Anda di halaman 1dari 8

Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah dalam bukunya Akuntasi Syariah di

Indonesia menyebutkan bahwa yang paling populer tentang “Bapak” akuntasi


adalah Luca Pacioli yang lahir di Tuscany Ilatila. Beliau adalah seorang ilmuan
dan pengajar di beberapa Universitas yang dianggap sebagai penemu awal
persamaan akuntansi untuk pertamakali pada tahun 1494 dengan bukunya Summa
de Arithmetica Geometria et Proportionaliata. Dalam buku tersebut beliau
menerangkan double book entry keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi
modern. Sebenarnya double book entry keeping telah dilakukan ketika
perdagangan Venice dan Genoa pada awal abad ke 13 setelah terbukanya jalur
perdagangan antara Timur Tengah dengan kawasan Mediterania. Bahkan pada
tahun 1340 Bendahara kota Massri telah melakukan pencatatan dalam
bentuk double entry. Hal inipun diakui oleh Luca Paciolli bahwa apa yang
dituliskannya berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice sejak satu abad
sebelumnya.

Menurut Veron Kam, menurut sejarahnya kita mengetahui bahwa sistem


pembukuan double entry uncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling
tua yang kita miliki mengenai sistem double entry sejak akhir abad ke-13 itu.
Namun adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya. Lieber (dalam
Boydun, 1968) menyatakan bahwa para pemikir diitalia memiliki pengetahuan
tentang bisnis yang baik disebabkan hubungannya dengan rekan bisnis muslimnya.
Bahkan Have (1976) mengatakan bahwa Italia meminjam konsep double entry dari
Arab.

Ilmu akuntansi sudah melewati sejarah panjang sehingga menjadi satu disiplin
ilmu tersendiri. Lucas Pacioli (1447–1517 M)disebut sebagai The Father of
Accounting dalam literatur dan karya para peneliti Barat seperti Jeremmy Crepps (
1994 ),John R. Alexander (2002) dan L Murpy Smith (2013). Bukunya yang
berjudul Summa de Arithmatica, Geometrica Proportioni et Proportionalita (a
review of arithmetic, geometry and proportion) yang diterbitkan tahun 1949 M di
Venice menjelaskan sebagian besar siklus akuntansi seperti praktik akuntannsi yang
kita kenal sekarang seperti double entry bookkeeping , penggunaan jurnal dan buku
besar, kesesuaian antara debit dan kredit, pencatatan aset (termasuk piutang dan
persediaan), kewajiban, modal, pendapatan, dan rekening pengeluaran (Jeremmy
Crepps :1994 ).

Berbeda dengan hal di atas, literatur dan peradaban islam menyangsikan dan
membantah Lucas Pacioli sebagai The Father of Accounting. Sebab dalam literatur
dan peradaban islam sudah ditemukan manuskrip, karya dan buku yang menjelaskan
mengenai praktik – praktik akuntansi baik dalam sektor publik maupun sektor bisnis.
Dr Ishom Al Buhaisy menyebutkan bahwa Lucas Pacioli bukan penemu maupun
pencetus ilmu akuntansi pertama kali sebab beberapa ratus tahun sebelum Lucas
Pacioli para ilmuan islam sudah banyak menulis dan mencatat buku-buku mengenai
akuntansi sebagaimana yang dijelaskan Lucas Pacioli dalam bukunya. Diantara
buku–buku karya ilmuan islam yang menjelaskan praktek akuntansi
adalah mafatihul ulum karya Al Khawarizmi (w 750), Al Kharaj karya Ibnu
Qudamah (w 930), Nihayatul Arab fi Fununil Adab karya Annuwairy (w 1332) ( Al
Buhaisy : 1996 ).
Tidak hanya itu, penelitian ilmiah yang dilakukan ilmuan barat juga
membantah bahwa Lucas Pacioli sebagai The father of Accounting dengan karya
bukunya. Alasan mendasar dari hal itu adalah karya Lucas Pacioli tidak bisa terlepas
dari penngaruh budaya dan peradaban islam Spanyol yang mencapai keemasan pada
masa sebelum Lucas pacioli sehingga karyanya merupakan translate dari karya
ilmuan islam sebelumnya (Cristhoper Napier ; 2009). Disamping itu, peneliti lainnya
juga mengatakan bahwa karya Lucas Pacioli hampir tidak ada orisinalitas namun
masih dianggap sebagai hal yang penting karena merupakan karya yang sudah
tercetak dan berbahasa Italia (Ambhase dan Alrawi ; 2013). Seperti halnya di atas,
Bahkan Lieber (1968) menyatakan bahwa para pemikir di Italia memiliki
pengetahuan tentang bisnis yang baik disebabkan hubungannya dengan rekan bisnis
muslimnya. Bahkan Have ( 1976 ) juga mengatakan bahwa italia termasuk Lucas
Pacioli meminjam konsep double entry dari Arab( Nurhayati;2011).
Sedangkan dalam sejarah peradaban islam, perkembangan ilmu akuntansi
islam tidak bisa terlepas dari perkembangan agama islam. Semakin meluas dan
berkembangnya agama islam menuntut ilmu akuntansi terus berkembang. Dalam
sejarah peradaban islam, Ilmuan islam pertama yang dikenal sebagai penulis
akuntansi adalah Al Khawarizmi dengan karyanya yang berupa “Mafatihul ulum”.
Dalam bukunya al khawarizmi menyusun satu bab khusus mengenai pencatatan (
akuntansi ). Kemudian dilanjutkan oleh An Nuwairy dengan karya “Nihayat arab fi
funun adab“. An Nuwaiiry membuat pembahasan khusus pada jilid ke delapan dan
ke sembilan dari karyanya mengenai akuntansi yang lebih komprehensif bila
dibandingkan dengan karya al Khawarizmi. Selanjutnya adalah al Mazandarani (
1363 M ) yang menuliskan praktik akuntansi pemerintahan yang dilakukan selama
Dinasti Khan II dalam buku Risalah falakiyah fi Kitab siyaqoat. Selain ketiga nama
ilmuan tersebut, ada banyak ilmuan islam lainnya yang menuliskan dan menyusun
praktik-praktik akuntansi pada masanya seperti Qudamah, al Hariri, Ibnu Khaldun
dan al Ghazali. Namun karya dan dokumentasi mereka belum komprehensif seperti
ketiga ilmuan islam yang disebutkan sebelumnya.
Sehubungan dengan hal di atas, Dr Samir Madzhar Khantakji dalam disertasi
doktoralnya menjelaskan sejarah perkembangan akuntansi islam dengan membagi
menjadi enam fase sejarah perkembangan ilmu akuntansi dalam islam yaitu fase
menghitung (ihsho’), kodifikasi (tadwin),fase arabisasi(ta’rib), fase transformasi
eropa, fase asal-usul akuntansi ( ta’shil ) dan yang terakhir adalah fase dimana para
ilmuan menceritakan tentang akuntansi (ta’rikh) ( Madzhar ; 2004 ). Sejarah
perkembangan akuntansi dalam islam tersebut dimulai sejak tahun 1 H/622 M
sampai tahun 899 H/1494 tepatnya pada masa Lucas Pacioli.
Bahkan Dr Samir Madzhar Khantakji dalam disertasi doktoralnya tidak
menyebutkan nama al Mazandarani dalam deretan nama nama para ilmuan islam
yang menulis karya tentang akuntansi dan juga tidak menyebutkan pemikiran
pemikiran akuntansi al Mazendaarani dalam enam fase sejarah akuntansi dalam
islam. Disamping itu, Dr Samir Madzhar menyebutkan bahwa Syihabuddin an
Nuwairy ( 733 H ) adalah ilmuan islam pertama yang menulis sebuah karya ilmiah
tentang akuntansi yang menjadi referensi bagi generasi selanjutnya ( Khantakji ;
2004 ). Bila dibandingkan dengan karya pendahulunya, karya an Nuwairy memang
lebih komprehensif dan sangat rinci bila dibandingkan dengan karya al Khawarizmi
sehingga tidak salah bila Dr Samir Madzhar menobatkan an Nuwairy sebagai ilmuan
islam pertama dengan karya fenomenalnya tentang akuntansi.
Oleh karenanya, Al Mazindarani yang hidup jauh setelah masa an Nuwairy
menyatakan bahwa ada manuskrip-manuskrip yang menjelaskan aplikasi-aplikasi
akuntansi yang populer pada masanya sebelum menulis bukunya yang dikenal
dengan judul :”Risalah Falakiyah Kitab As Sayaqat”. Dia juga mengatakan bahwa
secara pribadi, dia telah mengambil manfaat dari buku-bukuitu dalam menulis buku
“Risalah Falakiyah” tersebut.
An Nuwairy adalah ilmuan islam yang hidup pada masa dinasti mamluk. An
Nuwairy menulis buku yang berjudul “ Nihayatul arab fi Funun adab “. Dalam
terbitan Dar Kutub ilmiyah, Bairut Lebanon, buku itu dicetak dengan 33 jillid yang
dibagi menjadi 5 pembahasan. An Nuwairy menjelaskan mengenai akuntansi baik
akuntannsi sektor publik maupun komersial pada jilid kedelapan dan sembilan. Di
dalam bukunya an Nuwairy banyak menjelaskan tentang praktik–praktik akuntansi,
jauh sebelum masa lucas pacioli dan Al Mazendarani, seperti double entry,Jaridah
Al-Kharaj (Receivable Subsidary Ledger), jurnal, laporan keuangan
komprehensif (Al-Khitmah Al-Jameeah ) dll. Bahkan An Nuwairy menuliskan
prktik akuntansi hingga sangat rinci baik dalam sektor publik maupun komersil
terkait penyusunan dan tata letak standar sebuah laporan keuangan. Tidak hanya itu,
an Nuwairy juga menuliskan tentang banyak hal yang berkaitan dengan akuntansi
diantaranya etika dan syarat yang harus dipenuhi bagi seorang yang berprofesi
sebagai akuntan, internal kontrol dan praktik audit atas laporan keuangan ( An
Nuwairy ; 1923 ) .

1. Cripps, Jeremy : Particularis de Computis et Scripturis : 1994, Pacioli


Society : Washington

2. Al Buhaisy, Dr ‘Ishom : Al Muhasabah fi al Islam : 1996 : Ghaza

3. Napier, Christopher : Defining islamic Accounting: Current Issues, Part

roots: Jurnal of Accounting History Feb-may 2009: pg 121 : University of

London

4. Ambashe, Mohamud & Al rawi, Hikmat : The Development of Accounting

Through the History : Internasional Journal of advances in management and

economics : Mar-April 2013 Vol 2


5. Wasilah, Sri Nurhayati : Akuntansi Syariah di Indonesia : 2012 : Salemba

Empat

6. Khantakji, Dr Samir Madzhar : Fiqh Muhasabah al Islamiyah: 2004

: Muassasah ar risalah an Nasi’un


7. An Nuwairy, Syihabuddin ( W.733 ): Nihayah al Arab fi Funun al Adab : 1923 :
Bairut Lebanon : Dar al Kutub al Ilmiyah
Teori akuntansi konvensional yang saat ini beredar disebut-sebut berasal dari Luca
Pacioli. Ia disebut sebagai bapak Akuntansi. Bukunya diterbitkan tahun 1494
berjudul Summa. Buku ini bukan tentang akuntansi tetapi aritmatika. Terdiri dari 5
bab. Salah satu bab nya tentang double entry system. Benarkah Luca-lah yang
menemukan teori akuntansi?
Luca bukanlah orang pertama penemu teori double entry pada akuntansi. Puluhan
tahun sebelumnya, seorang ilmuwan Muslim bernama Abdullah bin Muhammad
bin Kayah Al Mazindarani, ulama muslim telah menuliskan karya di bidang
akuntansi dengan judul “Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat” ditulis pada 765
H./1363 M.
Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istanbul Turki,
tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi
dan sistem akuntansi di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam tulisan ini
adalah huruf Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang bahasa Arab,
terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di Daulah
Utsmaniyah. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya
buku Pacioli. Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak
tentang sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al
Mazindarani masih dalam bentuk manuskrip, belum dicetak dan belum diterbitkan.
Al Mazindarani berkata bahwa ada buku-buku–barangkali yang dimaksudkan
adalah manuskrip-manuskrip–yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang
populer pada saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul:
”Risalah Falakiyah Kitab As Sayaqat”. Dia juga mengatakan bahwa secara pribadi,
dia telah mengambil manfaat dari buku-buku itu dalam menulis buku “Risalah
Falakiyah” tersebut. Al Mazindarani menjelaskan dalam manuskripnya tentang
pelaksanaan pembukuan yang populer pada saat itu dan kewajiban-kewajiban yang
harus diikuti.
Di antara contoh pelaksanaan pembukuan yang disebutkan oleh Al-Mazindarani
adalah sebagai berikut :
Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun, maka harus
diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan.
Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.

Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.

Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.

Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar, dan hati-hati


dalam menggunakan kata-kata.

Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau
menghapusnya. Apabila seorang akuntan (bendaharawan) kelebihan mencatat
jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari kantongnya
pribadi kepada kantor. Demikian pula seorang akuntan lupa mencatat transaksi
pengeluaran, maka dia harus membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia
dapat melacak terjadinya transaksi tersebut. Pada negara Islam, pernah terjadi
seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran sebesar 1300 dinar, sehingga
dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir tahun buku, kekurangan
tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara saldo buku bandingan
dengan saldo buku-buku yang lain, dan saldo-saldo bandingannya yang ada di
kantor.

Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci
tentang jumlah (keuangan) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara
pengaturannya terhadap jumlah (keuangan) tersebut.

Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan


membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi
yang lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.

Harus mengelompokkan transaksi-transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai


dengan karakternya dalam kelompok-kelompok yang sejenis, seperti
mengelompokkan dan mencatat pajak-pajak yang memiliki satu karakter dan
sejenis dalam satu kelompok.

Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber-


sumber pemasukan-pemasukan tersebut.

Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran-


pengeluaran tersebut.

Ketika menutup saldo, harus meletakkan suatu tanda khusus baginya.

Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksi-


transaksi sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi-transaksi
yang sejenis itu saja.

Harus memindahkan transaksi-transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang
berdiri sendiri, tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan di buku
harian dan buku-buku yang lain.

Setelah mencatat dan memindahkan transaksi-transaksi keuangan di dalam buku-


buku, maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau tahunan sesuai
dengan kebutuhan. Pembuatan laporan itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan
sumber-sumbernya serta pengalokasiannya.(musdly)

Artikel ini telah tayang di Tribunserambiummah.com dengan judul Inilah Ulama


Muslim Penemu
Akuntansi, https://serambiummah.tribunnews.com/2014/11/06/inilah-ulama-
muslim-penemu-akuntansi.

Editor: Didik Trio

Anda mungkin juga menyukai