KATA PENGANTAR
Dalam rangka Penilaian Kinerja Sistem Penyediaan Air Tanah, perlu disusun
petunjuk teknis Penilaian Kinerja Sistem Penyediaan Air Tanah. Petunjuk
teknis (Juknis) ini merupakan petunjuk yang memuat tentang Penilaian Kinerja
Sistem Penyediaan Air Tanah untuk pengelola di lingkungan Balai Besar
Wilayah Sungai (BBWS) atau Balai Wilayah Sungai (BWS).
Dengan telah tersusunya petunjuk teknis ini diharapkan para pengelola
jaringan irigasi air tanah dapat memahami maksud, tujuan, sasaran, serta
memiliki kesamaan persepsi, dalam Penilaian Kinerja Sistem Penyediaan Air
Tanah sesuai ketentuan yang berlaku, dan kondisi nyata di lapangan.
Apabila ada hal-hal yang belum jelas dalam penggunaan petunjuk teknis
Penilaian Kinerja Sistem Penyediaan Air Tanah ini, dapat menghubungi
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kepada tim
penyusun, narasumber dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Petunjuk Teknis ini diucapkan terima kasih.
i
TIM PENYUSUN
NO NAMA KETERANGAN
KATA PENGANTAR………..……………...….……..……………..…..….…….i
TIM PENYUSUN………..………………...….……..……..………………..….…ii
DAFTAR ISI………..………………...….……..…………..………….….…........ii
BAB I PENDAHULUAN………..……………...….…..…………….……………1
1.1. Latar Belakang………..……………...….……..…………………….………1
1.2. Ruang Lingkup………..……………...….……..…………………….………2
1.3. Maksud dan Tujuan………..……………...….……..……..….……………..2
1.4. Istilah dan Definisi………..……………...….…………….…….……………2
1.5. Acuan Normatif………..……………...….………………….….…….………4
BAB II METODOLOGI PENILAIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI AIR
TANAH………..……………...….……..……………………..……….…………...5
2.1. Pola Pikir………..……………...….……..………………………...…....……5
2.2. Alat Dan Bahan Yang Dibutuhkan………..……………...….…...……..….7
2.3. Bagan Alir………..……………...….……..………………………………….9
BAB III BOBOT DAN KRITERIA PENILAIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI
AIR TANAH………..……………...….……..……………....……………….…..14
3.1. Bobot Penilaian dan Indikator Kinerja JIAT………..…………….……....14
BAB IV PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI AIR
TANAH………..……………...….……..…………………………….……..….…22
4.1. Persiapan………..……………...….……..………………….……..……….22
4.2. Prosedur atau Tata Cara Penilaian Kinerja JIAT.…………………… ….22
4.3. Tata Cara Penilaian Kinerja Prasarana JIAT…..……………………..….23
4.4. Pengamanan jaringan irigasi …………...….……..……………......…..…38
BAB V REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT………..……………..…....39
5.1. Rekomendasi………..……………...….……..…………………….……….39
5.2. Tindak Lanjut………..……………...….……..……………………………..39
BAB VI PENUTUP………..……………...….……..…………………..……..…40
LAMPIRAN………..……………...….……..…………………………………….41
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pemanfaatan air tanah untuk keperluan irigasi ataupun air baku untuk
air minum telah berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Penggunaan air tanah pada umumnya digunakan oleh sebagian besar
kalangan petani untuk mengairi lahan pertanian. Pemanfaatan air
tanah cenderung lebih banyak digunakan pada saat musim kering atau
kemarau datang, sehingga kebutuhan masyarakat sangat meningkat
saat musim kemarau.
Pemanfaatan air tanah yang digunakan oleh sebagian besar petani
untuk mengairi lahan pertanian mereka didukung dengan adanya
jaringan penyalur yang pada umumnya dikenal sebagai jaringan irigasi
air tanah (JIAT). JIAT adalah sistem jaringan yang direncanakan untuk
memanfaatkan air tanah yang berasal dari cekungan air tanah (CAT)
melalui sumur bor. JIAT sendiri memiliki prasarana fisik yang
merupakan sistem jaringan yang sangat sederhana, prasarana fisik
tersebut terdiri atas sumur bor, mesin pompa, mesin penggerak, rumah
pompa. saluran pembawa, dan bangunan pengeluaran/bangunan bagi
termasuk bangunan pelengkap.
Keberlanjutan fungsi Jaringan Air Tanah sangat tergantung pada
Operasi dan Pemeliharaannya untuk dapat menjamin
keberlangsungan fungsi JIAT maka perlu dilakukan kegiatan
pengelolaan JIAT yang tepat sasaran dan sesuai dengan fungsi
pengelolaan sistem JIAT
Kinerja Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) didefinisikan sebagai
kemampuan kerja dari sistem jaringan yang direncanakan untuk
memanfaatkan air tanah dalam rangka memenuhi keperluan
pertanian/usahatani dan air baku untuk penyedia air minum sehari-hari.
Umumnya, kinerja JIAT cenderung dipengaruhi oleh kondisi bangunan,
dimana kinerja bangunan cenderung menurun seiring dengan
bertambahnya usia layanan. Bahkan terdapat beberapa hal yang dapat
mempercepat degradasi kinerja antara lain seperti proses
pemeliharaan yang tidak teratur, peningkatan dan penggantian yang
tidak dilaksanakan semestinya. Begitu juga halnya bahwa penurunan
kinerja dibiarkan berlangsung, dan penundaan perbaikan kerusakan
sehingga akhirnya akan berujung pada terhentinya sistem kinerja JIAT.
Untuk mempertahankan kinerja JIAT, maka dibutuhkan pelaksanaan
penilaian kinerja JIAT, mengetahui faktor penyebab terjadinya
penurunan kinerja, dan membuat keputusan tindakan perlunya
dilakukan perbaikan kinerja. Dalam hal ini, untuk mendukung proses
pengevaluasian pelaksanaan program pengelolaan JIAT maka perlu
1
disusun petunjuk teknis Indeks kinerja Jaringan Irigasi Air Tanah yang
dapat digunakan sebagai acuan BBWS/BWS/Dinas dalam
melaksanakan penilaian kinerja JIAT untuk mendukung Operasi dan
Pemeliharaan di lapangan. Pada prinsipnya kegiatan penilaian kinerja
merupakan proses yang berurutan terkait satu sama lain yang terdiri
dari pengklasifikasian, identifikasi, pengukuran, dan manajemen.
Sebelum melaksanakan analisis terhadap data- data dan informasi
hasil penelusuran, maka dibutuhkan penjabaran komponen penilaian
yang mempengaruhi kinerja dari sistem JIAT tersebut. Menurut
Permen PUPR No. 12 Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi, terdapat 6 (enam) komponen yang
mempengaruhi penilaian kinerja, namun untuk JIAT komponen
prasarana fisik termasuk prasarana penunjang, yang mempengaruhi
kinerjanya sebagai berikut:
a. Prasarana Fisik
b. Produktivitas Tanam
c. Prasarana Penunjang dan Prasarana Pelengkap
d. Organisasi Personalia
e. Dokumentasi
f. Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah (P3AT)
2
memberikan kontribusi dalam menjamin pemenuhan
keperluan hidup mahluk yang ada di bumi.
2. Cekungan Air Tanah (CAT)
CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti
proses penimbunan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung.
3. Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)
Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) adalah saluran pembawa,
bangunan pembagi, dan bangunan pelengkap lainnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, dan penggunaan air tanah untuk
irigasi.
4. Saluran Irigasi Air Tanah
Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air
tanah yang dimulai setelah bangunan pompa sampai lahan
yang diairi.
5. Ekploitasi dan pemeliharan jaringan irigasi air tanah adalah
serangkaian upaya pengaturan air termasuk pembuangannya
dan upaya menjaga serta mengamankan jaringan irigasi tanah,
agar selalu dapat berfungsi dengan baik. (pasal 1 no 24
permen 12 pupr)
6. Pengelola Jaringan Irigasi Air Tanah adalah
BBWS/BWS/Dinas yang membidangi irigasi, baik itu
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai
kewenangannya.
7. AKNOP yaitu singkatan dari Angka Kebutuhan Nyata Operasi
dan pemeliharaan. AKNOP didefinisikan sebagai perhitungan
kebutuhan biaya untuk kegiatan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan JIAT selama satu tahun.
3
1.5 Acuan Normatif
Dasar hukum Petunjuk Teknis OP JIAT, diantaranya adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2019 tentang
Sumber Daya Air;
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat No.
13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat No.
16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
09 Tahun 2015 tentang Sumber Daya Air dan Bangunan
Pengairan;
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.06 Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air dan Bangunan Pengairan;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.23 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Aset Irigasi;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.14 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.17 Tahun 2015 tentang Komisi Irigasi;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.18 Tahun 2015 tentang Iuran Eksploitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Pengairan;
11. Permen ESDM No. 2 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah
di Indonesia;
12. Permen PUPR No. 30 Tahun 2015 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Irigasi.
4
BAB II
5
3. Skema rencana/alokasi pemberian air
4. Gambar purna konstruksi (as built drawing)
5. Inventarisasi bangunan dan Jaringan Irigasi Air Tanah
6. Perencanaan pengelolaan aset bangunan dan Jaringan Irigasi
Air Tanah
7. Dokumen dan data lain berupa:
● manual pengoperasian bangunan utama/pompa ukur
debit atau bangunan khusus lainnya;
● data seri dari catatan curah hujan;
● data debit air tanah
● data klimatologi
● data kualitas air
● data lahan
● data hasil pumping
● dan data lainnya.
Di dalam penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan penilaian kinerja
jaringan irigasi air tanah diperlukan data-data penunjang yang berisi
informasi mengenai:
1. Nama Bangunan;
2. Lokasi Bangunan;
3. Jenis Bangunan;
4. Manual OP Bangunan dan Alat OP.
Di dalam penilaian kinerja jaringan irigasi air tanah dibutuhkan
perencanaan sebagai berikut:
1. Menetapkan objek dan klasifikasi prasarana yang akan dinilai
atau dievaluasi status kinerjanya;
2. Menyusun jadwal pelaksanaan yang diintegrasikan dengan
pelaksanaan pemantauan rutin;
3. Membentuk tim pelaksana kegiatan penilaian kinerja.
Di dalam penilaian kinerja jaringan irigasi air tanah dilaksanakan sebagai
berikut:
1. Pemahaman terhadap tujuan dan fungsi dari prasarana JIAT;
2. Menentukan kriteria dan indikator yang relevan untuk
menentukan ukuran atau indeks kinerja berupa format
blangko, dan instrumen penilaian;
3. Pelaksanaan kegiatan;
4. Analisis kondisi prasarana JIAT;
5. Penilaian kinerja;
6. Kesimpulan dan tindak lanjut dari hasil penilaian..
Jaringan Irigasi Air Tanah adalah saluran pembawa, bangunan pembagi,
dan bangunan pelengkap lainnya yang merupakan satu kesatuan yang
diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, dan penggunaan
air tanah untuk irigasi..
Alur kegiatan Operasi Jaringan Irigasi Air Tanah, menurut
pengelompokannya digolongkan menjadi:
6
● Pemilihan Sistem Operasi JIAT : Harus diputuskan
berdasarkan kesepakatan antara pengelola dengan petani
pemakai air tanah 🡪 (Imposed allocation), atau berdasarkan
basis permintaan air dari petani (on-demand), atau bersama-
sama oleh pengelola dan permintaan petani (semi-demand)
● Perencanaan Penyediaan Air : Dibuat oleh instansi terkait
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketersediaan
air dan mempertimbangkan usulan rencana tata tanam,
rencana kebutuhan air di lokasi titik/box JIAT dan sesuai
sistem operasi JIAT.
● Perencanaan Tata Tanam : Penyusunan rencana tata tanam
dilakukan berdasarkan prinsip partisipatif dengan melibatkan
peran aktif masyarakat petani (P3AT)
8
2.3 Langkah Kerja/Bagan Alir
Penilaian Kondisi
dan Kinerja
Prasarana
(100%)
Fisik Teknis
Fisik Operasi dan
(Masa Desain Dan Lingkungan
(Masa Operasional) Pemeliharaan
Konstruksi) (30%)
(30%) (10%)
(30%)
Pertimbangan
Kinerja Komponen Jenis Tanah Pelaksanaan OP
Desain
(50% (25%) (50%)
(25%)
Jenis Pengalaman
Kondisi Fisik Kualitas Air
Material Operator
(50%) (50%)
(25%) (30%)
Dimensi dan
Kegempaan Sistem Kontrol
Kapasitas
(10%) (10%)
(25%)
Quality Control
Kondisi Cuaca
Konstruksi
(15%)
(25%)
Inputting Data
Kedalam Program
9
c. Pengukuran, merupakan sebuah inti dari proses sistem
penilaian kinerja, dimana evaluator menggunakan potensi
penalaran dan institusinya untuk mempersepsikan kinerja aktual
prasarana dan sarana JIAT yang sedang diidentifikasi
membandingkannya dengan nilai-nilai kinerja standar yang telah
ditetapkan sebagai acuan;
d. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut berupa pilihan
tindakan logis yang perlu dilakukan berdasarkan hasil yang
diperoleh dari proses penilaian kinerja.
Umumnya, kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan agar dapat
ditentukan rencana tindak OP atas hasil penilaian kinerja yaitu kegiatan
penilaian kinerja pada prasarana dan sarana penunjang JIAT. Hal ini
dikarenakan sistem kinerja JIAT sangat bergantung ada kondisi fisik
dan fungsi prasarana dan saran JIAT tersebut.
10
f) *Flowmeter/V-notch
g) Saluran Pembawa atau Jaringan
Pengukuran kinerja saluran dihitung berdasarkan kondisi fisik dan
kapasitas saluran yang mencukupi untuk mengalirkan air sesuai
dengan kebutuhan. Setiap JIAT pada umumnya memiliki saluran
tertutup dari PVC, dan saluran terbuka dari pasangan atau saluran
tanah. Setiap jenis saluran tersebut diberi nilai bagian masing-
masing sesuai dengan tingkat efisiensinya.
h) Saluran Terbuka
i) Saluran Tertutup (Perpipaan)
Riser pipe/ Air Valve, merupakan salah satu prasarana yang masuk
kedalam sistem operasi JIAT yang berfungsi sebagai kunci utama
untuk melaksanakan kegiatan pembagian air. Sifatnya adalah
sebagai pipa yang memiliki kran sebagai kunci utama metode
pemberian air.
j) Non Perpipaan
k) Jalan Masuk
l) Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi, yaitu jalan yang digunakan selama masa operasi
dan pemeliharaan JIAT.
m) Kantor Pengamat/UPTD
Kantor Pengamat/UPTD, yaitu prasarana fisik bangunan yang
digunakan untuk kegiatan organisasi dalam proses operasi dan
pemeliharaan.
n) Bangunan Outlet
Bangunan outlet terdiri dari hidran sederhana, bangunan pembagi
(box pembagi), dan bangunan pengukur debit air.
Evaluasi terhadap sistem kinerja hidran sederhana diamati dari kondisi
fisik dan fungsi dari hidran tersebut. Karena hidran sederhana akan
mempengaruhi pengaliran air ke petak-petak sawah.
Pengukuran kinerja yang dilakukan pada bangunan pembagi (box
pembagi) yaitu dilihat dari kondisi dan fungsi dari prasarana tersebut.
Kondisi dan fungsi dari saluran pembagi akan mempengaruhi sistem
metode pemberian air yang dilaksanakan pada masa operasi.
Pengukuran kinerja yang dilakukan pada bangunan pengukur debit
yaitu dilihat dari kondisi dan fungsi dari prasarana tersebut.
11
Secara teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas
tanaman sangat komplek, diantaranya paling tidak adalah struktur
tanah, persediaan air di zona akar, sarana produksi (bibit, pupuk, dan
lain-lain), dan manajemen pertanian. Faktor yang berkaitan dengan
irigasi menjadi tolak ukur dalam evaluasi kinerja adalah tingkat
kecukupan air dalam zona akar.
Indeks kinerja jaringan irigasi yang berkaitan dengan produktivitas
tanaman dievaluasi berdasarkan lima parameter yaitu:
a. Pemenuhan Kebutuhan Air;
b. Realisasi luas tanam;
c. Produktivitas padi.
12
2.3.5 Dokumentasi
13
BAB III
Bobot Nilai
No Komponen Penilaian
Komponen
1 Prasarana Fisik 45
2 Produktivitas Tanam 15
3 Sarana Penunjang 10
4 Organisasi Personalia 15
5 Dokumentasi 5
6 P3AT 10
Untuk mengetahui nilai kondisi dan fungsi dari prasarana fisik JIAT
menggunakan adalah:
Total
Nilai Prasarana Bobot Bobot
Faktual % Faktual
Bobot %
Total Bobot
No Komponen Ideal = Keterangan
Ideal %
% {[0.5x(5)]
Kondisi Fungsi
+ = jml (7)
[0.5x(6)]} x
(3) / 100
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Keterangan *):
Kolom 5 (kondisi) diisi dengan presentase sebagai berikut: Kolom 6 (fungsi) diisi dengan presentase sebagai berikut:
Tingkat kerusakan <10% = kondisi baik Resiko Kegagalan <10% = fungsi baik
Tingkat kerusakan 10-20% = kondisi rusak ringan Resiko kegagalan 10-20% = fungsi sedang
Tingkat kerusakan 21-40% = kondisi rusak ringan Resiko Kegagalan 21-40% = fungsi kurang
Tingkat kerusakan >40% = kondisi rusak berat Resiko Kegagalan >40% = fungsi buruk
Saluran Pembawa (nilai 10% berdasarkan nilai bobot proporsional panjang saluran)
15
Untuk mengetahui nilai komponen produktivitas tanam yang dipengaruhi
oleh ketersediaan dan pemenuhan air tanah menggunakan tabel berikut:
Keterangan *):
Kolom 5 (nilai prasarana) diisi dengan presentase sebagai berikut:
Tercapai 70% = baik
Tercapai 50-70% = cukup
Tercapai <50% = buruk
16
Untuk mengetahui kondisi dan fungsi dari Prasarana Penunjang JIAT
digunakan Tabel berikut:
Keterangan *):
Kolom 5 (kondisi) diisi dengan presentase sebagai berikut: Kolom 6 (fungsi) diisi dengan presentase sebagai berikut:
Tingkat kerusakan <10% = kondisi baik Resiko Kegagalan <10% = fungsi baik
Tingkat kerusakan 10-20% = kondisi rusak ringan Resiko kegagalan 10-20% = fungsi rusak ringan
Tingkat kerusakan 21-40% = kondisi rusak ringan Resiko Kegagalan 21-40% = fungsi rusak ringan
Tingkat kerusakan >40% = kondisi rusak berat Resiko Kegagalan >40% = fungsi rusak berat
17
Untuk mengetahui kelengkapan dari butir-butir komponen organisasi
personalia digunakan Tabel berikut:
Bobot Total
Bobot Total Faktual % Bobot
No Komponen Ideal Bobot Nilai Keterangan
=
% Ideal % = jml (6)
(3)x(5)/100
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keterangan:
Kolom 5 (nilai personalia) diisi dengan presentase sebagai berikut:
> 70 % = Baik
50-70% = Cukup
< 50% = Buruk
Kolom 5 (nilai kuantitas/jumlah sesuai kebutuhan)
> 70 % = Cukup
50-70% = Kurang
< 50% = Tidak ada/Tidak Tersedia
*) bila diperlukan
18
Untuk mengetahui kelengkapan dari dokumentasi JIAT digunakan:
Bobot Total
Total
Bobot Faktual % Bobot
No Butir Bobot Nilai Keterangan
Ideal % =
Ideal % = jml (6)
(3)x(5)/100
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keterangan *):
Kolom 5 (nilai prasarana) diisi dengan presentase sebagai berikut:
> 70 % = Cukup
50-70% = Kurang
< 50% = Tidak Ada/Tidak Tersedia
19
Untuk mengetahui kelengkapan dari keberadaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air Tanah (P3AT) digunakan Tabel berikut:
Bobot Total
Total
Bobot Faktual % Bobot
No Butir Bobot Nilai Keterangan
Max % =
Max % = jml (6)
(3)x(5)/100
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keterangan *):
Kolom 5 (nilai prasarana) diisi dengan presentase sebagai berikut:
> 70 % = Baik
50-70% = Cukup
< 50% = Buruk
Nilai kondisi kinerja JIAT atau indeks kinerja JIAT yang diperoleh dengan
penggabungan dari penilaian keenam komponen yaitu: prasarana fisik,
produktivitas tanam sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi,
dan P3AT. Akan tetapi indeks kinerja yang digunakan untuk menetapkan
tingkat (prioritas) pemeliharaan atau rencana tindak OP yang dibutuhkan
didasarkan pada hasil penilaian kinerja prasarana fisik dan saran penunjang
JIAT.
Untuk klasifikasi hasil penilaian serta rencana tindakan yang akan diberikan,
disesuaikan dengan isi Permen PUPR No. 12 Tahun 2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi yang diklasifikasikan seperti
dibawah ini:
a. Kondisi baik jika tingkat kerusakan < 10% dari kondisi awal bangunan
dan saluran, diperlukan pemeliharaan rutin.
20
b. Kondisi rusak ringan jika tingkat kerusakan 10 – 20% dari kondisi awal
bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan berkala yang bersifat
perawatan.
c. Kondisi rusak sedang jika tingkat kerusakan 21 – 40% dari kondisi awal
bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan berkala yang bersifat
perbaikan.
d. Kondisi rusak berat jika tingkat kerusakan > 40% dari kondisi awal
bangunan dan saluran, diperlukan pemeliharaan berkala yang bersifat
perbaikan berat atau penggantian.
21
BAB IV
4.1 Persiapan
Pada umumnya penilaian kinerja adalah sebuah rangkaian proses yang
saling terkait satu sama lain, adapun kegiatannya terdiri dari:
a. Pengklasifikasian atau pengkategorian prasarana dan sarana
JIAT yang ada didalam suatu wilayah kerja;
b. Identifikasi, yaitu menentukan kriteria dan indikator yang relevan
berperan mempersepsikan tingkat kinerja prasarana dan sarana
JIAT yang berfungsi;
c. Pengukuran, merupakan sebuah inti dari proses sistem penilaian
kinerja, dimana evaluator menggunakan potensi penalaran dan
institusinya untuk mempersepsikan kinerja aktual prasarana dan
sarana JIAT yang sedang diidentifikasi membandingkannya
dengan nilai-nilai kinerja standar yang telah ditetapkan sebagai
acuan;
d. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut berupa pilihan
tindakan logis yang perlu dilakukan berdasarkan hasil yang
diperoleh dari proses penilaian kinerja.
Umumnya, kegiatan penilaian kinerja yang dilakukan agar dapat
ditentukan rencana tindak OP atas hasil penilaian kinerja yaitu kegiatan
penilaian kinerja pada prasana dan sarana penunjang JIAT. Hal ini
dikarenakan sistem kinerja JIAT sangat bergantung ada kondisi fisik dan
fungsi prasarana dan saran JIAT tersebut.
24
Sedangkan penilaian fungsi dari sumur bor dapat dilihat melalui
karakteristik sebagai berikut:
- Kedalaman air mengalami penurunan dari hasil pemantau
sebelumnya.
- Air yang dihasilkan dari sumur bor membuat terjadinya
penurunan debit air yang mempengaruhi proses pengaliran air
ke petak-petak sawah masyarakat.
- Air yang diperoleh dari sumur tidak mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan petani pemakai air tanah (P3AT).
- Diperlukan tindakan pembangunan ulang titik sumur baru pada
lokasi yang sama.
d. Kondisi Rusak Berat
Kondisi sumur bor berada dalam kategori rusak sedang apabila
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Bangunan fisik sumur bor mengalami kerusakan berat seperti
terdapat beberapa bagian kondisi sumur yang hancur dan tidak
utuh seperti pada saat selesai dibangun.
- Kondisi bangunan sudah mengalami perubahan yang dapat
dilakukan perbaikan ringan oleh operator pelaksana irigasi air
tanah.
Sedangkan penilaian fungsi dari sumur bor dapat dilihat melalui
karakteristik sebagai berikut:
- Sumur bor sudah tidak dapat lagi memenuhi air yang
digunakan untuk kepentingan irigasi atau lahan pertanian.
e. Tidak Ada
Sumur bor dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila kondisi
dan fungsi dari sumur tersebut sudah tidak beroperasi.
2) Mesin Penggerak
Mesin penggerak dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di
bawah ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Mesin penggerak yang termasuk dalam kategori kondisi baik jika
terdapat karakteristik sebagai berikut:
- Komponen penyusunan mesin penggerak dalam kondisi
lengkap.
- Tidak ada bagian- bagian mesin penggerak yang rusak, retak,
dan kondisi baut mesin yang kendor.
- Tidak terdapat kebisingan dan getaran yang berbeda dari saat
awal pemakaian mesin.
- Kondisi saringan udara, sirip dan tutup silinder, nozzle injector,
v-belt, baterai mesin, clearance calve, bantalan camshaft dan
tappets berada dalam kondisi baik dan hanya memerlukan
perawatan rutin.
Sedangkan penilaian fungsi dari mesin penggerak dapat dinilai
melalui karakteristik sebagai berikut:
25
- Parameter- parameter mesin penggerak seperti parameter
tekanan, minyak pelumas, ampere meter, temperatur mesin,
dan putaran mesin bekerja dengan baik.
- Mampu beroperasi sesuai dengan kemampuan mesin tersebut
tanpa terjadi gangguan kecil pada getaran dan suara yang
dihasilkan.
b. Kondisi Rusak Ringan
Mesin penggerak berada dalam kondisi rusak ringan apabila
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Dibutuhkan penggantian saringan oli mesin setelah 250 jam
operasi.
- Dibutuhkan penggantian saringan solar setelah 1.500 jam
operasi.
- Dibutuhkan penggantian minyak pelumas pada gear box.
Sedangkan penilaian fungsi dari mesin penggerak dapat dinilai
melalui karakteristik sebagai berikut:
- Mesin tidak menghasilkan suara nyaring akibat oli mesin yang
tidak diganti.
- Getaran mesin berbeda dengan getaran yang dihasilkan saat
awal mesin penggerak digunakan.
c. Kondisi Rusak Sedang
Mesin Penggerak berada dalam kondisi rusak sedang apabila
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Komponen mesin penggerak seperti nozzle, V-belt, koolborstel
alternator (motor starter), packing manifold perlu diganti.
- Jika oli seas, cross joint, gland packing mesin penggerak perlu
diganti.
Sedangkan mesin penggerak dikategorikan memiliki fungsi rusak
sedang apabila ada unit atau sparepart dari bagian mesin yang
mengalami kerusakan dan tidak berfungsi sehingga membutuhkan
penggantian dalam waktu singkat.
d. Kondisi Rusak Berat
Mesin penggerak dikategorikan rusak sedang apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut:
- Komponen- komponen mesin penggerak sudah banyak yang
hilang dan komponen yang perlu diganti tersebut tidak dapat
diperoleh dalam waktu singkat.
- Kondisi saringan udara, sirip dan tutup silinder, nozzle injector,
v-belt, baterai mesin, clearance valve, bantalan camshaft dan
tappets yang menjadi komponen penyusun mesin penggerak
sudah tidak dapat berfungsi dengan baik dan tidak dapat
diganti secara darurat.
Sedangkan mesin penggerak dikategorikan dikategorikan memiliki
fungsi rusak berat apabila ada mesin penggerak tidak mampu
26
beroperasi sesuai dengan jam operasi mesin yang terdapat dalam
manual book mesin penggerak.
e. Tidak Ada
Mesin penggerak dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila
kondisi dan fungsi dari mesin penggerak tersebut sudah tidak
beroperasi.
3) Pompa
Pompa dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di bawah ini,
yaitu:
a. Kondisi Baik
Pompa yang termasuk dalam kategori kondisi baik jika terdapat
karakteristik sebagai berikut:
- Komponen penyusun pompa lengkap.
- Fisik pompa yang digunakan untuk mengoperasikan irigasi air
tanah tidak mengalami kerusakan atau keretakan dan masih
sama seperti kondisi fisik semula.
- Tidak ada suku cadang yang perlu diganti sejak pompa sudah
dapat digunakan dan dimanfaatkan.
- Pompa tidak menghasilkan suara dan getaran yang berbeda
sejak saat pemakaian awal pompa.
Sedangkan penilaian fungsi dari pompa dapat dinilai melalui karakteristik
sebagai berikut:
- Pompa mampu mengangkat air dari dalam tanah ke
permukaan sesuai dengan kapasitas pompa yang digunakan.
- Pompa ini dapat bekerja dengan maksimal dan tidak
mengalami perubahan kemampuan mengangkat air walaupun
digunakan secara mobile.
b. Kondisi Rusak Ringan
Pompa dikategorikan dalam kondisi rusak ringan apabila pompa
tersebut membutuhkan penggantian spare part yang mengalami
kerusakan dan ketersediaan komponen spare part tersebut mudah
dijangkau ketersediaannya.
Sedangkan penilaian fungsi dari pompa dinilai dalam kategori rusak
ringan apabila dibutuhkan perbaikan atau penyetelan kedudukan
impeler atau sudu-sudu terhadap spelling pompa.
c. Kondisi Rusak Sedang
Pompa berada dalam kondisi rusak sedang apabila terdapat bagian
spare part pompa yang perlu diganti baru.
Sedangkan pompa dikategorikan memiliki fungsi yang rusak
sedang apabila kondisi pompa sudah tidak berfungsi dan
mengganggu sistem operasional pengaliran air sehingga
dibutuhkan unit pompa yang baru.
d. Kondisi Rusak Berat
Pompa dikategorikan dalam kondisi rusak berat jika pompa tersebut
sudah memiliki kerusakan secara fisik dan fungsi, sehingga
27
dibutuhkan penggantian unit pompa yang baru untuk kelancaran
sistem operasional JIAT.
e. Tidak Ada
Pompa dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila kondisi dan
fungsi dari pompa tersebut sudah tidak beroperasi dan
mengganggu sistem kelancaran pengangkutan air dari dalam tanah
ke permukaan.
4) Rumah Pompa
Rumah pompa dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di bawah
ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Rumah pompa yang termasuk dalam kategori kondisi baik jika
terdapat karakteristik sebagai berikut:
- Bangunan rumah pompa termasuk kelengkapannya seperti
daun pintu, pagar pengaman, dan halaman rumah pompa
dalam kondisi baik dan tidak terdapat kerusakan.
- Rumah pompa bersih dari rerumputan, sampah, dan kotoran
lainnya.
Sedangkan penilaian fungsi dari rumah pompa dapat dinilai melalui
karakteristik sebagai berikut:
- Rumah pompa dapat melindungi mesin penggerak dan jenis
pompa yang tetap/stasioner.
- Rumah pompa dapat menjaga kelengkapan peralatan OP dari
gangguan masyarakat yang kurang berkenan.
b. Kondisi Rusak Ringan
Rumah pompa dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak ringan
apabila rumah pompa memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Rumah pompa khususnya bagian tembok dan daun pintu
membutuhkan pengecatan.
- Pagar pengaman membutuhkan pembersihan jika terdapat
karatan.
- Dibutuhkan perbaikan apabila pagar pengaman rumah pompa
khususnya bagian engsel pagar mengalami kerusakan akibat
beban berat.
- Rumah pompa memerlukan tanaman pohon sebagai peneduh
dengan tujuan agar rumah pompa memiliki kualitas fisik yang
baik akibat pengaruh dari sinar matahari dan cipratan hujan.
c. Kondisi Rusak Sedang
Rumah pompa dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak ringan
apabila rumah pompa tersebut memiliki karakteristik:
- Atap rumah pompa mengalami kebocoran.
- Terjadi kerusakan pada engsel daun pintu atau pagar
pengaman rumah pompa.
- Terjadi keretakan ringan pada perbaikan rumah pompa akibat
getaran mesin penggerak.
28
d. Kondisi Rusak Berat
Rumah pompa yang dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
berat apabila rumah pompa tersebut sudah tidak dapat berfungsi
sebagai pengaman, misalnya atap seng sering lepas akibat angin
kencang, kerangka kayu cepat rusak apabila terjadi kebocoran atap
yang dibiarkan terlalu lama, tembok rumah pompa sudah banyak
mengalami keretakan dan bersifat membahayakan. Pada umumnya
kondisi tersebut terjadi pada rumah pompa yang masih
menggunakan atap seng.
e. Tidak Ada
Rumah pompa dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila
kondisi dan fungsi dari rumah pompa tersebut sudah diabaikan dan
tidak difungsikan kembali operasionalnya.
29
seperti terjadi kebocoran pipa penyalur sehingga tindakan darurat
yang dibutuhkan adalah mengikat pipa dengan karet dan menambal
bagian pipa yang mengeluarkan air.
d. Kondisi Rusak Berat
Saluran atau jaringan irigasi air tanah dikategorikan dalam kondisi
dan fungsi rusak berat apabila saluran atau jaringan pipa tersebut
tidak dapat diperbaiki atau ditangani dengan cara menambal atau
mengikat dengan karet. Melainkan dibutuhkan pembongkaran pipa
dan mengganti dengan pipa yang baru.
e. Tidak Ada
Saluran atau jaringan irigasi air tanah dikategorikan dalam indikator
tidak ada apabila keberadaan dari saluran atau jaringan irigasi air
tanah tersebut sudah tidak dimanfaatkan fungsinya.
6) Hidran Sederhana
Hidran sederhana dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di
bawah ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Hidran sederhana yang termasuk dalam kategori kondisi baik jika
terdapat karakteristik sebagai berikut:
- Tidak terdapat kebocoran pada hidran.
- Tidak ada kemacetan untuk membuka dan menutup kran air.
- Hidran berada dalam kondisi bersih tidak terdapat rerumputan,
sampah, dan kotoran lainnya.
Sedangkan penilaian fungsi dari hidran sederhana dapat dinilai
melalui karakteristik sebagai berikut:
- Mampu mengairi atau mengalirkan air dari saluran utama dan
saluran pembawa ke petak-petak sawah.
- Dapat beroperasi dengan optimal dan efisien dalam
mengalirkan air.
b. Kondisi Rusak Ringan
Saluran atau jaringan dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
ringan apabila saluran atau jaringan irigasi air tanah tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Terjadi kebocoran pada bola kocoran saat dilakukan
pemeriksaan berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.
- Terjadi karatan akibat bola kocoran tidak diberikan minyak
pelumas.
c. Kondisi Rusak Sedang
Saluran atau jaringan dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
sedang apabila saluran dan jaringan tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- Bola kocoran sudah mengalami keretakan.
- Bola kocoran sudah mempengaruhi operasi dari sistem
pengaliran air.
- Terjadi keretakan pada tembok bangunan.
30
d. Kondisi Rusak Berat
Saluran atau jaringan irigasi air tanah dikategorikan dalam kondisi
dan fungsi rusak berat dengan karakteristik sebagai berikut:
- Bola kocoran sudah rusak dan kondisi retak awal sudah tidak
dapat diperbaiki dengan perbaikan darurat.
- Beberapa bagian pada bangunan tembok sudah hancur dan
diperlukan renovasi ulang.
e. Tidak Ada
Hidran sederhana dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila
keberadaan dari hidran tersebut sudah tidak dimanfaatkan
fungsinya dan dianggap sudah tidak mampu beroperasi.
31
- Kondisi fisik bangunan sudah mengganggu sistem pengaliran
air.
- Kondisi fisik bangunan sudah mengalami perubahan bentuk
yang jauh dibandingkan saat pembangunan awal, misalnya
terdapat bagian bangunan yang hancur dan sifatnya akan
mengganggu sistem pengaliran air.
e. Tidak Ada
Bangunan pembagi atau box pembagi dikategorikan dalam
indikator tidak ada apabila keberadaan dari box pembagi tersebut
sudah tidak dimanfaatkan fungsinya dan dianggap sudah tidak
mampu beroperasi.
32
4.3.2 Prasarana Pendukung
1) Riser Pipe/ Air Valve
Riser Pipe/ Air Valve dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di
bawah ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Riser pipe/ air valve yang termasuk dalam kategori kondisi dan
fungsi yang baik jika terdapat karakteristik sebagai berikut:
- Kondisi cat riser pipe/ air valve tidak pudar dan masih sama
seperti kondisi sarana tersebut siap untuk dimanfaatkan.
- Tidak terdapat karatan di sekitar air valve.
b. Kondisi Rusak Ringan
Riser pipe/ air valve dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
ringan apabila saluran atau jaringan irigasi air tanah tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Dibutuhkan pengecatan pada bagian riser pipe/ air valve yang
memiliki warna sudah pudar.
- Jika kondisi riser pipe/ air valve sudah karatan dan diperlukan
tindakan pembersihan dari karatan tersebut.
c. Kondisi Rusak Sedang
Riser pipe/ air valve dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
sedang apabila saluran dan jaringan tersebut memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- Jika riser pipe mengalami kerusakan dan dibutuhkan
penggantian dengan menggunakan selang plastik.
- Terjadi kebocoran pada air valve sehingga dibutuhkan
penggantian dengan menggunakan packing air valve.
d. Kondisi Rusak Berat
Saluran atau jaringan irigasi air tanah dikategorikan dalam kondisi
dan fungsi rusak berat dengan karakteristik sebagai berikut:
- Kondisi fisik bangunan sudah mengganggu sistem pengaliran
air.
- Jika riser pipe atau air valve sudah tidak dapat diperbaiki
dengan menggunakan selang plastik atau jika air valve sudah
tidak dapat digantikan dengan menggunakan packing air valve.
- Dibutuhkan penggantian atau renovasi baru agar dapat
memperbaiki kinerja dari riser pipe/ air valve.
e. Tidak Ada
Riser pipe/ air valve dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila
keberadaan dari Riser pipe/ air valve tersebut sudah tidak
dimanfaatkan fungsinya dan dianggap sudah tidak mampu
beroperasi.
2) Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik dibawah
ini antara lain:
33
a. Kondisi Baik
Jalan inspeksi dikategorikan dalam kondisi dan fungsi yang baik
apabila:
- Keadaan wilayah di sepanjang jalan inspeksi tidak terdapat
rumput yang mengganggu.
- Kondisi jembatan yang digunakan sebagai sarana
penyeberangan tidak membahayakan.
b. Kondisi Rusak Ringan
Jalan inspeksi dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak ringan
apabila:
- Terdapat banyak rumput yang sudah panjang akan tetapi tidak
dipotong.
- Terjadi pelapukan pada jembatan kayu.
c. Kondisi Rusak Sedang
Jalan inspeksi dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak sedang
apabila terjadi pelapukan pada jembatan kayu yang dapat
menyebabkan terjadinya patahan atau jembatan berlubang.
d. Kondisi Rusak Berat
Jalan inspeksi dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak berat
apabila terjadi pelapukan pada jembatan kayu sehingga
menyebabkan jembatan tersebut sudah tidak dapat berfungsi dan
digunakan sebagai sarana penyeberangan.
e. Tidak Ada
Kategori tidak ada dalam penilaian jalan inspeksi adalah tidak
dimanfaatkannya lagi keberadaan dari jalan tersebut dan
menggunakan jalan baru dalam proses kegiatan OP selanjutnya.
3) Kantor OP
Kantor OP dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di bawah ini,
yaitu:
a. Kondisi Baik
Rumah operator dikategorikan dalam kondisi dan fungsi yang baik
apabila:
- Kantor memiliki fungsi yang kondusif dan nyaman untuk
bekerja.
- Terdapat barang- barang yang menunjang kegiatan
perkantoran seperti tersedianya meja kantor, rak buku, rak
arsip, dan telepon kantor.
- Kantor OP dalam kondisi fisik yang bagus dan baik tanpa ada
kerusakan dan keretakan bangunan.
b. Kondisi Rusak Ringan
Kantor OP dikategorikan dalam kondisi rusak ringan apabila:
- Kondisi cat dari kantor OP sudah pudar.
- Terdapat bagian kantor yang mengalami keretakan atau bocor.
34
- Sarana dan prasarana pendukung kegiatan bekerja tidak
lengkap.
c. Kondisi Rusak Sedang
Kantor OP dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak sedang
apabila keadaan fisik Kantor OP sudah memerlukan perbaikan
seperti memperbaiki atap yang bocor, pengecatan bangunan
kantor, dan melakukan semen ulang pada bagian kantor yang retak.
d. Kondisi Rusak Berat
Kantor OP dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak berat
apabila keadaan fisik dari kantor sudah tidak layak huni misalnya
kebocoran atap rumah, keretakan tembok bangunan, dan sarana
lainnya membutuhkan pembangunan atau renovasi ulang.
e. Tidak Ada
Kategori tidak ada dalam penilaian rumah operator yaitu tidak
tersedianya atau tidak ada kantor OP yang digunakan selama
pelaksanaan kegiatan OP.
4) Rumah Operator
Rumah operator dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di
bawah ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Rumah operator dikategorikan dalam kondisi dan fungsi yang baik
apabila:
- Operator nyaman dan betah untuk tinggal di rumah yang
disediakan.
- Kondisi rumah yang disediakan sesuai dengan fungsi sebagai
tempat tinggal dan layak huni.
- Tersedia sarana dan prasarana kebutuhan primer seperti
kamar, kamar mandi, listrik, dan air untuk kebutuhan sehari-
hari.
b. Kondisi Rusak Ringan
Rumah operator dikategorikan dalam kondisi rusak ringan apabila:
- Kondisi cat dari rumah operator sudah pudar.
- Terdapat bagian rumah yang mengalami keretakan atau bocor.
c. Kondisi Rusak Sedang
Rumah operator dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
sedang apabila keadaan fisik rumah operator sudah memerlukan
perbaikan seperti memperbaiki atap yang bocor, pengecatan ulang
tembok rumah, dan melakukan semen ulang pada bagian rumah
yang retak.
d. Kondisi Rusak Berat
Rumah operator dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak berat
apabila keadaan fisik dari rumah operator sudah tidak layak huni
misalnya kebocoran atap rumah, keretakan tembok bangunan, dan
sarana lainnya membutuhkan pembangunan atau renovasi ulang.
e. Tidak Ada
35
Kategori tidak ada dalam penilaian rumah operator yaitu tidak
tersedianya atau tidak ada rumah operator yang digunakan selama
pelaksanaan kegiatan OP.
2) Alat Komunikasi
Alat komunikasi JIAT dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di
bawah ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Alat komunikasi yang termasuk dalam kategori kondisi dan fungsi
yang baik jika alat komunikasi JIAT tersebut berfungsi dengan baik
dalam menjalankan komunikasi antara operator pelaksana kegiatan
OP dengan instansi terkait.
b. Kondisi Rusak Ringan
Alat komunikasi yang termasuk dalam kategori kondisi dan fungsi
yang rusak ringan apabila fungsi dari alat komunikasi yang
disediakan tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya,
misalnya sering error dan mati secara tiba-tiba.
36
c. Kondisi Rusak Sedang
Alat komunikasi yang termasuk dalam kategori kondisi dan fungsi
yang rusak sedang apabila fungsi dari alat komunikasi yang
disediakan tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya
akibat kondisi baterai yang sudah mulai tidak optimal dan
dibutuhkan servis agar dapat berfungsi secara normal kembali.
d. Kondisi Rusak Berat
Alat komunikasi yang termasuk dalam kategori kondisi dan fungsi
yang rusak berat apabila fungsi dari alat komunikasi yang
disediakan tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya
dan harus diganti dengan menggunakan alat komunikasi yang baru.
e. Tidak Ada
Kategori tidak ada dalam penilaian sarana alat komunikasi yaitu
tidak tersedianya atau tidak ada alat komunikasi yang digunakan
selama pelaksanaan kegiatan OP.
3) Alat OP JIAT
Alat OP JIAT dinilai atau dievaluasi berdasarkan karakteristik di bawah
ini, yaitu:
a. Kondisi Baik
Alat OP yang termasuk dalam kategori kondisi dan fungsi yang baik
jika terdapat karakteristik sebagai berikut:
- Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan OP
dalam kondisi bersih dari debu dan karat karena dibersihkan
setiap hari.
- Tidak terdapat kerusakan alat perkakas yang berfungsi untuk
kegiatan pelaksanaan OP.
b. Kondisi Rusak Ringan
Alat OP dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak ringan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Peralatan yang digunakan untuk kegiatan OP dalam keadaan
kotor akibat tidak dibersihkan setelah digunakan.
- Peralatan OP tersebut mengalami karatan dan kondisi fisik
yang sudah mengalami penurunan kualitas kondisi fisik.
c. Kondisi Rusak Sedang
- Alat OP yang dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak
sedang memiliki karakteristik yaitu peralatan tersebut sudah
memperlihatkan kondisi fisik yang karatan dan dalam
menjalankan fungsinya sebagai peralatan bantuan kegiatan
pelaksanaan OP tidak bekerja secara optimal.
d. Kondisi Rusak Berat
Alat OP yang dikategorikan dalam kondisi dan fungsi rusak berat
memiliki karakteristik yaitu peralatan tersebut sudah
memperlihatkan kondisi fisik yang karatan dan dalam menjalankan
fungsinya sebagai peralatan bantuan kegiatan pelaksanaan OP
37
tidak bekerja secara optimal dan dibutuhkan penggantian alat OP
yang baru.
e. Tidak Ada
Alat OP dikategorikan dalam indikator tidak ada apabila fungsi dari
alat OP tersebut sudah tidak ada dan sudah diabaikan.
Sarana dan prasarana JIAT yang sudah melalui proses penilaian kinerja
kemudian perlu kembali dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan
sebagai kegiatan tindak lanjut atas hasil penilaian kinerja, di luar
kegiatan operasi dan pemeliharaan yang biasa dilaksanakan.
Tindak operasi dan pemeliharaan terhadap hasil penilaian kinerja
dijabarkan dalam sub bab berikut:
4.4 Pengamanan jaringan irigasi
Pengamanan jaringan irigasi merupakan upaya untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kerusakan prasarana JIAT yang disebabkan
oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan
fungsi JIAT.
Adapun tindakan pengamanan yang dapat dilakukan antara lain:
4.4.1 Tindakan Pencegahan
- Melarang pengambilan batu, pasir, dan tanah pada lokasi + 500m
sebelah hulu dan + 1000 m m sebelah hilir irigasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
- Menetapkan garis sempadan saluran sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.
- Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan
mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran.
- Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas
tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
- Memasang papan larangan untuk kendaraan yang pemintas jalan
inspeksi yang melebihi kelas jalan.
- Melarang mandi di sekitar bangunan dan lokasi-lokasi berbahaya.
- Melarang mendirikan bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
- Mengadakan penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat tentang
pengamanan fungsi jaringan irigasi.
4.4.2 Tindakan Pengamanan
- Membuat bangunan pengaman di tempat-tempat berbahaya.
- Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.
- Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul
saluran berupa portal dan patok.
Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus oleh instansi terkait,
anggota atau pengurus P3AT, kelompok pendamping lapangan, dan
seluruh masyarakat setempat.
38
BAB V
5.1 Rekomendasi
Hasil pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan
tersier ini dapat dibagi masing-masing dalam 6 komponen.
a. Penilaian kinerja sistem irigasi utama terdiri dari:
1) komponen prasarana fisik jaringan utama,
2) komponen produktivitas tanam,
3) komponen sarana penunjang jaringan utama,
4) komponen organisasi personalia,
5) komponen dokumentasi,
6) komponen perkumpulan petani pemakai air (GP3A/IP3A).
b. Penilaian kinerja sistem irigasi tersier terdiri dari:
1) komponen fisik jaringan tersier,
2) komponen produktivitas pertanaman,
3) komponen kondisi O&P jaringan tersier,
4) komponen petugas pembagi air/organisasi personalia,
5) komponen dokumentasi,
6) komponen Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah (P3AT).
Rekomendasi diberikan berdasarkan hasil penilaian kinerja sistem
irigasi utama dan tersier yang dilakukan pada masing-masing
komponen tersebut.
5.2 Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi,
dapat mengusulkan program penanganan pengelolaan jaringan irigasi,
yang dikelompokkan berdasarkan kriteria sesuai Peraturan Menteri
PUPR Nomor 12 Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi sebagai berikut:
i. Nilai 80-100 : kinerja sangat baik, maka diperlukan penanganan
operasi dan pemeliharaan rutin (tingkat kerusakan < 10%),
ii. Nilai 70-<80 : kinerja baik, maka diperlukan penanganan operasi,
pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala yang bersifat
perawatan (tingkat kerusakan : 10%-20%),
iii. Nilai 55-<70 : kinerja kurang dan perlu perhatian, maka diperlukan
penanganan operasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala
yang bersifat perbaikan (tingkat kerusakan : >20%-40%),
iv. Nilai < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian segera, maka
diperlukan penanganan operasi, pemeliharaan berkala yang
bersifat perbaikan berat/penggantian, rehabilitasi dan/atau
peningkatan kondisi jaringan irigasi (tingkat kerusakan >
40%).
39
BAB VI
PENUTUP
Untuk mendapatkan jaringan irigasi air tanah yang berkelanjutan dan tetap
berfungsi sebagaimana mestinya, maka kegiatan jaringan irigasi air tanah
harus mengikuti pedoman yang berlaku.
Guna penyempurnaan/perbaikan Juknis Kinerja Jaringan Irigasi Air Tanah
kedepan, perlu masukan/koreksi dari semua pihak, dan untuk itu disampaikan
terima kasih.
40
LAMPIRAN
41