Anda di halaman 1dari 14

METODE

PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN STADION MINI BADAU
KABUPATEN BELITUNG

Peserta Tender harus membaca dan mempelajari seluruh gambar kerja, rencana kerja dan
syarat ini dengan seksama untuk memahami benar‐benar maksud dan isi dokumen tersebut
secara keseluruhan maupun setiap bagian. Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan jika
gugatan itu disebabkan karena peserta tidak membaca, tidak memahami, tidak memenuhi
petunjuk , ketentuan dalam gambar, atau pernyataan kesalah‐pahaman apapun mengenai arti
dari isi dokumen ini.

A. SYARAT ‐ SYARAT TEKNIS


PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

1.2. Kegiatan : Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana Olahraga



1.3. Nama Pekerjaan : Penyusunan DED Stadion Sepak Bola Mini

1.4. Lokasi
: Kecamatan Badau, Sijuk dan Mambalong , Kabupaten Belitung


P A S A L 2
PERATURAN ‐ PERATURAN TEKNIS

Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat ‐ Syarat
(RKS) ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan ‐ peraturan di bawah ini, termasuk segala
perubahan dan tambahannya, yaitu :
2.1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia (AV.41 th 1941).
2.2. Keputusan‐keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Abitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Bangunan Indonesia (DTPI).
2.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971/ NI.2.
2.4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1971/NI. 5.
2.5. Peraturan Muatan Indonesia (PMI) tahun 1970 / NI‐18.
2.6. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja .
2.7. FIFA standar football turf.
2.8. Peraturan‐peraturan dan standar yang telah disesuaikan dengan peraturan dan standar
internasional, antara lain VDE, BS, NEC, IEC, dsb.
2.9. Peraturan ‐ peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan / Instansi Pemerintah setempat,
yang berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.
2.10. Peraturan Umum Listrik Indonesia ( PUMI ) tahun 1977.
2.11. Peraturan Umum Instalasi Listrik 1987.

PASAL 3
PENJELASAN GAMBAR BESTEK DAN RKS

3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang berlaku dan mengikat, yaitu :
3.1.1. Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat‐Syarat ( RKS ).
3.1.2. Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
3.1.3. Berita Acara Penunjukan.
3.1.4. Surat Keputusan Pemimpin Kegiatan tentang Penunjukan Pelaksanaan Pekerjaan.
3.1.5. Surat Perintah Kerja (SPK).
3.1.6. Surat Penawaran beserta lampiran ‐ lampirannya.
3.1.7. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.
3.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan
rencana kerja dan syarat ‐ syarat (RKS), termasuk penambahan / pengurangan atau
perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
3.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat
‐ syarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat ‐ syarat.
3.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar
bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.
3.5. Bila perbedaan ‐ perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu ‐ raguan, sehingga akan
menimbulkan kesalahan ‐ kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan
kepada Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas.

PASAL 4
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ( IMB )

4.1. Setelah Surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan, maka Izin Mendirikan Bangunan dan izin
lainnya akan diurus oleh Kontraktor dan di bantu oleh Pemberi Tugas, namun
Pelaksanaan dan pembiayaannya akan ditanggung oleh kontraktor.
4.2. Untuk memulai pekerjaan, maka kontraktor harus dapat menunjukkan kepada Konsultan
Pengawas surat izin bangunan atau minimal tanda bukti bahwa izin bangunan tersebut
sedang diproses.
4.3. Tanpa adanya izin bangunan dari Instansi yang berwenang, maka kontraktor tidak
diperkenankan memasang papan reklame dalam bentuk apapun disekitar proyek.
4.4. Kontraktor diharuskan membuat papan nama Proyek sesuai dengan persyaratan yang
berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
dimulai pekerjaan.

PASAL 5
DIREKSI KEET KONSULTAN PENGAWAS DAN
BANGSAL KERJA / GUDANG

5.1. Kontraktor harus membuat bangsal konsultan pengawas dengan luasan seperlunya,
menggunakan bahan ‐ bahan sederhana seperti tongkat, lantai papan, dinding papan /
plywood, atap seng dan pintu harus dilengkapi dengan kunci yang baik serta cukup jendela
dan ventilasi / penerangan. Kantor tersebut tidak bersatu dengan gedung atau bangsal
kontraktor.
5.2. Direksi keet konsultan pengawas tersebut harus dilengkapi dengan :
a. Dua buah Meja tulis, dua buah kursi sebagai perlengkapan meja tulis, sebuah meja
besar, untuk keperluan pertemuan / ruang, untuk keperluan pertemuan / rapat di
lapangan dimana pada meja besar harus dilengkapi dengan kursi panjang yang sesuai
dengan kebutuhan rapat/pertemuan di lapangan.
b. Sebuah ruangan toilet dan dapur kecil sederhana dengan cukup persediaan air bersih.
5.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerjaan dan gudang untuk
penyimpanan bahan bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus
mempunyai kunci yang baik / kuat untuk keamanan bahan / perlengkapan.
5.4. Tempat mendirikan direksi keet konsultan pengawas, bangsal kerja dan gudang, akan
ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.
5.5. Direksi Keet Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap dilokasi
Bangunan, sebelum pekerjaan dimulai 10 (sepuluh) hari sesudah SPK diterima. Setelah
selesai pekerjaan tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.
5.6. Pembongkaran Direksi Keet Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah
tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Kontraktor.


PASAL 6
JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

6.1. Pada minggu‐minggu pertama sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor
wajib membuat jadwal pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan,
waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta
jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga kerja.
6.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Pelaksana Kontraktor :
a. Diharuskan membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/
disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan.
b. Diharuskan membuat gambar kerja (shoft drawing), untuk pegangan / pedoman bagi
kepala tukang yang harus diketahui Konsultan pengawas Lapangan.
c. Diharuskan membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan bangunan pada pasal 1.
6.3. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas.
6.4. Rencana Kerja (Time Schedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor paling lambat
7 (tujuh) hari kalender, setelah SPK diterima.
6.5. Kontraktor harus memberikan satu salinan rencana kerja (Time Schedule ) kepada
Konsultan Pengawas, pengelola teknis, Kuasa Pengguna Anggaran dan 1 lembar dipasang
pada dinding bangsal kerja.
6.6. Konsultan Pengawas akan menilai Prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana
kerja (Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

PASAL 7
TENAGA KERJA LAPANGAN KONTRAKTOR

7.1. Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasanya di lapangan (Pelaksana), yang mempunyai
pengetahuan dibidang Teknik Sipil / Bangunan, cakap, gesit dan berwibawa terhadap
pekerja yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukan ini harus dikuatkan dengan surat resmi dari Kontraktor yang ditujukan
kepada Pemberi Tugas dan tembusannya kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas.
7.2. Pelaksana harus berpendidikan Minimal S1 Teknik Sipil dan mempunyai pengalaman
kerja lapangan.
7.3. Selain Petugas Pelaksana, maka Kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara tertulis
kepada Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan
organisasi pelaksana dilapangan dengan nama dan jabatannya masing‐masing.
7.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor
diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan secara tertulis
tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.

PASAL 8
TENAGA KERJA / BAHAN / PERALATAN

8.1. Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli di bidang
pekerjaannya masing ‐ masing, seperti tukang besi, tukang kayu, tukang cat, tukang atap,
instalator mekanikal elektrikal dan tenaga kerja lainnya.
8.2. Sebelum bahan bangunan didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberi
contoh bahan bangunan kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh
didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek.
8.3. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan
Konsultan Pengawas.
8.4. Bahan ‐ bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus didatangkan tepat pada
waktunya dan kualitas nya disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8.5. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan atau ditolak oleh Konsultan
Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesudah
surat pernyataan penolakan dikeluarkan.
8.6. Pelaksana harus menyediakan alat‐alat yang diperlukan untuk pelaksanaan bangunan
agar supaya pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan.
8.7. Alat‐alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat dipakai, maka harus
segera dikeluarkan dari lokasi Proyek.

PASAL 9
KEAMANAN PROYEK

9.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang‐barang milik Proyek,
Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian
maupun pengrusakan.
9.2. Untuk maksud diatas maka apabila diperlukan Kontraktor harus membuat pagar
pengaman dari kayu atau seng serta perlengkapan lainnya yang dapat menjamin
keamanan.
9.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang‐barang, alat‐alat dan hasil pekerjaan,
maka akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam
pekerjaan tambah / kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
9.4. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat‐tempat yang strategis dan
mudah dicapai.

PASAL 10
KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

10.1. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja menjadi
tanggung jawab Kontraktor karena itu kontraktor harus mengikutkan semua
pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) atau
sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
10.2. Pada pekerjaan‐pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus
menyediakan sabuk pengaman kepada para pekerja.
10.3. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor
harus menyediakan sejumlah obat ‐ obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap
dipakai apabila diperlukan.
10.4. Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan yang
serius, maka Kontraktor / Pelaksana harus segera membawa ke Rumah Sakit yang
terdekat dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.
10.5. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat‐
syarat kesehatan bagi semua pekerja / petugas, baik yang berada dibawah tanggung
jawabnya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.





PEKERJAAN UMUM

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1. PEMBERSIHAN LOKASI

1.1.1. Untuk pekerjaan pembersihan lokasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
1.1.2. Tanah lokasi harus dibersihkan dari tumbuh ‐ tumbuhan / pohon ‐ pohon / akar
‐ akaran / tanah berhumus atau berlumpur, dalam batas lokasi dari rencana
bouwplank.
1.1.3. Bahan‐bahan bongkaran pasal ayat 1.1.2. harus disingkirkan dari lokasi /
lapangan pekerjaan.
1.1.4. Pembersihan lokasi dan perataan tanah dinyatakan selesai, bila telah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan.

1.2. PENGUKURAN SITUASI.

1.2.1. Untuk pekerjaan pengukuran situasi ini, perlu diperhatikan rencana gambar
bestek.
1.2.2. Untuk menentukan ketepatan titik pondasi , titik sumbu konstruksi dan lain‐lain,
dipergunakan alat pengukur Theodolit (apabila diperlukan).
1.2.3. Titik sumbu pondasi, harus dipasang patok‐patok dari kayu, yang ditanamkan
sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah.
1.2.4. Titik yang dimaksudkan pada ayat 1.2.2, dapat dikontrol / diperiksa pada tanda‐
tanda yang terdapat pada papan bouwplank.
1.2.5. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini harus
diketahui dan disetujui pihak Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.

1.3. KONTRUKSI BOUWPLANK

1.3.1. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan / titik sumbu pondasi / tiang
konstruksi, maka harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat / tidak dapat
bergeser karena pekerjaan disekitarnya.
1.3.2. Konstruksi bouwplank dibuat dari bahan setara lanan berkualitas baik dengan
ukuran 2/20 cm dan tongkat dari galam Ø 10 cm panjang 3 meter dengan jarak
satu sama lain adalah 100 cm dan ditanam sedemikian rupa, sehingga tidak
mudah bergerak.
1.3.3. Papan bouwplank harus diratakan di bagian atas dengan cara diketam sehingga
lurus.
1.3.4. Pembuatan konstruksi bouwplank dinyatakan selesai, bila mendapat persetujuan
pengawas lapangan.
1.3.5. Papan bouwpalank bagian atas harus dibuat setinggi peil lantai + 0.00 .


PASAL 2
UKURAN TINGGI PEIL

2.1. Untuk Peil + 0.000 lapangan diambil mengikuti tebal lapisan padat lapangan (lihat
gambar).
2.2. Semua ukuran ‐ ukuran tinggi dan ukuran dalam akan ditetapkan terhadap peil tersebut
di atas.
2.3. Pekerjaan uitzet harus dilakukan dengan cermat dan teliti dengan menggunakan alat
ukur seperti Theodolit dan waterpass. Dalam hal ini agar menghubungi Cabang Dinas PU
setempat.
2.4. Satu dan lain hal yang menyimpang dari hal ‐ hal tersebut di atas akan ditentukan
kemudian oleh Direksi.

PASAL 3
PEKERJAAN TANAH

3.1. Pelaksanaan pekerjaan galian tanah :
3.2. Untuk pekerjaan galian tanah/pasir(pondasi) dan sebelum penggalian pondasi tanah
harus bersih dari kotoran dan rumput‐rumput, lihat rencana Gambar dan Bestek.
3.3. Yang dimaksud dengan pekerjaan galian tanah adalah adalah semua pekerjaan galian
yang diperlukan untuk pondasi bangunan, termasuk perataan permukaan tanah sampai
pada permukaan tanah yang ditentukan dalam gambar kerja.
3.4. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan galian tanah :
a. Semua pekerjaan galian tanah untuk semua lobang galian baru boleh
dilaksanakan setelah papan balok (bouwplank) dilaksanakan.
b. Galian Lobangharus mencapai permukaan air tanah agar pancangan galam berada
tepat di bawah permukaan air tanah / pancangan galam tidak boleh kering harus
selalu basah / terendam
c. Tanah bekas galian harus disingkirkan sehingga tidak mengganggu pekerjaan.
3.5. Pelaksanaan pekerjaan urugan tanah adalah :
3.6. Pengurugan kembali tanah bekas galian dan pengurugan hingga mencapai permukaan
yang ditentukan termasuk pemadatannya sesuai gambar kerja.
3.7. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan urugan :
a. Tanah urug yang boleh dipakai adalah tanah bekas galian atau tanah yang
didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan organis.
b. Pemadatan tanah urugan harus dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapis tidak boleh
lebih tebal dari 20 cm sampai rata dan padat sesuai dengan gambar kerja.
c. Wajib melakukan Tes Kepadatan Lapangan (CBR Test) per layer.


PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI DAN RANGKA BAWAH

4.1. LINGKUP PEKERJAAN
4.1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan‐bahan, peralatan, dan alat‐alat
bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat
hasil yang baik.
4.1.2. Pancangan galam dia 10/12cm panjang 4m, dengan bahan adalah menggunakan
kualitas baik dan ukur
4.2. PERSYARATAN BAHAN
4.2.1. Memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI‐3‐1970).
4.2.2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) tahun 1971/NI. 5.
4.2.3. Memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI‐3‐1970)
4.2.4. Pancangan Galam Dia 12 untuk kepala dan dia 10cm untuk bagian bawah
dengan panjang 4 Meter tidak boleh bengkok dan lapuk
4.2.5. Untuk tongakt ulin lapak/lapik, sunduk dan suai, tidak boleh ada cacat kayu yang
membayakan nantinya
4.2.6. Untuk bahan bangunan Baik itu Material beton, Semen, besi dan materials lainnya
yang didatangkan Oleh toko dan pelansir kelokasi pekerjaan , Pelaksana
Lapangan, Kontraktor bersama‐ sama dengan Pengawas Direksi/ Konsultan
menyortir ukuran, jenis dan mutu bahan / materials, sebelum diterima.
4.2.7. Sebelum diketam semua bahan bangunan harus dicek terlebih dahulu oleh
Pelaksana Lapangan Kontraktor bersama‐ sama dengan Pengawas Direksi/
Konsultan untuk menyortir, baik itu ukuran, jenis maupun mutu bahan yang akan
digunakan.
4.2.8. Untuk UkuranBesi Menggunakan Bahan KW 1 / Nomor 1 atau ukur dengan
toleransi minimal 10% ukuran diameter

4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
4.3.1. Pondasi sistem cerucuk, kayu galam dia 10/12 cm di tumbuk sampai kepala
galam terendam dari muka air tanah, sebelum galam dipancang atau ditumbuk
kepala galam harus dipotong dan diratakan untuk memudahkan membuat lantai
kerja siring dan poer plat
4.3.2. Pondasi yang dipakai adalah poer plat dan menerus pasangan batu.
4.3.3. Poer plat dan pasangan batu mengikuti ukuran gambar rencana.
4.3.4. Ukuran sloof menggunakan ukuran 25/25
4.3.5. Untuk menguatkan kolom dan pasangan dinding batako maka dipasang pada
sekeliling pagar balok ring 20x20.
4.3.6. Setelah pekerjaaan siring dan pagar selesai, lokasi bangunan dibersihkan dari
sisa‐ sisa pekerjaan.

PASAL 5
PEKERJAAN BETON

5.1. KETENTUAN UMUM
5.1.1. Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton bertulang dan beton tidak
bertulang.
5.1.2. Persyaratan‐persyartan kontruksi Beton, istilah teknik dan syarat‐syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini, didalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan
struktur harus sesuai dengan standart‐standart yang berlaku yaitu :
a. Tata cara Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton. 1989 (KONSESUS).
b. Standart Industri Indonesia.
c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983.
d. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung (PTTGUIG, 1983).
e. America Society for Testing & Material (ASTM).
5.1.3. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan presisi tinggi,
sebagaimana tercantum didalam persyaratan teknis ini, gambar‐gambar rencana,
dan atau instruksi‐instruksi yang dikeluarkan oleh Pengawas / Direksi.
5.1.4. Semua material yang digunakan didalam pekerjaan ini harus merupakan material
yang kualitasnya teruji dan atau dibuktikan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan.
5.1.5. Seluruh material yang oleh direksi teknis dinyatakan tidak memenuhi syarat
harus segera dikeluarkan dari lokasi kegiatan dan tidak diperkenankan
menggunakan kembali.

5.2. S E M E N
Semua semen yang dipakai harus Semen Portland klas I yang sesuai dengan
pengarahan yang ditetapkan dalam standard NI‐8 atau ASTM C‐150 type I.
A. Pengujian Semen
1. Semen yang akan dipakai harus seijin Direksi. Untuk mendapat ijin ini, Kontraktor
harus dapat menunjukkan sertifikat tentang semen yang akan dipakai.
2. Sertifikat ini bisa didapat dari Pabrik Semen yang bersangkutan atau dari
laboratorium Pemeriksaan Bahan yang berwenang.
3. Semen dapat diafkir atas kebijaksanaan Direksi, jika berdasarkan pemeriksaan
tidak dapat memenuhi syarat‐syarat sesuai PBI ‐71.
B. Penyimpanan.
Kontraktor harus membuat gudang‐gudang semen tempat penyimpanan material
dengan memenuhi syarat‐syarat sebagai berikut :
1. Harus menjamin semen terlindung dari pengaruh iklim & kelembaban, gudang
harus cukup ventilasi.
2. Lantai harus dibuat paling sedikit 30 cm di atas tanah, dan betul‐betul kedap air
dan tidak terjadi kelembaban atau terdapat air yang tergenang.
3. Ukuran gudang harus dibuat cukup besar untuk menyimpanan stock yang
menjamin kontinuitas pekerjaan.
4. Semen‐semen di atas harus diatur sedemikian rupa sehingga semen‐semen yang
datang terlebih dahulu dalam gudang dapat dipakai terlebih dahulu dan mudah
diperiksa.
5. Semen jangan ditumpuk lebih tinggi dari 2,0 m.
6. Tidak diijinkan memakai lebih dari satu macam / type semen untuk suatu jenis
pekerjaan.

5.3. AGREGAT HALUS
Agregat halus yang dipakai dapat terdiri dari :
a. Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari sungai atau sumber
lainnya yang disetujui oleh Direksi.
b. Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu.
c. Atau kombinasi dari pasir alam.
d. Tidak boleh menggunakan pasir laut sebagai bahan agregat halus.
e. Pasir dan kerikil halus yang akan dipakai harus bersih dan bebas dari
tanah liat, karang, serpihan‐serpihan mika, bahan‐bahan organik dan alkalis,
jumlah bahan‐bahan yang merugikan tersebut tidak boleh lebih dari 5 %.
f. Bahan harus berbentuk baik (kubus) keras padat sisi‐sisi yang tajam & awet.
g. Pasir yang dipakai hendaknya mempunyai gradasi baik sesuai dengan PBI‐1971
atau SK SNI T.15/1991‐03.

5.4. AGREGAT KASAR
a. Agregat kasar yang akan dipergunakani dapat terdiri koral atau batu pecah.
b. Banyaknya bahan‐bahan yang merusak tersebut, tidak boleh melebihi persyaratan
maksimum, yang diatur oleh PBI‐1971 atau SK SNI.
c. Agregat yang dipakai hendaknya berbentuk baik, keras, padat awet dan tidak
berpori‐pori.
d. Agregat kasar harus mempunyai gradasi yang baik jika disaring dengan saringan
standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton (PBI) 1971 atau SK
SNI.
e. Ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi 4 cm, dan jika gradasi tidak sesuai,
maka Kontraktor harus menyaring atau mengolah kembali bahan,
dan jika diperlukan agregat harus dicuci.

5.5. AIR
Kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai untuk pekerjaan beton ini, air
harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh PBI‐1971 atau Sebagai berikut :
a. Tidak mengandung garam‐garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam‐
asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
b. Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus bebas dari lumpur, minyak, asam,
garam, bahan‐bahan organik dan kotoran‐kotoran lain‐lain dalam jumlah yang
merusak.
c. Kandungan clorida (C1) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3)
tidak lebih dari 100ppm.
d. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling, maka
penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10%.
e. Untuk pengujian air harus sesuai dengan ketentuan pada pengujian air menurut SK
SNI S‐04‐1989‐F.

5.6. KOMPOSISI / CAMPURAN BETON
Komposisi campuran beton yang digunakan adalah campuran beton Mutu K 175, ini
harus ditunjukkan dengan hasil uji laboratorium.
5.6.1. Pengadukan dan Alat‐Alat
5.6.1.1. Alat pengukuran bahan‐bahan beton harus disediakan dan
mempunyai ketelitian yang cukup untuk mengukur jumlah dari
masing‐masing unsur bahan pembentuk beton.
5.6.1.2. Alat‐alat pengaduk beton harus disediakan yang baik dan disetujui
oleh Direksi Lapangan.
5.6.1.3. Bahan‐bahan pembentuk harus dicampur dan diaduk dalam Concrete
Mixing Plant, atau paling sedikit dalam Portable
Continous Mixer, paling sedikit 1,5 menit sesudah semua bahan masuk
ke dalam mixer.
5.6.1.4. Waktu pengadukkan harus ditambah jika tidak didapatkan hasil adukan
yang merata dan warna yang seragam.
5.6.1.5. Pengadukan yang berlebih‐lebihan dan membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan konsisten beton yang dikehendaki tidak
diperbolehkan.
5.6.1.6. Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan tangan (Hand
Mixing).
5.6.1.7. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
memiliki ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
takaran masing‐masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan
dan tata cara pengadukan harus mendapat persetujuan Pengawas.
Seluruh operasi harus dikontrol / diawasi oleh Pengawas pekerjaan
yang berpengalaman.
5.6.1.8. Pengaturan pengakutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus
mendapat persetujuan Pengawas. Seluruh operasi harus
dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh Pengawas pekerjaan.
5.6.1.9. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton (batch mixer
atau portable continues mixer), sebelum digunakan mesin aduk ini
harus benar‐benar kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak
digunakan lebih dari 30 menit.
5.6.1.10. Selain itu pengadukan beton dilapangan harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
a. Harus dilakukan didalam suatu mesin adukan dari type yang telah
disetujui Pengawas.
b. Mesin aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin aduk tersebut.
c. Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1.5 menit setelah semua
material dimasukkan kedalam drum aduk, kecuali jika dapat
dibuktikan / ditunjukkan bahwa waktu pengadukan yang
ditetapkan didalam ASTM C 94.

5.7. PENGANGKUTAN BETON


5.7.1. Beton harus diangkut dari mixer ke tempat pengecoran dalam container yang
kedap air dengan secepatnya dan dituangkan pada bekesting secara hati‐hati
tanpa menimbulkan pemisahan‐pemisahan bagian‐bagian campuran.
5.7.2. Beton‐beton harus diangkut sedemikian rupa sehingga dapat dicegah perubahan
konsisten beton.
5.7.3. Beton dapat diangkut dalam gerobak‐gerobak dorong dan lain‐lain atas
persetujuan Direksi.

5.8. PENEMPATAN BETON YANG AKAN DITUANG
5.8.1. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
untuk mencegah terjadinya segresi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan.
5.8.2. Pelaksana penuangan beton harus dilakukan dengan suatu kecepatan penuangan
sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plactis dan dapat mengalir
dengan mudah kedalam rongga diantara tulangan.
5.8.3. Beton yang telah mengeras dan sebagian atau telah dikotori oleh material asing
tidak boleh dituang kelantai cor
5.8.4. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali
setelah mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali.
5.8.5. Hendaknya selambat ‐ lambatnya 24 jam sebelum pekerjaan pengecoran dimulai,
Kontraktor harus memberitahukan pada Pengawas / Direksi untuk
mendapatkan pemeriksaan dan persetujuannya.
5.8.6. Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Pengawas / Direksi atau wakilnya yang
ditunjuk serta Kontraktor yang setingkat ada ditempat pekerjaan.
5.8.7. Cetakan‐cetakan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
jalan menyemprotkan air tawar atau compressor sehingga segala kotoran‐
kotoran hilang dari dalam cetakan.
5.8.8. Beton harus dicor pada tempat‐tempat pekerjaan secepat mungkin setelah
pencampuran dan pengadukan dan dipadatkan dengan Mechanical Vibration.
5.8.9. Sambungan‐sambungan harus dibersihkan, dibasahi dan kemudian
dilapis dengan air semen sebelum dilakukan pengecoran beton baru
5.8.10. Pencampuran / penumbukkan kembali beton yang sudah mengikat tidak
diperkenankan.
5.8.11. Alat‐alat penuang harus selalu bersih dan bebas dari lapisan beton yang
mengeras.
5.8.12. Selama hujan yang dapat berpengaruh pada campuran beton, maka pengecoran
tidak diperkenankan.


5.9. PEMELIHARAAN BETON
5.9.1. Waktu dan cara pembukaan cetakan harus sesuai dengan petunjuk / perse‐
tujuan Direksi. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati‐hati untuk
menghindari kerusakan‐kerusakan pada beton.
5.9.2. Pada permukaan‐permukaan beton yang tidak beraturan harus segera diperbaiki
sampai disetujui oleh Direksi dan dilakukan oleh tukang yang ahli. Setelah
pengecoran (beton telah mengeras), maka seluruh permukaan beton min 3 kali
sehari harus dibasahi / disiram air dan apabila matahari bersinar terik maka
permukaan beton tersebut harus ditutupi / dilindungi sehingga tidak terkena
panas matahari yang berlebihan.

5.10. PERBAIKAN PERMUKAAN COR BETON.
5.10.1. Permukaan‐permukaan beton akan diuji oleh Direksi guna
menentukan apakah ketidak teraturan permukaan berada dalam batas‐batas
toleransi yang diijinkan.
5.10.2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri
dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang‐lobang karena keropos,
ketidak rataan oleh pengaruh sambungan‐sambungan dan bergeraknya cetakan
dan sebagainya.






PEKERJAAN LAPANGAN

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN


1.1. Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan‐bahan,
peralatan, dan alat‐alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini
sehingga mendapat hasil yang baik.
1.2. Pekerjaan lapangan meliputi sistem drainase perpipaan, lapisan urugan lapangan dan
penanaman rumput


PASAL 2
PERSYARATAN PEKERJAAN LAPANGAN

2.1. Semua pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standart spesifikasi dari material
yang digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi.
2.2. Semua bahan yang terpasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang
berlaku dan telah disetujui Direksi.
2.3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus diperhatikan tebal urugan padat dan teknik
pemasangan rumput.


PASAL 3
PERSYARATAN BAHAN / MATERIAL

3.1. Sebelum pengadaan bahan ini kontraktor diwajibkan untuk mengajukan contoh
disertai data‐data teknis yang diperlukan untuk mendapat persetujuan Direksi.
3.2. Rumput yang di pasang tidak boleh layu
3.3. Semua urugan lapisan lapangan harus masuk analisa saringan.
3.4. Untuk lapisan pasir urug dan pupuk kandang menggunakan perbandinagn 1:4


PASAL4
PERSYARATAN PELAKSANAAN

4.1. Tebal lapisan urugan lapangan harus dikerjakan bertahap dari lapisan terbawah.
4.2. Geotextile yang dipakai setara non woven.
4.3. Penyambungan geotextile harus menggunakan benang khusus
4.4. Jarak pasang antar rumput 10 cm
















PEKERJAAN PAGAR

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan‐bahan,
peralatan, dan alat‐alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini
sehingga mendapat hasil yang baik.
1.2. Pekerjaan pemasangan pagar BRC di sekeliling bangunan untuk lebih jelas bisa dilihat
pada gambar kerja.

PASAL 2
PERSYARATAN PEKERJAAN

2.1. Semua pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standart spesifikasi dari material yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi.
2.2. Semua batu bata yang terpasang harus memenuhi persyaratan bahan bangunan yang
berlaku dan telah disetujui Direksi.
2.3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus diperhatikan bentuk profil, ukuran,
sambungan dengan material lain sesuai dengan petunjuk gambar.

PASAL 3
PERSYARATAN BAHAN / MATERIAL

3.1. BRC yang digunakan harus disetujui oleh Direksi dengan ketentuan kualitas baik, dengan
memenuhi persyaratan bahan.
3.2. Sebelum pengadaan bahan ini kontraktor diwajibkan untuk mengajukan contoh disertai
data‐data teknis yang diperlukan untuk mendapat persetujuan Direksi.

PASAL4
PERSYARATAN PELAKSANAAN

4.1. Dibuat pondasi kolom BRC dengan ukuran 20 x 20 dan kedalaman 30 cm
4.2. Pemasangan kolom harus diukur tingkat kelurusan vertikal dan horisontal agar mudah
dalam pemasangan pagar BRC
4.3. Pemasangan BRC harus mengikuti pengukuran horisontal yang dikontrol dengan
menggunakan waterpass
4.4. Jika ada kondisi tanah yang tidak kuat menahan gaya horisontal arah tegak lurus, maka
kontraktor wajib membuat perkuatan pada sisi luar sebagai penyangga
4.5. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut‐sudut pertemuan dengan
bidang lain.

PASAL 5
PEMELIHARAAN

5.1. Semua pemasangan BRC menjadi kewajiban kontraktor untuk memelihara
dan menjaganya terhadap kerusakan‐kerusakan dan pengotoran bahan lainnya selama
masa pekerjaan dan pemeliharaan.
5.2. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan kontraktor
wajib memperbaikinya.







PEKERJAAN RUMPUT

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja yang ahli di bidangnya,
bahan‐bahan/material, peralatan berikut alat‐alat bantu yang dibutuhkan untuk
terlaksananya pekerjaan ini sehingga mendapat hasil yang baik.
1.2. Pemasangan rumput lapangan Zoysia matrella

PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Sebelum pemasangan rumput dilaksanakan, penyedia menyiapkan penyemaian dan atau
dipelihara terlebih dahulu di luar area pekerjaan pada saat awal pelaksanaan.
2.2. Teknik pemasangan rumput mengikuti gambar detail pemasangan.
2.3. Jenis rumput yang ditanam untuk lapangan sepakbola ini adalah Rumput Zoysia
Matrerlla yang segar dan tidak layu.
2.4. Kontraktor harus mengajukan contoh dari bahan yang akan digunakan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi.
2.5. Jarak pemasangan rumput per 10 cm.
2.6. Media pemasangan rumput adalah pasir urug, pupuk kandang dan media tanam dengan
rasio 1:3

PEKERJAAN PIPA DRAINASE



PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan‐bahan, peralatan
berikut alat‐alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga
mendapat hasil yang baik.
1.2. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pekerjaan pemasangan pipa drainase


PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Jenis pipa yang digunakan adalah Pipa HDPE diameter 65 mm
2.2. Pipa dibuat perforated atau lubang‐lubang yang dibuat selang seling dengan jarak 10 cm.
2.3. Aksesoris penyambungan dan lem pipa harus satu pabrikasi..
2.4. Bila dalam penyambungan, terdapat bagian yang cacat atau rusak, maka harus dibongkar
dan diperbaiki lagi sampai permukaannya betul‐ betul tersambung dan berfungsi.


PEKERJAAN GEOTEXTILE

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan‐bahan, peralatan
berikut alat‐alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga
mendapat hasil yang baik.
1.2. Bahan yang digunakan adalah geotextile non woven 150 gram.




PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Pelaksana Kerja diwajibkan untuk meneliti gambar‐
gambar yang ada dan kondisi dilapangan termasuk mempelajari bentuk, pola, layout /
penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail‐detail sesuai gambar.
2.2. Pekerjaan geotextile memakai geotextile non woven
2.3. Penyambungan memakai benang geotextile
2.4. Geotextile tidak boleh robek
2.5. Sebelum dipasang bahan tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi/ Pengawas
Lapangan.
2.6. Seluruh pekerjaan geotextile dikerjakan sesuai gambar dan bestek serta petunjuk dari
Direksi.

PEKERJAAN LAPISAN BAWAH LAPANGAN RUMPUT

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang dimaksud adalah menyediakan tenaga kerja, bahan‐bahan, peralatan
berikut alat‐alat bantu yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan ini sehingga
mendapat hasil yang baik.


PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

2.1. Bahan lapisan bawah lapangan harus menggunakan material dan agregat yang tersebut
di BQ.
2.2. Semua lapisan agregat harus masuk analisa saringan.
2.3. Ketebalan lapisan adalah tebal padat
2.4. Semua bahan – bahan yang diperlukan selain berkualitas dan bermutu baik juga harus
mendapat persetujuan dari Direksi.


PERATURAN PENUTUP

1.1. Meskipun dalam uraian pekerjaan untuk uraian bahan‐bahan tidak dinyatakan kata‐kata
yang harus disediakan oleh pemborong, atau yang harus dibuat/dipasang oleh
pemborong, tetapi menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, maka perkataan‐
perkataan di atas di sepakati dianggap ada termuat dalam dokumen ini.
1.2. Pekerjaan yang nyata‐nyata menjadi bagian dari pekerjaan Pembangunan, tetapi tidak
dimuat dan diuraikan dalam dokumen ini, tetapi di selenggarakan dan diselamatkan oleh
Pemborong maka hal tersebut harus dianggap ada, seakan dimuat kata demi kata dalam
RKS ini, untuk menuju penyerahan selesai menurut pertimbangan Direksi.
1.3. Hal‐ hal yang belum tercantum dalam pasal‐ pasal diatas akan diatur dan ditentukan
kemudian oleh Direksi teknis.
1.4. Pada pelaksanaan pekerjaan agar disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku,serta
tetap memperhatikan kwantitas, kwalitas, estetika dan kelengkapan administrasi.

Anda mungkin juga menyukai