Anda di halaman 1dari 12

Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modul Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan ini disusun untuk


memudahkan pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Nomor 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan. Modul ini
disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan,
sehingga dengan mempelajari modul ini diharapkan dapat belajar mandiri (self
study) atas materi Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan pada pemerintah
pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf standar
maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga
diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berkaitan dengan Konstruksi dalam Pengerjaan.

B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum:


Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mempelajari materi ini peserta mampu:
1. Memahami pengertian Konstruksi dalam Pengerjaan
2. Memahami pengakuan, penilaian, penyajian dan pengungkapan Konstruksi
dalam Pengerjaan
3. Menguasai teknis pencatatan aset tetap dalam penyajian laporan keuangan

C. Deskripsi Ringkas

Materi Modul PSAP 08 disusun sesuai dengan urutan paragraf standar


antara lain meliputi: pengertian Konstruksi dalam Pengerjaan, pengakuan
Konstruksi dalam Pengerjaan, dan pengukuran Konstruksi dalam Pengerjaan.
Kontrak konstruksi serta penyatuan dan segmentasi kontrak konstruksi juga
diilustrasikan dalam modul ini. Pada bagian akhir dijelaskan penyajian aset tetap
pada laporan keuangan dan pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan.

D. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara


pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi
soal-soal latihan dan contoh kasus yang bertalian dengan akuntasi aset tetap.
Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari
para peserta pelatihan di dalam aktivitas diskusi, latihan dan tanya jawab.

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 1


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB II

DEFINISI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

A. Definisi Konstruksi Dalam Pengerjaan

Aset tetap pemerintah yang berupa gedung, bangunan, dan infrastruktur


pada umumnya diperoleh dengan cara pembangunan. Pembangunan ini dapat
dikerjakan oleh pihak ketiga (kontraktor) atau secara swakelola. Pembangunan
aset tetap ini pada umumnya dilakukan selama jangka waktu tertentu. Suatu
entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan aset tetap, baik untuk
dipakai dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau masyarakat,
baik pelaksanaan pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak
ketiga wajib menerapkan standar ini.

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses


pembangunan. Pembangunan aset tersebut dapat dikerjakan sendiri (swakelola)
maupun dengan menggunakan jasa pihak ketiga melalui kontrak konstruksi.
Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk
konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat satu sama
lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau
tujuan atau penggunaan utama.

Pihak ketiga yang melaksanakan pembangunan aset biasa disebut dengan


kontraktor. Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk
membangun aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan entitas
lain sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak konstruksi.

Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin,


gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang
proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode
waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada
umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan
tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.

Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola)


atau melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi.

B. Kontrak Konstruksi

Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk


konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat atau
saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, fungsi atau
tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak seperti ini misalnya konstruksi jaringan
irigasi.
Kontrak konstruksi dapat meliputi:
(a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
(b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 2


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

(c) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan


pengawasan konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan
value engineering;
(d) kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi
lingkungan.

C. Penyatuan Dan Segmentasi Kontrak Konstruksi

Suatu kontrak konstruksi dapat saja untuk perolehan satu jenis aset atau
mencakup sejumlah aset. Apabila suatu kontrak konstruksi mencakup perolehan
sejumlah aset, dimana komponen-komponen aset tersebut dapat
diidentifikasikan secara terpisah atau suatu kelompok aset secara bersama maka
untuk setiap komponen atau suatu kelompok aset tersebut dapat diperlakukan
sebagai suatu kontrak konstruksi.

Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi dari


setiap aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah apabila
semua syarat di bawah ini terpenuhi:
(a) Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
(b) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta
pemberi kerja dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang
berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;
(c) Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.

Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset


tambahan atas permintaan pemberi kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi
aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak tersebut. Konstruksi
tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika:
(a) aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan,
teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula;
atau
(b) harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga
kontrak semula.

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 3


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB III

PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan


jika:
(a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang
berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
(b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
(c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan diklasifikasikan sebagai aset tetap karena


biasanya merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
operasional pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka
panjang.

Penyelesaian suatu konstruksi pada umumnya membutuhkan waktu yang


relatif panjang dan menyerap dana yang relatif besar. Oleh karena itu
pembayaran untuk kontrak konstruksi biasanya dilakukan melalui
termin.Tagihan suatu termin dapat dilakukan jika suatu tahapan pekerjaan
sebagaimana diatur dalam kontrak konstruksi sudah selesai dikerjakan. Porsi
pekerjaan yang telah diselesaikan ini akan diserahkan kepada pemberi kerja
( pemerintah ) dan disiapkan dokumen berita acara serah terima pekerjaan.
Berdasarkan berita acara tersebut akan dilakukan pembayaran. Demikian
mekanisme yang akan terjadi pada termin-termin berikutnya sampai kontruksi
ini selesai dikerjakan. Setiap terjadi pembayaran akan diakui adanya
penambahan aset tetap berupa Konstruksi Dalam Pekerjaan. Pengakuan aset ini
dapat dilakukan melalui jurnal korolari.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang


bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:
(a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
(b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;

Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang


bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap
digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.

Contoh:
Pada tanggal 10 Maret 2007 dilakukan pembayaran termin I pembangunan
Gedung dengan nilai Rp300.000.000. Jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah:

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 4


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

Satuan Kerja:

Uraian Debet Kredit

Belanja Modal Gedung dan Rp300.000.000


Bangunan
Piutang dari KUN Rp300.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp300.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp300.000.000

BUN:

Uraian Debet Kredit

Belanja Modal Gedung dan Rp300.000.000


Bangunan
Kas Umum Negara *) Rp300.000.000

*) Kas Umum Negara terdiri dari Kas di Bank Indonesia dan Kas di KPPN.

Pada tanggal 30 Mei 2007 Gedung tersebut telah selesai dibangun dan telah
diserahterimakan. Total biaya yang telah dikeluarkan yang dapat dikapitalisasi
adalah Rp1.000.000.000. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Satuan Kerja:

Uraian Debet Kredit

Belanja Modal gedung dan Rp700.000.000


Bangunan
Piutang dari KUN Rp700.000.000

Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp300.000.000


Konstruksi dalam Pengerjaan Rp300.000.000
Gedung dan Bangunan Rp1.000.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp1.000.000.000

BUN:

Uraian Debet Kredit

Belanja Modal Gedung dan Rp700.000.000


Bangunan
Kas Umum Negara Rp700.000.000

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 5


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB IV

PENGUKURAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan yang


meliputi biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dapat diatribusikan langsung
ke dalam konstruksi sehubungan dengan pengerjaan pembangunan aset
dimaksud.

Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan


konstruksi antara lain meliputi:
(a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
(b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
(c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke
lokasi pelaksanaan konstruksi;
(d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;
(e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan konstruksi.

Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada


umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:
(a) Asuransi;
(b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
berhubungan dengan konstruksi tertentu;
(c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi
yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang


sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang
mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan
adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.

Apabila pembangunan dilaksanakan sendiri (swakelola) maka nilai


konstruksi antara lain meliputi:
(a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
(b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
(c) biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang
bersangkutan.

Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak


konstruksi meliputi:
(a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
tingkat penyelesaian pekerjaan;
(b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung
dengan pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal
pelaporan;

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 6


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

(c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan


dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

Dalam hal pelaksanaan pembangunan suatu aset yang besar atau sulit,
seringkali pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh beberapa kontraktor. Dalam hal
ini pada umumnya ada yang bertindak sebagai kontraktor utama dan ada yang
menjadi subkontraktor. Oleh karena itu yang dimaksud dengan pembayaran
kepada kontraktor sebagaimana diuraikan terdahulu adalah mencakup
keduanya.
Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan secara bertahap
(termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan dalam kontrak
konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai penambah nilai
Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang disebabkan


oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan perselisihan
penyimpangan dalam pengerjaan kontrak.

Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul
selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi,
sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal.
Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul
sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai konstruksi.
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya
bunga yang dibayarkan pada periode yang bersangkutan.

Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang


diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang
bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan metode rata-
rata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi. Apabila kegiatan
pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak disebabkan oleh hal-hal
yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa
pemberhentian sementara pembangunan konstruksi dikapitalisasi.

Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat terjadi


karena beberapa hal, seperti kondisi force majeur atau adanya campur tangan
dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika
pemberhentian tarsebut dikarenakan adanya campur tangan dari pemberi kerja
atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama pemberhentian sementara
dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force
majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga
pada periode yang bersangkutan.

Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang


penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan
yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya pinjaman hanya
dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan.

Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset yang


masing-masing dapat diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam paragraf 12.
Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang berlainan
maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 7


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan yang belum selesai. Bagian pekerjaan
yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi biaya pinjaman.

Contoh:
a. Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan suatu mesin meliputi:
1. Biaya bahan baku Rp 35 jt
2. Biaya tenaga kerja Rp 25 jt
3. Honorarium tim Rp 10 jt
4. Biaya perencanaan Rp 2 jt
Biaya yang dapat dikapitalisasi untuk menilai Konstruksi dalam Pengerjaan
adalah sebesar Rp 62 jt yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja,
dan perencanaan.

b. Satuan Kerja A membangun sebuah gedung. Pada tanggal 3 Maret 2007


dibeli bahan baku senilai Rp 300 jt dengan menggunakan SP2D LS dan
membayar upah tenaga kerja sebesar Rp 100 jt dengan menggunakan uang
persediaan. Kemudian pada tanggal 10 Maret 2007 terbit SP2D GU untuk
mengganti uang persediaan yang telah digunakan tersebut.
Atas transaksi ini, jurnal yang harus dibuat oleh Satuan Kerja A meliputi
jurnal pengakuan belanja modal dan KDP untuk pembelian bahan baku
pada tanggal 3 Maret 2007 dan jurnal pengakuan belanja modal dan KDP
atas pembayaran upah pada tanggal 10 Maret 2007.
Penggunaan UP tidak dijurnal sampai dengan pertanggung-jawabannya
terbit berupa SP2D GU. Jurnal-jurnal tersebut adalah sebagai berikut:

03 Maret 2007
Satuan Kerja:
(untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM LS)

Uraian Debet Kredit


Belanja Modal Gedung dan Rp300.000.000
Bangunan
Piutang dari KUN Rp300.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp300.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp300.000.000
Tetap

BUN:

Uraian Debet Kredit

Belanja Modal Gedung dan Rp300.000.000


Bangunan
Kas Umum Negara Rp300.000.000

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 8


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

10 Maret 2007
Satuan Kerja:
(untuk mencatat pengeluaran belanja dari SPM/SP2D UP)

Uraian Debet Kredit


Belanja Modal Gedung dan Rp100.000.000
Bangunan
Piutang dari KUN Rp100.000.000
Konstruksi dalam Pengerjaan Rp100.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Rp100.000.000
Tetap

BUN:

Uraian Debet Kredit

Belanja Modal Gedung dan Rp300.000.000


Bangunan
Kas Umum Negara Rp300.000.000

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 9


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB V
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di neraca pada kelompok Aset


Tetap. Penyajian konstruksi dalam pengerjaan dilakukan secara gabungan,
dengan cara menjumlahkan seluruh kontruksi dalam pengerjaan, dari seluruh
aset tetap. Selanjutnya kontruksi dalam pengerjaan ini diungkapkan dalam
Catatan atas laporan Keuangan. Informasi mengenai Konstruksi Dalam
Pengerjaan yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
pada akhir periode akuntansi adalah :

1. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian


dan jangka waktu penyelesaiannya;
2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
4. Uang muka kerja yang diberikan;
5. Retensi.

Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang retensi.


Misalnya, termin yang masih ditahan oleh pemberi kerja selama masa
pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

Contoh:
Satuan Kerja ABC pada tahun 2007 membangun sebuah gedung dan sebuah
mesin yang masing-masing telah mengeluarkan biaya yang dapat dikapitalisasi
sebesar Rp 2 M dan 800 jt. Penyajian Konstruksi dalam pengerjaan di neraca
Satuan Kerja ABC adalah sbb:

PADA SISI ASET:

Aset Tetap
- Konstruksi dalam Pengerjaan 2.800.000.000

PADA SISI EKUITAS:

Ekuitas Dana Investasi


- Diinvestasikan dalam Aset 2.800.000.000
Tetap

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 10


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

SOAL LATIHAN

Pada tanggal 2 April 20X1 Satuan Kerja ABC menetapkan PT XYZ sebagai
pelaksana pengerjaan Gedung Kantor dan pada hari tersebut ditandatangani
kontrak kerja pengerjaan gedung dan bangunan senilai Rp 10 M, dengan
pembayaran dalam 4 termin. Tanggal 13 Juli 200X terjadi Pembayaran termin I
sebesar Rp 2 M. 29 Nop 20X1 terjadi Pembayaran termin II Rp 3 M. Pada 31
Des 20XI berdasarkan berita acara penyelesaian fisik gedung telah diselesaikan
60%. Pada tanggal 28 Feb 20X2 terjadi Pembayaran termin III Rp 3 M.
Tanggal 13 Agustus 20X2 terjadi Pembayaran termin IV Rp 2 M. Pada bulan
Agustus 20x2 PT XYZ telah menyelesaikan pengerjaan Gedung tersebut dan
telah menyerahkannya kepada Satuan Kerja ABC.

Diminta :
(a) Jurnal untuk pembayaran setiap termin dan pada saat selesainya
pekejaan pembangunan gedung kantor tersebut.
(b) Penyajian Kontruksi dalam pengerjaan di neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan per 31 Desember 20X1.

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 11


Modul Pelatihan Standar Akuntansi Pemerintahan

DAFTAR BACAAN

1. UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;


2. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara;
4. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
7. PP No. 14/2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan PP No. 33/2006;
8. PP No. 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
9. PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/ Lembaga;
10. PP No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU;
11. PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
12. PP No. 54/2005 tentang Pinjaman Daerah;
13. PP No. 65/2005 tentang Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
14. PP No. 2/2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
15. PP No. 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
16. PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
17. PP No. 8/2007 tentang Investasi Pemerintah;
18. PP No. 39/2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah;

Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah 12

Anda mungkin juga menyukai