dana pertanggungjawaban penggunaan APB Desa tercantum dalam
Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan Desa. Seperti
ketentuan lampiran yang perlu di penuhi dalam laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APB Desa yaitu:
1. Format laporan pertanggungjawaban raealisasi pelaksanaan APB Desa
tahun anggaran berkenaan. Format laporan kekayaan milik Desa per 31
Desember tahun anggaran berkenaan.
2. Format laporan rencana pemerintah dan pemerintah daerah masuk ke Desa
dari PP No. 43 Tahun 2014 dan Pemendagri No. 113 Tahun 2014 terakhir

19
No. 113 tahun 2014 terlihat bahwa laporan pertanggungjawaban yang harus
di buat oleh kepala Desa harus terintregasi secara utuh, tidak melihat
sumber dana yang di peoleh Desa. Hal ini berbeda dengan aturan
sebelumnya yang mewajibkan Desa pertanggungjawaban.
2.1.5 Prinsip Pengelolaan Keuangan Desa
Prinsip pengeloaan keuangan desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 mendasarkan pada prinsip penyelenggaraan pemerintah desa yang meliputi
prinsip kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan
umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalisme, tanggung jawab,
efektivitas dan efisiensi, kearifan lokal, keberagaman dan partisipatif.
Beranjak dari hal tersebut diatas, kewenangan pengelolaan keuangan desa
berada ditangan kepala desa sebagaimana ditaur dalam Undang-Undang No 6
Tahun 2014 tentang desa pasal 75, yaitu: kepala desa adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa. Dalam melaksanakan keuangan desa diatur dalam
peraturan pemerintah. Ruang lingkup pengelolaan keuangan desa meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.
Hal ini sebagimana diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa, yakni sebagai berikut:
a. Semua pendapatan desa diterima dan ditranfer melaui rekening kas desa dan
penggunaannya diatur dalam ABP Desa (pasal 91).
b. Pencairan dana desa dalam rekening kas desa ditandatangani oleh kepala
desa dan bendahara desa (pasal 92).
c. Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam masa satu tahun anggaran
terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember (pasal 94).
d. Pengelolaaan keuang desa meliputi:
1. Perencanaan.
2. Pelaksanaan.
3. Penatausahaan.
4. Pelaporan.
5. Pertanggungjawaban (pasal 93 ayat 1).

20
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Teknik Analisis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Marselina Pengelolaan Pada penelitian Hasil penelitian Sama-sama Pada


Aralili (2018) Alokasi Dana ini pengumpulan menunjukan bahwa meneliti penelitian ini,
Desa (ADD) data di lakukan pengelolaan tentang teknik
Dalam Upaya pada kondisi keuangan Desa Alokasi pengumpulan
Meningkatkan yang alamiah Magmagan Karya Dana Desa data lebih
pembangunan (natural setting) pada dasarnya Dalam banyak pada
Ekonomi pada sumber data sudah sesuai Upaya observasi dan
Masyarakat di primer, dan dengan ketentuan Meningkatk wawancara
Desa teknik yang di tetapkan an
Magmagan pengumpulan oleh pemerintah Pembangun
Karya data lebih banyak pusat, dalam an Ekonomi
Kecamatan pada observasi pelaksanaan juga Masyarakat
Lumar. wawancara, mengacu pada visi
terstruktur misi BPMPD
dengan kuesioner Kalimantan Barat.
dan dokumentasi
untuk peneliti
turun lapangan.

2 Abu Rahum Pengelolaan Penulis Hasil penelitian Sama-sama Peneliti lebih


(2015) Alokasi Dana menyajikan data menunjukan bahwa meneliti fokus pada
Desa (ADD) dan hasil yang di perencanaan tentang pembangunan
Dalam peroleh di pengelolaan Alokasi fisik
Pembangunan lapangan melalui alokasi dana desa Dana Desa
Fisik Desa observasi, (ADD) dalam
Krayan analisis pembangunan fisik
Makmur dokumen, desa krayan
Kecamatan wawancara, makmur telah
long Ikis dokumentasi berjalan dengan
Kabupaten yang baik. Proses
Paser. berhubungan perencanaan yang
dengan ada telah
penelitian. dilaksanakan
sebagaimana
mestinya.

21
3 Okta Pengelolaan Teknik Berdasarkan hasil Sams-sama Metode
Rosalinda Alokasi Dana pengumpulan penelitian yang Meneliti Analisis Data
(2014) Desa Dalam data pada pelitian telah di peroleh Pembangun yang di
menunjang ini yaitu pada Desa an Desa gunakan
pembangunan obsevasi, Segodorejo, adalah
pedesaan (Studi wawancara, elemen-elemen pengumpulan
Kasus: Desa dokumentasi, yang terlibat dalam data, redukasi
Segodorejob serta triangulasi. proses perencanaan data,
dan Desa Ploso Metode Analisis terlihat berjalan di representasi
Kerep data yang di bandingkan dengan data, dan
Kecamatan gunakan adalah Desa Ploso Kerep, penarikan
Sumobito pengumpulan elemen masyarakat kesimpulan
Kabupaten data reduksi data, kurang aktif dalam
Jombang). representasi data, pelaksanaan
dan penarikan musyawarah desa
kesimpulan. yang menyebabkan
pelaksanaan dan
perencanaan masih
terbatas.

2.3 Kerangka Berpikir


Undang-Undang Republik Indonesi No 6 Tahun 2014 tentang Desa
merupakan sebuah produk era reformasi yang menjadi bentuk awal kemandirian
Desa dalam penyelenggaraan pemerintah maupun dalam pengelolaan kuangan
Desa.
Dalam penelitian ini akan membahas tentang pengelolaan dana desa dalam
meningkatkan pembangunan Desa Noelbaki. Melalui alokasi dana desa,
diharapkan desa akan mampu menyelenggarakan otonominya agar dapat tumbuh
dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri. Dimana tujuan
undang-undang desa adalah menciptakan masyarakat aktif yang mampu menjadi
elemen utama dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi setiap
kegiatan pembangunan yang terjadi di desa.
Untuk itu dalam proses pengelolaan dana desa harusnya pemerintah desa
hanya tidak berfokus pada penyelesaian seluruh tahapan pengelolaan dana desa
dan hasil akhir berupa terciptanya pembangunan desa. Namun pemerintah desa
harusnya lebih berfokus pada menciptakan sebuah proses pembangunan yang
diciptakan oleh masyarakat desa setempat, sehingga pembangunan yang
dihasilkan adalah pembangunan yang berkualitas. Yakni sebuah hasil
pembangunan tujuan, kebutuhan dan hasil kerja sama seluruh masyarakat desa
setempat.

22
Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan dana perimbangan yang didapat
dari pemerintah pusat, agar laju pertumbuhan pedesaan dan perkotaan cukup
seimbang. Untuk itu pemerintah menaruh perhatian pembangunan kepada bagian
pedesaan, pembangunan pedesaan sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi
pemerintahan. Untuk itu jika Pengelolaan Alokasi Dana Desa dikelola dengan
baik maka akan berdampak positif terhadap pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.Pengelolaan Keuangan Desa merupakan keseluruhan kegiatan
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungja
waban.
Hal tersebut utamanya pada aspek perencanaan, proses penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban kondisi inilah
yang akan diteliti di Desa Noelbaki kecamatan Kupang Tengah kabupaten
Kupang, terkait dengan bagaimana efektivitas pengelolaan dana desa dalam
meningkatkan desa di desa Noelbaki dan faktor-faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam proses pengelolaan alokasi dana desa dan meningkatkan
pembangunan Desa di Desa Noelbaki.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kerangka konsep penelitian dapat
digambarkan pada skema di bawah ini:

Pemerintah Desa

Pengelolaan Alokasi Dana


Desa Dalam Meningkatkan
Pembangunan Desa

1. Perencanaan
2. Proses Penganggaran
3. Pelaksanaan
4. Penatausahaan
5. Pelaporan
6. Pertanggung Jawaban

Analisis Pengelolaan Alokasi


Dana Desa Dalam
Meningkatkan Pembangunan
Desa

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

23
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) ini adalah di
Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Pemilihan daerah
penelitian dilakukan agar peneliti dapat menbetahui bagaimana pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) dalam meningkatkan pembangunan didesa Noelbaki.
3.2 Objek Penelitian
Adapun Objek kajian dalam penelitian ini yang penulis lakukan adlah
Analisis Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan Pembangunan
Desa di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Menurut Strauss dan Corbin (1997) dalam sujarweni, (2021:19-20) yang di
maksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis yamg menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat di capai (di peroleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara -cara lain dari kuantitatif (pengukuran). Penelitian
kuantitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, aktivitas sosial, dan lain-
lain. Menurut Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan penelitian kualitatif adalah
salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diu amati. Pendekatan kualitatif
diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan
dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu kelompok, masyarakat dan
atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan kontes tertentu yang kaji dari sudut
pandang yang utuh, komprehensip dan holisitik.
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala
sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa pengambaran yang jelas
tentang fenomena atau gejala sosial tertentu dalam bentuk rangkaian kata yang
pada akhirnya menghasilakan sebuah teori, data yang digunakan oleh peneliti

24
dalam penelitian ini yaitu sejarah kantor dan struktur organisasi pemerintah desa
Noelbaki kecamatan kupang tengah kabupaten kupang.
b. Data kuantitatif
Menurut sujarweni (2021:39) penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian
yang menghasilakan penemuan-penemuan yang dapat dicapai (dipeoleh) dengan
mengunakan prosedur-prosedur statistik atau cara- cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran). Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala-gejala
yang mempunyai krakteristik tertentu didalam kehidupan manusia yang
dinamakan sebagai variabel. Dalam pendekaatan kuantitatif hakekat hubugan
diantara fariabel-fariabel dianalisis dengan mengunakan teori yang objektif
Menurut kasiram (2008) dalam bukunya metodologi penelitain kualitatif
dan kuantitatif, mendefiniskan penelitian kuantitatif adalah suatu proses
menemukan pengetahuan yang mengunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengai apa yang ingin diketahui. jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kualitatif. Deskriptif
kualitatif adalah salah satu jenis metode penelitian yang menggambarkan keadaan
subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan
lainnya. Pada umumnya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk
mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan
yang terjadi saat penelitian berlangsung.
2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data Primer, yaitu data yang di peroleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan
narasumber mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
pengelolaan alokasi dana desa di desa Noelbaki langsung dengan kepala
desa, bendahara desa, dan masyarakat guna mengumpulkan data mengenai
pengelolaan alokasi dana desa dalam meningkatkan pembangunan desa di
desa Noelbalki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang.

25
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari kantor desa
Noelbaki Tahun 2019. Dimana data tersebut berupa laporan-laporan /buku-
buku/catatan-catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang di teliti, di
antaranya dari segaala kegiatan yang berkaitan dengan Analisis Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Meningkatkan Pembangunan Desa di
Desa Noelbaki yang meliputi: Rencana pembangunan jangka menengah
desa (RPJMDesa) Tahun 2019-2021, Rencana kerja pembangunan desa
tahun 2019, Rancangan anggaran pendapatan dan belanja desa (RAPBDesa)
Tahun 2019 dan Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) Tahun
2019 .
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan
mewawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong,2014). Dengan melakukan wawancara untuk memperoleh
informasi dari Bendahara Desa atas nama ibu Sarlin Huwae yang lebih jelas
mengenai pengelolaan alokasi dana desa dalam meningkatkan pembangunan
di Desa Noelbaki.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan, menganalisa, dan mengelola data yang
dihasilkan dokumen yang berisi keterangan atas hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD).
3. Instrumen Penelitian
Data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai metode
penelitian seperti observasi, wawancara dan dokumentasi membutuhkan alat
bantu seperti instrumen. Penelitian dengan menggunakan berbagai metode
penelitian seperti observasi, wawancara, dokumentasi membutuhkan
penggunaan alat sebagai alat bantu. Instrumen yang dimaksud adalah
kamera ponsel untuk merekam, telepon genggan untuk recorder, bollpoint
dan buku. Saat penulis melakukan observasi dam merekan kejadian yang

26
penting pada suatu peristiwa, baik berupa foto maupun Vidio, kamera akan
digunakan. Perekam digunakan untuk merekam suara ketika melakukan
pengumpulan data, baik menggunakan metode observasi, wawancara dan
sebagainya. Sedangkan bollpoint dan buku digunakan untuk menulis
informasi mengenai data yang diperoleh.
3.5 Teknik Analisis
Adapun teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang di peroleh di tulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.
Laporan yang di susun berdasarkan data yang di peroleh, di reduksi, di
rangkum, di pilih hal-hal yang pokok, di fokuskan pada hal-hal yang
penting. Data yang mengikhstiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan
konsp, tema dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih
tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari
kembali data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang di peroleh jika di
perlukan.
2. Penyajian Data
Data yang di peroleh di kategorisasikan menurut pokok permasalahan yang
di buat dalam bentuk matriks sehinggah memudahkan peneliti untuk
meneliti pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi
dan penyajian data. Data yang sudah di reduksi dan di sajikan secara
sistematis akan di simpulkan sementara. Kesimpulan yang di peroleh pada
tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan
semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu di
verifikasi. Teknik yang dapat di gunakan untuk memverifikasi adalah
triangulasi sumber data dan metode, diskusi dan pengecekan anggota.

27
3.6 Jadwal dan Biaya Penelitian
1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Adapun jadwal penelitian dalam melaksanakan penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Juni Juli Agustus September Oktober

1 Persiapan
2 Pengurusan Izin
Penelitian
3 Tahap Pengumpulan
Data
4 Tahap Pengelolaan Data
5 Tahap Analisis Data
6 Tugas Akhir
Sumber: Sistematika Penulisan Proposal Tugas Akhir Politeknik Negeri Kupang

2. Biaya Penelitian
Tabel 3.2 Biaya Penelitian
No Uraian Biaya
1 Biaya Persiapan Rp. 100.000
2 Biaya Pengumpulan Data Rp. 100.000
3 Biaya Transportasi Rp. 50.000
4 Biaya Foto Copy dan Print Rp. 400.000
5 Biaya Jilid Rp.100.000
6 Biaya Ujian Rp. 400.000
7 Biaya Lain-lain Rp. 100.000
Jumlah Rp. 1.250.000
Sumber: Sistematika Penulisan Proposal Tugas Akhir Politeknik Negeri Kupang

28
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM

Nama Noelbaki berasal dari bahasa Dawan (Timor) yang terdiri dari kata
Noel yang artinya Sungai/Kali, dan Baki artinya Pagar Batu ( Pagar yang
dibuat dari batu yang disusun ). Jadi Noelbaki artinya Sungai Pagar
batu.Namun ada pemahaman lain bahwa Noelbaki artinya Suatu perkampungan
atau pemukiman sekelompok orang diatas bukit/dataran tinggi yang batas-
batasnya dipagari dengan batu yang demikian panjang sehingga terhindar dari
ancaman musuh atau binatang liar. Pemahaman tentang nama Noelbaki
tersebut dipercaya secara turun temurun hingga sekarang. Menurut keteranga
Tokoh-tokoh masyarakat setempat,sebelum menjadi bagian dari Kecamatan
Kupang Tengah,Kabupaten Kupang, desa Noelbaki mengalami berbagai
perkembangan sebagai berikut :

a. Masa sebelum Penjajahan.

Sebelum Penjajah Portugis dan Belanda datang,masyarakat yang bermukin


di Noelbaki belum mempunyai Pemerintahan Desa tersendiri,namun dibawah
kekuasaan Fetor Amabi,dengan pusat Pemerintahan di Oebufu. Fetor Amabi
bersama Fetor Amarasi di Baun,Fetor Taibenu di Baumata,dan Fetor Babau di
Babau,dibawa Kekuasaan Raja ( Usif) Nisnoni yang istana Kerajaanya (Sonaf) di
Kupang ( saat ini disebut Naikoten II ). Pada waktu itu warga yang bermukim di
Noelbaki dipimpin oleh seorang Kepala Kampung yang disebu Kua Tuaf.

b. Masa Penjajahan Belanda.

Seiring dengan bertambahnya penduduk yang bermukim di Noelbaki,maka


pada tanggal 2 Agustus 1928,oleh Fetor Amabi,Noelbaki dikukuhkan untuk
mempunyai Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Temukung bernama
Alexander Luis Oematan, selama 15 tahun ( 1928-1943). Dalam melaksanakan
Tugas ,Temukung dibantu oleh para Kepala Kampung yang disebut Bernemen.

c. Masa Penjajahan Jepang – Kemerdekaan

Setelah Alexander Luis Oematan meninggal,diganti oleh A.E.Tabana


( 1943-1945),dan selanjutnya berturut-turut diganti oleh Tamukung Obet Loinat
(6 bulan ),Temukung Alfius Neno ( 6 bulan ),dan Temukung Bernabas Tabana
(Putra A,E.Tabana ) berkuasa hingga tahun 1967

29
d. peralian Pemerintahan Temukung menjadi Kepala Desa

Pada Era Orde baru ,istilah Temukung diubah menjadi Kepala Desa dan
yang menjadi Kepala Desa Noelbaki yang pertama Bernabas Tabana ,dengan
Sekretarisnya Petrus Pehang ( 1967-1972 ).Pengangkatan Kepala Desa Noelbaki
melalui pemilihan dilakukan pertama kali pada tahun 1972,dan yang terpilih
menjadi Kepala Desa adalah Petrus Pehang dan sekretarisnya Oskar Kiubana
( 1972-1978 )

Batas Wilayah Desa dan Luas Wilayah Desa

Desa Noelbaki adalah bagian dari Pemerintahan Kecamatan Kupang


Tengah,Kabupaten Kupang dan merupakan Ibukota Kecamatan Kupang
Tengah,yang bataas-batasnya sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Teluk Kupang


 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Oelnasi
 Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Mata Air
 Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tanah Merah dan Desa
Oelpua

Luas wilayah Desa Noelbaki 17,7 Km,meliputui Dusun Air sagu,Dusun


Kiuteta,Dusun Kuannoah ,Dusun Dendeng dan Dusun Oehau.

4.2 Visi, Misi Kantor Desa Noelbaki

a. Visi

Visi Kantor Desa Noelbaki merupakan ketetapan yang Sesuai dengan kaidah
Perundang - undangan bahwa RKPDesa harus selaras dengan RPJMDesa, maka
RKPDesa Noelbaki Tahun 2020 disusun dengan memperhatikan Visi Desa
Noelbaki yang tertuang dalam RPJMDesa Tahun 2017, sebagai dasar dalam
Pelaksanaan Pembangunan Desa Noelbaki, yaitu :

“MENYELENGGARAKAN PEMERINTAH YANG TRANSPARAN,


JUJUR, ADIL, SEJAHTERA, BERBUDAYA DAN BERAKLAKH
MULIA.”

b. Misi

Misi Kantor Desa Noelbaki merupakan pernyataan mengenai garis besar


kiprah Kantor Desa Noelbaki dalam visi di atas. Maka Kantor Desa Noelbaki
menetapkan Misi berdasarkan bagian integral dari misi Kepala Desa terpilih
adalah sebagai berikut :

30
1. Mengendapkan kejujuran musyawarah mufakat baik dengan pemerintah
maupun masyarakat.
2. Meningkatakan pelayanan masyarakat secara aktif dan koperatif.
3. Membuat forum komunikasi antara Lembaga agama dan adat.
4. Mengembangkan ketersediaan fasilitas dengan peningkatan sarana prasarana
terara.
5. Mewujudkan system usaha mandiri melalui program badan usaha milik desa
(BUMDES).
6. Merubah pola piker masyarakat dan meningkatkan ketrampilan melalui
UMKM sehingga meningkatakan ekonomi masyarakat.
7. Meningkatkan peran serta generasi muda di dalam bidang olahraga, seni dan
budaya.
8. Menjadikan pantai panmuti sebagai tempat pariwisata.
9. Meluaskan kesadaran hokum melalui program masyarakat sadar hukum

31
32
33
Kepala Desa
Oktovianus Logo Buke,SH

Plt.Sekretaris
Desa

Yunus Konai

Kepala Urusan Kepala Urusan


Umum dan Keuangan
Perencanaan
Maryati Diana Ati
Sarlin Huwae

Kepala Seksi Kesejahteraan


Kepala Seksi Pemerintahan
dan Pelayanan
Yunus Konai
Ferdelina Kuman

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V

Air Sagu Kiuteta Kuannoah Dendeng Oehau


Gambar 2.6 Struktur Organisasi Desa Noelbaki

Uraian Fungsi dan Tugas Jabatan

Adapun tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut :

Nama : Oktovianus Logo Buke,SH

Nama Jabatan : Kepala Desa

Unit Kerja : Kantor Desa Noelbaki

URAIAN TUGAS

34

Nama : Yunus Konai

Nama Jabatan : Plt. Sekretaris Desa

Unit Kerja : Kantor Desa Noelbaki

URAIAN TUGAS

Nama : Sarlin Huwae

35
Nama Jabatan : Kepala Urusan Umum dan Perencanaan

Unit Kerja : Kantor Desa Noelbaki

 URAIAN TUGAS

 Melakukan, menerima dan mengendalikan surat-surat masuk dan


keluar serta melaksanakan kearsipan;

 Melaksanakan pelayanan umum.,

 Melaksanakan pengetikan surat-surat hasil-hasil persidangan dan


rapat-rapat atau naskah lainnya;

 Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-


alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor;

 Menyusun jadwal serta mangikuti perkembangan pelaksanaan


piket;

 Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan

kantor dan bangunan lain milik Desa;

 Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian Aparat


Desa;

 Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian Aparat


Desa;Melaksanakan pengelolaan Buku Administrasi Umum;

36
 Mencatat inventarisasi kekayaan Desa;

 Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan


tamu dinas dan kegiatan kerumahtanggaan pada umumnya; dan

 Melaksankan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Nama : Maryati Diana Ati

Nama Jabatan : Kepala Urusan Keuangan

Unit Kerja : Kantor Desa Noelbaki

URAIAN TUGAS

1. Mengelola keuangan Desa dan sumber-sumber keuangan Desa lainnya;

2. Melaksanakan pencatatan pengelolaan buku administrasi


keuangan ;

3. Melakukan pembuatan pertanggungjawaban keuangan; dan

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

37
Nama : Yunus Konai

Nama Jabatan : Seksi Pemerintahan

Unit Kerja : Kantor Desa Noelbaki

URAIAN TUGAS

Melaksanakan administrasi pemerintahan Desa;

Melaksanakan administrasi kependudukan.

Mengadakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan pencatatan administrasi


pertanahan;

Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal


pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP);

Melaksanakan kegiatan monografi/profil Desa;

Melaksanaan penyelenggaraan buku administrasi desa dan


keputusan Kepala Desa; dan

Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Nama : Ferdelina Kuman

Nama Jabatan : Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat

38
Unit Kerja : Kantor Desa Noelbaki

URAIAN TUGAS

1. Mengumpulkan , mengolah dan mengevaluasi data di bidang kesejahteraan


rakyat;

2. Melakukan bimbingan di bidang keagamaan, kesehatan, keluarga berencana


dan pendidikan masyarakat;

3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesejahteraan rakyat;

4. Membantu mengumpulkan dan menyalurkan bantuan terhadap korban


bencana alam;

5. Membantu pelaksanaan bimbingan kegiatan Pembinaan Kesejahteraan


Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pramuka dan Organisasi
Kemasyarakatan lainnya;

6. Membantu pelaksanaan pemungutan dana Palang Merah Indonesia (PMI);

7. Mengumpulkan bahan dan menyusun laporan di bidang kesejahteraan


rakyat;

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

39
40

Anda mungkin juga menyukai