Anda di halaman 1dari 30

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN DANA DESA

DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN


(Desa Serindang Kecamatan Tebas)

PROPOSAL SKIRIPSI

OLEH
THAYIB
NIM. 302. 2018. 071
NIRM. 18. 11. 29. 0210. 00. 170

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
2021 M/ 1442 H
BAB I

A. Latar Belakang

Desa membangun, Indonesia Semakin WOW!, ini merupakan sebuah

jargon yang lebih tepat untuk mengambarkan situasi Indonesia saat ini apabila

berbicara tentang pembangunan di Indonesia. Dalam hal ini, tentunya harus

diidentifikasi melalui tingkat yang paling dasar, yaitu terkait pembangunan

desa. Tampaknya, “Desa” tidak dapat terlepas juga dari aspek pembangunan,

sehingga dalam hal membangun desa merupakan konsep hilirisasi yang efektif

sekaligus mendasar demi tujuan luhur negara untuk mensejahterakan

rakyatnya.1 Dikenal dengan hilirisasi, yaitu ditandainya pemerintah telah

menggulirkan Dana Desa sejak tahun 2015 sebagai salah satu upaya dalam

peningkatan pemerataan pembangunan, terutama dalam peningkatan

perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang

Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

(APBN), tertuang dalam pada pasal 19 ayat (2) dijelaskan bahwa dana desa

sebagaimana dimaksud ayat (1) diprioritaskan untuk membiayai pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat di lingkup pedesaan. Adapun segi perioritas

pemberdayaan tersebut masyarakat desa dituntut secara optimal dalam

mengawasi dan menjaga jalannya roda pemerintahan menurut potensi desa yang

bersangkutan dan ketentuan yang mengatur tentang sumber Dana Desa untuk

1
Herman Kartajaya, dalam buku Eko P Sandjojo: Rural Ekonomics II; Meyakini Desa Mau
dan Mampu Membangun, (Jakarta Selatan: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi , 2018), hlm 256.

{ PAGE \* MERGEFORMAT }
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

menyelenggarakan pembangunan. Mengacu juga pada Peraturan Pemerintah

Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa serta Peraturan Pemerintahan Nomor

43 Tahun 2014 yaitu tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6

tahun 2014 tentang desa.2

Pada esensinya, Dana Desa juga merupakan refresentasi dari satu Nawa

Cita; “Membangun Indonesia dari Pinggiran dan Desa”, sehingga dalam hal ini,

Dana Desa yang telah dialokasikan Pemerintah tidaklah sedikit jumlahnya. Di

tahun 2017 saja, tidak kurang dari Rp 60 triliun telah dialokasikan lebih dari

70.000 desa di Indonsia. Setiap desa, saat ini mengelola Dana Desa sekitar Rp

800 juta – Rp 3 miliar dan bergantung dari karakteristik desanya. Dengan

mengacu nominal tersebut, adalah wajar bila Dana Desa mendapatkan perhatian

yang cukup besar dari publik secara luas. Terutama banyak pihak yang merasa

was-was bahkan timbul keraguan dalam hal kemampuan desa mengelola dana

yang terbilang cukup besar itu.

Di satu sisi, publik melihat akan adanya potensi keterbatasan kapasitas

di Desa yang akan menyebabkan keraguan dalam hal kemampuan mengelola

Dana Desa, dan tersebar pula berita bahwa potensi penyalahgunaan Dana Desa.

Oleh karena itu, diperlukan penyempurnaan agar pengelolaan Dana Desa yang

lebih baik. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan

dalam rangka perbaikan penyaluran Dana Desa. Bila sebelumnya mekanisme

pelaksanaan penyaluran, pemantauan, dan evaluasi Dana Desa dilakukan secara

2
Yamulia Hulu, dkk, “Pengelolaan Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa”,
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018), hlm 147.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

terpusat di Jakarta, dan mulai tahun 2017 telah dilakukan oleh 168 Kantor

Pelayanan Perbendaharaan (KPPN) di daerah. Hal ini merupakan terobosan

terbaru sekaligus perubahan regulasi (upaya pemerintah) telah dilakukan untuk

peningkatan efisiensi dalam hal proses penyaluran dan peningkatan good

governance melalui verifikasi atas laporan penyerapan dan capaian output, serta

efektivitas monitoring evaluasi sekaligus.3

Atas dasar dari capaian-capaian tersebut, yang kemudian bermuara pada

tata kelola dana dalam lingkup desa, diperuntukkan berbagai aspek meliputi

empat urusan, yaitu aspek penyelenggaraan, pemerintahan, pembangunan,

pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Di sisi yang sama, bahwa

semakin menguatnya posisi desa sebagai ujung tombak dalam rangka menuju

keutuhan sebuah negara, dari itu, dalam porsi posisi ini tentunya proses

pembangunan akan menunjukkan pada tuntutan publik, hal itu terkait tata kelola

pemerintahan desa yang idealnya harus berlangsung secara akuntabel, dalam

artian dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya. Lalu, secara

transparansi tata kelola Dana Desa juga harus dikedepankan, aspek pengelolaan

keuangan atau pengaplikasian Dana Desa tersebut sekaligus kewajiban yang

harus dilakukan oleh apparat desa dalam rangka memastikan bahwa desa secara

general dapat memenuhi asas prinsip transparansi.4

3
Sri Mulyani Indrawati, Kisah Sukses Dana Desa; Lilin-lilin Cahaya di Ufuk Fajar
Nusantara, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kementerian Keuangan
Republik Indonesia, 2015), hlm 5.
4
Andi Safarini, “Telaah Terhadap Asas Tranparansi dalam Pengelolaan Dana Desa”, Jurnal
Jurisprudentie, Vol. 7 No. 1, Juni 2020, UIN Alauddin Makassar, hlm 62.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

Dalam hal ini, Desa Serindang Kecamatan Tebas tentunya melibatkan

peran serta masyarakatnya dalam hal pembangunan desa yang baik dan sesuai

kebutuhan atau tepat guna, tentunya untuk mensejahterakan masyarakat.

Mengacu pada perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa tahun

anggaran 2021, di dalamnya telah termaktub rencana pembangunan di berbagai

aspek yang meliputi, bidang pembinaan kemasyarakatan, bidang pemberdayaan

masyarakat, bidang penanggulangan bencana, serta darurat dan mendesak

desa.5 Dari beberapa aspek yang telah dirancang sedemikan rupa tersebut,

tentunya juga alokasi dana yang akan dikeluarkan ridak sedikit, dari pihak desa

juga menekankan perlu adanya peran masyarakat untuk mengawasi jalannya

pembangunan desa yang mana secara keseluruhan menggunakan Dana Desa.

Berdasarkan logika pemikiran yang telah dipaparkan, penulis melihat

relasi kuasa/power realtion dari elit Desa Serindang dan masyarakatnya dalam

usaha membangun desa dengan melihat potensi-potensi yang ada dimilki oleh

Desa Serindang. Supaya alokasi Dana Desa tidak sia-sia, sekaligus dipandang

sebagai pembangunan yang berbasis pemberdayaan inilah setidaknya

masyarakat secara pemikiran idealnya dan mendasar adalah pada transparansi,

komitmen, peran serta masyarakat, di dalamnya juga terkait leadership atau

ketokohan, dan keputusan atas aspek fokus penggunaan dana dalam rangka

terapainya tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

5
Lihat Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2021
Pemerintah Desa Serindang.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

Aspek keterbukaan akan informasi dalam ranah ini cukup penting

sekali, terkait pengaplikasian Dana Desa supaya tepat sasaran. Disamping elit

desa tetap dibutuhkannya peran masyarakat secara keseluruan dalam

memonitor pembangunan desa. Sehingga, dalam hal ini penulis tertarik untuk

mengkaji lebih mendalam terkait bagaimana urgensi Dana Desa bagi

pembangunan di Desa Serindang Kecamatan Tebas yang mana dalam hal ini

terkelindan atau keterkaitannya dengan persepsi masyarakat tentang Dana Desa

yang bermuara pada pembangunan di Desa Serindang Kecamatan Tebas,

mengingat bahwa esensi dari persepsi masyarakat itu sendiri sebagai chek and

balences, dalam artian akuntabilitas dan transparansi terkait keterbukaan

informasi publik di skop pengelolaan Dana Desa yang telah dialokasikan oleh

pemerintah pusat dan jumlahnya tidak sedikit sekaligus bertahap untuk

pembangunan Desa Serindang Kecamatan Tebas.

B. Fokus Masalah

Mengacu pada logika pemikiran yang telah tertuang dalam latar

belakang, adapun penulis mengemukakan dua maka fokus masalah yang akan

dijawab dalam penelitian ini diantaranya:

1. Bagaimana dampak Dana Desa bagi pembangunan di Desa Serindang

Kecamatan Tebas?

2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang Dana Desa dengan pembangunan

di Desa Serindang Kecamatan Tebas?


{ PAGE \* MERGEFORMAT }

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana dampak Dana Desa bagi pembangunan di

Desa Serindang Kecamatan Tebas

2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang Dana Desa

dengan pembangunan di Desa Serindang Kecamatan Tebas

Dari segi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan tentang pengaplikasian Dana Desa

2. Menambah pengetahuan masyarakat terkait alokasi dana dalam

pembangunan desa

3. Sebagai saran bagi pemerintah desa agar pembangunan desa yang

berdasarkan alokasi dana dari pusat dengan dengan mengedepankan

tranparansi sekaligus inklusif demi tercapainya pemberdayaan masyarakat

di segala bidang

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka pada sebuah penelitian adalah unsur pendukung, dalam

artian penulis akan mengetahui kajian-kajian terdahulu atau terkait mengena

topik terkait atau studi yang pernah diteliti. Kajian-kajian tersebut dapat barupa

buku, artikel-artikel, jurnal tercetak maupun noncetak, atau dan karya-karya

ilmiah lainnya. Pada hakikatnya, dalam penelitian ini penulis akan menganalisis

sejauh mana penelitian yang telah diteliti oleh orang lain, sekaligus

menunjukkansisi atau gap dalam penelitian ini. Sejauh pengamatan dan


{ PAGE \* MERGEFORMAT }

penelusuran terhadap pustaka-pustaka, penulis menemukan hasil penelitian

terkait tata kelola Dana Desa antara lain;

1. Buku yang ditulis oleh Nur Fitriana dengan judul “Revitalisasi dan

Pengelolaan Potensi Desa Berbasis Pemberdayaan Masyarakat”. Dalam

bukunya, Fitriana membahas terkait pemberdayaan masyarakat untuk

mendukung perkembangan desa dan meningkatkan perekonomian. Apalagi

dalam kegiatannya harus mengintegrasikan potensi - potensi yang dimilki

oleh desa untuk kebaikan masyarakat desa. Selain itu tujuan lainnya adalah

menjaga keseimbangan alam yang sinergi antara lingkungan pertanian dan

pengairan serta menggabungkan menjadi rancangan wisata. Arah

pengembangan ini pasti dapat meningkatkan perkembangan potensi desa

yang dapat mendukung bertambahnya perekonomian desa. Sisi kesenjangan

antara penulis dan Nur Fitriana adalah dari segi persepsi masyarakat itu

sendiri dalam mengawal atau menjaga roda pemerintahan terkait tata kelola

Dana Desa.6

2. Buku yang ditulis oleh Subroto Eko dengan judul “Regulasi Baru, Desa

Baru, Ide, Misi, dan Semangat UU Desa”, dalam bukanya Eko bahwa misi

besar UU Desa bukan sebuah utopia, tetapi telah ada banyak serpihan bukti

empirik sebagai contoh yang membangkitkan optimisme bahwa perubahan

desa merupakan keniscayaan. Dalam berbagai kesempatan diskusi dan

sosialisasi, kami berujar bahwa perubahan desa memang tidak mudah, tetapi

6
Nur Fitriana, Revitalisasi dan Pengelolaan Potensi Desa Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat, (Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020), hlm 55.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

juga tidak terlalu sulit. Desa memang tidak bisa dipandang secara romantis

(bahwa kehidupan desa mengandung harmoni, bahwa semua aspek

kehidupan berjalan baik, bahwa semua orang desa bertindak baik), tetapi

juga bukan berarti bahwa perubahan desa tidak bisa diwujudkan.

Pembelajaran dan pendampingan fasilitatif yang utuh, intensif dan

mendalam – bukan pembinaan impositif dari pemerintah – merupakan salah

satu jalan yang bisa ditempuh untuk mengkatalisasi perubahan desa.

Adapun, sisi kesenjangan antara penulis dan Eko adalah dari segi persepsi

masyarakat itu sendiri dalam mengawal atau menjaga roda pemerintahan

terkait tata kelola Dana Desa.7

3. Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Zainul Abidin yang berjudul “Tinjauan

Atas Pelaksanaan Keuangan Desa dalam Mendukung Kebijakan Dana Desa”,

bahwa pelaksanaan keuangan desa oleh pemerintah desa telah didasarkan

kepada Permendagri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa. Pengelolaan keuangan desa sebagaimana diatur di dalam

Permendagri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Desa yang meliputi tahap perencanaan, penganggaran, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan desa-telah

dilaksanakan dan semakin banyak desa yang mampu serta patuh terhadap

aturan penyusunan sistem keuangan desa tersebut. Berdasarkan survei data

BPS tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, pelaksanaan keuangan desa

7
Subroto Eko, Regulasi Baru, Desa Baru, Ide, Misi, dan Semangat UU Desa, (Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015),
hlm 7.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

oleh pemerintah desa menunjukkan perbaikan dari sisi tertib pelaksanaan

administrasi keuangan, kualitas laporan keuangan, dan penyerapan

anggaran pada kegiatan yang telah diprogramkan. Adapun, sisi kesenjangan

antara penulis dan Eko adalah dari segi persepsi masyarakat itu sendiri

dalam mengawal atau menjaga roda pemerintahan terkait tata kelola Dana

Desa.8

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini menguraikan pemikiran-pemikiran teoritis. Teori

menguraikan jalan pikiran menurut kerangka teoritis yang relevan, yang mampu

menerangkan masalah tersebut. Adapun dalam penelitian ini menggunakan

teori informasi. Sejatinya pengaplikasian teori informasi pada penelitian ini

sebagai pisau analisis. Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, dalam

artian memberitahukan tentang sesuatu seperti informasi tentang pekerjaan,

jabatan atau karir, laporan dan sebagainya.9 Informasi menurut Manuel Castells,

dimulai dengan semakin kuat dominasi ilmu pengetahuan, pendidikaan, dan

terjadinya revolusi teknologi informasi yang melahirkan berbagai entitas sosial

di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, atau yang disebut masyarakat

informasi. Masyarakat informasi pertama kali ditandai dengan revolusi

informasi itu sendiri yang terjadi pada tahun 1970-an.

8
Muhammad Zainul Abidin, “Tinjauan Atas Pelaksanaan Keuangan Desa Dalam
Mendukung Kebijakan Dana Desa”, Jurnal Study of Implementation of Village Finance to Support
Fund Village Policy, hlm 73.
9
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm 503.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

Terjadinya revolusi yang sangat signifikan di bidang pengelolaan

dan peran informasi ini, lahirnya restrukturiasi yang fundamental terhadap

sistem-sistem kapitalis sehingga memunculkan istilah yang disebut oleh

Sastells dengan “kapitalisme informasional” dan memunculkan juga istilah

“masyarakat informasi”. Kapitalisme informasional dan masyarakat

informasi didasarkan pada istilah “informasionalisme”. Termonologi

informasionalisme ialah menekankan sumber utama produksi yang terletak

pada kapasitas penggunaan, pengoptimalan berdasarkan informasi dan

pengetahuan daripada berdasarkan kekuatan modal (bukan bersifat

kebendaan).10

Relevansi teori informasi pada artikel ini ialah bagaimana

kombinasi-kombinasi berbasis modal pengetahuan/knowladge modality dan

informasi yang menggambarkan perkembangan masyarakat dipengaruhi

teknologi, sehingga tidak dimungkiri lagi masuk ke dalam wilayah

masyarakat. Sehingga dalam hal ini yaitu terkait pengelolaan Dana Desa

yang mana masyarakat secara keseluruhan sebagai entitas chek and balences

terkait arah dana dalam pembangunan Desa Serindang Kecamatan Tebas.11

10
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Magister (S2) Interdisciplinary
Islamic Studies (IIS), dalam http://pps.uin-suka.ac.id/id/magister/interdisciplinary-islamic-
studies.html, diakses pada tanggal 3 November 2021 pukul 01:32 WIB.
11
Anis Masruri, “Model Pencarian Informasi Pada Generasi Milenial Mahasiswa IPI
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan 2018”, Baitul Ulum: Jurnal Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4 No. 1, Juni 2020, hlm 3.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

F. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian ilmiah, jenis dan pendekatan pada penelitian

merupakan cara atau langkah-langkah dalam melakukan sebuah penelitian,

terutama pada jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian yang diaplikasikan

pada sebuah kajian, maka outputnya untuk mencapai tujuan/goal.12 Tentunya

harus mengedepankan cara-cara yang bersifat prosedural, sehingga esensi yang

akan dicapai ialah dengan mendesain penelitian tersebut. Untuk penerapannya,

yaitu bagaimana cara mendesain sebuah tulisan, jenis pendekatan apa yang akan

digunakan, tentunya dengan mengedepankan prosedur-prosedur yang telah

dirancang sedemikian rupa.13 Pada penulisan ini, penulis akan menggunakan

jenis dan mendesain penelitian sebagai berikut;

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah kualitatif, yang

merupakan metode atau langkah berlandaskan post positivisme atau

interpretasi. Digunakan pada kondisi objek yang alamiah, dimana data-data

yang diperoleh merupakan data kualitatif, mengedepankan kualitas, analisis

data induktif dan deduktif, serta hasil pada penelitian berupa kualitatif

deskriptif. Bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan,

mengkonstruksi fenomena, serta menemukan hipotesis. Pengaplikasian

jenis kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk menggali,

12
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun
Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm 68.
13
Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm 44.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

mengidentifikasi, dan menginterpretasi secara mendalam terkait tata kelola

Dana Desa di Desa Serindang Kecamatan Tebas.

Selanjutnya, pada penulisan ini, penulis menggunakan desain

fenomenologis dalam artian tata kelola Dana Desa yang terkait lansung

dengan persepsi masyarakat, hal ini merupakan suatu keniscayaan apabila

dana yang dialokasikan oleh pemerintah yang tidak sedikit jumlahnya.

Desain ini juga merupakan salah satu paradigma dalam penelitian ilmiah,

yaitu berusaha mengungkap atau melihat keterkaitan deskripsi individu atau

kelompok spesifik dan berpijak pada fenomena di lapangan, kemudian

historiografi kan secara natural dan runtut. Memberi pengetahuan secara

proporsional dan eksperimental, tingkat fleksibilitas tinggi, penekanan pada

konteks, dan sumber data melimpah sehingga penemuan-penemuan untuk

menjawab permasalahan jadi sangat mudah.14

Apabila dianalogikan secara sederhana, tidak jauh berbeda dengan

mendesain sebuah penelitian menggunakan studi kasus, dimana penulis

harus teliti dan intens dalam memaparkan terkait latar belakang, status,

interaksi individu dan lingkungan atau sebaliknya, bahkan pada kelompok-

kelompok, beserta komunitas-komunitas tertentu dalam kehidupan sosial.

Untuk desain fenomenologis, penulis akan berfokus pada satu fenomena

tunggal, dalam artian mengumpulkan data terhadap individu-individu yang

mengalami peristiwa tersebut, mengeksplor tempat individu mengalami

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang Bersifat; eksploratif,
interpretif, interaktif dan konstruktif, (Bandung: Alfabet, 2018), hlm 9-10.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

fenomena, membingkai fenomena tersebut dengan makna filosofis,

memilih-memilah pengalaman setiap individu, dan melaporkan esensi

pengalaman setiap individu. Ditekankan bahwa, pada desain fenomenologis

ini, penulis merupakan instrumen kunci, dalam teknik pengumpulan data

yang dilakukan secara triangulasi antara data observasi, wawancara, dan

dokumentasi.15

b. Lokasi penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian yaitu di Desa Serindang

Kecamatan Tebas.

c. Objek dan subjek penelitian

Objek penelitian merupakan lokasi di mana permasalahan tersebut

diteliti, lebih tepatnya di Desa Serindang Kecamatan Tebas yang dalamnya

memuat atribut-atribut dari individu maupun kelompok beserta kegiatan-

kegiatannya bervariasi. Sedangkan subjek dalam penulisan ini adalah

merupakan tempat variabel melekat. Artinya tempat dimana data-data untuk

variabel diperoleh. Sehingga yang menjadi subjek kajian adalah budaya

tetesan perempuan.

d. Instrumen penelitian

Pada ranah penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen inti atau

utama adalah penulis itu sendiri. Bahkan orang lain yang ikut membantu

dalam penelitian, seperti memberi informasi dan sebagainya. Terkait kajian

15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2016), hlm 133.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

yang diteliti, instrumen penelitian merupakan konsepsi yang menentukan

sebuah penelitian berkualitas atau tidak, ditunjukkan melalui kualitas

instrumen penelitian itu sendiri, dan kualitas dalam pengumpulan data.

Maka, dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan cara terjun

langsung kelapangan, kemudian melakukan kegiatan bertanya, mendengar,

meminta, bahkan mencatat, dan menggali informasi. Di sisi yang sama,

selama pengumpulan data, penulis bekerjasama dengan orang lain, dalam

artian bertanya dan berdiskusi dengan teman-teman di kelas waktu

perkuliahan berlangsung, maupun di luar jam perkuliahan terkait prosedur

pencarian data di lapangan.

e. Jenis dan sumber data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu

primer dan sekunder, sebagai berikut;

1) Data primer, data yang sumber-sumbernya bersifat utama, data tersebut

dapat berupa kata-kata, dan tindakan orang-orang yang akan diamati.

Untuk memperoleh data primer itu, di sini penulis melakukan kegiatan

wawancara secara mendalam dengan orang-orang atau tokoh

masyarakat16

2) Data sekunder, data-data yang sumber-sumbernya bersifat kedua, atau

pendukung dari data primer. Data tersebut dapat dapat diperoleh melalui

16
Afrizal, metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm. 134.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

buku-buku terkait kajian yang diteliti, jurnal, majalah ilmiah, dan

sebagainya

f. Metode pengumpulan data

1) Wawancara terstruktur

Teknik pengumpulan data dengan wawancara merupakan

sebuah interaksi yang melibatkan dua orang atau lebih antara

pewawancara dan informan. Tujuannya adalah, berbagi atau bertukar

informasi melalui aktivitas tanya jawab, sehingga hasilnya untuk

menjawab berbagai permasalahan selama di lapangan. Teknik

wawancara dalam penulisan ini menggunakan teknik wawancara

terstruktur. Jenis wawancara seperti ini, yang mana penulis dituntut

fleksibel ketika di lapangan, artinya harus melihat informan berada pada

situasi dan kondisi baik, karena akan berpengaruh pada hasil data atau

informasi akurat. Yang harus dikedepankan, ialah sebaiknya informan

atau partisipatoris berada di situasi dan kondisi tidak sibuk, tidak dalam

tekanan, sehat, dan sebagainya.17

Untuk pelaksanaannya, penulis terlebih dahulu menyiapkan

pedoman instrumen penelitian berupa draf pertanyaan dan jawaban

alternatif. Aspek pendukung pedoman instrumen tersebut, yaitu penulis

menggunakan alat bantu dalam melakukan aktivitas wawancara seperti

draf pertanyaan dan jawaban alternatif, connection OTG, flashdisk, card

memory, data internet atau paket data, handphone yang memiliki kamera

17
Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 170.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

dan perekam suara. Penulis pada saat di lapangan, menggunakan

handphone, kabel USB, buku, dan pulpen.

2) Observasi

Observasi biasa disebut dengan pengamatan secara langsung,

yang meliputi pemusatan atau perhatian secara penuh pada objek yang

dikaji, melibatkan alat indra peneliti. Tujuan observasi di lapangan ialah

mengarahkan penulis supaya memahami secara detail atau secara

keseluruhan terhadap objek dan subjek kajian. Penulis memperoleh

pengalaman secara langsung, yaitu penulis dapat melihat apa saja yang

dilakukan orang-orang di dalam objek dan subjek penelitian. Penulis

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi terus

terang dan tersamar, artinya penulis berterus terang pada informan

bahwa sedang melakukan penelitian di wilayahnya.18

Adapun urgensi terus terang terhadap informan ialah supaya

mereka mengetahui dari awal hingga akhir aktivitas penulis. Kemudian

di ranah tersamar, adalah penulis tidak diharuskan untuk terus terang

atau tersamar, misalnya suatu data yang dianggap penulis itu sangat

penting dan berharga, sedangkan informan tersebut tidak mau

memberikan informasi secara utuh kepada penulis. Maka dalam hal ini,

terdapat pengecualian atau sesuatu hal diperbolehkan, seperti penulis

mengkodefikasi kata-kata anggota badan di area kewanitaan, hal itu

18
Ibid, hlm 172.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

merupakan bersifat privat atau kata-kata tersebut tidak diutarakan

dengan hati-hati akan berpotensi menyinggung informan.

Pada esensinya, yang harus dikedepankan oleh penulis dan

berpegang teguh pada tataran menyamarkan adalah mengalihmediakan,

menyederhanakan, kodifikasi, bahkan menafsirkan data berupa hal-hal

yang dipertanyakan kepada informan. Bagi penulis, informan adalah

aset berharga yang sifatnya bergerak atas sebuah penelitian. Setidaknya

informan dibuat suasana hatinya nyaman dan cair ketika berhadap-

hadapan. Sehingga yang bersifat privasi akan menjadi tidak lagi hal

sensitif, karena informan sudah masuk ke dunia penulis.

Sebuah catatan yang harus penulis memperhatikan adalah

bentuk pertanyaan baik dan santun, apabila ditujukan pada wilayah

sensitif informan. Diketahui bahwa baik dan santun merupakan ciri-ciri

orang yang berintegritas. Sehingga kondisi dalam menuntut skill yang

mumpuni pada penulis, bahkan dianjurkan untuk berbagi atau sharing

dengan orang yang lebih mengetahui tentang hal-hal bersifat privasi

tersebut.19

3) Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah studi yang identik terjun langsung

di lapangan. Merupakan pelengkap dari teknik pengumpulan data

wawancara dan observasi. Proses dokumentasi dilakukan dengan tujuan

19
Ibid, hlm 188.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

pengumpulan dokumen-dokumen. Adapun dokumen-dokumen tersebut

dapat berupa;

a) Dokumen berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah

kehidupan/file histories, cerita, biografi, peraturan atau kebijakan

b) Dokumen berbentuk gambar seperti foto, gambar hidup, sketsa dan

sebagainya

c) Dokumen berbentuk karya seperti karya seni berupa gambar,

patung, film, dan sebagainya

Di lapangan, penulis mencermati hasil dokumentasi-

dokumentasi kredibel yang didukung oleh data-data seperti foto, karya

tulis, hasil wawancara, dan sebagainya. Hal yang lebih penting diketahui

oleh penulis adalah tidak semua dokumen-dokumen dari berbagai

bentuk memiliki kredibilitas yang tinggi, sehingga penulis dalam hal ini

harus memiliki skill mumpuni, bahkan dianjurkan sharing dengan orang

lebih mengetahui atas kredibilitas dari dokumen-dokumen tersebut.

Adapun jenis dekumen tersebut ialah berupa profil desa dan sebagainya

di Desa Serindang Kecamatan Tebas20

4) Metode analisis data

Metode analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara

sistematis, atau menyesuaikan runtutan-runtutan data terhadap pokok

permasalahan yang dikaji. Berupa kerangka sistematis, yaitu hasil

rekaman suara wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

20
Ibid, hlm 188.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

Kemudian penulis mereduksi data-data tersebut dengan cara melakukan

aktivitas pengorganisasian, menjabarkan, pengkategorian ke dalam unit-

unit tertentu. Unit di sini artinya hasil melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih-memilah data yang dianggap urgen, lalu dipelajari,

membuat kesimpulan data berdasarkan interpretasi penulis, sehingga

outputnya yaitu mudah dipahami.

Ranah penelitian kualitatif seperti ini, dimana proses analisis

data sebenarnya tanpa disadari telah dilakukan sebelum penulis

memasuki atau terjun ke lapangan. Salah satunya dengan kajian

terdahulu, sehingga bisa melakukan hipotesis atau dugaan sementara,

dan merumuskan masalah dengan data-data sekunder yang diperoleh

dari berbagai sumber. Tujuannya adalah, menentukan fokus penelitian,

sebagai catatan penulis harus memahami sumber informasi terkait ranah

yang akan dikaji dengan menghubungkannya di lapangan.21

Berangkat dengan konsepsi atau pandangan dunia, sehingga

sewaktu penulis berada di lapangan akan mudah menguasai medan.

Keleluasaan penulis akan tampak di permukaan, seperti ketika

menghadapi informan tidak merasa canggung. Ketika di lapangan

penulis diibaratkan seperti reporter atau pembawa acara yang sudah

profesional. Proses penggalian data akan ke arah kreatif, artinya penulis

mampu berkreasi dalam melakukan pencarian data di lapangan sehingga

hipotesis bisa dikembangkan, evaluasi berjalan baik dan lancar,

21
Ibid, hlm 19.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

kemudian penulis akan lebih menikmati ketika melakukan penulisan.

Pada penelitian ini, penulis telah melakukan analisis beberapa sumber

sekunder berupa karya etnografis berupa frofil desa dan rancangan

pembangunan tahun 2021 di Desa Serindang Kecamatan Tebas.

Secara lengkap, atas praktik pengumpulan data pada saat proses

pengumpulan berlangsung. Setelah selesai penelitian pada periode

tertentu. Di sisi yang lain, saat dilapangan penulis diuntungkan dalam

artian bisa memprediksi jawaban-jawaban dari informan Di tengah-

tengan kegiatan wawancara maupun sesudahnya, dalam ranah analisis

data, penulis menggunakan metode atau model yang ditawarkan oleh

Miles dan Huberman, yaitu analisis data kualitatif secara interaktif.

Model ini menekankan proses analisis secara terus-menerus hingga

tuntas, sampai data berada pada titik jenuh22

5) Data reduction (reduksi data)

Aktivitas mereduksi data, kegiatan yang memerlukan

kesensitifan dalam berfikir, yaitu diperlukan kecerdasan, keluasan, dan

kedalaman wawasan yang tinggi. Pada tahapan ini, penulis melakukan

kegiatan merangkum, memfokuskan, memilih-memilah hal-hal yang

dianggap penting, kemudian menyederhanakannya, mengabstraksinya,

dan mentransformasikan data tersebut dimulai dari data mentah dari

proses penelitian. Baik berupa catatan lapangan maupun dokumentasi-

dokumentasi penelitian di lapangan, mencari tema serta membuat

22
Ibid, hlm 20.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

polanya. Dalam hal ini, data-data wawancara dan data pendukung

selama penulis posisinya masih terkait di lapangan.

6) Display data (penyajian data)

Tahapan berikutnya setelah kegiatan reduksi data adalah

penyajian data. Aktivitas seperti ini merupakan merangkai sekumpulan

hasil deskripsi data-data informasi yang memudahkan penulis untuk

menarik kesimpulan serta mengambil tindakan ke dalam bentuk teks

naratif. Melalui tahapan ini, penulis dituntut memahami fenomena-

fenomena di lapangan dan mengambil tindakan, bebas berkreasi untuk

menemukan fokus pada kajian yang telah diteliti. Dalam hal ini pula,

penulis mengamati berbagai masalah yang terjadi di lapangan.

7) Conclusion drawing atau verification (penarikan kesimpulan atau

verifikasi)

Penarikan kesimpulan atau verifikasi, tahapan terakhir seperti ini

setelah tahapan penyajian data. Tahapan ini merupakan pencarian

makna atas gejala-gejala yang terjadi di lapangan, tentunya berdasarkan

data yang diperoleh, mencatat keteraturan pada pola penjelasan,

konfigurasi berbagai kemungkinan, kausalitas, dan proporsi. Artinya,

pada tahapan ini penulis melakukan pencatatan pola-pola dan tema-tema

dengan cara terstruktur, mengelompokkan berdasarkan kesamaan,

menghubungkan peristiwa satu dengan peristiwa lainnya berdasarkan

hasil catatan lapangan, bahkan penulis menafsirkan data-data hasil

lapangan dengan mengkodefikasi berdasarkan konsepsi telah penulis


{ PAGE \* MERGEFORMAT }

tawarkan di awal-awal wacana penelitian. Tujuannya adalah

memudahkan dalam penulisan hasil penelitian.

8) Uji keabsahan data

Uji keabsahan data pada sebuah penelitian sama dengan menguji

ketepatan data. Artinya, data, objek, dan subjek pada penelitian harus

seimbang dengan kedaan-keadaan yang terjadi di lapangan, sehingga

hasil interpretasinya akan memudahkan penulis. Pada penelitian ini,

penulis akan melakukan prosedur uji keabsahan data dengan empat

tahap yaitu sebagai berikut;

(a) Uji kredibilitas data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan yang mana memiliki

enam tahap harus dilalui yaitu sebagai berikut;

(1) Perpanjangan pengamatan, yaitu penulis kembali lagi ke

lapangan untuk melakukan pengamatan kembali. Melakukan

wawancara kembali pada informan dengan tujuan

mengklasifikasi maupun mendapatkan sumber data apabila

menemukan informasi baru. Dengan cara ini, hubungan penulis

dan informan akan terbentuk rapor “akrab”, artinya tidak ada

jarak, terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi

yang ditutup-tutupi. Dalam hal ini sering penulis sering lakukan

dengan tujuan memperoleh data seakurat mungkin di lapangan23

23
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta: Erlangga, 2009), hlm 150-151.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

(2) Meningkatkan ketekunan, yaitu penulis melakukan pengamatan

secara cermat, berkesinambungan, dan berkelanjutan. Dengan

cara seperti ini, memungkinkan kepastian data beserta urutan

peristiwa dapat terekam secara pasti dan sistematis sehingga

dapat meningkatkan kredibilitas data. Dalam hal ini, penulis

mencari data di lapangan dengan memperhatikan informan yang

berkompeten atau tidak dalam hal tata kelola Dana Desa

Serindang

(3) Triangulasi, merupakan menguji keabsahan data atau

kredibilitas kegiatan melakukan pengecekan data dari berbagai

sumber, menggunakan berbagai cara, dan berbagai sudut

pandang. Ketiga aspek kegiatan tersebut berupa triangulasi

sumber, teknik dalam pengumpulan data, dan waktu. Pada

penelitian ini, penulis melakukan pengecekan kembali sumber-

sumber data berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi.

Pengecekan kembali data-data yaitu apabila dalam pengambilan

data awal dan data akhir berbeda teknik, waktu, serta situasi24

(4) Analisis waktu negative, di aspek ini analisis waktu negatif atau

kegiatan analisis kasus, apabila menemukan data yang tidak

sesuai atau menyimpang dari hasil penelitian pada waktu-waktu

tertentu. Penulis melakukan kegiatan ini untuk menunjang atas

kredibilitas data, artinya jika tidak ada data di lapangan berbeda

24
Ibid, hlm 152.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

atau menyimpang, maka data sudah dikatakan valid atau dapat

dipercaya

(5) Menggunakan bahan referensi, adalah kegiatan analisis dengan

menggunakan referensi pendukung seperti data wawancara dan

sebagainya. Data-data tersebut berupa interaksi hasil penceritaan

suatu keadaan, diperoleh menggunakan alat-alat atau instrumen

pada penelitian. Di sisi yang sama, penulis melibatkan teman-

teman yang berkompeten pada bidang yang dikaji, selama

penelitian berlangsung

(6) Mengadakan member check, merupakan bagian dari kredibilitas

data. Secara praktek, penulis melakukan pengecekan data

setelah periode pertama selesai, mencari hasil atau temuan-

temuan dan kesimpulan terkait data di lapangan. Adapun penulis

mengecek data dilakukan secara individual, artinya mendatangi

langsung informan, mengadakan diskusi dengan teman-teman

satu angkatan, bahkan dengan teman berbeda jurusan selama

penelitian berlangsung25

(7) Uji transferability, merupakan validitas eksternal, yaitu

menunjukkan derajat ketepatan. Menerapkan hasil penelitian ke

populasi di mana sampel itu diambil. Pada hakikatnya,

transferability dipandang sebagai konsepsi nilai transfer,

bertujuan untuk memahamkan orang lain atau pembaca terhadap

25
Ibid, hlm 153.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

hasil laporan. Secara praktik, penulis membuat uraian laporan

secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Tujuan penerapan nilai transfer adalah mematangkan

kredibilitas data, misalnya apabila orang lain atau pembaca

memperoleh gambaran dengan sejelas-jelasnya. Penulis

melampirkan semua hasil laporan berupa wawancara dan

dokumentasi (foto).

(8) Uji dependability, yaitu sama dengan melakukan aktivitas udit

semua proses pada penelitian. Dalam penelitian ini, kegiatan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian seperti aktivitas

terjun langsung ke lapangan. Di sisi lain, apabila penulis

memberikan data tanpa terjun ke lapangan dapat diminimalisir

dengan uji dependability. Auditor yang melakukan audit tersebut

adalah pembimbing, auditor mengecek seluruh aktivitas peneliti

selama melakukan penelitian di lapangan26

(9) Uji confirmability, aktivitas uji confirmability memiliki

kemiripan dengan aktivitas dependability. Pada ranah uji

confirmability, penggunaannya dapat dilakukan secara

bersamaan, yaitu menguji hasil penelitian lapangan kemudian

mengaitkannya dengan proses yang telah dilakukan. Secara

prakteknya, mendeteksi standar konfirmabilitas hasil penelitian

sesuai dengan proses yang dilakukan penulis, artinya tidak ada

26
Ibid, hlm 154.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

proses lalu ada hasil datanya. Di saat penelitian lapangan

berlangsung, penulis mengikuti standar penelitian ilmiah dengan

memperhatikan objek dan subjek penelitian secara jelas, beserta

langkah-langkahnya jelas27

G. Sistematika Penulisan

Peneliti menguraikan dalam bagian-bagian yang akan dibahas menjadi

beberapa bab yang dapat saling terkait secara sistematis, terarah, dan mudah

dimengerti sehingga saling mendukung dan menjadi satu kesatuan yang bulat

dan utuh, guna memberikan arahan dan gambaran penelitian hukum ini. Adapun

sistematika penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan tentang latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

yang kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan hukum.

Bab II: Kajian Pustaka

Dalam bab ini peneliti akan memaparkan teori yang relevan, yang berisi

kajian berbagai teori dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang

akan diteliti.

Bab III: Metode Penelitian

27
Ibid, hlm 155.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

Meliputi pendekatan dan jenis penelitian, setting penelitian, sumber

data, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data, Teknik

pemeriksaan keabsahan data.

Bab IV: Pemaparan Data dan Pembahasan

Dalam bab ini, penulis akan memapaparkan data berisikan deskripsi

profil tempat penenelitian, pengolahan data dan analisis data berdasarkan

temuan dilapangan

Bab V: Penutup

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai simpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainul Muhammad, “Tinjauan Atas Pelaksanaan Keuangan Desa Dalam


Mendukung Kebijakan Dana Desa”, Jurnal Study of Implementation of
Village Finance to Support Fund Village Policy.

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan


Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, Jakarta: Rajawali Press,
2014.

Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.

Fitriana Nur, Revitalisasi dan Pengelolaan Potensi Desa Berbasis Pemberdayaan


Masyarakat, Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020.

Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2016.

Hulu Yamulia, dkk, “Pengelolaan Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat


Desa”, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018).

Indrawati, Mulyani Sri, Kisah Sukses Dana Desa; Lilin-lilin Cahaya di Ufuk Fajar
Nusantara, Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015.

Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif, Jakarta: Erlangga, 2009.

Kartajaya Herman, dalam buku Eko P Sandjojo: Rural Ekonomics II; Meyakini
Desa Mau dan Mampu Membangun, Jakarta Selatan: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi , 2018.

Masruri Anis, “Model Pencarian Informasi Pada Generasi Milenial Mahasiswa IPI
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan 2018”, Baitul
Ulum: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4 No. 1, (Juni 2020).

Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2021


Pemerintah Desa Serindang.

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Magister (S2)


Interdisciplinary Islamic Studies (IIS), dalam http://pps.uin-
suka.ac.id/id/magister/interdisciplinary-islamic-studies.html.
{ PAGE \* MERGEFORMAT }

Safarini Andi, “Telaah Terhadap Asas Tranparansi dalam Pengelolaan Dana Desa”,
Jurnal Jurisprudentie, Vol. 7 No. 1, UIN Alauddin Makassar, (Juni 2020).

Subroto Eko, Regulasi Baru, Desa Baru, Ide, Misi, dan Semangat UU Desa,
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang Bersifat;


eksploratif, interpretif, interaktif dan konstruktif, Bandung: Alfabet, 2018.

Widi, Kartiko Restu, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan


Penuntun Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010.

Anda mungkin juga menyukai