Anda di halaman 1dari 21

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

1.2. Kegiatan : Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana Olahraga

1.3. Nama Pekerjaan : DED Pembangunan Stadion Mini Kecamatan Sukaraja

1.4. Lokasi : Kecamatan Sukaraja

PASAL 2

PERATURAN - PERATURAN TEKNIS

Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat - Syarat
(RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan - peraturan di bawah ini, termasuk
segala perubahan dan tambahannya, yaitu :

2.1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41 th 1941).


2.2. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia,
untuk Abitrasi Teknik dari Dewan Teknik Bangunan Indonesia (DTPI).
2.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun
1971/ NI.2.
2.4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
tahun 1971/NI. 5.
2.5. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970 /
NI-18.
2.6. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja .
2.7. NFPA dan FOC sebagai pelengkap.
2.8. Peraturan-peraturan dan standar yang telah
disesuaikan dengan peraturan dan standar internasional, antara lain VDE, BS, NEC, IEC,
dsb.
2.9. Peraturan - peraturan yang dikeluarkan oleh
Jawatan / Instansi Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
2.10. Tata cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-03).
2.11. Peraturan
Umum Listrik Indonesia ( PUMI ) tahun 1977.
2.12. Peraturan
Umum Instalasi Listrik 1987.

PASAL 3

PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS


3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang berlaku dan mengikat, yaitu :
3.1.1 Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS ).
3.1.2 Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
3.1.3 Berita Acara Penunjukan.
3.1.4 Surat Keputusan Pemimpin Kegiatan tentang Penunjukan Pelaksanaan Pekerjaan.
3.1.5 Surat Perintah Kerja (SPK).
3.1.6 Surat Penawaran beserta lampiran - lampirannya.
3.1.7 Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas.
3.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan rencana
kerja dan syarat - syarat (RKS), termasuk penambahan / pengurangan atau perubahan yang
tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
3.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat -
syarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat - syarat.
3.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar
bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.
3.5. Bila perbedaan - perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu - raguan, sehingga akan
menimbulkan kesalahan - kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan
kepada Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.

PASAL 4

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ( IMB )

4.1 Setelah Surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka Izin Mendirikan Bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Kontraktor dan di bantu oleh Pemberi Tugas, namun Pelaksanaan
dan pembiayaannya akan ditanggung oleh kontraktor.
4.2 Untuk memulai pekerjaan, maka kontraktor harus dapat menunjukkan kepada Konsultan
Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan tersebut
sedang diproses.
4.3 Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka kontraktor tidak
diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar proyek.
4.4 Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan persyaratan yang berlaku
pada daerah setempat dan harus dipasang paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dimulai
pekerjaan.

PASAL 5

DIREKSI KEET KONSULTAN PENGAWAS DAN


BANGSAL KERJA / GUDANG

5.1. Kontraktor harus membuat bangsal konsultan pengawas dengan luasan seperlunya,
menggunakan bahan - bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding papan /
plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik serta cukup jendela
dan ventilasi / penerangan. Kantor tersebut tidak bersatu dengan gedung atau bangsal
kontraktor.
5.2. Direksi keet konsultan pengawas tersebut harus dilengkapi dengan :
a. Dua buah Meja tulis, dua buah kursi sebagai perlengkapan meja tulis, sebuah meja besar,
untuk keperluan pertemuan / ruang, untuk keperluan pertemuan / rapat di lapangan dimana
pada meja besar harus dilengkapi dengan kursi panjang yang sesuai dengan kebutuhan
rapat/pertemuan di lapangan.
b. Sebuah ruangan toilet dan dapur kecil sederhana dengan cukup persediaan air bersih.
5.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerjaan dan gudang untuk penyimpanan bahan
bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci yang baik /
kuat untuk keamanan bahan / perlengkapan.
5.4. Tempat mendirikan direksi keet konsultan pengawas, bangsal kerja dan gudang, akan ditentukan
kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5.5. Direksi Keet Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap dilokasi Bangunan,
sebelum pekerjaan dimulai 10 (sepuluh) hari sesudah SPK diterima. Setelah selesai pekerjaan
tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.
5.6. Pembongkaran Direksi Keet Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah tanggung
jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Kontraktor.

PASAL 6

JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

6.1. Pada minggu-minggu pertama sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib
membuat jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu
pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal
penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
6.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor :
a. Diharuskan membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/ disetujui
oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
b. Diharuskan membuat gambar kerja (shoft drawing), untuk pegangan / pedoman bagi kepala
tukang yang harus diketahui Konsultan pengawas Lapangan.
c. Diharuskan membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan bangunan pada pasal 1.
6.3. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan
Pemberi Tugas.
6.4. Rencana Kerja (Time Schedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor paling lambat 7
(tujuh) hari kalender, setelah SPK diterima.
6.5. Kontraktor harus memberikan satu salinan rencana kerja (Time Schedule ) kepada Konsultan
Pengawas, pengelola teknis, Kuasa Pengguna Anggaran dan 1 lembar dipasang pada dinding
bangsal kerja.
6.6. Konsultan Pengawas akan menilai Prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja
(Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 7

TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR

7.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya di lapangan (Pelaksana), yang mempunyai
pengetahuan dibidang Teknik Sipil / Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap pekerja
yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan ini
harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan kepada Pemberi Tugas
dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
7.2. Pelaksana harus berpendidikan Minimal S1 Teknik Sipil dan mempunyai pengalaman kerja
lapangan.
7.3. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara tertulis
kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi
pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing-masing.
7.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor
diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis tentang
Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.

PASAL 8

TENAGA KERJA / BAHAN / PERALATAN

8.1 Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli dibidang
pekerjaannya masing - masing, seperti tukang besi, tukang kayu, tukang cat, tukang atap,
instalator mekanikal elektrikal dan tenaga kerja lainnya.
8.2 Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberi
contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh
didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek.
8.3 Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan
Konsultan Pengawas.
8.4 Bahan - bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus didatangkan tepat pada waktunya
dan kualitas nya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8.5 Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan atau ditolak oleh Konsultan
Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesudah surat
pernyataan penolakan dikeluarkan.
8.6 Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan agar
supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.
8.7 Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan
bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus segera dikeluarkan
dari lokasi Proyek.

PASAL 9

KEAMANAN PROYEK

9.1 Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek, Konsultan
Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun
pengrusakan.
9.2 Untuk maksud diatas maka apabila diperlukan Kontraktor harus membuat pagar pengaman
dari kayu atau seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin keamanan.
9.3 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil pekerjaan, maka
akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan
tambah / kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
9.4 Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis dan mudah
dicapai.

PASAL 10

KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN


10.1 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja menjadi
tanggung jawab Kontraktor karena itu kontraktor harus mengikutkan semua pekerja
sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) atau sesuai dengan peraturan
daerah yang berlaku.
10.2 Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus
menyediakan sabuk pengaman kepada para pekerja.
10.3 Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor harus
menyediakan sejumlah obat - obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai
apabila diperlukan.
10.4 Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang serius,
maka Kontraktor / Pelaksana harus segera membawa ke Rumah Sakit yang terdekat dan
segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
10.5.Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua pekerja / petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

PASAL 1

PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 PEMBERSIHAN LOKASI

1.1.1 Untuk pekerjaan pembersihan lokasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar bestek.
1.1.2 Tanah lokasi harus dibersihkan dari tumbuh - tumbuhan / pohon - pohon / akar - akaran / tanah
berhumus atau berlumpur, dalam batas lokasi dari rencana bouwplank.
1.1.3 Bahan-bahan bongkaran pasal ayat 1.1.2. harus disingkirkan dari lokasi / lapangan pekerjaan.
1.1.4 Pembersihan lokasi dan perataan tanah dinyatakan selesai, bila telah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas Lapangan.

1.2 PENGUKURAN SITUASI.

1.2.1 Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar bestek.
1.2.2 Untuk menentukan ketepatan titik pondasi , titik sumbu konstruksi dan lain-lain, dipergunakan
alat pengukur Theodolit (apabila diperlukan).
1.2.3 Titik sumbu pondasi, harus dipasang patok-patok dari kayu, yang ditanamkan sedemikian rupa
sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah.
1.2.4 Titik yang dimaksudkan pada ayat 1.2.2, dapat dikontrol / diperiksa pada tanda-tanda yang
terdapat pada papan bouwplank.
1.2.5 Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini harus diketahui dan
disetujui pihak Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.

1.3 KONTRUKSI BOUWPLANK

1.3.1 Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan / titik sumbu pondasi / tiang konstruksi, maka
harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat / tidak dapat bergeser karena pekerjaan
disekitarnya.
1.3.2 Konstruksi bouwplank dibuat dari bahan setara lanan berkualitas baik dengan ukuran 2/20 cm
dan tongkat dari galam 10 cm panjang 3 meter dengan jarak satu sama lain adalah 100 cm
dan ditanam sedemikian rupa, sehingga tidak mudah bergerak.
1.3.3 Papan bouwplank harus diratakan di bagian atas dengan cara diketam sehingga lurus.
1.3.4 Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila mendapat persetujuan pengawas
lapangan.
1.3.5 Papan bouwpalank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai + 0.00 .

PASAL 2

UKURAN TINGGI PEIL

2.1 Untuk Peil + 0.000 lapangan diambil mengikuti tebal lapisan padat lapangan (lihat gambar).
2.2 Semua ukuran - ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut di
atas.
2.3 Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan alat ukur
seperti Theodolit dan waterpass. Dalam hal ini agar menghubungi Cabang Dinas PU
setempat.
2.4 Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal - hal tersebut di atas akan ditentukan kemudian
oleh Direksi.
PASAL 3

PEKERJAAN TANAH

3.1 Pelaksanaan pekerjaan galian tanah :

3.2 Untuk pekerjaan galian tanah/pasir(pondasi) dan sebelum penggalian pondasi tanah harus
bersih dari kotoran dan rumput-rumput, lihat rencana Gambar dan Bestek.

3.3 Yang dimaksud dengan pekerjaan galian tanah adalah adalah semua pekerjaan galian
yang diperlukan untuk pondasi bangunan, termasuk perataan permukaan tanah sampai pada
permukaan tanah yang ditentukan dalam gambar kerja.

3.4 Persyaratan pelaksanaan pekerjaan galian tanah :


a) Semua pekerjaan galian tanah untuk semua lobang galian baru boleh dilaksanakan setelah
papan balok (bouwplank) dilaksanakan.
b) Galian Lobangharus mencapai permukaan air tanah agar pancangan galam berada tepat di
bawah permukaan air tanah / pancangan galam tidak boleh kering harus selalu basah /
terendam
c) Tanah bekas galian harus disingkirkan sehingga tidak mengganggu pekerjaan.

3.5 Pelaksanaan pekerjaan urugan tanah adalah :


a. Pengurugan kembali tanah bekas galian dan pengurugan di halaman sampai mencapai
permukaan yang ditentukan termasuk pula pemadatannya sesuai gambar kerja.

3.6 Persyaratan pelaksanaan pekerjaan urugan :


a. Tanah urug yang boleh dipakai adalah tanah bekas galian atau tanah yang didatangkan dari
luar yang tidak mengandung bahan organis.
b. Pemadatan tanah urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis tidak boleh lebih
tebal dari 20 cm sampai rata dan padat sesuai dengan gambar kerja.
c. Wajib melakukan Tes Kepadatan Lapangan (CBR Test) per layer.
PASAL 4

PEKERJAAN PONDASI DAN RANGKA BAWAH

4.1. LINGKUP PEKERJAAN


4.1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil yang baik.
4.1.2 Pancangan galam dia 10/12cm panjang 4m, dengan bahan adalah menggunakan kualitas baik
dan ukur
4.2 PERSYARATAN BAHAN
4.2.1 Memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI-3-1970).
4.2.2 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1971/NI. 5.
4.2.3 Memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI-3-1970)
4.2.4 Pancangan Galam Dia 12 untuk kepala dan dia 10cm untuk bagian bawah dengan panjang 4
Meter tidak boleh bengkok dan lapuk
4.2.5 Untuk tongakt ulin lapak/lapik, sunduk dan suai, tidak boleh ada cacat kayu yang membayakan
nantinya
4.2.6 Untuk bahan bangunan Baik itu Material beton, Semen, besi dan materials lainnya yang
didatangkan Oleh toko dan pelansir kelokasi pekerjaan , Pelaksana Lapangan, Kontraktor
bersama- sama dengan Pengawas Direksi/ Konsultan menyortir ukuran, jenis dan mutu bahan
/ materials, sebelum diterima.
4.2.7 Sebelum diketam semua bahan bangunan harus dicek terlebih dahulu oleh Pelaksana
Lapangan Kontraktor bersama- sama dengan Pengawas Direksi/ Konsultan untuk menyortir,
baik itu ukuran, jenis maupun mutu bahan yang akan digunakan.
4.2.8 Untuk UkuranBesi Menggunakan Bahan KW 1 / Nomor 1 atau ukur dengan toleransi minimal
10% ukuran diameter

4.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN


4.3.1 Pondasi sistem cerucuk, kayu galam dia 10/12 cm di tumbuk sampai kepala galam terendam
dari muka air tanah, sebelum galam dipancang atau ditumbuk kepala galam harus dipotong
dan diratakan untuk memudahkan membuat lantai kerja siring dan poer plat
4.3.2 Pondasi yang dipakai adalah poer plat dan menerus pasangan batu.
4.3.3 Poer plat dan pasangan batu mengikuti ukuran gambar rencana.
4.3.4 Ukuran sloof menggunakan ukuran 25/25
4.3.5 Untuk menguatkan kolom dan pasangan dinding batako maka dipasang pada sekeliling pagar
balok ring 20x20.
4.3.6 Setelah pekerjaaan siring dan pagar selesai, lokasi bangunan dibersihkan dari sisa- sisa
pekerjaan.
PASAL 5

PEKERJAAN BETON

5.1 KETENTUAN UMUM

5.1.1. Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton bertulang dan beton tidak bertulang.
Persyaratan-persyartan kontruksi Beton, istilah teknik dan syarat-syarat pelaksanaan
pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini, didalam
segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur harus sesuai dengan standart-
standart yang berlaku yaitu :
a. Tata cara Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton. 1989 (KONSESUS).
b. Standart Industri Indonesia.
c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
d. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung (PTTGUIG, 1983).
e. America Society for Testing & Material (ASTM).

5.1.2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum didalam persyaratan teknis ini, gambar-gambar rencana, dan atau
instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Pengawas / Direksi.
5.1.3. Semua material yang digunakan didalam pekerjaan ini harus merupakan material yang
kualitasnya teruji dan atau dibuktikan memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
5.1.4. Seluruh material yang oleh direksi teknis dinyatakan tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lokasi kegiatan dan tidak diperkenankan menggunakan kembali.

5.2. SEMEN
Semua semen yang dipakai harus Semen Portland klas I yang sesuai dengan pengarahan
yang ditetapkan dalam standard NI-8 atau ASTM C-150 type I.

A. Pengujian Semen
1. Semen yang akan dipakai harus seijin Direksi. Untuk mendapat ijin ini, Kontraktor harus dapat
menunjukkan sertifikat tentang semen yang akan dipakai.
2. Sertifikat ini bisa didapat dari Pabrik Semen yang bersangkutan atau dari laboratorium
Pemeriksaan Bahan yang berwenang.
3. Semen dapat diafkir atas kebijaksanaan Direksi, jika berdasarkan pemeriksaan tidak dapat
memenuhi syarat-syarat sesuai PBI -71.

B. Penyimpanan.
Kontraktor harus membuat gudang-gudang semen tempat penyimpanan material dengan
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Harus menjamin semen terlindung dari pengaruh iklim & kelembaban, gudang harus cukup
ventilasi.
2. Lantai harus dibuat paling sedikit 30 cm di atas tanah, dan betul-betul kedap air dan tidak
terjadi kelembaban atau terdapat air yang tergenang.
3. Ukuran gudang harus dibuat cukup besar untuk menyimpanan stock yang menjamin
kontinuitas pekerjaan.
4. Semen-semen di atas harus diatur sedemikian rupa sehingga semen-semen yang datang
terlebih dahulu dalam gudang dapat dipakai terlebih dahulu dan mudah diperiksa.
5. Semen jangan ditumpuk lebih tinggi dari 2,0 m.
6. Tidak diijinkan memakai lebih dari satu macam / type semen untuk suatu jenis pekerjaan.
5.3. AGREGAT HALUS
Agregat halus yang dipakai dapat terdiri dari :
a. Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari sungai atau sumber lainnya
yang disetujui oleh Direksi.
b. Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu.
c. Atau kombinasi dari pasir alam.
d. Tidak boleh menggunakan pasir laut sebagai bahan agregat halus.
e. Pasir dan kerikil halus yang akan dipakai harus bersih dan bebas dari tanah liat, karang,
serpihan-serpihan mika, bahan-bahan organik dan alkalis, jumlah bahan-bahan yang
merugikan tersebut tidak boleh lebih dari 5 %.
f. Bahan harus berbentuk baik (kubus) keras padat sisi-sisi yang tajam & awet.
g. Pasir yang dipakai hendaknya mempunyai gradasi baik sesuai dengan PBI-1971 atau SK
SNI T.15/1991-03.

5.4. AGREGAT KASAR


a. Agregat kasar yang akan dipergunakani dapat terdiri koral atau batu pecah.
b. Banyaknya bahan-bahan yang merusak tersebut, tidak boleh melebihi persyaratan
maksimum, yang diatur oleh PBI-1971 atau SK SNI.
c. Agregat yang dipakai hendaknya berbentuk baik, keras, padat awet dan tidak berpori-pori.
d. Agregat kasar harus mempunyai gradasi yang baik jika disaring dengan saringan standard
harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton (PBI) 1971 atau SK SNI.
e. Ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi 4 cm, dan jika gradasi tidak sesuai, maka
Kontraktor harus menyaring atau mengolah kembali bahan, dan jika diperlukan agregat
harus dicuci.
5.5. AIR
Kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai untuk pekerjaan beton ini, air
harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
PBI-1971 atau Sebagai berikut :

a. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
b. Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam, garam,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lain-lain dalam jumlah yang merusak.
c. Kandungan clorida (C1) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih
dari 100ppm.
d. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling, maka penurunan
kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10%.
e. Untuk pengujian air harus sesuai dengan ketentuan pada pengujian air menurut SK SNI S-04-
1989-F.

5.4. KOMPOSISI / CAMPURAN BETON

Komposisi campuran beton yang digunakan adalah campuran beton Mutu K 250, ini harus
ditunjukkan dengan hasil uji laboratorium.

5.5. Pengadukan dan Alat-Alat

5.5.1. Alat pengukuran bahan-bahan beton harus disediakan dan mempunyai ketelitian yang cukup
untuk mengukur jumlah dari masing-masing unsur bahan pembentuk beton.
5.5.2. Alat-alat pengaduk beton harus disediakan yang baik dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
5.5.3. Bahan-bahan pembentuk harus dicampur dan diaduk dalam Concrete Mixing Plant, atau
paling sedikit dalam Portable Continous Mixer, paling sedikit 1,5 menit sesudah semua
bahan masuk ke dalam mixer.
5.5.4. Waktu pengadukkan harus ditambah jika tidak didapatkan hasil adukan yang merata dan
warna yang seragam.
5.5.5. Pengadukan yang berlebih-lebihan dan membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan
konsisten beton yang dikehendaki tidak diperbolehkan.
5.5.6. Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan tangan (Hand Mixing).

5.5.7. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki ketelitian cukup
untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran masing-masing bahan beton. Seluruh
peralatan, perlengkapan dan tata cara pengadukan harus mendapat persetujuan Pengawas.
Seluruh operasi harus dikontrol / diawasi oleh Pengawas pekerjaan yang berpengalaman.
5.5.8. Pengaturan pengakutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus mendapat persetujuan
Pengawas. Seluruh operasi harus dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh Pengawas
pekerjaan.
5.5.9. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer atau portable continues
mixer), sebelum digunakan mesin aduk ini harus benar-benar kosong, dan harus dicuci
terlebih dahulu bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
5.5.10. Selain itu pengadukan beton dilapangan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Harus dilakukan didalam suatu mesin adukan dari type yang telah disetujui Pengawas.
b. Mesin aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat mesin aduk tersebut.

c. Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1.5 menit setelah semua material dimasukkan
kedalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan / ditunjukkan bahwa waktu pengadukan
yang ditetapkan didalam ASTM C 94.

5.9. PENGANGKUTAN BETON


a. Beton harus diangkut dari mixer ke tempat pengecoran dalam container yang kedap air
dengan secepatnya dan dituangkan pada bekesting secara hati-hati tanpa menimbulkan
pemisahan-pemisahan bagian-bagian campuran.
b. Beton-beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dicegah perubahan konsisten
beton.
c. Beton dapat diangkut dalam gerobak-gerobak dorong dan lain-lain atas persetujuan Direksi.
5.10. PENEMPATAN BETON YANG AKAN DITUANG
a. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir untuk
mencegah terjadinya segresi karena penanganan kembali atau pengaliran adukan.

b. Pelaksana penuangan beton harus dilakukan dengan suatu kecepatan penuangan sedemikian
hingga beton selalu dalam keadaan plactis dan dapat mengalir dengan mudah kedalam
rongga diantara tulangan.

c. Beton yang telah mengeras dan sebagian atau telah dikotori oleh material asing tidak boleh
dituang kelantai cor

d. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali setelah
mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.

e. Hendaknya selambat - lambatnya 24 jam sebelum pekerjaan pengecoran dimulai, Kontraktor


harus memberitahukan pada Pengawas / Direksi untuk mendapatkan pemeriksaan dan
persetujuannya.

f. Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Pengawas / Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta
Kontraktor yang setingkat ada ditempat pekerjaan.
g. Cetakan-cetakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan jalan menyemprotkan air tawar
atau compressor sehingga segala kotoran-kotoran hilang dari dalam cetakan.

h. Beton harus dicor pada tempat-tempat pekerjaan secepat mungkin setelah pencampuran dan
pengadukan dan dipadatkan dengan Mechanical Vibration.

i. Sambungan-sambungan harus dibersihkan, dibasahi dan kemudian dilapis dengan air semen
sebelum dilakukan pengecoran beton baru

j. Pencampuran / penumbukkan kembali beton yang sudah mengikat tidak diperkenankan.

k. Alat-alat penuang harus selalu bersih dan bebas dari lapisan beton yang mengeras.

l. Selama hujan yang dapat berpengaruh pada campuran beton, maka pengecoran tidak
diperkenankan.

5.11. PEMELIHARAAN BETON


a. Waktu dan cara pembukaan cetakan harus sesuai dengan petunjuk / perse-tujuan Direksi.
Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan-kerusakan
pada beton.
b. Pada permukaan-permukaan beton yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai
disetujui oleh Direksi dan dilakukan oleh tukang yang ahli. Setelah pengecoran (beton telah
mengeras), maka seluruh permukaan beton min 3 kali sehari harus dibasahi / disiram air dan
apabila matahari bersinar terik maka permukaan beton tersebut harus ditutupi / dilindungi
sehingga tidak terkena panas matahari yang berlebihan.

5.12. PERBAIKAN PERMUKAAN COR BETON.


a. Permukaan-permukaan beton akan diuji oleh Direksi guna menentukan apakah ketidak
teraturan permukaan berada dalam batas-batas toleransi yang diijinkan.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang
kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, ketidak rataan oleh
pengaruh sambungan-sambungan dan bergeraknya cetakan dan sebagainya.

C. PEKERJAAN LAPANGAN

1. RANGKA BADAN
PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga
mendapat hasil yang baik.
1.2 Pekerjaan lapangan meliputi sistem drainase perpipaan dan sumur resapan, lapisan urugan
lapangan dan penanaman rumput
PASAL 2

PERSYARATAN PEKERJAAN LAPANGAN

2.1 Semua pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standart spesifikasi dari material yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi.
2.2 Semua bahan yang terpasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang berlaku
dan telah disetujui Direksi.
2.3 Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus diperhatikan tebal urugan padat dan teknik
pemasangan rumput.

PASAL 3

PERSYARATAN BAHAN / MATERIAL

3.1. Sebelum pengadaan bahan ini kontraktor diwajibkan untuk mengajukan contoh disertai data-
data teknis yang diperlukan untuk mendapat persetujuan Direksi.
3.2. Rumput yang di pasang tidak boleh layu
3.3. Semua urugan lapisan lapangan harus masuk analisa saringan.
3.4. Untuk lapisan pasir urug dan pupuk kandang menggunakan perbandinagn 1:4

PASAL4

PERSYARATAN PELAKSANAAN

4.1 Tebal lapisan urugan lapangan harus dikerjakan bertahap dari lapisan terbawah.

4.2 Geotextile yang dipakai setara woven.


4.3 Penyambungan geotextile harus menggunakan benang khusus
4.4 Jarak pasang antar rumput 10 cm

2. PEKERJAAN DINDING PAGAR


PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan, dan alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga
mendapat hasil yang baik.
1.2 Pekerjaan pemasangan batu batako ini meliputi pasangan dindingbatako, di sekeliling
bangunan untuk lebih jelas bisa dilihat pada gambar kerja.

PASAL 2

PERSYARATAN PEKERJAAN PASANGAN

2.1 Semua pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standart spesifikasi dari material yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi.
2.2 Semua batu bata yang terpasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang berlaku
dan telah disetujui Direksi.
2.3 Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus diperhatikan bentuk profil, ukuran, sambungan
dengan material lain sesuai dengan petunjuk gambar.

PASAL 3

PERSYARATAN BAHAN / MATERIAL

3.1 Batako yang digunakan harus disetujui oleh Direksi dengan ketentuan kualitas baik, masak
pembakarannya, keras dan tidak mudah pecah, ukuran tebal, panjang dan lebarnya harus
seragam dengan memenuhi persyaratan bahan seperti tercantum dalam PUBI 1982.
3.2 Batako harus bebas dari retak-retak, mempunyai sudut yang siku dan ukuran yang seragam.
3.3 Sebelum pengadaan bahan ini kontraktor diwajibkan untuk mengajukan contoh disertai data-
data teknis yang diperlukan untuk mendapat persetujuan Direksi.
3.4 Semua pasangan batako memakai adukan 1 Pc : 4 Ps

PASAL4

PERSYARATAN PELAKSANAAN

4.1 Batako sebelum dipasang harus dibasahi terlebih dahulu dengan cara merendam dalam air
hingga betul-betul kenyang. Pada saat dilekatkan tidak boleh masih terdapat genangan air
pada permukaaan.
4.2 Pasangan batako harus rapi, lurus horizontal sama tebal dan tegak lurus, Pertemuan antara
dua dinding harus rapi dan siku.
4.3 Pasangan harus sedemikian rupa hingga tebal adukan perekat sama tebal 1 - 2 cm.
4.4 Pasangan batako harus rapi pola ikat pemasangannya harus rata dan antara susunan batu
bata satu dengan lainnya akan terdapat voeg (naat), yang harus dikeruk agar plesterannya
menjadi rata dan mengikat.
4.5 Pasangan bata dengan campuran 1 : 4 dilaksanakan dimulai dari atas sloof sampai di bawah
ringbalok
4.6 Pasangan dinding batakoyang akan diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
4.7 Pemasangan batako dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 12 lapis setiap harinya
4.8 Pembuatan pada pasangan batako yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan rangka
badan harus diberi penguat angkur /stek-stek besi.
4.9 Tidak diperkenankan memasang batako yang patah dua melebihi dari 5% batako yang patah
lebih dari 2 tidak boleh digunakan.
4.10 Pasangan batako untuk dinding pagar harus menghasilkan dinding finish setebal 2,5 cm dan
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar tegak lurus.
4.11 Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut pertemuan dengan bidang
lain.

PASAL 5

PEMELIHARAAN

5.1 Semua pemasangan batako belum difinish, menjadi kewajiban kontraktor untuk memelihara
dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lainnya.

5.2 Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan kontraktor wajib
memperbaikinya.

4. PEKERJAAN BESI GRILL PENUTUP SALURAN

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil
yang baik.
1.2 Pekerjaan ini meliputi Pemasangan grill besi penutup saluran
PASAL 2

PERSYARATAN BAHAN DAN PEMASANGAN

2.1 Semua besi yang dipasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang berlaku dan
sesuai dengan gambar rencana serta harus mendapat persetujuan Direksi.
2.2 Spesifikasi.
* Jenis : Besi beton polos dan besi siku
* Sambungan : Las sudut penuh
* Ukuran : Besi polos 12 mm besi siku menyesuaikan

5. PEKERJAAN RUMPUT

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja yang ahli di bidangnya, bahan-
bahan/material, peralatan berikut alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya
pekerjaan ini sehingga mendapat hasil yang baik.
1.2. Pemasangan rumput lapangan joyce manila
PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN
2.1. Teknik pemasangan rumput mengikuti gambar detail pemasangan.

2.2. Rumput joyce manila harus segar dan tidak layu.

2.3. Kontraktor harus mengajukan contoh dari bahan yang akan digunakan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi.

2.4. Jarak pemasangan rumput per 10 cm.

2.5. Media pemasangan rumput adalah pasir urug dan pupuk kandang dengan rasio 1:4
.

6. PEKERJAAN PIPA DRAINASE


PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil
yang baik.
1.2 Yang termasuk pekerjaan ini adalah pekerjaan pemasangan pipa drainase

PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1 Pipa PVC diameter 4 dan 2 setara maspion S 12,5


2.2 Pipa dibuat lubang pen.
2.3 Aksesoris penyambungan dan lem pipa harus satu pabrikasi..
2.4 Bila dalam penyambungan, terdapat bagian yang cacat atau rusak, maka harus dibongkar dan
diperbaiki lagi sampai permukaannya betul- betul tersambung dan berfungsi.
.

7. PEKERJAAN GEOTEXTILE

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil
yang baik.

1.2 Semua bahan geotextile harus satu pabrikasi dengan ketebalan yang dipersyaratkan.

PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana Kerja diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar
yang ada dan kondisi dilapangan termasuk mempelajari bentuk, pola, layout / penempatan,
cara pemasangan, mekanisme dan detail-detail sesuai gambar.
2.2 Pekerjaan geotextile memakai seotextile woven
2.3 Penyambungan memakai benang geotextile
2.4 Geotextile tidak boleh robek
2.5 Sebelum dipasang bahan tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi/ Pengawas
Lapangan.
2.6 Seluruh pekerjaan geotextile dikerjakan sesuai gambar dan bestek serta petunjuk dari Direksi.

8. PEKERJAAN LAPISAN BAWAH LAPANGAN RUMPUT

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil
yang baik.

PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Bahan lapisan bawah lapangan harus menggunakan material dan agregat yang tersebut di BQ.
2.2. Semua lapisan agregat harus masuk analisa saringan.
2.3. Ketebalan lapisan adalah tebal padat
2.4. Semua bahan - bahan yang diperlukan selain berkualitas dan bermutu baik juga harus
mendapat persetujuan dari Direksi.

9. PEKERJAAN SIRING DAN PAGAR


PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut
alat-alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil
yang baik.

PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Semua pekerjaan siring dan pagar mengikuti BQ dan gambar rencana..
2.2. Semua bahan yang dipergunakan dikoordinasikan te lebih dahulu dengan direksi atau dengan
kuasa pengguna anggaran.

10. PEKERJAANJALAN AKSES

PASAL 1

LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan berikut alat-
alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil yang
baik.
1.2. Pekerjaan ini meliputi perkerasan lapis pondasi klas B pada jalan akses.
1.3. Lapisan atas adalah rabat beton dengan mutu K 250 dengan lebar jalan 4 m dan panjang
rencana menurut gambar.

11. PERATURAN PENUTUP

11.1. Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini pada uraian pekerjaan untuk
uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh pemborong, atau
yang harus dibuat / dipasang oleh pemborong, tetapi menjadi bagian dari pekerjaan
pembangunan ini, maka perkataan-perkataan di atas di sepakati dianggap ada termuat
dimuat dalam RKS ini.
11.2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak dimuat
dan diuraikan dalam RKS ini, tetapi di selenggarakan dan diselamatkan oleh Pemborong
maka hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata dalam RKS ini, untuk
menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.

11.3. Hal- hal yang belum tercantum dalam pasal- pasal diatas akan diatur dan ditentukan kemudian
oleh Direksi teknis.

11.4. Pada pelaksanaan pekerjaan agar disesuaikan dengan RKS dan ketentuan yang berlaku,serta
tetap memperhatikan kwantitas, kwalitas, estetika dan kelengkapan administrasi.

Anda mungkin juga menyukai