Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI

1.1 PENDAHULUAN

Mempelajari sejarah dan perkembangan suatu ilmu merupakan hal yang sangat penting. Banyak hal
yang dapat diperoleh dari kajian sejarah. Walaupun memang dalam pembahasan suatu sejarah dan
perkembangan tersebut terdapat beberapa versi.

Sejarah dan perkembangan akuntansi membuat akuntan masa kini menghargai kontribusi pemikiran
terdahulu. Sejarah juga dapat berbicara tentang proses perkembangannya hingga sampai
pengembangan masa kini. Pentingnya mempelajari sejarah adalah untuk memahami praktik dahulu,
sekarang dan prediksi masa depan.

1.2 EVOLUSI DOUBLE ENTRY-BOOKKEEPING

Jantung akuntansi keuangan modern ada pada sistem pembukuan berpasangan. Sistem ini
melibatkan pembuatan paling tidak dua masukan untuk setiap transaksi: satu debit pada suatu
rekening, dan satu kredit terkait pada rekening lain. Jumlah keseluruhan debit harus selalu sama
dengan jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan jika terjadi kesalahan.

1.2.1 SEJARAH AWAL AKUNTANSI

Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik -sekarang dikenal sebagai
“pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping)- sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495
pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo,
mempublikasikan bukunya yang berjudul “Summa de Arithmatica Geomaria, Proportioni et
Proportionalita” di Venice, Itali. Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London
oleh John Gouge atau Gough pada tahun 1543.

Pendapat mayoritas ilmuwan menyebutkan bahwa sistem pencatatan sederhana telah ada kurang
lebih tahun 3000 SM. Pada waktu tersebut sudah terbentuk peradaban tua yaitu peradapan Kaldea-
Babilonia, Asiria, dan Samaria yang dikenal sebagai pembentuk sistem pemerintahan pertama di
dunia, pembentuk sistem bahasa tulisan tertua, dan pembuat catatan tertua. Terdapat juga
peradapan Mesir yang terkenal dengan sistem perputaran mesin keuangan dan departemen.
Peradapan lain yaitu Cina, dengan akuntansi pemerintahan yang memainkan peran kunci dalam
dinasti Chao (1122 – 256 SM). Kemudian peradapan Yunani dengan manajer estat Appoloniusnya
yang bernama Zenon yang memperkenalkan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang luas pada
tahun 256 SM. Peradaban Roma juga turut andil dalam pengembangan sistem pembukuan yang
ditunjukkan dengan hukum yang menentukan bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi
keuangan dan hak warga negara tergantung pada tingkat kekayaan.

Tidak mungkin dilupakan adalah peran dari bangsa Arab atas sumbangan yang sangat berharga, yaitu
sistem numerik yang jauh lebih sederhana dari pada sistem numerik romawi. Tak bisa terbayangkan
apabila sistem akuntansi yang telah mencapai transaksi trilyunan masih menggunakan sistem angka
romawi.

Apabila ditelusuri lagi, sistem penemuan akuntansi (double entry) pertama adalah para pedagang.
Para pedagang inilah yang dengan cepat menyebarkan sistem akuntansi. Tak ada yang bisa
menyangkal sebuah kebenaran bahwa bangsa Arab adalah bangsa pedagang ulung dan nabi
Muhammad sendiri sejak masih remaja ikut melakukan perjalanan perniagaan.

Peradaban Mesir juga merupakan pemegang kendali perdagangan dunia pada masanya. Sebuah
peradaban dengan perdagangn yang diterima dunia tidak mungkin tidak mempunyai sistem
perakuntasian yang memadai.

Kehadiran pembukuan pada berbagai peradapan tersebut di atas masing-masing telah memenuhi
prasyarat tujuh prakondisi yang dikemukakan oleh C. Littleton. Tujuh prasyarat tersebut adalah: seni
menulis, Aritmatika, kekayaan individu, uang sebagai perantara dalam perekonomian, transaksi
kredit, perniagaan dan modal.

Sebenarnya buku pertama tentang pembukuan berpasangan muncul pada tahun 1340 oleh Massari
dari Genoa. Pembukuan berpasangan ini mendahului Paciolo kurang lebih dua ratus tahun. Bahkan
Raymond de Rover menggambarkan perkembangan awal akuntansi di Itali yaitu pada pencapaian
pedagang-pedagang Itali kira-kira antara 1250 – 1400 dengan pembukuan berpasangan. Di Itali juga
disebutkan bahwa penggunaan akuntansi sebagai pengendalian manajemen sejak 1400.
Perkembangan akuntansi saat itu juga telah mengenalkan cost, accrual dan deferred. Bentuk-bentuk
dasar akuntansi berpasangan yang belum sempurna telah ada dalam peradaban Inca kuno dalam
tahun 1577. Adanya fakta-fakta tersebut mengukuhkan bahwa peradapan-peradaban kuno telah
mengawali pembukuan jauh sebelum buku pastor Itali, Luca pacioli, terbit.

1.2.2 KONTRIBUSI LUCA PACIOLI DAN PENGARUH ILMUWAN MUSLIM


Gambar 1.1: Luca Pacioli (sumber:www.wikipedia.com)

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa akuntansi lahir dari tangan seorang pendeta Itali yang
bernama Luca Pacioli yang juga terkenal sebagai bapak Akuntansi. Pada tahun 1949 pacioli
menerbitkan buku yang berjudul ”Summa de Arithmatica, Geometrica, proportioni at
Proportionalita” di Venice Itali. Buku tersebut memuat 36 bab yang diantaranya terdapat dua bab
dengan judul De Computis et Scripturis yang menyebutkan double entry bookkeeping system.

Pacioli bukanlah orang yang menemukan pembukuan berpasangan, tetapi menuliskan dan
menggambarkan praktik yang sudah ada. Dia menyebutkan bahwa tujuan pembukuan adalah untuk
memberikan informasi yang tepat waktu kepada pedagang tentang harta dan kewajibannya. Dia
mengatakan, “Semua pencatatan….harus dilakukan secara secara berpasangan, yaitu bahwa, jika
Anda membuat seseorang sebagai kreditor, Anda juga harus membuat orang lain sebagai debitor”.
Sebuah transaksi tidak hanya berpengaruh pada suatu rekening tetapi juga akan berpengaruh
terhadap rekening yang lain. Tiga buku yang digunakan yaitu: memorandum, jurnal dan buku besar.
Pacioli juga menyarankan untuk membuat catatan diskriptif yang tidak hanya menyebutkan nama
pembeli dan penjual, ukuran, berat dan harga barang tetapi juga menyebutkan syarat pembayaran
secara kas atau tangguh (kredit). Disebutkan juga mata uang serta nilai konversinya. Di saat yang
sama dikarenakan waktu kongsi pendek, Pacioli juga menuliskan penghitungan profit yang periodik
dan penutupan buku. Berikut nasihat yang diberikan:

”Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya jika Anda dalam kerjasama dengan orang
lain. Akuntansi membuat persahabatan berlangsung lama”

Secara umum buku Pacioli tersebut adalah sumbangan besar bagi sejarah dan perkembangan
akuntansi. Walaupun beberapa literatur menyebutkan bahwa sebenarnya Pacioli bukanlah orang
pertama yang menulis tentang akuntansi dan pembukuan berpasangannya. Riahi-Belkoui (2000)
menyebutkan bahwa buku pertama tentang pembukuan berpasangan muncul pada tahun 1340 oleh
Massari dari Genoa. Pacioli sendiri mengakui bahwa metode pencatatan pembukuan telah digunakan
ratusan tahun sebelumnya. Pacioli mengaku melakukan penjiplakan dari bahan manuskrip.

Prof. Dr. Omar Abdulllah Zaid menyebutkan bahwa sebelum munculnya buku Pacioli ada sebuah
manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M yang menyebutkan dan menegaskan penggunaaan
akuntansi dan pengembangannnya di negara muslim. Manuskrip ini ditulis oleh penulis muslim,
Abdullahh bin Muhammad bin Kayak Al Mazindarani yang diberi judul ”Risalah Falakiyah Kitab As
Siyaqat”. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sulaiman Al Qanuni di Istambul Turki. Di bagian
manuskrip dengan nomor 2756 memuat akuntansi di negara Islam.
Tulisan-tulisan tentang pembukuan berpasangan tidak terlepas dari perkembangan ilmu aritmatika
dan penemuan angka nol. Aritmatika yang mengembangkan persamaan Aljabar/Algebra yang
merupakan hasil ijtihad Aljabr, pemikir muslim pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Demikian juga
penemuan angka nol juga oleh cendekiawan muslim, Al khawarizmi yang dikenal Algoritma. Buku
Pacioli sendiri sebenarnya bukanlah buku yang secara khusus membahas pembukuan berpasangan,
namun lebih kepada pembahasan Aritmatika dan ilmu matematika yang lain. Padahal jauh
sebelumnya penulisan yang dilakukan oleh Pacioli, Al Jabr dan Al Khawarizmi telah mendahului
dengan penemuan-penemuan yang kontribusinya sampai saat ini masih digunakan secara luas.

Pada dinasti Abbasiyah sekitar abad ke-9 peradaban Islam telah memegang kendali peradaban dunia,
baik dari segi perdagangan maupun ilmu pengetahuan. Jika ada klaim bahwa pembukuan
berpasangan pertama adalah di Itali, perlu adanya keraguan karena pada masa sebelumnya
diterbitkan buku Pacioli, perdagangan barat tidaklah menonjol bahkan sebelumnya dunia barat
mengalami Dark Ages.

1.2.3. PERKEMBANGAN PEMBUKUAN BERPASANGAN

Memang harus diakui bahwa penulisan dan penerbitan buku Summa de Arithmatica, Geometrica,
proportioni at Proportionalita membawa pengembangan akuntansi khususnya pembukuan
berpasangan. Cushing menggambarkan secara garis besar rangkaian tahapan perkembangan
pembukuan berpasangan sebagai berikut:

1. Sekitar abad ke-16 teknik pembukuan sedikit mengalami perubahan, yaitu terlihat nyata adalah
pengenalan jurnal khusus untuk mencatat tipe-tipe transaksi yang berbeda. Yamney juga
mengemukakan penggunaan buku-buku pembantu khusus.

2. Evolusi praktik pelaporan keuangan periodik pada abad ke-16 dan ke-17. Terjadi juga evolusi
personifikasi akun dan transaksi sebagai upaya untuk membuat aturan debit dan kredit menjadi lebih
masuk akal.

3. Penerapan sistem berpasangan diperluas dalam tipe organisasi yang berbeda. Peragallo
menyebutkan pada periode 1559-1795 perluasan pembukuan berpasangan juga diterapkan dalam
negara dan biara. Kritik terhadap pembukuan berpasangan sudah mulai terlihat luas yang
mendorong dimulainya riset teoritis.

4. Pada abad ke-17 penggunaan akun persediaan terpisah untuk tipe barang yang berbeda.
Contohnya barang persediaan konsinyasi terpisah dengan yang lain, demikian juga dengan barang
dalam perjalanan dan barang dalam persekutuan (Yamey).
5. Dimulai dengan East India Company dalam abad ke-17 dan pertumbuhan korporasi yang
berkelanjutan akibat dari revolusi industri, menjadikan akuntansi mendapat perhatian yang lebih lagi.
Terbukti adanya pengembangan akuntansi biaya, pengakuan pada konsep continuity, periodicity, dan
sistem accrual.

6. Metode perlakuan aset tetap yang dikembangkan sebelum abad ke-18. Menurut Yamey:

”Pertama, aset dibawa ke periode berikutnya dan selisih antara pendapatan dan beban secara umum
dimasukkan ke dalam aset, ditransfer ke akun profit and loss pada tanggal neraca. Kedua,
pengeluaran awal dan pengeluaran lainnya serta penerimaan di tutup pada tanggal neraca dan selisih
antara debit dan kredit dibawa ke periode berikutnya. Ketiga, aset dinilai kembali naik dan turunnya
pada tanggal neraca, kemudian hasilnya dibawa ke periode berikutnya dan perbedaan saldonya di
poskan ke akun profit and loss.

7. Sampai dengan abad ke-19, depresiasi kekayaan diperlakukan sebagai barang dagangan yang tidak
terjual. Meskipun tidak banyak digunakan, Saliero pada tahun 1915, membuktikan adanya metode
depresiasi garis lurus, metode menurun, sinking fund dan anuitas serta metode cost unit. Setelah
tahun 1930-an beban depresiasi menjadi lebih umum.

8. Akuntansi biaya hadir pada abad ke-19 sebagai akibat revolusi industri. Akuntansi biaya dimulai
pada industri-industri tekstil pada abad ke-15.D. R. Scott mencatat konsekuensi pabrik tekstil dalam
The Cultural Significance of Account yang menyebutkan munculnya akuntansi biaya pada perusahaan
manufaktur.

9. Perkembangan teknik akuntansi untuk pembayaran di muka dan akrual untuk memungkinkan
dilakukannya komputasi profit periodik terjadi pada paruh kedua abad ke-19.

10. Perkembangan laporan dana terjadi pada paruh kedua abad ke-19 dan abad ke-20.

11. Pada abad ke-20 terjadi perkembangan metode-metode akuntansi yang menyangkut isu-isu
kompleks, dari masalah komputasi earnings per lembar saham, akuntansi untuk komputasi bisnis,
akuntansi untuk inflasi, sewa guna jangka panjang dan pensiun, sampai masalah akuntansi yang
krusial untuk produk baru dari rekayasa keuangan.
1.3 PERKEMBANGAN PRINSIP AKUNTANSI DI USA

Berbagai kelompok di USA, secara terus-menrus melakukan kajian-kajian untuk mengembangkan


akuntansi. Pengujian dan analisa kritis dilakukan terhadap teori-teori dan prinsip-prinsip akuntansi.
Ada empat fase dalam pengembangan akuntansi yang dapat diidentifikasi. Pada fase pertama (1900
– 1933) manajemen sepenuhnya mengendalikan pemilihan informasi keuangan yang diungkapkan
dalam laporan tahunan. Fase kedua (1933 – 1959) dan fase kedua (1959 -1973) lembaga-lembaga
professional telah memainkan perannya dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi. Pada fase
fase (1959 – sekarang) Financial Accounting Standard Board (FASB) dan berbagai kelompok penekan
pendorong terjadinya politisasi akuntansi.

1.4 PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA

Jejak sejarah akuntansi di Indonesia bisa ditelusuri ketika Belanda ‘beroperasi’ di Indonesia. Sebelum
itu, tepatnya zaman kejayaan kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan Mataram tidak
ada tanda khusus ataupun tulisan yang mensiratkan penerapan akuntansi. Kendati demikian menurut
Sukoharsono (Harahap, 2005:49) menilai bahwa akuntansi masuk ke Indonesia ketika pedagang Arab
mendarat dan mengadakan transaksi di wilayah Nusantara. Dalam buku Teori Akuntansi-nya Harahap
menyatakan ada 2 periodisasi perkembangan akuntansi di Nusantara, yaitu zaman Penjajahan dan
zaman Kemerdekaan.

1. Zaman Kolonial

Sebelum Belanda resmi menjajah Indonesia (1800-1942), perserikatan Maskapai Belanda yang
dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indish Compagnie (VOC) telah berdiri pada tahun 1602. VOC
tersebut merupakan peleburan 14 Maskapai yang beroperasi di Hindia Timur. Pada tahun 1619 VOC
membuka cabang di Batavia dan tempat-tempat lain di Indonesia. Kemudian pada abad ke-18
mengalami kemunduran hingga akhirnya VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. Berkaitan
dengan transaksi dagang rempah-rempah yang dilakukan VOC sudah bisa dipastikan Maskapai
Belanda tersebut telah melakukan pencacatan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ans Saribanon Sapiie (harahap, 2005: 50) mengemukakan bahwa
menurut Stible dan Stroomberg, bukti otentik mengenai pencatatan pembukuan di Indonesia paling
dilakukan menjelang abad ke-17. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sebuah instruksi Gubernur
Jenderal VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas
penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dan jumlah uang yang diperlukan untuk pengeluaran
(ekspoitasi) garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya.
Pada zaman penjajahan Belanda (setelah bubarnya VOC), catatan pembukuan menekankan pada
mekanisme debit kredit, yang dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia yang
bergerak di bidang peredaran candu atau morfin.

Selanjutnya berdiri juga perusahaan-perusahaan Belanda yang membuka perwakilan di Indonesia.


Untuk catatan pembukuannya merupakan modifikasi sistem Venice-Itali, dan tidak dijumpai adanya
kerangka pemikiran konseptual untuk mengembangkan system pencatatan tersebut. Sedangkan,
segmen bisnis menengah ke bawah dikuasai oleh pedagang-pedagang keturunan antara lain ada
Cina, India dan Arab. Sejalan dengan hal tersebut penyelenggaraan pembukuan dipengaruhi oleh
sistem etnis masing-masing.

Menurut Hadibroto (Harahap, 2005: 51) mengikhtisarkan pembukuan asal etnis sebagai berikut:

a. Sistem pembukuan Cina terdiri dari lima kelompok, yaitu: Sistem Hokkian (Amoy), system Kanton,
system Hokka, system Tio Tjoe/system swatoe, system gaya baru

b. Sistem pembukuan India atau system Bombay

c. Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut

Adapun dalam masa penjahahan Jepang (1942 – 1945) pembukuan tidak mengalami perubahan yang
cukup berarti, tetap menggunakan pola Belanda. Karena banyak orang Belanda yang ditangkap oleh
Jepang, maka tenaga pengajar untuk sistem pembukuan berkurang. Pada masa tersebut tercatat
yang menjadi tenaga pengajar pembukuan adalah J.E de I’duse, Akuntan, Dr. Abutari, Akuntan, J.D
Massie dan R.S. Koesoemoputra. Jepang juga mengajarkan pembukuan dalam huruf kanji tetapi tidak
diajarkan pada orang-orang Indonesia.

2. Zaman Kemerdekaan

Sebagai daerah bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan dan perkembangan pemikiran
akuntansinya sangat dipengaruhi oleh pola Belanda samapi dasawarsa 1960-an. Sistem tersebut lebih
dikenal dengan nama tata buku.

Di dunia pendidikan tinggi akuntansi pola Belanda ini sangat berpengaruh dalam kurikulum
pengajarannya sampai dengan pertengahan dasawarsa tahun 1970-an. Dalam masa itu, untuk
memperoleh gelar akuntan harus melalui sistem panjang dengan lama pendidikan 6 tahun, yaitu 4
tahun untuk studi ekonomi perusahaan (manajemen) dan 2 tahun untuk studi akuntansinya. Buku
yang dipergunakan dalam pengajaran tersebut adalah buku teks karangan Belanda yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh R. Soemita Adikoesoemah, yaitu antara lain Tata
Buku oleh Amaniuli; Tata Buku Lanjutan (Vooretgezet Boekhouden) oleh Dr. A.J.A. Prange;
Administrasi Perusahaan Modern (APM); Teori Ilmu Biaya dan Neraca oleh Prof. Dr. Mey Jr; Ilmu
Biaya dan Harga Pokok oleh Van Der Schroef; Ilmu Neraca (Bedrijfshuis houndkonde-Balansleer) oleh
Dr. O. Bakker; Dasar-Dasar Organisasi Administrasi oleh J. Van Nimwegen: Pengantar Kontrol bagi
Akuntan (Inleiding Tot de Leer van de Accountantscontrole) oleh J.E. Spinosa Catella dan L.G. Van Der
Hoek.

Tingkat pendidikan menengah SMEA dan SLTA/SMU, buku pegangannya adalah Tata Buku-Amaniuli
dan Hitung Dagang saduran Effendi Harahap maupun buku-buku karangan Z.A. Moechtar.
Pengajaran Tata Buku berlangsung hingga dasawarsa 1970-an, ditandai dengan terbitnya Tata Buku
dalam Masa Pembangunan, dan Hitung Dagang karangan Z.A. Moechtar, yang terutama digunakan
lembaga-lembaga kursus Bond A (A1 dan A2), Bond B dan APM.

Pada tahun 1905 mulai berdatangan perusahaan-perusahaan asing seperti Shell (Inggris), Caltex, dan
Stanvak (AS). Sejalan dengan itu, penerapan akuntansi di Indonesia mulai dipengaruhi oleh
perusahaan asing tersebut, khususnya Amerika Serikat. Pola Amerika Serikat ini semakin kuat
menggeser pola Belanda setelah Indonesia memutus hubungan diplomasi dengan Belanda terkait
masalah konfrontasi Irian Jaya pada tahun 1957.

Pada tanggal 23 Desember 1957 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berdiri di Jakarta. IAI berhasil
menyusun dan Menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973, dengan maksud
antara lain: menghimpun prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia dan sebagai prasarana bagi
terbentuknya pasar uang dan modal di Indonesia. Ketika itu bagi perusahaan yang akan go public
harus menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia.

Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 adalah hasil kerja panitia penghimpun bahan-bahan dan
striktur dari Generally Accepted Accounting Principles dan Generally Acceptes Auditing Standard
yang terdiri dari dewan penasihat panitia kerja. Pengkodifikasian prinsip akuntansi tersebut disahkan
pada konggres III tanggal 2 Desember 1973, yaitu menjelang adanya pasar uang dan modal. Adapun
bahan-bahan yang digunakan menghimpun Prinsip Akuntansi 1973 adalah sebagai berikut:

1. Buku prinsip-prinsip akuntansi yang diterbitkan Direktorat Akuntan Negara, Direktorat Jenderal
Pengawasan keuangan Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI yang sekarang bernama BPKP.

2. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprise, oleh Paul Grady,
diterbitkan oleh AICPA

3. Opinions of Accounting Principles Board, diterbitkan oleh AICPA

4. Kumpulan dari Accounting Research Bulletin (ARBs), diterbitkan oleh AICPA

5. A Statement of Australian Accounting Principles, diterbitkan oleh Accounting and Auditing


Research Committee dari Accountancy Research Foundation
6. Wet op de Jaarekening van Ondernemingen, diterbitkan oleh NIVRA

7. Beberapa Literatur lainnya.

Prinsip Akuntansi 1973 disempurnakan kembali dengan adanya Prinsip Akuntansi 1984. Dalam
Prinsip baru ini prinsip-prinsip yang memerlukan penjabaran lebih lanjut diatur dengan
“pernyataaan” tersendiri.

Sehubungan dengan hal itu, komite PAI-PAI mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian Pernyataan
PAI dan Interpretasi PAI untuk mengambangkan, menambah, mengubah serta menjelaskan standard
keuangan yang berlaku, yang merupakan bagian yang terpisahkan dari prinsip Akuntansi 1984.

Prinsip Akuntansi 1984 kemudian diganti dengan Prinsip Akuntansi 1994 yang mengadopsi
pernyataan resmi (Pronouncements) International Accounting Standard Committee (IASC). Kemudian
IAI menerbitkan dua buku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan 1994, yang berisi Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan Seperangkat Standar Akuntansi Keuangan, terdiri
35 pernyataan yang setaraf standar internasional.

Kerangka dasar dan seperangkat penyusunan terebut, merupakan landasan yang dianggap kokoh
untuk penegmbangan labih lanjut. Berlaku untuk penyusunan laporan keuangan mencakup periode
laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.

1.5 AKUNTANSI DAN KAPITALISME

Kaitan antara akuntansi dan kapitalisme ini dikenal dengan tesis Sombart atau Sombart Argument.
Tesis ini merupakan tesis perluasan Tesis Max Weber. Tesis Sombart menunjukkan bahwa
transformasi asset menjadi nilai abstrak dan ekspresi kuantitatif hasil aktivitas usaha, akuntansi
sistematik dalam bentuk pembukuan berpasangan memungkinkan, pertama, pengusaha kapitalistik
untuk merencanakan, mengatur, dan mengukur dampak aktivitasnya; dan kedua, untuk pemisahan
pemilik dan usaha itu sendiri, sehingga memungkinkan pertumbuhan korporasi. Di sisi lain Yamey
mengindikasikan bahwa pengusaha dalam abad ke-16 sampai ke-19 tidak menggunakan sistem
pembukuan berpasangan untuk mengikuti perkembangan profit dan modal, tetapi sekedar sebagai
catatan transaksi (Belkoui, 2000).

Perbedaan pendapat antara Sombart dan Yamey pada dasarnya terletak pada intrepretasi atas
siginifikansi teknik pembukuan berpasangan dan penggunaan awal catatan berpasangan.
Berdasarkan hal tersebut, Winjun mencoba memberi suatu intrepretasi yang berlawanan dengan
pendapat Yamey, dengan menyediakan bukti bahwa pada awal abad ke-16 penentuan profit dan loss
merupakan fase penting sistem pembukuan berpasangan. Dia menyimpulkan sebagai berikut:

“Sombart benar dalam mengarahkan perhatian pada hubungan antara akuntansi dan penggunaan
kaitalisme. Sistem pembukan berpasangan memiliki kapabiitas untuk membuat kontribusi positif bagi
pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pembukuan berpasangan untuk mengungkapkan kesuksesan
atau kegagalan perusahaan bisnis selama periode waktu tertentu tidak dihargai oleh pedagang
inggris mula-mula. Namun, kapasitas system tersebut untuk mengakumulasikan data tentang
aktivitas operasi individual, digabung dengan kemampuannya untuk menata kegiatan usaha dan
akun para pedagang tersebut, telah mendorong dan merasionalkan aktivitas ekonomi pedagang-
pedagang Inggris mula-mula.”

1.6 RELEVANSI SEJARAH AKUNTANSI

Dalam kaitannya dengan pedagogi (pendidikan), sejarah akuntansi sangat membantu untuk
memahami dan mengapresiasi bidang sains akuntansi dan evolusinya sebagai suatu sosial dengan
lebih baik. Berikut alasan yang baik bagi relevansi sejarah akuntansi dengan pedagogi:

1. Suatu profesi yang didasarkan pada tradisi yang dibangun selama beberapa abad akan mendidik
anggotanya untuk menghargai warisan intelektual mereka.

2. Arti dari kemajuan dalam pemikiran, arti dari kontribusi besar bagi literature dan arti dari studi-
studi posistif yang krusial dapat hilang, terfragmentasi, atau tidak diakui secara memadai dalam
jangka panjang kalau tidak didokumnetasi dan dibentuk oleh para ilmuwan yang memiliki
ketrampilan historis.

3. Tanpa akses terhadap analisis dan intrepretasi perkembangan historis dalam pemikiran dan praktik
akuntansi, para peneliti empiris sekarang berisiko investigasi mereka pada klaim yang tidak lengkap
dan tidak benar tentang masa lalu

Dalam kaitannya dengan prespektif kebijakan, sejarah akuntansi dapat menjadi sarana penilaian yang
lebih baik terhadap praktik yang berjalan melalui pembandingan dengan metode yang digunakan
pada masa lalu.

Anda mungkin juga menyukai