DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
A.1 MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
A.2 SMK3 KONSTRUKSI
A.3 SUSUNAN ORGANISASI K3
B. KEBIJAKANK3
B.1. VISI DAN MISI
B.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
B.3. KOMITMEN K3
B.4. PENGUKURAN SAFETY IMPLEMENTATION LEVEL ( SIL )
C. PERENCANAAN K3
C.1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO
C.2. SASARAN DAN PROGRAM K3
C.3. PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C.4. PERSYARATAN LAINNYA
D. PENGENDALIAN OPERASIONAL K3
E. PEMERIKSAAN DAN EVALUASI KINERJA K3
F. TINJAUAN ULANG KINERJA K3
G. PROSEDUR
H. KESIMPULAN
I. PENUTUP
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.Keselamatan dan kesehatan kerja
tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif
atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.
Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban
yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh
sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada saat ini keselamatan dan
kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan
bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Secara singkatnya latar belakang Program K3 ini
adalah :
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur yang penting dalam pembangunan
Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara
lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan.
Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan
K3 yang berlaku.
3. SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah SMK3 pada sektor jasa
konstruksi yang berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat)
antara lain pekerjaan konstruksi: jalan, jembatan, bangunan gedung fasilitas
umum, sistem penyediaan air minum dan perpipaannya, sistem pengolahan air
limbah dan perpipaannya, drainase, pengolahan sampah, pengaman pantai,
irigasi, bendungan, bendung, waduk, dan lainnya.
7. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber sumber bahaya baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
8. Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada suatu
batas yang memadai.
10. Kategori Risiko K3 berupa tinggi, sedang atau kecil. Jika terjadi perbedaan
pendapat tentang penentuan kategori risiko, harus diambil tingkat risiko yang
lebih tinggi.
15. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau
pemilik pekerjaan / proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
20. Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai
bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi,
dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu
yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun secara sistematis
berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen
sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.
25. Laporan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah hasil
audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan oleh auditor yang
berisi fakta yang didapatkan pada saat pelaksanaan Audit K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
Penanggung Jawab K3
PT. MITRA ECLAT GUNUNG ARTA
B. KEBIJAKAN K3
Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material
bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi dapat juga mengganggu proses pekerjaan kontruksi secara
menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak pada masyarakat luas.
Dengan ini kami, KAMI membuat beberapa kebijakan K3 pada pelaksanaan kerja di
lapangan, hal tersebut mengacu pada komitmen kami dalam menjalankan semua pekerjaan
dengan baik, tanggung jawab dan profesional sesuai VISI dan MISI kami sebagi berikut :
1. Prinsip-Prinsip Panduan :
Semua orang yang bekerja di lokasi kami mempunyai hak untuk
mendapatkan lingkungan/kondisi kerja yang aman dan sehat dan
mempunyai kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi
tersebut dengan berperilaku yang bertanggung jawab. K3 kami nilai
sebagai bisnis utama yang diintregasikan pada seluruh kinerja bisnis. Setiap
cedera atau kasus sakit akibat hubungan kerja, dapat dihindari dengan sistem
kerja , peralatan , substansi, training dan supervisi yang tepat.
Manajemen K3 yang efektif mencakup penilaian resiko dari desain lokasi
sejak awal tahap konstruksi, komisioning dan perencanaan secara
keseluruhan dari suatu organisasi dan pemeliharaannya. Semua kegiatan
operasinal kami harus secara kontinyu meningkatkan kinerja K3.
4. Analisa Resiko
Proses manajemen dipastikan tersedia untuk menjamin resiko telah di identifikasikan
secara baik, terkontrol dalam organisasi, dll. Karyawan, kontraktor dan konsumen
berhak dan wajib mendapatkan informasi mengenai resiko yang ada dan langkah
langkah yang diambil untuk mengeliminasi atau meminimalkannya. Suatu sistem
monitoring dan kesiagaan/alert dipastikan tersedia, yang akan memastikan adanya
kontrol pada resiko di tingkat Manajemen sesuai tingkat keseriusannya.
5. Kebijakan :
Peningkatan koordinasi berdasarkan kemitraan yang saling
mendukung.
Pemberdayaan semua pihak, baik itu intern maupun ekstern, agar mampu
menerapkan dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Kontraktor berperan sebagai fasilitator dan regulator.
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perusahaan.
6. Strategi :
Meningkatkan komitmen antara kontraktor dan tenaga kerja di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Meningkatkan peran dan fungsi semua sector dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Meningkatkan kemampuan, pemahaman, sikap dan perilaku budaya
keselamatan dan kesehatan kerja dari kontraktor dan tenaga kerja.
Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja melalui manajemen risiko
dan manajemen perilaku yang berisiko.
Mengembangkan sistem penilaian keselamatan dan kesehatan kerja (Audit
SMK3) di dunia usaha.
Meningkatkan penerapan sistem informasi keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi.
Memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kesehatan kerja sejak
dini hingga berkelanjutan.
Meningkatkan integrasi keselamatan dan kesehatan kerja dalam semua
bidang disiplin ilmu.
Komitmen K3 KAMI adalah suatu upaya dalam menjaga dan memelihara kondisi
kerja agar senantiasa selamat dalam bekerja dan terhindar dari resiko kecelakaan
kerja atau terkena dampak penyakit akibat lingkungan kerja yang berpotensi
penyakit.
Gugus tugas K3 yang dibentuk di KAMI yang memiliki tugas antara lain :
Melakukan usaha-usaha sistematis untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Menyelidiki dan melaporkan bila terjadi kecelakaan kerja.
Memperbaiki kondisi yang tidak aman dan tidak sehat.
Menyediakan peralatan perlindungan kerja bila diperlukan sesuai ketentuan,
misalnya helm, jacket, sarung tangan, dsb.
Memberitahu karyawan apabila ada bahan kimia berbahaya dan sejenisnya (
Untuk pengerjaan proyek-proyek pabrik kimia yang sedang direnovasi,dll )
Menerima masukan dari para karyawan yang mengalami langsung lingkungan kerja
demi peningkatan kondisi K3.
Memahami perilaku K3 sikap yang senantiasa mengutamakan
keselamatan.
Memahami arti ergonomika yakni ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
secara psikis dan fisik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
Dalam komitmennya untuk melaksanakan kebijakan K3, KAMI dapat membantu
mengurangi angka kecelakaan kerja di lingkungan kerja. Dengan sadar dan berkomitmen,
perusahaan kami akan melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kondisi kerja yang
aman dan sehat.
Dengan adanya komitmen perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan peraturan K3
serta dukungan oleh kualitas SDM perusahaan dalam pelaksanaannya, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, misalnya tidak menggunakan APD ( Alat
Pelindung Diri ) dan penggunaan peralatan yang tidak standart, sedang unsafe condition
merupakan kondisi tempat kerja yang tidak aman seperti terlalu gelap, panas, dan
gangguan-gangguan faktor fisik lingkungan tempat kerja, dapat diminimalkan bahkan
dieliminasi.
Berdasarkan 5 komponen utama diatas, tahapan dalam penyusunan SMK3 dibagi dalam 7
tahapan, antara lain :
Mengindentifikasi resiko dan bahaya.
Mengidentifikasi ketetapan UU dan peraturan yang berlaku.
Menentukan target dan pelaksana program.
Melancarkan program perencanaan untuk mencapai target dan objek yang
telah ditentukan.
Mengadakan perencanaan terhadap kejadian darurat.
Peninjauan ulang terhadap target dan para pelaksana system.
Penetapan kebijakan sebagai usaha untuk mencapai kemajuan yang
berkesinambungan.
Pelaksanaan K3 di lapangan, diukur dengan Safety Implementation Level (SIL) yang berisi
tentang kriteria dan kriteria pengukuran yang telah ditetapkan hingga nantinya ada
penilaian atau audit terhadap pelaksanaan kriteria-kriteria yang ada.
Pengkajian ini dilakukan sebagai usaha untuk lebih concern terhadap K3 dan tetap
menjaga komitmen „Good Safety is Good Work‟.
TANGGUNG JAWAB
K3 bukan hanya tanggung jawab dari kontraktor saja, melainkan menjadi tanggung jawab
semua pihak, termasuk pengguna jasa.
Peran manajemen puncak adalah paling utama, berupa penyediaan fasilitas dan
penjelasan atau sosialisasi K3 kepada semua karyawan.
Beberapa usaha yang dilakukan, misalnya :
Promosi kesehatan di tempat kerja Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja untuk suatu
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya,
termasuk tempat kerja, semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yg
merupakan bagian atau yg berhubungan dg tempat kerja tsb. Tempat kerja meliputi
darat, laut, dalam tanah & air serta udara
Promosi kesehatan (health promotion) merupakan proses yang memungkinkan
orang meningkatkan kendali atas kesehatan dan memperbaiki status kesehatan
mereka.
Promosi kesehatan di tempat kerja dalam artiannya adalah upaya promosi
kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan
masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya,
serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja :
Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung dan aman.
Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup sehat.
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat
Bagi pekerja :
- Lingkungan tempat kerja menjadi lebih sehat.
- Meningkatnya percaya diri.
- Menurunnya strees.
- Meningkatnya semangat kerja.
- Meningkatnya kemampuan.
- Meningkatnya kesehatan.
C. PERENCANAAN K3 KAMI
Pekerjaan pintu kaca Terkena peralatan kerja Disiplin kerja dan patuh pada tata
-> Luka ringan dan berat tertib.
Tertimpa/terjepit Menggunakan metode/cara kerja
metrial -> Luka berat, yang benar dan peralatan kerja yang
Luka ringan baik.
Tidak menggunakan Selalu berhati-hati dan berkordinasi
peralatan perlindungan yang baik dalam bekerja, serta fokus
kerja sesuai standart -> pada pekerjaan yang sedang
luka ringan dan berat. dijalankan serta menggunakan
Terjadi miss komunikasi perlengkapan APD (Safety Belt,
antar team, lalai saat Helm, Rompi, Sepatu Boots, sarung
bekerja-> Luka ringan dan tangan, masker).
berat. Disiplin kerja dan patuh pada tata
tertib.
C.2. SASARAN DAN PROGRAM K3 KAMI
Sasaran K3
Menciptakan lingkungan kerja yang aman (bebas dari kecelakaan)
Mengurangi terjadinya gangguan kesehatan akibat kerja sebesar 25%tiap tahun.
Kebijakan K3 dalam bidang Konstruksi akan ditinjau secara terus menerus secara
berkala.
ProgramK3:
Mengidentifikasi dan rnernbuat analisa Bahaya dan Resiko setiap pekerjaan.
Mengawasi setiap pekerjaan beresiko tinggi dengan dikeluarkannya Surat Ijin Kerja
Melakukan Safety Briefing di setiap awal bekerja kepada seluruh pengawas dan
pekerja.
Melakukan Safety Patroli dan Inspeksi terhadap Lokasi Kerja, Metode dan Peralatan
Kerja.
Mernbuat rnetode pengarnanan dan pengawasan terhadap alat selama bekerja
khususnya alat angkat, angkut dan muat.
Penyediaan alat dan pendukung keselarnatan kerja (Rarnbu-rarnbu,
APD,Pemadam kebakaran, P3K).
Membatasi kerja lernbur
Perneriksaan kesehatan setiap pekerja beresiko tinqgi ( secara periodik )
Menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai kebutuhan
Meningkatkan kedisiplinan terhadap pernakaian APD rnelalui inspeksi dan
punishment (bila diperlukan)
Mensosialisasikan Peurundang-undangan dan Peraturan K3
Memberikan training / pelatihan internal yang berhubungan dengan kesadaran K3
Melaksanakan Rencana K3 secara berkelanjutan dengan menyediakan
kebutuhan sarana K-3 ( APD, Rambu-rambu, spanduk, pagarpengamanan)
secarakonsisten.
Melakukan inspeksi secara berkala dan terus menerus untuk menjamin
pelaksanaan K3 berjalan sesuai dengan rencana.
Memastikan semuapekerja dan untuk mematuhi peraturan K3.
C.3. PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah diidentifikasi dan dipahami KAMI
menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan untuk mengelola resiko-resiko
terkait bahaya-bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan K3 di tempat kerja.
Keseluruhan pengendalian operasi bertujuan untuk mengelola resiko-resiko K3
untuk memenuhi Kebijakan K3 Perusahaan. Prioritas pengendalian operasi ditujukan
pada pengendalian yang memiliki tingkat kehandalan tinggi, selaras dengan hierarki
pengendalian resiko /bahaya K3 di tempat kerja.
Pengendalian operasi akan diterapkan dan dievaluasi secara bersamaan untuk mengetahui
tingkat ke-efektifan dari pengendalian operasi serta terintegrasi dengan keseluruhan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
1. Umum :
Perawatan dan perbaikan fasilitas/mesin/alat reguler.
Kebersihan dan perawatan tempat kerja.
Pengaturan lalu lintas manusia/barang, dsb.
Pemasokan dan Perawatan Fasilitas Kerja/Fasilitas Umum.
Perawatan suhu lingkungan kerja.
Perawatan sistem ventilasi dan sistem instalasi listrik.
Perawatan sarana tanggap darurat.
Kebijakan terkait dinas luar, intimidasi, pelecehan, penggunaan obat-obatan dan
alkohol.
Program-program kesehatan dan pengobatan umum.
Program pelatihan dan pengembangan pengetahuan.
Pengendalian akses tempat kerja.
4. Kontraktor :
Kriteria pemilihan kontraktor.
Komunikasi persyaratan kepada kontraktor.
Evaluasi dan penilaian kinerja K3 berkala.
4. Kontraktor :
Persyaratan kriteria kinerja K3.
Persyaratan pelatihan maupun kompetensi keahlian terhadap personel di bawah
kendali kontraktor.
Persyaratan pemeriksaan peralatan/perlengkapan/bahan/material kontraktor.
TABEL TERLAMPIR
TABEL TERLAMPIR
G. PROSEDUR KAMI
1. TUJUAN
Prosedur ini memberikan pedoman dalam penilaian risiko yang meliputi risiko kesehatan
dan keselamatan kerja secara formal sebelum melakukan suatu kegiatan melalui
identifikasi setiap bahaya dan risiko yang timbul dari seluruh aktivitas, produk dan jasa
yang dilakukan, melakukan penilaian tingkat risiko serta menentukan pengendalian risiko
untuk diterapkan dalam aktivitas kerja sehari-hari.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini diaplikasikan diseluruh aktivitas baik rutin maupun non rutin (baru ataupun
modifikasi) dalam penyelenggaraan kegiatan jasa dan fasilitas pada semua bagian
termasuk juga kontraktor,
3. URAIAN UMUM
3.1. Bahaya adalah sesuatu yang memiliki potensi yang dapat menyebabkan cidera
atau sakit (bagi pekerja, kontraktor, pengunjung atau masyarakat sekitar) atau kerusakan
terhadap properti perusahaan.
3.2. Risiko adalah kecenderungan untuk terjadi cidera, sakit atau kerusakan terhadap
properti perusahaan yang timbul akibat paparan bahaya.
3.3. Penilaian risiko adalah proses penilaian terhadap suatu risiko dengan
menggunakan parameter akibat dan peluang dari bahaya yang ada.
3.4. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada
kematian, penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau kehilangan lainnya.
3.5. Insiden adalah keadaan yang menimbulkan kecelakaan atau memiliki potensi
untuk
terjadi kecelakaan. Sebuah insiden dimana tidak ada penyakit akibat kerja, cidera,
kerusakan atau kerugian lainnya juga diartikan sebagai sebuah ”hampir celaka (near-
miss)”. Pengertian
”insiden” termasuk juga ”hampir celaka (near-miss)”.
3.6. Hirarki pengendalian tersebut adalah pengendalian risiko yang meliputi:
Eliminasi merupakan metode yang paling effektif untuk menghilangkan sumber
bahaya (menghilangkan proses).
Substitusi merupakan metode yang dilakukan apabila bahaya tidak bisa
dieliminasi yaitu dengan penggantian (mengganti motor diesel dengan motor
elektrik, menggunakan gerinda yang bebas debu).
Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup,
mengisolasi area kerja yang berbahaya (isolasi area berdebu).
Pengendalian secara administrasi misalnya, IK, pengawasan, pelatihan, rambu-
rambu dan rotasi kerja.
Alat Pelindung Diri/APD (helmet, sepatu safety, sabuk pengaman, pelindung telinga,
sarung tangan, pelindung mata/muka).
3.7. Tim K3 adalah tim penilai risiko yang terdiri dari perwakilan dari masing-masing
unit kerja yang bertugas untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko.
4. PROSEDUR
4.1. MANAGEMEN REPRESENTATIVE
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan identifikasi, penilaian awal bahaya dan risiko.
2. Bersama-sama dengan Tim K3 melakukan evaluasi hasil identifikasi dan penilaian
risiko yang dilakukan.
2. Penilaian Risiko
Setelah semua bahaya dapat diidentifikasi selanjutnya dilakukan assesment risiko
yang dapat timbul dari tiap bahaya itu dengan memperhatikan keparahan risiko,
kemungkinan terjadi, pengendalian risiko dan kesadaran risiko.
1. TUJUAN
2. RUANG LINGKUP
3. URAIAN UMUM
3.1. Perundang-undangan dan persyaratan lain yang dimaksud di sini
mencakup:
Peraturan Pemerintah.
Persyaratan Pelanggan.
Persyaratan Lainnya.
3.2. Hasil identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dijadikan sebagai
acuan dalam menyusun tujuan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.
3.3. Identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dievaluasi dan di
up-date sekurang-kurangnya satu tahun sekali, kecuali yang ditentukan oleh pelanggan.
3.4. Setiap perubahan perundang-undangan dan persyaratan lain dikendalikan sesuai
dengan revisi yang terbaru.
3.5. Sumber-sumber untuk identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain antara
lain:
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Departemen Kesehatan.
Pelanggan.
Persyaratan lain yang relevan.
4. PROSEDUR
4.4. Management Representative
1. TUJUAN
Prosedur ini memberikan pedoman dalam penetapan tujuan, sasaran dan program
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku bagi penetapan tujuan, sasaran dan penyusunan program manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja KAMI yang akan dicapai sejalan dengan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. URAIAN UMUM
3.6. Input dalam menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja
adalah:
Kebijakan K3, mencakup komitmen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.
Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian resiko dan
pengendalian resiko.
Persyaratan hukum dan perundang-perundangan.
Pilihan teknologi.
1. TUJUAN
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan darurat,
menyelamatkan tenaga kerja, asset perusahaan dan lingkungan kerja.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan darurat
penanganan kebakaran, penanganan kecelakaan kerja atau darurat medis (PPPK).
3. URAIAN UMUM
3.1. Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran, kecelakaan
kerja, darurat medis dan kejadian lain yang memerlukan penanganan segera dan terpadu.
3.2. Kebakaran adalah kobaran api yang membesar yang tidak terkendali yang dapat
menimbulkan kerugian pada manusia, barang dan lingkungan.
3.3. Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan perlu penanganan
yang serius. Pada umumnya keadaan ini disebabkan karena keletihan, pingsan, sakit,
keracunan dan lain-lain.
3.4. Emergency plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang mungkin terjadi
dan mencakup :
Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.
Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian
darurat.
Kewajiban semua personel selama kejadian darurat.
Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel dengan tanggung jawab khusus
selama kejadian darurat (seperti pemadaman kebakaran, P3K dan sebagainya).
Proses evakuasi.
Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang
dipersyaratkan.
Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat.
Komunikasi dengan badan pemerintah.
Komunikasi dengan publik.
Pengamanan catatan dan perlatan penting.
Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti denah lokasi
perusahaan/proyek,data material berbahaya, instruksi kerja dan nomor telepon
penting.
3.5. Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat yang harus ada
dilokasi kerja (bila dapat diterapkan) harus disesuaikan dengan aktivitas potensi
kondisi darurat, diuji kelayakannya dalam waktu yang terancana diantaranya :
Sistem alarm
Lampu dan tenaga listrik darurat
Peralatan pemadam kebakaran
Fasilitas komunikasi
Tempat perlindungan
Hidrant
Stasiun pencucu mata
Alat P3K
3.6. Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat yang aman
(assembly point) yang berfungsi sebagai tempat berkumpul selama kegiatan evakuasi.
Khusus untuk area project, disesuaikan dengan customer dan kondisi lapangan
WAJIB BACA
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.Keselamatan dan kesehatan kerja
tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif
atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.
Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban
yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh
sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada saat ini keselamatan dan kesehatan kerja
bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para
pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan. Pra rencana K3 Kontrak (Pra‐RK3K) ini
sebagai acuan bagi penyelenggaraan sistem manajemen K3 Konstruksi bidang Pekerjaan
Umum yang dapat dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan terkoordinasi
(agar semua pemangku kepentingan mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya
dalam penyelenggaraan sistem manajemen K3
HAMDANI
Direktur Utama