[[ ]]
Disusun Oleh :
Gordon Jurianto, ST
2008
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB V KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia konstruksi merupakan salah satu sektor perekonomian yang sangat penting dalam
suatu negara. Industri konstruksi merupakan aktivitas-aktivitas dan penghasilan produk
yang terkait dengan pembangunan properti. Dunia konstruksi merupakan aktivitas
berkesinambungan yang melibatkan perencanaan pembangunan, pengawasan
pembangunan, manajemen konstruksi, konstruksi bangunan dan infrastruktur untuk
berbagai fungsi seperti perumahan, perdagangan, perindustrian dan transportasi. Berbagai
jenis data dan informasi merupakan elemen terpenting dalam suatu proyek konstruksi.
Data dan informasi yang digunakan merangkumi tingkatan perencanaan, konstruksi dan
pengelolaan atau manajemen. Hasil dari kemajuan teknologi dalam bidang informasi,
aplikasi sistem informasi geografi telah dicipta dan dimanfaatkan secara luas dengan
kemampuan dalam menyimpan, menganalisis, mengolah dan menampilkan informasi
ruang/spatial dan atribut dengan mudah, cepat dan efektif. Makalah ini membicarakan
prospek dan potensi aplikasi Teknonolgi Informasi/Sistem Informasi Geografi dalam
dunia konstruksi. Ia menjelaskan fungsi teknologi informasi pada industri konstruksi,
manajemen data dan penggunaan yang terkait dengan proses pembangunan dan konstruksi
serta trend perkembangan teknologi informasi masa depan.
Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan Pemilik proyek menjelaskan
fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga Konsultan Perencana dapat secara tepat
menafsirkan keinginan Pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.
Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.
Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan mutu.
Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan.
Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan denah dan
batas-batas proyek.
Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu tahap Pra-Desain (Preliminary Design) dan
tahap Pengembangan Desain (Development Design) / Detail Desain (Detail Design).
Tujuan dari tahap ini adalah :
metoda konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari Pemilik
proyek dan pihak berwenang yang terlibat.
Untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk Kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah
Kontraktor sebagai sub-Kontraktor yang melaksanakan konstruksi di lapangan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
Prakualifikasi
Dokumen Kontrak
Seringkali dalam tahap pelelangan diadakan beberapa prosedur agar Kontraktor yang
berpengalaman dan berkompeten saja yang diperbolehkan ikut serta dalam pelelangan.
Prosedur ini dikenal sebagai babak prakualifikasi yang meliputi pemeriksaan sumber daya
keuangan, manajerial dan fisik Kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada proyek
serupa, serta integritas perusahaan. Untuk proyek-proyek milik pemerintah, Kontraktor
yang memenuhi persyaratan biasanya dimasukkan ke dalam Daftar Rekanan Mampu
(DRM)
Dokumen kontrak sendiri didefinisikan sebagai dokumen legal yang menguraikan tugas dan
tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Dokumen kontrak akan ada setelah
terjadi ikatan kerja sama antara dua pihak atau lebih. Sebelum hal itu terjadi terdapat proses
pengadaan atau proses pelelangan dimana diperlukan Dokumen Lelang atau Dokumen
Tender.
Tujuan dari tahap pelaksanaan adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh
Pemilik proyek dan sudah dirancang oleh Konsultan Perencana dalam batasan biaya dan
waktu yang telah disepakati, serta dengan kualitas yang telah disyaratkan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan
semua operasional di lapangan. Perencanaan dan pengendalian proyek secara umum
meliputi :
Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan ( maintenance and star-up ) ini bertujuan
menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan dokumen kontrak dan kinerja
fasilitas sebagaimana mestinya. Selain itu, pada tahapan ini juga dibuat suatu catatan
mengenai kostruksi berikut petunjuk operasinya danmelatih staf dalam menggunakan
fasilititas yang trsedia.
Kegiatan yang dilakukan adalah:
Mempersiapkan catatan pelaksanaan, baik berypa data-data selama pelaksaan
maupun gambar pelaksanaan (as built drawing).
Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
terjadi.
Mempersiapkan petunjuk operasional/pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaannya.
Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.
BAB III
UNSUR PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
PEMILIK PROYEK
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang badan yang memiliki
proyek dan memberikanpekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Penggunaan jasa dapat berupa
perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.
Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
I. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan konyraktor)
II. Meminya laporan secara periodic mengenai pelaksana pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
III. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
IV. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
V. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
VI. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan denagn cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
VII. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai denagn apa yang dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah:
I. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
II. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan.
KONSULTAN Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat
dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu konsultan yang
menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanika dan elektrikal dan lain
sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan dan disebut
konsultan perencana.
Konsultan Perencana
Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah oaring/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu
dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhir
pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
I. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
II. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
III. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan .
IV. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancer.
V. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi disini mungkin serta menghindaari
pembengkakan biaya.
VI. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul dilapangan agar dicapai hasil
akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
VII. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
VIII. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
IX. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
X. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.
KONTRAKTOR
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan
perseorangan berbadan hokum atau sebuah badan hokum yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
I. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan syarat-syarat, risalah
penjelasan pekerjaan dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh
pengguna jasa.
II. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas
sebagai wakil dari pengguna jasa.
III. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
IV. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan.
V. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya sesuai
ketetapan yang berlaku.
HUBUNGAN KERJA Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan,
dan kontraktor diatur sebagai berikut:
Manfaat Penelitian
a. Bagi Pemrakarsa
1). Sumber informasi bagi masyarakat tentang rencana pabrik peleburan timah 2). Ikut
berperan serta dalam melakukan upaya pemantauan lingkungan yang
dilaksanakan oleh pemrakarsa kegiatan.
c. Bagi Pemerintah
1). Sebagai masukan bagi perencanaan dan pembangunan wilayah
2). Integrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap perencanaan
pembangunan
1
Pekerjaan konstruksi membutuhkan tenaga kerja terutama tenaga kerja buruh
harian. Namun tenaga kerja yang dibutuhkan jumlahnya relatif kecil yaitu
berkisar 20 orang tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja yang ditelaah adalah
dampak positif dan negatif terhadap masyarakat yang berada disekitar lokasi
kegiatan.
2). Mobilisasi peralatan dan material
METODE PENELITIAN
Kualitas udara dan kebisingan
Kualitas udara di tapak proyek dan sekitarnya, dilakukan pengukuran langsung dilapangan
(data primer) kemudian dibawah langsung ke laboratorium. Untuk pelaksanakan uji
sampel bekerja sama dengan laboratorium BTKL Palembang yang peralatan dan
prosedur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2
Parameter kualitas udara yang dianalisis meliputi sulfur dioksida, carbon monoksida,
Nitrogen dioksida, hidrokarbon, partikel suspensi debu dan Pb. Jumlah titik sampel kualitas
udara di wilayah tapak proyek dan sekitar proyek berjumlah 3 titik sampel.
1. NO 2 Saltzman Spectrofotometer
2. SO 2 Pararosandi Spectrofotometer
3. CO NDIR NDIR Analyzer
4. HC Flame Ionization Gas Chromatografi
5. TSP Gravimetri Hi Vol
6. Pb Gravimetri Hi Vol
7. Kebisingan Sound Level Meter
TABEL III.2
LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL KUALITAS UDARA
3
Analisis kualitas udara dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran dengan
baku mutu lingkungan udara ambien. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran
udara diwilayah studi dilakukan dengan pendekatan model Bivariate Gaussian yang
rumusnya sebagai berikut :
Q -H2
C (x,o,o,h) = x exp
2
kecepatan angin, penerimaan radiasi surya pada siang hari dan penutupan awan pada
malam hari.
TABEL III.3.
STANDAR KUALITAS UDARA
Baku Mutu
Waktu Pengukuran (pg/Nm3 )
1 Jam 24 Jam 1 Tahun
1. NO 2 400 150 100
4
2. SO2 900 365 60
3. CO 30.000 10.000 -
4. HC 160 / 3 jam - -
5. TSP - 230 90
6. Pb - 2 1
Untuk analisis kebisingan sumber bergerak dihitung dengan menggunakan rumus dari
Rau dan Wooten (1990) sebagai berikut :
Keterangan :
Loi = Tingkat kebisingan kendaraan tipe i
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat per jam
Si = Kecepatan rata-rata truk
D = Jarak sumber bising terhadap titik pengukuran
S = “Shielding faktor” untuk daerah terbuka dengan tanaman agak jarang = S dBA.
L2 = L1 – 10 Log R2/R1,
dimana :
L2 = tingkat kebisingan pada jarak R2 (dBA)
L1 = tingkat kebisingan pada jarak R1 (dBA)
R2 = jarak pendengar dari sumber bising (meter)
R1 = jarak bising dari sumbernya (meter)
5
Analisis kebisingan berpedoman kepada baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor Kep-
48/MenLH/10/1996 tentang Baku Tingkat kebisingan.
Bahasan besar dampak yang diperoleh dari prakiraan dampak penting, untuk menetapkan
jenis dampak besar dan penting, dilakukan evaluasi dampak penting. Tahap evaluasi di
dasarkan pada Keputusan kepala Bapedal Nomor Kep-056 Tahun 1994 mengenai 6
(enam) Kriteria dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap dampak
penting sehingga dapat ditentukan penting tidaknya dampak :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
b. Luas wilayah persebaran dampak
6
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
e. Sifat kumulatif dampak
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Evaluasi dampak penting merupakan proses penelusuran prilaku dampak dan keterkaitan
antar masing-masing dampak tersebut.
Komponen/Sub Kosntruksi
No. Komponen Penerimaan Mobilisasi Pembangunan
Lingkungan Tenaga Peralatan dan Sarana dan
Kerja Bahan Prasarana
A. Fisik Kimia
1. Kualitas Udara X
2. Kualitas Air X X
3. Kebisingan
X
4. Lahan/Ruang
X
B. Biologi
7
1. Flora X
2. Fauna
X
3. Biota Air
X
C. Sosekbud Kesmas
1. Peluang Kerja X X
2. Peningkatan X X
Pendapatan X
X
3. Keresahan
Masyarakat X
4. Sikap dan
X
persepsi
5. Kesehatan
Masyarakat
6. Konflik Sosial
Metode ini mengarah kepada pemberian nilai/skore yang berhubungan antara komponen
lingkungan yang terkena dampak dengan tahap-tahap kegiatan. Selanjutnya disajikan pada
Tabel IV.2. berikut ini :
TABEL IV.2.
MATRIK EVALUASI PRAKIRAAN DAMPAK
Komponen/Sub Kosntruksi
N Komponen Penerimaan Mobilisasi Pembangunan
Tenaga Peralatan dan Sarana dan
o
Kerja Bahan Prasarana
Lingkungan
AFisik Kimia
8
-2/1 -1/1
. 1. Kualitas Udara -2/2 -1/1
2. Kualitas Air -1/2
3. Kebisingan
4. Lahan/Ruang
B -1/1
. Biologi -1/1
1. Flora -1/1
2. Fauna
3. Biota Air
dan Jalan Ketapang. Jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material dan 9
bahan sebagian wilayahnya terdapat pemukiman seperti di jalan Air Mangkok dan Jalan
Air Mawar, namun untuk jalan ketapang penduduk yang tinggal di sepanjang jalan
tersebut masih jarang, secara tidak langsung untuk jalan yang dilalui terdapat pemukiman
penduduk, maka mobilisasi tersebut dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama
debu yang berasal dari jalan yang dilalui kendaraan terutama pada saat di musim
kemarau.
Hasil pengukuran kualitas udara dijalan Air Mawar Kelurahan Bacang parameter NO 2
3 3 3/1 jam ,
/1 jam, SO
2
3 3
/m3 /24
jam. Sedangkan di Jalan Ketapang parameter NO 3/1 jam, SO
2 2
3 33/3 jam,
3 3/24 jam.
/
2
4
j
a
m
d
a
n
Dengan adanya aktifitas kegiatan pengangkutan peralatan dan bahan serta lalu lintas
kendaraan pengangkut secara langsung akan meningkatkan kandungan gas buang dan
peningkatan kadar debu, sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas udara di
sepanjang lokasi kegiatan dan menyebar ke lingkungan pemukiman.
Secara langsung penurunan kualitas udara terutama kandungan debu (TSP) akan
mempengaruhi ketidak nyamanan masyarakat. Penyebaran gas buang dan debu ini akan
meningkat dan meluas pada saat kegiatan dilakukan pada musim kering/kemarau.
Penurunan kualitas udara yang berasal dari kendaraan pengangkut bahan meterial dan
bahan bersifat temporer dengan perkiraan dampak bersifat lokal yaitu lokasi jalan yang
dilalui oleh kendaraan.
Berdasarkan analisis diatas, maka mobilisasi peralatan dan bahan mempunyai dampak
negatif cukup penting (-2) dengan potensi besarnya dampak sangat kecil (1).
0
3 3/24jam dan Pb sebesar 0,02
3/24 jam. Pembangunan sarana dan prasarana ini berakibat kepada penurunan
kualitas udara udara secara mikro.
TABEL IV.3.
EMISI POLUTAN UDARA DARI PEMAKAIAN ALAT BERAT
No Bulan Partike
. CO NO SO l
2 2
Debu
1
Peningkatan Kebisingan
Sumber kebisingan adalah aktifitas lalu lintas kendaraan pengangkut alat-alat material dan
bahan pada pelaksanaan konstruksi atau pembangunan pabrik peleburan biji timah (smelter)
PT. Laba-Laba Multindo selama kegiatan pembangunan berlangsung.
Hasil pengukuran menunjukkan di lokasi pada lokasi 1 (Jalan Ketapang) sebesar 41,9 dBA,
dan lokasi 3 (Jalan Air Mawar) sebesar 61,0 dBA. Apabila dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan sesuai KepMenLH Nomor 48/MenLH/10/1996 tentang baku mutu tingkat
kebisingan yaitu sebesar 55 dBA, maka pada lokasi 1 memenuhi baku mutu sedangkan
lokasi 2 melebihi baku mutu.
Menurut Zeans (1976), tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh alat-alat berat sebagai
berikut seperti disajikan pada Tabel IV.4. berikut :
TABEL IV.4.
TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN
DARI KENDARAAN ALAT-ALAT BERAT
2
Peningkatan kebisingan secara tidak langsung akan mempengaruhi kenyamanan
warga, biarpun kebisingan hanya bersifat temporer yaitu pada saat dilakukan kegiatan
pengangkutan bahan dan material selama + 3 bulan. Komponen lingkungan yang
terkena dampak juga bersifat lokal yaitu jalan yang dilewati oleh kendaraan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mobilisasi peralatan dan bahan pada tahap
konstruksi mempunyai dampak negatif cukup penting (-2) dengan besaran dampak
tergolong kecil (2).
Berdasarkan prakiraan jumlah tenaga kerja pada tahap konstruksi berjumlah 20 orang.
Kebutuhan tenaga kerja ini relatif kecil, namun kesempatan warga untuk bekerja pada tahap
ini masih terbuka. Jumlah penduduk di Kelurahan Bacang sebesar 5.081 jiwa dengan
tingkat ketergantungan penduduk pada umur yang produktif sebesar 66,5 %, berarti beban
tanggungan umur yang produktif sebesar 33,5 %. Angka ketergantungan di Kelurahan
Bacang relatif besar , maka tingkat pengangguran di wilayah studi cukup besar.
Pada tahap konstruksi diprakirakan akan menimbulkan dampak peluang kerja terhadap
masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan namun peluang kerja ini bersifat
sementara, hal ini disebabkan waktu pelaksanaan tahap konstruksi terbatas pada lama
pelaksanaan konstruksi yaitu lebih kurang 3 bulan. Berdasarkan hal tersebut maka
peluang kerja ini pentingnya dampak positif cukup penting (+2) dengan besaran dampak
kecil (2).
Debu yang berasal dari tungku bakar, kemudian disedot menggunakan ekshousvan,
kemudian disalurkan melalui filter, setelah debu disaring, maka dialirkan ke dalam bag
terlebih dahulu kemudian didinginkan. Agar filter bag tidak cepat rusak terbakar (suhu
maksimum yang diperbolehkan 1500 C), maka sebelum memasuki filter bag suhu dari dust
collecting diturunkan dari 5000 C menjadi 100-1200 C dengan mendinginkannya
melalui cooling tower. Di pihak lain suhu flue gas jangan dibiarkan kurang dari 1000 C
x
agar jangan sampai terjadi pengembunan asam sulfat (sebagai hasil reaksi antara gas SO
dengan uap air, yang akan menyerang filter bag secara kimiawi.
b.Pendekatan sosial ekonomi dan budaya
1. Penyediaan tabung pemadam kebakaran
2. Pemakaian baju tahan api
3. Pemakaian perlengkapan K3 sepeti sarung tangan, helm, kaca mata, dll
4. Membagikan penutup hidung (masker) kepada karyawan masyarakat yang
berada disekitar lokasi kegiatan.
3). Mengarahakan tenaga yang di PHK ke lapangan pekerjaan lain sesuai dengan
pengalaman dan keterampilan yang dimiliki.
5
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)
Pemantauan Kualitas Udara
Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan dengan metode pengumpulan dan analisis
a.Metode pengumpulan
Metode analisis dilakukan dengan tabulasi, kemudian membandingkan dengan baku mutu
tingkat kebisingan berdasarkan KepMenLH Nomor 48/MenLH/II/1996.
Pemantauan Sikap dan Persepsi Masyarakat
Pemantauan sikap dan persepsi masyarakat dapat dilakukan dengan metode pengumpulan
dan analisis
a. Metode pengumpulan
b.Metode analisis
a. Penurunan kualitas udara berasal dari aktifitas mobilisasi material /bahan baku dan
pembangunan sarana dan prasarana pabrik mempunyai dampak negatif (-) dengan
potensi besaran dampak sangat kecil;
Saran
dengan memasang alat treatment udara sebelum asap dibuang melalui cerobong
asap. Sedangkan pendekatan sosial ekonomi dapat berupa pemberian alat proteksi
diri serta penyuluhan.
1. Penerapan sistem struktur organisasi suatu perusahan tertentu tidak harus menganut
satu pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
2. Sistem struktur organisasi yang digunakan oleh suatu perusahaan tertentu bisa
merupakan gabungan dan beberapa pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
3. Antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya bisa memiliki sistem struktur
organisasi yang berbeda. Hal ini tergantug dari kondisi dan tujuan perusahaan tersebut. 9
DAFTAR PUSTAKA
www.wikepedia.com
www.google.com
Wulfram I. Ervianto, MANAJEMEN PROYEK KONSTRUSI, ANDY, 2005