MANAJEMEN KUALITAS
PEMBANGUNAN DOUBLE DOUBLE TRACK JATINEGARA
KELOMPOK 5
LASITA KHAERANI 1506675226
FEBRIAN HERA PRATAMA 1506716711
FADHI MUHAMMAD 1506725230
PRADHANA LISTIO W. 1506675314
M. AFRIANZA 1506745554
DICKY VITO ARYANTO 1606824383
DIAN RATRI CAHYANI 1606896981
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2019
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas besar ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar.
NPM : 1. 1506675226
2. 1506716711
3. 1506725230
4. 1506675314
5. 1506745554
6. 1606824383
7. 1606896981
Tandatangan : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini. Penulisan tugas ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Manajemen
Kualitas dan Risiko, pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia. Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Mohammed Ali Berawi, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D., selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pemicu isu awal untuk kami memulai
tugas ini, serta kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengarahkan
penyusunan tugas ini.
2. Kedua orang tua kami atas doanya yang tidak pernah berhenti menyertai setiap
langkah hidup kami.
3. Pihak-pihak yang telah berkenan memberikan referensi terkait.
4. Rekan-rekan lain yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas besar
ini.
Akhir kata, kami berharap Allah SWT membalas segala kebaikan seluruh pihak
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Semoga tugas ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
ii
Universitas Indonesia
4.5 Rekomendasi Solusi Permasalahan Terjatuhnya Launcher Girder Proyek
Pembangunan DDT Paket A .............................................................................. 30
4.5.1 Quality Planning ............................................................................. 30
4.5.2 Quality Assurance ........................................................................... 47
4.5.3 Quality Control ................................................................................ 50
4.5.4 Quality Improvement....................................................................... 57
BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................ 59
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 59
5.2 Saran .......................................................................................................... 61
REFERENSI ........................................................................................................ 62
iii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
iv
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
2
2. Bagaimana analisa dampak kegagalan dari segi waktu dan biaya terkait
quality failure cost?
3. Bagaimana rekomendasi solusi preventif dan mitigatif melalui pendekatan
quality plan, quality control, dan quality assurance?
Universitas Indonesia
BAB 2
KAJIAN TEORI
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu (ISO
8042:1997). Menurut Yusuf Latief (2009), implementasi quality assurance terbagi
atas :
1. Menganalisis hasil dari kegiatan proyek yang lalu.
a. Mengimplementasikan permintaan perubahan kualitas dari para
stakeholder.
b. Menerima usulan perubahan dari stakeholder.
c. Merencanakan pencapaian kualitas sesuai dengan keinginan
stakeholder.
d. Memastikan produk siap digunakan dan aman bagi stakeholder.
2. Mengidentifikasi sebab-sebab dari hasil ketidakpuasan dari para
stakeholder.
a. Memastikan adanya penyesuaian-penyesuaian dengan spesifikasi
yang masih diterima oleh stakeholder.
b. Tanggap terhadap langkah perbaikan apabila terjadi masalah dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c. Mengambil tindakan perbaikan atas perbedaan antara rencana dan
realisasi.
3. Menganalisis metode pemenuhan standar kualitas serta seluruh
sasaran kualitas.
a. Prosedur yang ada harus dapat disesuaikan dan mudah untuk diikuti
(aplikatif).
b. Terdapat sistem data dan informasi yang akurat.
c. Mengidentifikasi kekurangan (defect) sehingga dapat segera
membuat langkah perbaikan / rencana tindak lanjut.
4. Inspeksi dan audit dalam rangka pemenuhan petunjuk-petunjuk
kontrol kualitas.
a. Melaporkan setiap kemajuan (progress) secara periodik dan
konsisten.
b. Segera koreksi (taking action) jika terdapat perbedaan yang
signifikan.
5. Mengembangkan sistem pengelolaan kualitas.
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
1. Memperkecil rework,
2. Meningkatkan produktivitas,
3. Memperkecil biaya,
4. Menambah kepuasan stakeholders (project manager, cutomer)
Kegagalan dalam memenuhi persyaratan dapat memberikan konsekuensi
negatif kepada stakeholders, misalnya:
1. Memenuhi persyaratan pelanggan dengan overworking oleh tim
proyek akan menimbulkan konsekuensi meningkatnya employee
turn over.
2. Memenuhi sasaran waktu / project schedule dengan melakukan
inspeksi secara terbutu-buru yang akan menimbulkan masalah lain.
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
BAB 3
GAMBARAN UMUM PROYEK
Universitas Indonesia
16
nantinya akan memisahkan antara jalur KRL dan KAJJ, sehingga tidak lagi saling
mengganggu perjalanan kereta satu sama lain dan menjadi sebuah solusi besar dari
masterplan transportasi perkotaan.
Universitas Indonesia
17
Untuk pekerjaan sipil yang dikerjakan oleh PT. HMM, pekerjaan yang dilakukan
terdiri dari pekerjaan persiapan (pengadaan lahan, pembersihan lahan), pekerjaan struktur
bawah (bored pile, spun pile, pile cap), struktur atas (pekerjaan pier head/balok, kolom,
erection girder), pekerjaan cor in situ box girder, dan pekerjaan stressing girder.
Sementara jika dilihat dari zonasi pekerjaan, proyek DDT Paket A terdiri dari
zona Bogor line (BP / Bogor Pier), yang terbentang dari sinyal masuk stasiun Manggarai
hingga ke Cikini, zona commuterline (CP / Commuter Pier), yang terbentang dari
Jatinegara hingga Manggarai dan zona Main Line, yang merupakan bentuk modernisasi
jalur KA eksisting dan saat ini belum dikerjakan. Gambaran pekerjaan tersebut
dirangkum dalam gambar berikut.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
b. PT. CMI → Pengerjaan erection box girder, stressing, serta alat dan tenaga
kerja launching gantry
c. PT. Indosupply → Pengerjaan pembesian, bekisting, dan pengecoran
d. PT. Berdikari & PT. MBB (Marta Bukit Barisan) → Pengadaan alat berat,
galian, drainase, fabrikasi besi tulangan
e. PT. Holcim Indonesia; PT. Torsina Redikon; dan PT. Adhimix →
Penyediaan bahan coran beton
f. PT. Adhimix Precast & PT. JHS → Pengadaan precast box girder
13. Nilai Proyek : Rp1.019.528.521.000,00.-
14. Waktu Pelaksanaan : 1511 hari kalender (revisi 2017 akhir)
15. Waktu Pemeliharaan : 365 hari kalender (satu tahun)
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
21
Gambar 4.2 Kondisi Pierhead dan Box Girder yang Rusak Pasca Tergelincirnya
Launcher
Sumber: Laporan Kerja Praktek Proyek Pembangunan DDT Paket A, 2018
21
Universitas Indonesia
22
22
Universitas Indonesia
23
23
Universitas Indonesia
4.3.2 Identifikasi Masalah Menggunakan Metode Why Analysis
Berdasarkan hasil brainstorming pada pembahasan yang sebelumnya, metode why analysis digunakan untuk mengetahui
secara lebih detail akar masalah yang ada pada Proyek Pembangunan DDT Paket A. Adapun hasil analisis dengan menggunakan metode
why analysis, adalah :
Tabel 4-1 Tabel Why Analysis
Permasalahan 1st Why 2nd Why 3rd Why 4th Why 5th Why
Produsen alat tidak
➔ Kurangnya pelatihan ➔ menyediakan pelatihan
Kurangnya kemampuan
yang cukup
dalam mengoperasikan alat
Buku yang disediakan Keterbatasan kemampuan
dengan benar Kurangnya peran dari buku
➔ ➔ produsen alat tidak dapat ➔ teknisi dalam memahami
Jatuhnya Launcher petunjuk
dipahami buku berbahasa inggris
Girder Pada
Kemampuan kerja pekerja
Proyek
Terjadi hujan sebelum menurun karena harus
Pembangunan Lokasi kerja tidak kondusif ➔ ➔ Lokasi kerja licin ➔
pekerjaan dimulai berhati-hati akibat lokasi
DDT Paket A
yang licin.
Perangkat atau SOP monitoring tidak
Supervisor tidak ➔
Terdapat gap pada as box Lengahnya pelaksanaan kelengkapan monitoring lengkap
➔ ➔ melakukan monitoring ➔
girder monitoring tidak berfungsi dengan Borang ceklist untuk
dengan baik/teliti ➔
maksimal monitoring tidak lengkap
Sumber : Olahan Penulis, 2018
24
Universitas Indonesia
4.3.3 Identifikasi Masalah Menggunakan Metode Diagram Fishbone
Berdasarkan hasil pengunaan metode why analysis pada pembahasan
sebelumnya, dibuat diagram fishbone untuk mengetahui seluruh aspek yang
mungkin menyebabkan terjatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A. Adapun diagram fishbone tersebut, adalah :
25
Universitas Indonesia
Gambar 4.4 Diagram Fishbone
Sumber : Olahan Penulis, 2019
26
Universitas Indonesia
4.3.4 Evaluasi Terjatuhnya Launcher Girder Pada Proyek Pembangunan DDT
Paket A
Berdasarkan hasil identifikasi masalah menggunakan metode
brainstorming, why analysis, dan diagram fishbone, dapat diketahui bahwa
metode, manusia, mesin, dan lingkungan merupakan aspek yang
mempengaruhi terjadinya fenomena terjatuhnya launcher. Dari keempat
aspek tersebut, dilakukan identifikasi secara lebih lanjut untuk menemukan
akar dari permasalahan yang terjadi. Adapun penjelasan terkait masalah pada
keempat aspek tersebut adalah :
1. Manusia
Top event pada kegagalan manusia dalam fenomena terjatuhnya
launcher adalah terjadinya kelengahan dalam pelaksanaan
monitoring proyek. Hal tersebut terjadi karena terjadi supervisor
tidak melakukan monitoring dengan baik dan teliti. Penyebab dari
tidak baiknya monitoring yang dilakukan oleh supervisor adalah
kelengkapan monitoring yang diperlukan tidak berfungsi secara
maksimal. Kelengkapan monitoring yang seharusnya menunjang
pekerjaan supervisor adalah standar operasional kerja (SOP) dan
borang checklist. Akibat dari tidak lengkapnya SOP dan borang
checklist dalam pekerjaan, kelengahan yang menyebabkan
fenomena terjatuhnya launcher pun terjadi.
2. Mesin
Top event pada kegagalan mesin dalam fenomena terjatuhnya
launcher adalah kurangnya kemampuan operator dalam
mengoperasikan alat dengan benar. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya pelatihan yang disebabkan oleh tidak cukupnya
pelatihan yang dilaksanakan oleh produsen alat dan kurangnya
peran dari buku manual karena buku tersebut tidak atau kurang
dapat dipahami akibat keterbatasan bahasa dari operator (buku
petunjuk dibuat dalam bahasa Inggris).
3. Lingkungan
27
Universitas Indonesia
28
28
Universitas Indonesia
29
29
Universitas Indonesia
30
30
Universitas Indonesia
31
31
Universitas Indonesia
32
32
Universitas Indonesia
33
b. Appraisal Cost
- Biaya inspeksi alat
Biaya inspeksi alat merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan inspeksi alat. Mengingat bahwa alat launcher girder
tidak memerlukan tes dan inspeksi alat hanya berupa
pengecekan kondisi oleh manusia, diperlukan pekerja yang ahli
dalam alat untuk melakukan pengecekan. Adapun biaya untuk
melakukan inspeksi alat pada website yang merujuk besar gaji
BUMN Karya adalah Rp 9.000.000,- (empat juta rupiah) per
orang (nilai tersebut adalah nilai gaji pekerja pada bagian QHSE
pada BUMN Karya).
- Biaya pengawasan
Biaya pengawasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan pengawasan. Diperlukan pekerja yang ahli dan
berpengalaman untuk untuk menjadi pengawas pekerjaan
launcher girder. Adapun biaya untuk melakukan pengawasan
pekerjaan pada menurut website yang merujuk besar gaji
BUMN Karya adalah Rp 9.000.000,- (lima juta rupiah) per
orang (nilai tersebut adalah nilai gaji pekerja pada bagian QHSE
pada BUMN Karya).
c. Failure Cost
Nilai failure cost pada pekerjaan launcher gantry pada Proyek
Pembangunan DDT Paket A telah dibahas pada pembahasan
sebelumnya, adapun rincian dari failure cost tersebut adalah:
33
Universitas Indonesia
34
34
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
36
Universitas Indonesia
Gambar 4.6 Dokumen Identifikasi Risiko
Sumber : Dokumen Proyek DDT Paket A
37
Universitas Indonesia
38
38
Universitas Indonesia
39
39
Universitas Indonesia
4.5.1.2 Menyusun Standar Kualitas
1. Membuat quality policy dalam perusahaan yang dapat dipahami oleh
semua karyawan pada semua unit pekerjaan.
Quality policy merupakan dasar dari semua standar mutu yang
ada pada perusahan. Pembuatan dasar standar merupakan hal yang
penting karena dasar standar akan menjadi acuan pembuatan
kebijakan yang lainnya. Adapun dokumen quality policy pada proyek
ini adalah :
40
Universitas Indonesia
Gambar 4.10 Daftar Dokumen Legal Terkait
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A
41
Universitas Indonesia
42
42
Universitas Indonesia
43
43
Universitas Indonesia
4.5.1.3 Menentukan Metode Pengelolaan Kualitas
1. Menunjuk tim atau fasilitator beserta jobdescnya untuk melakukan
project monitoring dan controlling
Pada pembahasan sebelumnya, SOP pekerjaan telah
menunjukkan aktivitas apa saja yang dibutuhkan pada pekerjaan
launching gantry dan siapa saja yang bertanggung jawab atas aktivitas
tersebut. Guna menunjang SOP yang sudah ada, dibuat suatu
dokumen uraian tugas dan tanggung jawab guna memperjelas fungsi
dari masing-masing bagian yang terlibat pada pekerjaan launching
gantry agar tidak terjadi kelalaian akibat mangkirnya suatu pihak
dalam melakukan kerja. Adapun dokumen uraian tugas dan tanggung
jawab pekerja pada proyek ini adalah :
44
Universitas Indonesia
45
45
Universitas Indonesia
46
46
Universitas Indonesia
3. Membuat analisis berkala terkait dengan kendala yang ada untuk
dibuat rencana tindak lanjut atau perbaikan
Pada Proyek Pembangunan DDT Paket A, telah dibuat
dokumen analisis berkala guna mengetahui kendala yang terjadi
pada proyek pada jangka waktu tertentu beserta solusinya. Adapun
dokumen analisis berkala yang terdapat pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A, adalah
47
Universitas Indonesia
48
48
Universitas Indonesia
Gambar 4.19 Bagan Alir Pekerjaan Launching gantry
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A, 201
49
Universitas Indonesia
4.5.3 Quality Control
4.5.3.1 Melakukan Monitoring Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan
1. Mengkalibrasi sistem pengukuran (termasuk alat ukurnya) yang akan
digunakan dalam tahap pekerjaan.
Kalibrasi sistem pengukuran yang digunakan dalam setiap
pekerjaan merupakan hal yang penting karena pengukuran merupakan
dasar untuk menentukan kesesuaian pekerjaan dengan spesifikasi. Pada
proyek ini, seluruh alat ukur yang membutuhkan kalibrasi didata merk
dan jenisnya serta dibuat perencanaan kalibrasinya, sehingga seluruh
kegiatan terjadwal dengan jelas dan baik sehingga kualitas alat ukur
selalu terjaga. Adapun contoh dokumen data alat ukur dan jadwal
kalibrasi, adalah :
50
Universitas Indonesia
Gambar 4.21 Dokumen Matriks Rencana Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
Sumber : Dokumen Proyek Pembangunan DDT Paket A, 2018
51
Universitas Indonesia
2. Mengimplementasi proses controlling dan monitoring.
Fenomena jatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A dapat terjadi karena implementasi proses controlling dan
monitoring yang tidak maksimal. Salah satu penyebab dari
ketidakmaksimalan tersebut adalah kurangnya perangkat dalam melakukan
proses controlling dan monitoring. Oleh sebab itu, penulis menambahkan
beberapa borang pemeriksaan dalam pekerjaan launching gantry untuk
membuat proses controlling dan monitoring lebih jelas dan terarah. Adapun
dokumen eksisting pada proyek dan tambahan dokumen dari penulis terkait
dengan proses controlling dan monitoring adalah :
52
Universitas Indonesia
53
53
Universitas Indonesia
54
54
Universitas Indonesia
55
55
Universitas Indonesia
56
Universitas Indonesia
57
57
Universitas Indonesia
58
58
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang telah dibuat oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa :
a. Penyebab dari terjatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan
DDT Paket A adalah :
a. Kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan alat dengan benar
akibat kurangnya pelatihan dan keterbatasan kemampuan pekerja
dalam memahami buku petunjuk.
b. Lokasi kerja yang tidak kondusif pasca hujan sehingga menurunkan
performa pekerja.
c. Terdapat gap pada as box girder yang dikarenakan monitoring dan
controlling yang tidak dilakukan dengan baik akibat tidak adanya SOP
dan perangkat kontrol yang lengkap.
b. Dampak yang terjadi akibat terjatuhnya launcher girder pada Proyek
Pembangunan DDT Paket A adalah :
a. Penghentian kerja sementara oleh Komite Keselamatan Konstruksi
untuk menginvestigasi peristiwa kecelakaan yang terjadi.
b. Kematian empat orang pekerja.
c. Kerusakan alat karena jatuh dari ketinggian.
d. Rusaknya salah satu pier head pada area CP 22-23 karena tertimpa
launcher.
Keempat dampak tersebut secara langsung mempengaruhi durasi dan
biaya karena adanya tambahan pekerjaan dan kompensasi perusahaan
yang harus dipenuhi.
c. Rekomendasi solusi yang diberikan oleh penulis terkait dengan
fenomena terjatuhnya launcher girder pada Proyek Pembangunan DDT
Paket A adalah dengan mengimplementasikan manajemen mutu pada
proyek dengan melakukan beberapa hal berikut :
a. Quality Planning
- Menyusun Sasaran Kualitas
59
Universitas Indonesia
60
c. Quality Control
- Melakukan monitoring sebelum pelaksanaan pekerjaan
• Mengkalibrasi sistem pengukuran yang akan digunakan dalam
tahap pekerjaan.
- Melakukan monitoring saat pelaksanaan pekerjaan
• Membuat rencana inspeksi pada setiap pekerjaan
• Mengimplementasi proses controlling dan monitoring
• Melaporkan hasil progress pekerjaan
60
Universitas Indonesia
61
d. Quality Improvement
- Mereview sistem pengelolaan kualitas dan dimodifikasi secara
terus menerus dengan mengembangkan ide untuk meminimalisir
akar penyebab permasalahan.
- Meningkatkan manajeman kualitas dan pelajaran yang diperoleh
untuk proyek selanjutnya dengan mendokumentasikan hasil
peningkatan mutu dan mempublikasinya
d. Penerapan preventive cost dan appraisal cost pada proyek akan lebih
menuntungkan daripada failure cost jika terjadi kejadian yang tidak
diinginkan pada proyek.
5.2 Saran
Saran dari kelompok kami terkait kasus kecelakaan kerja tersebut adalah:
1. Untuk proyek-proyek konstruksi selanjutnya agar memperhatikan aspek
struktur dengan sebaik-baiknya dalam proses perencanaan desain
bangunan. Sehingga kesalahan dalam pembangunan dapat diminimalisir.
2. Dalam pekerjaan konstruksi sebaiknya peraturan mengenai persyaratan
kemanan / HSE di lapangan, seperti tidak melanjutkan pekerjaan jika
area kerja masih basah.
3. Meningkatkan pengawasan terhadap setiap proses pekerjaan. Sehingga
kesalahan dalam pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan dapat
terminimalisir.
4. Memastikan bahwa seluruh operator alat berat dalam proyek benar-benar
paham dalam mengoperasikan alat serta memastikan bahwa mereka
dalam kondisi mental dan emosional yang baik.
61
Universitas Indonesia
62
REFERENSI
62
Universitas Indonesia