KELOMPOK 5
LASITA KHAERANI 1506675226
FEBRIAN HERA PRATAMA 1506716711
FADHI MUHAMMAD 1506725230
PRADHANA LISTIO W. 1506675314
M. AFRIANZA 1506745554
DICKY VITO ARYANTO 1606824383
DIAN RATRI CAHYANI 1606896981
Tugas besar ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar.
NPM : 1. 1506675226
2. 1506716711
3. 1506725230
4. 1506675314
5. 1506745554
6. 1606824383
7. 1606896981
Tandatangan : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan tugas ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Manajemen
Kualitas dan Risiko, pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Mohammed Ali Berawi, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pemicu isu awal untuk kami memulai
tugas ini, serta kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan
penyusunan tugas ini.
2. Kedua orang tua kami atas doanya yang tidak pernah berhenti menyertai
setiap langkah hidup kami.
3. Pihak-pihak yang telah berkenan memberikan referensi terkait.
4. Rekan-rekan lain yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
besar ini.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT membalas segala kebaikan seluruh pihak
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
ii
Universitas Indonesia
4.5 Rekomendasi Solusi Permasalahan Terjatuhnya Launcher Girder Proyek
Pembangunan DDT Paket A.............................................................................. 30
4.5.1 Quality Planning ............................................................................. 30
4.5.2 Quality Assurance ........................................................................... 47
4.5.3 Quality Control ................................................................................ 50
4.5.4 Quality Improvement....................................................................... 57
BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 59
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 59
5.2 Saran .......................................................................................................... 61
REFERENSI ........................................................................................................ 62
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Bagaimana analisa dampak kegagalan dari segi waktu dan biaya terkait
quality failure cost?
3. Bagaimana rekomendasi solusi preventif dan mitigatif melalui pendekatan
quality plan, quality control, dan quality assurance?
berikut:
Gambar 2.3 Elemen-Elemen Cost of Quality
Sumber: (Ariana, 2002)
Untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan (conformance),
diperlukan tindakan pencegahan yang berupa:
• Pembuatan quality planning
• Seleksi vendor
• Pelatihan masalah kualitas
Selama proses pekerjaan berlangsung, diperlukan inspeksi atau appraisal secara
periodik untuk memantau agar menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan,
misalnya:
• Inspeksi pekerjaan yang dilakukan oleh quality control staff,
• Tes atau pengujian material ke laboratorium sesuai persyaratan spesifikasi,
• Kalibrasi alat ukur
Apabila ditemukan produk yang tidak sesuai persyaratan (non-conforming
product), sebelum produk diserahkan kepada pelanggan, maka akan diperlukan biaya
untuk memperbaiki. Penanganan non-conforming product dapat berupa repair
(perbaikan), rework (pengerjaan ulang), ataupun penggantian total. Disamping itu,
apabila terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan yang dikarenakan masalah kualitas,
maka akan timbul biaya, misalnya penggunaan alat dan personil serta fasilitas penunjang
lainnya.
Setelah produk diserahkan kepada pelanggan, apabila terjadi produk yang tidak
sesuai peryaratan selama kurun waktu masa pemeliharaan, maka masih menjadi
tanggung jawab pihak pelaksanan untuk memperbaiki hingga menjadi produk yang
dapat diterima. Biaya-biaya yang timbul pada periode ini adalah:
• Penanganan keluhan pelanggan (customer complaint),
• Perbaikan produk yang cacat atau tidak memenuhi persyaratan.
nantinya akan memisahkan antara jalur KRL dan KAJJ, sehingga tidak lagi saling
mengganggu perjalanan kereta satu sama lain dan menjadi sebuah solusi besar dari
masterplan transportasi perkotaan.
Gambar 4.2 Kondisi Pierhead dan Box Girder yang Rusak Pasca Tergelincirnya
Launcher
Sumber: Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan DDT Paket A, 2018
21
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Pelaksanaan Lifting yang Tidak Tepat
Sumber: Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan DDT Paket A, 2018
22
Pembangunan DDT Paket A karena harus bekerja dalam kondisi
yang basah (Iwan Zarkasi, 2018)
4. Kurangnya kontrol pada pekerjaan lifting dan erection box girder
sehingga menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian kerja dengan
spesifikasi dan peraturan yang seharusnya.
23
4.3.2 Identifikasi Masalah Menggunakan Metode Why Analysis
Berdasarkan hasil brainstorming pada pembahasan yang sebelumnya, metode why analysis digunakan untuk mengetahui
secara lebih detail akar masalah yang ada pada Proyek Pembangunan DDT Paket A. Adapun hasil analisis dengan menggunakan
metode
why analysis, adalah :
Tabel 4-1 Tabel Why Analysis
Permasalahan 1st Why 2nd Why 3rd Why 4th Why 5th Why
Produsen alat tidak
➔ Kurangnya pelatihan ➔ menyediakan
Kurangnya kemampuan
pelatihan
dalam mengoperasikan
Buku yang disediakan Keterbatasan
alat dengan benar ➔ Kurangnya peran dari ➔ ➔
Jatuhnya produsen alat tidak kemampuan teknisi
buku petunjuk
Launcher Girder dapat dalam memahami
Kemampuan kerja
Pada Proyek
➔ Terjadi hujan ➔ ➔ pekerja menurun karena
Pembangunan Lokasi kerja tidak Lokasi kerja licin
sebelum pekerjaan harus berhati-hati akibat
DDT Paket A kondusif
dimulai lokasi
Perangkat atau ➔ SOP monitoring
Supervisor tidak
Terdapat gap pada as ➔ Lengahnya ➔ ➔ kelengkapan tidak
pelaksanaan melakukan
box girder monitoring tidak ➔ Borang ceklist
monitoring monitoring dengan untuk
berfungsi dengan
baik/teliti
Sumber : Olahan Penulis, 2018
24
Universitas Indonesia
4.3.3 Identifikasi Masalah Menggunakan Metode Diagram Fishbone
Berdasarkan hasil pengunaan metode why analysis pada pembahasan
sebelumnya, dibuat diagram fishbone untuk mengetahui seluruh aspek yang
mungkin menyebabkan terjatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A. Adapun diagram fishbone tersebut, adalah :
25
Universitas Indonesia
Gambar 4.4 Diagram Fishbone
Sumber : Olahan Penulis, 2019
26
Universitas Indonesia
4.3.4 Evaluasi Terjatuhnya Launcher Girder Pada Proyek Pembangunan DDT
Paket A
Berdasarkan hasil identifikasi masalah menggunakan metode
brainstorming, why analysis, dan diagram fishbone, dapat diketahui bahwa
metode, manusia, mesin, dan lingkungan merupakan aspek yang
mempengaruhi terjadinya fenomena terjatuhnya launcher. Dari keempat
aspek tersebut, dilakukan identifikasi secara lebih lanjut untuk menemukan
akar dari permasalahan yang terjadi. Adapun penjelasan terkait masalah
pada keempat aspek tersebut adalah :
1. Manusia
Top event pada kegagalan manusia dalam fenomena terjatuhnya
launcher adalah terjadinya kelengahan dalam pelaksanaan
monitoring proyek. Hal tersebut terjadi karena terjadi supervisor
tidak melakukan monitoring dengan baik dan teliti. Penyebab
dari tidak baiknya monitoring yang dilakukan oleh supervisor
adalah kelengkapan monitoring yang diperlukan tidak berfungsi
secara maksimal. Kelengkapan monitoring yang seharusnya
menunjang pekerjaan supervisor adalah standar operasional
kerja (SOP) dan borang checklist. Akibat dari tidak lengkapnya
SOP dan borang checklist dalam pekerjaan, kelengahan yang
menyebabkan fenomena terjatuhnya launcher pun terjadi.
2. Mesin
Top event pada kegagalan mesin dalam fenomena terjatuhnya
launcher adalah kurangnya kemampuan operator dalam
mengoperasikan alat dengan benar. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya pelatihan yang disebabkan oleh tidak cukupnya
pelatihan yang dilaksanakan oleh produsen alat dan kurangnya
peran dari buku manual karena buku tersebut tidak atau kurang
dapat dipahami akibat keterbatasan bahasa dari operator (buku
petunjuk dibuat dalam bahasa Inggris).
3. Lingkungan
27
Universitas Indonesia
28
28
Universitas Indonesia
- Pembongkaran pier head yang rusak
- Rework untuk pier head yang rusak
- Instalasi launcher baru
Mengingat bahwa tambahan durasi yang terjadi pada proyek ini
disebabkan oleh kecelakaan kerja, pihak owner tidak dapat memberikan
kompensasi akan keterlambatan kerja yang berpotensi terjadi. Hal tersebut
pada akhirnya dapat menyebabkan sanksi akibat keterlambatan kerja yang
akan berpengaruh ke biaya.
29
4.5 Rekomendasi Solusi Permasalahan Terjatuhnya Launcher Girder Proyek
Pembangunan DDT Paket A
4.5.1 Quality Planning
4.5.1.1 Menyusun Sasaran Kualitas
1. Menetapkan sasaran kualitas.
Penetapan sasaran kualitas merupakan hal yang penting untuk
memastikan kesamaan dari alat yang digunakan dan kesesuaian dari
pekerjaan yang dilakukan. Adapun spesifikasi dari alat launcher
girder dan sasaran mutu dari pekerjaan launcher girder adalah :
a. Spesifikasi Launcher
Tabel 4-3 Spesifikasi Launcher
30
e. Inclination dari girder utama: δ = 3 + H
f. Perbedaan ketinggian support: 5mm
g. Camber pada span center:
- Plus δ = 3 + 0.15 L. Maksimum 20mm, L = Panjang span
dalam meter
- Minus δ = 3 + 0.05 L. Maksimum 6mm
h. Perbedaan ketinggian dari truss panel
- Pada jembatan axial direction = 5mm
- Diantara kanan dan kiri trusses = Single track 5mm, Double
track 7mm
i. Horizontal alignment of bridge between support
- Defleksi di pusat δ = 3 + 0.1 L
- Maksimum: 12mm
- L = Panjang span dalam meter
j. Horizontal alignment of bridge in intermediate portion
- Defleksi pada bagian tengah dengan panjang 20 m δ = 5
31
Rp23.449.155,98,00,- ( Dua puluh juta empat ratus empat
puluh sembilan seratus lima puluh lima ribu sembilan puluh
delapan rupiah)
- Biaya Pelatihan
Terdapat beberapa pelatihan yang perlu diadakan untuk pekerja
yang berkaitan dengan pekerjaan launcher untuk menunjang
kemampuan pekerja. Adapun rekapitulasi biaya pelatihan
terkait dengan pekerjaan launcher girder per orang adalah :
Tabel 4-4 Rekapitulasi Biaya Pelatihan Per Orang
c. Failure Cost
Nilai failure cost pada pekerjaan launcher gantry pada Proyek
Pembangunan DDT Paket A telah dibahas pada pembahasan
sebelumnya, adapun rincian dari failure cost tersebut adalah:
33
Tabel 4-5 Rincian Failure Cost
36
Gambar 4.6 Dokumen Identifikasi Risiko
Sumber : Dokumen Proyek DDT Paket A
37
Universitas Indonesia
38
38
Universitas Indonesia
Gambar 4.8 Dokumen Identifikasi Risiko (cont)
Sumber : Dokumen Proyek DDT Paket A
39
4.5.1.2 Menyusun Standar Kualitas
1. Membuat quality policy dalam perusahaan yang dapat dipahami oleh
semua karyawan pada semua unit pekerjaan.
Quality policy merupakan dasar dari semua standar mutu
yang ada pada perusahan. Pembuatan dasar standar merupakan hal
yang penting karena dasar standar akan menjadi acuan pembuatan
kebijakan yang lainnya. Adapun dokumen quality policy pada proyek
ini adalah :
40
Universitas Indonesia
Gambar 4.10 Daftar Dokumen Legal Terkait
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A
41
Universitas Indonesia
42
42
Universitas Indonesia
Gambar 4.12 Daftar Dokumen Legal Terkait
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A
43
4.5.1.3 Menentukan Metode Pengelolaan Kualitas
1. Menunjuk tim atau fasilitator beserta jobdescnya untuk melakukan
project monitoring dan controlling
Pada pembahasan sebelumnya, SOP pekerjaan telah
menunjukkan aktivitas apa saja yang dibutuhkan pada pekerjaan
launching gantry dan siapa saja yang bertanggung jawab atas
aktivitas tersebut. Guna menunjang SOP yang sudah ada, dibuat
suatu dokumen uraian tugas dan tanggung jawab guna memperjelas
fungsi dari masing-masing bagian yang terlibat pada pekerjaan
launching gantry agar tidak terjadi kelalaian akibat mangkirnya suatu
pihak dalam melakukan kerja. Adapun dokumen uraian tugas dan
tanggung jawab pekerja pada proyek ini adalah :
44
Universitas Indonesia
45
45
Universitas Indonesia
2. Memberikan pelatihan tentang bagaimana meningkatkan kualitas
secara berkala
Salah satu penyebab fenomena terjatuhnya launcher girder
pada proyek ini adalah keterbatasan kemampuan teknisi launcher
girder dalam mengoperasikan alat. Oleh sebab itu, diperlukan
pelatihan guna menunjang pekerjaan launching gantry. Beberapa
pelatihan yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan launching
gantry adalah :
a. Pelatihan Operator Crane
b. Pelatihan K3 Konstruksi
c. Pelatihan K3 Pada Ketinggian
d. Pelatihan Auditor SMK3
Adapun dokumen rencana pelatihan proyek yang terdapat
pada Proyek Pembangunan DDT Paket A, adalah :
46
3. Membuat analisis berkala terkait dengan kendala yang ada untuk
dibuat rencana tindak lanjut atau perbaikan
Pada Proyek Pembangunan DDT Paket A, telah dibuat
dokumen analisis berkala guna mengetahui kendala yang terjadi
pada proyek pada jangka waktu tertentu beserta solusinya.
Adapun dokumen analisis berkala yang terdapat pada Proyek
Pembangunan DDT Paket A, adalah
47
Universitas Indonesia
48
48
Universitas Indonesia
Gambar 4.19 Bagan Alir Pekerjaan Launching gantry
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A, 201
49
Universitas Indonesia
4.5.3 Quality Control
4.5.3.1 Melakukan Monitoring Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan
1. Mengkalibrasi sistem pengukuran (termasuk alat ukurnya) yang akan
digunakan dalam tahap pekerjaan.
Kalibrasi sistem pengukuran yang digunakan dalam setiap
pekerjaan merupakan hal yang penting karena pengukuran merupakan
dasar untuk menentukan kesesuaian pekerjaan dengan spesifikasi. Pada
proyek ini, seluruh alat ukur yang membutuhkan kalibrasi didata merk
dan jenisnya serta dibuat perencanaan kalibrasinya, sehingga seluruh
kegiatan terjadwal dengan jelas dan baik sehingga kualitas alat ukur
selalu terjaga. Adapun contoh dokumen data alat ukur dan jadwal
kalibrasi, adalah :
50
Universitas Indonesia
Gambar 4.21 Dokumen Matriks Rencana Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A, 2018
51
Universitas Indonesia
2. Mengimplementasi proses controlling dan monitoring.
Fenomena jatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A dapat terjadi karena implementasi proses controlling dan
monitoring yang tidak maksimal. Salah satu penyebab dari
ketidakmaksimalan tersebut adalah kurangnya perangkat dalam melakukan
proses controlling dan monitoring. Oleh sebab itu, penulis menambahkan
beberapa borang pemeriksaan dalam pekerjaan launching gantry untuk
membuat proses controlling dan monitoring lebih jelas dan terarah.
Adapun dokumen eksisting pada proyek dan tambahan dokumen dari
penulis terkait dengan proses controlling dan monitoring adalah :
52
Universitas Indonesia
53
53
Universitas Indonesia
Gambar 4.24 Dokumen Pengawasan Pekerjaan
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A
54
Gambar 4.25 Borang Inspeksi Alat dan Material
Sumber : Olahan Penulis, 2019
55
Gambar 4.26 Borang Inspeksi Lifting dan Alignment
Sumber : Olahan Penulis, 2019
57
4.5.4.2 Meningkatkan manajemen kualitas dan pelajaran yang diperoleh untuk
proyek selanjutnya.
1. Mendokumentasikan hasil peningkatan mutu dan mempublikasikannya.
Alternatif yang telah dianalisa pada pembahasan sebelumnya
kemudian dibukukan untuk menjadi referensi bagi proyek selanjutnya. Hal
tersebut bertujuan untuk :
a. Mempercepat pengambilan keputusan terhadap aksi yang harus
dilakukan jika mengalami kejadian yang sama karena sudah
memiliki referensi yang dijadikan acuan.
b. Menjadi aset perusahaan berupa ilmu yang dapat diimplementasi
pada proyek lain.
58
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang telah dibuat oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa :
a. Penyebab dari terjatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A adalah :
a. Kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan alat dengan benar
akibat kurangnya pelatihan dan keterbatasan kemampuan pekerja
dalam memahami buku petunjuk.
b. Lokasi kerja yang tidak kondusif pasca hujan sehingga menurunkan
performa pekerja.
c. Terdapat gap pada as box girder yang dikarenakan monitoring dan
controlling yang tidak dilakukan dengan baik akibat tidak adanya
SOP dan perangkat kontrol yang lengkap.
b. Dampak yang terjadi akibat terjatuhnya launcher girder pada Proyek
Pembangunan DDT Paket A adalah :
a. Penghentian kerja sementara oleh Komite Keselamatan Konstruksi
untuk menginvestigasi peristiwa kecelakaan yang terjadi.
b. Kematian empat orang pekerja.
c. Kerusakan alat karena jatuh dari ketinggian.
d. Rusaknya salah satu pier head pada area CP 22-23 karena tertimpa
launcher.
Keempat dampak tersebut secara langsung mempengaruhi durasi dan
biaya karena adanya tambahan pekerjaan dan kompensasi perusahaan
yang harus dipenuhi.
c. Rekomendasi solusi yang diberikan oleh penulis terkait dengan
fenomena terjatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan DDT
Paket A adalah dengan mengimplementasikan manajemen mutu pada
proyek dengan melakukan beberapa hal berikut :
a. Quality Planning
- Menyusun Sasaran Kualitas
59
Universitas Indonesia
60
c. Quality Control
- Melakukan monitoring sebelum pelaksanaan pekerjaan
• Mengkalibrasi sistem pengukuran yang akan digunakan dalam
tahap pekerjaan.
- Melakukan monitoring saat pelaksanaan pekerjaan
• Membuat rencana inspeksi pada setiap pekerjaan
• Mengimplementasi proses controlling dan monitoring
• Melaporkan hasil progress pekerjaan
60
Universitas Indonesia
d. Quality Improvement
- Mereview sistem pengelolaan kualitas dan dimodifikasi secara
terus menerus dengan mengembangkan ide untuk meminimalisir
akar penyebab permasalahan.
- Meningkatkan manajeman kualitas dan pelajaran yang diperoleh
untuk proyek selanjutnya dengan mendokumentasikan hasil
peningkatan mutu dan mempublikasinya
d. Penerapan preventive cost dan appraisal cost pada proyek akan lebih
menuntungkan daripada failure cost jika terjadi kejadian yang tidak
diinginkan pada proyek.
5.2 Saran
Saran dari kelompok kami terkait kasus kecelakaan kerja tersebut adalah:
1. Untuk proyek-proyek konstruksi selanjutnya agar memperhatikan aspek
struktur dengan sebaik-baiknya dalam proses perencanaan desain
bangunan. Sehingga kesalahan dalam pembangunan dapat
diminimalisir.
2. Dalam pekerjaan konstruksi sebaiknya peraturan mengenai persyaratan
kemanan / HSE di lapangan, seperti tidak melanjutkan pekerjaan jika
area kerja masih basah.
3. Meningkatkan pengawasan terhadap setiap proses pekerjaan. Sehingga
kesalahan dalam pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan dapat
terminimalisir.
4. Memastikan bahwa seluruh operator alat berat dalam proyek benar-
benar paham dalam mengoperasikan alat serta memastikan bahwa
mereka
dalam kondisi mental dan emosional yang baik.
61
REFERENSI
62