Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Akuntansi sebagai salah satu ilmu yang pada zaman sekarang sering diterapkan dalam mengelola aset
keuangan,telah dikenal sejak zaman dahulu,salah satu tokoh yang dianggap berperan penting dalam
mengembangkan ilmu ini adalah Luca Paciolli yang berkebangsaan Italia.

Namun sebenarnya pengetahuan tentang hal ini,sudah jauh sebelumnya diterapkan oleh Bangsa
Arab.Dalam perkembangan akuntansi itu sendiri bangsa Arab juga telah banyak memberikan
sumbangannya,bahkan tidak menutup kemungkinan juga bahwa Bangsa Arablah yang telah terlebih
dahulu menerapkan konsep akuntansi di dunia.

Maka dari itu kemudian berkembanglah konsep akuntasi syariah,dimana dalam pelaksanaannya
berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam atau ketentuan-ketentuan dalam Islam.Namun meskipun
demikian,akuntansi syariah bukanlah suatu ilmu yang hanya bisa diterapkan oleh Negara-negara
Islam,karna akuntansi syariah sendiri lebih berkembang pesat di Negara yang bukan Negara Islam yaitu
Australia.

Hal ini menandakan bahwa ajaran tersebut juga bersifat umum,selagi memberikan kebaikan kepada
masyarakat bukan hanya kepada orang tertentu saja.Jadi sangat penting bagi kita untuk mengetahui
bagaimana awalnya akuntansi syariah itu dikembangkan,dan tentunya untuk mengetahui seberapa
besar perkembangan akuntansi syariah di Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Awal Akuntansi

b. Sejarah Akuntansi

c. Sejarah Akuntansi Syariah

d. Aliran-Aliran Pemikiran Dalam Akuntansi Syariah

e. Perkembangan Akuntansi Syariah di Dunia

f. Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia

g. Faktor Perkembangan Akuntansi Syariah di Negara Islam

3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulis menulis makalah ini,tentunya agar dengan membaca makaah ini,pembaca dapat
mengetahui:

a. Perkembangan Awal Akuntansi


b. Sejarah Akuntansi

c. Sejarah Akuntansi Syariah

d. Aliran-Aliran Pemikiran Dalam Akuntansi Syariah

e. Perkembangan Akuntansi Syariah di Dunia

f. Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia

g. Faktor Perkembangan Akuntansi Syariah di Negara Islam

Sedangkan manfaat yang penulis harapkan setelah membaca makalah ini adalah pembaca tentunya
dapat memiliki pengetahuan lebih tentang bagaimana akuntansi syariah itu muncul serta dapat
berkembanga hingga saat ini.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Perkembangan Awal Akuntansi


Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti yaitu bagian dari ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran
absolut.Sebagai ilmu yang bersifat akumulatif,maka setiap penemuan metode baru dalam akuntansi
akan menambah dan memperkaya imu tersebut.Bahkan pemikir akuntansi pada awal perkembangannya
merupakan seorang ahli matematika seperti Paccioli dan Musa Al – khawarizmy.

Penemuan metode terbaru dalam akuntansi senantiasa mengalami penyesuaian dengan kondisi
setempat,sehingga dalam perkembangan selanjutnya,ilmu akuntansi cenderung menjadi bagian dari
ilmu sosial (social science),yaitu bagian dari ilmu yang mempelajari fenomena keadaan
masyarakatdengan lingkungan yang bersifat lebih relatif.

Perubahan ilmu akuntansi dari bagian ilmu pasti menjadi ilmu sosial yang disebabkan oleh faktor
– faktor perubahan dalam masyarakat yang semula dianggap sebagai sesuatu yang konstan,misalnya
transaksi usaha yang akan dipengaruhi budaya dan tradisi serta kebiasaan dalam masyarakat.Oleh sebab
itu,akuntansi masih berada ditengah – tengah bagian dari ilmu pengetahuan tersebut hingga kini.Bahkan
mayoritas para pemikir akuntansi hingga kini masih menitikberatkan pada pemikiran positif melalui
penggunaan data empiris dengan pengolahan yang bersifat matematis.

Akuntansi dalam islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah ALLAH SWT dalam (QS
2:282) untuk melaksanakan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha.Implikasi lebih jauh ,adalah
keperluan terhadap suatu system pencatatan tentang suatu hak dan kewajiba ,pelaporan yang terpadu
dan komprehensif.

Islam memandang akuntansi tidak sekedar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan
dan pelaporan saja,tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai – nilai islam sesuai ketentuan
syariah.

Akuntansi yang kita kenal sekarang diklaim berkembang dari peradaban barat (sejak
Paccioli),padahal apabila bila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan perkembangannya ,terlihat
jelas pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam.

Perkembangan akuntansi ,dengan domain “arithmetic quality” nya.Sangat ditopang oleh ilmu lain
khususnya arithmetic,algebra,mathematics,alghothm pada abad ke – 9 M.Ilmu ini lebih dahulu
berkembang sebelum perkembangan Bahasa.Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh filosof islam
yang terkenal yaitu Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M.Juga Al – Karki (1020) dan
Al – khawarizmy yang merupakan asal kata dari algorithm,algebra juga berasal dari kata arab yaitu “al
jabr”.Demikian juga sistem nomor,decimal,dan angka “0” (zero,sifir,kosong,nol) yang kita pakai sekarang
yang disebut sebagai angka arab sudah dikenal sejak 874 M,yang sudah diakui oleh Hendrikson
merupakan sumbangan arab Islam terhadap Akuntansi.Kita tidak bisa membayangkan apabila neraca
disajikan dengan angka romawi ,misalnya angka 1843 akan ditulis MDCCCXLIII.Bagaimana jika kita
mensajikan neraca IBM yang memerlukan angka triliunan?

Ibnu Khaldun (lahir tahun 1332) adalah seorang filosof islam yang juga telah bicara tentang
politik,sosiologi,ekonomi,bisnis,perdagangan.Bahkan ada dugaan bahwa pemikiran mereka itulah
sebenarnya yang dikemukakan oleh para filoso barat belakangan yang muncul pada abad
18M.Sebenarnya Al – Khawarizmy lah yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan
matematika modern Eropa.Akuntansi modern yang dikembangkan dari persamaan algebra dengan
konsep – konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan pembagian harta warisan secara
adil sesuai dengan syariah yang ada pada Al – Qur’an,perkara hukum (law suit) dan praktik bisnis
perdagangan.

Sebenarnya ,sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui keberadaan akuntansi islam itu,
misalnya RE Gambling,William Roget,Baydoun,Hayashi dari jepang,dan lain – lain.Seperti Paccioli dalam
memperkenalkan system double entry melalui ilmu matematika.Sistem akuntansi dibangun dari dasar
kesamaan akuntansi .Aset =Utang +Modal (A=U+M).Aljabar pertama – tama ditemukan oleh islam ,maka
sangat logis jika ilmu akuntansi juga terdapat dalam sistem ekonomi Islam,paling tidak menjadi dasar
perkembangannya.

2. Sejarah Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia.Ketika masyarakat mulai mengenal adanya
“perdagangan” maka pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai(value) dan mulai
mengenal sistem moneter(monetary system).Bukti tentang pencatatan tersebut dapat ditemukan dari
mulai kerajaan Babilonia (4500 SM),Firaun Mesir dan kode-kode Hammurabi (2250 SM),sebagaimana
ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di Ebla,Syria Utara.

Namun saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli sebagai Bapak Akuntansi Modern,ia dianggap sebagai
orang yang menemukan persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan
bukunya:Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita.Dalam bukunya ini menerangkan
mengenai double entry book keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern,bahkan juga hampir
seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal sekarang seperti jurnal,buku besar,dan
memorandum.Pada penjelasan mengenai buku besar telah termasuk mengenai
asset,utang,modal,pendapatan dan beban.Ia juga menjelaskan mengenai ayat jurnal penutup dan
mengunakan neraca saldo untuk mengetahui saldo buku besar.Penjelasan ini memberikan dasar yang
memadai untuk akuntansi,etika dan juga akuntansi biaya.

Sebenarnya Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping
system,mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara Venice dan Genoa
pada awal abad ke 13 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara Timur Tengah dan Kawasan
Mediterania.Bahkan pada tahun 1340 Bendahara kota Massri telah melakukan pencatatan dalam
bentuk double entry.Hal ini pun diakui oleh Luca Paciolli bahwa apa yang dituliskannya berdasarkan apa
yang telah terjadi di Venice sejak satu abad sebelumnya.

Menurut Vernon Kam(1990),ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman Feodalisme Barat.Namun setelah
dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh
sebelum penulisan ini sudah dikenal akuntansi.Hal yang perlu diingat bahwa matematika dan sistem
angka sudah dikenal Islam sejak abad ke-9 M.Ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis Luca Paciolli
pada tahun 1491 bukan hal yang baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya.

Hal ini menandakan bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi sangat
besar.Dapat kita catat bahwa penggunaan angka Arab mempunyai andil besar dalam perkembangan
ilmu akuntansi.Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada metode pencatatan
akuntansi.Bahkan mungkin mereka yang memulainya.
Majunya peradaban sosial budaya masyarakat Arab waktu itu tidak hanya pada aspek ekonomi atau
perdagangan saja,tetapi juga pada proses transformasi ilmu pengetahuan yang berjalan dengan
baik.Selain al Jabr,AlKhawarizmi(logaritma) juga telah berkembang ilmu kedokteran dari Ibnu
Sina(Avicenna),kimia karya besar Ibnu Rusyd(Averos),ilmu ekonomi(Ibnu Khaldun) dan lain-lain.Jadi pada
masa itu Islam telah menciptakan ilmu murni atau pure science (aljabar,ilmu ukur,fisika,kimia) dan juga
ilmu terapan atau applied science(kedokteran,astronomi dan sebagainya).

Para ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi yang besar terutama adanya penemuan
angka nol dan konsep perhitungan decimal.Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan
menerjemahkan tulisan dari bangsa Arab,tidak mustahil bahwa mereka yang pertama kali melakukan
bookkeeping (Heaps,1895).Para pemikir Islam itu antara lain:Al Kashandy,Jabir Ibnu Hayyan,Ar Razy,Al
Bucasis,Al Kindy,Al Khawarizmy,Avicenna,Abu Bacer dan Al Mazendarany.

Apa yang dilakukan oleh Luca Paciolli memiliki kemiripan dengan apa yang telah disusun oleh pemikir
muslim pada abad ke 8-10 M.Kemiripan tersebut antara lain(Siswantoro,2003) adalah sebagai berikut:

Tahun

Luca Paciolli

Islam

In the Name of God

Bismillah (Dengan Nama Allah)

Client

Mawla

Cheque

Sakk

Separate Sheet

Waraka Khidma

Closing Book

Yutbak

622 M
Journal

Jaridah

750 M

Receivable-Subsidiary Ledger

Al Awraj

750 M

General Journal

Daftar Al Yawmiah

750 M

Journal Voucher

Ash Shahad

Abad 8 M

Collectible Debt

Arra’ej Menal Mal

Uncollecetible Debt

Munkaser Menal Mal

Doubful, difficult, complicated debt

Al Mutaakhher wal Mutahyyer

Auditing

Hisab

Chart of Account

Sabh Al asha

3. Sejarah Akuntansi Syariah

a. Zaman Awal Perkembangan Islam


Pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun 1 H) didasari oleh
konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku, warna kulit dan
golongan, sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan secara bersama dan gotong-royong di
kalangan para muslimin. Hal ini dimungkinkan karena negara yang baru saja berdiri tersebut hampir
tidak memiliki pemasukan ataupun pengeluaran. Muhammad Rasulullah SAW bertindak sebagai seorang
Kepala Negara yang juga merangkap sebagai Ketua Mahkamah Agung, Mufti Besar, dan Panglima Perang
Tertinggi juga penanggung jawab administrasi negara. Bentuk sekretariat negara masih sangat
sederhana dan baru didirikan pada akhir tahun ke 6 Hijriyah.

Telah menjadi tradisi bahwa bangsa Arab melakukan dua kali perjalanan kafilah perdagangan, yaitu
musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan musim panas dengan tujuan ke Asy-Syam
(sekarang Syria, Lebanon, Jordania, Palestina dan Esrael). Perdagangan tersebut pada akhirnya
berkembang hingga ke Eropa terutama setelah penaklukan Mekah.

Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari muslim),
dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari non muslim) dan kharaj
(pajak pertanian dari non muslim), maka Rasul mendirikan Baitul Maal pada awal abad ke-7.Fungsinya
sebagai penyimpanan ketika adanya pembayaran wajib zakat dan usur (pajak pertanian dari muslim) dan
adanya perluasan wilayah atau jizia yaitu pajak perlindungan dari non muslim, dan juga adanya kharaj
yaitu pajak pertanian dari non muslim.. Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana seluruh
penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan peminpin negara dan baru akan dikeluarkan untuk
kepentingan negara. Walaupun disebutkan pengelolaan Baitul Maal masih sederhana, tetapi nabi telah
menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan pencatat administrasi pemerintahan. Mereka ini
berjumlah 42 orang dan dibagi dalam empat bagian yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan
dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan sekretaris peperangan.

b. Zaman Empat Khalifah

Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan baitul maal masih sangat sederhana dimana penerimaan
dan pengeluaran dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa.

Perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dilakukan di era kepemimpinan Khalifah Umar bin
Khatthab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M). Asal kata Diwan
dari bahasa Arab yang merupakan bentuk kata benda dari kata Dawwana yang berarti penulisan. Diwan
dapat diartikan sebagai tempat di mana pelaksana duduk, bekerja dan di mana akuntansi dicatat dan
disimpan. Diwan ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji.

Khalifah Umar menunjuk beberapa orang pengelola dan pencatat dari Persia untuk mengawasi
pembukuan baitul maal. Pendirian Diwan ini berasal dari usulan Homozon-seorang tahanan Persia dan
menerima islam- dengan menjelaskan tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja Sanian
(Siswanto, 2003). Ini terjadi setelah peperangan Al-Qadisiyyah-Persia dengan panglima perang Sa’ad bin
Abi Waqqas yang juga sahabat nabi, Al-Walid bin Mughirah yang mengusulkan agar ada pencatatan
untuk pemasukan dan pengeluaran negara.

Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat
dari hubungan anatar masyarakat. Selain itu, baitul maal juga sudah tidak terpusat lagi di Madinah tatapi
juga di daerah-daerah taklukan islam. Pada Diwan yang dibentuk oleh Khalifah Umar terdapat 14
departemen dan 17 kelompok, di mana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya
pembagian tugas dalam sistem keuangan dan pelapora keuangan yang baik. Pada masa itu istilah awal
pembukuan dikenal dengan jarridah atau menjadi istilah journal dalam bahasa inggris yang berarti
berita. Di Venice istilah ini dikeal dengan sebutan zournal.Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai
pihak dalam islam seperti: Al-Amel, Mubashor, Al-Kateb, namun yang paling terkenal adalah Al-Kateb
yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi baik
keuangan maupun non keuangan. Sedangkan untuk khusus akuntan dikenal juga dengan nama
Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab melakukan perhitungan.

Muhtasib adalah orang yang bertaggung jawab atas lembaga Al-Hisba. Muhtasib bisa juga menyangkut
pengawasan pasar yang bertanggung jawab tidak hanya masalah ibadah. Ibnu Taimiyah menyatakan
bahwa Muhtasib adalah kewajiban publik. Muhtasib bertugas menjelaskan berbagai tindakan yang tidak
pantas dalam berbagai kehidupan.

Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta, kepentingan sosial, pelaksanaan
ibadah pribadi, pemeriksaan transaksi bisnis. Akram Khan memberikan 3 kewajiban Muhtasib, yaitu:

1. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: shalat, pemeliharaan masjid

2. Pelaksanaan hak-hak Masyarakat: perilaku di pasar, kejujuran bisis

3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan dll.

Disisi lain,ada juga fungsi muhtasib dalam bidang pelayanan umum,misalnya pemeriksaan
kesehatan,suplai air,memastikan orang miskin mendapakan tunjangan,bangunan yang mau
roboh,memeriksa kelayakan pembangunan rumah,ketidaknyamanan dan keamanan berlalu lintas,jalan
untuk pejalan kaki,menjaga keamanan dan kebersihan pasar.Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi
utamanya adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hokum baik hukum sipil maupun hukum
agama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi islam adalah menyangkut semua aspek kehidupan yang lebih
luas tidak hanya menyangkut praktek ekonomi dan bisnis sebagaimana dalam sistem kapitalis. Akuntansi
islam sebenarnya lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan atau
pertanggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum sehingga tidak ada pelanggaran hukum
baik hukum sipil maupun hukum yang berkaitan dengan ibadah.

Pengembangan lebih komprehensif mengenai baitul maal dilanjutkan pada masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib. Pada masa pemerintahan beliau, sistem administrasi baitul maal baik ditingkat pusat dan lokal
telah berjalan baik serta terjadi surplus pada pada Baitul Maal dan dibagikan secara proporsionalsesuai
tuntutan Rasulullah. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan telah
berlangsung dengan baik.

Perkembangan akuntansi tidak berhenti pada zaman Khalifah,tetapi dikembangkan oleh filsuf
Islam antara lain:Imam Syafi’i(768 M-820 M) dengan menjelaskan fungsi akuntansi sebagai Review Book
atau Auditing.Menurutnya,seorang auditor harus memiliki kualifikasi tertentu yaitu orang yang hafal –
Quran(sebagai value judgement),intelektual,dapat dipercaya,bijaksana dan kualitas manusia yang baik
lainnya.

Demikianlah sejarah perkembangan praktik akuntansi dengan teknik tata buku berpasangan yang
sebenarnya,dimana akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam.Artinya,peradaban Islam tidak
mungkin tidak memiliki akuntansi.Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang dilakukan beberapa
oknum di Barat dan ketidakmampuan umat Islam untuk menggali khazanah kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologinya sendiri.Kesimpulan,akuntansi sudah ada sebelum Paciolli dan bahkan sebelum
peradaban Islam dan akuntansi sudah ada sejak masa kejayaan Islam dari 610 M-1250 M.

4. Aliran-Aliran Pemikiran Akuntansi Syariah

Perkembangan akuntansi syari’ah saat ini menurut Mulawarman masih menjadi diskursus serius
di kalangan akademisi akuntansi. Diskursus terutama berhubungan dengan pendekatan dan aplikasi
laporan keuangan sebagai bentukan dari konsep dan teori akuntansinya. Perbedaan-perbedan yang
terjadi mengarah pada posisi diametral pendekatan teoritis antara aliran akuntansi syari’ah pragmatis
dan idealis.

a) Akuntansi Syariah Aliran Pragmatis

Aliran akuntansi pragmatis lanjut Mulawarman (2007a) menganggap beberapa konsep dan teori
akuntansi konvensional dapat digunakan dengan beberapa modifikasi (lihat juga misalnya Syahatah
2001; Harahap 2001; Kusumawati 2005 dan banyak lagi lainnya). Modifikasi dilakukan untuk
kepentingan pragmatis seperti penggunaan akuntansi dalam perusahaan Islami yang memerlukan
legitimasi pelaporan berdasarkan nilai-nilai Islam dan tujuan syari’ah. Akomodasi akuntansi
konvensional tersebut memang terpola dalam kebijakan akuntansi seperti Accounting and Auditing
Standards for Islamic Financial Institutions yang dikeluarkan AAOIFI secara internasional dan PSAK No.
59 atau yang terbaru PSAK 101-106 di Indonesia. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam tujuan akuntansi
syari’ah aliran pragmatis yang masih berpedoman pada tujuan akuntansi konvensional dengan
perubahan modifikasi dan penyesuaian berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Tujuan akuntansi di sini
lebih pada pendekatan kewajiban, berbasis entity theory dengan akuntabilitas terbatas.

Bila kita lihat lebih jauh, regulasi mengenai bentuk laporan keuangan yang dikeluarkan AAOIFI misalnya,
disamping mengeluarkan bentuk laporan keuangan yang tidak berbeda dengan akuntansi konvensional
(neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas) juga menetapkan beberapa laporan lain seperti analisis
laporan keuangan mengenai sumber dana untuk zakat dan penggunaannya; analisis laporan keuangan
mengenai earnings atau expenditures yang dilarang berdasarkan syari’ah; laporan responsibilitas sosial
bank syari’ah; serta laporan pengembangan sumber daya manusia untuk bank syari’ah. Ketentuan
AAOIFI lebih diutamakan untuk kepentingan ekonomi, sedangkan ketentuan syari’ah, sosial dan
lingkungan merupakan ketentuan tambahan. Dampak dari ketentuan AAOIFI yang longgar tersebut,
membuka peluang perbankan syari’ah mementingkan aspek ekonomi daripada aspek syari’ah, sosial
maupun lingkungan. Sinyal ini terbukti dari beberapa penelitian empiris seperti dilakukan Sulaiman dan
Latiff (2003), Hameed dan Yaya (2003b), Syafei, et al. (2004).

Penelitian lain dilakukan Hameed dan Yaya (2003b) yang menguji secara empiris praktik
pelaporan keuangan perbankan syari’ah di Malaysia dan Indonesia. Berdasarkan standar AAOIFI,
perusahaan di samping membuat laporan keuangan, juga diminta melakukan disclose analisis laporan
keuangan berkaitan sumber dana zakat dan penggunaannya, laporan responsibilitas sosial dan
lingkungan, serta laporan pengembangan sumber daya manusia. Tetapi hasil temuan Hameed dan Yaya
(2003b) menunjukkan bank-bank syari’ah di kedua negara belum melaksanakan praktik akuntansi serta
pelaporan yang sesuai standar AAOIFI.
Syafei, et al. (2004) juga melakukan penelitian praktik pelaporan tahunan perbankan syari’ah di
Indonesia dan Malaysia. Hasilnya, berkaitan produk dan operasi perbankan yang dilakukan, telah sesuai
tujuan syari’ah (maqasid syari’ah). Tetapi ketika berkaitan dengan laporan keuangan tahunan yang
diungkapkan, baik bank-bank di Malaysia maupun Indonesia tidak murni melaksanakan sistem akuntansi
yang sesuai syari’ah. Menurut Syafei, et al. (2004) terdapat lima kemungkinan mengapa laporan
keuangan tidak murni dijalankan sesuai ketentuan syari’ah. Pertama, hampir seluruh negara muslim
adalah bekas jajahan Barat. Akibatnya masyarakat muslim menempuh pendidikan Barat dan
mengadopsi budaya Barat. Kedua, banyak praktisi perbankan syari’ah berpikiran pragmatis dan
berbeda dengan cita-cita Islam yang mengarah pada kesejahteraan umat. Ketiga, bank syari’ah telah
establish dalam sistem ekonomi sekularis-materialis-kapitalis. Pola yang establish ini mempengaruhi
pelaksanaan bank yang kurang Islami. Keempat, orientasi Dewan Pengawas Syari’ah lebih menekankan
formalitas fiqh daripada substansinya. Kelima, kesenjangan kualifikasi antara praktisi dan ahli syari’ah.
Praktisi lebih mengerti sistem barat tapi lemah di syariah. Sebaliknya ahli syariah memiliki sedikit
pengetahuan mengenai mekanisme dan prosedur di lapangan.

b) Akuntansi Syari’ah Aliran Idealis

Aliran Akuntansi Syari’ah Idealis di sisi lain melihat akomodasi yang terlalu “terbuka dan longgar” jelas-
jelas tidak dapat diterima. Beberapa alasan yang diajukan misalnya, landasan filosofis akuntansi
konvensional merupakan representasi pandangan dunia Barat yang kapitalistik, sekuler dan liberal serta
didominasi kepentingan laba (lihat misalnya Gambling dan Karim 1997; Baydoun dan Willett 1994 dan
2000; Triyuwono 2000a dan 2006; Sulaiman 2001; Mulawarman 2006a). Landasan filosofis seperti itu
jelas berpengaruh terhadap konsep dasar teoritis sampai bentuk teknologinya, yaitu laporan keuangan.

Keberatan aliran idealis terlihat dari pandangannya mengenai Regulasi baik AAOIFI maupun PSAK No.
59, serta PSAK 101-106, yang dianggap masih menggunakan konsep akuntansi modern berbasis entity
theory (seperti penyajian laporan laba rugi dan penggunaan going concern dalam PSAK No. 59) dan
merupakan perwujudan pandangan dunia Barat. Ratmono (2004) bahkan melihat tujuan laporan
keuangan akuntansi syari’ah dalam PSAK 59 masih mengarah pada penyediaan informasi. Yang
membedakan PSAK 59 dengan akuntansi konvensional, adanya informasi tambahan berkaitan
pengambilan keputusan ekonomi dan kepatuhan terhadap prinsip syari’ah. Berbeda dengan tujuan
akuntansi syari’ah filosofis-teoritis, mengarah akuntabilitas yang lebih luas (Triyuwono 2000b; 2001;
2002b; Hameed 2000a; 2000b; Hameed dan Yaya 2003a; Baydoun dan Willett 1994).

Konsep dasar teoritis akuntansi yang dekat dengan nilai dan tujuan syari’ah menurut aliran idealis
adalah Enterprise Theory (Harahap 1997; Triyuwono 2002b), karena menekankan akuntabilitas yang
lebih luas. Meskipun, dari sudut pandang syari’ah, seperti dijelaskan Triyuwono (2002b) konsep ini
belum mengakui adanya partisipasi lain yang secara tidak langsung memberikan kontribusi ekonomi.
Artinya, lanjut Triyuwono (2002b) konsep ini belum bisa dijadikan justifikasi bahwa enterprise theory
menjadi konsep dasar teoritis, sebelum teori tersebut mengakui eksistensi dari indirect participants.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada dalam VAS, Triyuwono (2001) dan Slamet (2001)
mengusulkan apa yang dinamakan dengan Shari’ate ET. Menurut konsep ini stakeholders pihak yang
berhak menerima pendistribusian nilai tambah diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu direct
participants dan indirect participants. Menurut Triyuwono (2001) direct stakeholders adalah pihak yang
terkait langsung dengan bisnis perusahaan, yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan,
kreditur, pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya. Indirect stakeholders adalah pihak yang tidak terkait
langsung dengan bisnis perusahaan, terdiri dari: masyarakat mustahiq (penerima zakat, infaq dan
shadaqah), dan lingkungan alam (misalnya untuk pelestarian alam).

c) Komparasi Antara Aliran Idealis dan Pragmatis

Kesimpulan yang dapat ditarik dari perbincangan mengenai perbedaan antara aliran akuntansi
syari’ah pragmatis dan idealis di atas adalah, pertama, akuntansi syari’ah pragmatis memilih melakukan
adopsi konsep dasar teoritis akuntansi berbasis entity theory. Konsekuensi teknologisnya adalah
digunakannya bentuk laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas dengan
modifikasi pragmatis. Kedua, akuntansi syari’ah idealis memilih melakukan perubahan-perubahan
konsep dasar teoritis berbasis shari’ate ET. Konsekuensi teknologisnya adalah penolakan terhadap
bentuk laporan keuangan yang ada; sehingga diperlukan perumusan laporan keuangan yang sesuai
dengan konsep dasar teoritisnya.

5. Faktor Perkembangan Akuntansi Di Negara Islam

Perkembangan akuntansi di negara Islam dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Hal universal
yang mempengaruhi perkembangan akuntansi syariah adalah pemenuhan kebutuhan dasar dari negara
tersebut, misalnya dalam hal pendirian kantor-kantor pemerintahan, spesialisasi kemampuan, dan juga
kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang memadai. Selain hal
universal yang harus dipenuhi tersebut, perkembangan akuntansi syariah juga dilatarbelakangi oleh sisi
kebutuhan pribadi dari seorang muslim sendiri yaitu faktor zakat. Penghitungan zakat harus dilakukan
secara benar karena kita tahu bagi umat Islam, zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib
untuk dipatuhi.

Faktor pendorong perkembangan akuntansi di negara Islam dapat dijelaskan sebagai


berikut :

a) Pendirian kantor – kantor pemerintahan yang disebut dengan kata diwan sangat berkaitan erat
dengan perkembangan sistem administrasi dalam kantor tersebut. Perkembangan sistem administrasi
ini yang kemudian menjadi faktor pendorong perkembangan akuntansi di negara Islam.

b) Spesialisasi kemampuan dan signifikansi karena adanya pembagian tugas dari masing-masing
tenaga kerja yang nantinya akan dapat melakukan tugas serta fungsinya sesuai dengan kemampuan
yang dia miliki. Begitu pula dengan spesialisasi dalam bidang akuntansi, ketika seorang tenaga kerja
telah mendapatkan spesialisasi di bidang akuntansi sesuai dengan kemampuannya, tentu itu akan
menjadi faktor untuk perkembangan akuntansi semakin lebih lagi.

c) Memilih dan memilah pegawai yang benar-benar memiliki kemampuan serta kapasitas yang cocok
dengan bidang kerja yang dia akan duduki. Seperti ketika Muhammad SAW memilih pegawainya, beliau
sangat memperhatikan dari kemampuan pegawainya sehingga bidang pekerjaan yang ditekuni pun
dapat berjalan dengan maksimal. Begitu pula dalam bidang akuntansi, seorang yang memiliki
kemampuan dan kapasitas tinggi dalam bidang akuntansi tentu akan sangat membantu perkembangan
akuntansi semakin lebih lagi.

d) Rasa takut akan Allah, hal ini sangat mendasari dalam perkembangan akuntansi, karena ketika kita
takut akan Allah kita akan melakukan pengawasan lebih terhadap sistem akuntansi yang berlangsung,
hal ini untuk menjaga validitas dan relibilitas dari informasi yang dihasilkan oleh proses akuntansi dan
tetap mengasilkan informasi yang benar untuk digunakan berbagai pihak. Tentu saja pengawasan proses
akuntansi yang baik akan sangat mendorong perkembangan akuntansin untuk semakin lebih lagi.

6. Perkembangan Akuntansi Syariah di Dunia

Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel Islam, karena adanya
kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Perintisnya
adalah Ahmad El Najjar. Sistem pertama yang dikembangkan adalah mengambil bentuk sebuah bank
simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba / bagi hasil) pada tahun 1963. Kemudian pada
tahun ’70-an, telah berdiri setidaknya 9 bank yang tidak memungut usaha-usaha perdagangan dan
industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para
penabung.

Konferensi Negara-negara Islam sedunia yang dileselenggarakan tanggal 21-27 April 1969 di Kuala
Lumpur menghasilkan beberapa keputusan yang terkait dengan perkembangan bank Islam dunia. Dan
dengan beberapa pertemuan OKI, pertumbuhan bank Islam mulai tampak cepat tahun 1980-an,
terutama di Negara-negara timur tengah dan beberapa Negara eropa. Secara umum lembaga keuangan
Islam secara internasional diklasifikasikan menjadi dua yaitu bank komersia (Islamic commercial Bank)
dan lembaga investasi dalam bentuk International Holding Company. Pada tahun 1984 telah
berkembang 5 bank Islam di Negara non muslim (Inggris, Swiss, Cyprus, Luxemburg, dan Denmark), dan
23 bank Islam di Negara-negara Islam.

Perkembangan bank Islam ini telah menarik minat bank – bank konvensional untuk menawarkan produk
syariah. Produk Islamic Windows yang ditawarkan dari Malaysia, Islamic Transaction dari cabang bank
Mesir dan Islamic services di cabang bank perdagangan Arab Saudi.

Baru kemudian berdiri Islamic Development Bank pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang
tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, yang menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit
sharing untuk negara-negara anggotanya dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah
Islam.

Kemudian setelah itu, secara berturut-turut berdirilah sejumlah bank berbasis Islam antara lain berdiri
Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta
Bahrain Islamic Bank (1979) Phillipine Amanah Bank (1973) berdasarkan dekrit presiden, dan Muslim
Pilgrims Savings Corporation (1983)

Konsep Akuntansi Syariah terus berkembang dari waktu ke waktu, adanya pengakuan dari beberapa
tokoh tentang keberadaan Akuntansi Syariah juga semakin memperkuat posisi Akuntansi Syariah di
kancah Internasional, berikut ini merupakan pendapat beberapa tokoh mengenai Akuntansi Syariah itu
sendiri :

§ E.S. Hendriksen (1982), mengakui bahwa penemuan dan penggunaan angka Arab sangat membantu
perkembangan Akuntansi.

§ Robert Arnold Russel (1986), mengakui bahwa sistem pembukuan berpasangan telah muncul lama di
Arab sebelum Luca Pacioli menerbitkan bukunya.
§ T.E. Gambling dan R.A.A. Karim (1986), mengakui bahwa akuntansi Islam tidak hanya menekankan
pada aspek modal dan kepentingan investor akan tetapi juga pada aspek sosial yang menjangkau
permasalahan masyarakat Islam.

§ Mueller (1991), mengakui memang ada beberapa model akuntansi di dunia Internasional dan salah
satunya Akuntansi Syariah.

§ Sabri dan Jabr (1992), membahas masalah bisnis dan etika akuntansi dalam pandangan Islam.

§ Muhammad Khir (1992), menyatakan bahwa dalam akuntansi Islam hal tentang keadilan, kebenaran,
serta pertanggungjawaban berada di posisi lebih atas daripada pengambilan keputusan.

§ Muhammad Akram Khan (1992), meyatakan tentang tujuan akuntansi Islam, yaitu , membuat laporan
keuangan secara benar, baik, serta adil sehingga tetap menaati syariat Islam yang dijadikan sebagai
landasan.

§ Shaari Hamid, Russel Craig, dan Frank Clarke (1993), berpendapat bahwa Akuntansi Islam akan cepat
menjadi standar Internasional karena sifat Islam yang tidak membatasi diri dengan negara lain atau
bersifat universal.

§ Ahmed R. Belkaoui (1995), menyatakan bahwa akuntansi diberbagai negara memilki banyak aliran dan
salah satunya adalah akuntansi Islam.

§ D. R. Scott (1995), merupakan pelopor akuntansi yang berdasar pada keadilan, kebenaran, dan etika.

§ Toshikabu Hayashi (1995), membahas tentang akuntansi kapitalis, konsep akuntansi Islam,
perhitungan zakat, serta praktek bisnis di Arab Saudi.

§ Gusein Shahata (2001), menyatakan tentang kaidah-kaidah akuntansi Islam.

§ Sofyan Syafiri Harahap (1991, 1992), melihat nilai-nilai islam dalam sistem akuntansi yang dianut oleh
golongan kapitalis.

§ Iwan Triyuwono (1997), berpikir tentang landasan yang kokoh untuk berdirinya akuntansi Syariah.

§ M. Akyar Adnan (1997), melakukan penelitian tentang akuntansi di Bank Syariah luar negeri.

§ Hartanto Widodo, dkk (1997), memiliki ide tentang panduan akuntansi Syariah di dalam lembaga
keuangan syariah.

§ Muhammad (1999), meneliti akuntansi Syariah di dalam prespektif akuntansi sosial dan
pertanggungjawaban.

§ Iwan Triyuwono dan Moh. As’udi (2001), memformulasikan konsep zakat dalam akuntansi Syariah.

7. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia

Akuntansi pertama kali dikenal di Indonesia sekitar tahun 1960an, sementara akuntansi konvensional
yang kita pahami dari berbagai literature menyebutkan bahwa akuntansi pertama kali berkembang di
Italia dan dikembangkan oleh Lucas Pacioli (1494). Pemahaman ini sudah mendarah daging pada
masyarakat akuntan kita. Olehnya itu, ketika banyak ahli yang mengemukakan pendapat bahwa
akuntansi sebenarnya telah berkembang jauh sebelumnya dan di mulai di Arab, akan sulit diterima oleh
masyrakat akuntan.

Perkembangan akuntansi syariah beberapa tahun terakhir sangat meningkat ini di tandai dengan
seringnya kita menemukan seminar, workshop, diskusi dan berbagai pelatihan yang membahas berbagai
kegiatan ekonomi dan akuntansi Islam, mulai dari perbankan, asuransi, pegadaian, sampai pada bidang
pendidikan semua berlabel syariah.

Namun dokumen tertulis yang menyiratkan dan mencermikan proses perjuangan perkembangan
akuntansi syariah masih sangat terbatas jumlahnya. Demikian pula dengan sejarah perkembangan
akuntansi syariah di Indonesia. Kekurang tertarikan banyak orang terkait masalah ini, baik sebagai
bagian dari kehidupan penelitian maupun sebagai sebuah ilmu pengetahuan menjadikan sejarah
akuntansi syariah masih sangat minim di temukan.

Bank syariah sebagai landasan awal perkembangan akuntansi syariah.

Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses pendirian Bank Syariah.
Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam
menjadi pedoman bermuamalah. Pendirian ini dimulai dengan serangkaian proses perjuangan
sekelompok masyarakat dan para pemikir Islam dalam upaya mengajak masyarakat Indonesia
bermuamalah yang sesuai dengan ajaran agama. Kelompok ini diprakarsai oleh beberapa orang tokoh
Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada
waktu itu, sekitar tahun 1990-199.

Setelah didirikannya bank syariah, terdapat keganjilan ketika bank membuat laporan keuangan. Dimana
pada waktu itu proses akuntansi belumlah mengacu pada akuntansi yang dilandasi syariah Islam. Maka
selanjutnya munculah kebutuhan akan akuntansi syariah Islam. Dan dalam proses kemunculannya
tersebut juga mengalami proses panjang.

Berdirinya bank syariah tentunya membutuhkan seperangkat aturan yang tidak terpisahkan, antara lain,
yaitu peraturan perbankan, kebutuhan pengawasan, auditing, kebutuhan pemahaman terhadap produk-
produk syariah dan Iain-Iain. Dengan demikian banyak peneliti yang meyakini bahwa kemunculan
kebutuhan, pengembangan teori dan praktik akuntansi syariah adalah karena berdirinya bank syariah.
Pendirian bank syariah adalah merupakan salah satu bentuk implementasi ekonomi Islam.

Dengan demikian, berdasarkan data dokumen, dapat diinterpretasikan bahwa keberadaan sejarah
pemikiran tentang akuntansi syariah adalah setelah adanya standar akuntansi perbankan syariah,
setelah terbentuknya pemahaman yang lebih konkrit tentang apa dan bagaimana akuntansi syariah, dan
terbentuknya lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada akuntansi syariah. jadi secara historis, sejak
tahun 2002 barulah muncul ide pemikiran dan keberadaan akuntansi syariah, baik secara pengetahuan
umum maupun secara teknis. Sebagai catatan, IAI baru membentuk Komite Akuntansi Syariah di
Indonesia.

Pada tahun 2007, terdapat setidaknya 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara bank umum yang telah memiliki
unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia
(Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank
Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR Syariah.
Sektor syariah yang sedang berkembang adalah transaksi investasi syariah dan sektor keuangan non-
bank Transaksi ini terus mengalami peningkatan, diantaranya : Obligasi Syariah (Sukuk), Pasar Modal
Syariah, Dana Pensiun Syariah, Pendanaan Proyek Syariah, Real Estat Syariah.

Berikut ini adalah daftar lengkap bank syariah dan unit usaha syariah yang ada di Indonesia :

BANK UMUM SYARIAH (BUS)

1. PT Bank Syariah Mandiri

2. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia

3. PT Bank Syariah BNI

4. PT Bank Syariah BRI

5. PT. Bank Syariah Mega Indonesia

6. PT Bank Jabar dan Banten

7. PT Bank Panin Syariah

8. PT Bank Syariah Bukopin

9. PT Bank Victoria Syariah

10. PT BCA Syariah

11. PT Maybank Indonesia Syaria

UNIT USAHA SYARIAH (UUS)

1. PT. Bank Danamon

2. PT. Bank Permata

3. PT. Bank Internasional Indonesia (BII)

4. PT. CIMB Niaga

5. HSBC, Ltd.

6. PT. Bank DKI

7. BPD DIY

8. BPD Jawa Tengah (Jateng)

9. BPD Jawa Timur (Jatim)

10. BPD Banda Aceh

11. BPD Sumatera Utara (Sumut)

12. BPD Sumatera Barat (Sumbar)

13. BPD Riau


14. BPD Sumatera Selatan (Sumsel)

15. BPD Kalimantan Selatan (Kalsel)

16. BPD Kalimantan Barat (Kalbar)

17. BPD Kalimantan Timur (Kaltim)

18. BPD Sulawesi Selatan (Sulsel)

19. BPD Nusa Tenggara Barat (NTB)

20. PT. BTN

21. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)

22. PT. OCBC NISP

23. PT. Bank Sinarmas

24. BPD Jambi

Layanan Syariah (OFFICE CHANNELING)

1. UUS Bank Danamon

2. UUS Bank Permata

3. UUS BII

4. UUS Bank Tabungan Negara

5. UUS CIMB Niaga

6. UUS BTPN

7. UUS HSBC

8. UUS BPD DKI

9. UUS BPD Banda Aceh

10. UUS BPD Sumut

11. UUS BPD Riau

12. UUS BPD Sumbar

13. UUS BPD Sumsel

14. UUS BPD Jateng

15. UUS BPD DIY

16. UUS BPD Jatim

17. UUS BPD Kalsel


18. UUS BPD Kalbar

19. UUS BPD Kaltim

20. UUS BPD Sulsel

21. UUS BPD Nusa Tenggara Barat

22. UUS OCBC NISP

23. UUS Bank Sinarmas

24. UUS BNI

25. UUS BPD Jabar dan Banten

26. UUS BEI

27. UUS Bukopin

28. UUS IFI

29. UUS BRI

30. UUS Lippo

31. UUS BPD Jambi

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan atas apa yang telah dibahas pada bab sebelumnya,maka dapat kita simpulkan bahwa
ternyata selama ini,kebanyakan masyarakat tidak mengetahui bahwa akuntansi itu telah terlebih dulu
diterapkan oleh Bangsa Arab.Perkembangan akuntansi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sumbangsih
dari Bangsa Arab itu sendiri.Seperti yang kita tahu bahwa tak sedikit,ilmuwan-ilmuwan yang berasal dari
Bangsa Arab,contohnya Ibnu Sina.Maka dari itu muncullah sebuah konsep yang dinamakan konsep
akuntansi syariah,yang pada dasarnya didasarkan pada ketentuan dalam agama Islam.Seiring dengan
berjalannya waktu,akuntansi syariah ini tidak hanya diterapkan oleh Negara dengan mayoritas Islam saja
namun juga oleh Negara lain,karna akuntansi syariah ini dinilai merupakan suatu konsep yang baik.

Akuntansi Syariah adalah menyangkut semua aspek kehidupan yang lebih luas tidak hanya menyangkut
praktek ekonomi dan bisnis sebagaimana dalam sistem kapitalis. Akuntansi Syariah sebenarnya lebih
luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan atau pertanggungjawaban. Dia menyangkut
semua penegakan hukum sehingga tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil maupun hukum yang
berkaitan dengan ibadah.

Sementara di Indonesia,perkembangan akuntansi syariah ini juga dinilai meningkat pesat di tandai
dengan seringnya kita menemukan seminar, workshop, diskusi dan berbagai pelatihan yang membahas
berbagai kegiatan ekonomi dan akuntansi Islam, mulai dari perbankan, asuransi, pegadaian, sampai
pada bidang pendidikan semua berlabel syariah.Dan pada saat ini dapat kita lihat telah banyak berdiri
bank atau institusi keuangan lainnya yang berlandaskan akuntasi syariah,hal ini menandakan bahwa
konsep akuntansi syariah itu sudah sangat berkembang.Apalagi IAI juga mengeluarkan aturan mengenai
Akuntansi Syariah yang dituangkan dalam PSAK Syariah.

Hal universal yang mempengaruhi perkembangan akuntansi syariah adalah pemenuhan kebutuhan
dasar dari negara tersebut, misalnya dalam hal pendirian kantor-kantor pemerintahan, spesialisasi
kemampuan, dan juga kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang
memadai. Selain hal universal yang harus dipenuhi tersebut, perkembangan akuntansi syariah juga
dilatarbelakangi oleh sisi kebutuhan pribadi dari seorang muslim sendiri yaitu faktor zakat.Penghitungan
zakat itu sendiri harus dilakukan dengan cermat dan tepat,karena zakat itu sendiri termasuk dalam
rukun Islam.

2. Saran

Adapun saran penulis adalah bahwa akuntansi syariah ini bukanlah hanya pengetahuan yang hanya bisa
dipakai oleh pemeluk agama Islam saja,ada baiknya kita dapat melihatnya dari sudut pandang lain yaitu
dari segi kebaikannya,bukan dari segi dari mana konsep itu berasal.Karna sesungguhnya segala sesuatu
yang baik,patutlah kita ikuti.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://nammattonuniversity.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-perkembangan-akuntansi-
syariah.html,diakses pada tanggal 19 Februari 2016.

2. Nurhayati Sri,Warsilah.”Akuntansi Syariah di Indonesia,Edisi 2”.2009.Jakarta:Salemba Empat.

3. http://putrimarchela.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-akuntansi-
syariah_28.html,diakses pada tanggal 19 Februari 2016

4. http://banksyariahcenter.blogspot.co.id/p/daftar-lengkap-bank-syariah-di-indonesia.html.

5. https://kurmakurma.wordpress.com/ekonomi/mengenal-akuntansi-syariah/

6. http://nilampamularsih.blogspot.co.id/2011/09/akuntansi-syaria

Selanjutnya......

HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI ISLAM

Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti Abbasiah (750-1258
M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan, eropa masih berada
dalam periode The Dark Ages. Dari sini, kita dapat melihat hubungan antara Luca Paciolli dan Akuntansi
Islam.
Luca Paciolli sebagaimana adalah seorang ilmuan sekaligus juga seorang pengajar di beberapa
universitas Italia. Untuk itu beliau telah banyak membaca banyak buku termasuk buku yang telah
diterjemahkan. Hai ini dibuktikan bahea sejak taun 1202 M, buku-buku para ilmuan muslim/arab telah
banyak diterjemahkan ke negara eropa seperti yang dilakukan oleh Fibonacci of Pisa dengan judul Liber
Abacci, Verba Filliorum dan Epistola de Propoetitione et prprotionalitate. Pisa banyak belajar mengenai
angka dan bahasa Arab. sehingga didalam bukunya disebutkan bahwa ia menyarankan dan
menerangkan manfaat mengenai angka arab termasuk dalam pencatatan transaksi.

Pada tahun 1429 M angka arab dilarang untuk digunakanpemerintah Italia. Luca Paciolli selalu tertarik
untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti seorang ahli matematikayang belajar dari
pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai rujukan. Tahun 1484 M Peciolli pergi dan
bertemu dengan temannya Onofrio Dini Florence seorang pedanganh yang suka bepergian ke Afrika
Utara dan Konstatinopel sehingga diduga Paciolli mendapat ide tentang Double entry tersebut dari
temannya ini. Bahkan Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada
pengaruh dari pedangang arab pada italia, walaupun Arab itu tidak berarti hanya muslim saja.

Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi
mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti autentik/langsung tentang hal tersebut sebagaimana
diungkapkan oleh Napier (2007). Hal tersebut tentu harus tetap dilakukan oleh para ilmuawan muslim
saat ini, dan pembuktian tersebut akan menempuh jalan masih panjang mengingat bukti-bukti autentik
dari zaman dinasti Abbasiah (denganpusat pemerintah di Kufah Irak) saat ini sudah banyak yang hilang
karena perang.

Selanjutnya....

EKONOMI ISLAM

Sunday, February 25, 2018

MAKALAH KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

MAKALAH KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN


LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah)

Nama Dosen:Evi Ekawati,SE.,M.Si

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

Tessa Miltasari 1651010443

Diah Damayanti 1651010482

Dina Fatmawati 1651010483

KELAS F

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum warahmatullahi wabarokatu

Puji syukur kami ucapkan atas khadirat allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai
tugas matakuliah “Akuntansi Syariah ” dengan judul “MAKALAH KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH”.

kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah ini baik dari segi
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Kami akhiri “Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh”


Bandar Lampung, 26 februari 2018

Pemakalah

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................. I

KATA PENGANTAR ........................................................................................... II

DAFTAR ISI ............................................................................................. .......... III

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah ..................................................................... ... 1

Rumusan Masalah ......................................................................... ............. 1

Tujuan Masalah ........................................................................ .......... 2

BAB II PEMBAHASAN

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan

syariah (PSAK) ..................................................................... ..................... 3

Konsep dasar akuntansi menurut aaoifi dan pemikir islam ...... ........ 19

Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi ........ 23

Beberapa pemikiran ke depan mengenai akuntansi islam .................. 26

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... .......... 29


BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian dalam
laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangn.
Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-
tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan
batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.

Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang perkembangan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS,
pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan
keuangan, dan pengakuan serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini
adalah sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam
membuat standar akuntansi standar.

Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim yang menelaah teori
maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan keuangan syariah. Misalnya,
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar
Akintansi Indonesia (DSAK) menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.

Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah, yaitu agar kita
mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah setelah mengetahui dasar
kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah untuk membuat laporan keuangan syariah.

2. Rumusan Masalah :

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah di
Indonesia menurut PSAK?

b. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah di
Indonesia menurut AAOIFI?

c. Jelaskan pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi mengenai kerangka
akuntansi!

d. Jelaskan beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam!


3. Tujuan Masalah:

Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah di Indonesia menurut PSAK.

b. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI.

c. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi.

d. Untuk mengetahui beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam.

BAB II

PEMBAHASAN
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH (PSAK)

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik antara bisnis yang berlandaskan
pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002.
KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan syari’ah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di
lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah pada bank
syari’ah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa institas syari’ah maupun institas
konvensional yang bertransaksi dengan skema syari’ah.

Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan dalam Exposure
Draf KDPPLKS dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS (2002) hanya menyajikan kerangka dasar
yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika diatur secara khusus diasumsiokan kerangka dasar yang ada
dalam KDPPLK (1994) doianggap juga berlaku dalam bank syari’ah.

1. Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang
dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.
Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:

a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat standar.

b. Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah yang belum diatur
dalam standar akuntansi keuangan syariah.

c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum

d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.

2. Pemakai dan kebutuhan informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi:

1. Investor sekarang dan investor potensial

2. pemilik dana qardh


3. Pemilik dana syirkah temporer

4. Pemilik dana titipan

5. Pembayar dan penerima zakat, infak, shodakoh, dan wakaf

6. Pengawas syariah

7. Karyawan

8. Pemasoh dan mitra usaha lainnya

9. Pelanggan

10. Pemerintah serta lembaga-lembaganya

11. Masyarakat

3. Paradigm transaksi syari’ah

Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan
sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk
mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah).[1] Paradigma dasar ini menekankan
bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nillai ilahiah yang menempatkan perangkat
syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktifitas usaha. Syari’ah
merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan,
baik yang menyangkut hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan
sesama makhluk. Prinsip syari’ah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara
hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingn entitas yang melakukan transaksi syari’ah. Adapun
akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame makhluk agar
hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.

4. Asas transaksi syari’ah

· Persaudaraan (ukhuwah): Yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan
dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan diatas kerugian
orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami (tafahun),
saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan saling beraliansi (tahafu).

· Keadilan (‘adalah): yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai
dengan posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adanya unsur:

a) Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah /fadhl.

b) Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan.

c) Judi atau bersikap spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktifitas (maysir).
d) Unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian kriterian
kualitas, kuantitas, harga objek akad, atau eksploitasi karena salah satu pihak tidak mengerti ini
perjanjian (gharar).

e) Haram atau segala sesuatu (unsur) yang dilarang tegas dalam Al-quran dan As-sunnah, baik baik
barang maupun jasa atau aktivitas operasional terkait.

· Kemaslahatan (maslahah): Yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan
ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.

· Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek material dan


spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan social, serta keseimbangan aspek
pengembangan dan pelestarian.

· Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak
yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat
rahmatan lil alamin.

5. Karakteristik transaksi syari’ah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:

· Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha

· Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik

· Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas

· Tidak mengandung unsur riba

· Tidak mengandung unsur kezaliman

· Tidak mengandung unsur masyir

· Tidak mengandung unsur gharar

· Tidak mengandung unsur haram

· Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)

· Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan
semua pihak tanpa merugikan pihak lain .

· Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy).

· Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

Karakteristik tersebut dapat diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat komersial maupun yang
bersifat nonkomersial.
6. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama Laporan Keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syarian yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Beberapa tujuan lainnya adalah :

1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset, kewajiban,
pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan
pengguanaannya.

3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasiyang diperoleh penanam modal dan pemilik dana
syirkah temporer dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban( obligation) fungsi social entitas
syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.

7. Bentuk laporan keuangan

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:

1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi tentang
sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan.

2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana
seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan
dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan
operasi selama periode pelaporan.

4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas syariah.

5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan
termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

8. Asumsi dasar

1. Dasar akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa lain
diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan. Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk
tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian
hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.

2. Kelangsungan usaha.

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang akan
melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

9. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pemakai. terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam lapiran keuangan adalah kemudahannya untuk segera
dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

b. Relevan

Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan dengan mernegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Andal

Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation) dari yang
seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat disajikan. Agar dapat diandalkan maka
informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:

· Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.

· Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan prinsif
syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).

· Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja (netral).

· Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu.
· Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

d. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat dibandingkan,
informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan
atas standar akuntansi yang berlaku.

10. Kendala informasi yang relevan dan andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :

a. Tepat waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relativ antara pelaporan
tepat waktu dan ketentuan informasi andal.

b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi
(pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharisnya melebihi
biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substabsi, evaluasu biaya dan manfaat merupakan suatu
prpses pertimbangaan (judgement proces).

11. Unsur-unsur laporan keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain meliputi:

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas :

1. Posisi keuangan

Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dana
syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
· Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan diperoleh entitas syari’ah. .

· Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syari’ah yang
mengandung manfaat ekonomi.

· Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu
dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

· Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua kewajiban dan dana
syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba,
penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

PT Bank Syariah “X”

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Per 31 Desember 20X1

Aset

Xxx

Kas
Xxx

Penempatan pada Bank Indonesia

Xxx

Giro pada bank lain

Xxx

Penempatan pada bank lain

Xxx

Investasi pada efek/surat berharga


Piutang:

Xxx

Murabahah

Xxx

Salam
Xxx

Istishna

Xxx

Ijarah

pembiayaa:
Xxx

Mudharabah

Xxx

Musyarakah

Xxx

Persediaan
Xxx

Tagihan dan kewajiban akseptasi

Xxx

Aset ijarah

Xxx

Aset istishna dalam penyelesaian

Xxx

Penyertaan pada entitas lain


xxx

Aset tetap dan akumulasi penyusutan

xxx

Aset lainnya

xxx

Jumlah Aset
KEWAJIBAN

xxx

Kewajiban segera

xxx

Bagi hasil yang belum dibagikan


xxx

Simpanan

xxx

Simpanan dari bank lain

xxx

Utang:

xxx
Salam

xxx

Istishna

xxx

Kewajiban kepada bank lain

xxx

Pembiayaan yang diterima


xxx

Utang pajak

xxx

Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi

xxx

Pinjaman yang diterima

xxx

Kewajiban lainnya
xxx

Pinjaman subordinasi

xxx

Jumlah Kewajiban
DANA SYIRKAH TEMPORER

Dana syirkah temporer dari bukan bank:

xxx

Tabungan mudharabah

xxx

Deposito mudharabah
xxx

Dana syirkah temporer dari bank:

xxx

Tabungan mudharabah

xxx

Deposito mudharabah

xxx

Musyarakah
xxx

Jumlah Dana Syirkah temporer

EKUITAS
xxx

Modal disetor

xxx

Tambahan modal disetor

xxx

Saldo laba (rugi)

xxx

Jumlah Ekuitas
xxx

Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas

xxx

LAPORAN LABA-RUGI

Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-
pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah menyajikan laporan
laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:

PT Bank Syariah “X”

Laporan Laba Rugi

Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X

Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai mudharib


Pendapatan dari jual beli:

Pendapatan marjin murabahah

Xxx

Pendapatan neto salam parallel

Xxx
Pendapatan neto istishna parallel

Xxx

Pendapatan dari sewa:

Pendapatan neto ijarah

Xxx

Pendapatan dari bagi hasil:


Pendapatan bagi hasil mudharabah

Xxx

Pendapatan bagi hasil musyarakah

Xxx

Pendapatan usaha utama lainnya

Xxx

Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai mudharib

Xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil


(xxx)

Pendapatan Usaha Lainnya

Pendapatan imbalan jasa perbankan

xxx
Pendapatan imbalan investasi terikat

Xxx

Jumlah Pendapatan Usaha Lainnya

Beban Usaha

(xxx)

Beban kepegawaian

(xxx)
Beban administrasi

(xxx)

Beban penyusutan dan amortisasi

(xxx)

Beban usaha lain

(xxx)

Jumlah Beban Usaha


(xxx)

Laba (Rugi) Usaha

Xxx

Pendapatan dan Beban Nonusaha


Pendapatan nonusaha

Xxx

Beban nonusaha

(xxx)

Jumlah Pendapatan (Beban) Nonusaha

Xxx
Laba (Rugi) sebelum Pajak

Xxx

Beban Pajak
(xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode Berjalan

Xxx
2. Kinerja

Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan
beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:

· Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan
(revenues) maupun keuntungan (gain).

· Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk
pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang timbul.

· Hak pihak ketiga atau bagi hasil

Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atau
keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah dalam suatu periode laporan
keuangan.

Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan
(ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian
kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syari’ah.

b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus
entitas syari’ah tersebut.

12. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:


a. Biaya historis (historical cost)

Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.

Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation), atau
dalam keadaan tertentu (misalnya:pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal. Dasar
ini adalah dasar pengukuhan yang lazim digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan.

b. Biaya kini (current cost)

Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau stara aset
diperoleh sekarang.

kewajiban dinyatakn dalm jumlah kas (atau setara kas )yang tidak didiskonkan (undiscounted) yang
mungkin dapat diperlukan untuk menyelesaiakan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)

Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset
dalam pelepasan normal (orderly disporal).

Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak
didiskonkan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha
normal. Dasar pengukuhn ini walaupun dapat digunakan tetapi tidak mudah untuk diterapkan dalam
kondisi saat ini. Mengingat manajemen harus menjamin informasi yang disajikan adalah andal serta
dapat dibandingkan.

13. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam
laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah harus mengungkapkan
hal-hal sebagai berikut:

· Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan
diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

· Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat : dan laporan penggunaan dana
kebajikan.

· Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan dalam rangka
penyajian secara wajar.
Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya
dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan
dengan urutan sebagai berikut:

· Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.

· Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut disajikan
dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan.

· Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta
pengungkapan yang bersifat non-keuangan.

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM

1. Tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan

Kerangka dasar akuntansi disadari merupakan hal penting, dan untuk itu, AAOIFI telah
mengeluarkan pernyataan no. 1 dan 2. Manfaat dengan ditentukannya tujuan akuntansi keuanagan
untuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut:

1. Dapat digunakan panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar yang konsisten.

2. Tujuan akan membatu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai alternatif
metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.

3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat pertimbangan


/judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan.

4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna serta
meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan kepercayaan atas
lembaga keuanagn syariah.

5. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten. Ini
seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.

Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir islam dalam AAOIFI untuk menyusun tujuan laporan
keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara mengambil seluruh pemikiran akuntansi
kontemporer yang berlaku kemudian melakukan tes dan analisis apakah pemikiran tersebut sejalan atau
bertentangan dengan syariah islam.

1. Tujuan akuntansi keuangan


a. Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat dengan lembaga keuangan
syariah tersebut, termasuk hak dan kewajiban dari transaksi yang belum selesai, terkait dengan
penerapan, kewajaran dan ketaatan atas prinsip dan etika syariah islam.

b. Untuk menjaga asset dan hak-hak lembaga keuangan syariah.

c. Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas dari lembaga keuangan syariah.

d. Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna kepada pengguna laporan
keuangan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan lembaga
keuangan.

2. Tujuan laporan keuangan kepada pengguna informasi luar

a. Memberikan informasi tentang kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap syariah islam,
termasuk informasi tentang pemisahan antara pendapatan dan pengeluaran yang boleh dan tidak
menurut syariat islam.

b. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban lembaga keuangan syariah.

c. Memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan penerimaan dan penyaluran zakat pada
lembaga keuangan syariah.

d. Memberikan informasi untuk mengestimasi arus kas yang dapat direalisasikan, wakturealisasi dan
resiko yang mungkin timbul dari transaksi dengan lembaga keuangan syariah.

e. Memberikan informasi agar pengguna laporan keuangan dapat menilai dan mengevaluasi
lembaga keuangan syariah apakah telah menjaga dana serta melakukan investasi dengan tepat
termasuk memperoleh imbal hasil yang memuaskan.

f. Memberikan indormasi tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial dari lembaga keuangan
syariah.

Akuntansi syariah memberikan penekanan pada dua hal, yaitu akuntabilitas dan pelaporan.
Akuntabilitas tercermin melalui tauhid bahwa segala sesuatu di dunia ini harus berjalan sesuai aturan
Allah SWT, dan melalui fungsi manusia sebagai Khalifah di bumi. Pada saat yang sama, akuntansi
merupakan bentuk pertanggungjawaban manusia kepada Allah dimana seluruh aturan dalam melakukan
kegiatan bisnis dan personal harus sesuai dengan aturan Allah SWT.

2. Pemakai dan kebutuhan informasi

pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara lain sebagai berikut:

1. Pemegang saham

2. Pemegang investasi
3. Pemilik dana (bagi Deposan Bank)

4. Pemilik dana tabungan

5. Pihak yang melakukan transaksi bisnis

6. Pengelola zakat

7. Pihak yang mengatur[2]

3. Paradigma, asas, dan karakteristik transaksi syariah

Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam samesta diciptakan Tuhan
sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk
mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. transaksi syariah menetapkan asas yang
luhur, manusiawi, dan bersifat melindungi pada umat manusia secara keseluruhan dalam hal
bermuamalah. Azas transaksi yang ditetapkan adalah prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan
(‘adalah), keseimbangan (tawazun), universal (syumuliyah).

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas transaksi syariah harus memenuhi
karakteristik sebagai berikut:

a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan dan saling ridha.

b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik.

c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas.

d) Tidak mengandung unsur riba.

e) Tidak mengandung unsur kedzaliman.

f) Tidak mengandung unsur masyir.

g) Tidak mengandung unsur gharar.

h) Tidak mengandung unsur haram.

i) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelasdan benar serta untuk keuntungan
semua pihaktanpa merugikan pihak lain.

j) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan ( najasy), maupun melalui rekayasa
penawaran (ikhtikar).

k) Tidak mngandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risyawah).[3]

4. Bentuk Laporan Keuangan

Bentuk laporan keuangan AAOIFI adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah. Antara lain
berbentuk:

a) Laporan perubahan posisi keuangan.


b) Laporan laba rugi.

c) Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan saldo laba.

d) Laporan arus kas.

e) Laporan perubahan ninvestasi yang dibatasi dan ekuivalennya.

f) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sumbangan.

g) Laporan sumber dan penggunaaan dana qard hasan.

5. Syarat Laporan Keuangan

Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI yaitu:

a) Relevan, laporan keuangan relevan harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik serta harus
disajikan tepat waktu, baik untuk laporan intern maupun untuk laporan tahunan.

b) Dapat diandalkan, Hal ini berkaitan berarti dapat diandalakan sesuai dengan kondisi yang melekat
pada transaksi termasuk penggunaan cara atau metode untuk penghitungan dari suatu transaksi.

c) Dapat dibandingkan, Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembaga keuangan syariah dan
diantara dua periode akuntansi yang berbeda bagi lembaga keuangan yang sama.

d) Konsisten,Metode yang akan digunakan untuk penghitungan pada pengungkapan akuntansi yang
sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.

e) Dapat dimengerti, Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-rata
pengguna laporan keuangan.

PERDEBATAN PARA PEMIKIR AKUNTANSI MENGENAI KERANGKA AKUNTANSI

1. Entitas unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan harus
dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain. Terdapat beberapa teori tentang
kepemilikan diantaranya ;

a. Proprietary theory, dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin pada akun ekuitas
sehingga persamaanya Aset – kewajiban = ekuitas

b. Entity theory, dimana pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari kepemilikan perusahaan,
karena pemilik adalah hanya salah satu yang berhak atas perusahaan, sehingga persamaannya adalah
Aset = kewajiban = ekuitas.[4]

Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi islam, masih berbeda
pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung diantarannya adalah Adnan dan Gaffikin (1997),
Abdul Rahman (Napier, 2007), Attiah (1989). Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam ada juga
konsep akuntansi yang harus terpisah dari unit akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan
pemerintahan.

Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya: Gambling dan Karim (1991),
Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa perusahaan adalah suatu bentuk entitas hukum yang tidak dapat
dipisahkan dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan utang.

AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan masjid telah menjadi contoh
adanya konsep entitas unit akuntansi yang terpisah dalam masyarakat islam.

2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan “Mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus berlanjut
dimasa yang akan datang”.Konsep ini juga banyak dikritisasi oleh pemikir akuntansi, termasuk pemikir
akuntasi islam. Mereka yang menolak konsep ini (adnan dan Gaffakin 1997) beralasan bahwa semua
makhluk adalah fana (tidak dapat hidup selamanya) dan hanya Allah yang akan terus hidup selamanya.

Pendapat ini ditolak oleh mereka yang mendukung dengan mengatakan bahwa islam sangat
mendukung orang yang bekerja keras dan menabung untuk mengantisipasi hari dimasa depan sebagai
mana dalam QS 57:7 dan Al Hadis: “Allah menyayangi orang yang mencari nafkah yang baik dan
menafkahkan secara sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan
dan pada hari fakirnya”. (HR. Bukhari)

3. Periodisasi

Menurut konsep ini, adanya perubahan atas kekayaan perusahaan pada laporan
keuangan harus dijelaskan secara periodic. Konsep ini berhubungan dengan konsep kegatan usaha yang
berkelanjutan. Konsep ini diterima oleh AAOIFI dan para pemikir islam.

4. Satuan mata Uang

Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tentang konsep ini, antara lain adalah
Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang sebagai alat perhitungan dalam
lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan. Attiah (1989) mengusulkan penggunaan emas dan perak
sebagai alat ukur karena kedua komoditas tersebut memiliki nilai yang konsisten dan penentuan nisab
zakat juga menggunakan komoditas tersebut.

AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic Academy di Kuwait
pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang seharusnya dinilai pada jumlah uang tanpa
melihat perubahan nilai uangnya. Pemikir akuntansi yang menerima konsep ini, bersikap pragmatis
karena belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi masalah ini.

5. Konservatif

Merupakan konsep yang digunakan oleh akuntan untuk melaporkan nilai yang rendah
untuk aset dan pendapatan serta nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban. Hal ini memiliki dampak
bahwa untuk transaksi yang berpengaruh terhadap kewajiban dan beban akan diakui dengan cepat
sedangkan untuk aset dan pendapatan sebaliknya

Konsep ini dikritik oleh pemikir islam karena akan membuat perhitungan zakat
didasarkan atas aset menjadi terlalu rendah, akan tetapi jika dilihat dari perhitungan pembagian laba
untuk transaksi mudhorobah memang konsep ini dapat digunakan, mengingat bagi hasil dilakukan
setelah dijetahui laba direalisasikan.

6. Harga perolehan

Merupakan konsep dimana aset dicatat sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
pada aset memperoleh sesuatu, sedangkan kewajiban dicatat pada jumlah uang yang akan diterima dari
pertukaran atas kewajiban. Pemikir akuntansi islam lebih memilih untuk menggunakan nilai sekarang
dibandingkan harga perolehan khususnya untuk merealisasikan zakat.

7. Penandingan antara pendapatan dan beban.

Merupakan konsep dimana pendapatan diakui pada suatu periode tertentu sesuai prinsip
pengakuan pendapatan secara bersamaan dengan pengakuan beban. Peneliti akuntansi islam berbeda
tentang konsep ini, mereka mengangap konsep ini kurang penting karena akan lebih baik melakukan
penilaian laba dengan pendekatan aset liability sehingga jika aset bersih naik berarti telah terjadi laba.

8. Dasar akrual

Konsep ini mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan saat suatu manfaat itu
diperoleh. Konsep ini diterima oleh AAOIFI, sedangkan para pemikir yang lain mengatakan bahwa
konsep ini tidak dapat digunakan sebagai cara menghitung zakat mengingat zakat harus dibayar
berdasarkan kekayaan yang telah diterima manfaatnya (madzhab maliki) dan juga bagi hasil atas
mudhorobah didasarkan atas keuntungan kas yang diterima (madzhab syafi'i)

9. Pengungkapan penuh

Konsep ini mengharuskan pengungkapan informasi sesuai dengan kebutuhan informasi


dari mayoritas pembaca laporan keuangan. Konsep ini diterima oleh para pemikir akuntansi islam
karena islam sangat mengutamakan prinsip keadilan termasuk keadilan dalam memperoleh informasi.
AAOIFI tidak menjelaskan konsep ini pada bagian tujuan dan konsep akuntansi untuk lembaga keuangan
syari'ah.

10. Substansi mengungguli bentuk

Konsep ini mengatakan bahwa hakikat dari suatu transaksi lebih penting dari bentuk
hukum transaksi itu sendiri. Penerapan substansi mengungguli bentuk pada akuntansi konvensional
adalah capital leasing. Ketentuan syariah tidah mengenal konsep ini mengingat seluruh transaksi
didasarkan atas akad dan akad tersebut akan selalu sama antara bunyi bakad (dalam bentuk hukum)
dengan substansi dari akad itu sendiri, karena islam melarang transaksi yang kurang jelas. AAOIFI sendiri
tidak menjelaskan tenrang konsep ini.
BEBERAPA PEMIKIRAN KE DEPAN MENGENAI AKUNTANSI ISLAM

1. Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet)

Untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan pola
perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Alasan lain, adalah
dengan menggunakan nilai sekarang akan mempermudah pengguna laporan keuangan untuk
mengambil keputusan karena nilai yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost.

2. IFRS (International Financial Reporting Standard)

IFRS telah merekomendasikan nilai saat ini (current value) untuk aset yang disajikan
dalam laporan keuangan, dan negara-negara didunia sedang dalam proses untuk mengadopsi IFRS
sebagai standar pelaporan dinegara masing-masing.

3. Laporan Nilai Tambah (value added statement)

Laporan Nilai Tambah sebagai pengganti laporan laba atau sebagai laporan tambah atas
neraca dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa unsur terpenting didalam
akuntansi syariah bukanlah kinerja operasional (laba bersih), tetapi kinerja dari sisi pandang para
stakeholders dan nilai sosial yang dapat didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat
dengan dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah. Konsep nilai tambah dianggap sebagai
jawaban atas kelemahan akuntansi keuangan konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan
tambahan.

Dalam perkembangannya, syariah value added statement dianggap lebih sesuai dengan
aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika, serta sejalan dengan tujuan akuntabilitas dari akuntansi
syariah, khususnya pendapatan dan beban yang harus ditanggung oleh publik. Pemikir akuntansi islam
juga melakukan perubahan atas format value added statement dengan cara megeluarkan zakat yang
awalnya dianggap bagian dari charity dan menyajikan secara khusus setelah Gross Value Added. Hal ini
sesuai dengan makna zakat yang bukan hanya sekedar sumbangan tetapi juga memiliki nilai
pembersihan serta merupakan hal yang wajib bagi muslim.

Laporan nilai tambah ini masih dalam tataran konsep mengingat AAOIFI belum
mewajibkan haltersebut pada pernyataannya. Disamping itu hasil penelitian oleh sulaiman (1998)
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi tentang kegunaan maraca dengan nilai sekarang
sreta laporan nilai tambah di kalangan orang muslim dan non muslim termasuk pengelola zakat.[4]
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti paradigma dari sitem
ekonominya. Jadi, akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi dan pelaporan keuangan ,
tidak tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada berbagai macamkerangka dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan
dasar penyusunan dan penyajiann laporan keuangan syariah (KDPPLKDS) menurut PSAK, Konsep dasar
akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar akuntansi menurut Pemikir Islam. Berbagai macam
kerangka dasarakuntansi tersebut memiliki perbedaan. KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar
akuntansi menurut AAOIFI mempunyai perbedaan dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk
laporan keuangan, syarat laporan keuangan dll.

Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir islam masih terdapat banyak perdebatan antara
para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi yaitu mengenai: (1)
Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5)
Konservatif, (6) Harga perolehan, (7) Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9)
Pengungkapan penuh, (10) Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan beberapa pemikiran
ke depan diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), (2)
Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS (International Financial Reporting Standard, (3) Laporan Nilai
Tambah (value added statement) .

DAFTAR PUSTAKA

Sri nurhayati dan Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia jilid 3. Jakarta: Salemba Empat.

Wiyono, Slamet dan Taufan Mualamin. 2013. Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

[1] Sri nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 3(Jakarta: Salemba Empat, 2013), hlm.
96.

[2] Ibid., hal.97-116


[3] Slamet Wiyono dan Taufan Mualamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia, ( Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2013), hal 74

[4] Sri nurhayati, Op.cit.,117-124

bonus video bisa disubscribe, like, comment, dan share ya....!

at February 25, 2018

Email This

BlogThis!

Share to Twitter

Share to Facebook

Share to Pinterest

Labels: Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Location: Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung 35131, Indonesia

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Links to this post

Create a Link
Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)

SEGMENTASI PASAR HOTEL MARCOPOLO BANDAR LAMPUNG

SEGMENTASI PASAR HOTEL MARCOPOLO BANDAR LAMPUNG Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pemasaran Dosen : Mustopa Endi Sa...

MAKALAH AKAD

MAKALAH AKAD MATA KULIAH: FIQH MUAMALAH DOSEN:A. Hazas Syarif Disusun Oleh: Kelompok 1 1.
Tessa Miltasari ...

MAKALAH PEGADAIAN DI INDONESIA

MAKALAH EKONOMI ISLAM PEGADAIAN DI INDONESIA NAMA DOSEN: Muhammad Sofyan K.S.,M.Si
KELAS F NAMA KELOMPOK 11: SELA INDAH ...

makalah pt. sinar sosro

MAKALAH HUKUM BISNIS PT. SINAR SOSRO NAMA DOSEN: ASRIANI DISUSUN OLEH: TESSA MILTASARI
1651010443 K...

About Me

tessa_neechan

View my complete profile

Blog Archive

► 2019 (8)

▼ 2018 (14)

► December (3)

► November (2)

► October (2)

► April (2)
▼ February (5)

MAKALAH KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LA...

MAKALAH TATA KELOLA WAKAF (Badan Wakaf Indonesia)

KONSEP DASAR SISTEM EKONOMI

Analisis korelasi

MAKALAH ANALISIS KORELASI

► 2017 (19)

Labels

blogspot

com

ESSAI BAHASA INDONESIA

makalah 4 mazdhab

MAKALAH EKONOMI ISLAM

MAKALAH ETIKA BISNIS ISLAM

makalah filsafat umum

makalah hukum bisnis

makalah imlikasi filsafat dan aksioma islam dalam etika bisnis islam

MAKALAH STATISTIK

MAKALAH TAUHID ILMU KALAM MURJI'AH

makalah ulumul qur'an

makalahpemakaianbahasaindonesiadan penggunaandaftarpustakadalamkaryailmiah

Mata Kuliah Akuntansi Syariah

Mata Kuliah Ekonomi Internasional

Mata kuliah ekonomi publik

mata kuliah fiqh dan ushul fiqh

Mata Kuliah Fiqh Muamalah

mata kuliah fiqh zakat

Mata Kuliah Manajemen Pemasaran

Mata Kuliah METOPEN


Mata Kuliah METOPEN Ekonomi

Mata Kuliah Penganggaran Bisnis

Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen

Metodologi Penelitian

Metopen Ekonomi

PENGANTAR BISNIS DAN MANAJEMEN

Perbandinagan Sistem Ekonomi Islam

Perbandingan sistem ekonomi

TATA CARA PENDAFTARAN SNMPTN DAN SBNPTN

Report Abuse

Home

Search This Blog

Simple theme. Theme images by blue_baron. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai