Anda di halaman 1dari 18

Sejarah dan Pemikiran

Akuntansi Syariah
Disusun Oleh:
Evi Aprilia
Juliyanti Mandasari
Padilah Cahyana
Noviana Purwandani

Perkembangan Awal Akuntansi

Akuntansi syariah pada dasarnya merupakan bentuk aplikasi dari nilai-nilai


Islam sebagai suatu agama yang tidak hanya mengatur masalah keimanan
tetapi juga mengatur masalah kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari
ilmu

pengetahuan

yang

akuntansi

dengan

masalah

hukum

alam

dan

perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Perkembangannya pun


bersifat akumulatif yang artinya jika ada metode baru dalam akuntansi akan
menambah dan memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Pemikiran akuntansi
pertama kali dikembangkan oleh ahli matematika yaitu Luca Paciolli dan Musa
Al-khawarizmy.
Semakin berkembangnya metode baru, akuntansi beralih dari ilmu pasti
menjadi ilmu sosial (social science) yaitu bagian dari ilmu yang pengetahuan
yang mempelajari fenomena keadaan masyarakat dengan lingkungan yang
bersifat relatif.
Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah
Allah SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melakukan

Sejarah Akuntansi
Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia. Ketika masyarakat mulai
mengenal adanya perdagangan, maka pada saat yang sama mereka telah mengenal
konsep nilai (value) dan mulai

mengenal sistem moneter (monetary system). Bukti

tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat ditemukan dari mulai kerjaan


Babilonia (4500SM), Firaun Mesir dan kode-kode Hammurabi (2250 SM), sebagaimana
ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di Ebla, Syria Utara.Walaupun
akuntansi telah dimulai dari zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca
Paciolli sebagai Bapak Akuntansi Modern. Dalam bukunya: Summa de Arithmetica
Geometria et Proportionalita (A Review of Arithmetic, Geometry and Proportions)
menerangkan tentang double entry book keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi
modern, bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini
seperti penggunaan jurnal, buku besar (ledger) dan memorandum. Sebenarnya, Luca
Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping system. Menurut
Paragallo, orang yang menuliskan double entry pertama kali adalah seorang pedagang
yang bernama Benedetto Cotrugli dalam buku Della Mercatua e del Mercate Perfetto
pada tahun 1458 namun baru diterbitkan pada tahun 1573.

Menurut

Vernon

Kam

(1990),

ilmu

akuntansi

diperkenalkan

pada

zaman

Feodalisme Barat. Namun, setelah dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi


ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh sebelum penulisan ini sudah
dikenal akuntansi . Perlu diingat bahwa matematika dan sistem akuntansi sudah
dikenal Islam sejak abad ke-9 M. Ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis
Luca Paciolli pada tahun 1941 bukan hal yang baru lagi karena sudah dikenal Islam
600 tahun sebelumnya. Dalam buku Accounting Theory, Hendriksen menulis :
the introduction of Arabic Numerical greatly facilitated the growth of
accounting. (penemuan angka Arab sangat membantu perkembangan akuntansi).
Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangan
disiplin akuntansi sangat besar. Para ilmuwan muslim sendiri telah memberikan
kontribusi yang besar, terutama adanya penemuan angka nol dan konsep
perhitungan desimal. Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan
menerjemahkan tulisan dari bangsa Arab, tidak mustahil bahwa merekalah yang
pertama kali melakukan bookkeeping (Heaps dalan Napier, 2007). Para pemikiran
Islam itu antara lain: Al Khasandy, Jabir ibnu Hayyan, Ar Razy, Al Bucasis, Al Kindy,
Al Khawarizmy, Avicenna, Abu Bacer, dan Al Mazendarany.

Beberapa kemiripan pemikiran Luca Paciolli dan pemikir muslim pada


abad ke 8-10 M. Kemiripan tersebut antara lain (Siswantoro, 2003)
adalah sebagai berikut:
Tahun

Luca Paciolli

Islam

In The Name of God

Bismillah (Dengan Nama Allah)

Client

Mawla

Cheque

Sakk

Separate Sheet

Waraka Khidma

Closing Book

Yutbak

622 M

Journal

Jaridah

750 M

Receivable Subsidiary Ledger

Al Awraj

750 M

General Voucher

Daftar Al Yawmiah

750 M

Journal Voucher

Ash Shahad

Abad 8 M

Collectible Debt

Arraej Menal Mal

Uncollectible Debt

Munkaser Menal Mal

Doubful, difficult, complicated


Debt.

Al Mutaakhher wal Mutahyyer

Auditing

Hisab

PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH


Zaman awal perkembangan
Pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun 1 H)
didasari oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras, suku,
warna kulit dan golongan, sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan secara bersama
dan gotong-royong di kalangan para muslimin.
Hal ini dimungkinkan karena negara yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak memiliki
pemasukan atau pun pengeluaran. Muhammad Rasulullah SAW bertindak sebagai seorang
Kepala Negara yang juga merangkap sebagai Ketua Mahkamah Agung, Mufti Besar, dan
Panglima Perang Tertinggi juga penanggung jawab administrasi negara. Bentuk sekretariat
negara masih sangat sederhana dan baru didirikan pada akhir tahun ke-6 Hijriah. Telah
menjadi tradisi, bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah perdagangan, yaitu
musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan musim panas dengan tujuan ke AsSyam (sekarang Syria, Lebanon, Jordania, Palestina, dan Israel). Perdagangan tersebut pada
akhirnya berkembang hingga ke Eropa terutama setelah penaklukan Mekah. Dalam
perkernbangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan 'ushr (pajak pertanian dan
muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizycih (pajak perlindungan dari
nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari nonmushm), maka Rasul mendirikan
Baitul Maal pada awal abad ke-7.

Zaman Empat Khalifah


Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat
sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara
seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa. Perubahan sistem
administrasi yang cukup signifikan dilakukan diera kepemimpinan Khalifah
Umar bin Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa'ad bin
Abi Waqqas (636 M). Pendirian Diwan ini berasal dari usulan Homozan
seorang tahanan Persia dan menerima Islamdengan menjelaskan
tentang sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja (Siswantoro, 2003).
Ini terjadi setelah peperangan Al-Qadisiyyah-Persia dengan panglima Sa'ad
bin Abi Waqqas, Al Walid bin Mughirah yang juga sahabat nabi
mengusulkan agar ada pentatatan untuk penerimaan dan pengeluaran
negara. Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari
suatu lokasi ke lokasi lain sehingga akibat dari hubungan antara
masyarakat. Selain itu, Baitul Maal juga sudah tidak terpusat lagi di
Madinah tetapi juga di daerah-daerah taklukan Islam. Diwan yang dibentuk
oleh khalifah Umar memiliki 14 departemen dan 17 kelompok, di mana
pembagian departemen tersebut meninjukan adanya pembagian tugas
dalam system keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa
itu istilah awal pembukuan dikenal dengan jarridah atau menjadi istilah
journal dalam Bahasa inggris yang berarti berita. Di Venice istilah ini
dikenal dengan sebutan Zournal. Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh

Muhtasib memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan


harta, kepentingan sosia, Pelaksanaan ibadah pribadi, dan
pemeriksaaan transaksi bisnis.

Akram Khan memberikan 3

(tiga)kewajiban muhtasib, yaitu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua


jenis shalat, pemeliharaan masjjd.
2. Pelaksanaan

hak-hak

masyarakat:

perilaku

di

pasar,

kebenaran timbangan, kejujuran bisnis.


3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga
kebersihan jalan, lampu jalan, bangunan yang mengganggu
masyarakat, dan sebagainya.

SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG


DIGUNAKAN
Pelaksanaan akuntansi pada negara islam terjadi terutama adanya
dorongan kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui baitul
maal. Dokumentasi pertama kali dilakukan oleh Al- mazenderany (1363 M)
mengenai praktik akuntansi pemerintahaan yang dilakukan selama dinasti
Khan II pada buku Risalah Falakiyah Kitabus Siyakat. System akuntansi
negara islam tersebut pertama kali dilakukan oleh Al- Khawarizmy pada
tahun 976 M.
Kontribusi besar yang diberikan oleh Al-khawarizmy adalah membuat
system akuntansi dan pencatatan dalam negara islam dan membaginya
dalam beberapa jenis daftar. Tujuan system akuntansi adalah untuk
memastikan akuntabilitas, mendukung proses pengambilan keputusan
serta mempermudah proses evaluasi atas program yang telah selesai.
Orientasi pada system ini adalah melaporkan kegiatan laba /rugi atau
surplus/deficit, dan menyelesaikan seluruh kebutuhan dari negara.

1. System akuntansi untuk memenuhi kebutuhan hidup perorangan dan negara,


namun tidak menutupi kemungkinan digunakan pada sector private terutama
yang terikat dalam perhitungan pembayaran zakat.
2. System akuntansi untuk konstruksi merupakan system akuntansi untuk proyek
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. system ini mengatur pencatatan
(baik dalam bentuk material maupun pengeluaran kepada pihak lain),
pengendalian dan akuntabilitas untuk masing masing proyek serta berdasarkan
anggaran ( budget)
3. System akuntansi untuk pertanian merupakan system yang berbasis nonmoneter. System ini lebih memfokuskan diri untuk mencatat dan mengelola
persediaan pertanian dalam bentuk fisik,hal ini didorong oleh kewajiban dalam
zakat pertanian.
4. System akuntansi gudang merupakan system untuk mencatat pembelian barang
negara. System ini bukan hanya mencatat barang masuk dan keluar saja tetapi
juga dalam nilai uang, sehingga akan ada pemisahan tugas antara orang yang
memegang barang dan mencatat sehingga hal ini menunjukkan system
pengendalian intern telah ada.
5. System akuntansi mata uang , system ini dilakukan oleh negara islam sebelum
abad ke-14 M. system ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah
emas dan perak yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus
mendistribusikannya. System ini dijalankan dengan 3 jurnal khusus yaitu, untuk
mencatat persediaan (inventory), pendapatan ( revenue ) dan beban ( expense )
6. System akuntansi pertenakan merupaka system untuk mencatat seluruh binatang
ternak. Pencatatan ini dilakukan dalam sebuah buku khusus dengan mencatat
keluar dan masuknya ternak berdasarkan pengelompokan binatang serta nilai
uang. Menurut Al-mazendarany dan Al-khawarizmy penjelasan nya kurang detail

Pencatatan dalam negara islam telah memiliki prosedur


Prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut (zaid,2004) :

yang

wajib

diikuti,

1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi


2. Transaksi harus dikelompokan berdasarkan jenisnya (nature)
3. Penerimaan akan dicatat disisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di sebelah kiri.
Sumber sumber penerimaan harus dijelaskan dan dicatat
4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi kiri halaman
5. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati hati
6. Tidak diberikan jarak penulisan disisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup. Garis
itu disebut sebagai attarkeen
7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau
menulis ulang. Jika al kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti
8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut
9. Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal ( al jaridah ) akan dipindahkan pada buku
khusus pencatatan harian
10.Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokkan berbeda dengan orang
yang melakukan pencatatan harian
11.Saldo diperoleh dari selisih
12.Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus detail dan
memuat informasi yang penting
13.Pada setiap akhir tahun , laporan yang disampaikan oleh al kateb harus menjelaskan
seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada dibawah wewenangnya
14.Laporan tahunan yang disusun al kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan
sebelumnya dana akan disimpan di diwan pusat

Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah


a) Al-Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi yang dalam Bahasa
arab berarti koran atau jurnal. Al-Jaridah sendiri telah ada ketika masa
daulah bani ummayyah dan dikembangkan ketika daulah bani abbasiyah
dengan beberapa bentuk jurnal khusus, seperti berikut ini.
b) Jaridah Al-kharaj, digunakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan
yang berasal dari tanah, tanaman dan binatang ternak. Hal ini mirip
dengan buku besar pembantu.
c) Jaridah annafakat , digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran. Aljaridah ini dibawah diwan annafakat ( departmen pengeluaran) dan telah
dilakukan pengurutan berdasarkan alfabetis serta bukti yang relavan
d) Jaridah Al-maal, digunakan untuk mencatat jurnal pendaan yang berasal
dari penerimaan dan pengeluaran zakat .
e) Jaridah Al-musadereen, digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan
khusus berupa perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan
hukum islam seperti non muslim

Daftar Al Yaumiah , daftar tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan Ashshahed ( jurnal voucher). Jurnal voucher merupakan tanggung jawab al kateb
dan disetujui oleh pimpinan diwan dan menteri. Setalah itu baru dapat
digunakan dan dicatat. Bentuk umum dari daftar yaitu:
a. Daftar attawjihat: buku yang digunakan untuk mencatat anggaran
pembelanjaan , baik berbentuk mukarriyah ( anggaran operasional ) maupun
itlakiyah (anggaran untuk pos direksi dari raja )
b. Daftar attahwilat: buku yang untuk mencatat keluar masuknya dana antara
wilayah dan pusat pemerintahan
Alkhawarizmy membagi beberapa jenis daftar (siswantoro ,2003) sebagai
berikut.
c. Kaman al-kharaj merupakan dasar-dasar survei
d. Al-awardj menunjukkan daftar utang per individu beserta daftar pembayaran
cicilan
e. Al-ruznamadj/buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk pembayaran
dan penerimaan setiap hari
f. Al-khatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran setiap bulan
g. Al-khatma Al- Djamia merupakan laporan tahunan
h. Al-taridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukkan kategori secara
keseluruhan
i. Al-arida merupaka 3 kolom jurnal yang totalnya terdapat dikolom ke tiga
j. Al-baraa merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak

Namun demikian , ada perbedaan dengan system regular yang


diusulkan oleh Al-khawarizmy, pembagian akuntansi ini untuk kantor
militer (diwan Al-Djaysh )
a. Al-djarida Al-sawda, merupakan daftar nama prajurit , silsilah, asal
suku dan deskripsi fisik yang selalu disiapkan setiap tahun
b. Radja merupakan daftar permintaan yang dikeluarkan oleh
muti(pimpinan) untuk tentara tertentu didaerah terpencil
c. Al-radja Al- djamia merupakan permintaan umum yang dikeluarkan
oleh muti untuk akun umum (tama)
d. Al- sakk, permintaan persediaan untuk akun umum yang
menunjukkan pembayar dengan nomor dan jumlah serta tanda dari
pihak yang memiliki otoritas
e. Al- mudmara, permintaan persediaan yang dikeluarkan selama
periode akun umum
f. Al- istikrar, merupakan persediaan setelah dilakukan pembayaran
g. Al-muwasafa adalah daftar yang menunjukkan lingkungan dan
penyebab terjadinya perubahan pada lingkungan
h. Al- djarida Al- musadjdjala adalah register yang tersegel
i. Al- fihrist, adalah daftar persediaan yang terdapat pada diwan
j. Al- dastur , copy umum atas beberapa draf

Beberapa jenis laporan keuangan diantaranya sbb:


A. Al-Khitmah: merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang
menunjukkan total penerimaan dan pengeluaran.
B. Al Khitmah Al-Jameeah: merupakan laporan yang disiapkan oleh Al
Khateb tahunan dan diberikan kepada atasannya (Al-MawafakaPenerima) berisi: pendapatan, beban dan laporan surplus/deficit setiap
akhir tahun.
C. Bentuk perhitungan dan laporan zakat dikelompokkan dalam 3
kelompok, yaitu:
. Al-Raj Minal Mal ( yang dapat tertagih)
. Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih), dan
. Al Mutaadhir Wal Mutahayyer Wal Mutaakkid (piutang yang sulit dan
piutang yang bermasalah sehingga tidak tertagih)
Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan
kemampuan bayar, yaitu:
. Arraej Minal Maal (collectible debts)
. Al Munkase Minal Mal (uncollectible debts)
. Al Mutaadher wal Mutahayyer (complicated atau doubtful

HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN


AKUNTANSI ISLAM

Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti


Abbasiah (750-1258M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang
hampir bersamaan, Eropa masih berada dalam periode The Dark Ages. Dari sini,
kita dapat melihat hubungan antara Luca Paciolli dan Akuntansi Islam. Luca Paciolli
adalah seorang ilmuwan sekaligus juga seorang pengajar di beberapa universitas
Italia seperti Venice, Milan, Florence dan Roma. Untuk itu, beliau telah banyak
membaca banyak buku termasuk buku yang telah diterjemahkan . Hal ini
dibuktikan bahwa sejak tahun 1202 M, buku-buku para ilmuan muslim/arab telah
banyak diterjemahkan ke negara Eropa seperti yang dilakukan oleh Leonardo
Fibonacci of Pisa dengan judul Liber Abacci, Verba Filiorum dan Epistola de
proportitione et proportionalitate. Pisa banyak belaiar mengenai angka dan bahasa
Arab. Sehingga di dalam bukunya disebutkan bahwa ia menyarankan dan
menerangkan

manfaat

mengenai

angka

Arab

termasuk

dalam

pencatatan

transaksi. Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh
pemerintah Italia. Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut
serta belajar darti Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab
dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai rujukan.

Tahun 1484 M, Pacioli pergi dan bertemu dengan temannya Onofrio Dini Florence
seorang pedagang yang suka bepergian ke Afrika Utara dan Konstantinopel, sehingga
diduga Paciolli mendapat ide tentang double entry tersebut dari temannya ini.
Bahkan, Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada
pengaruh dari pedagang Arab pada Italia, walaupun Arab itu tidak berarti hanya
muslim saja. Alasan teknis yang mendukung hal tersebut adalah Luca Paciolli
mengatakan bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali yaitu di sisi sebelah kredit
dan di sisi sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan
menulis sebelah kredit kemudian di sebelah debit. Hal tersebut memunculkan dugaan
bahwa Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bahasa Arab yang menulis dari
sebelah kanan. Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang
perlu

dikaji

lebih

dalam

mengingat

masih

dipertanyakan

bukti-bukti

autentik/langsung tentang hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Napier


(2007). Hal tersebut tentu harus tetap dilakukan oleh para ilmuwan muslim saat ini,
dan pembuktian tersebut akan menempuh jalan masih panjang mengingat buktibukti autentik dari zaman dinasti abbasiah (dengan pusat pemerintahan di Kufah,
Irak) saat ini sudah banyak yang hilang karena perang.

Anda mungkin juga menyukai