DAN PEMIKIRAN
AKUNTANSI SYARI’AH
Oleh:
Sri Nurhayati / Wasilah
Penemuan
Akuntansi metode baru
Akuntansi bagian
cederung sebagai akan menambah
dari ilmu pasti
ilmu sosial dan memperkaya
ilmu akuntansi
Perkembangan akuntansi
Akuntansi merupakan salah satu bentuk
profesi tertua.
Sejarah Akuntansi
Sejarah Akuntansi
Penulis double entry pertama kali adalah seorang
pedagang yang bernama Benedetto Cotrugli dalam
buku Della Mercatua e del Mercate Perfetto 1458
namun baru diterbitkan pada tahun 1573.
Matematika dan sistem angka sudah dikenal Islam
sejak abad ke-9 M. Ini berarti bahwa ilmu matematika
yang ditulis Luca Pacioli pada tahun 1491 bukan hal
yang baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun
sebelumnya.
Sumbangan bangsa Arab terhadap perkembangan
disiplin akuntansi sangat besar.
Kontribusi Islam
Ilmuwan muslim sendiri memberikan kontribusi yang
besar dengan penemuan angka nol dan konsep
perhitungan desimal.
Dari pengenalan angka Arab inilah teknik tata buku
berpasangan di Eropa itu sendiri dimulai pada tahun 1135
M di Palermo, Sicily, Italy yang menunjukkan dominasi
pengaruh pencatatan pembukuan Arab.
Mengingat orang-orang Eropa mengerti aljabar dengan
menerjemahkan tulisan dari bangsa Arab, sehingga tidak
mustahil bahwa merekalah yang pertama kali melakukan
bookkeeping (Heaps 1895).
Para pemikir Islam itu antara lain: Al Kashandy, Jabir ibn
Hayyan, Ar Razy, Al Bucasis, Al Kindy, Al Khawarizmy,
Abicenna, Abu Bacer and Al Mazendarany.
Kemiripan Tahun Luca Paciolli Islam
Perkembangan Akuntansi
zaman Rasulullah
Pendirian Baitul Maal pada awal abad ke
7, pengelolaan baitul maal masih
sederhana, Nabi telah menunjuk petugas
qadi, ditambah para sekretaris dan
pencatat administrasi pemerintahan.
Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi
dalam empat bagian yaitu: sekretaris
pernyataan, sekretaris hubungan dan
pencatatan tanah, sekretaris perjanjian
dan sekretaris peperangan.
Perkembangan akuntansi
zaman Rasulullah
Hingga pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih
sangat fleksibel dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan
secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa.
Perubahan yang signifikan dilakukan oleh Khalifah Umar bin
Khattab melalui perubahan sistem administrasi.
Pada masa ini pula telah dikenal istilah Diwan yang pertama kali
diperkenalkan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M). Asal kata Diwan
dari bahasa arab yang merupakan bentuk kata benda dari
Dawwana yang berarti penulisan. Sehingga dapat diartikan bahwa
Diwan adalah tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana
akuntasi dicatat dan disimpan. Diwan ini berfungsi untuk mengurusi
pembayaran Gaji.
Perkembangan akuntansi zaman
Khulafaur Rasyidin
Pada Diwan yang dibentuk oleh khalifah Umar terdapat 14
departemen dan 17 kelompok, dimana pembagian departemen
tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem
keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu
istilah awal pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi
istlah Journal dalam bahasa Inggris yang berarti berita. Di Venice
istilah ini dikenal dengan sebutan zournal.
Istilah akuntan dikenal dengan berbagai nama dalam Islam seperti:
Al-Amel, Mubashor, Al-Kateb, namun yang paling terkenal adalah
Al-Kateb yang menunjukan orang yang bertanggung jawab untuk
menuliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun non-
keuangan. Sedangkan untuk khusus akuntan dikenal juga dengan
nama Muhasabah/ muhtasib yang menunjukkan orang yang
bertangung jawab melakukan perhitungan.
Fungsi muhtasib
Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini dibawah
koordinasi seorang manajer. Sistem ini untuk memenuhi kebutuhan
hidup perorangan dan negara, namun tidak menutup kemungkinan
digunakan pada sektor private terutama yang terkait dalam
perhitungan pembayaran zakat.
Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi
untuk proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Pada
sistem ini mengatur pencatatan (baik dalam bentuk material
maupun pengeluaran kepada pihak lain), pengendalian dan
akuntabilitas untuk masing-masing proyek serta berdasarkan
anggaran (budget).
Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang
berbasis non-moneter. Sistem ini lebih memfokuskan diri untuk
mencatat dan mengelola persediaan pertanian dalam bentuk fisik,
hal ini didorong oleh kewajiban dalam zakat pertanian.