Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ussy Andawayanti, MS.
Oleh :
Kelompok 1
Kelas B
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud pekerjaan Studi kelayakan di Pulau Kijang Kabupaten Indragiri Hilir adalah untuk
mengetahui kondisi dan karakteristik sungai, menganalisis data-data hidrologi, hidrolika dan
sungai yang sesuai dengan kondisi di lapangan, menghindarkan kerusakan yang terjadi,
membuat studi kelayakan perencanaan teknis pengamanan tebing sungai dengan tiga alternatif
salam rangka pengendalian banjir dan bangunan pelengkap lainnya, serta membuat pengaruh
lingkungan sosial ekonominya yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksaan fisik.
Adapun beberapa alternatif yang digunakan adalah:
Pembangunan Turap Pulau Kijang Kabupaten Indragiri Hilir adalah untuk mengetahui
kondisi dan karakteristik sungai, menghindarkan kerusakan yang terjadi, membuat studi
kelayakan perencanaan teknis pengamanan tebing sungai berupa turap dalam rangka
pengendalian banjir dan bangunan pelengkap lainnya, serta membuat pengaruh lingkungan
sosial ekonominya yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksaan fisik. Turap adalah
konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah di sekelilingnya, mencegah terjadinya
kelongsoran dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya. Konstruksi dinding
turap terdiri dari beberapa lembaran turap yang dipancangkan ke dalam tanah, serta membentuk
formasi dinding menerus vertikal yang berguna untuk menahan timbunan tanah atau tanah yang
berlereng. Turap terdiri dari bagian-bagian yang dibuat terlebih dahulu (prefabricated) atau
dicetak terlebih dahulu (pre-cast).
Selain pada studi kelayakan pada pembangunan Turap, disini kami berencana untuk studi
kelayakan pada pembuatan bronjong. Fungsi bronjong di antaranya adalah melindungi dan
memperkuat struktur tanah di sekitar tebing agar tidak terjadi longsor, tepi sungai, dan tepi
tanggul. Bronjong juga bisa digunakan sebagai pembentuk bendungan untuk meningkatkan
volume air sungai. Bagian tepi sungai bisa mengalami erosi akibat arus sungai yang deras dan
terus-menerus terjadi. Di sini, bronjong akan berfungsi sebagai penjaga area tepi sungai dari
arus sungai sehingga bantaran sungai tidak akan mudah hancur.
Alternatif selanjutnya adalah normalisai. Normalisasi merupakan upaya yang dilakukan
untuk menambah volume tampungan air dari palung sungai. Ketiga alternative ini sering
dilakukan sebagai opsi untuk menanggulangi banjir.
Untuk lternatif terakhir adalah sheet pile. Sheet pile adalah sebuah struktur yang didesain
dan dibangun untuk menahan tekanan lateral (horizontal) tanah. Tekanan tanah lateral di
belakang dinding penahan tanah bergantung kepada sudut geser dalam tanah dan kohesi (gaya
tarik menarik antara partikel tanah). Tekanan lateral tersebut bekerja dari atas sampai ke bagian
2
paling bawah pada dinding penahan tanah. Apabila proyek pemasangan sheet pile ini tidak
direncanakan dengan baik, maka tekanan tanah dapat mendorong konstruksi sheet pile
sehingga menyebabkan kegagalan konstruksi serta kelongsoran.
Konstruksi sheet pile disusun menyerupai bentuk dinding yang terdiri dari beberapa
lembaran turap yang dipancangkan ke dalam tanah, untuk menahan timbunan tanah atau tanah
yang memang berlereng. Sheet pile disusun sebagai struktur penahan tanah pada tebing jalan
raya, pemanfaatan sheet pile sebagai tanggul pada aliran sungai, struktur penahan tanah pada
galian, dan struktur penahan tanah yang berlereng agar tanah tersebut tidak longsor.
1.2.2 Tujuan
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mengatasi masalah secara teknis dan non teknis kikisan
air sungai akibat hantaman banjir dan ataupun oleh gerusan lokal saat muka air minimum yang
mengakibatkan tebing sungai terabrasi yang berakibat terganggunya fasilitas umum. Hasil dari
perencanaan teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi penentuan layak
atau tidaknya pembangunan bangunan pengaman banjir pada daerah tersebut.
1.3 Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan studi kelayakan bangunan pengendali
banjir yang dapat menjadi acuan sebagai langkah-langkah yang diperlukan untuk tahap
selanjutnya, seperti melindungi tebing sungai dari kerusakan-kerusakan akibat gerusan,
mencegah kelongsoran tebing sungai, perlindungan lokasi kegiatan dalam rangka antisipasi
dampak banjir sehingga masyarakat sekitar menjadi merasa aman.
3
BAB II
DESKRIPSI DAERAH PROYEK
Lokasi pekerjaan pada WS Reteh dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
4
2.2 Kondisi Umum Sosial Ekonomi dan Demografis
Untuk mendapatkan gambaran dan memahami kondisi sosial masyarakat setempat serta
kesadaran masyarakat mengenai pembangunan bangunan pengendali banjir di kelurahan Pulau
Kijang Kabupaten Indragiri Hilir. Perlu dilakukan kegiatan survey kebutuhan nyata atau Real
Demand Survey (RDS) untuk mengetahui permasalahan dan keinginan masyarakat setempat,
kegiatan ini dimulai dengan sosialisasi pada masyarakat setempat di 14 Desa/Kelurahan di
Kecamatan Reteh. Kecamatan Reteh adalah salah satu dari 20 kecamatan yang ada dalam
Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas wilayah ±724,75 km2 atau ±72.475 Ha. Ibukota
Kecamatan Reteh yaitu Kelurahan Pulau Kijang dengan jarak ke kabupaten (Tembilahan) yaitu
sekitar 90 km dan jarak ke ibukota provinsi (Pekanbaru) yaitu sekitar 360 km.
Pengkajian dilakukan sebagai dasar informasi mengenai dampak akibat yang ditimbulkan
yakni berupa erosi/abrasi, sedimentasi di bagian hilir dan terjadi gerusan pada daerah-daerah
tertentu yang membahayakan fasilitas umum, jalan, dan pemukiman penduduk serta dampak
lain yang tentunya mempengaruhi perekonomian masyarakat. Pada Real Demand Survey ini
akan disajikan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di wilayah kecamatan reteh, penyebaran
penduduk berdasarkan tingkat pertumbuhannya, data responden, sosial ekonomi masyarakat
dan dampak akibat banjir serta gerusan tebing sungai. Kajian di bawah ini merupakan hasil dari
Survei Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey – RDS) dengan jumlah sampel berdasarkan
teori slovin dan marginal error sebesar 10% maka diperoleh responden sebanyak 99,78 atau
dibulatkan menjadi 100 sampel dari populasi jumlah penduduk Kecamatan Reteh yakni
sebanyak 46.077 orang. Dari 100 responden yang tersebut dilakukan penyebaran berdasarkan
skala perbandingan melalui penyebaran jumlah penduduk pada masing-masing
Desa/Kelurahan di Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir.
5
Seberang
5 Sanglar 1 947 1 824 3.771 8% 8
6 Mekar Sari 514 500 1.014 2% 2
Seberang Pulau
7 Kijang 614 555 1.169 3% 3
8 Sungai Asam 803 801 1.604 3% 3
9 Pulau Ruku 940 1 004 1.944 4% 4
10 Tanjung Labuh 623 579 1.202 3% 3
11 Sungai Mahang 755 610 1.365 3% 3
Kelurahan
12 Pulau Kijang 7 327 8 033 15.360 33% 33
13 Metro 1 038 1 024 2.062 4% 4
14 Madani 961 841 1.802 4% 4
Total 46.077 100% 100
Sumber : Data 2020
Berdasarkan Tabel 2.1 Rasio Penyebaran Kuesioner berdasarkan Skala Perbandingan
penyebaran jumlah penduduk diketahui jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Pulau Kijang
yakni sebanyak 15.360, sehingga diketahui jumlah responden lebih banyak yakni 33 responden
dibandingkan dengan Desa/Kelurahan lainnya di Kecamatan Reteh. Berikutnya perbandingan
kuesioner disesuaikan dengan penyebaran jumlah penduduk di Desa/Kelurahan di Kecamatan
Reteh Kabupaten Indragiri Hilir.
1. Kependudukan
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin – Kecamatan Reteh: 2018
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin
Desa
1. Sanglar 3 147 3 019 6 166 104
2. Pulau Kecil 2 582 2 524 5 106 102
3. Sungai Undan 1 241 1 234 2 475 101
4. Sungai Terab 531 506 1 037 105
5. Seberang Sanglar 1 947 1 824 3 771 107
6. Mekar Sari 514 500 1 014 103
6
7. Seberang Pulau 614 555 1 169 111
Kijang
8. Sungai Asam 803 801 1 604 100
9. Pulau Ruku 940 1 004 1 944 94
10. Tanjung Labuh 623 579 1 202 108
11. Sungai Mahang 755 610 1 365 124
Kelurahan
12. Pulau Kijang 7 327 8 033 15 360 91
13. Metro 1 038 1 024 2 062 101
14. Madani 961 841 1 802 114
TOTAL 23 023 23 054 46 077 100
Sumber : Kecamatan Reteh Dalam Angka: 2019
Desa
1. Sanglar 56,00 6 166 109
2. Pulau Kecil 58,00 5 106 88
3. Sungai Undan 125,00 2 475 20
4. Sungai Terab 89,05 1 037 12
5. Seberang Sanglar 48,21 3 771 78
6. Mekar Sari 45,73 1 014 22
7. Seberang Pulau Kijang 35,75 1 169 33
8. Sungai Asam 47,52 1 604 34
9. Pulau Ruku 34,60 1 944 56
10. Tanjung Labuh 33,45 1 202 36
11. Sungai Mahang 29,30 1 365 47
Kelurahan
12. Pulau Kijang 96,67 15 360 159
13. Metro 8,75 2 062 236
14. Madani 16,72 1 802 108
Kecamatan Reteh 724,75 46 077 64
Sumber : Kecamatan Reteh Dalam Angka : 2019
7
2. Karakter Responden
a. Responden Berdasarkan Usia
Tabel. 2.4 Responden Berdasarkan Usia
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Laki-laki 62 62%
2 Perempuan 38 38%
Jumlah 100 100%
50
40
38
30
20
10
0
Laki-laki Perempuan
8
3. Analisis Deskriptif
Tabel 2.5 Pendapatan Tunai Berdasarkan Sumbernya
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Gaji dan Pekerjaan Tetap 13 13%
2 Upah dan Pekerjaan Sementara 21 21%
3 Wiraswasta (Manufaktur) 12 12%
4 Wiraswasta (Perdagangan) 34 34%
5 Wiraswasta (Jasa) 11 11%
6 Kiriman dari Anggota Keluarga 2 2%
7 Hasil Pertanian 5 5%
8 Hasil Peternakan 2 2%
9 Lainnya 0 0%
Jumlah 100 100%
Jumlah Responden
9
Kondisi Pemukiman dan Sanitasi
Tipe Rumah
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Rumah Permanen 44 44%
2 Rumah Semi 48 48%
3 Rumah Sementara 8 8%
Jumlah 100 100%
50
48
44
40
30
20
10
8
0
Rumah Permanen Rumah Semi Rumah Sementara
Atap Rumah
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Genteng 41 41%
2 Seng 31 31%
3 Asbes 25 25%
4 Lainnya 3 3%
Jumlah 100 100%
10
Kondisi Responden Berdasarkan Atap Rumah
45 41
40
35 31
30
25
25
20
15
10
5 3
0
Genteng Seng Asbes Lainnya
Dinding Rumah
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Semen 80 80%
2 Kayu 5 5%
3 Bambu 15 15%
4 Triplek 12 12%
Jumlah 100 100%
11
Lantai Rumah
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Semen 23 23%
2 Keramik 18 18%
3 Kayu 41 41%
4 Bambu 18 18%
Jumlah 100 100%
20 18 18
15
10
5
0
Semen Keramik Kayu Bambu
Sarana MCK
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Milik Sendiri 70 70%
2 Bersama/Umum 21 21%
3 Sungai 9 9%
Jumlah 100 100%
12
Responden Berdasarkan Sarana MCK
80 76
70
60
50
40
30
21
20
10 3
0
Milik Sendiri Bersama/Umum Sungai
40 36
30
20
10
8
5
0
0
PDAM Sumur Galian Mata Air Sungai Membeli
13
Alat Transportasi Sehari-hari
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Mobil 0 0
2 Motor 72 0,72
3 Sepeda 5 0,05
4 Angkutan Umum 23 0,23
Jumlah 100 100%
70
60
50
40
30
20
10
0
Mobil Motor Sepeda Angkutan Umum
14
Responden Berdasarkan Jalan Sekitar
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jalan Aspal Jalan Bambu Jalan Tanah Jalan Setapak
100
80
60
40
20
0
Kayu Bakar Batu Bara Minyak Tanah Gas
15
Sumber Penerangan
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Listrik PLN 100 100%
2 Generator Swasta 0 0%
3 Generator Milik Sendiri 0 0%
4 Lainnya 0 0%
Jumlah 100 0%
100
80
60
40
20
0
Listrik PLN Generator Swasta Generator Milik Lainnya
Sendiri
Sarana Komunikasi
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Telepon Kabel 0 0%
2 Telepon Seluler 92 92%
3 Internet 0 0%
4 Lainnya 8 8%
Jumlah 100 100%
16
Responden Sarana Komunikasi
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Telepon Kabel Telepon Seluler Internet Lainnya
17
Status Lahan
1. Status Lahan Pemukiman
No Kriteria Jumlah Responden %
1 SHM 12 12%
2 HGB 30 30%
3 Sewa 45 45%
4 Ilegal 13 13%
Jumlah 100 100%
40
30
20
10
0
SHM HGB Sewa Ilegal
2. Luas Lahan
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 < 50 Meter 81 81%
2 51 - 100 Meter 13 13%
3 101 - 150 Meter 6 6%
4 > 150 Meter 0 0%
Jumlah 100 100%
18
Responden Berdasarkan Luas Lahan
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
< 50 Meter 51 - 100 Meter 101 - 150 Meter > 150 Meter
3. Kelengkapan Surat-surat
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Sertifikat Tanah 86 86%
2 Akta Jual Beli 12 12%
3 IMB 2 2%
4 PBB 0 0%
Jumlah 100 100%
19
Bagian Dampak Banjir dan Gerusan Tebing Sungai
Aspek yang menimbulkan kerusakan :
1. Penyebab utama terjadinya banjir dan gerusan tebing sungai
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Meluapnya Air 78 78%
2 Tersumbatnya Aliran Sungai 12 12%
3 Tidak adanya drainase / saluran pembuang 5 5%
4 Tidak berfungsinya drainase yang ada dengan baik 5 5%
5 Limpasan Air Hujan 0 0%
6 Rendahnya tempat dibandingkan dengan saluran irigasi 0 0%
7 lainnya 0 0%
Jumlah 100 100%
20
Frekuensi Banjir yang selalu menimbulkan kerusakan terhadap rumah, desa dan lahan
lain
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Hampir setiap tahun 78 78%
2 Sekali dalam 2 s.d 3 tahun 8 8%
3 Sekali dalam 4 s.d 5 tahun 2 2%
4 Sekali dalam 6 s.d 7 tahun 0 0%
5 Sekali dalam 8 s.d 10 tahun 0 0%
6 Jarang ( hampir tidak pernah) 12 12%
Jumlah 100 100%
21
Responden Evaluasi Lama Hari Genang
100
87
90
80
70
60
50
40
30
20
7 6
10
0 0
0
Kurang dari 1 1 hingga 5 jam 5 hingga 10 jam hampir 24 jam lebih dari 1 hari
Jam
Evaluasi tingginya genangan akibat banjir yang terjadi disekitar pemukiman dan sarana
umum
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Kurang dari 0,5 m 89 89%
2 0,5 hingga 1,00 m 11 11%
3 1,00 hingga 1,50 m 0 0%
4 1,50 hingga 2,00 m 0 0%
5 diatas 2,00 m 0 0%
Jumlah 100 1
22
Evaluasi Tingkat Kerusakan Akibat Banjir dan Gerusan Tebing Sungai
terhadap Sarana/prasaranan dan Manusia
1. Kerusakan pada barang dan harta/kekayaan rumah tangga
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Semua rusak/hanyut 0 0%
2 Sebagian besar rusak/tertimbun lumpur / tergenang air 0 0%
3 Sebagian kecil rusak / tertimbun lumpur 21 21%
4 Tidak ada kerusakan 79 79%
Jumlah 100 100%
23
Responden pada Bangunan Rumah
100 92
90
80
70
60
50
40
30
20
8
10 0 0
0
Dinding dan atap Sebagian besar Kerusakan kecil pada Tidak ada kerusakan
rusak/hanyut dinding dan atap dinding dan
rusak atap/timbunan
lumpur
24
4. Gangguan pada jaringan, seperti listrik, air bersih , telekomunikasi dan lain-lain
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Semua jaringan terganggu/Perlu perbaikan > 3 hari 0 0%
2 Sebagian besar terganggu/Perlu perbaikan (1-3) hari 0 0%
3 Sebagian kecil terganggu/Perlu perbaikan < 1 hari 8 8%
4 Tidak ada gangguan 92 92%
Jumlah 100 100%
25
Responden Gangguan pada Fasilitas Sanitasi
120
96
100
80
60
40
20
0 0 4
0
Semua fasilitas Sebagian besar Sebagian kecil Tidak ada kerusakan
rusak/Perlu rusak/Perlu rusak/Perlu
perbaikan > 3 hari perbaikan (1-3) hari perbaikan < 1 hari
26
7. Luka akibat genangan ataupun aliran pada saat terjadi banjir
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Luka berat/mengalami cacat (seumur hidup) 0 0%
2 Luka sedang/mengalami cacat (tidak seumur hidup) 0 0%
3 Luka ringan 3 3%
4 Tidak terluka 97 97%
Jumlah 100 100%
80
60
40
20
0 0 3
0
Luka Luka Luka ringan Tidak terluka
berat/mengalami sedang/mengalami
cacat (seumur cacat (tidak seumur
hidup) hidup)
27
Responden Ketidakhadiran Dalam
Kantor/Sekolah
120
97
100
80
60
40
20
0 0 3
0
Tidak hadir > 3 hari Tidak hadir ( 1 - 3) Tidak hadir < 1 hari Kehadiran Tidak
hari Terganggu
28
Persepsi Terhadap Sistem Pengendalian Daya Rusak Air ( Banjir dan Perkuat
Tebing)
1. Didaerah sudah ada Sistem Pengendalian daya rusak air (Banjir dan Perkuatan Tebing)
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Ya 52 52%
2 Tidak 14 14%
3 Tidak Tahu 34 34%
Jumlah 100 100%
2. Sistem pengendalian daya rusak air (banir dan perkuatan tebing) selama ini
29
Responden Sistem Pengendalian Daya
Air Rusak
100 86
80
60
40
20
14
0 0
0
Baik Cukup Kurang Baik Tidak Berfungsi
60
40
21
20
5
0
Memasang Karung yang Membuat pagar dari kayu Lainnya
berisi tanah atau pasir atau pasir
30
Responden Dalam Kegiatan Bakti Sosial
100
88
90
80
70
60
50
40
30
20 12
10 0
0
Selalu Kadang - kadang Tidak pernah
5. Disekitar kita tersedia sarana khusus untuk menanggulangi daya rusak seperti waduk,
tanggul, pintu air, pompa dll
No Kriteria Jumlah Responden %
1 Ada 6 6%
2 Tidak Ada 68 68%
3 Tidak tahu 26 26%
Jumlah 100 100%
31
Persepsi Terhadap upaya Pembangunan Pengendalian Daya Rusak Air (Banjir
dan Perkuatan Tebing)
1. Kebutuhan yang paling mendesak untuk diatasi / ditangani di daerah
Jumlah
No Kriteria Responden %
1 Pengadaan Sarana Jalan 5 5%
Pengadaan Sarana saluran (gotong royong) pembuang
2 limbah 6 6%
3 Pengadaan air bersih 11 11%
4 Pengendalian banjir 78 78%
Jumlah 100 100%
32
Responden Dukungan Jika DIbangunkan Sarana
120
100
100
80
60
40
20
0
0
Ya Tidak
33
Pembahasan
Berdasarkan hasil RDS yang sudah dilakukan terkait FS Pembangunan Bangunan
Pengendali Banjir Kelurahan Pulau Kijang Kabupaten Indragiri Hilir, harus segera dilakukan
atau diterapkan karena dilihat hasil RDS (Real Demand Survey) yang menunjukkan bahwa :
1. Aspek yang menimbulkan kerusakan
a. Penyebab utama terjadinya banjir dan gerusan terbing sungai, 78% reponden
menyatakan air meluap
b. Frekuensi Banjir yang selalu menimbulkan kerusakan terhadap rumah, desa dan
lahan lain, diketahui bahwa 78% frekuensi banjir terjadi setiap tahun.
c. Evaluasi lamanya hari genangan akibat banjir, 87 % responden menyatakan kurang
dari 1 Jam
d. Evaluasi tingginya genangan akibat banjir yang terjadi disekitar pemukiman dan
sarana umum, 89% kurang dari 0,5 m
2. Evaluasi Tingkat Kerusakan Akibat Banjir dan Gerusan Tebing Sungai terhadap
Sarana/prasaranan dan Manusia
a. Kerusakan pada barang dan harta/kekayaan rumah tangga, walaupun tidak ada
kerusakan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden bahwa tidak ada
kerusakan berat sebanyak 79%
b. Kerusakan pada bangunan rumah, 92% tidak ada kerusakan
c. Kerusakan pada rumah tangga juga hamper tidak ada, hal ini dapat dilihat dari
jawaban responden sebanyak 90%
d. Gangguan pada jaringan , seperti listrik, air bersih , telekomunikasi dan lain-lain
e. Kerusakan pada fasilitas sanitasi, seperti toilet, drainase dll, 95% tidak ada
kerusakan
f. Gangguan pada lalu lintas jalan raya, 96% responden menyatakan tidak terlalu
mengalami kerusakan pda lalu lintas.
g. Luka akibat genangan ataupun aliran pada saat terjadi banjir tidak dialami oleh
responden disekitar wilayah kajian, hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang
menjawab 97% tidak mengalami luka, hanya 3% yang mengalami luka ringan.
h. Ketidakhadiran (tidak dapat pergi ke kantor atau sekolah) diketahui bahwa 97%
Kehadiran Tidak Terganggu
i. Penundaan aktivitas bisnis/ekonomi, Aktivitas bisnis Tidak Terganggu hal ini dapat
dilihat dari jawaban reponden yakni 93% kegiatan masyarakat sekitar tidak
terganggu pada aktivitas bisnis/ekonomi.
34
3. Persepsi Terhadap Sistem Pengendalian Daya Rusak Air (Banjir dan Perkuat
Tebing)
a. Didaerah sudah ada Sistem Pengendalian daya rusak air (Banjir dan Perkuatan
Tebing). Reponden menyatakan bahwa 52% bahwa sudah ada system pengendalian
daya rusak air, namun 24% masih banyak masrakat sekitar belum mengetahui
program yang sudah dilakukan pemerintah daerah dan pusat terkait system
pengendalian daya rusak air.
b. Sistem pengendalian daya rusak air (banjir dan perkuatan tebing) selama ini,
responden sebanyak 86% menyatakan bahwa sistem pengendalian daya rusak air
masih belum berfungsi dengan baik sedangkan 14% menyatakan system
pengendalian yang ada kurang baik.
c. Langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk menanggulangi daya rusak air,
dalam sistem pengendalian daya air ini masyarakat sudah turut berupaya melakukan
pengendalian air dengan cara mereka sendiri, hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden sebanyak 74% menyatakan bahwa masyarakat tetap melakukan
Langkah-langkah dalam pengendalian air selain karung tanah atau pasir.
d. Kegiatan bakti sosial untuk memelihara dan menjaga sarana umum. Kegiatan bakti
sosial masih jarang dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden dengan menjawab kadang-kadang melakukan kegiatan bakti sosial
sebanyak 88%.
e. Disekitar kita tersedia sarana khusus untuk menanggulangi daya rusak seperti
waduk, tanggul, pintu air, pompa dll responden menjawab tidak tahu sebanyak
68%. Tentunya peran serta tokoh masyarakat Bersama apparat pemerintah harus
lebih kerja keras lagi dalam melakukan sosialisasi terkait dengan penanggulangan
daya rusak air terutama berkaiat dengan sarana yang sudah disiapkan.
4. Persepsi Terhadap upaya Pembangunan Pengendalian Daya Rusak Air (Banjir dan
Perkuatan Tebing)
a. Kebutuhan yang paling mendesak untuk diatasi / ditangani di daerah
Jawaban responden adalah upaya dalam pengendalian banjir yakni sebanyak 78%.
Walaupun belum ada kerusakan yang besar, namun bencana yang terjadi setiap tahun
dan mengganggu kegiatan ekonomi/bisnis.
b. Dukungan jika dibangunkan sarana.
35
Masyarakat sangat mendukung saran yang sudah diupayakan oleh pemerintah pusat
dan daerah. 100% masyarakat sekiat menyatakan setuju dan mendukung sarana yang
akan dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah.
c. Partisipasi yang dilakukan warga
Pasrtisipasi masyarakat secara sukarela hanya 11% dan paling banyak responden
menyatakan akan membantu jika diberikan upah/gaji
d. Saran-saran
Saran yang paling banyak disampaikan adalah agar pemerintah pusat atau daerah
segera melakukan upaya dalam hal pengendalaian daya rusak air disungai.
Demografi
Kecamatan Reteh merupakan daerah tempat tinggal masyarakat beraneka ragam suku, di
mana suku pertama yang mendiami Reteh yakni suku Melayu, kemudian di tempati oleh suku
- suku lain seperti suku Bugis, Jawa, Banjar, Minang, Cina, dan Batak. Penduduk bermata
pencarian Petani, Nelayan, Pedagang, dan Pegawai Pemerintah.
Penduduk Kecamatan Reteh pada tahun 2018 berjumlah 46.077 jiwa dan jumlah rumah
tangga adalah 10.951. Rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa. Desa/Kelurahan yang
paling banyak penduduknya adalah Kelurahan Pulau Kijang yaitu 15.360 jiwa dan yang paling
sedikit jumlah penduduknya adalah Desa Mekar Sari yaitu 1014 jiwa.
Sex ratio Kecamatan Reteh adalah 100 menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk perempuan
terdapat 100 penduduk laki-laki. Penduduk laki-laki berjumlah 23.023 jiwa dan penduduk
perempuan berjumlah 23.054 jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk Kecamatan Reteh yaitu 64
jiwa/km2. Wilayah yang paling padat penduduknya yaitu Kelurahan Metro dengan 236
orang/km2 dan yang paling jarang penduduknya yaitu Desa Sungai Terab dengan 12 orang/km2.
36
Dari hasil pertanian tersebut, dapat mereka jual dan dapat dipergunakan untuk kebutuhan
sehari- hari.
2. Perkebunan
Sesuai dengan kondisi tanah didaerah ini, tanaman yang sangat cocok adalah tanaman kelapa.
Sejak dahulu sampai sekarang daerah ini terkenal sebgai penghasil kelapa. Buahnya selain bisa
dijual, dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dapat diolah menjadi minyak. Luas
perkebunan kelapa mencapai 33.000 hektar, selain itu ada juga tanaman lain seperti kopi seluas
2200 hektar dan disela-sela kebun tersebut juga dimanfaatkan untuk tanaman pisang.
3. Pedagang
Para pedagang biasanya menjual berbagai barang-barang yang dibutuhkan oleh penduduk
sekelilingnya. Ada sebagian peduduk yang memang usahanya berdagang, dan ada juga yang
hanya pekerjaan sampingan guna untuk memperoleh hasil tambahan dari usaha yang lain.
4. Pegawai Negri Sipil
Selain guru. Petani dan nelayan yang hidup ditengah-tengah masyrakat pada umumnya, ada
juga diantara mereka yang bertugas mengapdikan dirinya kepada negara yanng disebut dengan
pegawai negri. Diantara pegawai negri sipil (PNS) tersebut adalah guru, bidan, perawat, dan
bagian pemerintahan.
5. Nelayan
Selain petani atau pekebun, ada juga sebagian masyarakat kecamatan reteh sebagai nelayan
yang menangkap ikan dan udang di sungai-sungai atau pun parit-parit. Hasil dari tangkapan
ikan atau udang tersebut dapat mereka jual dan sebagiannya mereka pergunakan untuk
kebutuhan mereka sendiri.
6. Penangkaran Sarang Burung
Selain dari ketiga penghasilan tersebut diatas kecamatan reteh juga memiliki penghasilan dari
penangkaran sarang burung walet. Usaha tersebut terbilang menjanjikan karna harga jualnya
terbilang tinggi.
7. Buruh
Sebagian kecil ada juga masyarakat berkerja sebagai buruh angkut barang di pelabuhan dan
buruh bangunan.
2.4 Masalah Yang Timbul Sehingga Dipandang Perlu Untuk Mewujudkan Proyek Ini
Pada saat ini disepanjang hulu dan tengah Sungai ini mengalami erosi/abrasi yang cukup
signifikan, sehingga banyak menimbulkan sedimentasi di bagian hilir dan terjadi gerusan pada
daerah-daerah tertentu yang membahayakan fasilitas umum, jalan, dan pemukiman penduduk.
37
Studi Kelayakan (Feasibilty Study) bangunan perlindungan tebing sungai berupa turap
harus didasarkan pada teori di bidang ilmu persungaian dan simulasi komputer. Simulasi
komputer dimaksudkan untuk mengkaji kawasan sungai dengan model matematis untuk
mengetahui perubahan tebing sungai dan pengaruh transformasi karakteristik air banjir dan
sedimentasi.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami menawarkan beberapa alternative sebagai upaya
pengamanan tebing sungai yang mengalami erosi dan perlindungan lokasi kegiatan dalam
rangka pengendalian banjir. Oleh karena itu diperlukan studi untuk mengidentifikasi lokasi
sungai tersebut yang mengalami kerusakan, dan membuat Studi Kelayakan (Feasibilty Study)
dengan tiga alternatif yaitu pembangunan turap, bronjong dan normalisasi sungai Pulau Kijang
Kabupaten Indragiri Hilir. Studi Kelayakan (Feasibility Study) ini harus memperlihatkan
prioritas penanganan permasalahan di lokasi pekerjaan, serta alternatif-alternatif penanganan
dalam upaya penanganan tebing sungai. Dari alternatif yang ditawarkan kemudian akan dipilih
yang terlayak untuk digunakan.
38
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
39
Gambar 3.1 Lokasi Pekerjaan Pada WS Reteh
Sumber : Keputusan Menteri PU No: 04/PRT/M/2015, tanggal 18 Maret 2015
3.2 Topografi
Topografi adalah studi tentang permukaan tanah dipermukaan bumi. Istilah ini juga dapat
mengacu pada kondisi tinggi-rendahnya permukaan tanah tersebut, sehingga secara khusus
bisa dikatakan bahwa topografi meletakkan fondasi yang mendasari lanskap. Topografi erat
kaitannya dengan geodesi dan survei yang berkaitan dengan pengukuran permukaan tanah
secara akurat. Kegunaan topografi adalah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
gambar peta topografi. Gambar peta dari gabungan data akan membentuk suatu peta topografi.
Kondisi topografi DAS Reteh di Outlet Kelurahan Pulau Kijang menggunakan data
DEMNAS dari Badan Informasi Geospasial. Berdasarkan hasil analisis spasil,
menggambarkan bahwa di DAS Reteh dengan outlet di Kelurahan Pulau Kijang didominasi
oleh ketinggian lahan antara 0 – 50 m dpl yang merupakan bagian tengah sampai dengan hilir
DAS Reteh. Sedangkan di bagian hulu, ketinggian lahan bervariasi antara 50 sd di atas 400 m
dpl.
Berikut ini peta topografi DAS Reteh yang dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini.
40
Gambar 3.2 Peta Topografi DAS Reteh di Outlet Kelurahan Pulau Kijang
Sumber : Analisis Konsultan : 2020
3.3 Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air
yang ada dibumi. Daerah Aliran Sungai Reteh secara hidrologi akan dirujuk dari 3 pos hujan
yang bersumber dari unit Hidrologi BWS Sumatera III. Pos hujan tersebut adalah :
PCH Keritang
PCH Usul
PCH Tembilahan
Berikut ini adalah posisi pos hujan terhadap DAS Reteh
41
Gambar 3.3 Peta Pos Hujan dan Polohon Thiessen di DAS Reteh
Berdasarkan posisi Pos Curah Hujan dan kemudian dianalisis pengaruh pos hujan terhadap
DAS menggunakan metode Polygon Thiesen, maka DAS Reteh hanya terpengaruh oleh 2 Pos
Hujan saja, yaitu PCH Keritang dan PCH Usul dengan luas pengaruhnya terhadap DAS dapat
diihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Pengaruh Pos Hujan pada DAS Reteh
Pos Curah Luas
No
Hujan Km2 %
1 PCH Keritang 1817.39 51.3
2 PCH Usul 1736.75 48.7
JUMLAH 3554.14 100.0
Sumber : Hasil Analisis Konsultan : 2020
42
Rata-rata bulan kering (<100 mm) : tidak ada
Menurut klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian (Oldeman, et.al; 1980)
daerah ini termasuk dalam zona agrroklimat Tipe D
Hujan R24 Max tertinggi adalah pada tahun 2008 sebesar 122 mm per hari dan terendah
pada tahun 2018 sebesar 20 mm per hari.
3.4 Geohidrologi
Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan
topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di
Kabupaten Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta
daratan yang dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk
menanamkan investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan
dibidang budidaya perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam).
Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat parit-
parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten
Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai
Negeri Seribu Parit.
Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan
air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah
bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater.
Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya
air terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang
terhimpun dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah
43
Aliran Sungai (DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS
Indragiri Tuaka, DAS Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman.
3.5 Masalah & Beberapa Alternatif Pemecahan yang Timbul, Uraian Teknis
Permasalahan yang ada pada daerah Sungai Reteh, Pulau Kijang, Kabupaten Indragiri
Hilir adalah:
a) Banjir
b) Potensi terjadinya tebing longsor di sepanjang sungai
c) MAB rentan banjir
d) Bangunan di badan sungai
e) Tepi sungai mendekati permukiman
f) Terjadi okupasi di garis sempadan sungai/badan sungai
Ada empat macam alternatif yang kami temukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang ada diatas, yaitu:
1) Turap
Turap adalah susunan konstruksi batu kali yang bertujuan untuk penahan tekanan pada
tanah, sehingga berguna untuk mencegah longsor.
a. Turap Kayu
Biasa digunakan pada bangunan yang tidak permanen, seperti bangunan perancah
untuk penggalian pondasi dan sebagainya. Untuk bangunan permanen, pengawetan
bahan dan perlindungan bahan terhadap pelapukan harus benar-benar diperhatikan.
Penggunaan material kayu untuk dinding turap mempunyai keuntungan dan
kerugian. Keuntungannya adalah bahan ini mudah dicari. Sedangkan kerugiannya
adalah masa pakai dari material ini relatif pendek, serta diperlukannya teknik
pengawetan.
44
Gambar 3.4 Sketsa Turap Papan kayu
b. Turap Beton Precast
Biasa digunakan pada bangunan permanen atau pada detail-detail konstruksi.
Keuntungan pemakaian jenis dinding turap ini adalah dinding bisa didapat dengan
cara memesan, yang dilakukan dilapangan adalah pemasangan saja tanpa ada proses
produksi, sehingga waktu saat pemasangan dinding lebih cepat.
Namun diantara kelemahan atau kerugian dari tipe ini ialah memerlukan tenggang
waktu pemesanan dan pengangkutan.
45
Gambar 3.6 Contoh perkuatan lereng sungai dengan beton
c. Turap Baja
Turap baja, biasa digunakan pada bangunan permanen. Konstruksi dinding turap ini
lebih ringan, lebih mudah pelaksanaannya dilapangan serta hasilnya lebih baik.
Sedangkan kerugiannya adanya tenggang waktu pemesanan serta adanya bahaya
korosi.
Namun bahaya korosi pada konstruksi ini dapat dicegah dengan memberikan
catodic protection. Variasi konstruksi baja sangat tergantung pada pabrik
pembuatan, beberapa variasi ini antara lain:
• Variasi di daerah Eropa seperti Laarsen, Krupp dan Wendell DPF.
• Variasi di daerah Amerika seperti DP type dan ZP type dll.
Jika tidak berdasarkan faktor ekonomi ataupun keterpaksaan pengadaan jenis
bahan, maka pada pemakaian konstruksi dinding turap (sheet pile) dianjurkan untuk
memilih konstruksi baja dengan alasan:
• Lebih tahan terhadap driving stresses misal pemancangan pada tanah dengan
lapisan tanah keras atau batuan.
• Lebih tipis penampangnya
• Bisa digunakan berkali-kali.
• Panjang pile bisa ditambah atau dikurangi dengan mudah
• Bisa digunakan baik dibawah ataupun diatas air.
• Penyambungan yang mudah ini memungkinkan untuk mendapatkan dinding
yang menerus dan lurus pada waktu pemancangan
46
Gambar 3.7 Tebing sungai yang menggunakan turap baja
2) Bronjong
Bronjong adalah anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau galvanis.
Anyaman kawat baja ini membentuk sebuah kotak atau balok.
47
Gambar 3.9 Pekerjaan normalisasi
4) Sheet Pile
Steel Sheet Pile atau yang juga dikenal dengan sebutan Sheet Pile Wall adalah sebuah
inovasi baru dalam kontruksi penahan tanah.
3.6 Uraian Teknis untuk Masing – Masing Alternatif Sampai Gambar dan Volume
Pekerjaan
Pembangunan Turap Pulau Kijang Kabupaten Indragiri Hilir adalah untuk mengetahui
kondisi dan karakteristik sungai, menghindarkan kerusakan yang terjadi, membuat studi
kelayakan perencanaan teknis pengamanan tebing sungai berupa turap dalam rangka
pengendalian banjir dan bangunan pelengkap lainnya, serta membuat pengaruh lingkungan
sosial ekonominya yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksaan fisik. Turap adalah
konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah di sekelilingnya, mencegah terjadinya
kelongsoran dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya. Konstruksi dinding
turap terdiri dari beberapa lembaran turap yang dipancangkan ke dalam tanah, serta membentuk
formasi dinding menerus vertikal yang berguna untuk menahan timbunan tanah atau tanah yang
berlereng. Turap terdiri dari bagian-bagian yang dibuat terlebih dahulu (prefabricated) atau
dicetak terlebih dahulu (pre-cast).
Selain pada studi kelayakan pada pembangunan Turap, disini kami berencana untuk studi
kelayakan pada pembuatan bronjong. Fungsi bronjong di antaranya adalah melindungi dan
memperkuat struktur tanah di sekitar tebing agar tidak terjadi longsor, tepi sungai, dan tepi
tanggul. Bronjong juga bisa digunakan sebagai pembentuk bendungan untuk meningkatkan
volume air sungai. Bagian tepi sungai bisa mengalami erosi akibat arus sungai yang deras dan
48
terus-menerus terjadi. Di sini, bronjong akan berfungsi sebagai penjaga area tepi sungai dari
arus sungai sehingga bantaran sungai tidak akan mudah hancur.
Alternatif selanjutnya adalah normalisai. Normalisasi merupakan upaya yang dilakukan
untuk menambah volume tampungan air dari palung sungai. Ketiga alternative ini sering
dilakukan sebagai opsi untuk menanggulangi banjir.
Untuk lternatif terakhir adalah sheet pile. Sheet pile adalah sebuah struktur yang didesain
dan dibangun untuk menahan tekanan lateral (horizontal) tanah. Tekanan tanah lateral di
belakang dinding penahan tanah bergantung kepada sudut geser dalam tanah dan kohesi (gaya
tarik menarik antara partikel tanah). Tekanan lateral tersebut bekerja dari atas sampai ke bagian
paling bawah pada dinding penahan tanah. Apabila proyek pemasangan sheet pile ini tidak
direncanakan dengan baik, maka tekanan tanah dapat mendorong konstruksi sheet pile
sehingga menyebabkan kegagalan konstruksi serta kelongsoran.
Konstruksi sheet pile disusun menyerupai bentuk dinding yang terdiri dari beberapa
lembaran turap yang dipancangkan ke dalam tanah, untuk menahan timbunan tanah atau tanah
yang memang berlereng. Sheet pile disusun sebagai struktur penahan tanah pada tebing jalan
raya, pemanfaatan sheet pile sebagai tanggul pada aliran sungai, struktur penahan tanah pada
galian, dan struktur penahan tanah yang berlereng agar tanah tersebut tidak longsor.
49
memilih alternatif turap dengan jenis turap beton. Menimbang dari beberapa jenis turap yang
ada, turap betonlah yang paling sesuai untuk menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
Menimbang dari beberapa jenis turap yang ada, yang pertama yaitu turap baja. Alasan
kami tidak menggunakan jenis turap kayu karena material kayu dianggap daya gunanya tidak
bertahan lama dan sulit untuk pemeliharaannya. Lalu jenis turap selanjutnya yaitu turap baja.
Alasan kami tidak menggunakan jenis turap ini yaitu karena baja tersebut karena material baja
lebih rentan terhadap air yang dapat menyebabkan lapisan dari baja tersebut mengalami
pengkaratan. Disini kami memutuskan untuk menggunakan turap beton karena material beton
dianggap lebih efektif dari berbagia jenis turap lainnya. Meninjau dari segi daya gunanya yang
tinggi, proses pemeliharannya yang dianggap lebih mudah dibandingkan turap jenis kayu dan
baja. Maka dari itu, menurut kami turap betonlah yang paling sesuai untuk menjadi solusi dari
permasalahan tersebut.
50
BAB IV
ANALISA KELAYAKAN EKONOMI
51
Perubahan biaya diperhitungakan untuk kenaikan biaya konstruksi sebesar 15 %, biaya
produksi naik 15%, biaya O&P naik sebesar 30%, dan waktu pelaksanaan mundur selama 1
tahun.
1 2020 0 0 0.9091 0 0
2 2021 6,443 6,443 -6,443 0.8264 5,325 0
3 2022 102,447 102,447 23,401 -79,046 0.7513 76,970 17,582
4 2023 1,024 1,024 23,401 22,377 0.6830 700 15,983
5 2024 1,024 1,024 23,401 22,377 0.6209 636 14,530
6 2025 1,024 1,024 23,401 22,377 0.5645 578 13,209
7 2026 1,024 1,024 23,401 22,377 0.5132 526 12,009
8 2027 1,024 1,024 23,401 22,377 0.4665 478 10,917
9 2028 1,024 1,024 23,401 22,377 0.4241 434 9,924
10 2029 1,024 1,024 23,401 22,377 0.3855 395 9,022
11 2030 1,024 1,024 23,401 22,377 0.3505 359 8,202
12 2031 1,024 1,024 23,401 22,377 0.3186 326 7,456
13 2032 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2897 297 6,779
14 2033 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2633 270 6,162
15 2034 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2394 245 5,602
16 2035 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2176 223 5,093
17 2036 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1978 203 4,630
18 2037 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1799 184 4,209
19 2038 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1635 168 3,826
20 2039 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1486 152 3,478
TOTAL 108,890 17,416 126,306 421,224 294,918 88,469 158,615
CATATAN :
IRR : Internal Rate of Return
DfP : Discounting Factor Positif
DfN : Discounting Factor Negatif
PVP : Present Value Positif
PVN : Present Value Negatif
EIRR : Economic Internal Rate of Return
52
4.2. Analisis Finansial termasuk Perencanaan Pembiayaan per Tahun
Tabel 4.2 Analisis Finansial Rencana Biaya per Tahun
KEGIATAN : FS TEBING SUNGAI RETEH - PERKUATAN TEBING ALTERNATIF 1
PEKERJAAN : FS (STUDI KELAYAKAN) PEMBANGUNAN TURAP
LOKASI : KELURAHAN PULAU KIJANG - KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
TAHUN ANGGARAN : 2020
No. Uraian Biaya Jumlah/Catatan
A. BIAYA PENGEMBANGAN
A1. Biaya Konstruksi Langsung (DCC)
1. Biaya Konstruksi (CC)
- PERKUATAN TEBING ALTERNATIF 3 - SPUN PILE (MIRING) - TURAP - KEPALA TIANG Rp 92,045,797,000
Rp 1,024,469,721
C BENEFIT KEGIATAN
REDUKSI KERUGIAN BANJIR DI PULAU KIJANG
Benefit Kegiatan per Tahun = Rp 23,401,355,950
Juta Rp 23,401
53
Aspek Sosial Ekonomi
Berdasarkan Persepsi masyarakat terhadap upaya pembangunan pengendalian daya rusak
air (Banjir dan Perkuatan Tebing) yang merupakan kebutuhan yang paling mendesak untuk
diatasi / ditangani adalah upaya dalam pengendalian banjir dengan responden sebanyak
78%. Hal ini terjadi setiap tahun dan sangat mengganggu kegiatan ekonomi/bisnis.
Berdasarkan aspek sosial ekonomi, di sepanjang sungai Reteh di Pulau Kijang adalah
merupakan prioritas utama dalam pengendalian daya rusak air.
Kesehatan
Kecamatan Reteh merupakan salah satu dari 3 kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir yang
memiliki Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Teuku Sulung dan terletak di
Kelurahan Madani. Selain itu juga terdapat 1 Puskesmas di Kelurahan Pulau Kijang dan 11
Pustu.
Agama
Mayoritas penduduk Kecamatan Reteh adalah beragama Islam dimana terdapat 65 Masjid
dan 86 Mushola yang tersebar di 14 desa/kelurahan. Selain itu terdapat 329 peristiwa
pernikahan di Kecamatan Reteh selama tahun 2018 dan terdapat 58 jama’ah haji yang
terdiri dari 22 laki-laki dan 36 perempuan.
54
4.4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Tabel 4.3 Rencana Jadwal Pelaksanaan
55
4.5. Manajemen Operasional Proyek
Tabel 4.4 Pembagian Manajemen Proyek
No. Posisi Jumlah
1 Team Leader 1
2 Ahli Sungai 3
3 Ahli Mekanika Tanah dan Geologi 2
4 Ahli Manajemen Konstruksi 1
5 Surveyor Topografi dan Pengumpulan data GIS 1
6 Surveyor Hidrologi, Hidrolika, dan Sungai 8
7 Surveyor Lingkungan dan Sosial Ekonomi 8
8 Surveyor Mekanika Tanah 3
9 Juru Gambar/Drafter 5
10 Tenaga Administrasi/Operator Database/Input Data Komputer 3
56
4) Ahli Manajemen Konstruksi
Bertanggung jawab dalam pelaksanan pekerjaan dari mulai tahap persiapan
sampai pekerjaan selesai dan diterima dengan baik oleh pemberi pekerjaan.
Bekerjasama dengan tenaga ahli lainnya dibawah koordinasi ketua tim guna
menciptakan suasana kerja yang harmonis dan efektif.
Menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) proyek
Mengelola manajemen lingkungan dan ruang lingkup proyek
Merumuskan manajemen waktu, mutu, dan biaya dalam perencanaan desain
proyek
Mengelola manajemen dalam pelaksanaan, komunikasi dan penyusunan
dokumen proyek.
Mengelola manajemen resiko proyek.
Mengelola manajemen integrasi dan keuangan proyek.
5) Surveyor Topografi dan Pengumpulan data GIS
Membantu membuat patok BM, CP dan patok kayu.
Melaksanakan pemasangan BM, CP dan patok kayu.
Melaksanakan pengukuran penampang memanjang dan melintang.
Membantu yang berkaitan dengan pekerjaan pengukuran.
Mengkoordinir semua pekerjaan survey pada saat pelaksanaan di lapangan.
Membantu pada saat pelaksanaan survey /pengukuran.
Melaksanakan pekerjaan survei dan investigasi sesuai dengan arahan dari
Ahli terkait.
Mengkoordinir pengolahan data dan draft penggambaran/ pemetaan.
Membuat dokumentasi kegiatan dan investigasi.
Bertanggung jawab kepada ketua tim dan tenaga ahli terkait.dengan
pekerjaan pengukuran.
6) Surveyor Hidrologi, Hidrolika, dan Sungai
Melaksanakan pekerjaan survei dan investigasi sesuai dengan arahan dari
Ahli terkait.
Mengkoordinir pengolahan data.
Membuat dokumentasi kegiatan dan investigasi.
Bertanggung jawab kepada Ketua Tim dan Tenaga Ahli terkait.
57
7) Surveyor Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Bertanggung jawab dalam pelaksanan pekerjaan dari mulai tahap persiapan
sampai pekerjaan selesai dan diterima dengan baik oleh pemberi pekerjaan;
Bekerjasama dan berkoordinasi dengan ketua tim guna menciptakan
suasana kerja yang harmonis dan efektif;
Mengidentifikasi dan menganalisa kondisi sosial masyarakat, kelembagaan
dan lingkungan;
Merumuskan dan memimpin survey sosial ekonomi lingkungan dan
kelembagaan di lokasi pekerjaan;
Membuat daftar data primer dan sekunder yang diperlukan;
Melakukan evaluasi tentang berbagai aspek lingkungan terutama mengenai
pembahasan dan penulisan UKL dan UPL lokasi pekerjaan yang
direncanakan.
Membantu team leader dalam penyusunan laporan untuk setiap tahap
kegiatan dan laporan Sosial Ekonomi Kelembagaan dan UKL/UPL;
Menyusun matriks UKL dan UPL.
Membuat laporan UKL dan UPL.
Menjalankan tugas keseluruhan secara menerus (day-to-day) dan
koordinatif.
8) Surveyor Mekanika Tanah
Membantu tugas-tugas ahli yang terkait mekanika tanah pada saat
pelaksanaan investigasi mekanika tanah di lapangan;
Mengkoordinir pengolahan data dan draft penyelidikan lapangan;
Membuat dokumentasi kegiatan dan investigasi;
Bertanggung jawab kepada Ketua Tim dan Tenaga Ahli terkait.
9) Juru Gambar/Drafter
Melakukan penggambaran dengan CAD sesuai arahan tenaga ahli;
Melakukan Plotting gambar rencana;
Menghitung BOQ desain yang dibuat;
Bertanggung jawab kepada Tenaga Ahli Irigasi dan Team Leader.
10) Tenaga Administrasi/Operator Database/Input Data Komputer
Membuat surat-menyurat kepada pihak-pihak yang terkait dengan
pekerjaan;
Menyiapkan absensi personil yang terlibat dalam pekerjaan;
58
Pengumpul dan penyimpan data segala bentuk dari hasil analisis, software
dan laporan yang digunakan oleh ahli yang akan diserahkan ke BWS
Sumatera III, berisi backup data lengkap (word, excel, PPT, dwg, shp, .mxd,
jpg, ras, dan semua hasil analisis penggunaan format aplikasi lainnya);
Menyiapkan semua masalah administrasi kantor, notulensi dan berita acara
dan membantu dalam pendistribusian laporan
59
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Proyek
60
4.6. Kesimpulan Ekonomi Alternatif yang Dipilih
Perhitungan biaya konstruksi dan benefit yang akan diambil dalam pengendalian banjir
dan perkuatan tebing Sungai Reteh di Kelurahan Pulau Kijang dapat dilihat pada table berikut
ini.
Evaluasi Ekonomi Perkuatan Tebing Alternatif 1
KEGIATAN : FS TEBING SUNGAI RETEH - PERKUATAN TEBING ALTERNATIF 1
Evaluasi Ekonomi dan
PEKERJAAN : FSKepekaan perkuatan
(STUDI KELAYAKAN) tebingTURAP
PEMBANGUNAN alternatif 1 dapat dilihat pada table berikut.
LOKASI : KELURAHAN PULAU KIJANG - KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Tabel 4.5 Analisis
TAHUN ANGGARAN Ekonomi untuk Kondisi Normal - Perkuatan Tebing Alternatif 1
: 2020
1 2020 0 0 0.9091 0 0
2 2021 6,443 6,443 -6,443 0.8264 5,325 0
3 2022 102,447 102,447 23,401 -79,046 0.7513 76,970 17,582
4 2023 1,024 1,024 23,401 22,377 0.6830 700 15,983
5 2024 1,024 1,024 23,401 22,377 0.6209 636 14,530
6 2025 1,024 1,024 23,401 22,377 0.5645 578 13,209
7 2026 1,024 1,024 23,401 22,377 0.5132 526 12,009
8 2027 1,024 1,024 23,401 22,377 0.4665 478 10,917
9 2028 1,024 1,024 23,401 22,377 0.4241 434 9,924
10 2029 1,024 1,024 23,401 22,377 0.3855 395 9,022
11 2030 1,024 1,024 23,401 22,377 0.3505 359 8,202
12 2031 1,024 1,024 23,401 22,377 0.3186 326 7,456
13 2032 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2897 297 6,779
14 2033 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2633 270 6,162
15 2034 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2394 245 5,602
16 2035 1,024 1,024 23,401 22,377 0.2176 223 5,093
17 2036 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1978 203 4,630
18 2037 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1799 184 4,209
19 2038 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1635 168 3,826
20 2039 1,024 1,024 23,401 22,377 0.1486 152 3,478
TOTAL 108,890 17,416 126,306 421,224 294,918 88,469 158,615
CATATAN :
IRR : Internal Rate of Return
DfP : Discounting Factor Positif
DfN : Discounting Factor Negatif
PVP : Present Value Positif
PVN : Present Value Negatif
EIRR : Economic Internal Rate of Return
61
Tabel 4.6 Analisis Kepekaan - Perkuatan Tebing Alternatif 1
ANALISIS EKONOMI
No. URAIAN B-C
EIRR BCR
(juta Rp)
I. KONDISI NORMAL 25.12% 1.79 70,146
1 2020 0 0 0.9091 0 0
2 2021 7,130 7,130 -7,130 0.8264 5,893 0
3 2022 113,370 113,370 23,401 -89,969 0.7513 85,177 17,582
4 2023 1,134 1,134 23,401 22,268 0.6830 774 15,983
5 2024 1,134 1,134 23,401 22,268 0.6209 704 14,530
6 2025 1,134 1,134 23,401 22,268 0.5645 640 13,209
7 2026 1,134 1,134 23,401 22,268 0.5132 582 12,009
8 2027 1,134 1,134 23,401 22,268 0.4665 529 10,917
9 2028 1,134 1,134 23,401 22,268 0.4241 481 9,924
10 2029 1,134 1,134 23,401 22,268 0.3855 437 9,022
11 2030 1,134 1,134 23,401 22,268 0.3505 397 8,202
12 2031 1,134 1,134 23,401 22,268 0.3186 361 7,456
13 2032 1,134 1,134 23,401 22,268 0.2897 328 6,779
14 2033 1,134 1,134 23,401 22,268 0.2633 299 6,162
15 2034 1,134 1,134 23,401 22,268 0.2394 271 5,602
16 2035 1,134 1,134 23,401 22,268 0.2176 247 5,093
17 2036 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1978 224 4,630
18 2037 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1799 204 4,209
19 2038 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1635 185 3,826
20 2039 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1486 169 3,478
TOTAL 120,501 19,273 139,774 421,224 281,451 97,902 158,615
CATATAN :
IRR : Internal Rate of Return
DfP : Discounting Factor Positif
DfN : Discounting Factor Negatif
PVP : Present Value Positif
PVN : Present Value Negatif
EIRR : Economic Internal Rate of Return 62
15 2034 1,134 1,134 23,401 22,268 0.2394 271 5,602
16 2035 1,134 1,134 23,401 22,268 0.2176 247 5,093
17 2036 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1978 224 4,630
18 2037 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1799 204 4,209
19 2038 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1635 185 3,826
20 2039 1,134 1,134 23,401 22,268 0.1486 169 3,478
TOTAL 120,501 19,273 139,774 421,224 281,451 97,902 158,615
CATATAN :
IRR : Internal Rate of Return
DfP : Discounting Factor Positif
DfN : Discounting Factor Negatif
PVP : Present Value Positif
PVN : Present Value Negatif
EIRR : Economic Internal Rate of Return
63
Tabel 4.9 Analisis Ekonomi untuk Kondisi Normal - Perkuatan Tebing Alternatif 3
BIAYA ARUS KAS Analisis BCR
BIAYA KEUN-
Tahun PENGEM- (CASH
TAHUN O&P TOTAL TUNGAN Df NPV BIAYA NPV BENEFIT
Ke-t BANGAN FLOW)
(Rp. 106) (Rp. 106) (Rp. 106) 6
(Rp. 10 ) (Rp. 106) 10% 6
(Rp. 10 ) (Rp. 106)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3+4) (6) (7)=(6-5) (8) (9)=(5)*(8) (10)=(6)*(8)
1 2020 0 0 0.9091 0 0
2 2021 6,431 6,431 -6,431 0.8264 5,315 0
3 2022 102,260 102,260 23,401 -78,858 0.7513 76,829 17,582
4 2023 1,023 1,023 23,401 22,379 0.6830 698 15,983
5 2024 1,023 1,023 23,401 22,379 0.6209 635 14,530
6 2025 1,023 1,023 23,401 22,379 0.5645 577 13,209
7 2026 1,023 1,023 23,401 22,379 0.5132 525 12,009
8 2027 1,023 1,023 23,401 22,379 0.4665 477 10,917
9 2028 1,023 1,023 23,401 22,379 0.4241 434 9,924
10 2029 1,023 1,023 23,401 22,379 0.3855 394 9,022
11 2030 1,023 1,023 23,401 22,379 0.3505 358 8,202
12 2031 1,023 1,023 23,401 22,379 0.3186 326 7,456
13 2032 1,023 1,023 23,401 22,379 0.2897 296 6,779
14 2033 1,023 1,023 23,401 22,379 0.2633 269 6,162
15 2034 1,023 1,023 23,401 22,379 0.2394 245 5,602
16 2035 1,023 1,023 23,401 22,379 0.2176 223 5,093
17 2036 1,023 1,023 23,401 22,379 0.1978 202 4,630
18 2037 1,023 1,023 23,401 22,379 0.1799 184 4,209
19 2038 1,023 1,023 23,401 22,379 0.1635 167 3,826
20 2039 1,023 1,023 23,401 22,379 0.1486 152 3,478
TOTAL 108,691 17,384 126,075 421,224 295,149 88,307 158,615
CATATAN :
IRR : Internal Rate of Return
DfP : Discounting Factor Positif
DfN : Discounting Factor Negatif
PVP : Present Value Positif
PVN : Present Value Negatif
EIRR : Economic Internal Rate of Return
64
Resume Kelayakan Ekonomi
Analiss Evaluasi kelayakan ekonomi dilihat dari 3 parameter kelayakan: EIRR, BCR dan B-C
sebagai berikut ini.
Tabel 4.11 Kesimpulan Kelayakan Ekonomi
ANALISIS EKONOMI
Suku
EIRR BCR B-C (Juta Rp)
No. ALTERNATIF Bunga
Kela- Kela- Kela-
Acuan Analsis Analsis Analsis
yakan yakan yakan
Alternatif 1 :
Tiang Pancang Tidak
1 10% 25.12% Layak 1.79 Layak 70146
Spun Pile Miring Layak
dan Turap Beton.
Alternatif 2 :
Tiang Pancang
2 10% 21.78% Layak 1.62 Layak 60713 Layak
Spun Pile dan Turap
Beton + Angkur
Alternatif 3 :
Tiang Pancang
3 10% 25.18% Layak 1.80 Layak 70308 Layak
Spun Pile dan Turap
Beton.
Dari analisa kelayakan ekonomi pada ketiga alternatif yang telah dilakukan, didapat
kesimpulan bahwa proyek alternatif 2 dan 3 layak untuk dilaksanakan. Tetapi dari hasil
perhitungan didapat bahwa alternatif 3 yang paling ekonomis.
65
BAB V
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
5.1 Penentuan Dampak Penting s/d Matrik Pendugaan dan Penilaian Derajad Dampak
Proyek
A. Penentuan Dampak Penting
Pembangunan bidang sumber daya air merupakan proses perubahan yang direncanakan
untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat, ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan
modernisasi. Namun dalam pelaksanaannya pada pembangunan yang bersifat fisik seringkali
para pihak yang terlibat masih mengabaikan masalah lingkungan, sehingga menyebabkan
gangguan terhadap lingkungan. Demikian juga dengan pembangunan pengendali banjir,
mungkin masalah lingkungan tidak terlalu diperhatikan, hal ini karena pihak- pihak yang
terlibat dalam kegiatan pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasilnya.
Pada beberapa kegiatan pembangunan mengakibatkan dampak terhadap lingkungan,
sebagai contoh pekerjaan yang menggunakan batu kali dalam jumlah yang besar, akan merusak
sungai sebagai sumber baku materialnya. Supaya pembangunan pengendali banjir yang
dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau setidaknya meminimalisasi
dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan tersebut harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang baik dari sudut
pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya keharmonisan dengan alam. Untuk
dapat mewujudkan pembangunan sarana pengendali banjir yang berwawasan lingkungan,
maka dalam setiap tahapan pekerjaan harus memperhitungkan dampaknya terhadap
lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan sendirinya akan menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Kebijakan pembangunan bidang sumber daya air yang berwawasan lingkungan diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 69/PRT/M/1995 tentang Pedoman teknis
analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) proyek bidang pekerjaan umum, yang pada
prinsipnya mengatur semua aspek lingkungan pada seluruh tahapan pembangunan proyek
bidang pekerjaan umum, termasuk proyek pembangunan bidang sumber daya air. Tahapan
proyek bidang pekerjaan umum, meliputi perencanaan umum, pra studi kelayakan, studi
kelayakan, perencanaan teknis, pra konstruksi, konstruksi, pasca konstruksi, dan evaluasi pasca
konstruksi. Tidak semua tahapan tersebut dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan bidang
sumber daya air, pertimbangan tertentu suatu proyek pembangunan dilaksanakan antara lain
66
berdasarkan kompleksitas kegiatannya, besar kecilnya pembiayaannya, tetapi pengelolaan dan
pemantauan lingkungan disadari tetap dilaksanakan dengan cara sederhana.
1. Tahap pra konstruksi
Kegiatan pada tahap ini adalah pembebasan tanah dan tanaman milik penduduk, badan
usaha swasta dan pemerintah yang terkena tapak bangunan termasuk sempadannya, baik
dilokasi kegiatan maupun dilokasi pengambilan material, dilaksanakan oleh pemrakarsa atau
instansi terkait, dengan mempertimbangkan studi harga lapangan. Pengelolaan lingkungan
pada tahap ini adalah pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL untuk penanganan dampak
sosial yang mungkin terjadi, yang selanjutnya memastikan telah dituangkan pada pasal syarat-
syarat dokumen pelelangan.
2. Survei dan Investigasi
- Dampak penting yang akan dikelola
Keresahan masyarakat akibat informasi yang tidak jelas dan khawatir kehilangan
sebagian hak milik tanah.
- Komponen yang terkena dampak
Masyarakat setempat yang tanahnya terpakai untuk pembangunan pengendali
banjir.
- Tujuan pengelolaan lingkungan
Mengurangi keresahan masyarakat / pemilik tanah yang terkena pembangunan
pengendali banjir.
- Tolok ukur
Tingkat keresahan masyarakat
- Upaya Pengelolaan lingkungan
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai rencana pembangunan pengendali
banjir.
- Lokasi pengelolaan
Pemukiman penduduk yang berada di sekitar pembangunan pengendali banjir.
3. Pembebasan lahan
- Dampak penting yang dikelola
Kekhawatiran masyarakat akan kehilangan sebagian hak milik atas tanahnya dan
kehilangan pepohonan produktif akibat penebangan.
- Komponen lingkungan yang terkena dampak
Masyarakat setempat yang tanahnya terkena pembebasan tanah.
- Tujuan pengelolan lingkungan
67
Mengurangi dan mencegah keresahan masyarakat pemilik tanah yang terkena
pembangunan pengendali banjir
- Tolok ukur
Tingkat keresahan masyarakat.
- Upaya pengelolaan lingkungan
Penduduk yang tanahnya terkena pembangunan pengendali banjir dieberi ganti rugi
yang layak.
- Lokasi pengelolaan lingkungan
Desa-desa yang terkena pembangunan saluran pengendali banjir.
4. Tahap konstruksi
Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah pelaksanaan dan
pemantauan RKL dan RPL tahap konstruksi, dampak yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan konstruksi, seperti erosi, pencemaran udara, kebersihan lingkungan,
kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan sebagainya. Potensi dampak kegiatan
pekerjaan antara lain pada :
persiapan pekerjaan konstruksi, seperti mobilisasi alat dan mobilisasi tenaga
kerja ;
pekerjaan konstruksi dilokasi kegiatan, seperti pembersihan lahan, pekerjaan
galian tanah, pekerjaan timbunan tanah, pemancangan sheet piles ;
pekerjaan di lokasi pengambilan material, jalur transportasinya, seperti
kebersihan jalan, pengaturan lalu lintas. Kegiatan pengelolaan lingkungan
dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan bidang sumber daya air di atas
harus dipantau pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan
sebelum dan setelah pelaksanaan pembangunannya
68
Tabel 5.1. Dampak Kegiatan Pekerjaan Pengendali Banjir Sungai Reteh Kecamatan Pulau
Kijang Kab. Indragiri Hilir Provinsi Riau
Kegiatan yang
No menimbulkan Dampak yang ada Pengelolaan lingkungannya
dampak
Persiapan Pekerjaan Konstruksi
a Kecemburuan sosial a.1. Memprioritaskan tenaga setempat sesuai kompetensi
masyarakat setempat a.2. Sosialisasi pada penduduk setempat
Mobilisasi
1 b. Peningkatan b.1. Pemberian informasi tentang tenaga kerja yang
tenaga kerja
kesempatan kerja diperlukan
(dampak positif) b.2. Pelatihan tenaga kerja setempat
Mobilisasi a. Kerusakan jalan a.1. Perbaikan jalan yang rusak
2
peralatan berat lingkungan a.2. Membatasi tonase kendaraan
Pekerjaan jalan
b. Pencemaran debu b. Penyiraman secara berkala
3 masuk
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Di lokasi proyek
a. Gangguan tumbuhan
a. Penghijauan
dan binatang
1. Pembersihan b. Pencemaran debu b. Penyiraman
dan penyiapan c. Pencemaran air
c. Pembuatan drainase untuk pengendalian genangan air
lahan pekerjaan permukaan
d. Gangguan pada
d. Pemindahan dan perbaikan utilitas
utilitas
a. Pencemaran debu a. Penyiraman secara berkala
b. Pencemaran air b. Pembuatan tanggul atau drainase sementara
2. Pekerjaan c. Gangguan pada air
a c. Pembuatan sistem drainase
galian/timbunan permukaan
tanah d.1. Perkuatan tebing
d. Gangguan stabilitas
d.2. Pengendalian air tanah
tebing sungai
d.3. Penyiapan lokasi tanah bekas galian (dredging)
a. Gangguan lalu lintas a.1. Pengaturan lalu lintas
3. Pemancangan
saat memindahkan
sheet piles a.2. Pemasangan rambu tanda bahaya
sheet piles
4. Pekerjaan a.1. Pengaturan lalu lintas
a. Gangguan lalu lintas
pemasangan a.2. Pemasangan rambu tanda bahaya
dump truk dan
batu (coble
eksavator a.3. Penyiraman berkala dan bak truk ditutup
stone)
69
5. Pengerukan a.1. Pengaturan lalu lintas
a. Gangguan lalu lintas
sungai
pengangkutan bahan
(Normalisasi a.2. Pemasangan rambu tanda bahaya
galian sungai
sungai)
Di lokasi quarry dan jalur transportasi material Konstruksi
a. Pencemaran debu a. Penyiraman berkala dan bak dump truk ditutup
1. Pengambilan b. Kebisingan b. Perawatan kendaraan (roda)
material batu c. Kerusakan badan
c. Pemeliharaan/perbaikan jalan
besar di bukit jalan
b
(quarry) d.1. Pengaturan lalu lintas
d. Gangguan lalu lintas d.2. Pemasangan rambu lalu lintas
2. Pengangkutan a. Gangguan a.1. Penyiraman jalan secara berkala & roda truk
tanah bekas transportasi & lokasi a.2 Pengaturan lalu lintas
galian sungai pembuangannya a.3 Reklamasi lahan buangan
70
B. Matrik Pendugaan
Tabel 5.2 Matrik Dampak Lingkungan Pekerjaan Pengendali Banjir Sungai Reteh Kecamatan
Pulau Kijang Kab. Indragiri Hilir Provinsi Riau
TAHAP KEGIATAN
Pasca
Pra Konstruksi Konstruksi
Konstruksi
Komponen Lingkungan yang
Tenaga Kerja
Pembanguna
Pembebasan
Penerimaan
Konstruksi
Kelayakan
Pemulihan
dan Turap
Spun Pile
Perizinan
Pancang
Terkena Dampak
n Tiang
Lahan
Lahan
FISIKA KIMA Studi
Iklim - - - - √ -
Udara - - - - √ -
I
Kebisingan - - - - √ -
Air - - - - √ √
Ruang dan Lahan √ √ √ - √ √
BIOLOGI
II Flora - - √ - √ -
Fauna - - √ - √ -
SOSIAL EKONOMI
BUDAYA
II Demografi √ - - √ √ √
I Sosial Ekonomi √ - - √ √ √
Sosial Budaya - - - √ √ √
Persepsi Masyarakat √ √ √ - √ √
I KESEHATAN
- - - - √ √
V MASYARAKAT
SARANA DAN
V PRASARANA - - - - √ √
TRANSPORTASI
71
Keterangan pada tabel:
Penting: jika pengaruh proyek terhadap daerah kajian terdapat dampak yang
pengaruhnya sangat besar dan merugikan.
Cukup penting: jika pengaruh proyek terhadap daerah kajian terdapat dampak yang
cukup besar dan cukup berpengaruh.
Kurang penting: jika pengaruh pelaksaan proyek terhadap daerah kajian tidak banyak
dampak atau tidak berpengaruh.
Tidak penting: jika pengaruh pelaksaan proyek terhadap daerah kajian tidak ada
dampak atau tidak berpengaruh.
Tabel 5.3 Analisa Mengenai AMDAL untuk Alternatif 1
Komponen Lingkungan
Fisik dan Kimia Biologi Sosial Ekonomi dan Budaya
No Tahapan Pekerjaan Jenis Pekerjaan
Pencemaran Beban Penggunaan Kesehatan Persepsi Mata
Flora Fauna
udara lingkungan lahan Lingkungan masyarakat pencarian
I Pra Konstruksi I Pembersihan lahan 1 1 1 3 3 3 1 2
Mobilisasi 2 1 1 3 3 2 1 2
Galian tanah 2 1 1 3 3 3 1 2
Tiang Pancang Spun Pile
II Konstruksi I 2 3 3 2 2 3 1 1
Miring
Turap Beton 2 3 2 2 2 2 1 2
III Pasca Konstruksi I Pemeliharaan 1 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan
1 = Tidak Berdampak
2 = Berdampak
3 = Sangat Berdampak
Turap Beton+Angkur 2 3 3 2 2 3 1 2
III Pasca Konstruksi I Pemeliharaan 1 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan
1 = Tidak Berdampak
2 = Berdampak
3 = Sangat Berdampak
72
Tabel 5.5 Analisa Mengenai AMDAL untuk Alternatif 3
Komponen Lingkungan
Fisik dan Kimia Biologi Sosial Ekonomi dan Budaya
No Tahapan Pekerjaan Jenis Pekerjaan
Pencemaran Beban Penggunaan Kesehatan Persepsi Mata
Flora Fauna
udara lingkungan lahan Lingkungan masyarakat pencarian
I Pra Konstruksi I Pembersihan lahan 1 1 1 3 3 3 1 2
Mobilisasi 2 1 1 3 3 2 1 2
Galian tanah 2 1 1 3 3 3 1 2
Turap Beton 2 3 2 2 2 2 1 2
III Pasca Konstruksi I Pemeliharaan 1 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan
1 = Tidak Berdampak
2 = Berdampak
3 = Sangat Berdampak
73
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mengatasi masalah secara teknis dan non teknis
kikisan air sungai akibat hantaman banjir dan ataupun oleh gerusan lokal saat muka air
minimum yang mengakibatkan tebing sungai terabrasi yang berakibat terganggunya fasilitas
umum. Studi Kelayakan (Feasibilty Study) bangunan perlindungan tebing sungai berupa turap
harus didasarkan pada teori di bidang ilmu persungaian dan simulasi komputer. Simulasi
komputer dimaksudkan untuk mengkaji kawasan sungai dengan model matematis untuk
mengetahui perubahan tebing sungai dan pengaruh transformasi karakteristik air banjir dan
sedimentasi.
Berikut ini adalah kesimpulan dari analisa teknis, analisa ekonomi dan analisa dampak
lingkungan kegiatan pembangunan pengaman banjir Sungai Reteh Kelurahan Pulau Kijang, di
Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau:
1. Dari beberapa alternatif yang telah ada, untuk permasalahan pada Daerah Aliran Sungai
Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, Kecamatan Reteh, Kelurahan Pulau Kijang, disini kami
memilih alternatif turap dengan jenis turap beton. Menimbang dari beberapa jenis turap
yang ada, turap betonlah yang paling sesuai untuk menjadi solusi dari permasalahan
tersebut. Disini kami memutuskan untuk menggunakan turap beton karena material beton
dianggap lebih efektif dari berbagia jenis turap lainnya. Meninjau dari segi daya gunanya
yang tinggi, proses pemeliharannya yang dianggap lebih mudah dibandingkan turap jenis
kayu dan baja. Maka dari itu, menurut kami turap betonlah yang paling sesuai untuk
menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
2. Dari analisa kelayakan ekonomi pada ketiga alternatif dilihat dari 3 parameter kelayakan:
EIRR, BCR dan B-C, didapat kesimpulan bahwa proyek alternatif 2 dan 3 layak untuk
dilaksanakan. Tetapi dari hasil perhitungan didapat bahwa alternatif 3 (Tiang Pancang
Spun Pile dan Turap Beton) yang paling ekonomis dengan nilai EIRR = 25,18%, BCR =
1,80 dan B-C = 70308 juta.
3. Dari analisa dampak lingkungan AMDAL, didapatkan kesimpulan bahwa proyek ini dapat
dikerjakan karena beberapa dampak lingkungan yang ada dapat ditangani. Pada dasarnya
dampak negatif pada ketiga alternatif hampir sama. Pada tahap kontruksi Alternatif 1
Alternatif 2, dan Alternatif 3 sama – sama mempunyai dampak yang penting. Tetapi dari
hasil penilaian derajad dampak proyek yang lebih layak adalah alternatif 3.
74
Untuk itu alternatif terlayak yang dipilih adalah alternatif 3 baik dari segi teknis, analisa
ekonomi dan dampak lingkungan (AMDAL).
6.2 Saran
Dalam perencanaan suatu proyek selain menghitung teknis desain bangunan yang akan
dibangun juga perlu memperhitungkan manfaat yang akan diterima oleh penduduk disekitar
daerah proyek apabila proyek tersebut telah dilaksanakan atau akan dilaksanakan guna
mendapatkan gambaran berapa perbandingan dampak positif dan negatif yang akan
didapatkan oleh penduduk sekitar.
75