penjelasan tentang Peran P3A dalam Pengembangan & Pengelolaan Sistem Irigasi kepada kelompok P3A di Kabupaten Bombana.
Tujuannya agar para pengurus dan anggota P3A di
Kab. Bombana mengetahui tata cara pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sehingga dapat berperan aktif dalam pelaksanaannya. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang No. 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan; 2. Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 4. Peraturan Pemerintah No. 77 Th 2001 Tentang Irigasi. 5. Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. 6. Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi. DEFINISI
Pengembangan Adalah Pelaksanaan Pembangunan
Irigasi Irigasi Baru dan/atau peningkatan irigasi.
dalam pengelolaan irigasi, yaitu : prasarana irigasi, air irigasi, manajemen Sistem Irigasi irigasi, kelembagaan pengelola irigasi (termasuk P3A) dan sumber daya manusia. TUJUAN Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi bertujuan :
Untuk Mewujudkan Kemanfaatan Air Dalam Bidang Pertanian
Peningkatan Pendapatan Petani PELAKSANAAN DAN PENYELENGGARAAN
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi.
dilaksanakan pada Semua Daerah Irigasi.
diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan
lingkungan hidup, transparan, akuntabel, dan berkeadilan dengan mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dilaksanakan
untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab, serta meningkatkan kemampuan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam rangka mewujudkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan sistem irigasi.
Pasal 4 Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015
SISTEM IRIGASI TERSIER
P3A mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier.
Hak dan Tanggung jawab P3A
a. melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier; b. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya; dan c. memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan pendekatan partisipatif. Pasal 9 Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015 PARTISIPASI P3A Tahapan Pengembangan & Pengelolaan Irigasi
Survei Investigasi Desain
(SID) adalah : S Penentuan / penetapan lokasi dan jenis, I spesifikasi infrastruktur, perhitungan RAB yang D akan dilaksanakan pembangunannya PARTISIPASI L P3A A Pembebasan Lahan (Land DALAM Acuisition) SEMUA C TAHAPAN Konstruksi / O Pembangunan(Constructi on) M dan dilanjudkan dengan OP (operation and maintenance/OM) PRINSIP PARTISIPASI P3A Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A, dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. sukarela dengan berdasarkan hasil musyawarah
dan mufakat; b. kebutuhan, kemampuan, dan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A di daerah irigasi yang bersangkutan; dan c. bukan bertujuan untuk mencari keuntungan. PARTISIPASI P3A DALAM PENGEMBANGAN SISTEM IRIGASI
Partisipasi masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dalam
pengembangan sistem irigasi, dilakukan melalui tahapan :
a. Sosialisasi dan konsultasi public
b. Survei investigasi dan desain c. Pengadaan tanah d. Pelaksanaan konstruksi, e. Persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan PARTISIPASI P3A DALAM PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI Partisipasi masyarakat petani melalui P3A/GP3A/IP3A dalam pelaksanaan kegiatan operasi jaringan irigasi dilakukan dalam: a. pengajuan usulan rencana tata tanam; b. pengajuan kebutuhan air; c. pemberian masukan mengenai pengubahan rencana tata tanam, pengubahan pola tanam, pengubahan jadwal tanam, dan pengubahan jadwal pemberian/pembagian air dalam hal terjadi perubahan ketersediaan air pada sumber air; dan d. seluruh proses kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c secara aktif. Pelaksanaan kegiatan operasi jaringan irigasi, dilakukan oleh P3A/GP3A/IP3A pada daerah irigasi di wilayahnya dengan mengajukan usulan rencana tata tanam beserta air yang dibutuhkan kepada bupati/walikota atau gubernur secara berjenjang melalui pengamat dan dinas.