Anda di halaman 1dari 41

TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI DAN STRUKTUR ORGANISASINYA

[[ ]]

Disusun Oleh :
Gordon Jurianto, ST

2008
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TAHAP-TAHAP UNTUK MEREALISASIKAN PROYEK


KONSTRUKSI 2
BAB III UNSUR PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI 6

BAB IV DATA PROYEK DAN TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN 10

BAB V KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia konstruksi merupakan salah satu sektor perekonomian yang sangat penting dalam
suatu negara. Industri konstruksi merupakan aktivitas-aktivitas dan penghasilan produk
yang terkait dengan pembangunan properti. Dunia konstruksi merupakan aktivitas
berkesinambungan yang melibatkan perencanaan pembangunan, pengawasan
pembangunan, manajemen konstruksi, konstruksi bangunan dan infrastruktur untuk
berbagai fungsi seperti perumahan, perdagangan, perindustrian dan transportasi. Berbagai
jenis data dan informasi merupakan elemen terpenting dalam suatu proyek konstruksi.

Data dan informasi yang digunakan merangkumi tingkatan perencanaan, konstruksi dan
pengelolaan atau manajemen. Hasil dari kemajuan teknologi dalam bidang informasi,
aplikasi sistem informasi geografi telah dicipta dan dimanfaatkan secara luas dengan
kemampuan dalam menyimpan, menganalisis, mengolah dan menampilkan informasi
ruang/spatial dan atribut dengan mudah, cepat dan efektif. Makalah ini membicarakan
prospek dan potensi aplikasi Teknonolgi Informasi/Sistem Informasi Geografi dalam
dunia konstruksi. Ia menjelaskan fungsi teknologi informasi pada industri konstruksi,
manajemen data dan penggunaan yang terkait dengan proses pembangunan dan konstruksi
serta trend perkembangan teknologi informasi masa depan.

Suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya selalu menggunakan struktur


organisasi sebagai wadah segala kegiatannya, tetapi untuk penerapan sistem struktur
organisasinya tergantung dari kondisi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini merupakan
suatu masalah bagi setiap perusahaan dalam menerapkan struktur organisasi mana yang
cocok sehingga untuk itu setiap perusahaan membutuhkan waktu dan pengamatan
(analisis) yang khusus dalam memilih sistem struktur organisasi yang tepat dan sesuai.
BAB II
TAHAP-TAHAP UNTUK MEREALISASIKAN PROYEK KONSTRUKSI

1 .Studi Kelayakan (Feasibility Study)


Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan Pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang
diusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan perancangan,
aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan ini adalah :

 Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi biaya yang


diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
 Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut dilaksanakan, baik
manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun manfaat tidak langsung (fungsi
sosial).
 Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun finansial.
 Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek tersebut
dilaksanakan.

2. Tahap Penjelasan (Briefing)

Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan Pemilik proyek menjelaskan
fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga Konsultan Perencana dapat secara tepat
menafsirkan keinginan Pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

 Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.
 Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan mutu.
 Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan.
 Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan denah dan
batas-batas proyek.

3. Tahap Desain / Perancangan (Design)

Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu tahap Pra-Desain (Preliminary Design) dan
tahap Pengembangan Desain (Development Design) / Detail Desain (Detail Design).
Tujuan dari tahap ini adalah :

 Untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan,

metoda konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari Pemilik
proyek dan pihak berwenang yang terlibat.
 Untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar

rencana dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perancangan (design) ini adalah :

 Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.


 Memeriksa masalah teknis.
 Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari Pemilik proyek.
 Mempersiapkan rancangan skema (pra-desain) termasuk taksiran biayanya,
rancangan terinci (detail desain), gambar kerja, spesifikasi, jadwal, daftar volume,
taksiran biaya akhir, dan program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal
waktu.

4. Tahap Pengadaan / Pelelangan (Procurement/Tender)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah
Kontraktor sebagai sub-Kontraktor yang melaksanakan konstruksi di lapangan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :

 Prakualifikasi
 Dokumen Kontrak
Seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa prosedur agar Kontraktor yang
berpengalaman dan berkompeten saja yang diperbolehkan ikut serta dalam pelelangan.
Prosedur ini dikenal sebagai babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan sumber daya
keuangan, manajerial dan fisik Kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada proyek
serupa, serta integritas perusahaan. Untuk proyek-proyek milik pemerintah, Kontraktor
yang memenuhi persyaratan biasanya dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM)

Dokumen kontrak sendiri didefinisikan sebagai dokumen legal yang menguraikan tugas dan
tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan ada setelah
terjadi ikatan kerja sama antara dua pihak atau lebih. Sebelum hal itu terjadi terdapat proses
pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan Dokumen Lelang atau Dokumen
Tender.

5. Tahap Pelaksanaan (Construction)

Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh
Pemilik proyek dan sudah dirancang oleh Konsultan Perencana dalam batasan biaya dan
waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah disyaratkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan
semua operasional di lapangan. Perencanaan dan pengendalian proyek secara umum
meliputi :

 Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.


 Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.
 Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.
 Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material.

Sedangkan koordinasi seluruh operasi di lapangan meliputi :


 Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk bangunan
sementara maupun bangunan permanen, serta semua fasilitas dan perlengkapan
yang terpasang.
 Mengkoordinasikan para Sub-Kontraktor.
 Penyeliaan umum.

6. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan

Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan ( maintenance and star-up ) ini bertujuan

menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan dokumen kontrak dan kinerja
fasilitas sebagaimana mestinya. Selain itu, pada tahapan ini juga dibuat suatu catatan
mengenai kostruksi berikut petunjuk operasinya danmelatih staf dalam menggunakan
fasilititas yang trsedia.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Mempersiapkan catatan pelaksanaan, baik berypa data-data selama pelaksaan
maupun gambar pelaksanaan (as built drawing).
 Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
terjadi.
 Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaannya.
 Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.
BAB III
UNSUR PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

PEMILIK PROYEK

Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang badan yang memiliki
proyek dan memberikanpekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Penggunaan jasa dapat berupa
perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.
Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
I. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan konyraktor)
II. Meminya laporan secara periodic mengenai pelaksana pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
III. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
IV. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
V. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
VI. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan denagn cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
VII. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai denagn apa yang dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah:
I. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
II. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan.
KONSULTAN Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat
dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu konsultan yang
menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanika dan elektrikal dan lain
sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan dan disebut
konsultan perencana.

Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanan bangunan secara


lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang melekat erat membentuk
sebuah system bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan berbadan
hukum /badan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsulyan perencana adalah:
I. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana
kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
II. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
III. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalamgambar rencana kerja dan syarat-syarat.
IV. Memberikan gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan .
V. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah oaring/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu
dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhir
pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
I. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
II. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
III. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan .
IV. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancer.
V. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi disini mungkin serta menghindaari
pembengkakan biaya.
VI. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul dilapangan agar dicapai hasil
akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
VII. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
VIII. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
IX. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
X. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.

KONTRAKTOR
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan
perseorangan berbadan hokum atau sebuah badan hokum yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
I. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan syarat-syarat, risalah
penjelasan pekerjaan dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh
pengguna jasa.
II. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas
sebagai wakil dari pengguna jasa.
III. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
IV. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan.
V. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai
ketetapan yang berlaku.
HUBUNGAN KERJA Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan,
dan kontraktor diatur sebagai berikut:

Konsultan dengan pemilik proyek


Ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi dimana produk
yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat,
sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi dimana produk yang
dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, sedangkan
pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.

Kontraktor dengan pemilik proyek, Ikatan berdasarkan peraturan kontrak. Kontraktor


memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari
keinginan pemilik proyek yang telah dituangkan ke dalam gambar rencana dan peraturan
serta syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa
profesional kontraktor.
Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan

memberikan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, kemudian kontraktor


harus merealisikan menjadi sebuah bangunan.
BAB IV
DATA PROYEK DAN TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN

Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan dari suatu pelaksanaan proyek konstruksi


dilapangan pada proyek konstrusi peleburan timah di kepulauan Bangka Belitung.

KONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH ( SMELTER) PT. LABA-LABA


MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Latar Belakang
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
pasal 18 ayat 1, menyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yamg
mempunyai dampak besar dan penting wajib dilakukan kajian AMDAL. Kajian AMDAL
tersebut perlu dilakukan guna mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari
operasional kegiatan terutama pencemaran udara yang diperkirakan punya pengaruh buruk
terhadap kesehatan.

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan


masyarakat yang berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam
dalam meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan
permintaan sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk.

Dalam rangka upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat


pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan pembangunan yang dilandasi prinsip
pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan
memadukan kemampuan lingkungan, sumber daya alam dan teknologi ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin generasi masa ini dan generasi masa mendatang.
Dalam melaksanakan operasional PT. Laba-Laba Multindo menggunakan pasir

ton. Kegiatan operasional pabrik smelter ini diperkirakan dapat menimbulkan


pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara.
0
Tujuan Penelitian
a. Identifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak pabrik
peleburan timah
b. Prakiraan dampak terhadap komponen lingkungan terutama yang menimbulkan
dampak besar dan penting
c. Evaluasi terhadap komponen llingkungan yang terkena dampak besar dan penting.

Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemrakarsa

1). Masukan dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan


2). Informasi kondisi lingkungan awal di sekitar lokasi kegiatan
b. Bagi Masyarakat

1). Sumber informasi bagi masyarakat tentang rencana pabrik peleburan timah 2). Ikut
berperan serta dalam melakukan upaya pemantauan lingkungan yang
dilaksanakan oleh pemrakarsa kegiatan.
c. Bagi Pemerintah
1). Sebagai masukan bagi perencanaan dan pembangunan wilayah
2). Integrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap perencanaan
pembangunan

3). Sebagai Pedoman pemerintah dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan


pemantauan lingkungan.

LINGKUP RENCANA USAHA YANG DITELAAH


Tahap konstruksi
Kegiatan konstruksi merupakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pabrik
peleburan biji timah (smelter). Kegiatan ini meliputi penerimaan tenaga kerja, mobilisasi
peralatan dan material, pembersihan lahan, pembangunan sarana dan prasarana pabrik.
Lebih jelasnya diuraiakan sebagai berikut:
1). Penerimaan tenaga kerja

1
Pekerjaan konstruksi membutuhkan tenaga kerja terutama tenaga kerja buruh
harian. Namun tenaga kerja yang dibutuhkan jumlahnya relatif kecil yaitu
berkisar 20 orang tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja yang ditelaah adalah
dampak positif dan negatif terhadap masyarakat yang berada disekitar lokasi
kegiatan.
2). Mobilisasi peralatan dan material

Peralatan yang dipergunakan untuk pembangunan fisik berupa dumptruk,


genset, mesin las, dll, sedangkan material yang dibutuhkan berupa semen, pasir,
kerikil, besi, batu bata, batu tahan api, seng, kayu balok, papan, dan lain-lain.
Kegiatan yang ditelaah adalah berupa kebisingan, persebaran debu sekitar lokasi
dan jalan yang dilalui oleh kendaraan.
3). Pembersihan lahan
Lahan yang digunakan sebagian besar berupa semak belukar, sehingga
diperlukan upaya pembersihan guna memperlancar pelaksanaan tahap
pembangunan dan operasional. Kegiatan yang ditelaah adalah hilangnya flora dan
fauna baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi.
4). Pembangunan sarana dan prasarana

Pembangunan sarana dan prasarana berkenaan terhadap fasilitas-fasilitas yang


akan mendukung kegiatan proses peleburan pasir timah (smelter) seperti
pembangunan pabrik, kantor, gudang, ruang genset, ruang jaga dan mess
karyawan. Dampak yang ditelaah adalah dampak positif dan negatif terhadap
pembangunan sarana dan prasarana pabrik peleburan timah terutama berkaitan
dengan penerimaan tenaga kerja dan kebisingan.

METODE PENELITIAN
Kualitas udara dan kebisingan
Kualitas udara di tapak proyek dan sekitarnya, dilakukan pengukuran langsung dilapangan
(data primer) kemudian dibawah langsung ke laboratorium. Untuk pelaksanakan uji
sampel bekerja sama dengan laboratorium BTKL Palembang yang peralatan dan
prosedur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2
Parameter kualitas udara yang dianalisis meliputi sulfur dioksida, carbon monoksida,
Nitrogen dioksida, hidrokarbon, partikel suspensi debu dan Pb. Jumlah titik sampel kualitas
udara di wilayah tapak proyek dan sekitar proyek berjumlah 3 titik sampel.

Kebisingan dikumpulkan dengan pengukuran langsung dengan menggunakan sound level


meter. Untuk lebih jelasnya data kualitas udara yang akan diukur dan lokasi
pengukuran, disajikan pada Tabel III.1. berikut :
TABEL III.1.
PARAMETER KUALITAS UDARA DAN KEBISINGAN

No. Parameter Metode Analisis Peralatan

1. NO 2 Saltzman Spectrofotometer
2. SO 2 Pararosandi Spectrofotometer
3. CO NDIR NDIR Analyzer
4. HC Flame Ionization Gas Chromatografi
5. TSP Gravimetri Hi Vol
6. Pb Gravimetri Hi Vol
7. Kebisingan Sound Level Meter

TABEL III.2
LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL KUALITAS UDARA

No. Lokasi Kegiatan Kode Sampel


1. Komplek PT. Laba-Laba Multindo U-1
2. Jln. Ketapang U-2
U-3
3. Jln. Air Mawar (Perumahan
RT.08.RW.03 Air Mawar)

3
Analisis kualitas udara dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan
baku mutu lingkungan udara ambien. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran
udara diwilayah studi dilakukan dengan pendekatan model Bivariate Gaussian yang
rumusnya sebagai berikut :

Q -H2
C (x,o,o,h) = x exp
2

C = Konsentrasi konsentarsi pada jarak x meter dari stack.


Q =
= Kecepatan angin (m/detik)
U
H = Ketinggian emisi efektif dari cerobong (m)
= Koefisien dispersi horizontal (m).
= Koefisien dispersi vertikal (m).
X,y = Jarak horizontal dari sumber emisi (m).
y = Tinggi permukaan di atas tanah.
= 3,14

kecepatan angin, penerimaan radiasi surya pada siang hari dan penutupan awan pada
malam hari.
TABEL III.3.
STANDAR KUALITAS UDARA

Baku Mutu
Waktu Pengukuran (pg/Nm3 )
1 Jam 24 Jam 1 Tahun
1. NO 2 400 150 100

4
2. SO2 900 365 60

3. CO 30.000 10.000 -
4. HC 160 / 3 jam - -
5. TSP - 230 90
6. Pb - 2 1

Sumber : PP No. 41 Tahun 1999


Analisis kebisingan dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :
a. Analisis kebisingan sumber bergerak

Untuk analisis kebisingan sumber bergerak dihitung dengan menggunakan rumus dari
Rau dan Wooten (1990) sebagai berikut :

Keterangan :
Loi = Tingkat kebisingan kendaraan tipe i
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat per jam
Si = Kecepatan rata-rata truk
D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran

S = “Shielding faktor” untuk daerah terbuka dengan tanaman agak jarang = S dBA.

b. Analisis kebisingan sumber tidak bergerak

Metode analisis untuk kebisingan sumber tidak bergerak, digunakan rumus :

L2 = L1 – 10 Log R2/R1,

dimana :
L2 = tingkat kebisingan pada jarak R2 (dBA)
L1 = tingkat kebisingan pada jarak R1 (dBA)
R2 = jarak pendengar dari sumber bising (meter)
R1 = jarak bising dari sumbernya (meter)

5
Analisis kebisingan berpedoman kepada baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep-
48/MenLH/10/1996 tentang Baku Tingkat kebisingan.

Sikap / Persepsi Masyarakat


Sikap/persepsi dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting
Dalam evaluasi dampak penting digunakan metode diagram alir untuk hubungan kausatif
konfiks dan matrik evaluasi dampak untuk mengerjakan interaksi antara komponen
kegiatan dan komponen lingkungan.

Untuk mempermudah evaluasi dampak perlu ditetapkan besarnya dampak, dengan


menetapkan kriteria sebagai berikut :
a. Pentingnya dampak
1). Kurang penting
2). Cukup penting
3). Penting

4). Lebih Penting


5). Sangat Penting
b. Besarnya dampak
6). Dampak sangat kecil
7). Dampak kecil
8). Dampak sedang
9). Dampak besar
10).Dampak sangat besar

Bahasan besar dampak yang diperoleh dari prakiraan dampak penting, untuk menetapkan
jenis dampak besar dan penting, dilakukan evaluasi dampak penting. Tahap evaluasi di
dasarkan pada Keputusan kepala Bapedal Nomor Kep-056 Tahun 1994 mengenai 6
(enam) Kriteria dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap dampak
penting sehingga dapat ditentukan penting tidaknya dampak :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
b. Luas wilayah persebaran dampak

6
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Evaluasi dampak penting merupakan proses penelusuran prilaku dampak dan keterkaitan
antar masing-masing dampak tersebut.

HASIL TELAAH PADA TAHAP KONSTRUKSI


Identifikasi Dampak Besar dan Penting
Metode pendekatan identifikasi dampak besar dan penting dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu a) metode pendekatan matrik interaksi antara kegiatan dengan
komponen lingkungan, dan b) metode pendekatan matrik evaluasi dampak.

a. Metode pendekatan matrik interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan


Metode pendekatan matrik interaksi ini memadukan tahapan kegiatan pelaksanaan
pembangunan pabrik smelter dengan komponen lingkungan yang potensial menerima
dampak. Selanjutnya metode ini disajikan pada Tabel IV.1. berikut :
TABEL IV.1.
MATRIK IDENTIFIKASI DAMPAK

Komponen/Sub Kosntruksi
No. Komponen Penerimaan Mobilisasi Pembangunan
Lingkungan Tenaga Peralatan dan Sarana dan
Kerja Bahan Prasarana

A. Fisik Kimia
1. Kualitas Udara X
2. Kualitas Air X X
3. Kebisingan
X
4. Lahan/Ruang
X
B. Biologi

7
1. Flora X
2. Fauna
X
3. Biota Air
X

C. Sosekbud Kesmas
1. Peluang Kerja X X

2. Peningkatan X X

Pendapatan X
X
3. Keresahan
Masyarakat X

4. Sikap dan
X
persepsi

5. Kesehatan
Masyarakat
6. Konflik Sosial

Sumber : Hasil analisis, 2005


b. Metode Pendekatan Matrik Evaluasi Prakiraan Dampak dengan Komponen
Lingkungan

Metode ini mengarah kepada pemberian nilai/skore yang berhubungan antara komponen
lingkungan yang terkena dampak dengan tahap-tahap kegiatan. Selanjutnya disajikan pada
Tabel IV.2. berikut ini :
TABEL IV.2.
MATRIK EVALUASI PRAKIRAAN DAMPAK

Komponen/Sub Kosntruksi
N Komponen Penerimaan Mobilisasi Pembangunan
Tenaga Peralatan dan Sarana dan
o
Kerja Bahan Prasarana
Lingkungan
AFisik Kimia

8
-2/1 -1/1
. 1. Kualitas Udara -2/2 -1/1
2. Kualitas Air -1/2
3. Kebisingan
4. Lahan/Ruang

B -1/1
. Biologi -1/1
1. Flora -1/1
2. Fauna
3. Biota Air

C 2/2 -1/1 -1/1


. -1/2 -2/1
-1/1
Sosekbud Kesmas -2/2
1. Peluang Kerja -1/1
2. Peningkatan
Pendapatan
3. Keresahan
Masyarakat
4. Sikap dan
persepsi
5. Kesehatan
Masyarakat
6. Konflik Sosial

Sumber : Hasil analisis, 2005


Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi secara umum disebabkan oleh beberapa
tahap kegiatan yaitu :
a. Mobilisasi peralatan dan bahan
Penggunaan kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi peralatan dan bahan
pembangunan pabrik smelter berpengaruh terhadap penurunan kualitas udara di musim
kemarau terutama jalan-jalan yang dilalui seperti Jalan Air Mangkok, Jalan Air Mawar

dan Jalan Ketapang. Jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material dan 9
bahan sebagian wilayahnya terdapat pemukiman seperti di jalan Air Mangkok dan Jalan
Air Mawar, namun untuk jalan ketapang penduduk yang tinggal di sepanjang jalan
tersebut masih jarang, secara tidak langsung untuk jalan yang dilalui terdapat pemukiman
penduduk, maka mobilisasi tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama
debu yang berasal dari jalan yang dilalui kendaraan terutama pada saat di musim
kemarau.
Hasil pengukuran kualitas udara dijalan Air Mawar Kelurahan Bacang parameter NO 2
3 3 3/1 jam ,
/1 jam, SO
2
3 3
/m3 /24
jam. Sedangkan di Jalan Ketapang parameter NO 3/1 jam, SO
2 2

3 33/3 jam,
3 3/24 jam.
/
2
4

j
a
m

d
a
n

Dengan adanya aktifitas kegiatan pengangkutan peralatan dan bahan serta lalu lintas
kendaraan pengangkut secara langsung akan meningkatkan kandungan gas buang dan
peningkatan kadar debu, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas udara di
sepanjang lokasi kegiatan dan menyebar ke lingkungan pemukiman.

Secara langsung penurunan kualitas udara terutama kandungan debu (TSP) akan
mempengaruhi ketidak nyamanan masyarakat. Penyebaran gas buang dan debu ini akan
meningkat dan meluas pada saat kegiatan dilakukan pada musim kering/kemarau.

Penurunan kualitas udara yang berasal dari kendaraan pengangkut bahan meterial dan
bahan bersifat temporer dengan perkiraan dampak bersifat lokal yaitu lokasi jalan yang
dilalui oleh kendaraan.
Berdasarkan analisis diatas, maka mobilisasi peralatan dan bahan mempunyai dampak
negatif cukup penting (-2) dengan potensi besarnya dampak sangat kecil (1).

b.Pembangunan sarana dan prasarana pabrik


Dari hasil pengukuran kualitas udara di lokasi pabrik parameter NO 2 sebesar 275

3 3/1 jam, SO 2 3/1 jam, HC

0
3 3/24jam dan Pb sebesar 0,02
3/24 jam. Pembangunan sarana dan prasarana ini berakibat kepada penurunan
kualitas udara udara secara mikro.

Keluar masuknya kendaraan yang digunakan dalam pembangunan pabrik, secara


tidak langsung kendaraan tersebut telah menurunkan kualitas udara. Guna
memperkirakan dampak yang terjadi akibat adanya pembangunan sarana dan
prasarana akan dilakukan pembandingan dengan penelitian yang telah dilakukan,
sehingga dampak yang diperkirakan akan timbul dapat dianalisis. Parameter polutan
udara yang diperkirakan akan mengalami peningkatan yaitu gas CO, NO 2. SO2 dan
debu, besar emisi untuk masing-masing peralatan dan sumber daya disajikan pada Tabel
IV.3. berikut ini :

TABEL IV.3.
EMISI POLUTAN UDARA DARI PEMAKAIAN ALAT BERAT

Fostur Emisi lb/Jam

No Bulan Partike
. CO NO SO l
2 2
Debu

1. Buldozer 0,793 5,050 0,304 0,165


2. Motor Grader 4,215 1,050 0,086 0,061
3. Truck 1,340 7,630 0,454 0,256
4. Tractor 2,150 0,994 0,690 0,165

Sumber : Environmental Data Book, 1992.


Dengan adanya kegiatan konstruksi dapat berakibat terjadinya penurunan kualitas udara
terutama partikel debu. Penurunan kualitas udara pada lokasi kegiatan sifatnya sesaat
dan hanya bersifat lokal yaitu di sekitar lokasi kegiatan pembersihan lahan. Komponen
lingkungan yang terkena dampak relatif kecil sehingga pentingnya
dampak negatif cukup penting (-2) dengan potensi dampak sangat kecil (1).

1
Peningkatan Kebisingan
Sumber kebisingan adalah aktifitas lalu lintas kendaraan pengangkut alat-alat material dan
bahan pada pelaksanaan konstruksi atau pembangunan pabrik peleburan biji timah (smelter)
PT. Laba-Laba Multindo selama kegiatan pembangunan berlangsung.

Hasil pengukuran menunjukkan di lokasi pada lokasi 1 (Jalan Ketapang) sebesar 41,9 dBA,
dan lokasi 3 (Jalan Air Mawar) sebesar 61,0 dBA. Apabila dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan sesuai KepMenLH Nomor 48/MenLH/10/1996 tentang baku mutu tingkat
kebisingan yaitu sebesar 55 dBA, maka pada lokasi 1 memenuhi baku mutu sedangkan
lokasi 2 melebihi baku mutu.

Menurut Zeans (1976), tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh alat-alat berat sebagai
berikut seperti disajikan pada Tabel IV.4. berikut :

TABEL IV.4.
TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN
DARI KENDARAAN ALAT-ALAT BERAT

Tingkat Kebisingan pada Jarak


No Bulan
(dBA) 10 m 20 m 30 m 40 m 50 m
1. 68 62 58 50 45
2. Generator Yanmar 78 74 71 68 64
3. 5 KVA 80 70 69 65 60
4. Truck Isuzu 70 68 61 61 58
Buldozer
Loader

Sumber : Zeans, 1976.

2
Peningkatan kebisingan secara tidak langsung akan mempengaruhi kenyamanan
warga, biarpun kebisingan hanya bersifat temporer yaitu pada saat dilakukan kegiatan
pengangkutan bahan dan material selama + 3 bulan. Komponen lingkungan yang

terkena dampak juga bersifat lokal yaitu jalan yang dilewati oleh kendaraan.

Berdasarkan uraian di atas, maka mobilisasi peralatan dan bahan pada tahap

konstruksi mempunyai dampak negatif cukup penting (-2) dengan besaran dampak
tergolong kecil (2).

Sikap dan Persepsi Masyarakat

Berdasarkan prakiraan jumlah tenaga kerja pada tahap konstruksi berjumlah 20 orang.
Kebutuhan tenaga kerja ini relatif kecil, namun kesempatan warga untuk bekerja pada tahap
ini masih terbuka. Jumlah penduduk di Kelurahan Bacang sebesar 5.081 jiwa dengan
tingkat ketergantungan penduduk pada umur yang produktif sebesar 66,5 %, berarti beban
tanggungan umur yang produktif sebesar 33,5 %. Angka ketergantungan di Kelurahan
Bacang relatif besar , maka tingkat pengangguran di wilayah studi cukup besar.

Pada tahap konstruksi diprakirakan akan menimbulkan dampak peluang kerja terhadap
masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan namun peluang kerja ini bersifat
sementara, hal ini disebabkan waktu pelaksanaan tahap konstruksi terbatas pada lama
pelaksanaan konstruksi yaitu lebih kurang 3 bulan. Berdasarkan hal tersebut maka
peluang kerja ini pentingnya dampak positif cukup penting (+2) dengan besaran dampak
kecil (2).

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)


Pengelolaan Kualitas Udara

Pengelolaan lingkungan kualitas udara dapat dilakukan dengan berdasarkan pendekatan


teknologi dan sosial ekonomi.
a.Pendekatan teknologi
3
Pendekatan teknologi dilakukan dengan memasang alat treatment udara sebelum asap
dibuang melalui cerobong asap.
Sistem kerja alat yaitu debu timah yang terbawa oleh gas hasil pembakaran (flue gas)
diperkirakan mengandung + 70% Sn sebagai timah oksida.

SISTEM PENGOLAHAN PENCEMARAN UDARA

Debu yang berasal dari tungku bakar, kemudian disedot menggunakan ekshousvan,
kemudian disalurkan melalui filter, setelah debu disaring, maka dialirkan ke dalam bag
terlebih dahulu kemudian didinginkan. Agar filter bag tidak cepat rusak terbakar (suhu
maksimum yang diperbolehkan 1500 C), maka sebelum memasuki filter bag suhu dari dust
collecting diturunkan dari 5000 C menjadi 100-1200 C dengan mendinginkannya
melalui cooling tower. Di pihak lain suhu flue gas jangan dibiarkan kurang dari 1000 C
x
agar jangan sampai terjadi pengembunan asam sulfat (sebagai hasil reaksi antara gas SO
dengan uap air, yang akan menyerang filter bag secara kimiawi.
b.Pendekatan sosial ekonomi dan budaya
1. Penyediaan tabung pemadam kebakaran
2. Pemakaian baju tahan api
3. Pemakaian perlengkapan K3 sepeti sarung tangan, helm, kaca mata, dll
4. Membagikan penutup hidung (masker) kepada karyawan masyarakat yang
berada disekitar lokasi kegiatan.

5. Memberikan pengarahan dan peringatan dini tentang gejala penurunan


kualitas udara

6. Memberikan penyuluhan tentang tindakan-tindakan yang dilakukan oleh


masyarakat untuk mengantisipasi gejala yang tidak diinginkan.
7. Check up kesehatan pekerja ke Dokter atau rumah sakit
Pengelolaan Kebisingan
Pengelolaan lingkungan dilakukan berdasarkan pendekatan teknologi dan sosial
ekonomi.
a.Pendekatan teknologi
Pendekatan pengelolaan lingkungan peningkatan kebisingan dilakukan dengan
1.Pembuatan ruangan kedap suara
4
2.Penggunaa mesin kedap suara seperti merk Yanmar
3.Pemakaian ear plug
b.Pendekatan sosial ekonomi

1). Penerapan pelaksanaan pendekatan keselamatan, kesehatan kerja (K3)


2). Pembuatan kawasan hijau

Pendekatan pemanfatan sebagian areal lahan (dalam lokasi) untuk dijadikan


kawasan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon pelindung seperti
angsana, cemara laut, bambu dan lain sebagainya.

3). Penerapan sanksi terhadap pekerja yang tidak menggunakan peralatan


kesehatan keselamatan kerja (K3)
Pengelolaan Sikap dan Persepsi Masyarakat
Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat dilakukan
berdasarkan pendekatan sosial ekonomi dengan pendekatan sebagai berikut :
a.Pengelolaan penerimaan tenaga kerja dilakukan dengan :

1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan


pembangunan pabrik smelter PT. Laba-Laba Multindo Pangkalpinang.

2. Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja melalui media massa lokal


(Bangka Pos, Babel Pos, Rakyat Pos) maupun pengumuman resmi dipapan
pengumuman Dinas Tenaga Kerja ataupun di Kantor Kelurahan Bacang.
3. Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.

4. Memberikan bantuan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana sosial


kemasyarakatan.
b.Untuk pengelolaan PHK dilakukan dengan :
1). Memberikan pelatihan keterampilan kepada para tenaga kerja yang akan
terkena PHK seperti kerajinan tangan

2). Pelaksanaan PHK dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan


tenaga kerja dan dilaksanakan secara bertahap.

3). Mengarahakan tenaga yang di PHK ke lapangan pekerjaan lain sesuai dengan
pengalaman dan keterampilan yang dimiliki.
5
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)
Pemantauan Kualitas Udara
Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan analisis
a.Metode pengumpulan

Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung di


lapangan dengan menggunakan gas sampler dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium.
b.Metode analisis
Metode analisis dilakukan membandingkan hasil pemeriksaan dengan PP No. 41 Tahun
1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien.
Pemantauan Peningkatan Kebisingan
Pemantauan peningkatan kebisingan dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan
analisis
a. Metode pengumpulan
Metode pengumpulan dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan
dengan menggunakan sound level meter.
b.Metode Analisis

Metode analisis dilakukan dengan tabulasi, kemudian membandingkan dengan baku mutu
tingkat kebisingan berdasarkan KepMenLH Nomor 48/MenLH/II/1996.
Pemantauan Sikap dan Persepsi Masyarakat

Pemantauan sikap dan persepsi masyarakat dapat dilakukan dengan metode pengumpulan
dan analisis
a. Metode pengumpulan

1. Melakukan wawancara dan observasi langsung ke masyarakat di sekitar lokasi


kegiatan. Wawancara dilakukan dengan mewancarai masyarakat sebanyak 40 orang
yang dipilih secara acak, terutama terhadap tokoh masyarakat dan pemuka
masyarakat.

2. Mendata langsung jumlah tenaga kerja yang diterima di PT. Laba-Laba


Multindo

3. Mewancarai masyarakat terhadap jumlah dana yang disalurkan langsung guna


pembangunan sarana dan prasarana
6
4. Mewancarai masyarakat yang terkena PHK

b.Metode analisis

Metode analisis dilakukan dengan melakukan inventarisasi dan tabulasi


selanjutnya dianalisis secara kuantitatif – deskriftif.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil telaah didapatkan identifikasi dampak besar dan penting sebagai berikut :

a. Penurunan kualitas udara berasal dari aktifitas mobilisasi material /bahan baku dan
pembangunan sarana dan prasarana pabrik mempunyai dampak negatif (-) dengan
potensi besaran dampak sangat kecil;

b. Peningkatan kebisingan mempunyai dampak negatif (-) dengan besaran dampak


tergolong kecil;

c. Sedangkan sikap/ persepsi masyarakat mempunyai dampak posititif (+) cukup


penting dengan besaran dampak kecil.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu adanya beberapa saran rencana


pengelolaan sebagai berikut :
a. Pengelolaan lingkungan kualitas udara dapat dilakukan dengan berdasarkan
pendekatan teknologi dan sosial ekonomi. Pendekatan teknologi dilakukan

dengan memasang alat treatment udara sebelum asap dibuang melalui cerobong
asap. Sedangkan pendekatan sosial ekonomi dapat berupa pemberian alat proteksi
diri serta penyuluhan.

b. Pengelolaan lingkungan peningkatan kebisingan dilakukan berdasarkan


pendekatan teknologi dan sosial ekonomi. Pendekatan pengelolaan lingkungan
peningkatan kebisingan dilakukan dengan : (1). Pembuatan ruangan kedap suara;
(2).Penggunaa mesin kedap suara seperti merk Yanmar; dan (3). Pemakaian ear
plug . Sedangkan Pendekatan sosial ekonomi dapat berupa : (1). Penerapan

pelaksanaan pendekatan keselamatan, kesehatan kerja (K3); (2). Pembuatan 7


kawasan hijau dengan pemanfatan sebagian areal lahan (dalam lokasi) untuk
dijadikan kawasan penghijauan dengan melakukan penanaman pohon pelindung
seperti angsana, cemara laut, bambu dan lain sebagainya; (3). Penerapan sanksi
terhadap pekerja yang tidak menggunakan peralatan kesehatan keselamatan kerja
(K3).

c.Upaya pengelolaan lingkungan terhadap sikap dan persepsi masyarakat dilakukan


berdasarkan pendekatan sosial ekonomi dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan


pembangunan pabrik smelter PT. Laba-Laba Multindo Pangkalpinang.

2. Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja melalui media massa lokal


(Bangka Pos, Babel Pos, Rakyat Pos) maupun pengumuman resmi dipapan
pengumuman Dinas Tenaga Kerja ataupun di Kantor Kelurahan Bacang.
3. Memberikan prioritas penerimaan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.

4. Memberikan bantuan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana sosial


kemasyarakatan.
8
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa:

1. Penerapan sistem struktur organisasi suatu perusahan tertentu tidak harus menganut
satu pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.

2. Sistem struktur organisasi yang digunakan oleh suatu perusahaan tertentu bisa
merupakan gabungan dan beberapa pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
3. Antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya bisa memiliki sistem struktur

organisasi yang berbeda. Hal ini tergantug dari kondisi dan tujuan perusahaan tersebut. 9
DAFTAR PUSTAKA
www.wikepedia.com
www.google.com
Wulfram I. Ervianto, MANAJEMEN PROYEK KONSTRUSI, ANDY, 2005

Anda mungkin juga menyukai