Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH
“SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH”

Dosen Pengampu :
Rochmawati, S.Pd., M.Ak.

Disusun oleh Kelompok 3 :

1. Shinta Ayu Safitri (16080304001)


2. Rizka Wahyu Candra Kirana (16080304035)
3. Riris Ariska (16080304047)
4. Sandhy Yudha Hafidhin (16080304049)
5. Ianaturodiah (16080304055)
6. Agustin Roikhatul Jannah (16080304057)
7. Yohana Rachmawati (16080304059)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik akuntansi di sebuah negara dikembangkan secara sengaja untuk mencapai
tujuan sosial tertentu. Di Indonesia, perkembangan praktik akuntansi diwarnai oleh
praktik akuntansi yang berdasarkan pada nilai islam, yang dikenal sebagai akuntansi
syariah. Konsep syariah dalam akuntansi merupakan refleksi dari ajaran islam yang
menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam konsep ekonomi, dan
akuntansi. Perkembangan akuntansi syariah merupakan bagian dari dinamika
perkembangan teori akuntansi sesuai dengan kondisi sosial masyarakat indonesia yang
sebagian besar adalah penduduk yang beragama islam. Konsekuensi logis dari kondisi
sosial ini adalah kesediaan pemerintah untuk mengakomodir konsep akuntansi yang
sesuai dengan kondisi masyarakat islam, yaitu konsep akuntansi dilihat dari sudut
pandang islami.
Praktik akuntansi syariah di Indonesia telah berkembang pesat, dan mendapat
respon yang positif dari masyarakat dan pemerintah. Salah satu respon dari pemerintah
adalah adanya standar yang menjadi guidance bagi lembaga keuangan syariah.
Banyak sekali bermunculan lembaga keuangan yang menggunakan praktik syariah
dalam menjalankan bisnisnya saat ini. Konsep syariah sendiri mulai digunakan untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat mayoritas di Indonesia yang beragama
Islam. Perkembangan tersebut membuat lembaga keuangan syariah mulai menerapkan
metode pencatatan akuntansi syariah dalam praktiknya saat. Konsep Akuntansi
syariah pun mulai berkembang dan diadopsi oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi perkembangan akuntansi dalam Islam ?
2. Bagaimana faktor-faktor perkembangan akuntansi dalam Islam ?
3. Bagaimana perkembangan konsep akuntansi syariah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui kronologi perkembangan akuntansi dalam Islam.
2. Mengetahui faktor-faktor perkembangan akuntansi dalam Islam.
3. Mengetahui perkembangan konsep akuntansi syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kronologi Perkembangan Akuntansi dalam Islam


1. Perkembangan Awal Akuntansi
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian
dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan
perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Sebagai ilmu yang
bersifat akumulatif,maka setiap penemuan metode baru dalam akuntansi
akan menambah dan memperkaya imu tersebut. Bahkan pemikir akuntansi
pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli matematika seperti
Paccioli dan Musa Al – khawarizmy.
Penemuan metode terbaru dalam akuntansi senantiasa mengalami
penyesuian dengan kondisi setempat, sehingga dalam perkembangan
selanjutnya, ilmu akuntansi cenderung menjadi bagian dari ilmu social
(social science), yaitu bagian dari ilmu yang mempelajari fenomena
keadaan masyarakat dengan lingkungan yang bersifat lebih relatif.
Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu pasti menjadi ilmu sosial
yang disebabkan oleh faktor – faktor peruahan dalam masyarakat yang
semula dianggap sebagai sesuatu yang konstan, misalnya transaksi usaha
yang akan dipengaruhi budaya dan tradisi serta kebiasaan dalam
masyarakat. Oleh sebab itu, akuntansi masih berada ditengah – tengah
bagian dari ilmu pengetahuan tersebut hingga kini. Bahkan mayoritas para
pemikir akuntansi hingga kini masih menitikberatkan pada pemikiran
positif melalui penggunaan data empiris dengan pengolahan yang bersifat
matematis.
Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan
perintah ALLAH SWT dalam (QS 2:282) untuk melaksanakan pencatatan
dalam melakukan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh, adalah keperluan
terhadap suatu sistem pencatatan tentang suatu hak dan kewajiban,
pelaporan yang terpadu dan komprehensif.
Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk
melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk
menjalankan nilai – nilai islam sesuai ketentuan syariah.
Akuntansi yang kita kenal sekarang diklaim berkembang dari
peradaban barat (sejak Paccioli), padahal apabila bila dilihat secara
mendalam dari proses lahir dan perkembangannya, terlihat jelas pengaruh
keadaan masyarakat atau peradaban sebelumnya baik yunani maupun arab
Islam.
Perkembangan akuntansi, dengan domain “arithmetic quality”-nya.
Sangat ditopang oleh ilmu lain khususnya arithmetic, algebra, mathematics,
alghothm pada abad ke – 9 M. Ilmu ini lebih dahulu berkembang sebelum
perkembangan Bahasa. Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh
filosof islam yang terkenal yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang
lahir tahun 801 M. Juga Al – Karki (1020) dan Al – khawarizmy yang
merupakan asal kata dari algorithm, algebra juga berasal dari kata arab
yaitu “al jabr”. Demikian juga sistem nomor, desimal, dan angka “0” (zero,
sifir, kosong, nol) yang kita pakai sekarang yang disebut sebagai angka arab
sudah dikenal sejak 874 M, yang sudah diakui oleh Hendrikson merupakan
sumbangan arab Islam terhadap akuntansi. Kita tidak bisa membayangkan
apabila neraca disajikan dengan angka romawi, misalnya angka 1843 akan
ditulis MDCCCXLIII. Bagaimana jika kita menyajikan neraca IBM yang
memerlukan angka triliunan?
Ibnu Khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof islam yang juga
telah bicara tentang politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, perdagangan.
Bahkan ada dugaan bahwa pemikiran mereka itulah sebenarnya yang
dikemukakan oleh para filoso barat belakangan yang muncul pada abad
18M. Sebenarnya Al – Khawarizmy lah yang memberikan kontribusi besar
bagi perkembangan matematika modern eropa. Akuntansi modern yang
dikembangkan dari persamaan algebra dengan konsep – konsep dasarnya
untuk digunakan memecahkan persoalan pembagian harta warisan secara
adil sesuai dengan syariah yang ada pada Al – Qur’an, perkara hukum (law
suit) dan praktik bisnis perdagangan.
Sebenarnya, sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui
keberadaan akuntansi islam itu, misalnya RE Gambling, William Roget,
Baydoun, Hayashi dari jepang, dan lain – lain. Seperti Paccioli dalam
memperkenalkan sistem double entry melalui ilmu matematika. Sistem
akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi. Aset = Utang + Modal
(A=U+M). Aljabar pertama – tama ditemukan oleh islam, maka sangat logis
jika ilmu akuntansi juga terdapat dalam sistem ekonomi islam, paling tidak
menjadi dasar perkembangannya.
2. Sejarah Akuntansi
Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Ketika
masyarakat sudah mengenal perdagangan, maka mereka juga mengenal
konsep nilai dan sistem moneter. Akuntansi sudah dikenal sejak jaman
prasejarah, yaitu mulai kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun Mesir dan
kode-kode Hammurabi (2250 SM) dengan ditemukannya kepingan
pencatatan akuntansi di Elba, Syria Utara.
Walaupun akuntansi telah dimulai dari zaman prasejarah, saat ini yang
dikenal hanya Luca Paciolli sebagai Bapak akuntansi modern. Luca Paciolli
dianggap menemukan persamaan akuntansi pertama kalinya pada tahun
1494 dalam bukunya “Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita
(A Review of Arithmetic, Geometry, and Proportions). Dalam buku tersebut,
Luca Paciolli menjelaskan tentang double entry book keeping sebagai dasar
perhitungan akuntansi modern, termasuk penggunaan jurnal, buku besar,
memorandum yang menjadi kegiatan rutin akuntansi sekarang ini.
Dalam bukunya, Luca Paciolli mengakui bahwa apa yang ditulisnya
dalam buku tersebut merupakan apa yang sudah terjadi di Venice sejak satu
abad sebelumnya. Jadi, Luca Paciolli bukan sebagai penemu double entry
book keeping, mengenai sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya
perdagangan anatara Venice dan Genoa pada awal abad ke-13 M setelah
terbukanya jalur perdagangan antara Timur Tengah dan Kawasan
Mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 Bendahara kota Massri telah
melakukan pencatatan double entry.
Menurut Peragollo, sistem double entry pertama kali ditulis oleh
Benedetto Cotrugli yang pada saat itu berprofesi sebagai seorang pedagang
dalam sebuah buku berjudul “Della Mercatua e del Mercate Perfetto” pada
tahun 1458 namun diterbitkan pada 1573.
Hendriksen dalam bukunya “Accounting Theory”, beranggapan bahwa
tulisan Arab sangat berperan dalam perkembangan ilmu akuntansi.
Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan menerjemahkan
tulisan dari bangsa Arab. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam
peradaban Arab sudah ada dan sebagai pemulai ada metode pencatataan
akuntansi. Lieber (dalam Boydoun, 1968), menyatakan bahwa para pemikir
di Italia memiliki pengetahuan tentang bisnis yang baik disebabkan
hubungannya dengan rekan bisnis muslimnya. Bahkan, Have (1976)
mengatakan bahwa Italia meminjam konsep double entry dari Arab.
Apa yang dilakuakn Luca Paciolli memiliki kemiripan dengan apa yang
telah disusun oleh pemikir muslim pada abad ke-8 M sampai ke-10 M.
Kemiripan tersebut anatara lain (Siswantoro, 2003) adalah sebagai berikut:

Tahun Luca Paciolli Islam


In the Name of God Bismillah (Dengan Nama Allah)
Client Mawla
Cheque Sakk
Separate Sheet Waraka Khidma
Closing Book Yutbak
622 M Journal Jaridah
750 M Receivable-Subsidiary Ledger Al Awraj
750 M General Journal Daftar Al Yawmiah
750 M Journal Voucher Ash Shahad
Abad 8 M Collectible Debt Arra’ej Menal Mal
Uncollecetible Debt Munkaser Menal Mal
Doubful, difficult, Al Mutaakhher wal Mutahyyer
complicated debt
Auditing Hisab
Chart of Account Sabh Al asha
(Sumber: Siswantoro, 2003)
Telah disebutkan di awal bab ini bahwa akuntansi sebagai bagian dari
ilmu sosial, memungkinkan terjadinya pengulangan diberbagai masyarakat,
sehingga keterlibatan akunatnsi syariah dalam perkembanagn akuntansi
konvensional atau pun sebaliknya masih diperdebatkan hingga saat ini
(Napier, 2007).
3. Perkembangan Akuntansi Syariah
a. Zaman Awal Perkembangan Islam
Pendeklarasian negara islam di Madinah (tahun 622 M atau
bertepatan dengan tahun 1 H) didasari oleh konsep bahwa seluruh
muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku, warna kulit dan
golongan, sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan secara
bersama dan gotong-royong di kalangan para muslimin. Hal ini
dimungkinkan karena negara yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak
memiliki pemasukan ataupun pengeluaran. Muhammad Rasulullah SAW
bertindak sebagai seorang Kepala Negara yang juga merangkap sebagai
Ketua Mahkamah Agung, Mufti Besar, dan Panglima Perang Tertinggi
juga penanggung jawab administrasi negara. Bentuk sekretariat negara
masih sangat sederhana dan baru didirikan pada akhir tahun ke 6
Hijriyah.
Telah menjadi tradisi bahwa bangsa Arab melakukan dua kali
perjalanan kafilah perdagangan, yaitu musim dingin dengan tujuan
perdagangan ke Yaman dan musim panas dengan tujuan ke Asy-Syam
(sekarang Syria, Lebanon, Jordania, Palestina dan Esrael). Perdagangan
tersebut pada akhirnya berkembang hingga ke Eropa terutama setelah
penaklukan Mekah.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan
‘ushr (pajak pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga
dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari non muslim) dan kharaj
(pajak pertanian dari non muslim), maka Rasul mendirikan Baitul Maal
pada awal abad ke-7. Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana
seluruh penerimaan dikumpulkansecara terpisah dengan peminpin
negara dan baru akan dikeluarkan untuk kepentingan negara. Walaupun
disebutkan pengelolaan Baitul Maal masih sederhana, tetapi nabi telah
menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan pencatat
administrasi pemerintahan. Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi
dalam empat bagian yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan
dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.
b. Zaman Empat Khalifah
1. Abu Bakar Assidiq
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal
masih sangat sederhana, dimana penerimaan dan pengeluaran
dilakukan secara seimbang, sehingga hampir tidak pernah ada sisa.
2. Umar bin Khattab
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan
dengan istilah “Diwan” yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja
dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan yang berfungsi untuk
mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa
akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat
dari hubungan antar masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah
diputuskan di daerah-daerah taklukan Islam.
3. Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan
tentang istilah khittabat al-Rasull wa sirr yaitu berarti memelihara
pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan pelaksanaan agama dan
moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang
bertanggung jawab atas lembaga al hisbah, misalnya mengenai
timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak banyak
hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan
termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang
termasuk perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk
semua mahluk
4. Ali Bin Abi Thalib
Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya sistem administrasi
Baitul Maal difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan baik,
surplus pada Baitul Maal dibagikan secara profesional sesuai dengan
ketentuan Rasulallah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa
proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik. Khalifah
Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi umum dan
masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas.
B. Faktor Pendorong Perkembangan Akuntansi Syariah
Perkembangan akuntansi di negara Islam dapat dikaitkan dengan
perkembangan ilmu dan juga seni. Karena akuntansi dalam perkembangannya
tidak hanya disebut sebagai ilmu mutlak akan tetapi juga sebagai seni yang
membutuhkan kemahiran dalam upaya pendalamannya. Perkembangan
akuntansi di negara Islam dilator belakangi oleh beberapa hal. Hal universal
yang mempengaruhi perkembangan akuntansi syariah adalah pemenuhan
kebutuhan dasardari negara tersebut, misalnya dalam hal pendirian kantor-
kantor pemerintahan, spesialisasi kemampuan, dan juga kebutuhan akan tenaga
kerja yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang memadai. Selain hal
universal yang harus dipenuhi tersebut, perkembangan akuntansi syariah juga
dilater belakangi oleh sisi kebutuhan pribadi dari seorang muslim sendiri yaitu
faktor zakat. Penghitungan zakat harus dilakukan secara benar karena kita tahu
bagi umat Islam, zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib untuk
dipatuhi.
Faktor pendorong perkembangan akuntansi di negara Islam dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pendirian kantor – kantor pemerintahan yang disebut dengan kata
diwan sangat berkaitan erat dengan perkembangan sistem administrasi
dalam kantor tersebut. Perkembangan sistem administrasi ini yang
kemudian menjadi faktor pendorong perkembangan akuntansi di negara
Islam.
2. Spesialisasi kemampuan dan signifikansi karena adanya pembagian tugas
dari masing-masing tenaga kerja yang nantinya akan dapat melakukan tugas
serta fungsinya sesuai dengan kemampuan yang diamiliki. Begitu pula
dengan spesialisasi dalam bidang akuntansi, ketika seorang tenaga kerja
telah mendapatkan spesialisasi di bidang akuntansi sesuai dengan
kemampuannya, tentu itu akan menjadi faktor untuk perkembangan
akuntansi semakin lebih lagi.
3. Memilih dan memilah pegawai yang benar-benar memiliki kemampuan
serta kapasitas yang cocok dengan bidang kerja yang dia akan duduki.
Seperti ketika Muhammad SAW memilih pegawainya, beliau sangat
memperhatikan dari kemampuan pegawainya sehingga bidang pekerjaan
yang ditekuni pun dapat berjalan dengan maksimal. Begitu pula dalam
bidang akuntansi, seorang yang memiliki kemampuan dan kapasitas tinggi
dalam bidang akuntansi tentu akan sangat membantu perkembangan
akuntansi semakin lebih lagi.
4. Rasa takut akan Allah, hal ini sangat mendasari dalam perkembangan
akuntansi, karena ketika kita takut akan Allah kita akan melakukan
pengawasan lebih terhadap sistem akuntansi yang berlangsung, hal ini untuk
menjaga validitas dan relibilitas dari informasi yang dihasilkan oleh proses
akuntansi dan tetap menghasilkan informasi yang benar untuk digunakan
berbagai pihak. Tentu saja pengawasan proses akuntansi yang baik akan
sangat mendorong perkembangan akuntansi untuk semakin lebih baik lagi.
Ada beberapa faktor lain yang mendorong munculnya Akuntansi Syariah
Islam:
1. Meningkatnya religiousity (rasa keberagamaan) masyarakat,
2. Meningkatnya tuntutan kepada etika dan tanggung jawab sosial yang
selama ini nampak diabaikan oleh akuntansi konvensional,
3. Semakin lambannya akuntansi konvensional mengantisipasi tuntutan
masyarakat khusunya mengenai penekanan pada keadilan, kebenaran dan
kejujuran,
4. Kebangkitan Agama Islam khususnya kaum terpelajar yang merasakan
kekurangan yang terdapat dalam Kapitalisme Barat,
5. Kebangkitan Agama Islam terasa setelah beberapa negara yang
penduduknya beragama Islam, merdeka lima puluh tahun yang lalu seperti
Mesir, Arab Saudi, India (Pakistan dan Bangladesh), Iran, Irak, Indonesia,
Malaysia, dan lain sebagainya, Negara baru ini tentu siap dengan
pembangunan SDM-nya dan lahirlah penduduk muslim yang terpelajar dan
mendapatkan ilmu dari barat. Dalam akulturasi ilmu ini maka pasti ada
beberapa kontradiksi dan disinilah ia bersikap. Dan mulai merasa kan
perlunya digali keyakinan akan agamanya yang dianggapnya komprehensif.
Sehingga dalam akuntansi lahirlah ilmu Akuntansi Islami ini,
6. Perkembangan atau anatomi disiplin akuntansi itu sendiri yang berproses
dan berevolusi mencari kesempurnaan,
7. Kebutuhan akan sistem akuntansi dalam lembaga bisnis syari’ah seperti
Bank, Asuransi, Pasar Modal, Perdagangan dan lain-lain,
8. Kebutuhan yang semakin besar pada norma perhitungan zakat dengan
menggunakan norma akuntansi yang sudah mapan sebagai dasar
perhitungan,
9. Kebutuhan akan pencatatan, pertanggung jawaban dan pengawasan haram
atau halal misalnya dalam Baitul Maal kekayaan milik umat Islam (wakaf)
atau organisasinya.
C. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah
Dari sisi ilmu pengetahuan, akuntansi adalah ilmu yang mencoba
mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan
pengukuran atas berbagai transaksi dan dikelompokkan dalam account,
perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba.
Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari
sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang
akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran,
pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu
kejadian atau peristiwa.
Dalam penyusunan akuntansi Islam kemungkinan ada persamaan dengan
akuntansi konvensional khususnya dalam teknik dan operasionalnya. Seperti
dalam bentuk pemakaian buku besar, sistem pencatatan, proses penyusunan
bisa sama. Namun perbedaan akan kembali mengemuka ketika membahas
subtansi dari isi laporannya, karena berbedanya filosofi.
1. Prosedur dan istilah yang Digunakan dalam Akuntansi Syariah
Pelaksanaan akuntansi pada negara Islam terjadi terutama adanya
dorongan kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui Baitul
Maal. Dokumentasi yang baik mengenai sistem akuntansi Negara Islam
pertama kali dilakukan oleh Al-Khawarizmy pada tahun 976 M.
Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh
Negara Islam sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-
Mazendarany (Zaid, 2004), sebagai berikut:
1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini untuk memenuhi
kebutuhan hidup perorangan dan Negara, namun tidak menutup
kemungkinan digunakan pada sector private terutama yang terkait dalam
perhitungan pembaaran zakat.
2. Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk
proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem akuntansi yang
berbasis non-moneter. Sistem ini lebih memfokuskan diri untuk mencatat
dan mengolah persediaan pertanian dalam bentuk fisik.
4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian
barang Negara. Sistem ini memisahkan antara tugas yang memegang
barang dan tugas mencatat.
5. Sistem akuntansi mata uang, sistem ini memberikan hak kepada
pengelola untuk mengubah emas dan perak menjadi koin dan
mendisistribusikannya.
6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh
binatang ternak dengan sebuah buku khusus dengan mencatat keluar dan
masukknya ternak berdasarkan pengelompokan binatan dan nilai uang.
7. Sistem akuntansi perbendaharaan, merupakan sistem untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran harian Negara baik dalam nilai uang
maupun barang.

Pencatatan dalam Negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib


diikuti, serta pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
atas aktivitas dan menemukan surplus dan deficit atas pencatatan yang tidak
seimbang. Jika ditemukan kesalahan maka orang yang bertanggungjwab
harus menggantinya.
Prosedur akuntansi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut (zaid,
2004)
1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi

2. Transakai harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya (nature). Semua


transaksi yang sejenis dan ama harus dikelompokian dalam
pengelompokan yang sama. Butir I dan 2 di atas menjelaskan adanya
pencatatan dan penggolongan serta adanya periodisasi (khusanya Zakat-
dikenal dengan Az-houl) dan pengelompokan piutang.

3. Peneriman akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di


sebelah kiri. Sumber-sumber penerimaan harus dijelaskan dan dicatat.

4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi


kiri halaman Butir 3 dan 4 di atas memberikan penjelasan awal dari debit
dan kredit, karena catatan dari Yunani dan Persia melakukannya dengan
pengelompokan penerimaan dan pengeluaran bukan istilah kanan dan
kiri.

5. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijdaikan secara hati-hati.

6. Tidak díberikan jarak penulisan di sisi sebelah kini, dan harus diberi garis
penutup Garis ini disebut sebagai Attarkeen.

7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara
menghapus atau menulis ulang Jika AlKateb melakukan kesalahan maka
harus mengganti.

8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut.

9. Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (Al Jaridah) akan


dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.

10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda


dengan orang yang melakukan pencatatan harian. Butir 5-10 lebih
menjelaskan pengendalian internal (internal control) serta bentuk
penerapan cuf of, buku besar pembantu (subsidiary ledger) dan
periodisasi akuntansi (accounting period).
11. Saldo (disebut Al Haseel) diperolch dari selisih.

12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus
cukup detail dan memutat informasi yang penting.

13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh Al Kateb harus
menjelaskan seluruh informasi yang penting informasi secara detail
barang dan dana yang berada di bawah wewenangnya.

14. Laporan tahunan yang disusun Al Kateb akan diperiksa dan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya dan akan disimpan di Diwan Pusat.

Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah


sebegai berikut:
1. Al-Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi yang dalam
bahasa arab berarti Koran atau jurnal. Al jaridah telah ada sejak masa
Daulah Bani Umayyah dan dikembangkan ketika Daulah Bani
Abbasiyah, dengan beberapa bentuk jurnal khusus (Lesheen, 1973).
a. Jaridah Al-Kharaj, digunakan untuk berbagai jenis zakat seperti
pendapatan yang berasal dari tanah, tanaman dan binatang ternak.
Hal ini mirip dengan buku besar pembantu, serta telah dilakukan
proses pengurutan berdasarkan alfabetis dan wilayah untuk
memudahkan. Disusun dengan dua kolom mirip dengan debit kredit.
b. Jaridah Annafakat, digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran.
Aljaridah ini dibawah Diwan Annafakat (Departemen Pengeluaran),
dan telah dilakukan pengurutan berdasarkan alfabetis serta didukung
oleh bukti yang relevan.
c. Jaridal Al-Maal, digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang
berasal dari penerimaan dan pengeluaran zakat. Al-Jaridah ini
dibawah Diwan Al-Maal (Departemen Perbendaharaan ) dan
dilakukan pengelompokan berdasarkan tuntutan Al-Quran tentang
zakat.
d. Jaridah Al-Musadereen, digunakan untuk mencatatan jurnal
pendanaan khusus berupa perolehan dana dari individu yang tidak
harus taat dengan hokum islam seperti orang non muslim.
2. Daftar Al Yaumiah merupakan buku harian atau dalam bahasa Persia
dikenal dengan nama: Ruznamah. Daftar tersebut digunakan sebagai
dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (jurnal voucher). Jurnal voucher
merupakan tanggung jawab al-kateb dan disetujui oleh pimpinan Diwan
dan menteri. Setelah itu baru digunakan dan dicatat. Bentuk umum dari
daftar diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Daftar attawjihad, merupakan buku yang digunakan untuk mencatat
anggaran pembelanjaan. Baik berbentuk mukarriyah (anggaran
operasional) maupun Itlakiyah (anggaran untuk pos diskresi dari
raja).
b. Daftar attahwiyat, merupakan buku yang mencatat keluar masuknya
dana antara wilayah dan pusat pemerintahan.
3. Beberapa jenis laporan keuangan di antaranya:
a. Al Khitmah, merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang
menunjukkan total pengeluaran dan penerimaan.
b. Al Khitmah Al Jameeah, merupakan laporan yang disiapkan oleh Al
Kateb tahunan dan diberikan kepada atasannya. Atau disebut juga
sebagai laporan keuangan.
Berikut ini adalah contoh – contoh dari Al Khitamah:

Bismillahirrahmaanirahiim
Laporan Keuangan per 1 Muharam sampai 30 Dzulhijjah tahun.. H
Sumber – sumber keuangan:
a) Pajak – pajak dari… tanggal… 000
b) Pemasukan dari… tanggal… 000

Di samping itu adalah:


a) Pindahan dari tahun buku yang lalu 000
b) Penjualan – penjualan 000
c) Denda – denda 000
d) Wesel – wesel 000
Jumlah 000

Penggunaan Dana
a) Wesel – wesel ke kantor lain 000
b) Pembelian – pembelian kantor 000
c) Pengeluaran – pengeluaran lain 000
Saldo

c. Bentuk perhitungan pada laporan zakat akan dikelompokkan pada


laporan keuangan terbagi dalam 3 kelompok, yaitu: (1) Ar-raj Minal
Mal atau yang dapat tertagih; (2) Ar-Munkasir Minal Mal atau
piutang tidak dapat tertagih; dan (3) Al Muta’adhir Wal Mutahayyer
wal Muta’akkid atau piutang yang sulit dan pitang bermasalah
sehingga tidak tertagih.

Penerapan akuntansi pada waktu itu tidak terlepas dari sistem


perdagangan yang dikenal dengan konsep mudharabah (QS 11:85) yang
mewajibkan muslim untuk melakukan proses penakaran atau timbangan
dengan benar, yang pada prinsipnya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yaitu reliability dan verifiability serta untuk tujuan perhitungan zakat.
2. Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Syariah
Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk system pencatatan yang
sudah masuk pada zaman daulah abbasyiah, sementara dalam kurun waktu
yang sama Eropa berada dalam periode The Dark Ages (Masa Kegelapan).
Dari sini, kita dapat melihat hubungan antara Luca Paciolli dan akuntansi
syariah.
Pada tahun 1429 angka Arab dilarang untuk digunakan oleh
pemerintah Italia sedangkan pada tahun 1484 M, Paciolli pergi untuk
bertemu dengan temanya Onforio Dini Florence yaitu seorang pedangang
yang suka berpergian ke Afrika Utara. Sehingga diduga Paciollli
mendapatkan ide doubel entry tersebut dari temannya.
Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat mengenai adanya
pengaruh pedagang Arab terhadap Italia. Hal tersebut didukung dengan
pernyataan Luca Paciolli, bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali di
sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah debit, atau diawali dengan menulis
kredit terlebih dahulu kemubian debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa
Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bangsa Arab yang menulis dari
sisi kanan.
3. Kebangkitan Baru dalam Akuntansi Syariah
Kebangkitan Islam baru telah menjangkau bidang muamalah secara
umum, dan bidang-bidang finansial, serta lembaga-lembaga keuangan
secara khusus. Sekelompok pakar akuntansi muslim telah mengadakan riset
dan studi-studi ilmiah tentang akuntansi menurut Islam. Perhatian mereka
lebih terkonsentrasi pada beberapa bidang, yaitu bidang riset, pembukuan,
seminar atau konverensi, pengajaran dilembaga-lembaga keilmuan dan
perguruan tinggi, serta aspek implementasi pragmatis.
Berikut ini adalah sebagian dari usaha awal di masing-masing bidang:
a. Kebangkitan akuntansi Islam dalam bidang riset. Telah terkumpul
beberapa tesis magister serta disertasi doktor dalam konsep akuntansi
yang telah dimulai sejak tahun 1950 dan masih berlanjut sampai
sekarang. Diperkirakan tesis dan disertasi tentang akuntansi yang
terdapat di Al-Azhar saja sampai tahun 1993 tidak kurang dari 50 buah.
Disamping itu telah juga dilakukan riset-riset yang tersebar di majalah-
majalah ilmiah.
b. Kebangkitan akuntansi Islam dalam bidang pembukuan. Para inisiator
akuntansi Islam kontemporer sangat memperhatikan usaha pembukuan
konsep ini. Hal ini dilakukan supaya orang-orang yang tertarik pada
akuntansi dapat mengetahui kandungan konsep Islam dan pokok-pokok
pikiran ilmiah yang sangat berharga, sehingga kita tidak lagi
memerlukan ide-ide dari luar atau mengikuti konsep barat.
c. Kebangkitan akuntansi Islam di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Konsep akuntansi Islam mulai masuk kesekolah-sekolah dan perguruan
tinggi sejak tahun 1976, yaitu fakultas perdagangan Universitas Al
Azhar untuk program pasca sarjana, dalam mata kuliah Akuntansi
perpajakan dan Evaluasi Akuntansi. Situasi ini terus berlanjut, hingga
tahun 1978 dibuka beberapa jurusan dalam cabang-cabang ilmu
akuntansi Islam di berbagai perguruan tinggi di Timur Tengah. Dan hal
ini berlanjut sampai sekarang diberbagai belahan dunia, termasuk
Indonesia.Kebangkitan akuntansi Islam dalam aspek implementasi.
Implementasi akuntansi Islam mulai dilakukan sejak mulai berdirinya
lembaga-lembaga keuangan yang berbasiskan syariah.
Hal ini menyebabkan lembaga keuangan syariah tersebut harus
menggunakan sistem akuntansi yang juga sesuai syariah. Puncaknya saat
organisasi akuntansi Islam dunia yang bernama Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) menerbitkan
sebuah standard akuntansi untuk lembaga keuangan syariah yang disebut
Accounting, Auditing, and Governance Standard for Islamic Institution.
4. Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia
Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan
dari proses pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia
(BMI) merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi
pedoman bermuamalah. Pendirian ini dimulai dengan serangkaian proses
perjuangan sekelompok masyarakat dan para pemikir Islam dalam upaya
mengajak masyarakat Indonesia bermuamalah yang sesuai dengan ajaran
agama. Kelompok ini diprakarsai oleh beberapa orang tokoh Islam, Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), serta Majelis Ulama Indonesia
(MUI) yang pada waktu itu, sekitar tahun 1990.
Setelah didirikannya bank syariah, terdapat keganjilan ketika bank
membuat laporan keuangan. Dimana pada waktu itu proses akuntansi
belumlah mengacu pada akuntansi yang dilandasi syariah Islam. Maka
selanjutnya munculah kebutuhan akan akuntansi syariah Islam. Dan dalam
proses kemunculannya tersebut juga mengalami proses panjang.
Berdirinya bank syariah tentunya membutuhkan seperangkat aturan
yang tidak terpisahkan, antara lain, yaitu peraturan perbankan, kebutuhan
pengawasan, auditing, kebutuhan pemahaman terhadap produk-produk
syariah dan Iain-Iain. Dengan demikian banyak peneliti yang meyakini
bahwa kemunculan kebutuhan, pengembangan teori dan praktik akuntansi
syariah adalah karena berdirinya bank syariah. Pendirian bank syariah
adalah merupakan salah satu bentuk implementasi ekonomi Islam.
Dengan demikian, berdasarkan data dokumen, dapat diinterpretasikan
bahwa keberadaan sejarah pemikiran tentang akuntansi syariah adalah
setelah adanya standar akuntansi perbankan syariah, setelah terbentuknya
pemahaman yang lebih konkrit tentang apa dan bagaimana akuntansi
syariah, dan terbentuknya lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada
akuntansi syariah. jadi secara historis, sejak tahun 2002 barulah muncul ide
pemikiran dan keberadaan akuntansi syariah, baik secara pengetahuan
umum maupun secara teknis. Sebagai catatan, IAI baru membentuk Komite
Akuntansi Syariah di Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan akuntansi berawal seorang ahli matematika seperti Paccioli


dan Musa Al – khawarizmy. Kemudian Ibnu Khaldun (lahir tahun 1332) adalah
seorang filosof islam yang juga telah bicara tentang politik, sosiologi, ekonomi,
bisnis, perdagangan. Bahkan ada dugaan bahwa pemikiran mereka itulah
sebenarnya yang dikemukakan oleh para filosof barat belakangan yang muncul
pada abad 18M. Sebenarnya Al – Khawarizmy lah yang memberikan kontribusi
besar bagi perkembangan matematika modern eropa. Akuntansi modern yang
dikembangkan dari persamaan algebra dengan konsep – konsep dasarnya untuk
digunakan memecahkan persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai
dengan syariah yang ada pada Al – Qur’an, perkara hukum (law suit) dan praktik
bisnis perdagangan. Akuntansi juga mengalami perkembangan pada masa khalifah
Abu Bakar Assidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Perkembangan akuntansi di negara Islam dapat dikaitkan dengan


perkembangan ilmu dan juga seni. Karena akuntansi dalam perkembangannya tidak
hanya disebut sebagai ilmu mutlak akan tetapi juga sebagai seni yang membutuhkan
kemahiran dalam upaya pendalamannya. Perkembangan akuntansi di negara Islam
dilator belakangi oleh beberapa hal. Hal universal yang mempengaruhi
perkembangan akuntansi syariah adalah pemenuhan kebutuhan dasardari negara
tersebut, misalnya dalam hal pendirian kantor-kantor pemerintahan, spesialisasi
kemampuan, dan juga kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kapasitas dan
kemampuan yang memadai. Selain hal universal yang harus dipenuhi tersebut,
perkembangan akuntansi syariah juga dilater belakangi oleh sisi kebutuhan pribadi
dari seorang muslim sendiri yaitu faktor zakat. Dalam penyusunan akuntansi Islam
kemungkinan ada persamaan dengan akuntansi konvensional khususnya dalam
teknik dan operasionalnya. Seperti dalam bentuk pemakaian buku besar, sistem
pencatatan, proses penyusunan bisa sama. Namun perbedaan akan kembali
mengemuka ketika membahas subtansi dari isi laporannya, karena berbedanya
filosofi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syari’ah di Indonesia. Surabaya :
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai