Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


(Studi kasus Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


dalam Rangka Penelitian untuk Penyusunan Skripsi
pada Program Studi Akuntansi S-1

IRFAN SEFTIAN ABDI MURSALIM


1692141033

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal dengan judul :

Alokasi Dana Desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa

(Studi kasus Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto)

yang disusun oleh Saudari:

1. Nama : Irfan Seftian Abdi Mursalim

2. NIM : 1692141033

3. Program Studi : Akuntansi S-1

Telah diperiksa dan dinyatakan disetujui untuk diajukan dalam Seminar

Proposal Penelitian Skripsi Strata Satu (S-1) Program Studi Akuntansi S-1

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.

Makassar, Maret 2021

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.S Hj.Samirah Dunakhir, SE,.M.Buss,Ph.D,Ak.,CA


NIP. 19680909 199303 2 002 NIP. 197502162005011002

Mengetahui:
Ketua Program Studi Akuntansi S-1

Mukhammad Idrus, SE.,M.Si.,Ak.,CA


NIP. 19700105 199702 1 002
1

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

( Studi Kasus Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan dan pengelolaan desa secara umum tidak dapat dipisahkan

dengan pemberdayaan masyarakat karena tujuan akhirnya adalah untuk

memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Menurut Adisasmita (2013:78) mengemukakan bahwa :

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengelolaan


sumber daya masyarakat perdesaan secara lebih efektif dan efisien, baik
dari (a) aspek masukan atau input (sumber daya manusia, dana,
peralatan/sarana, data, rencana, dan teknologi); (b) dari aspek proses
(pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan); (c) dari aspek keluaran atau
output (pencapaian sasaran, efektivitas, dan efisiensi).
Sedangkan dalam Undang-Undang tentang Desa Nomor 6 Tahun 2014

butir 12 dikatakan bahwa :

Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan


kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Pemberdayaan masyarakat di ukur dengan empat indikator meliputi:

kemampuan, kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab (Sedarmayanti, 2014).

Menurut Edward III, G.C; ( 2007: 66-69) menyatakan bahwa ada empat faktor

yang mendukung keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yaitu


2

komunikasi (communication), sumber daya (resources), disposisi (disposition),

dan struktur birokrasi (bureaucratic structure).

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa peranan birokrasi dalam

pengelolaan sumber daya sangat berperan penting untuk memberdayakan

masyarakat, peranan tersebut salah satunya dapat dilihat dari pengalokasian dana

desa. berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, “Alokasi dana desa adalah dana

perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus”.

Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2014 Dana Desa yang bersumber pada

APBN bahwa :

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.

Indikator Alokasi Dana Desa mengacu pada Peraturan Mentri Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Keuangan Desa pasal 2 ayat 1, yang menekankan bahwa keuangan desa harus

dikelola berdasarakan asas - asas antara lain : transparansi, akuntabel dan

partisipatif.

Adapun program ADD bertujuan untuk menuntaskan kemiskinan,

meningkatkan perencanaan anggaran untuk pembangunan desa dan pemberdayaan

masyarakat, memajukan pembangunan infrastuktur pedesaan, menambah

ketentraman juga keterlibatan masyarakat, sebagai upaya pemberian pelayanan


3

kepada masyarakat, memanfaatkan keswadayaan dan peran serta masyarakat

melalui gotong royong, serta meingkatkan kekayaan desa melalui BUMDesa

(Nurcholis, 2011: 90).

Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan untuk membiayai sebagian

program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan

kelembagaan desa, pemberian tunjangan aparatur pemerintah desa serta

pemberian dana pembangunan infrastruktur pedesaan. Sejalan dengan tujuan

pembangunan dan pembedayaan masyarakat desa, maka kegiatan-kegiatan yang

dibiayai dana desa dipilih harus dipastikan kemanfaatannya untuk:

a. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan dan kebudayaan

b. Meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan ekonomi keluarga

c. Meningkatkan penanggulangan kemiskinanan melalui pemenuhan

kebutuhan warga miskin di desa.

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang

responsif terhadap tuntutan desa dari beberapa desa yang ada di Sulawesi Selatan

bahkan di Indonesia. Pemerintah Kabupaten Jeneponto telah melakukan

pengalokasian dana atau yang disebut dengan ADD, yang tujuannya agar

pembangunan akan semakin merata sampai ke tingkat desa di Kabupaten

Jeneponto.

Desa Lentu Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto merupakan satu

dari banyaknya desa yang mendapatkan kucuran dana, baik dari negera maupun

dari pemerintah daerah. Desa Lentu pada tahun 2021 mendapatkan dana desa dari

APBD sebesar Rp.1.292.721.000 dan jumlah ADD yaitu Rp. 728.884.170


4

ditambah dengan Dana Bagi Hasil Retribusi Daerah (DBH-RB) sebesar

Rp.6.433.303 dan Dana Bagi Hasil Pajak sebesar Rp.22.659.763. Maka jika

dijumlah APBDes yang diperoleh Desa Lentu Tahun 2021 adalah sebesar Rp.

2.050.698.236. Berikut adalah data APBDes dan ADD Desa Lentu dari tahun

2018-2021 yang peneliti peroleh dari data Laporan APBDes Lentu pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data APBDes dan ADD Desa Lentu dari Tahun 2018-2021
Pertumbuhan Pertumbuhan
No Tahun Jumlah APBDes Jumlah ADD
APBDes (%) ADD (%)
1 2018 Rp.1.067.245.000 Rp.700.416.801 -
2 2019 Rp.1.312.743.000 Rp.753.844.178 8%
3 2020 Rp.1.131.422.000 Rp.20.135.376 -4%
4 2021 Rp.1.292.721.000 Rp.728.884.170 1%
Sumber: Data Keuangan Desa Lentu.

Berdasarkan pada data diatas, dapat dilihat jumlah APBDes tahun 2019

terjadi peningkatan dari Rp.1.067.245.000 pada tahun 2018 menjadi

Rp.1.312.743.000 pada tahun 2019, sedangkan pada tahun 2020 terjadi penurunan

menjadi Rp.1.131.422.000, namun kembali terjadi peningkatan APBDes pada

tahun 2021 menjadi Rp.1.292.721.000. begitupun dengan jumlah ADD, paa tahun

2019 terjadi peningkatan dari yang semula Rp.700.416.801 pada tahun 2018,

menjadi Rp.753.844.178 pada tahun 2019, namun terjadi penurunan ADD pada

tahun 2020 menjadi Rp.20.135.376, dan kembali terjadi peningkatan ADD pada

tahun 2021 menjadi Rp.728.884.170. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi

fluktuasi dana APBDes dan ADD di Desa Lentu. Berikut disajikan alokasi

penggunaan APBDes Desa lentu pada tahun 2020 dan 2021.


5

Tabel 1.2 Alokasi Penggunaan APBDes Desal Lentu Tahun 2020 dan 2021
Alokasi
No Bidang
2020 2021
1 Pembinaan Masyarakat desa Rp. 127.300.000 Rp. 92.459.763
2 Pemberdayaan masyarakat desa Rp. 20.000.000 Rp. 62.333.303
3 Pemerintahan desa Rp. 667.965.000 Rp. 692.904.000
4 Pembangunan Rp. 561.548.200 Rp. 797.304.380
5 Penanggulangan bencana Rp. 542.706.800 Rp. 375.400.000
6 Pembiayaan (BUMDesa) Rp. - Rp. 40.000.000
Sumber: Data Keuangan Desa Lentu.

Pada tahun 2021, Desa Lentu menggunakan APBDes untuk

membelanjakan pada Bidang Pembinaan Masyarakat Desa dan Bidang

Pemberdayaan Masyarakat yang masing-masing sebesar Rp. 92.459.763 dan Rp.

62.333.303. selanjutnya pada bidang lainnya seperti Bidang Pemerintahan Desa

sebesar Rp. 692.904.000, Bidang Pembangunan sebesar Rp. 797.304.380, Bidang

Penanggulangan Bencana sebesar Rp. 375.400.000 dan Pembiayaan (Bumdesa)

sebesar Rp. 40.000.000. dari data di atas belanja desa pada Bidang Pembinaan

Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat tahun 2020 sebesar Rp. 147.300.000

sedangkan tahun 2021 sebesar Rp. 154.793.065 atau 8% dari APBDes. Hal ini

menunjukkan masih minimnya dana yang dialokasikan untuk bidang

pemberdayaan masyarakat desa dari tahun 2020 sampai tahun 2021, padahal

pengalokasian dana desa untuk pemberdayaan masyarakat desa sangat bermanfaat

untuk masyarakat desa.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kede (2019:333)

yang menunjukkan bahwa alokasi dana desa di desa pandanrejo berpengaruh

terhadap pemberdayaan masyarakat desa, selain itu menurut Fathony (2019:41)

alokasi dana desa memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
6

pemberdayaan di desa langonsari kecamatan pamengpeuk kabupaten bandung.

Sehingga berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Alokasi Dana Desa terhadap Pemberdayaan Masyarakat

Desa (Studi kasus Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto)”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana pengaruh alokasi dana desa

terhadap pemberdayaan masyarakat Desa Lentu Kecamatan Bontoramba

Kabupaten Jeneponto ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui bagaimana pengaruh

alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat Desa Lentu Kecamatan

Bontoramba Kabupaten Jeneponto

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan mengenai alokasi dana desa dalam pembangunan

pemberdayaan masyarakat Desa Lentu Kecamatan Bontoramba Kabupaten

Jeneponto.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan bagi pihak yang bersangkutan untuk meningkatkan


7

kualitas serta menjadi acuan dalam pelaksanaan program kebijakan alokasi

dana desa dimasa mendatang agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Bab ini berisi tinjauan teori yang digunakan penulis sabagai dasar

pembahasan masalah serta kajian penelitian terdahulu. Bab ini juga memuat

kerangka konseptual.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan

dalam penelitian ini. Hal-hal dijelaskan dalam bab ini yaitu variabel dan

desain penelitian, defenisi operasional, subjek dan focus dari penelitian ini,

teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemberdayaan Masyarakat Desa

a. Definisi Pemberdayaan masyarakat

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang kader pemberdayaan

masyarakat dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi

yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk

mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara (pasal 1 ayat 8). Inti pengertian pemberdayaan

masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian

masyarakat. Pemberdayaan merupakan proses pembangunan dalam meningkatkan

harkat ddan martabat serta kesejahteraan manusia. Oleh karena itu profesi mulia

sebagai agen perlu memberdayakan masyarakat di era global sekarang ini (Oos M.

Anwas, 2013 :10).

Sedangkan menurut Sumodiningrat (1996) mengemukakan bahwa

pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat

lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Berbagai pandangan

yang berkembang dalam teori pembangunan, baik dibidang ekonomi maupun

administrasi menempatkan masyarakat sebagai pusat perhatian dan sasaran

sekaligus pelaku pelaku utama pembangunan, atau dengan kata lain masyarakat

tidak hanya merupakan objek, tetapi sebagai subjek pembangunan.

Dari beberapa definisi pemberdayaan dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka
9

mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam

memenuhi kebutuhannya. Dan pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai

tindakan memperkuat rakyat agar mereka mampu.

b. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan menurut Tricahyono (2008: 9) berkaitan dengan

dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan tidak berdaya

terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan menguasai potensi

dan kesejahteraan sosial.

Menurut Prijono dan Pranarka (1996:44-45) pemberdayaan berarti :

Pembagian kekuasaan yang adil (equitable sharing of power) sehingga


meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah
serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil
pembangunan. Dari perspektif lingkungan, pemberdayaan mengacu pada
pengamanan akses terhadap sumber daya alam dan pengelolaannya
secara berkelanjutan.

Dalam kaitan ini, Bennis & Mische (1995:45) menjelaskan bahwa

pemberdayaan berarti menghilangkan batasan birokratis yang mengkotak-kotakan

orang dan membuat mereka menggunakan seefektif mungkin keterampilan,

pengalaman, energi dan ambisinya. Ini berarti memperkenankan mereka untuk

mengembangkan suatu perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya

yang menjadi bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari

keseluruhan proses (Sedarmayanti 2014:80).

Hikmat (2010) menjelaskan konsep pemberdayaan selalu dihubungkan

dengan kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya

pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial.


10

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) dimana pemberdayaan masyarakat

merupakan syarat utama yang akan membawa masyarakat menuju kesejahteraan

baik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dinamis. Konsep utama yang

terkandung dalam pemberdayaan bagaimana memberikan kesempatan yang luas

bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah kehidupan dalam komunitasnya.

c. Proses Pemberdayaan

Seperti yang dikemukakan oleh Ginandjar (1996) dalam (Sedarmayanti

2014:446), proses-proses pemberdayaan sebagai berikut:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi manusia


berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah
membangun daya itu dengan mendorong, membangun dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh manusia, upaya ini
meliputi langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan
serta pembukaan akses pada berbagai peluang yang membuat manusia
menjadi berdaya. Dan upaya utamanya adalah peningkatan taraf
pendidikan, derajat kesehatan, dan akses pada sumber-sumber
kemajuan ekonomi.
3. Proses pemberdayaan harus mencegah yang lemah, oleh Karena
kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat. Dan perlu
adanya peraturan perundangan yang secara jelas melindungi yang
lemah.
d. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005), tujuan

pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah :

membantu mengembangkan manusiawi yang otentik dan integral dari


masyarakat yang lemah, miskin, marjinal, kaum kecil, dan
memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio
ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
11

kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam


pengembangan masyarakat.
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat

khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi

internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal

(misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil) (Soekanto 1987).

Ada beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok

lemah atau tidak berdaya menurut Suharto (2005:58) meliputi:

a. Kelompok lemah secara struktural, naik lemah secara kelas, gender,


maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak, dan remaja
penyandang cacat, gay, lesbian, dan masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga.
Jadi tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah adalah untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut

meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka

lakukan tersebut.

e. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2005:126) secara umum indikator pemberdayaan dapat

didefinisikan sebagai alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu

keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Pemberdayaan mencakup

pada tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosio

politik, dan kompetensi partisipatif. Sedangkan menurut Sedarmayanti (2014)

pengukuran pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan 4 dimensi yaitu

kemampuan, kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab.


12

2. Alokasi Dana Desa

a. Definisi Alokasi Dana Desa

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005

Tentang Desa, alokasi dana desa merupakan bagian dari dana perimbangan

keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling

sedikit 10% (sepuluh persen), yang pembagiannya untuk desa secara proporsional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa disebutkan bahwa alokasi dana desa

berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber dari bagian dana perimbangan

keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa paling

sedikit 10 % (sepuluh persen).

Alokasi Dana Desa (ADD) Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dalam anggaran

pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Dan

menurut Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tata Cara

Pengalokasian, Pembagian dan Prioritas Penggunaan Alokasi Dana Desa Tahun

Anggaran 2020 bahwa Alokasi Dana Desa yang selanjutnya ADD adalah Dana

perimbangan yang diterima Kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah seterah dikurangi Dana Alokasi Khusus.


13

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Alokasi Dana Desa

(ADD) merupakan bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak

daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan secara proporsional.

b. Maksud dan Tujuan Alokasi Dana Desa (ADD)

Menurut Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tata

Cara Pengalokasian, Pembagian dan Prioritas Penggunaan Alokasi Dana Desa

Tahun Anggaran 2020 pada pasal 2 yakni Maksud diberikan ADD yakni untuk

membiayai program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan

penyelenggaran pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pemberdayaan

masyarakat. Sedangkan dalam pasal 3 yang mejelaskan tujuan diberikannya ADD

sebagai berikut :

a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan ekonomi;


b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat
desa dan pemberdayaan masyarakat;
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan; d. Meningkatkan
pengamalan nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka peningkatan
sosial;
d. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
e. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;
f. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royang masyarakat;
dan
g. Meningkatkan pendapatan kepala desa, perangkat desa dan masyarakat
desa melalui Badan Usaha Milik Desa.
c. Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena
14

itu dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi

Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD)

direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan

prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat.

2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

administrative, teknis dan hukum.

3. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip

hemat, terarah dan terkendali.

4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD)

sangat terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat

berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan

kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan

melalui musyawarah desa.

5. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDesa) dan proses penganggarannya mengikuti

mekanisme yang berlaku.

Didalam Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tata

Cara Pengalokasian, Pembagian dan Prioritas Penggunaan Alokasi Dana Desa

Tahun Anggaran 2020 pada Pasal 14 Ayat (1),(2),(3) dan (4) juga disebutkan

bahwa Prinsip Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Keuangan ADD merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APB Desa.
15

2. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan, dilaksanakan


dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan unsur lembaga
masyarakat di Desa.
3. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
administrasi, teknis dan hukum.
4. ADD dikelola berdasarkan prinsip transparan, akuntabel, partisipatif
dan dilakukan dengan tertib serta disiplin anggaran.
d. Indikator Penetapan Alokasi Dana Desa

Pemerintah Daerah mengalokasikan ADD dalam anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah setiap tahun dan dialokasikan paling sedikit 10% dari Dana

Perimbangan yang diterima setelah dikurangi Dana Alokasi khusus dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa; dan

2. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah Desa dan

tingkat kesulitan geografis Desa.

Dalam Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tata

Cara Pengalokasian, Pembagian dan Prioritas Penggunaan Alokasi Dana Desa

Tahun Anggaran 2020 Tata cara perhitungan Pengalokasian ADD untuk setiap

Desa berdasarkan :

Alokasi Dasar dan Alokasi Formula. Alokasi Dasar adalah Jumlah


kebutuhan Penghasilan Tetap (siltap) perangkat desa yang dihitung
berdasarkan kebutuhan minimal siltap perangkat desa pada desa dengan
jumlah perangkat desa terbanyak sedangkan, Alokasi Formula dihitung
berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan indeks
kesulitan geografis di setiap Desa.
Besaran alokasi formula setiap Desa dihitung dengan bobot sebagai

berikut:

a. 26% ( dua puluh enam persen ) untuk jumlah penduduk;


b. 30% ( tiga puluh persen ) untuk angka kemiskinan;
16

c. 15% ( lima belas persen ) untuk luas wilayah; dan


d. 29% ( dua puluh sembilan persen ) untuk tingkat kesulitan geografis.

Dengan rincian alokasi dihitung dengan cara sebagai berikut:

ADD Per Desa = Alokasi Dasar + Alokasi Formula


Alokasi Dasar = Alokasi Kebutuhan Minimal Siltap
Perangkat Desa Pada Desa dengan jumlah
Perangkat Desa Terbanyak.

Alokasi Formula/Desa = (ADD Kab – Total Alokasi Dasar) X


(26% X Z1) + (30% X Z2) + (15% X Z3) + (29%
X Z4)
Keterangan :
1. Z1 : Jumlah Penduduk Desa bersangkutan dibagi total penduduk kabupaten
2. Z2 : Jumlah Penduduk Miskin Desa Bersangkutan Dibagi Total Penduduk
Miskin Kabupaten
3. Z3 : Luas Wilayah Desa Bersangkutan dibagi Total Luas Wilayah
Kabupaten
4. Z4 : IKG Desa Bersangkutan Dibagi Total IKG Desa Kabupaten

3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Fathony (2019) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Alokasi Dana Desa terhadap pemberdayaan masyarakat dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk

Kabupaten Bandung dan Untuk mengetahui pengaruh Alokasi Dana Desa

terhadap peningkatan kesejahteraan Masyarakat Desa Langonsari Kecamatan

Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala

Desa, Sekertaris dan Bendahara, Perangkat Desa, Ketua dan Anggota Badan
17

Perwakilan Desa (BPD), Kepala Dusun, Ketua RW dan RT sebanyak 81 Sampel

dalam penelitian ini adalah berjumlah 45 responden.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuesioner (angket), dan gabungan ketiganya. Instrumen

penelitian dalam bentuk kuesioner menggunakan skala likert Selanjutnya data

ordinal (likert) yang telah diperoleh tersebut, dikonversi menjadi skala interval

yaitu dengan Method of Successive Interval (MSI).Hasil penelitian menunjukkan

bahwa:

Alokasi Dana Desa memberikan pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap Pemberdayaan Masyarakat di Desa Langonsari Kecamatan

Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Hasil ini ditunjukkan pula oleh nilai

Koefisien Determinasi (KD) sebesar 43,8%, adapun sisanya ditunjukkan dengan

nilai epsilon (Ɛ) sebesar 57,2% dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi,

program, dan peranan pemerintah dan lain sebagainya. Alokasi Dana Desa

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk

Kabupaten Bandung. Hasil ini ditunjukkan pula oleh nilai Koefisien Determinasi

(KD) sebesar 47,9%, adapun sisanya ditunjukkan dengan nilai epsilon (Ɛ) sebesar

52,1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kondisi ekonomi, sosial dan

politik, infrastruktur, profesi masyarakat dan lain sebagainya.


18

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah memiliki kesamaan variabel X dan variabel Y1 dan memiliki

perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan dua variabel yaitu

varibel X1 dan variabel Y1 sedangkan penelitian diatas menggunakan 3 variabel

yitu X1 serta Y1 an Y2.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kede (2019), yang bertujuan

untuk mengetahui bagaimana pengaruh alokasi dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat di desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Dalam penelitian

ini metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel

28 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisoner (Angket) dan

dokumentasi. Teknik keabsahan data dengan menggunakan uji validitas, uji

reliabilitas, dan teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi

linear sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi linear sederhana di peroleh nilai

signifikan pada variabel independen terhadap dependen sebesar 0,002 ≤ 0,005

sehingga hipotesis H1 diterima yang artinya alokasi dana desa di desa Pandanrejo

berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat. sedangkan hasil uji determinasi

(R2) nilai R Squere sebesar 0.303 yang mengandung pengertian pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen sebesar 30.3% sementara itu sisanya

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Persamaaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penelitia adalah sama sama menggunakan alokasi dana desa sebagai variabel X
19

dan pemberdayaan masyarakat desa sebagai variabel Y, sedangkan perbedaannya

terletak pada objek penelitian.

B. Kerangka konseptual

Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena

mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana pengaruh alokasi dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat desa lentu Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto. Dalam

konteks penelitian ini, variabel Alokasi Dana Desa diukur menggunakan tiga

indikator. Indikator Alokasi Dana Desa mengacu pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Keuangan Desa pasal 2 ayat 1, yang menekankan bahwa keuangan

desa harus dikelola berdasarakan asas - asas sebagai berikut :

1. Transparan meliputi:
a) penyediaan dan akses informasi yang jelas tentang perencanaan,
prosedur pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.
b) Adanya musyawarah yang melibatkan masyarakat.
c) Keterbukaan proses pengelolaan.
d) Keterbukaan informasi tenatng dokumen pengelolaan ADD.
2. Akuntabel meliputi:
a) Tercapainya tujuan dalam pengelolaan ADD
b) Adanya pengawasan oleh tim pelaksana
c) Adanya laporan pertanggungjawaban pengelolaan ADD
d) Adanya keterlibatan pemerintah desa dalam pengelolaan ADD
3. Partisipasif meliputi:
a) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan pengelolaan ADD
b) Keterlibatan masyarakat dalam penerimaan dan memanfaatkan
hasil
Pemberdayaan masyarakat di ukur dengan empat indikator yang

dikemukan oleh Sedarmayanti (2014). Adapun indikator pemberdayaan


20

masyarakat meliputi: kemampuan, kepercayaan, wewenang, dan tanggung

jawab. Berikut gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini.

.
Alokasi Dana Desa (X) Pemberdayaan Masyarakat (Y)

(1) Transparan (1)Kemampuan


(2) Akuntabel (2)Kepercayaan
(3) Partisipasi (3)Wewenang
(4)Tanggung Jawab
(Permendagri No. 113 Tahun
(Sedarmayanti 2014)
2014)

Gambar 1. Kerangka Konseptual

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2018:96). Berdasarkan Latar belakang dan rumusan

masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah “Diduga Alokasi dana desa berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pemberdayaan masyarakat Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba,

Kabupaten Jeneponto”.
21
21

III. METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang akan diteliti dalam peneltian ini adalah :

a. Alokasi Dana Desa (X)

b. Pemberdayaan Masyarakat Desa (Y)

2. Desain penelitian

Dalam desain penelitian terdapat sumber data/jenis data, teknik

pengumpulan data, dan rancangan analisis data. Sumber/jenis data yang

diolah dalam penulisan penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yang berasal dari pemerintah desa dan masyarakat

serta data sekunder yang berasal dari kunjungan ke beberapa perpustakaan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara

dan angket.Adapun skema desain penelitian penelitian ini dapat dilihat

pada gambar 2 berikut.


22

Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto

Teknik pengumpulan Data :


Dana Desa  Observasi
 Wawancara
 Angket

ii  Alokasi Dana Desa (X)  Pemberdayaan Masyarakat (Y)


1. Transparan 1. Kemampuan
2. Akuntabel 2. Kepercayaan
3. Partisipasi 3. Wewenang
4. Tanggung Jawab

Teknik analisis data :


 Uji Asumsi Klasik
- Uji Normalitas
- Uji Heteroskedastisitas
- Uji Multikolinearitas
- Uji Autokorelasi
 Uji Hipotesis
- Regresi liner sederhana

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 2. Skema Desain Penelitian

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Secara operasional, definisi variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Alokasi Dana Desa (X) merupakan bagian keuangan Desa Lentu, Kecamatan

Bontoramba, Kabupaten Jeneponto yang diperoleh dari bagi hasil pajak

daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan secara proporsional.

2. Pemberdayaan Masyarakat Desa (Y) adalah suatu usaha atau upaya yang

dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian

individu atau masyarakat Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten

Jeneponto dalam memenuhi kebutuhannya.

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


23

1. Alokasi Dana Desa (X) diukur menggunakan instrumen indikator berikut :

a. Transparan adalah terbukanya akses bagi masyarakat dalam

memperoleh informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD). Item indikator transparan

meliputi:

1) Penyediaan dan akses informasi yang jelas tentang perencanaan,

prosedur pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.

2) Adanya musyawarah yang melibatkan masyarakat.

3) Keterbukaan proses pengelolaan.

4) Keterbukaan informasi tentang dokumen pengelolaan ADD.

b. Akuntabel adalah pertanggung jawaban tim pelaksana pengelolaan Alokasi

Dana Desa (ADD) kepada masyarakat, dimana kepala desa sebagai

pertanggungjawaban utama. Item indikator akuntabel meliputi:

1) Tercapainya tujuan dalam pengelolaan ADD

2) Adanya pengawasan oleh tim pelaksana

3) Adanya laporan pertanggungjawaban pengelolaan ADD

4) Adanya keterlibatan pemerintah desa dalam pengelolaan ADD

c. Partisipasif adalah suatu alat guna memperoleh informasi mengenai

kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Item

indikator partisipasi meliputi:

1) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan

pengelolaan ADD
24

2) Keterlibatan masyarakat dalam penerimaan dan memanfaatkan hasil

2. Pemberdayaan Masyarakat Desa (Y) dapat diukur menggunakan istrumen

indikator yang meliputi:

a. Kemampuan, dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas

penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas

di bidang pekerjaan tertentu. Item indikator kemampuan meliputi:

1) Pengetahuan

2) Keterampilan

b. Kepercayaan merupakan rasa percaya diri seseorang yang akan ditemukan

berdasarkan hasrat dari orang lain daripada kekuatan dirinya sendiri. Item

indikator kepercayaan meliputi:

1) Kesempatan berpartisipasi

2) Menghargai perbedaan pendapat

c. Wewenang adalah kekuasaan resmi sesorang untuk bertindak dan

memerintah orang lain. Item indikator wewenang meliputi:

1) Kesempatan kerjasama

2) Terlibat dalam pengambilan keputusan

d. Tanggung jawaba adalah suatu perbuatan untuk menanggung segala

sesuatu hal yang muncul sebagai akibat dari dilakukannya suatu aktivitas

tertentu. Item indikator tanggung jawab meliputi:

1) Berani mengambil keputusan

2) Bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan


25

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018) populasi adalah wilayah generalisasi

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh masyarakat

Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling,

yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono,

2018:124). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah penduduk

Desa Lentu, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto. Untuk menentukan

Jumlah sampel digunakan rumus solvin (Umar, 2005:78)

N
n= -------------
2
1+n(e)

n : Ukuran sampel
n : Jumlah Populasi
e : kesalahan dalam pengambilan sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi

Menurut Sugiyono (2018:203) “observasi merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung pada objek

penelitian untuk mendapatkan data yang dibutuhkan”. Dari segi proses

pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi

participant observation (observasi berperanserta) dan non participant


26

observation. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi tidak berperanserta.

2. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode dalam pengumpulan data

dengan cara sistematis untuk memperoleh keterangan mengenai masalah

yang diteliti berdasarkan tujuan penelitian.

3. Angket

Angket, yaitu pemberian daftar pertanyaan kepada responden yang

dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban. Proses pengambilan data

ini dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan atau pernyataan yang

kemudian diberikan kepada responden untuk dijawab. Angket yang

disebar menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban . SS =

sangat setuju diberi skor 5, S = setuju diberi skor 4, N = netral diberi skor

3, TS = kurang setuju diberi skor 2, STS = sangat tidak setuju diberi skor

1.

Skala Likert menurut Sugiyono (2018) digunakan sebagai acuan

untuk menentukan kelas interval hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Data


Untuk menganalisis variabel-variabel dan menguji serta

membuktikan hipotesis yang diajukan, maka digunakan analisis data

antara lain :

1. Uji Asumsi Klasik


27

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear sederhana. Uji asumsi bertujuan untuk memberikan

kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam

estimasi. Uji asumsi klasik pada penelitian ini terdiri dari:

a. Uji Normalitas

b. Uji Heteroskedastisitas

c. Uji Multikolinearitas

d. Uji Autokorelasi

2. Uji Hipotesis

Menurut Sunyoto (2013: 47), jika untuk mengetahui besarnya

pengaruh dengan hanya melibatkan satu variabel bebas (variabel

independen) dan satu variabel terikat (dependen) disebut analisis regresi

linear sederhana. Dengan rumus sebagai berikut :

Y =a+bX
Keterangan:
a = Konstanta, dan koefisien regresi
b = Kontribusi besarnya perubahan nilai variabel perputaran kas
Y = Variabel Pemberdayaan masyarakat desa
X = Variabel Alokasi dana desa
28

JADWAL KEGIATAN

Jadwal ini direncanakan dilaksanakan selama enam bulan dengan jadwal

sebagai berikut :

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan

2020 2021
No Kegiatan
F M A M J J A S O N D J
1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
3. Pengumpulan dan
Analisis data
4. Penyusunan Laporan
5. Seminar Hasil Penelitian
6. Ujian Akhir
29

DAFTAR PUSTAKA

Anwas, Oos, M (2013). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:

Alfabeta

Bennis, Werren and Michael Mische. (1995). Organisasi Abad 21. Reinventing

Melalui Reengineering. Penerjemah: Rachmayanti, Irma Andriani.

Jakarta: LPPM.

Fathony, Aditya Achmad. (2019). Pengaruh Alokasi Dana Desa Terhadap

Pemberdayaan Masyarakat Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

AKURAT |Jurnal Ilmiah Akuntansi. Volume 10, Nomor 3, hlm 41-57.

September - Desember 2019. P-ISSN 2086-4159. E-ISSN 2656-6648.

http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/AKURAT

Hikmat, R Harry. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Edisi Revisi.

Bandung: Humaniora Utama Press.

Kede, Elisabeth Ero Raja (2019). Pengaruh Alokasi Dana Desa Terhadap

Pemberdayaan Masyarakat(Studi Di Desa Pandanrejo Kecamatan

Bumiaji Kota Batu). JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. ISSN.

2442-6962. Vol. 8 No. 4 (2019). www.publikasi.unitri.ac.id.

Peraturan Bupati Jeneponto Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Tata Cara

Pengalokasian, Pembagian dan Prioritas Penggunaan Alokasi Dana Desa

Tahun Anggaran 2020

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa


30

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang kader pemberdayaan masyarakat

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa

Prijono, S. Onny dan A.M.W. Pranarka (penyunting). (1996). Pemberdayaan

Konsep. Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Center For Strategic and

International Studies (CSIC).

Sedarmayanti. (2014). Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi. Bandung:

Refika Aditama.

Soekanto, Soerjono. (1987). Sosial Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial. PT

Ravika Aditama. Bandung.

Sumaryadi, I Nyoman (2005) Perencanaan Pembangunan Daerah Ototnom dan

Pemberdayaan Masyarakat . Jakarta, Citra Utama.

Sumodiningrat, Gunawan, (1996). Memberdayakan Masyarakat: Kumpulan

Makalah Tentang Inpres Desa Tertinggal, Jakarta: Penakencana

Nusadwipa.

Sunyoto, D. (2013). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika

Aditama.
31

Tricahyono, Sugit Agus. (2008). Pemberdayaan Komunitas Terpencil Di

Provinsi NTT, Yogyakarta: B2P3KS

Umar, H. (2005). Riset SDM Dalam Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Anda mungkin juga menyukai