Anda di halaman 1dari 50

PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PARTISIPATIF

KEGIATAN PENGEMBANGAN TATA GUNA AIR


Balai Wilayah Sungai Maluku

Ambon, 24-25 Agustus 2021

DIREKTORAT BINA OPERASI DAN PEMELIHARAAN


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
DASAR HUKUM

 UU No.17 Tahun 2019 ttg Sumber Daya Air


 UU No. 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
 Inpres No:2 Tahun 1984 tentang Pembinaan P3A
 Permen PUPR No.30/PRT/M/2015 ttg Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi
 Permen PUPR No.12/PRT/M/2015 ttg E&P Irigasi
 Permen PUPR No.14/PRT/M/2015 ttg Kriteria dan Penetapan
Status Daerah Irigasi
 Permen PUPR No.17/PRT/M/2015 ttg Komisi Irigasi
 Permen PUPR No.23/PRT/M/2015 ttg Pengelolaan Aset
Irigasi
 Juklak Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Partisipatif
KONSEPSI
PENGELOLAAN IRIGASI

OPERASI
JARINGAN
IRIGASI

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN
JARINGAN JARINGAN
IRIGASI IRIGASI

REHABILITASI
JARINGAN
IRIGASI
Pengertian
Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
kegiatan pengaturan air dan jaringan irigasi yang meliputi
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangannya, termasuk usaha mempertahankan kondisi
jaringan irigasi agar tetap berfungsi dengan baik

Penyediaan air irigasi


penentuan volume air per satuan waktu, yang dialokasikan dari suatu sumber
air untuk suatu daerah irigasi didasarkan waktu dan mutu sesuai
kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
Pembagian air irigasi
kegiatan membagi air di bangunan pembagi dalam jaringan utama.
Pemberian air irigasi
kegiatan menyalurkan volume air per satuan waktu dengan jumlah tertentu
dari jaringan utama ke petak tersier.
Pengertian
Penggunaan air irigasi
kegiatan memanfaatkan volume air per satuan waktu per luasan lahan
pertanian pada periode tertentu.

Pembuangan/drainase
pengaliran kelebihan air irigasi yang sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu
daerah irigasi tertentu.

REHABILITASI JARINGAN IRIGASI :


kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi
seperti semula
Kebijakan pengelolaan sistem irigasi yang
efisien dan efektif diperlukan untuk
menjamin keberlanjutan sistem irigasi dan
hak-hak atas air bagi semua pemakai air
irigasi

Hal tersebut didasarkan pada kenyataan :


1) Adanya pergeseran nilai air dari sumber daya
air milik bersama yang melimpah dan dapat
dimanfaatkan tanpa biaya menjadi sumber
daya ekonomi yang berfungsi sosial;
2) Terjadinya kerawanan keserasian air secara
nasional khususnya dimusim kemarau, perlu
dilakukan upaya penghematan penggunaan
air irigasi;
3) meningkatnya persaingan pemanfaatan air
antara irigasi dengan penggunaan oleh
sektor-sektor lain; dan
4) makin meluasnya alih fungsi lahan irigasi
untuk kepentingan lainya.
Gambar 1. Pengelolaan sistem irigasi
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
PARTISIPATIF

  Prinsip pendekatan sosial budaya


1.
Didalam penyelenggaraan pengelolaan sistem irigasi
perlu dilakukan dengan pendekatan Sosial budaya,
yaitu dengan memperhatikan potensi,
kebutuhan masyarakat dan kearifan lokal

Gambar 2. Prinsip pengelolaan irigasi berbasis


sosial budaya
2. Prinsip
demokratisasi, partisipasi
dan pemberdayaan petani
 
Peran serta petani dalam
pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi diwujudkan dalam
kegiatan pembangunan,
peningkatan, masa persiapan
operasi dan pemeliharaan, operasi,
pemeliharaan dan rehabilitasi
jaringan irigasi.
Adapun kegiatan tersebut dimulai sejak tahap
pemikiran awal, proses pengambilan keputusan
dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan sistem
irigasi yang meliputi: operasi, pemeliharaan,
dan rehabilitasi.

Gambar 3. Partisipasi dan pemberdayaan petani


3. Prinsip desentralisasi dan debirokratisasi
 Desentralisasi ini berarti pemberian kewenangan
dari Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi dan
atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan perkumpulan
petani pemakai air yang diwujudkan dalam bentuk
pembagian peran antara pemerintah dengan
perkumpulan petani pemakai air dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
 Debirokratisasi ini berarti pengaturan kembali
wewenang tugas dan tanggung jawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
diwujudkan dalam bentuk kerjasama dan
keterpaduan dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pengembangan dan pengelolaan irigasi
Gambar 4. Desentralisasi dan
debirokratisasi
4. Prinsip akuntabilitas dan transparansi
 Pembiayaan pengelolaan irigasi merupakan modal dan
investasi yang harus dapat diperhitungkan dan
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
membiayai atau berkepentingan.
 Perkumpulan petani pemakai air melaksanakan
pertanggungjawaban kepada para anggotanya.
 Dalam melaksanakan pengelolaan sistem irigasi juga
dibahas dalam sidang komisi irigasi
 Hal ini dengan sendirinya akan meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan irigasi.
 Bentuk transparansi itu diwujudkan oleh semua pihak
secara langsung dalam setiap pengambilan keputusan
dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan sistem irigasi.
Perwujudan transparansi ini lebih nyata dilakukan dalam
bentuk kerjasama atau kemitraan pada pekerjaan
swakelola atau kontraktual.
5. Prinsip satu daerah irigasi satu kesatuan pengelolaan
 Daerah irigasi merupakan kesatuan lahan yang
mendapat air dari satu jaringan irigasi dimulai dari
penyediaan air irigasi di pintu pengambilan utama,
pembagian di primer dan sekunder, pemberian di
tingkat tersier dan penggunaan di tingkat kwarter
atau lahan sawah beririgasi yang dilakukan secara adil,
merata dengan memperhatikan kebutuhan air di bagian hilir,
tengah dan hulu dapat terpenuhi.
 Dengan pengertian satu daerah irigasi satu kesatuan
pengelolaan, maka tanggung jawab pembiayaan dan
pengelolaan irigasi harus berada pada satu keterpaduan
manajemen (one irrigation area, one plan, one integrated
management)
 Dalam UU No. 17 tahun 2019 disebutkan bahwa
mengembangkan dan mengelola sistem irigasi
sebagai satu kesatuan sistem pada daerah irigasi
yang menjadi kewenangannya
Pengaturan rencana tata tanam dan pembagian air
secara efektif dan efisien dilakukan dalam lingkup satu
kesatuan sistem jaringan mulai dari tingkat primer,
sekunder, sampai dengan tersier oleh lembaga yang
ditunjuk mengelola dalam satu daerah irigasi, sehingga
pembagian air dapat dicapai pada waktu yang tepat,
ruang/tempat yang tepat, jumlah yang dibutuhkan
dan mutu yang sesuai (WARUNG-JAMU).

Gambar 5. Satu sistem irigasi, satu kesatuan


pengelolaan.
6. Prinsip pengelolaan sistem irigasi secara efisien
dan efektif untuk mencapai pemanfaatan yang
optimal.
 Pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan air hujan, air permukaan
dan air tanah secara terpadu, dan dengan mengutamakan
air permukaan.
 Fungsi irigasi diupayakan untuk dipertahankan demi
tercapainya keberlanjutan sistem irigasi secara maksimal
yang diwujudkan dengan didukung keandalan air irigasi
dan prasarana irigasi yang baik serta peningkatan
pendapatan petani dari usaha tani.
 Upaya mempertahankan keandalan air irigasi, dapat
diwujudkan dengan membangun waduk, waduk
lapangan, embung, conjunktif use, mengendalikan
kualitas air, dan memanfaatkan kembali air
drainase.
Pengelolaan sistem Irigasi secara efisien dan efektif dapat
dilakukan dengan menciptakan prasarana irigasi yang baik
diwujudkan dengan perencanaan, pelaksanaan
konstruksi, kegiatan operasi dan pemeliharaan
sesuai norma, standar, pedoman dan manual yang
berlaku.

Gambar
  6. Pengelolaan jaringan irigasi yang efisien dan efektif
WEWENANG, HAK DAN
TANGGUNGJAWAB PENGELOLAAN
IRIGASI

19
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 :
Pasal 12 huruf (c) : bagian dari urusan pemerintahan konkuren yang
merupakan urusan pemerintahan wajib, yang berkaitan pelayanan
dasar, dan berdasarkan pasal 15 dan lampiran huruf C. Pembagian
urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
adalah sebagai berikut :

a. Pemerintah (Pusat) : pengembangan dan pengelolaan sistem


irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
>3.000 ha, dan daerah irigasi lintas negara, lintas provinsi dan
strategis nasional.
b. Daerah Provinsi : pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha-
3.000 ha, dan daerah irigasi lintas daerah kabupaten/kota.
c. Daerah Kab/Kota : pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
kurang dari 1.000 ha dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota.
LUAS DAERAH IRIGASI
Sesuai Kewenangan TOTAL LUAS
DAERAH IRIGASI
PERMEN PUPR 14/2015
9.136.028 HA

IRIGASI RAWA
7.302.998 Ha 1.833.030 Ha

IRIGASI IRIGASI IRIGASI


RAWA TAMBAK
PERMUKAAN AIR TANAH POMPA 189.747 Ha
1.643.283 Ha
7.145.168 Ha 113.600 Ha 44.230 Ha

TOTAL LUAS
PEMBAGIAN
Ha Ha Ha Ha Ha Ha %
KEWENANGAN (DI)
% % % % (DI)
% (DI)
(DI) (DI) (DI)
2.376.521 36.727 703.362 3.142.532
PUSAT (283)
33,26
- - 83,04 42,80
25.922
13,66 (406) 34,40
(6) (110) (7)
1.105.474 1.634.467
PROVINSI (984)
15,47
- -
2.305
5,21
423.302
25,76
103.386
54,49 (1.330) 17,89
(2) (241) (103)
3.663.173 4.359.028
KABUPATEN/KOTA (46.761)
51,27 113.600
100
5.198
11,75
516.619
31,44
60.439
31,85 (54.589) 47,71
(5.659) (37) (1.876) (256)
9.136.027 100

Note: UU No.23/2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Pusat: >3.000 ha; Provinsi: 1.000-3.000 ha; Kab./Kota: <1.000 ha)

21
Hak dan tanggung jawab perkumpulan petani
pemakai air
1) melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi tersier;
2) menjaga efisiensi, efektivitas dan ketertiban
pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya; dan
3) memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan,
perubahan dan/atau pembongkaran bangunan
dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier

Gambar 7.
Bangunan dan
Saluran Tersier
PELAKSANAAN PENGELOLAAN
IRIGASI PARTSIPATIF

23
REHABILITASI PARTISIPATIF
• Perbaikan Rehabilitasi Partisipatif Jaringan Irigasi dilakukan
di jaringan yang sudah banyak mengalami kerusakan yaitu
adalah pekerjaan perbaikan/penyempurnaan
jaringan/saluran dan bangunan.
GHIPPA
Legalitas & Pemantapan
 Kelembagaan
 PSTEK Kesepakatan Konstruksi
 OP Partisipatip Partisipatip

 Sosialisasi
Penelusuran System
 & PPKP  Planning
OP Partisipatip &
 Pra-LayOut  Detail Disian

 Pengukuran  Disain Detail & RAB


Disain &
 OP Parstisipatip Konsultan/Swakelola
SOSIALISASI

GP3A
Memberikan masukan permasalahan
Lokasi
Kondisi dan Keberfungsian
Bangunan/Saluran
Memberikan masukan kemauan
masyarakat petani

• Memberikan informasi rencana kegiatan wawasan


pelaksanaan SID Rehabilitasi Partisipatip
SID. PARTISIPATIF
Penelusuran Jaringan Irigasi
• Melaksanakan Penelusuran
Jaringan Irigasi
• Melaksanakan PPKP
– Identikasi Permasalahan Sosial,
Ekonomi, Teknis dan
Kelembagaan
– Menentukan Prioritas
Penyelesaian Masalah GP3A
Memberikan masukan permasalahan
Lokasi
Kondisi dan Keberfungsian
Bangunan/Saluran

• Hasil Memberikan alternatip


bangunan/saluran yang dipakai

– Urutan Prioritas Permasalahan


– Prioritas Teknis Irigasi
• Lokasi Bangunan & saluran
SID. PARTISIPATIF

DS
.
PIL
PR.6.Ka

AN
GR
7Ha 15l/dt

EJ
O
PR.8.Ka
44Ha 56l/dt

PR.8.Ki
WR.3.Ki
15Ha 19l/dt

Pra Lay Out


BK.1.Ki 63Ha 80l/dt
PR.7.Ki 59Ha 79l/dt

20Ha 26l/dt B.PR.8 DS


.P PR.5.Ka
ILA
NG 5Ha 15l/dt
BR.9.Ka RE
JO
20Ha 26l/dt B.PR.7
PR.4.Ka
B.PR.5
BR.9.Te II 8Ha 15l/dt
B.PR.6
BK.2.Ki
45Ha 57l/dt
PR.3.Ka
15Ha 19l/dt
B.PR.4 15Ha 19l/dt
PR.2.Ka
SA
BR.9.Te I L.S 7Ha 15l/dt
EK

N
UN

KULO
40Ha 51l/dt DE
RP

JURU
ILA DSN. BARON
NG

SARI
PR.1.Ki RE
K. KR J B.PR.3
ANGK 26Ha 33l/dt O

NJAR
ENG
BR.9.Ki B.BR.9 BR.7.Te

EK. BA
B.PR.2 U

UPTD
29Ha 37l/dt 67Ha 85l/dt
DS. KRANGKENG

SAL.S
B.PR.1
B.BR.8
B.BR.7 B.BK.3
BR.3.Ka

SAL.SEKUNDER BRUMBUN
B.BK.2
84Ha 107l/dt
B T
B.BK.1


BR.6.Ki

Pengecekan
K. 50Ha 64l/dt B.BR.6
K ED B.BR.5 S

Data
UN
G BU
LU
S

Lapang
B.BR.4 BR.1.Ki
DS. SUKOSARI
BR.4.Ki 25Ha 32l/dt
DS. BANJARSARI WETAN 59Ha 75l/dt
K. LO B.BR.3
BONG DS. BR
BR.2.Ki UMBU
N
WR.5.Te WR.5.Ka 67Ha 72l/dt
123Ha 156l/dt 114Ha 143l/dt
B. WR 4 B. WR 3 B.BR.2

B. WR 5
SAL.SEKUNDER WERIK B. WR 2 B.SW.3
WR.5.Ki
92Ha 117l/dt
B.BR.1
B.SW.2

B. WR1 SA
DS. SEWULAN L.P
WR.3.Ki R
IM
WR.4.Ki 15Ha 19l/dt ER
A
K TUR S
K. CA EW
K.

78Ha 99l/dt UW
UR
C

R U
AT

.M AT
UR

DS K.
C WR.1.Ki B.SW.1
17Ha 22l/dt SW.2.Ki
Bendung Sewu
4Ha 15l/dt

WR.2.Ki
13Ha 17l/dt
SW.1.Ki
3Ha 15l/dt

GP3A
Melakukan koordinasi
P3A/GP3A/IP3A dengan P3A Tunggal – Ka.
Blok untuk memberikan
infromasi luas layanan

Kesepakatan
Wilayah
SID. PARTISIPATIF
• Penerapan System Planning dalam System Planning
Rehabilitasi
– menilai status Dl sekarang,
– menemukan kendala-kendala dan
masalah yang merintangi pemantapan
operasi dan pemeliharaan, dan
– mengembangkan pemecahan
yang tepat
• Pembahasan
– Daerah Layanan GP3A
Menilai kelayakan
– Ketersediaan Air Irigasi bangunan/saluran
– Kebutuhan Air Irigasi secara opasional, serta
penerimaan oleh
– Rencana Operasi & Pemeliharaan masyarakat
– Rencana Perbaikan Bangunan/Saluran
• Rencana Perbaikan Jaringan Irigasi
– Menentukan prioritas perbaikan
jaringan irigasi
SID. PARTISIPATIF
SID Partisipatip & Detail Disain
• OP Partisipatip
– Kesepakatan Wilayah
– Kesepakatan Pengelolaan Jaringan Irigasi
• Operasi
• Pemeliharaan
• Detail Disain
– Kesepakatan Prioritas Pekerjaan
– Kesepakatan Konstribusi GHIPPA

GP3A
Menilai ulang kelayakan bangunan/
saluran secara operasional dan
penerimaan oleh masyarakat
Mengusulkan konstribusi GP3A
KONSTRUKSI PARTISIPATIF

• Pelaksanaan Konstruksi Pelaksanaan Konstruksi

sesuai dengan 0%
kesepakatan yang 50%
dilakukan pada saat SID
Partisipatip
GP3A
Merencanakan, Melaksanakan
Pekerjaan Konstruksi Partisipatip
sebagai latihan kemandirian 100%
Koordinasi dengan KPL guna
memperoleh fasilitasi teknis
WEWENANG, HAK DAN
TANGGUNGJAWAB PENGELOLAAN
IRIGASI

31
WEWENANG, HAK DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH DESA
1. melaksanakan peningkatan dan pengelolaan
sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah
desa;
2. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban
pelaksanaan peningkatan sistem irigasi pada
daerah irigasi yang dibangun oleh pemerintah
desa; dan
3. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan sistem irigasi pada
daerah irigasi yang dibangun oleh pemerintah
desa
HAK DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT
PETANI PEMAKAI AIR IRIGASI (P3A)
1. melaksanakan pengelolaan sistem irigasi
tersier;
2. menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban
pelaksanaan pengelolaan sistem irigasi tersier
yang menjadi tanggung jawabnya; dan
3. memberikan persetujuan pembangunan,
pemanfaatan, pengubahan, dan/atau
pembongkaran bangunan dan/atau saluran
irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan
pendekatan partisipatif.
PERAN SERTA/PARTISIPASI
P3A/GP3A/IP3A DALAM
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

34
PERAN SERTA/PARTISIPASI P3A/GP3A/IP3A DALAM
PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
KEGIATAN OPERASI :

a. Mengusulkan RTT dan luas areal irigasi kepada


Dinas
b. Ikut dalam proses sidang Komisi Irigasi
c. Mengikuti sosialisasi RTTG dan RTTD
d. Menepati RTTG dan RTTD yang telah ditetapkan
e. Ikut dalam penilaian kinerja sistem irigasi
f. Berpartisifasi dalam pelaksanaan Operasi
jaringan irigasi

35
PERAN SERTA P3A/GP3A/IP3A DALAM
PENGELOLAAN IRIGASI
1. SOSIALISASI MULAI PELAKSANAAN KEGIATAN
2. PROSES SID
P3A/GP3A/IP3A ikut dalam setiap tahapan proses pelaksanaan SID
3. PENELUSURAN JARINGAN :
Bersama pengelola irigasi melakukan penelusuran untuk
mengindentifikasi kerusakan, usulan rencana perbaikan/ rehabilitasi
dan skala prioritas;
4. PENYUSUNAN JENIS PEKERJAAN :
Jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh P3A/GP3/IP3A
sesuai kemampuannya;
5. PELAKSANAAN KONSTRUKSI :
Dinas/Pengelola yang membidangi irigasi melaksanakan
pengembangan dan pengelolaan sistim irigasi dapat dilakukan
melalui kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola; 36
PERAN SERTA P3A/GP3A/IP3A DALAM
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

5. PENGAMANAN JARINGAN IRIGASI :


Berperan aktif dalam pengamanan jaringan irigasi.

6. PENGAWASAN :
Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
pengembangan dan pengelolaanjaringan irigasi Utama
dalam bentuk penyampaian laporan penyimpangan
pelaksanaan kepada dinas atau pengelola irigasi.

7. WUJUD PERAN SERTA :


Berperan serta dalam pelaksanaan pengembangan dan
pengelolaan irigasi dalam bentuk tenaga, bahan, atau biaya;

37
KONTRAK DALAM RANGKA PARTISIPASI
P3A/GP3A/IP3A

 Kerja sama operasional (KSO):


Pekerjaan diborongkan dengan fihak lain, sedang P3A ikut
mengerjakan sebagian pekerjaan dari pemborong  semacam
pekerjaan sub kontraktor

 Surat Kesepakatan Kerja Sama (SKKS):


Pekerjaan dilaksanakan oleh dinas atau Balai dengan
swakelola, dimana P3A ikut berpartisipasi sebagian pekerjaan
swakelola tersebut.

 Surat Perintah Kerja Sama (SPKS):


Pekerjaan dilaksanakan oleh P3A dengan cara swakelola 
Jadi semacam hibah pekerjaanP3TGAI

38
OP IRIGASI PARTISIPATIF
(OPIP)

39
MAKSUD DAN TUJUAN OPIP

• untuk memberi acuan kepada Balai


Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah
Sungai dalam melaksanakan kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Maksud Partisipatif (OPIP) agar masyarakat
petani/ P3A/GP3A/IP3A dapat
berpartisipasi dalam kegiatan Operasi &
Pemeliharaan di jaringan irigasi Primer
dan Sekunder.

• agar pihak pihak yang terkait dengan


pengelolaan irigasi dapat memahami
pentingnya keterpaduan, kebersamaan
Tujuan pada semua tingkatan sehingga
pelaksanaannya dapat mewujudkan
efisiensi, efektifitas, dan keberlanjutan
system irigasi
KEGIATAN OP IRIGASI PARTISIPATIF

Partisipasi Peran Pemerintah Jenis Partisipasi Bentuk Kerjasama


OP dan Petani
Partisipatif Petani/P3A Tanpa Imbalan MoU/ISA
Murni membantu kegiatan
Pemerintah Secara
Swakelola
Partisipatif Pemerintah Stimulan (minimal SKKS
Stimulan memberikan Bahan P3A sudah
sedangkan tenaga berkembang)
dari petan
Partisipatif Partisipasi melalui Semi Swakelola SPKS
Berbayar kegiatan kerjasama
KERJASAMA OP IRIGASI PARTISIPATIF
A. Bentuk Kerjasama OPIP

Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya


direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh
1. Secara instansi sebagai penanggung jawab anggaran, instansi
Swakelola lain atau kelompok masyarakat.

Bentuk
Kerjasama
OPIP

2. Secara Penyedia jasa/Kontraktor yang memenangkan


Kontraktual kontrak melibatkan Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A/GP3A/IP3A) di area kerja daerah irigasi
terkait, yaitu dengan meng-subkontrakkan
sebagian pekerjaannya dalam bentuk Kerja Sama
Operasional (KSO) kepada P3A/GP3A/IP3A
diketahui oleh pemberi pekerjaan (PPK).
Pengadaan Kerjasama OPIP (Swakelola)
Tahapan pelaksanaan Swakelola

D. Penetapan Penyelenggara Swakelola


MEKANISME PELAKSANAAN SWAKELOLA

Tipe Penyelenggara Jenis Kegiatan Bentuk Keterangan


Swakelola Kerjasama

Tipe I KPA/Penanggung Jawab alat, bahan & material disediakan oleh SKKS Direncanakan, dilaksanakan, dan
Anggaran Pemerintah, P3A /GP3A/IP3A hanya diawasi oleh K/L/PD sbg
menyediakan Tenaga Kerja penanggungjawan anggaran

Tipe III KPA/Penanggung Jawab alat, bahan & material dan tenaga SPKS Direncanakan dan diawasi oleh
Anggaran disediakan oleh P3A /GP3A/IP3A K/L/PD dan dilaksanakan oleh
ORMAS

Tipe IV KPA/Penanggung Jawab alat, bahan & material dan tenaga SPKS Direncanakan oleh K/L/PD
Anggaran disediakan oleh P3A /GP3A/IP3A berdasarkan usulan kelompok
masyarakat dan dilaksanakan serta
diawasi oleh kelompok masyarakat
GAMBAR PELAKSANAAN SWAKELOLA

1. Pelaksanaan Swakelola Tipe I 2. Pelaksanaan Swakelola Tipe III


GAMBAR PELAKSANAAN SWAKELOLA (LANJUTAN)
4. Pelaksanaan Pelaksana Kontraktor kerja sama
3. Pelaksanaan Swakelola Tipe IV dengan P3A/GP3A/IP3A
SIMPULAN DAN SARAN

48
PRINSIP PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
SEBAGAI BERIKUT :
1. Dilaksanakan secara pertisipatif
2. Dalam tahapan pengelolaan sistem irigasi
partisipatif adalah OMSIDLACPOM : dengan
urutan : O&P, penilaian kinerja sistem irigasi, SID,
pengadaan tanah, pelaksanaan konstruksi,
persiapan O&P
3. Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat
berpartisipasi pada setiap tahapan kegiatan
tersebut
4. Pemerintah/Provinsi/Kabupaten/Kota
memberikan ruang seluas-luasnya agar
masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A dapat
berpartisipasi sesuai kemampuannya

Anda mungkin juga menyukai