Anda di halaman 1dari 10

Solusi dan Tantangan Pada Pengelolaan Dana Desa yang Sarat Dengan Masalah

MINI PAPER
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah
Dosen : Dr. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA

Disusun Oleh:

Achmad Rifqi 207017002


Arisdifa Kurnia Kaban 207017003
Debby Suciani 207017012
Vivi Novila Dachi 207017038
Yunita Sarah Siregar 207017041

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah
Kabupaten.
Desa berfungsi sebagai ujung tombak di dalam melaksanakan pembangunan disegala
bidang baik di bidang Pemerintahan, pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-
tugas pembantuan yang merupakan pembangunan integral yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya yang meliputi kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Pada perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai
bentuk, sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri,
dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
Pemerintahan dan membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pemberian
kewenangan otonomi daerah kepada Kabupaten/Kota didasarkan atas desentralisasi dalam
wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah merupakan hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Alokasi dana desa merupakan salah satu bentuk hubungan keuangan antar tingkat
pemerintahan yaitu hubungan keuangan antara Pemerintahan Kabupaten dengan
pemerintahan Desa. Untuk dapat merumuskan hubungan keuangan yang sesuai maka
diperlukan pemahaman mengenai kewenangan yang dimiliki Pemerintah Desa. Artinya,
anggaran pemerintah yang diberikan kepada desa terkait sepenuhnya adalah untuk fasilitas
pembangunan dan pemberdayaan desa sebagai salah satu lembaga yang andil dalam format
kepemerintahaan. Dana tersebut harus digunakan dan di alokasikan sebagai mana mestinya
sesuai dengan undang undang dan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan pemerintah
Indonesia. Sehingga dengan Alokasi Dana Desa tersebut mampu meningkatkan
pembangunan desa, partisipasi masyarakat dalam memberdayakan dan mengimplementasikan
bantuan tersebut untuk kedepan.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai alokasi dana desa adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tantangan yang terjadi terkait permasalahan pengelolaan dana desa?

2. Bagaimana solusi yang akan dilakukan terkait permasalahan pengelolaan dana desa?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembelajaran terkait alokasi dana desa adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tantangan yang terjadi terkait permasalahan pengelolaan dana desa.

2. Untuk mengetahui solusi yang akan dilakukan terkait permasalahan pengelolaan dana desa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dana Desa

Dana desa adalah dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui
APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa. Dana desa diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang
ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan dialokasikan kepada setiap desa secara
merata dan berkeadilan. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, tujuan dana
desa adalah sebagai berikut (1) meningkatkan pelayanan publik di desa, (2) mengentaskan
kemiskinan, (3) memajukan perekonomian desa, (4) mengatasi kesenjangan
pembangunan antardesa, serta (5) memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari
pembangunan.

Sumber pendapatan desa terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Desa


2. Dana Desa yang bersumber dari APBN
3. Bagian dari Hasil PDRD Kabupaten/kota
4. Alokasi Dana Desa dari Kabupaten/kota
5. Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/kota
6. Hibah dan Sumbangan Pihak ketiga, serta
7. Lain-lain pendapatan Desa yang sah
Pemerintah menetapkan Dana Desa dalam APBN sebesar 10% dari dan di luar Dana
Transfer Daerah secara bertahap. Dana desa dihitung berdasarkan jumlah Desa dan
dialokasikan dengan memperhatikan: a) jumlah penduduk, b) angka kemiskinan, c) luas
wilayah dan d) tingkat kesulitan geografis. Dana desa dihitung berdasarkan proporsi dan
bobot formula sebagai berikut:

1. 90% porsi yang dibagi rata (alokasi dasar)

2. 10% porsi berdasarkan formula (alokasi formula):

a. Jumlah penduduk desa (25%)


b. Angka kemiskinan desa (35%)
c. Luas wilayah desa (10%)
d. Tingkat kesulitan geografis desa (30%)

B. Pengelolaan Dana Desa

Dalam Permendgari Nomor 113 Tahun 2014, Pengelolaan Keuangan Desa merupakan
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertanggungjawaban keuangan desa. Asas dalam mengelola keuangan desa terdiri
dari transparansi, partisipatif, akuntabel, tertib serta disiplin penggunaan anggaran.

Dalam pengelolaan dana desa, salah satu hal penting yang harus diterapkan yaitu
melibatkan masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat, pemerintah perlu mengadakan
kegiatan menggunakan pola swakelola yang artinya mengupayakan pelaksanaan serta
perencanaan yang dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat dengan menggunakan
bahan baku lokal dan tenaga kerja setempat sehingga alokasi dana untuk pembangunan
desa tidak mengalir ke tempat lain.

Dalam mengelola dana desa diperlukan mekanisme pengawasan yang bertujuan agar
pengelolaan keuangan desa semakin akuntabel. Untuk meningktakan keefektifan
mekanisme pengawasan dan meminimalisir terjadinya pelanggaran, maka akan diberikan
sanksi pada pihak yang melaksanakan tugas tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Potensi Kelemahan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa


Penetapan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengukuhkan
keberadaan desa sebagai subyek dalam pembangunan. Hal ini selaras dengan tujuan
otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada setiap daerah untuk mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan serta menciptakan upaya kemandirian daerah
dengan potensi yang dimilikinya. Undang-Undang tersebut memberikan dorongan kepada
masyarakat untuk membangun dan mengelola desa secara mandiri. Untuk itu, setiap desa
akan mendapatkan dana melalui Anggaran Belanja Pendapatan Negara (APBN) dengan
jumlah yang sangat signifikan.
Besarnya dana desa yang akan diterima setiap desa di seluruh Indonesia menimbulkan
kekhawatiran bagi banyak pihak. Terdapat potensi adanya kesalahan pengelolaan dana
desa mulai dari pengganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, dan
pelaporannya. Untuk itu, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di desa, maka
dituntut adanya transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi, baik atas keuangan, kinerja,
maupun kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kelemahan akuntabilitas
pengelolaan dana desa, yang meliputi kebijakan, perencanaan, pengganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pelaporannya. Namun demikian,
mengingat sampai dengan berakhirnya penelitian belum ada realisasi aliran dana desa ke
desa, maka penelitian hanya dapat dilakukan sebatas pengelolaan dana desa pada tahapan
kebijakan serta perencanaan dan penganggaran.
Hasil kajian ini memperlihatkan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, antara
lain sebagai berikut:

Rintangan Solusi
1. Adanya keterlambatan penerbitan kebijakan  Melakukan kajian dana desa setelah dana
mengenai dana desa dan terjadinya desa cair dan pelaksanaan pengelolaan dana
perubahan terhadap kebijakan yang desa telah dilakukan. Hal ini perlu
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dilakukan agar diperoleh gambaran
menyebabkan kebingungan dan komprehensif mengenai potensi kelemahan
ketidakpastian dalam pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan keuangan dana
pengelolaan dana desa; desa.
2. Terdapat potensi kelemahan akuntabilitas  Melalui Deputi Kepala BPKP terkait, agar
berupa: memberi masukan kepada Kementerian
a. perbedaan jangka waktu RPJM Dalam Negeri untuk mendorong pemerintah
Kabupaten/Kota dengan RPJM Desa daerah agar segera menyusun dan
dapat menimbulkan disharmoni menerbitkan pedoman umum dan pedoman
pembangunan antara pemerintah daerah teknis pelaksanaan penggunaan Dana Desa.
kabupaten/kota dengan desa;
b. kualitas akuntabilitas perencanaan dan
penganggaran dana desa dapat berkurang
mengingat kurangnya keterbukaan;
c. perencanaan pembangunan desa tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
kekhasan daerah sehingga berpotensi
bagi tidak tercapainya sasaran, tujuan,
dan visi desa, yakni kesejahteraan
masyarakat desa;
d. ketiadaan indikator berikut target
pembangunan desa berpotensi
mengakibatkan pembangunan desa tidak
terarah;
e. perencanaan dan penganggaran yang
tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat/hajat hidup orang banyak
sehingga berpotensi menjadikan
pembangunan desa tidak efektif,
efisiensi, dan ekonomis;
f. pertanggungjawaban publik oleh kepala
desa dalam perencanaan dan penyusunan
anggaran belum dilakukan baik kepada
Badan Permusyawaratan Desa maupun
kepada masyarakat desa;
g. keterlambatan ketersediaan pedoman
umum dan pedoman teknis berpotensi
kepada keterlambatan dimulainya
pembangunan desa yang bersumber dari
dana desa dan ketidaksesuaian
pengelolaan dana desa dengan ketentuan
yang seharusnya.

Hambatan:

1. Masih kurangnya kompetensi pegawai desa dalam memberikan informasi terkait


pengelolaan alokasi desa, karena rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang
Sebagian besar berketrampilan rendah
2. Pola pikir masyarakat yang terus berkembang, dan pelaksana pengelolaan alokasi
dana desa yang kualitas keterampilannya rendah dalam memberikan informasi kepada
masyarakat, ini menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhdap pengelolaan
alokasi dana desa. Padahal dari pegawai desa dapat memberikan informasi dengan
media pengajian, rapat mingguan, bahkan acara-acara lainnya.
3. Menumpukkan pekerjaan di desa sehingga sering terjadi kesalahan dalam
memberikan laporan hasil kegiatan. Tumpang tindih pekerjaan yang meski jelas
tupoksinya tetapi pada penerpan dilapangan pegawai desa sering mengalami kesulitan
dalam membuat laporan.
4. Peraturan Bupati tentang pengelolaan alokasi dana desa setiap tahunnya mengalami
perubahan, ini menjadi hambatan dalam mengelola keuangan desa

Solusi:

1. Memberikan kesempatan kepada pegwai di bagian keuangan untuk melanjytkan


sekolah atau kursus-kursus di bidang administrasi/akuntansi keuangan agar dapat
menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan di bidang
administrasi/akuntansi sehingga bisa diaplikasikan di desa tersebut
2. Memberikan pengertian dan pengarahan kepada semua pegwai di desa agar tidak
mengesampingkan keterlibatan masyarakat, karena begitu pentingnya partisipasi
masyarakat dalam membangun desa
3. Koordinasi dengan pihak yang berwenang yaitu dengan Dinas Pemberdayaan Desa
apbila terjadi kekeliruan dalam membuat laporan
4. Konsultasi pada Pemerintah Kabupaten atau kepada Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Desa saat mengalami hambatan terkait pengelolaan dana desa.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, Yadi. 2018. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Oleh Pemerintah Desa di Desa
Pawidan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Ciamis; Universitas Galuh.

Soleh, Chabib., dan Heru Rochmansjah. 2014. Pengelolaan Keuangan Desa. Bandung: Fokus
Media.

http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/2467/15.100

Anda mungkin juga menyukai