Anda di halaman 1dari 37

AKUNTANSI INVESTASI

Oleh:
Adhitya Alfani (1) / 1401190236
Desi Riana Prasetya Putri (6) / 1401190196
Happy Vidyasari (11) / 1401190253
Melda Wulan Sari (16) / 1401190073
Ndaru Puspitarini (21) / 1401190137
Suryo Prasetya Riyadi (26) / 1401190242
Viranita Purwidayani (31) / 1401190176

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


2019
1
BAB I
PENDAHULUAN

Definisi Investasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 dijelaskan bahwa investasi
yang dilakukan pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dana tau
manfaat lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum.
Salah satu sumber dana investasi pemerintah adalah berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Dikarenakan berasal dari APBN, maka tentu saja penggunaannya
harus dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. Oleh sebab itu dalam proses
pencatatan investasi harus diterapkan kaidah akuntansi yang sesuai dengan standar agar dapat
menyajikan laporan investasi yang andal dan relevan.
Akuntansi terkait investasi diatur dalam beberapa peraturan. Pertama, diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06, kemudian diatur juga dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016, dan mengenai teknis akuntansi mengenai
investasi diatur dalam Buletin Teknis Nomor 7 khusus mengatur perlakuan teknis investasi
yang berbentuk dana bergulir. Selanjutnya, untuk aturan terkait sistem akuntansinya diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.05/2018.
Definisi investasi menurut PSAP 06 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
242/PMK.05/2016 adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti
bunga, dividen dan royalti, dan/atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
169/PMK.05/2018 pun mendefinisikan investasi dengan definisi yang sama. Hanya saja dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.05/2018 terdapat ketentuan tambahan tentang
definisi mengenai investasi pemerintah. Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah
dana dan/ atau barang dalam jangka panjang untuk Investasi pembelian surat berharga dan
Investasi langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/ atau manfaat lainnya.
Untuk standar internasional mengenai akuntansi investasi , bisa merujuk pada International
Public Sector Accounting Standards (IPSAS) nomor 7 dan nomor 16. IPSAS nomor 7 terkait
Investment in Associates yaitu Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas entitas
nonkorporasi seperti persekutuan, dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan
merupakan entitas anak ataupun bagian partisipasi dalam ventura ventura bersama. Sedangkan

1
IPSAS nomor 16 terkait property investasi. Properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan - atau bagian dari gedung - atau keduanya) diadakan untuk disewakan atau untuk
apresiasi modal atau keduanya, bukan untuk:
 Digunakan dalam produksi atau pasokan barang atau jasa atau untuk
tujuan administrasi; atau
 Dijual dalam operasi biasa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Investasi
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2019 tentang Investasi Pemerintah Pasal 3 yang
dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan, bahwa investasi pemerintah dilaksanakan
berdasarkan prinsip:
a. Transparansi
Dalam mengelola investasi pemerintah harus dilakukan secara terbuka dan dapat
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh para pemangku kepentingan
b. Akuntanbilitas
Pengelolaan investasi pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan secara
transparan dan wajar
c. Responsibilitas
Pengelolaan investasi pemerintah harus dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh
tanggung jawab
d. Independensi
Investasi harus dikelola dengan professional tanpa adanya benturan kepentingan dan
tekanan dari pihak mana pun.
e. Kewajaran dan Kesetaraan
Pengelolaan investasi harus dilakukan dengan memerhatikan keseimbangan peran dan
kedudukan para pemangku kepentingan
f. Profesionalisme
Investasi harus dikelola oleh orang-orang yang berkompeten dan berkomitmen dalam
menjalankan tugasnya
g. Kehati-hatian
Pengelolaan investasi harus dilakukan dengan cermat, teliti, aman, dan tertib, serta
mempertimbangkan aspek risiko keuangan dan memperhatikan batasan yang diatur
dalam ketentuan Undang-Undang.

Prinsip Transparansi, Kemandirian, Akuntabilitas, Pertanggung jawaban, Kewajaran (fairness)


merupakan prinsip-prinsip yang termasuk dalam Good Governance, sehingga penerapannya

1
dalam investasi pemerintah turut mendukung usaha pemerintah untuk mencapai good
governance.

Selain prinsip yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2019 diatas,
terdapat prinsip lain yang diterapkan oleh pemerintah dalam mengelola investasi, yaitu:

1. Prinsip konsistensi internal


Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang sama dari satu periode
ke periode lain
2. Prinsip substance over form
Prinsip akuntansi yang melihat secara substansi dari suatu transaksi. Prinsip ini
digunakan pada Bantuan Pemerintah Yang Belum DItetapkan Statusnya (BPYBDS),
BPYBDS merupakan investasi pemerintah yang belum diserahterimakan kepada
BUMN tetapi sudah dipakai oleh BUMN tersebut. Secara substansi, BUMN sudah
menggunakan asset tersebut walaupun secara aspek formalitas belum
disetujui/diserahterimakan melalui BAST.
3. Prinsip Efisiensi dan Produktivitas
Prinsip efisiensi dan produktivitas harus diterapkan dalam rangka menciptakan dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4. Prinsip Pengendalian dan Pengelolaan Risiko
Prinsip ini digunakan dalam pemberian dukungan finansial yang diberikan oleh
pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dan non infrastruktur yang dikerjasamakan
dengan Badan Usaha. Pemberian dukungan finansial ini dilaksanakan dengan skema
pembagian risiko yang harus ditanggung bersama. Selain itu dukungan finansial
diberikan dengan mempertimbangkan dampak penundaan/penghentian implementasi
proyek, terjadinya peningkatan biaya proyek, dan pemulihan/pengembalian investasi
(PP No.8 Tahun 2007 Tentang Investasi Pemerintah).
5. Prinsip Kepastian Hukum
Prinsip kepastian hukum bersama dengan prinsip transparansi, kesetaraan,
akuntabilitas, efektif dan efisien, digunakan dalam pemberian insentif dan kemudahan
investasi di daerah (PP No. 24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan
Investasi di Daerah).

1
B. Klasifikasi
Menurut PSAP Nomor 6 dan PMK 224/PMK.05/2016, Investasi pemerintah
diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
merupakan kelompok aset nonlancar.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas)
bulan. Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat segera diperjual belikan/dicairkan
b. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat
menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas
c. Berisiko rendah

Dengan memperhatikan kriteria investasi jangka pendek tersebut, maka pembelian surat-
surat berharga yang berisiko tinggi bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga
pasar surat berharga, tidak termasuk dalam investasi jangka pendek.
Adapun investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain
terdiri atas:
a. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang dapat diperpanjang
secara otomatis (revolving deposits)
b. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh pemerintah pusat
maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Instrumen-instrumen yang tersedia untuk penempatan dana surplus kas (sebagai bagian
investasi jangka pendek) meliputi:
- Penempatan kas di bank sentral
- Penempatan kas di bank komersial
- Pada deposito overnight (1-3 hari)
- Pada deposit on call yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pemberitahuan di awal.
- Pada deposito berjangka yang dapat ditarik pada tanggal jatuh tempo.
- Pembelian obligasi pemerintah dari pasar sekunder dan/atau

Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek antara lain
adalah:

1
a. Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha,
misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu
badan usaha
b. Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang
baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah
c. Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas
jangka pendek.

Investasi pemerintah (dalam jangka panjang) adalah penempatan sejumlah dana


dan/atau barang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung untuk
memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya, dan dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari 12 bulan.
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu permanen
dan nonpermanen. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan investasi nonpermanen adalah investasi jangka
panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus
tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak
berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan
atau menarik kembali.
Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak
dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh
yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi
permanen dapat berupa:
a. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan
badan usaha lainnya yang bukan milik negara
b. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan
pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

1
Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa:
a. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah
b. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga
c. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan
modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat
d. Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki
pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk
penyehatan/penyelamatan perekonomian.

Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan
terbatas dan non surat berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bukan perseroan.
Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak bisa dimasukkan ke
penyertaan modal, surat obligasi jangka panjang yang dibeli oleh pemerintah, dan penanaman
modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya
investasi dalam properti.

C. Pengakuan
Sesuai dengan PSAP Nomor 6, pengeluaran kas untuk memperoleh investasi
dan/atau konversi aset untuk memperoleh investasi, dan penerimaan hibah dalam bentuk
investasi dapat diakui sebagai investasi · apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan
datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara andal (reliable).

Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas untuk memperoleh investasi dan/ atau
konversi aset untuk memperoleh investasi, dan penerimaan hibah dalam bentuk investasi
memenuhi kriteria pengakuan investasi, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya
manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan
bukti- bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal. Kepastian bahwa manfaat ekonomi yang
akan datang atau jasa potensial yang akan diperoleh, memerlukan suatu keyakinan (assurance)
bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat dari asset tersebut dan akan menanggung risiko
yang mungkin timbul.
Kriteria pengakuan investasi sebagaimana dinyatakan pada paragraf di atas, biasanya
1
dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti
yang menyatakan/ mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi
mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya, atau berdasarkan nilai wajar pada
tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat
digunakan.
Pada PMK 224/PMK.05/2016 juga diatur bahwa pengeluaran kas dan/atau aset,
penenmaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui
sebagai investasi jangka pendek apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kemungkinan manfaat ekonomi dan/atau manfaat sosial atau jasa potensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah dalam
jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan;
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).

Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja atau pun pengeluaran pembiayaan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Apabila dalam pelepasan/penjualan investasi jangka pendek terdapat kenaikan atau
penurunan nilai dari nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai penambah atau
pengurang SILPA dan sebagai keuntungan atau kerugian pada Laporan Operasional.
Keuntungan diakui pada saat harga pelepasan/penjualan (setelah dikurangi biaya penjualan)
lebih tinggi dari nilai tercatatnya, dan kerugian diakui pada saat harga pelepasan/penjualan
(setelah dikurangi biaya penjualan) lebih rendah dari nilai tercatatnya.
Sedangkan Pengeluaran kas dan/atau aset, penenmaan hibah dalam bentuk investasi dan
konversi piutang atau aset lain menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi jangka panjang
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang
akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh dalam jangka waktu lebih dari
12 bulan;
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).

Pengeluaran kas dalam rangka perolehan investasi jangka panjang diakui sebagai
pengeluaran pembiayaan. Sedangkan penerimaan kas atas pelepasan/penjualan investasi
jangka panjang diakui sebagai penenmaan pembiayaan. Pengeluaran dan penerimaan
pembiayaan disajikan dalam LRA.
Pada saat pelepasan/penjualan investasi, apabila terjadi perbedaan antara hasil pelepasan
1
investasi dengan nilai tercatatnya harus dibebankan atau dikreditkan kepada
keuntungan/kerugian pelepasan investasi. Keuntungan/kerugian pelepasan investasi disajikan
dalam LO. Hasil investasi seperti dividen tunai (cash dividend) dan bunga diakui sebagai
pendapatan baik pada LRA maupun LO. Sedangkan hasil investasi berupa dividen saham
(stock dividend) tidak diakui sebagai pendapatan baik di LRA maupun LO, tetapi diungkap
dalam catatan atas laporan keuangan.

D. Pengukuran
Beberapa Jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar. Dalam
hal investasi yang demikian, nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar.
Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai
nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
a) Investasi Jangka Pendek
 Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi
jangka pendek (efek), dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi
meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa
bank, dan biaya lainnya yang timbul dalam rangka perolehan tersebut.
 Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka
investasi dinilai berdasarkan nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu
sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, maka investasi dinilai berdasarkan
nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut. Di samping
itu, apabila surat berharga yang diperoleh dari hibah yang tidak memiliki nilai pasar
maka dinilai berdasarkan hasil penilaian sesuai ketentuan. Ketentuan dimaksud,
menurut Buletin Teknis 13 tentang Akuntansi Hibah, mengatur bahwa Hibah yang
diterima Pemerintah/Pemerintah Daerah dalam bentuk surat berharga dinilai dengan
mata uang rupiah berdasarkan nilai nominal yang disepakati pada saat serah-terima oleh
Pemberi Hibah dan Pemerintah untuk dicatat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat/Daerah. Adapun dalam hal BAST atau dokumen pendukung hibah lainnya tidak
terdapat nilai surat berharga, menteri/pimpinan lembaga/kepala kantor/Satker selaku
PA/KPA penerima hibah melakukan estimasi nilai wajar atas barang/jasa/surat
berharga yang diterima, menurut PMK 191 Tahun 2011.
 Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito
jangka pendek, dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut.

1
 Investasi jangka pendek dalam mata uang asing disajikan pada neraca dalam mata uang
Rupiah sebesar kurs tengah Bank Sentral pada tanggal pelaporan.
b) Investasi Jangka Panjang
 Investasi Jangka Panjang yang bersifat permanen, misalnya penyertaan modal
pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi investasi itu
sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
 Investasi non-permanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka panjang dan investasi
yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar nilai
perolehannya.
 Investasi non-permanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan
perekonomian, misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan perbankan, dinilai
sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.
 Investasi non-permanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek
pembangunan pemerintah dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang
dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka
penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
 Investasi non-permanen dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu
nilai investasi dicatat sebesar nilai pelepasan/penjualan dikurangi dengan biaya
pelepasan, jika dan hanya jika investasi tersebut dalam rangka kebijakan nasional yang
akan dilepas/dijual atau berupa investasi dalam bentuk tagihan. Dalam hal investasi
berupa tagihan, nilai investasi dicatat sebesar nilai investasi dikurangi penyisihan tak
tertagih.
 Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran aset pemerintah, maka nilai
investasi diakui sebesar nilai wajar aset yang diperoleh. Jika nilai wajar aset yang
diperoleh tidak tersedia, nilai investasi diakui sebesar nilai wajar aset yang diserahkan
atau nilai buku aset yang diserahkan apabila tidak diketahui nilai wajarnya.
 Diskonto atau premium pada pembelian investasi diamortisasi selama periode dari
pembelian sampai saat jatuh tempo sehingga hasil yang konstan diperoleh dari investasi
tersebut. Diskonto atau premium merupakan penambahan atau pengurangan dari nilai
tercatat (carrying value) investasi tersebut. Amortisasi diskonto atau premium akan
mengurangi diskonto atau premium. Amortisasi diskonto atau premium akan diakui
sebagai pengurang atau penambah pendapatan bunga dalam laporan operasional.
Pendapatan bunga LRA tidak dipengaruhi oleh amortisasi diskonto atau premium.

1
 Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran aset pemerintah, maka nilai
investasi diakui sebesar nilai wajar investasi yang diperoleh. Jika nilai wajar investasi
yang diperoleh tidak tersedia, nilai investasi diakui sebesar nilai wajar aset yang
diserahkan atau nilai buku aset yang diserahkan apabila tidak diketahui nilai wajarnya.
 Dalam hal aset tetap yang dipertukarkan nilai wajarnya lebih besar dari nilai buku,
maka selisih lebih dicatat sebagai pendapatan LO.
 Harga perolehan investasi dalam valuta asing yang dibayar dengan mata uang asing
yang sama harus dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs
tengah Bank Sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada neraca, investasi dalam
mata uang asing dinyatakan dalam mata uang Rupiah sebesar kurs tengah Bank Sentral
pada tanggal pelaporan. Selisih penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang Rupiah
antara tanggal perolehan investasi dan pelaporan disajikan sebagai selisih kurs pada
neraca.
 Jika investasi pemerintah yang dicatat dengan nilai nominal atau biaya perolehan
mengalami penurunan nilai, maka penurunannya harus diungkapkan dalam laporan
keuangan. Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat investasi lebih besar dibandingkan
dengan nilai wajar investasi tersebut.

Pengukuran Investasi Jangka Panjang


Metode yang digunakan untuk menilai investasi pemerintah adalah:
a. Metode Biaya;
Pada metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan, baik pada saat investasi awal
maupun pencatatan selanjutnya. Biaya perolehan meliputi harga transaksi investasi itu
sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut.
Metode biaya diterapkan untuk:
1) Investasi permanen dengan kepemilikan kurang dari 20%. Penghasilan atas investasi
tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya
investasi pada badan usaha/ badan hukum yang terkait. Pada metode biaya, bagian laba
berupa dividen tunai yang diperoleh pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil
investasi.
2) Investasi non permanen dalam bentuk obligasi atau surat utang jangka panjang dan
investasi yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki berkelanjutan.

1
3) Investasi non permanen dalam bentuk penanaman modal di proyek-proyek
pembangunan pemerintah (seperti Proyek Perkebunan Inti Rakyat/ PIR) . Biaya
perolehan yang dimaksud adalah biaya pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan
untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek
sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
b. Metode Ekuitas;
Metode ekuitas diterapkan untuk investasi permanen dengan kepemilikan pemerintah
sebesar 20% ke atas atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang
signifikan. Pada metode ekuitas, investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan dimaksud meliputi harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang
timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut. Penilaian investasi pada tanggal
pelaporan keuangan disajikan sebesar investasi awal ditambah (dikurangi) proporsi bagian
laba (rugi) pemerintah setelah tanggal perolehan dikurangi dengan penerimaan dividen
tunai bagian pemerintah. Bagian laba berupa dividen tunai yang diperoleh pemerintah
dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dalam Laporan Operasional dan mengurangi
nilai investasi pemerintah di Neraca. Sedangkan dividen dalam bentuk saham yang diterima
tidak mempengaruhi nilai investasi pemerintah. Dividen tunai pada saat diumumkan dalam
RUPS diakui sebagai piutang dividen dan pengurang investasi pemerintah. Dividen tunai
yang telah diterima oleh pemerintah akan mengurangi piutang dividen. Penerimaan dividen
tunai tersebut akan dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dalam laporan realisasi
anggaran.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan
nilai investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta
asing, perjanjian antara pemerintah dengan BUMN serta revaluasi aset tetap.
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value);
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan diterapkan untuk:
1) Investasi non permanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/ penyelamatan
perekonomian, misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan perbankan.
2) Investasi non permanen berbentuk dana bergulir.
3) Secara periodik, harus dilakukan penyesuaian terhadap investasi non permanen
sehingga nilai investasi yang tercatat di neraca menggambarkan nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value) . Nilai yang dapat direalisasikan ini dapat diperoleh
dengan melakukan penatausahaan investasi sesuai dengan jatuh temponya (aging

1
schedule) . Berdasarkan penatausahaan tersebut, akan diketahui jumlah investasi yang
tidak dapat tertagih/terealisasi, investasi yang diragukan dapat tertagih/ terealisasi, dan
investasi yang dapat tertagih/terealisasi.
Pengukuran investasi non permanen di neraca berdasarkan nilai yang dapat
direalisasikan, dilaksanakan dengan mengurangkan nilai investasi non permanen diragukan
tertagih/ direalisasikan dari nilai investasi non permanen awal yang dicatat sebesar harga
perolehan. Investasi non permanen dapat dihapuskan jika investasi non permanen tersebut
benar-benar sudah tidak tertagih/ direalisasikan dan penghapusannya mengikuti ketentuan
yang berlaku. Akun lawan (contra account) dari investasi non permanen diragukan
tertagih/direalisasikan adalah beban investasi non permanen diragukan tertagih /
direalisasikan.
Dalam kondisi tertentu, kriteria besarnya persentase kepemilikan saham bukan
merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian investasi, tetapi
yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of influence) atau pengendalian
terhadap perusahaan investee Ciri-ciri adanya pengaruh atau pengendalian pada perusahaan
investee, antara lain:
 Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris;
 Kemampuan untuk menunjuk atau mengganti direksi;
 Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi perusahaan investee;
 Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam rapat dewan direksi.

Isu Dalam Investasi


Selain ditemukannya ketidakwajaran dalam pembayaran honor tersebut, hasil audit
BPK juga menyoroti investasi Pemkab Bogor untuk pengembangan pasar Parung. Masalah
investasi tersebut bahkan menjadi catatan khusus. Pasalnya, meski investasi tersebut dilakukan
pada tahun 2007 lalu namun pasar Parung tidak pernah berdiri.(LK Bogor 2010)

E. Pengungkapan
Berdasarkan PMK 224/PMK.05/2016 dan PSAP 06, akuntansi atas investasi di sajikan
dalam Laporan Keuangan Pemerintah dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek disajikan pada pos aset lancar di Neraca.
Sedangkan hasil dari investasi, seperti bunga, diakui sebagai pendapatan dan disajikan pada
1
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional.
Transaksi pengeluaran kas untuk perolehan investasi jangka pendek dicatat sebagai
reklasifikasi kas menjadi investasi jangka pendek oleh BUN dan BLU, dan tidak dilaporkan
dalam LRA.
Keuntungan atau kerugian saat pelepasan investasi jangka pendek disajikan dalam Laporan
Operasional dan sebagai penyesuaian SiLPA pada LRA.
Pada LAK, investasi jangka pendek disajikan sebagai bagian tersendiri di luar empat
aktivitas yang ada dalam LAK, dan atas selisih harga penjualan/ pelepasan dan nilai tercatat
atas investasi jangka pendek disajikan sebagai penyesuaian terhadap Kas.

Ilustrasi penyajian investasi pada Laporan Realisasi Anggaran:

1
Ilustrasi penyajian investasi pada Neraca:

1
Ilustrasi penyajian investasi pada Laporan Arus Kas:

* ) Termasuk penyesuaian atas Selisih Harga Penjualan/ Pelepasan dan Nilai Tercatat Atas
Investasi Jangka Pendek

1
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah berkaitan dengan
investasi jangka pendek, antara lain:
1) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi jangka pendek;
2) Jenis-jenis investasi;
3) Perubahan harga pasar;
4) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
5) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya; dan
6) Perubahan pos investasi
Perlakuan Khusus
Satuan kerja tidak diperbolehkan melakukan investasi jangka pendek, kecuali satuan kerja
Badan Layanan Umum (BLU).
Satker BLU dapat melakukan investasi dalam rangka pemanfaatan kas yang menganggur
(idle cash). Pemanfaatan kas tersebut lazimnya dalam bentuk deposito.
Apabila kas yang digunakan oleh BLU untuk investasi jangka pendek berasal dari kas
operasional (telah disahkan oleh Kuasa BUN), maka investasi tersebut disajikan sebagai
investasi jangka pendek dan merupakan bagian dari SiLPA/ SAL.
Apabila kas yang digunakan oleh BLU untuk investasi jangka pendek berasal dari kas
kelolaan yang akan/ belum digulirkan, maka investasi tersebut disajikan sebagai aset
lainnya, dan bukan merupakan bagian dari SiLPA/ SAL.
Ilustrasi penyajian pada LAK, apabila terdapat Kas pada BLU yang didepositokan sebagai
investasi jangka pendek:

1
b. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang disajikan pada neraca menurut jenisnya, baik yang bersifat non
permanen maupun yang bersifat permanen.
Investasi non permanen yang diragukan tertagih/ terealisasi disajikan sebagai pengurang
investasi jangka panjang non permanen.
Investasi non permanen yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan direklasifikasi menjadi bagian lancar investasi non permanen pada aset
lancar.
Hasil dari investasi, seperti bunga dan dividen, diakui sebagai pendapatan dan disajikan
pada LRA dan LO.

1
Apabila terdapat hasil investasi yang masih terutang disajikan sebagai piutang pada neraca.
Berikut adalah ilustrasi penyajian investasi jangka panjang pada neraca:

Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah berkaitan dengan
investasi pemerintah, antara lain:
1) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
2) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan non permanen;
3) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang
yang memiliki harga pasar;
4) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
5) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
1
6) Rekonsiliasi nilai investasi awal dan akhir atas investasi dengan metode ekuitas ;
7) Investasi yang disajikan dengan nilai nihil dan bagian akumulasi rugi yang melebihi
nilai investasi;
8) Kewajiban yang timbul dari bagian akumulasi rugi yang melebihi nilai investasi
dalam hal pemerintah memiliki tanggung jawab hukum;
9) Perubahan klasifikasi pos investasi;
10) Perubahan porsi kepemilikan atau pengaruh signifikan yang mengakibatkan
perubahan metode akuntansi;
Perlakuan khusus
1) Investasi dalam saham bersaldo minus.
Investasi dalam bentuk saham dimungkinkan bersaldo minus karena perusahaan negara
terus menerus mengalami kerugian atau nilai kewajiban melebihi nilai asetnya, sehingga
nilai ekuitasnya bersaldo minus.
Dalam metode ekuitas , pengakuan bagian rugi dalam nilai investasi pemerintah yang
disajikan pada neraca dilakukan sampai nilai investasi menjadi nihil. Selisih bagian rugi
yang belum diakui dalam investasi pemerintah akan diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pada metode ekuitas, nilai investasi dapat berkurang sehingga menjadi nihil atau negatif
karena kerugian yang diperoleh. Jika akibat kerugian yang dialami, nilai investasi
menjadi negatif, maka investasi tersebut akan disajikan di neraca sebesar nihil, namun
nilai negatif tersebut akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pengakuan bagian laba dapat kembali dilakukan ketika bagian laba telah menutup
akumulasi rugi yang tidak diakui pada saat nilai investasi negatif disajikan nihil.
Dalam kondisi nilai investasi negatif disajikan nihil, bagian laba terlebih dahulu
digunakan untuk menutup akumulasi rugi.
Penambahan investasi dari pengakuan bagian laba akan dilakukan setelah akumulasi rugi
tertutupi. Hal ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Jika akibat kerugian yang dialami, nilai investasi menjadi negatif dan pemerintah
memiliki tanggung jawab hukum untuk menanggung kerugian atas badan usaha
penerima investasi (investee) tersebut, maka bagian akumulasi rugi diakui sebagai
kewajiban.

1
Pengakuan bagian laba pada saat bagian akumulasi rugi diakui sebagai kewajiban akan
mengurangi nilai kewajiban tersebut. Hal ini diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
2) Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS).
BPYBDS adalah aset yang berasal dari APBN, yang telah dioperasikan dan/atau
digunakan BUMN berdasarkan BAST dan masih dicatat oleh K/ L. Aset BPYBDS
diperoleh melalui anggaran belanja K/L dan ditujukan sebagai penyertaan modal pada
BUMN. Aset tersebut berstatus BPYBDS karena asset tersebut telah digunakan/
dioperasikan oleh BUMN, namun belum ditetapkan sebagai penyertaan modal melalui
PP.
BUMN mencatat aset tersebut dalam neracanya masing-masing, dan di sisi lain K/ L
masih mencatat aset tersebut dalam pembukuannya. Untuk menghindari pembukuan
ganda atas aset tersebut, maka aset BPYBDS dikeluarkan dari neraca K/ L dan
diungkapkan dalam CaLK K/ L baik nilai maupun tahap penyelesaian yuridisnya secara
rinci.
Aset-aset yang berstatus BPYBDS pada BUMN disajikan sebagai Investasi Permanen
PMN pada neraca sebesar nilai perolehannya yang tertuang pada BAST atau nilai wajar
berdasarkan penilaian dalam hal tidak terdapat nilai perolehannya. Pencatatan aset
BPYBDS pada neraca BUMN didasarkan atas penggunaan prinsip substance over form
dan matching cost against revenue, bahwa aset tersebut secara substansi telah digunakan
oleh BUMN dalam kegiatan operasi dalam rangka memperoleh pendapatan.
3) Penyertaan Modal pada Lembaga Keuangan Internasional yang diperoleh melalui
penerbitan promissory notes.
Penyertaan pemerintah pada organisasi/ lembaga internasional dicatat sebagai investasi
permanen sebesar kontribusi Pemerintah yang telah dibayar tunai maupun dalam bentuk
penerbitan Promissory Notes.
Penerbitan Promissory Notes ini adalah dalam rangka penyesuaian akibat selisih kurs
rugi atas nilai kontribusi tunai dengan nilai kuota yang mencerminkan hak suara
pemerintah.
Promissory Notes adalah surat pengakuan utang yang diterbitkan Pemerintah dalam
rangka penyertaan pada organisasi/ lembaga keuangan internasional. Promissory Notes
yang diterbitkan dalam rangka pembayaran penyertaan kepada lembaga/ organisasi
keuangan internasional/ regional, diakui dan dicatat sebagai kewajiban.

1
4) Dana Bergulir yang Belum Digulirkan/ Diinvestasikan.
Dalam hal terdapat Dana Bergulir yang sudah dicairkan dari APBN atau dari
pengembalian Dana Bergulir yang belum digulirkan/ diinvestasikan sampai dengan
tanggal pelaporan , maka dana tersebut disajikan pada Aset Lainnya sebagai Dana
Kelolaan yang Belum Digulirkan/ Diinvestasikan.
5) Dana Bergulir yang tidak Digulirkan Kembali.
Dalam hal Dana Bergulir ditetapkan oleh Pemerintah tidak digulirkan kembali, maka kas
dari Dana Bergulir yang belum disetorkan ke Kas Negara sampai dengan tanggal
pelaporan keuangan disajikan sebagai Kas Lainnya dan Setara Kas.

F. Yang Berwenang Melakukan Investasi dan Contoh Kasus


Sesuai ketentuan Pasal 4 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara disebutkan bahwa pemerintah dapat melakukan Investasi Jangka
Panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. Investasi yang
dilakukan oleh pemerintah tersebut dilakukan dalam bentuk saham, surat utang dan investasi
langsung. Mengelola dan/atau menatausahakan investasi pemerintah pusat tersebut menjadi
salah satu wewenang menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).
Investasi Pemerintah dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
merupakan transaksi Menteri Keuangan selaku pengguna anggaran BUN pengelolaan Investasi
Pemerintah. Dalam pengelolaan alokasi anggaran Investasi Pemerintah, Menteri Keuangan
menetapkan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Pembantu Pengguna Anggaran
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (PPA BA BUN) Pengelolaan Investasi
Pemerintah. Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dibantu oleh
kementerian negara/ lembaga/pihak lainnya selaku kuasa pengguna anggaran/ pengguna
barang BA BUN pengelolaan Investasi Pemerintah. Pembantu Pengguna Anggaran dan kuasa
pengguna anggaran/ pengguna barang BA BUN pengelolaan Investasi Pemerintah
menyelenggarakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan terhadap transaksi keuangan
Investasi Pemerintah yang meliputi transaksi yang mempengaruhi pembiayaan, pendapatan,
beban, aset, kewajiban, dan ekuitas.
Pada 224/PMK.05/2016 dinyatakan bahwa Satuan kerja tidak diperbolehkan melakukan
investasi jangka pendek, kecuali satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU). Satker BLU dapat
melakukan investasi dalam rangka pemanfaatan kas yang menganggur (idle cash).
Pada NOMOR 169 /PMK.05/2018 dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Investasi Pemerintah (SAIP) dibentuk unit akuntansi dan pelaporan
1
keuangan, yang terdiri atas:
a. UAKPA BUN;
b. UAIP; dan
c. UAPBUN.

UAKPA BUN dilaksanakan oleh:


a. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;
b. Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
c. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran;
d. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan
Fiskal;
e. Direktorat Sistem Manajemen Investasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
f. satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum dan
mendapat penugasan sebagai pengelola dana pembiayaan dari BUN;
g. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen, Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko; dan
h. Unit lain yang ditetapkan sebagai kuasa pengguna anggaran BUN pengelolaan
Investasi Pemerintah.

UAIP dilaksanakan oleh :


Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
UAPBUN dilaksanakan oleh :
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

UAKPA BUN memproses dokumen sumber transaksi keuangan dan melakukan proses
akuntansi transaksi Investasi Pemerintah. Proses akuntansi transaksi Investasi Pemerintah pada
UAKPA BUN sehubungan dengan:
a. penyertaan modal negara;
b. Investasi Pemerintah pada lembaga keuangan internasional;
c. pembiayaan untuk badan layanan umum; dan
d. dana penjaminan
UAIP memproses dokumen sumber transaksi keuangan dan melakukan proses akuntansi
transaksi rekapitulasi nilai aset bersih dan/ atau nilai realisasi bersih yang dikategorikan sebagai
kekayaan negara dipisahkan pada unit selain kuasa pengguna anggaran. Proses akuntansi
transaksi rekapitulasi nilai aset bersih dan/atau nilai realisasi bersih yang dikategorikan sebagai
1
kekayaan negara dipisahkan pada unit selain kuasa pengguna anggaran sehubungan dengan :
a. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada perguruan tinggi negeri
badan hukum;

b. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada Lembaga Penjamin


Simpanan;

c. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada badan penyelenggara


jaminan sosial;

d. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada Bank Indonesia;

e. perlakuan akuntansi atas dana bergulir eks kementerian negara/ lembaga.

UAPBUN melakukan proses penggabungan laporan keuangan tingkat UAKPA BUN dan
laporan keuangan tingkat UAIP. UAPBUN menyusun laporan keuangan tingkat UAPBUN
berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan tersebut.

Contoh Kasus
1. Investasi Jangka Panjang
Permasalahan penyajian akun investasi jangka panjang terjadi pada 21 pemda, antara
lain:
Investasi permanen berupa penyertaan modal pemda tidak didukung dengan laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen terjadi pada Pemkab Rote Ndao,
Pemkab Sumba Barat, Pemkab Kupang, dan Pemkab Lembata. Pencatatan saldo
penyertaan modal yang disajikan dalam LKPD berbeda dengan yang disajikan dalam
BUMD, antara lain terjadi pada Pemkot Madiun. Pencatatan investasi permanen tidak
sesuai dengan SAP dan belum didukung dengan peraturan daerah, antara lain terjadi pada
Pemkab Kolaka Timur dan Pemkab Biak Numfor. Investasi non permanen lainnya berupa
dana bergulir belum disajikan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan, antara
lain terjadi pada Pemkab Belu.

2. Penyimpangan peraturan terkait dengan penempatan dana haji


Penempatan dana haji dalam investasi jangka pendek senilai Rp1,51 triliun dalam
bentuk deposito berjangka 1 bulan pada bank umum konvensional dan investasi jangka
panjang dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) Valas seri FR–0001 senilai US$10,00
juta atau ekuivalen senilai Rp134,36 miliar tidak sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini

1
mengakibatkan penempatan dana haji dalam bentuk deposito dan SUN tidak sesuai dengan
prinsip syariah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh Direktur Pengelolaan Dana Haji
dan Kepala Sub Direktorat Pengelolaan dan Pengembangan Dana Haji kurang cermat
dalam melakukan investasi dana haji

3. Pelaksanaan kebijakan mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan dan penyimpangan


peraturan bidang investasi
BPJS Ketenagakerjaan telah menempatkan dana yang berasal dari Penyertaan Modal
Negara (PMN) senilai Rp500,00 miliar dalam bentuk deposito dengan jangka waktu 1
tahun pada Bank Jabar Banten (BJB) serta tidak didukung dengan analisis yang cukup.
Hal ini mengakibatkan BPJS Ketenagakerjaan kehilangan kesempatan memperoleh
keamanan jaminan terbaik atas deposito yang ditempatkan, dan berpotensi mengalami
permasalahan likuiditas dana atas penempatan deposito yang berjangka waktu satu tahun.
Permasalahan tersebut disebabkan Kepala Divisi Keuangan belum sepenuhnya
melaksanakan strategi penempatan dana deposito pada bank yang memiliki rasio keuangan
terbaik, kurang memperhatikan ketentuan mengenai penempatan deposito yang
merupakan aset BPJS Ketenagakerjaan dan belum mempunyai proses bisnis terkait dengan
pengelolaan deposito dari dana PMN.

4. Pemborosan (PTPN VII) atas:

Biaya investasi tanaman karet dan sawit selama tahun 2008 s.d. 2017 sebesar
Rp101,67 miliar, karena pembebanan biaya lain-lain serta biaya tambahan akibat adanya
degradasi tanaman. Biaya investasi sebesar Rp47,61 miliar atas pengadaan lahan seluas
3.138,83 hektare untuk areal kebun tebu di Way Tulang Bawang yang tidak dapat
dimanfaatkan.

G. Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-198/PMK.05/2018 menjelaskan


bahwa Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (selanjutnya disebut SAIP) adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengakuan,
pencatatan, pengikhtisaran, serta pelaporan posisi investasi pemerintah. SAIP merupakan
subsistem dari Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BUN (SABUN).
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dalam SAIP terdiri atas:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran BUN (UAKPA
BUN) adalah unit akuntansi yang melakukan akuntansi dan pelaporan keuangan tingkat

1
satker di lingkup BUN. UAKPA BUN dilaksanakan oleh Kementerian Negara BUMN,
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara – Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan
(DJKN – Dit. KND), Direktorat Jenderal Anggaran – Direktorat Penerimaan Negara
Bukan Pajak (DJA – Dit PNBP), Badan Kebijakan Fiskal – Pusat Kebijakan
Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral (BKP – PKPIM), Direktorat Jenderal
Perbendaharaan – Direktorat Sistem Manajemen Investasi (DJPB – Dit. SMI), BLU,
satker yang mendapatkan penugasan sebagai pengelola dana pembiayaan dari BUN,
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko – Direktorat Evaluasi,
Akuntansi, dan Setelmen (DJPPR – Dit. EAS), dan unit lain yang ditetapkan sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran BUN Pengelola Investasi Pemerintah.
Akuntansi atas transaksi Investasi Pemerintah yang diproses oleh UAKPA BUN
adalah:
1. Penyertaan modal negara, yang terdiri atas perlakuan akuntansi untuk transaksi
perolehan dan/atau penambahan investasi Pemerintah, penilaian Investasi
Pemerintah pada penyertaan modal negara setelah perolehan, transaksi
keuntungan/kerugian bagian pemerintah, transaksi pendapatan dividen, dan
transaksi divestasi.
2. Investasi Pemerintah pada Lembaga Keuangan Internasional, terdiri atas perlakuan
akuntansi atas transaksi perolehan dan/atau penambahan investasi Pemerintah,
Penilaian Investasi Pemerintah setelah perolehan, pendapatan dari Investasi
Pemerintah, penyesuaian selisih kurs invoice/resume tagihan ke Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) pada saat perolehan, biaya administrasi bank pada saat
perolehan/penambahan investasi pemerintah, dan transaksi divestasi.
3. Pembiayaan untuk BLU, terdiri atas perlakuan akuntansi atas
perolehan/penambahan investasi non permanen, penyajian investasi non permanen
setelah perolehan, pendapatan hasil investasi non permanen, dan divestasi.
4. Dana Penjaminan, terdiri atas perlakuan akuntansi atas pembentukan dana
penjaminan, pengembalian dana penjaminan ke rekening kas umum negara,
penggunaan dana penjamin dengan pengakuan piutang tagihan, dan pendapatan
bunga dari penggunaan dana penjaminan.

UAKPA BUN akan menyusun laporan keuangan berupa LRA, Neraca, LO, LPE, dan
CaLK sebagai bentuk pertanggungjawaban atas transaksi investasi pemerintah yang
dilakukan.
1
b. Unit Akuntansi Investasi Pemerintah (UAIP) adalah unit akuntansi yang melakukan
kegiatan akuntansi dan rekapitulasi nilai aset bersih yang dikategorikan sebagai
kekayaan negara yang dipisahkan pada unit selain BUMN/Lembaga Internasional, atau
nilai aset yang dikategorikan sebagai investasi pemerintah pada unit selain Kuasa
Pengguna Anggaran. UAIP dilaksanakan oleh DJKN – Dit. KND.
Transaksi rekapitulasi nilai aset bersih dan/atau nilai realisasi bersih yang dikategorikan
sebagai kekayaan negara dipisahkan yang dilakukan oleh UAIP sehubungan dengan:
1. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada perguruan tinggi negeri
badan hukum
2. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada Lembaga Penjamin
Simpanan
3. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada badan penyelenggara
Jaminan sosial
4. perlakuan akuntansi atas kekayaan negara dipisahkan pada Bank Indonesia
5. perlakuan akuntansi atas dana bergulir eks kemen terian negara/ lembaga

UAIP menyusun laporan keuangan berupa Neraca, LO, LPE, dan CaLK.
c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Bendahara Umum Negara
(UAPBUN) adalah unit akuntansi pada unit eselon 1 Kementerian Keuangan yang
melakukan koordinasi dan pembinaan atas akuntansi dan pelaporan keuangan sekaligus
melakukan penggabungan laporan keuangan tingkat unit akuntansi dan pelaporan
keuangan di bawahnya. UAPBUN juga dilakukan oleh DJKN. UAPBUN menyusun
laporan keuangan berupa LRA, Neraca, LO, LPE, dan CaLK.

Dokumen yang Digunakan :


Dokumen yang digunakan terkait SAIP khususnya pada Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD) adalah sebagai berikut:

1
1
H. Dana Bergulir
Pengertian
Dana bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada
masyarakat oleh Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang bertujuan
meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya.
Karakteristik
1) Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah.
Dana bergulir dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dan luar
APBN/APBD misalnya dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan
negara/daerah jika dana itu diberikan dan/atau diterima atas nama
pemerintah/pemerintah daerah.
Contoh, pada tahun 2007, sebagai bagian dari program kepedulian terhadap
masyarakat sekitarnya (corporate social responsibility), BUMN XYZ
menghibahkan dana sebesar Rp 10 miliar kepada Pemda A yang diperuntukkan

1
untuk pengembangan usaha kecil dan menengah dengan skim dana bergulir.
Berdasarkan informasi di atas, dana sebesar Rp 10 miliar yang diperoleh Pemda
A dari BUMN XYZ merupakan bagian dari keuangan Pemda A karena BUMN
XYZ memberikan dana itu kepada Pemda A.
2) Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara menyatakan semua pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam
APBN/APBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir harus
dimasukkan ke dalam APBN/APBD. Pencantuman alokasi anggaran untuk
dana bergulir dapat dicantumkan dalam APBN/APBD awal atau revisi
APBN/APBD (APBN-P atau APBD Perubahan)
3) Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki dan/atau dikendalikan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Pengertian dikuasai dan/atau
dimiliki mempunyai makna yang luas yaitu PA/KPA mempunyai hak
kepemilikan atau penguasaan atas dana bergulir, sementara dikendalikan
maksudnya adalah PA/KPA mempunyai kewenangan dalam melakukan
pembinaan, monitoring, pengawasan atau kegiatan lain dalam rangka
pemberdayaan dana bergulir.
4) Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih
kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana
disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat demikian
seterusnya (bergulir).
5) Pemerintah dapat menarik kembali dana bergulir. Dana yang digulirkan oleh
pemerintah dapat ditagih oleh Kementerian Negara/Lembaga baik untuk
dihentikan pergulirannya atau akan digulirkan kembali kepada masyarakat.
Contoh dana bergulir, Instansi A di lingkungan Departemen ABC yang
mempunyai program pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Pada Tahun
Anggaran 2007, instansi A mendapat alokasi anggaran dari APBN sebesar Rp
50 miliar yang akan disalurkan untuk membantu permodalan para pedagang
kecil. Kriteria pengusaha kecil dan menengah ditentukan oleh instansi. Instansi
A menyalurkan dana maksimum sebesar Rp 50 juta kepada pedagang/kelompok
pedagang dalam bentuk pinjaman lunak dengan masa pengembalian paling
lama 2 tahun dan suku bunga sebesar 15 % per tahun. Pedagang/kelompok

1
pedagang tersebut harus mengembalikan dana sesuai dengan perjanjian kepada
instansi A, dan selanjutnya dana akan disalurkan kembali kepada
pedagang/kelompok pedagang yang lain, demikian seterusnya, dana tersebut
akan digulirkan sehingga semakin banyak pedagang/kelompok pedagang yang
terlayani. Dana dikelola oleh Instansi A dan dipertanggungjawabkan sebagai
aset pemerintah berupa Dana Bergulir melalui neraca instansi A dan
Departemen ABC.
Beberapa Contoh Akuntansi Dana Bergulir
1) Ketika mencatat alokasi anggaran
Sistem akuntansi instansi/SKPD:
Piutang Kepada KUN/BUD Rp. xxx
Allotment Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp. xxx
(untuk mencatat alokasi anggaran pengeluaran untuk Dana bergulir)
2) Akuntansi Realisasi Pengeluaran Anggaran dari APBN/APBD
Sistem akuntansi instansi/SKPD:
Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp. xxx
Piutang Kepada KUN/BUD Rp. xxx
(untuk mencatat realisasi pengeluaran untuk Dana bergulir)
Dana Bergulir Rp. xxx
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Rp. xxx
(untuk mencatat realisasi perolehan Dana bergulir)
Sistem Akuntansi Kas Umum Negara/Kas Daerah :

Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp. xxx


Kas di Kas Negara/Kas Daerah Rp. xxx

3) akuntansi untuk mencatat penarikan/penyetoran dana bergulir ke Rekening


Kas Umum Negara/Kas Daerah

Sistem akuntansi instansi/SKPD:


Hutang kepada BUN/BUD Rp. xxx
Penerimaan Pembiayaan-Dana Bergulir Rp. xxx
(untuk mencatat penyetoran pokok dana bergulir)

Sistem akuntansi kas umum negara/BUD

1
Kas di BLU/BLUD Rp. xxx
Penerimaan Pembiayaan-Dana Bergulir Rp. xxx
(untuk mencatat penerimaan tagihan pokok Dana Bergulir)

Penyajian Dana Bergulir


Pengeluaran dana Bergulir diakui sebagai Pengeluaran Pembiayaan yang disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran maupun Laporan Arus Kas. Pengeluaran
Pembiayaan tersebut dicatat sebesar jumlah kas yang dikeluarkan dalam rangka
perolehan Dana Bergulir. Dana Bergulir disajikan di Neraca sebagai Investasi Jangka
Panjang- Investasi Non Permanen-Dana Bergulir.
Pada saat perolehan dana bergulir, dana bergulir dicatat sebesar harga perolehan dana
bergulir. Tetapi secara periodik, Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah
harus melakukan penyesuaian terhadap Dana Bergulir sehingga nilai Dana Bergulir
yang tercatat di neraca menggambarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net
realizable value).

Pengungkapan Dana Bergulir


Disamping mencantumkan pengeluaran dana bergulir sebagai Pengeluaran Pembiayaan
di Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas, dan Dana Bergulir di Neraca,
perlu diungkapkan informasi lain dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) antara
lain:
 Dasar Penilaian Dana Bergulir;
 Jumlah dana bergulir yang tidak tertagih dan penyebabnya;
 Besarnya suku bunga yang dikenakan;
 Saldo awal dana bergulir, penambahan/pengurangan dana bergulir dan saldo
akhir dana bergulir:
 Informasi tentang jatuh tempo dana bergulir berdasarkan umur dana bergulir.

1
BAB III
KESIMPULAN

Investasi adalah adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti
bunga, dividen dan royalti, dan/atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi yang dilakukan pemerintah
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dana tau manfaat lainnya dengan
tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum.
Investasi pemerintah harus dilakukan berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, keajaran dan kesetaraan, serta profesionalisme. Investasi terdiri
dari investasi jangka pendek dan jangka panjang. Pengklasifikasian tersebut berdasarkan
syarat-syarat yang sudah diatur dalam peraturan. Seperti contohnya, diklasifikasikan sebagai
investasi jangka pendek apabila untuk dimiliki selama 3 sampai 12 bulan, dan sebagainya.
Investasi jangka panjang diklasifikasikan lagi menjadi investasi non permanen dan investasi
permanen.
Pengeluaran kas pemerintah harus diakui sebagai investasi apabila Kemungkinan
manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu
investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah dan/atau nilai perolehan atau nilai wajar investasi
dapat diukur secara andal (reliable).
Investasi jangka pendek diukur dengan menggunakan nilai perolehan. Namun apabila
nilai perolehan tidak dapat diketahui maka diukur senilai harga pasar. Untuk investasi jangka
panjang, investasi diukur berdasarkan metode biaya, metode ekuitas, maupun net realizable
value.
Secara garis besar investasi disajikan dalam neraca. Untuk investasi jangka pendek
disajikan dalam asset lancer sedangkan untuk investasi jangka panjang disajikan pada asset
non lancer. Sedangkan untuk hasil investasi disajikan laporan operasional dan laporan realisasi
anggaran.
Tidak semua pemerintah diperbolehkan untuk melakukan investasi. Hal tersebut sudah
terdapat ketentuannya di peraturan-peraturan yang mengatur terkait investasi. Contohnya
berdasarkan PMK Nomor 242/PMK.05/2016 dinyatakan bahwa Satuan kerja tidak
diperbolehkan melakukan investasi jangka pendek, kecuali satuan kerja BLU. Satker BLU
dapat melakukan investasi dalam rangka pemanfaatan kas yang menganggur (idle cash).

1
DAFTAR PUSTAKA

Buletin Teknis Nomor 7 tentang Dana Bergulir


Buletin Teknis SAP Nomor 13 Tentang Akuntansi Hibah
Modul Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah Nomor 8 tentang
Kebijakan Akuntansi Investasi
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan
Investasi di Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.05/2018 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Investasi Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2019 tentang Investasi Pemerintah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 Tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2017 Tentang Administrasi
Pengelolaan Hibah
https://www.bpk.go.id/news/pemkab-tindak-lanjuti-hasil-temuan-bpk

1
1

Anda mungkin juga menyukai