RKS
RENCANA KERJA DAN SYARAT
PROGRAM:
KEGIATAN:
URUSAN PENYELENGGARAAN PSU PERUMAHAN
PEKERJAAAN:
PERENCANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN
JOGGING TRACK RTH PAGUTAN
LOKASI:
KOTA MATARAM
KONSULTAN PERENCANA
BAB I
SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI
PASAL 1
NAMA DAN LOKASI PEKERJAAN
PASAL 2
BAHAN DAN ALAT
1. Bahan, alat dan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan tersebut
dalam Pasal 1 Bab I syarat-syarat administrasi ini harus disediakan penyedia barang/jasa dan
disetujui oleh Pengguna barang/jasa dan konsultan pengawas.
2. Penyedia barang/jasa wajib membuat tempat atau gudang yang baik untuk menyimpan
bahan-bahan dan alat-alat, serta menyediakan angkutan bahan-bahan dan alat-alat tersebut
guna lancarnya pekerjaan atas biaya sendiri.
3. Pengguna barang/jasa berhak menolak bahan-bahan dan alat-alat yang disediakan oleh
Penyedia barang/jasa Jika kualitasnya tidak memenuhi persyaratan.
4. Jika bahan-bahan dan alat-alat ditolak oleh Pengguna barang/jasa maka Penyedia barang/jasa
harus menyingkirkan bahan-bahan dan alat-alat tersebut dari lokasi pekerjaan dalam waktu 2 x
24 jam kemudian menggantinya dengan yang memenuhi persyaratan.
5. Tidak tersedianya bahan dan alat-alat di pasaran tidak dapat dijadikan alasan keterlambatan
pekerjaan.
PASAL 3
TENAGA KERJA DAN UPAH
1. Penyedia barang/jasa harus menyediakan tenaga keria yang cukup jumlahnya, keahlian, dan
ketrampilannya.
2. Ongkos dan upah kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut ditanggung oleh Penyedia
barang/jasa.
PASAL 4
PELAKSANAAN PENYEDIA BARANG / JASA
1. Penyedia barang/jasa harus menempatkan pelaksana (site manajer) di lapangan yang menguasai
masalah teknis dan administrasi pelaksanaan pembangunan serta dapat mengambil keputusan
yang diperlukan di lapangan.
2. Pelaksana di lapangan harus mengerti gambar-gambar perencanaan pelaksanaannya dan Ahli
dibidangnya.
3. Jangka waktu masa kontrak pekerjaan adalah 30 (Tiga puluh) hari kalender dihitung sejak
penandatanganan kontrak atau sesuai ketentuan dalam Kontrak, dengan masa pemeliharaan 6
(enam) bulan yang dimulai sejak serah terima pertama.
2
PASAL 5
KENAIKAN HARGA
1. Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat, dan upah selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung
ditanggung sepenuhnya oleh Penyedia barang/jasa.
2. Penyedia barang/jasa tidak dapat mengajukan tuntutan/klaim kecuali apabila terjadi tindakan
moneter yang diumumkan secara resmi dan diatur dalam peraturan Pemerintah untuk pekerjaan
Pengadaan barang/jasa.
PASAL 6
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan
dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka pengguna
barang/jasa bersama penyedia barang/jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi
antara lain:
2. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.
3. Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan.
4. Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
5. Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan.
6. Pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam
perjanjian/kontrak awal.
7. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pengguna barang/jasa secara tertulis kepada
penyedia barang/jasa, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu
pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian/kontrak awal.
8. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan addendum
kontrak.
9. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dijadikan alasan untuk mengubah waktu
penyelesaian, kecuali atas persetujuan tertulis pengguna barang/jasa.
PASAL 7
KEAMANAN TEMPAT KERJA
DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA
Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh Personil dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan Pelaksanaan pekerjaan dilapangan, Membuat suatu manajemen yang mengatur dan
mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pelaksanaan Pekerjaan yang merujuk pada
ketetapan/Aturan Resmi dari Pemerintah seperti tersebut diatas.
PERENCANAAN K3
Perencanaan di sini dimaksudkan bahwa program K3 yang ada di Proyek direncanakan sesuai dengan
kondisi pekerjaan dan lingkungan yang ada di sekitar proyek.
Perencanaan meliputi:
• Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendalian Risiko K3, & Program K3.
• Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya
STRUKTUR ORGANISASI
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, struktur organisasi telah ditetapkan untuk menjamin peran,
tanggung jawab, akuntabilitas dan mendelegasikan wewenang untuk memfasilitasi SMK3 yang
efektif.
Direksi menetapkan dan mengesahkan struktur organisasi seperti yang terlampir pada Manual MK3
3
ini. Tugas dan wewenang setiap Personil baik yang terkait dengan mutu maupun K3 ataupun terkait
dengan struktur organisasi, untuk tingkat Kepala Divisi/ Bagian dibuat oleh Kepala Divisi / Bagian
bersama dengan Direksi / Pimpinan Cabang kemudian disahkan oleh Direksi / Pimpinan Cabang.
Untuk tingkat dibawah Kepala Divisi / Bagian sampai tingkat terbawah, dibuat oleh Kepala Divisi /
Bagian bersama dengan Divisi / Bagian SDM direview oleh Direksi / Pimpinan Cabang dan disahkan
oleh Kepala Unit Kerja masing-masing. Sedangkan untuk Proyek dibuat oleh Kepala Proyek bersama
dengan Kepala Divisi / Bagian Teknik, direview Direksi / Pimpinan Cabang dan disahkan oleh Kepala
Divisi / Bagian Teknik.
Perusahaan memastikan bahwa metodologi untuk identifikasi bahaya dan penilaian risiko K3
mempertimbangkan:
TUJUAN
Untuk memastikan atau menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan di Kota Mataram Provinsi
Nusa Tengara Barat, telah mencakup / menjamin hal-hal tentang:
RUANG LINGKUP
Instruksi kerja ini berlaku pada Paket Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Joging Track RTH
Pagutan, Kota Mataram TA. 2023
DEFINISI
1. Pekerjaan ini adalah Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Joging Track RTH Pagutan, Kota
Mataram TA. 2023. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk memberikan suatu dasar
4
dalam bekerja yang menuju kearah tujuan akhirnya, yakni mencegah terjadinya cedera atau
gangguan kesehatan yang disebabkan karena kejadian dan keadaan yang berhubungan
dengan pekerjaan.
2. Kategori I adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan ringan atau pada
prinsipnya tidak membutuhkan perawat I rawat inap di Rumah Sakit.
3. Kategori II adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan sedang / korban luka
berat atau mebutuhkan rawat inap di rumah sakit.
4. Kategori III adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan berat / korban
meninggal dunia.
KETENTUAN UMUM
1. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab moril baik karyawan maupun pimpinan
perusahaan.
2. Penanggung jawab dalam pelaksanaan K3 di proyek adalah Kasie QA (Quality Assurance),
dengan memastikan melakukan inspeksi secara berkala.
3. Setiap personil/pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan lingkup
dan tugasnya.
4. Setiap area tempat kerja yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya, harus
menyediakan petunjuk - petunjuk / informasi - informasi yang tepat cara penanganan dan
pencegahan bahaya - bahaya yang mungkin terjadi. (gbr 1.1 – 1.2)
5. Setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih bagaimana
cara menggunakan, dan digunakan tempat yang seharusnya.
5
6. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan diperlakukan
sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya kebakaran
7. Alat-alat penyelamat harus tersedia diareal atau tempat-tempat yang membutuhkan
8. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan, seperti
pelampung/ life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang berada
dilokasi tersebut.
9. Peralatan / kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa dulu kelayakannya.
10. Pihak Manajemen proyek harus melakukan tinjauan manajemen mengenai safety secara
berkala.
11. setiap personil saat bekerja dilapangan harus dilakukan secara berkelompok
12. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk berkomunikasi.
13. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal
14. Semua pegawai dari Pihak Penyedia Jasa diasuransikan kesehatannya oleh Perusahaan.
TANGGUNG JAWAB
6
1. Manajer Proyek
a. Menyetujui konsep Instruksi Safety yang akan dilaksanakan diproyek
b. Memimipin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya
c. Memimpin rapat tinjauan manajemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan
program K3
d. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program K3
2. Penanggung Jawab Quality Assurance
a. Menyusun konsep Instruksi tentang Safety yang sesuai dengan ruang lingkup
pekerjaan dan membahasnya bersama bagian-bagian yang terkait
b. Merekomendasikan Konsep yang telah dibahas kepada Manajer proyek
c. Memeriksa, memonitor, mengevaluasi pelaksanaan K3 ditingkat proyek
d. Melaporkan penerapan dan pelaksanaan K3 ditingkat proyek kepada Manajer Proyek
e. Membuat resume tentang pelaksanaan K3
3. Pelaksana
a. Bertanggung jawab akan keselamatan karyawan yang berada dibawah
pengawasannya
b. Terjadi keadaan yang kurang aman, tidak aman atau darurat.
PENANGANAN KECELAKAAN
1. Tangani segera apabila ada kecelakaan Kerja dan utamakan keselamatan Jiwa Manusia
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan
3. Apabila perlu, segera dibawa ke Puskesmas/dokter/ rumah sakit yang telah dirujuk pada
alamat yang ditentukan
4. Hubungi kepolisian Babinsa setempat apabila kecelakaan tersebut memerlukan
pertolongan yang serius
1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan peralatan
Pemadam kebakaran
2. Beritahukan kepada personil yang berada dilokasi bahwa terjadi bahaya kebakaran
3. Jika terjadi kebakaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri, utamakan manusia dengan
memberitahukan agar menjauhi lokasi
4. Laporkan kejadian kebakaran kepada penanggung jawab safety
Catatan:
1. Jika di lokasi pekerjaan banyak terdapat kayu-kayu kering, yang diperhatikan adalah:
a. Dilarang membuang puntung rokok yang masih menyala sembarangan
b. Bara-bara api / bekas api unggun harus dipastikan telah benar-benar padam ketika
akan meninggalkan tempat
2. Peralatan pemadam api / Fire extinguisher, harus disediakan pada tempat-tempat rawan
tertentu yang memerlukan
Setiap personil yang bertugas pada pelaksanaan pekerjaan, untuk paket pekerjaan yang berisiko
tinggi terutama yang dilapangan wajib menggunakan Peralatan Pelindung Diri Yang sesuai dengan
Standar yaitu:
1. Helm Proyek, disarankan dipakai setiap kelapangan dan diwajibkan dipakai pada tempat-
tempat yang berisiko tinggi terhadap kejatuhan / benturan material;
2. Sepatu Proyek, dipakai setiap hari dilapangan / site;
3. Pakaian Seragam, dan identitas pengenal diri;
4. Rompi Keselamatan, dipakai setiap hari dilapangan / site;
7
5. Masker, jika bekerja didaerah yang beracun / berbau yang bisa mengakibatkan terganggunya
kesehatan;
6. Sarung Tangan, bila hal tersebut diperlukan (untuk tukang Las Diwajibkan);
7. Kacamata Pelindung, jika hal tersebut diperlukan
8. P3K, disediakan ditempat-tempat yang memerlukan
9. Perlengkapan P3K harus diperiksa kembali kelengkapannya setelah dipergunakan
10. Setiap Pembantu Pelaksana, pelaksana, koordinator pengukuran harus dilengkapi dengan
sarana komunikasi;
11. Memastikan sarana komunikasi berfungsi dengan baik
12. Disediakan layout ruangan ditempat-tempat strategis
8
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PEMATOKAN
Untuk pegawai bagian pengukuran / surveyor serta pematokan diharuskan melaksanakan hal-hal
sebagai berikut:
Perjalanan dan fasilitas transportasi di / ke lokasi pekerjaan dapat ditempuh dengan jalan darat,
untuk itu perlu diperhatikan / diwajibkan mengikuti hal-hal sebagai berikut:
9
KECELAKAAN DAN PENANGANAN
b Pendarahan Akibat Benda Tumpul • Gejala Sesak Nafas dan memar, segera dibawa
Puskesmas/dokter/rumah sakit untuk diobservasi
Pertama selama 12 jam
2 Keracunan
a Keracunan akibat makanan atau • Segera berikan susu/putih telur/air kelapa atau air
minuman yang tidak diketahui putih
• Gejala : mual, pusing, kaki dingin, bola mata
membesar sebelah
b Keracunan Akibat makanan atau
minuman yang mudah terbakar : • Segera dimuntahkan
minyak tanah, bensin, baygon, dll • Segera berikan susu/puith telur/air kelapa atau air
putih
c Keracunan Akibat Alkohol • segera berikan 3 sendok Air the/kopi dalam 1/2 gelas
3 Luka Bakar
10
PASAL 8
LAPORAN
1. Penyedia barang/jasa wajib membuat laporan harian mengenai pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan dan segala yang berhubungan dengan pekejaan.
2. Penyedia barang/jasa berkoordinasi dengan konsultan pengawas wajib membuat bobot kerja
yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang dilaksanakannya, dan jika diminta oleh Pemberi
Tugas untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat diserahkan.
3. Segala laporan dan catatan tersebut dibuat berbentuk buku harian, diisi formulir yang telah
disetujui penyedia barang/jasa dan selalu ada ditempat pekejaan/direksi keet.
4. Penyedia barang/jasa wajib membuat dan menyerahkan kepada pengguna barang/jasa foto-foto
dokumentasi yang dimasukkan dalam album pekerjaan tentang pelaksanaan, perkembangan
kegiatan basil kerja dari tiap-tiap pos pelaksanaan/bagian pekejaan sampai selesai, yang dibuat
dalam 5(lima) phase, yaitu saat prestasi pekerjaan 0 % (nol persen), 25 % (dua puluh lima persen),
50 % (limapuluh persen), 75 % (tujuh puluh lima persen) dan 100 % (seratus persen) pemborong
wajib menyerahkan kepada pengguna barang/jasa perubahan gambar-gambar pelaksanaan (As
Built Drawing).
5. Penyedia barang/jasa wajib menyerahkan kepada Pengguna barang/jasa perubahan
gambar-gambar pelaksanaan (As Built Drawing) dalam hardcopy dan softcopy.
PASAL9
DENDA DAN GANTI RUGI
1. Besarnya denda kepada penyedia barang/jasa atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah
1/1000 (satu per seribu) terhadap sisa dari nilai kontrak.
2. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pengguna barang/jasa atas keterlambatan pembayaran
adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku
bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan
kompensasi sesuaj ketentuan dalam dokumen kontrak.
3. Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi diatur di dalam dokumen kontrak.
4. Jika Pemborong setelah mendapat peringatan tertulis 2 (dua) kali berturut-turut tidak
mengindahkan kewajibannya sebagaimana tercantum dalam dokumen kontrak, maka Pemberi
Tugas dapat memutuskan hubungan kerja/kontrak secara sepihak.
PASAL 10
RESIKO
1. Jika hasil pekerjaan Penyedia barang/jasa musnah/rusak sebagian atau keseluruhan akibat
kelalaian penyedia barang/jasa sebelum diserahkan kepada Pengguna barang/jasa, maka
penyedia barang/jasa bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul akibat
keadaan tersebut.
2. Jika hasil pekejaan penyedia barang/jasa sebagian atau seluruhnya musnah/rusak diluar
kesalahan kedua belah pihak akibat keadaan memaksa, maka segala kerugian yang timbul akibat
keadaan ini akan ditanggung oleh kedua belah pihak.
3. Jika hasil pekerjaan penyedia barang/jasa sebagian atau seluruhnya musnah/rusak disebabkan
oleh suatu cacat-cacat tersembunyi dalam struktur atau disebabkan oleh retaknya tanah, maka
penyedia barang/jasa bertanggung jawab selama 10 (sepuluh) tahun sejak pekerjaan diserah
terimakan untuk yang kedua kalinya.
4. Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja maupun pihak lain berkaitan dengan pelaksanaan
pekejaan ini sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab penyedia barang/jasa di dalam
maupun di luar pengadilan.
5. Bilamana selama penyedia barang/jasa melaksanakan pekerjaan ini menimbulkan kerugian
PIHAK KETIGA (orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dalam pekejaan ini), maka resiko
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa.
11
PASAL 11
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, pada dasarnya akan diselesaikan secara
musyawarah.
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah, maka diselesalkan oleh suatu
Panitia Pendamai yang berfungsi sebagai juri/wasit, dibentuk dan diangkat oleh kedua belah
pihak yang terdiri dari:
− Seorang wakil dari pengguna barang/jasa sebagai anggota
− Seorang wakil dari penyedia barang/jasa sebagai anggota.
− Seorang wakil dari pihak ketiga sebagai ketua yang disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Keputusan panitia pendamai ini mengikat kedua belah pihak.
4. Jika perselisihan sebagaimana dimaksud tidak dapat diselesaikan, maka akan diselesaikan melalui
Pengadilan.
12
BAB II
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
PERSIAPAN PELAKSANAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk
beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja
serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran
informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan
Konsultan Pengawas dan Direksi Pelaksana untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar
Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, Daftar Kuantitas dan penjelasan-
penjelasan tambahan lainnya yang diberikan. Lingkup pekerjaan ini terdiri dari:
A. Pekerjaan Persiapan
B. Pekerjaan Tanah dan Pasangan
1. Galian Tanah
2. Pekerjaan Pengurugan pasir
3. Pasangan Pondasi Rollag Bata
4. Pengurugan Tanah
C. Pekerjaan Penutup Lantai
1. Pemasangan Pemasangan Sand Block
2. Pekerjaan Pemasangan Batu Andesit
3. Pekerjaan Coating Batu Andesit
II. PENGADAAN
Selain pekerjaan diatas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor
pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur dalam
pasal-pasal selanjutnya, yang terdiri atas:
1) Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan
2) Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan
3) Penyediaan Pagar Keliling dan Direksi Kit
4) Pembuatan Papan Nama Proyek dan Bouwplank
5) Penyediaan peralatan
6) Penyediaan bahan bangunan
7) Mobilisasi dan Demobilisasi
8) Gangguan terhadap lalu lintas dan daerah sekitar yang berdekatan
9) Kontraktor harus menjaga kebersihan proyek
10) Pembuatan shop drawing (gambar kerja)
11) Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (asbuilt drawing)
12) Pembenahan dan perbaikan kembali kerusakan fasilitas umum akibat kendaraan
proyek
13) Peraturan/persyaratan teknis yang mengikat
13
PASAL 2
PENYEDIAAN TENAGA DAN KUALIFIKASI PERUSAHAAN
1. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat perintah mulai kerja) dikeluarkan,
Kontraktor pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang digunakan
(ditugaskan) diatas lengkap dengan Curiculum Vitae serta struktur organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus menyediakan tenaga
mandor, tukang dan pekerja yang cukup terampil dan cukup jumlahnya ditambah 1
(satu) orang Draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor wajib menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 dan
2 apabila diminta oleh konsultan pengawas/Direksi berdasarkan pertimbangan teknis yang
masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian.
4. Kecuali ditentukan dalam kontrak, kontraktor harus membuat pengaturan sendiri dalam
hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya dan mengenai
pembayaran, perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan
termasuk kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan
Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari pemilik proyek
(pengguna jasa) selama masa kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis pemilik
proyek.
6. Untuk mendapatkan tenaga staf dan tenaga kerja pada umumnya, kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat
lokasi proyek.
7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan
pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan
tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi jika terjadi kecelakaan di lokasi
pekerjaan atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Kontraktor juga harus
melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut
disyaratkan oleh undang – undang.
PASAL 3
PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
1. Jangka waktu pelaksanaan selama 30 (Tiga Puluh) hari kalender sejak ditandatangani kontrak
pelaksanaan.
2. Kontraktor pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan (Time
Schedule) dalam bentuk Kurva–S yang dilengkapi dengan prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
3. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh kontraktor pelaksana
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
konsultan pengawas.
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, kontraktor pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh konsultan pengawas.
14
PASAL 4
PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN
PASAL 5
PENYEDIAAN PERALATAN
1. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
22/SE/M/2020 Tentang Persyaratan Pemilihan dan Evaluasi Dokumen Penawaran Pengadaan
Jasa Konstruksi Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 14
Tahun 2020 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
Kontraktor pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta
berfungsi dengan baik sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen
konstruksinya.
2. Konsultan pengawas dapat memberhentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara
teknis peralatan yang digunakan kontraktor dinilai tidak memenuhi persyaratan kelayakan
fungsi dan jumlahnya.
PASAL 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN
a. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai dalam kontrak dan sesuai
dengan perintah direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji. Jika direksi memerintahkan
pengambilan atau pembuatan material di lokasi atau tempat lain yang ditentukan dalam
kontrak, atau di semua atau beberapa tempat tersebut, maka kontraktor harus
memberikan bantuan peralatan, mesin, pekerja dan bahan-bahan yang biasa
dipergunakan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan dan
kualitas, berat atau banyaknya bahan yang dipergunakan dan hatus menyedi akan
contoh-contoh bahan sebelum disertakan kedalam pekerjaan, untuk diuji sebagaimana
dipilih dan diperlukan oleh direksi.
Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagaimana dibawah ini.
Sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan akan disyaratkan langsung di
dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi.
15
b. Batu dan tanah urug
Batu harus batu gunung yang keras, tidak porous berukuran berat sesuai dengan
disyaratkan dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan hasil pecahan.
Berat jenis batu yang disyaratkan adalah 1500 kg/m3.
Tanah urug yang disyaratkan harus tanah urug yang mengandung batuan 60% dari
material urugan itu sendiri
c. Air kerja
Air yang digunakan sebgai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung
minyak, garam. Asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat
sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium. Bila air yang
digunakan dari PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi laboratorium.
e. Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutis kasar, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas:
▪ Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus yang lazim disebut pasir urug
▪ Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran gradasi antara 0,075 s.d. 1,25 mm
yang lazim disebut pasir pasang
▪ Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor dengan gradasi harus mendapat
rekomendasi dari laboratorium pengujian bahan.
f. Kerikil (Kr)
Kerikil untuk pekerjaan beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah,
bersih dan bermutu baik serta memiliki gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat dalam
PBI 1971.
g. Batu belah
Batu belah harus dari batu gunung yang keras, tidak porous berukuran berat sesuai
dengan yang disyaratkan dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan
hasil pecahan.
Setiap penggunaan bahan galian sesuai perda, kontraktor pelaksana harus dapat
menunjukkan bukti pembayaran retribusi galian C.
16
PASAL 7
MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
Mobilisasi dan Demobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
PASAL 8
PERLINDUNGAN CUACA
PASAL 9
DAERAH OPERASI BAGI KONTRAKTOR
1. Kontraktor harus melakukan pengaturan daerah operasinya sendiri, antara lain untuk:
penyimpanan bahan-bahan bangunan, peralatan konstruksi, peralatan pengadaan beton,
kantor-kantor sementara dan lain-lain.
2. Areal yang dipilih kontraktor harus mendapat persetujuan dari direksi. Kontraktor harus
menjaga kebersihan dan keteraturan daerah operasinya selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Kontraktor harus mengatur sendiri pengaturan untuk: air bersih, tenaga listrik, alat
komunikasi dan keperluan-keperluan lainnya selama masa pelaksanaan pembangunan atas
biaya sendiri.
4. Pada akhir pembangunan kontraktor harus mebersihkan daerah oprasinya dan diterima baik
oleh direksi.
PASAL 10
PERSETUJUAN DIREKSI
Kecuali dinyatakan lain, semua gambar, dokumen, contoh bahan dan hal-hal yang memerlukan
persetujuan direksi harus diserahkan dalam 3 (tiga) rangkap dan apabila disetujui 1 (satu) rangkap
untuk kontraktor dan yang lainnya disimpan oleh direksi.
17
PASAL 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun
Adminstratif.
2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
3. Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara
rutin.
4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan
monitoring.
PASAL 12
KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
1. Memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan
menjaga lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam pengawasan) serta pekerjaan (sepanjang
belum siap dan belum digunakan oleh pemilik proyek) secara tertib agar tidak
membahayakan orang-orang.
2. Menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-tanda
bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh direksi atau
diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi pekerjaan atau keamanan dan
kenyamanan public atau lainnya.
3. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam mapun
di luar tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang –orang atau harta
benda akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat
dari metode oprasinya.
4. Personil K3
Dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi akan menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut keselamatan kerja dan lingkungan. Untuk itu perlu
dilakukan pengelolaan yang baik dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang
berlaku. Berikut uraian dan tugas tanggung jawab ahli K3 Konstruksi:
a. Menerapkan ketentuan peraturan perundang–undangan tentang K3 Konstruksi
b. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
c. Merencanakan dan menyusun program K3
d. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
e. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program kerja dan
instruksi kerja K3.
f. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknisK3
konstruksi
g. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3 jika diperlukan
h. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan darurat
18
PASAL 13
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITAR YANG BERDEKATAN
Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan dan Perbaikan
terhadap kesalahan yag terjadi, berkenaan dengan pemenuhan peryaratan ijin Kontrak harus
dilaksnakan tanpa menimbulkan hal-hal yng tidak perlu dan tidak layak dengan
mempertimbangkan:
1. Kenyamanan masyarakat; jalan masuk, penggunaan dn pemakaian jembatan dan jalan-jalan
umum atau probadi dan jalan setapa k yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta
benda baik yang dimiliki oleh Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) atau pihak lainya;
2. Kontraktor yang menghindari hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada
Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja, kerusakan,
biaya, denda dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengn semua
pemasalahan sepanjang men jadi tanggung jawab Kontraktor;
3. Tanpa embatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, kontraktor akan tunduk pada
peraturan daerah setempat atau perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang
berwenang dan kompeten
4. Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
menggangu atau menghalangi atau membahayakan keselamatan masyarakat umum
(setempat)
5. Kontraktor harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian
terhadap semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang
timbul akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan sub-kontraktor yang menimbulkan halangan
atau mempengaruhi lalu lintas air dan jalan tersebut,
6. Kontraktor akan selalu memelihara jalan dan fasilitas umum lainnya agar tetap dalam
kondisi baik selama pelaksanaan
PASAL 14
KERUSAKAN YANG HARUS DIHINDARI
1. Kontraktor akan menggunakan segala cara yang wajar dalam menjaga jalan–jalan atau
jembatan–jembatan yang menghubungkan tempat atau semua jalur ke lokasi proyek dari
kerus akan akibat lalu lintas yang disebabkan oleh kontraktor atau subkontraktor dan
secara khusus akan menyeleksi jalur yang ada, memilih dan menggunakan kendaraan dan
membatasi beban dan mendistribusikan beban itu antara kendaraan sehingga kemacetan
luar biasa yang tidak dapat dielakkan yang terjadi karena pemindahan material, bangunan,
peralatan kontraktor atau pekerjaan sementara dari dan ke lokasi proyek dibatasi sebanyak
mungkin, sehingga jalan–jalan dan jembatan–jembatan terhindar dari kerusakan yang tidak
perlu terjadi.
2. Kontraktor harus bertanggungjawab dan membayar biaya untuk memperkuat jembatan atau
merubah atau memperbaiki setiap jalan atau semua jalur yang menghubungkannya dengan
lokasi proyek sebagai fasilitas bagi pergerakan peralatan kontraktor atau pekerjaan
sementara dan kontraktor harus mengganti kerugian dan melindungi pemilik proyek
terhadap semua tuntutan akibat kerusakan setiap jalan dan jembatan akibat pengangkutan
tersebut, termasuk tuntutan yang mungkin ditujukan langsung kepada pemilik proyek dan
akan melakukan negosiasi dan membayar semua kepada pemilik proyek dan akan melakukan
negosiasi dan membayar semua tuntutan yang ditimbulkan semata -mata akibat
kerusakan tersebut.
3. Diluar dari ayat 1, setiap kerusakan yang terjadi pada jembatan atau jalur penghubung atau
yang menghubungkannya dengan lokasi proyek yang ditimbulkan sebagai akibat dari
pengangkutan material atau bangunan, oleh kontraktorr harus diberitahukan kepada direksi
dengan tembusan kepda pemilik proyek, secepatnya setalah menyadari adanya kerusakan
tersebut atau secepatnya setalah menerima tuntutan dari pihak berwewenang yang berhak
19
mengajukan tuntutan. Berdasarkan peraturan atau perundang-undangan bila timbul
kerusakan yang terjadi sebagai akibat dan muatan material atau bangunan, maka kontraktor
diwajibkan untuk mengganti segala kerugian kepada badan yang berwewenang mengelola
jalan dimana pemilik proyek (pngguna jasa) tidak bertanggung jawab terhadap semua biaya,
denda atau pengeluaran yang berkenaan dengan hal tersebut. Pada kasus lain pemilik proyek
(pengguna jasa) dapat mengadakan negosiasi dalam mencapai penyelesaian dan membayar
semua biaya sehubungan dengan tuntutan, kelangsungan pekerjaan, kerusakan, biaya, denda
dan pengeluaran yang ada hubungannya dengan hal tersebut dan membebaninya
kemudaian kepada kontraktor.
4. Bila dalam pandangan direksi sesuatu tuntutan atau bagain dari padanya, dikarenakan
kelalaian dari pihak kontraktor dalam mengamati dan menjalankan kewajibannya
berdasarkan ayat 1, maka besarnya biaya yang ditentukan oleh direksi setelah berkonsultasi
dengan pemilik proyek dan kontraktor harus dilunasi dan kegagalan tersebut harus ditebus
oleh kontraktor dan pembayaran yang menjadi hak atau akan menjadi hak kontraktor bila
penyelesaian pembayaran akan dirundingkan dan bila ada biaya yang akan ditarik dari
kontraktor, pemilik proyek (pengguna jasa) akan berkonsultasi dengan kontraktor sebelum
penyelesaian tersebut disetujui.
PASAL 15
KONTRAKTOR HARUS MENJAGA KEBERSIHAN LOKASI
Selama pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus menjaga agar lokasi proyek, bebas dari semua
halangan yang tidak perlu dan menyiapkan atau menyisihkan setiap peralatan dan kelebihan
material milik kontraktor dan membersihkan serta memindahkan segala rongsokan dan sampah
yang tidak perlu dari lokasi proyek.
PASAL 16
JAM KERJA
PASAL 17
PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT
Pekerjaan–pekerjaan yang tidak memenuhi syarat–syarat karena tidak sesuai dengan gambar
atau RKS, maka atas perintah Direksi pihak kontarktor harus membongkarnya dalam jangka
waktu yang ditetapkan oleh direksi dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya oleh
kontraktor.
PASAL 18
PEMBUATAN SHOP DRAWING
Shop drawing (gambar kerja) harus dibuatkan oleh kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan yaitu:
1. Untuk pekerjaan perlu penyesuaian dengan kondisi lapangan
2. Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai,
3. Terjadi penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan) pada
20
detail pelaksanan yang mendahuluinya,
4. Direksi/pengawas memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempunaan konstruksi,
5. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen konstruksi
yang bersangkutan dilaksanakan
6. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh
Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
7. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
8. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan Pengawas dan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik
yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun di
dalam Buku ini.
9. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/ Direksi (Selambat lambatnya Adalah
Sebelum Proses MC 0% (Mutual Check 0%) dilaksanakan.
10. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas
untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan harus
digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
21
BAB III
SYARAT-SYARAT TEKNIS
PASAL 1
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING) DAN BUKU
PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
PASAL 2
PEMBENAHAN DAN PERBAIKAN KEMBALI
22
PASAL 3
STANDAR YANG DIGUNAKAN
1. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Nasional Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan
pekerjaan, antara lain:
23
2. Persyaratan Teknik pada Gambar/RKS yang harus diikuti:
a. Bila terdapat perbedaan anatara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar
detail yang diikuti;
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka diikuti
kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas menyebabkan
ketidaksempurnaan atau ketidaksesuaian konstruksi harus mendapatkan keputusan
direksi lebih dahulu;
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti, kecuali hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi harus mendapatkan keputusan direksi lebih dahulu;
d. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedangkan RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya;
e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar diatas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Akhir;
f. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum ukuran skala
gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat dipergunakan.
PASAL 4
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN
1. Kontraktor pelaksana wajib meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara seksama
dan bertanggung jawab. Jika dalam penelitian tersebut dijumpai gambar atau persyaratan
pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis yang bila dilaksanakan dapat menimbulkan
menimbulkan kerusakan atau kegagalan struktur, maka kontraktor wajib melaporkannya
kepada Direksi secara tertulis da menangguhkan pelaksanaan sampai memperoleh keputusan
yang pasti dari direksi,
2. Apabila akibat kekurang telitian kontraktor dalam melaksanakan pemeriksaan dokumen
pelaksanaan tersebut terjadi ketidaksempurnaan konstruksi maka kon traktor pelaksana
harus melakukan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut d an
memperbaiki/melaksanakan kembali setelah memperoleh keputusan direksi tanpa ganti
rugi apapun dari pihak-pihak lain.
PASAL 5
PEKERJAAN GALIAN
1. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari area rencana bangunan atau sekitarnya yang diperlukan
untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak ini.
2. Prosedur Penggalian
a. Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengawas Pekerjaan dan harus mencakup
pembuangan semua material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk
tanah, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organik.
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
bahan dibawah tanah dan luar batas galian. Bilamana material/bahan yang terekspose
pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau
kotor atau menutur pendapat Pengawas Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan
tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau diganti dengan timbunan yang memenuhi
24
syarat, sebagaimana diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
c. Dalam hal papaun perlu dipahami bahwa selama pelaksanaan penggalian, Penyedia
Jasa harus melakukan langkah-langkah berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk
memastikan drainase alami dari air yang mengalir pada permukaan tanah, agar dapat
mencegah aliran tersebut mengalir masuk ke dalam galian yang telah terbuka.
3. Metode Konstruksi
a. Pekerjaan galian tanah dilakukan dengan menggunakan alat berat excavator atau
cara manual dengan menggunakan tenaga kerja
b. Hasil galian tanah disingkirkan dari lokasi pekerjaan dan diangkut menggunakan
dump truck
c. Perapihan hasil galian dilakukan dengan cara manual menggunakan tenaga kerja
d. Jika ternyata ditemukan air tanah pada saat menggali maka wajib dilakukan
pemompaan air keluar dari galian sebelum pemasangan pondasi dilakukan.
PASAL 6
PEKERJAAN TIMBUNAN
1. Umum
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan
tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, timbunan kembali
galian atau timbunan umum yag diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai
dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan
2. Prosedur Penggalian
a. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang
disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagai rata sehingga sama tebalnya.
b. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Pengawas
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
c. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar aiar optimum.
d. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta
mampu mengisi rongga-rongga batu pada lapisan atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan.
e. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang diysaratkan, diuji
kepadatannya dan harus diterima oleh Pengawas Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya
dihampar.
3. Metode Konstruksi
a. Material timbunan kembali dapat menggunakan material hasil galian atau dapat pula
didatangkan dari luar sesuai instruksi Pengawas Pekerjaan.
b. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat pemadat yang diijinkan Pengawas
Pekerjaan.
25
PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
1. Umum
Yang termasuk dalam pekerjaan ini termasuk semua tenaga kerja, material, peralatan dan
layanan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pasangan batu bata sebagaimana
diindikasikan dalam gambar-gambar
2. Produk
1. Bata yang dibuat dari tanah liat harus dipress secara manual atau oleh mesin dengan
penekanan (pressure) yang sama dengan memenuhi standard dan persyaratan lain yang
diindikasikan/dinyatakan dibawah untuk setiap bentuk bata yang disyaratkan:
1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982/NI-3).
2. Standard Industri Indonesia (SII)-0021-78
3. Ukuran: Menyediakan bata yang diproduksi dengan dimensi nyata. Modul Standard:
50 x 100 x 220 mm
4. Semua bata yang akan digunakan pada daerah tahan api harus dilengkapi dengan
sertifikat tahan api yang disyaratkan seperti dinyatakan pada gambar kompartemen
kebakaran
b. Material Adukan
Semen Portland: SNI 15-2049-1994 atau Type I/PBI/PUBI-1982. Menyediakan warna
natural/alamiah atau semen putih seperti disyaratkan untuk menghasilkan warna
adukan yang disyaratkan.
c. Campuran Adukan dan Grout (Mortar dan Grout Mixes)
1. Umum: Jangan menambah bahan campuran tambahan termasuk pigmen pewarna,
bahan-bahan anti udara (air-entraining agents), akselerator, penghambat, bahan-
bahan penolak/anti air, bahan tambahan lain dan atau, kecuali dinyatakan lain.
2. Pencampuran/Pengadukan (Mixing): Campur dan aduk dengan rata material-
material yang mengandung semen, air dan agregat dalam pengaduk mekanis
(mollen), yang memenuhi standard SNI yang direferensikan untuk waktu
pengadukan dan kadar air.
PASAL 8
PEKERJAAN SAND BLOCK
1. Bahan
Paving block yang dipakai adalah paving press dengan ukuran 40 x 40 cm dan 40 x 20 cm
tebal 5 cm dengan kekuatan tekan K 300 kg / cm2
2. Toleransi dimensi
a. Perbedaan ukuran paving rata – rata tidak lebih dari 2 mm setiap paving.
b. Kerataan permukaan masing – masing paving tidak lebih dari 0,3 mm.
c. Kemiringan permukaan untuk keperluan drainage dibuat rata – rata max. 2 %
kearah pembuangan kecuali pada tikungan menyesuaikan gambar.
d. Alur paving sesuai standar pabrik.
e. Paving yang tidak memenuhi standar toleransi tidak diterima (ditolak).
f. Ukuran paving menyesuaikan dengan gambar rencana
3. Pengujian contoh paving block
26
a. Contoh paving block yang akan dipasang kuat tekannya harus diuji terlebih dahulu di
laboratorium yang direkomendasikan oleh Direksi.
b. Contoh Paving yang diuji adalah yang akan dipasang di lapangan di ambil secara acak.
c. Setiap kurang lebih 30 m2 paving block yang akan dipasang harus diwakili 1 buah
benda uji untuk pengetesan kuat tekan.
d. Jumlah benda uji paving keseluruhan minimal 10 buah.
e. Paving block dan kansteen cetak yang tidak memenuhi persyaratan kuat tekan
berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, tidak akan diterima (ditolak).
4. Persyaratan dan tata cara pemasangan paving
a. Pastikan permukaan dasar bersih dan sudah dirabat karena dibawah paving tidak
menggunakan pasir urug melainkan dipasang menggunakan mortar
b. Gunakan mortar untuk merekatkan paving dengan rabatan dibawahnya.
c. Atur penggunaan mortar agar kemiringan sesuai dengan yang direncanakan
d. Pastikan susunan paving sesuai dengan pola yang direncanakan
e. Tekan dengan kuat untuk memastikan paving menempel dengan baik
f. Periksa Kembali hasil pemasangan dan pastikan tidak ada keramik yang goyang atau
cacat
5. Hasil akhir
a. Bidang pasang paving rata atau tidak bergelombang, padat, tidak cacat, (pecah/ patah
terbagi).
b. Alur – alur harus lurus dengan ukuran yang sama.
c. Air mengalir lancar kesaluran drainage jalan dengan kemiringan maximal 2 %.
d. Permukaan paving harus bersih dari bekas – bekas semen dan kotoran lainnya.
PASAL 9
PEKERJAAN BATU ANDESIT
1. Umum
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan batu alam ini dilakukan pada seluruh finishing lantai sesuai yang
disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar.
2. Persayaratan Bahan
a. Batu alam digunakan dengan ukuran 20 x 40 cm atau dengan ukuran yang berbeda
namun masih dengan motif yang sama
b. Pasir untuk adukan harus diayak cukup halus dengan lolos ayakan 5 mm atau pasir yang
memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
c. Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam kemasan standar dari pabrik dan
terlindung.
3. Metode Pelaksanaan
27
a. Pemasangan batu alam dilakukan setelah alas dari finishing batu alam sudah selesai
dengan baik dan sempurna serta disetujui Pengawas Pekerjaan (antara lain screed lantai,
waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan batu alam dilaksanakan.
b. Batu alam yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak
bernoda.
c. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.
d. Jarak antara unit-unit pemasangan batu alam yang terpasang (lebar siar-siar), harus
sama lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm dan kedalaman maksimum 2 mm
atau sesuai detail gambar serta petunjuk Pengawas Pekerjaan. Siar-siar harus
membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan sama dalamnya. Untuk
siar-siar yang berpotongan harus membentuk siku dan saling berpotongan tegak lurus
sesamanya.
e. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasangan atau hal-hal
lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
f. Batu alam yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain selama 3x24
jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada permukaannya.
g. Pemasangan batu alam harus memperhatikan elevasi dari dinding beton terutama pada
posisi tumpahan air pada kolam air mancur.
PASAL 10
PEKERJAAN PENGECATAN / COATING BATU ALAM
1. Umum
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan pengecatan ini mencakup pekerjaan coating batu alam.
2. Persayaratan Bahan
a. Cat coating batu alam yang digunakan adalah Cat produk Nippon Paint atau setara
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan pada PUBI 1982 pasal 54 dan NI-4.
c. Untuk warna yang akan digunakan ditentukan oleh direksi
3. Metode Pelaksanaan
a. Semua bidang pengecatan harus betul-betul rata, tidak terdapat cacat (retak, lubang dan
pecah-pecah).
b. Pengecatan tidak dapat dilakukan selama masih adanya perbaikan pekerjaan pada bidang
pengecatan.
c. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-kotoran lain yang
dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.
d. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak terdapat noda-noda pada
permukaan pengecatan. Harus dihindarkan terjadinya kerusakan akibat dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
e. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam pengerjaan dan
perawatan/keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.
f. Bila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pengerjaan, atau kerusakan, Kontraktor harus
memperbaiki/mengganti dengan bahan yang sama mutunya tanpa adanya tambahan
biaya.
28
g. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga kerja terampil / berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan pengecatan tersebut, sehingga dapat tercapainya mutu pekerjaan
yang baik dan sempurna.
29
PASAL 10
PENUTUP
1. Pekerjaan yang termasuk pekerjaan Pemborong untuk pencapaian hasil pekerjaan yang
berkualitas dan optimal, tetapi tidak diuraikan dalam RKS ini harus dilaksanakan oleh Pemborong.
2. Apabila dalam pelaksanaan seleksi umum batal yang disebabkan oleh sesuatu hal, maka peserta
seleksi umum tidak berhak mengajukan keberatan-keberatan termasuk tuntutan ganti rugi.
4. Segala sesuatu yang belum diatur dalam RKS ini akan diatur lebih lanjut pada surat. perjanjian
kontrak dan jika terjadi perubahan akan diatur dalam adendum.
30