Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNG MAS

DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN


KELUARGA BERENCANA
Alamat : Jalan Tjilik Riwut Km. 5,5 Kuala Kurun Kode Pos 74511

SPESIFIKASI TEKNIS

PROGRAM :

PROGRAM MENINGKATNYA DUKUNGAN SARANA PRASARANA


PENYULUHAN KB

KEGIATAN :

PEMBANGUNAN/ALIH FUNGSI/PENGEMBANGAN BALAI


PENYULUH KB

PEKERJAAN :

PEMBANGUNAN GEDUNG BALAI PENYULUH KB DIKECAMATAN


MIHING RAYA DIKECAMATAN MIHING RAYA

LOKASI :

KECAMATAN MIHING RAYA

TAHUN ANGGARAN 2018


SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1. : PENJELASAN UMUM


1.1. Lokasi Pembangunan
Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Balai Penyuluh KB
Dikecamatan Mihing Raya, Lokasi ini berada di Kelurahan Kampuri
Kecamatan Mihing Raya Kabupaten Gunung Mas.

1.2 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Gedung Balai
Penyuluh KB Dikecamatan Mihing Raya.

1.3 Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada


Gambar Rencana dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari Rencana Kerja dan Syarat-syarat
ini.

1.4 Pelaksanaan Pekerjaan seperti tercantum pada :


1.4.1 Gambar Rencana terlampir;
1.4.2 Uraian Kerja dan Syarat-Syarat (RKS/Spesifikasi Teknis) dalam
pasal-pasal berikut;
1.4.3 Risalah Rapat Penjelasan (Aanwijzing) yang dilaksanakan;
1.4.4 Petunjuk-petunjuk dari pengawas lapangan.

1.5 Pekerjaan yang dilaksanakan harus mengikuti segala peraturan yang


berlaku, seperti PUBB-NI 1982, PPKI-1971 serta peraturan
pembangunan setempat lainnya yang erat hubungannya dengan
pekerjaan.

1.6 Bila ternyata ada perbedaan antara Kontrak dengan gambar Rencana
dan gambar Detail serta keterangan gambar kerja di RKS, maka
Kontraktor harus segera melapor kepada Direksi/Pengawas Lapangan.
Pekerjaan harus sudah diselesaikan oleh pihak kedua dengan baik
sebelum batas waktu kontrak, dengan ketentuan :
1.6.1 Sebelum pemeriksaan lapangan oleh Tim Pemeriksa dari Direksi,
halaman sekitar bangunan harus sudah bersih dari sisa-sisa
kotoran/puing-puing pada waktu diserahkan;
1.6.2 Pekerjaan pada saat diserahterimakan harus dengan kondisi yang
memuaskan bebas dari segala macam kotoran yang ditimbulkan
selama masa pelaksanaan pekerjaan;
1.6.3 Pada pelaksanaan pekerjaan agar disesuaikan dengan RKS dan
ketentuan yang berlaku, serta tetap mempertahankan kualitas,
kuantitas, estetika dan administrasi.

1.7 Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor/Pelaksana wajib :


1.7.1 Menyediakan tenaga lapangan yang berpengalaman serta
mampu mengambil keputusan dalam pengaturan pekerjaan di
lapangan;
1.7.2 Mendatangkan bahan-bahan yang diperlukan tepat pada
waktunya dengan kualitas yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas Lapangan;
1.7.3 Menyediakan alat bantu dan pekerja yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

1.8 Semua bahan yang digunakan pada setiap item pekerjaan harus
berkualitas baik dan telah disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
1.8.1 Untuk bahan bangunan dari kayu ulin yang didatangkan oleh
pemasok ke lokasi pekerjaan, Pelaksana Lapangan, Kontraktor
bersama-sama dengan Pengawas Direksi/Konsultan menyortir
ukuran, jenis dan mutu bahan sebelum diterima.
1.8.2 Untuk bahan bangunan dari kayu lanan/meranti yang
didatangkan oleh pemasok sebelum dipasang harus dikeringkan
terlebih dahulu secara manual ± 3 bulan atau di oven. Untuk
mendapatkan syarat bahan kadar air 12% sampai 19%, serta
bebas dari mata kayu dan tidak cacat.
Sebelum diketam semua bahan bangunan harus dicek terlebih dahulu
oleh Pelaksanan Lapangan Kontraktor bersama-sama dengan Pengawas
Direksi/Konsultan untuk menyortir seperti ukuran, jenis dan mutu
bahan yang akan digunakan.

PASAL 2 : PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.1.Untuk Pekerjaan Sipil
Peraturan bangunan yang dipakai adalah peraturan dinyatakan berlaku
dan mengikat kecuali dinyatakan lain dalam rencana kerja dan syarat-
syarat ini, perturan tersebut adalah:
2.1.1. Keppres No. 18 tahun 2000 beserta lampiran-lampiran lainnya.
2.1.2. Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan
pembangunan di Indonesia atau Algemene voor warden voor de
uitvoering bij aanneming van openbare werken (AV) 1941.
2.1.3. Surat Edaran bersama Bappenas dan Dirjen Anggaran No
654/D.VI/02/1998 dan SE- 36/A/21/0298 tanggal 10
Februari1998.
2.1.4. Keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum No.
295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
2.1.5. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8.
2.1.6. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga
Kerja.
2.1.7. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI
03-2410-1991.
2.1.8. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-
1962-1990.
2.1.9. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah
setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
2.1.10. Apabila dalam RKS ini tidak jelas maka kontraktor berkewajiban
mengikuti aturan-aturan di atas.

2.2. Rencana Kerja


2.2.1. Sebelum memulai melaksanakan pekerjaan, Pemborong harus
menyusun rencana terperinci termasuk Jadwal Pelaksanaan
(Time Schedule) dan diajukan kepada Pemberi Tugas/Direksi
Pekerjaan selambat-lambatnya selama 1 (satu) minggu setelah
menunjukan pemenang untuk disetujui.
2.2.2. Setelah disetujui, maka harus dicetak dan hasilnya diserahkan
kepada Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan sebanyak 3 (tiga)
lembar. Sedangkan cetakan lainnya harus terpampang untuk
disetujui.
2.2.3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat-
alat bantu dan material sesuai dengan rencana kerja, kecuali
jika terpaksa menyimpang karena sesuatu hal, yang harus
dipertimbangkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2.2.4. Rencana kerja ini akan dipakai Pemberi Tugas/Direksi
Pekerjaan sebagai dasar untuk menentukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kemajuan, keterlambatan dan
penyimpangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemborong.
2.3. Ketentuan-ketentuan lain
Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain
yang mengikat di dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
2.3.1. Gambar
2.3.1.1. Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana kerja
dan syarat-syarat pekerjaan ini.
2.3.1.2. Gambar detail yang diserahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2.3.2. Petunjuk
2.3.2.1. Petunjuk atau pun keterangan yang diberikan dalam
Rapat Penjelasan (Aanwijzing) yang tercantum dalam
Berita Acara Rapat Penjelasan.
2.3.2.2. Petunjuk syarat-syarat yang diberikan dalam masa
pelaksanaan oleh Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan,
petugas dari Kantor Camat Sepang.
2.5. Peraturan
Semua undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku
untuk semua pelaksanaan pemborongan.

2.6. Buku Harian


Kontraktor harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua
petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan semua detail-detail
penting dari pekerja.
2.7. Persetujuan Direksi Pengawas
Yang dimaksud dengan persetujuan direksi pengawas adalah
merupakan persetujuan direksi pengawas secara tertulis yang berisi
persetujuan untuk sesuatu hal yang termasuk dalam persyaratan ini.
2.8. Gambar Rencana
Gambar rencana untuk program kegiatan ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Dokumen Kontrak. Harus juga disadari bahwa
revisi-revisi masih mungkin diadakan dalam masa pelaksanaan.
Pemborong wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana dan spesifikasi ini maupun spesifikasi lainnya dan tidak
dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan pada gambar rencana atau perbedaan
antara gambar rencana dan isi spesifikasi.
Direksi pekerjaan akan mengoreksi menjelaskan gambar rencana
tersebut untuk kelengkapan yang telah disebut dalam spesifikasi.
Dimensi dalam gambar rencana harus dihitung dengan teliti dan
tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa gambar rencana tersebut
dibuat pada skala yang benar, kecuali atas petunjuk
direksi/pengawas.
Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap gambar rencana
akan ditentukan selanjutnya oleh direksi/pengawas dan akan
disampaikan kepada pemborong secara tertulis.
Pemborong harus membuat Shop Drawing sebelum memulai suatu
pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
2.9. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
Pemborong harus memberikan penjelasan selengkapnya tentang
langkah-langkah yang akan diambil untuk suatu tahap pekerjaan
yang akan dimulai pelaksanaannya.
Dalam keadaan apapun pemborong tidak diperkenankan memulai
pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas.
2.10. Tanggung Jawab Pemborong
Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi pengawas tidak
berarti membebaskan pemborong atas tanggung jawab pada
pekerjaan tersebut sesuai dengan kontrak maupun Peraturan
Pemerintah yang berlaku.

PASAL 3 : PEKERJAAN PENDAHULUAN


3.1. Ukuran Duga atau Peil
Sebagai titik nol (± 0,00) untuk adalah Belanja Modal Konstruksi
Pagar, Cor Beton, Penataan Halaman Dan Pembuatan Bak Sampah
akan ditentukan dan ditetapkan dilapangan penentuan patok-patok
tetap dan sumber-sumber bangunan akan ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan bersama-sama Pemborong. Bahan-bahan dan alat-lat
berikut tenaga pembantu ukur seluruhnya disediakan oleh
Pemborong. Pengukuran bangunan selanjutnya harus dikerjakan oleh
Pemborong atas dasar sumber-sumber dan patok-patok yang telah
ditentukan.

3.2. Pekerjaan persiapan


Meliputi pekerjaan:
3.2.1. Pembersihan lokasi calon proyek
3.2.2. Penyediaan Gudang Bangsal Kerja dan Direksi keet
3.2.3. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
3.2.4. Pembuatan papan nama proyek
3.2.5. Pemasangan bouwplank
3.2.6. Pengadaan alat-alat kerja yang dibutuhkan

3.3. Pembersihan Lokasi


Meliputi pembersihan semua tanam tumbuh termasuk
pembongkaran akar-akar pohon yang terkena bangunan. Hasil
pembersihan tersebut diatas dibuang ke luar lokasi pekerjaan.
Pembersihan ini termasuk pembersihan atas sisa-sisa pekerjaan
setelah pekerjaan selesai. Sisa-sisa pekerjaan yang sudah tidak
digunakan dibuang ke tempat sesuai dengan petunjuk Direksi.

3.4. Pembuatan Bangsal Kerja / Sewa


3.4.1. Bangsal untuk Direksi, Site Manager, Pekerja, Gudang dan
Ruang Rapat di lapangan dibuat di tempat sekitar bangunan
yang akan dikerjakan, letak ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
3.4.2. Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang
seharusnya mendapat perlindungan, harus disimpan di dalam
gudang yang cukup menjamin perlindungan terhadapnya.
3.4.3. Untuk bangsal kerja dibuat bangunan sementara yang dapat
melindungi pekerja dari panas dan hujan. Bangunan ini harus
dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, dengan
ukuran luas = 24 m2 (4x6) bangsal kerja dilengkapi
meubelair sederhana, beberapa buah kursi duduk dan 1 (satu)
lembar triplek tempat menempel gambar.
3.4.4. Gudang bahan dengan ukuran 24 m2 (4x6) dan diberi lantai
sedemikian rupa agar bahan-bahan terbebas dari lembab
tanah dan genangan air.
3.4.5. Bangsal Keja dapat juga berupa bangunan rumah yang
disewakan yang memenuhi syarat dan apan persetujuan dari
Direksi pekerjaan,

3.5. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan


Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air
terdekat,kemudian ditampung dalam drum-drum yang disediakan.
Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup selama
pelakasanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum
dalam PBI 1971 NI.2.

3.6. Pemasangan bouwplank


Tiang bouwplank harus terpasang kuat. Papan diketam halus dan
lurus pada sisi atasnya serta dipasang waterpass (timbang air) dengan
sudut-sudutnya harus siku.

3.7. Pembuatan papan nama proyek


Papan nama Proyek diletakan pada tempat yang mudah dilihat
umum.Papan nama proyek memuat :
3.7.1. Kop Dinas
3.7.2. Nama proyek
3.7.3. Pemilik proyek
3.7.4. Lokasi proyek
3.7.5. Jumlah biaya (kontrak)
3.7.6. Nama Pelaksana (Kontraktor)
3.7.7. Proyek dimulai tanggal,bulan,tahun.
3.7.8. Tulisan dibuat dengan cat warna hitam dengan dasar cat
warna putih.

3.8. Normalisasi Halaman


Normaliasai Halaman di lakukan untuk mempersiapkan halaman
dengan meratakan bagian halaman yang akan dijadikan tempat
pekerjaan pengecoran halaman nantinya.

PASAL 4 : PEKERJAAN TANAH


4.1. Lingkup Pekerjaan
Pada pekerjaan ini termasuk galian tanah biasa, tanah urug dan pasir
urug.
4.1.1. Galian tanah untuk pekerjaan pondasi;
4.1.2. Urugan kembali galian tanah pondasi;
4.1.3. Tanah Urug di Bawah Lantai;
4.1.4. Pasir Urug Dibawah Lantai

4.2. Persyaratan Bahan


Untuk urugan pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk
urugan digunakan pasir urug/tanah urug kualitas baik. Material
urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta
sampah lainnya.

4.3. Pedoman Pelaksanaan


4.3.1. Galian pondasi baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank
terpasang, dengan penandaan sumbu ke sumbu selesai
diperiksa dan disetujui direksi. Bentuk galian dilaksanakan
sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar.
4.3.2. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerusakan yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut. Apabila
pada waktu penggalian ditemukan benda-benda purbakala,
maka kontraktor wajib melaporkannya kepada Pemerintah.
4.3.3. Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah
ditentukan dalam gambar, maka kontraktor harus mengisi
kelebihan galian dengan pasir urug.
4.3.4. Pengurugan bekas galian pondasi diurug lapis demi lapis. Tiap
lapisan tersebut dipadatkan. Setelah lapisan pertama padat,
ditimbun dengan lapisan berikutnya dan dipadatkan kembali
seperti di atas. Demikian seterusnya dilakukan sampai semua
lubang galian tertutup kembali.
4.3.5. Di bawah pondasi di urug dengan pasir pasang dan
dipadatkan.
4.3.5.1. Urugan tanah meliputi untuk pengurugan site,
pengurugan tanah bekas galian dan mendatangkan
dari luar lokasi.
4.3.5.2. Tanah yang akan diurug dan tanah urugannya harus
bebas dari segala bahan yang dapat membusuk atau
dapat mempengaruhi kemampatan tanah yang akan
dilakukan.
4.3.5.3. Pekerjaan pengurugan dilakukan selapis demi selapis
setiap 20 cm kemudian dipadatkan hingga mencapai
kepadatan 90 %.
4.3.5.4. Penjelasan mengenai pekerjaan ini tidak terpisahkan
dan berhubungan dengan pekerjaan pengurugan.
4.3.5.5. Penggunaan peralatan untuk pekerjaan penggalian dan
pemadatan harus mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan selama pemadatan dengan bahan yang sesuai
dengan persyaratan apabila ternyata timbul hal-hal
yang bertentangan dengan syarat-syarat teknis untuk
pemadatan berhubungan dengan pekerjaan pemadatan
sebelumnya.
4.3.5.6. Lapisan pasir urug ditebarkan disetiap pasangan lantai
dengan ketebalan sesuai dengan gambar untuk itu,
selanjutnya dipadatkan.
4.3.6. Pengurugan Pasir Bawah Cor dilakukan untuk meratakan dan
memperkuat dasar tanah yang nantinya sebagai tempat
pengecoran dengan ketabalan antara 10 – 15 cm.
4.3.7. Pengurugan Tanah dan pasir di bawah lantai diurug lapis demi
lapis. Tiap lapisan tersebut dipadatkan. Setelah lapisan pertama
padat, ditimbun dengan lapisan berikutnya dan dipadatkan
kembali seperti di atas. Demikian seterusnya dilakukan sampai
semua lubang galian tertutup kembali.
4.3.8. Timbunan Tanah Uruk untuk Taman dilakukan pada lapisan
pertama yang dijadikan media tanam dibentuk sesuai dengan
gambar dan petunjuk pengawas lapangan dengan di buat trap
atau berkuntur untuk dapat terbentuk media tanam yang
diinginkan.
4.3.9. Timbunan Tanah Subur Pilihan untuk Taman diambil dari tanah
subur yang diletakan pada lapiasan kedua atau teratas pada
media taman dan bangian tamanan yang ditaman sesuai dengan
petujuk pada gamabar dan pengawas lapangan.

PASAL 5 : PEKERJAAN PONDASI


Pekerjaan pondasi meliputi pondasi keliling bangunan. Untuk lebih
jelasnya Pelaksana dapat melihat pada gambar rencana.
5.1. Lingkup Pekerjaan
Pada pekerjaan ini meliputi pekerjaan Pondasi Foot Plat,. Dimensi dari
masing-masing pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Gambar Rencana.
5.2. Persyaratan Bahan
Bahan semen campuran dengan perbandingan adukan menyesuaikan
dengan ketentuan yang ada dan sebelumnya dibersihkan dari kotoran-
kotoran dan dicuci dengan air bersih.
5.3. Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik/Konsultan, ketebalan
batu tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari 1,5 kali tebalnya
dan panjangnya tidak kurang dari 1,5 kali lebarnya.
5.4. Adukan semen harus terdiri dari semen dan pasir halus dengan
komposisi 1 semen : 3 pasir dalam takaran volume. Adukan harus
mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 Kg/Cm2 pada umur 28 hari.
PASAL 6 : PEKERJAAN BETON
6.1. Lingkup Pekerjaan
Kelas dari beton yang digunakan pada masing-masing bagian
pekerjaan seperti yang terihat pada gambar rencana dan pasal-pasal
lain dengan Spesifikasi ini atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
Mutu beton yang digunakan terdiri dari K-175, K-125.
K-175 : Digunakan dalam konstruksi Kolom, dan Balok (termasuk
Ringbalk).
K-125 : Digunakan untuk konstruksi beton tak bertulang lantai
beton dalam bangunan, lantai kerja.

6.2. Pengendalian Pekerjaan


Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam PBI N-2 1971.
6.2.1. Pengecoran Beton
6.2.1.1. Pengecoran dapat dilaksanakan setelah Pemborong
mendapat ijin secara tertulis dari pengawas lapangan
setelah syarat teknis di lapangan terpenuhi.
6.2.1.2. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan
paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.
6.2.1.3. Sebelum pengecoran Pemborong harus sudah
menyiapkan seluruh stek-stek maupun angkur-angkur
dan sparing-sparing yang diperlukan pada kolom-
kolom, balok-balok untuk bagian yang akan
berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan
instalasi, kecuali dinyatakan lain pada gambar atau
terdapat perubahan.
6.2.1.4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak
dicampurnya air pada semen dan agregat melampaui 30
menit.
6.2.1.5. Beton harus di cor sedemikian rupa sehingga
menghindari terjadinya pemisahan material
(segregration) dan perubahan letak tulangan.
6.2.1.6. Pengeteran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang
telah mengalami initialiset atau yang telah mengeras
dalam batas yang akan terjadi palstis karena getaran.
6.2.2. Pemadatan Beton
Pemborong harus bertanggung jawab untuk menyediakan
peralatan untuk mengangkut dan menuang beton dengan
kekentalan secukupnya agar didapat beton padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan.
6.2.3. Slump (Kekentalan Beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian
dengan PBI-1971 adalah sebagai berikut:
Jenis Kontruksi Slump/Max (mm)/Min
(mm)
 Kaki dan dinding 125 50
pondasi 150 75
 Plat, balok dan 150 75
dinding
125 50
 Kolom
 Plat diatas tanah
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran
tinggi harga tersebut di atas dapat dinaikan sebesar 50% tetapi
dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
6.2.4. Penyambungan Beton dan Water Stop
6.2.4.1. Setiap penyambungan beton, permukaan harus
dibersihkan/ dikasarkan dan diberi bahan bonding
agent seperti: EMAGG atau sejenis yang dapat menjamin
kontinuitas adukan beton dengan yang baru.
6.2.4.2. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang
terletak dibawah permukaan tanah atau tempat-tempat
yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor
harus diberi PVC water stop LWG (9”) dan dipasang
sesuai petunjuk pengawas/produsen.

6.3. Bahan-Bahan
6.3.1. Semen
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI – 8 tahun 1972
dan memenuhi S – 400 menurut Standar Cement Portland yang
digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972 ).
Semen yamg telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam
satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai
bahan campuran.
Penyimpangan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat
penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan
paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus
dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
6.3.2. Pasir beton
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dan
bahan-bahan organik, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi
komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam SNI yang khusus untuk beton bertulang yang
sesuai dengan pekerjaan ini.
6.3.3. K e r i k i l
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam
SNI tentang beton bertulang yang sesuai dengan pekerjaan ini.
Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua
jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan
beton dengan komposisi material yang tepat.
6.3.4. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak
,asam alkali garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain
yang dapat merusak beton atau baja tujangan. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
6.3.5. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-24
(tegangan leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm ).
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak,
minyak, karat lepas dan bahan lainnya.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan
tidak boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu
panjang.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam
keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar kerja dan harus diminta
persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan
penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan harus
ada persetujuan Direksi.
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal
ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang
diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
6.3.6. Kawat Pengikat (Bendrat)
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang
telah dluruskan dan memenuhi standar untuk pekerjaan beton.
Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari unsur yang
mengganggu seperti minyak, garam, asam basa, gula atau
organis. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
tanpa pengujian.
6.3.7. Cetakan dan Acuan
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu
baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran
dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh
gambar kerja dan uraian pekerjaan ini.
Lain-lain yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar kembali
sebagian atau seluruhnya menurut perintah Direksi untuk
selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko Kontraktor.
6.3.8. Pengecoran Beton
6.3.8.1. Sebelum beton di cor, cetakan harus dibasahi dengan air
atau disebelah dalamnya dilapisi dengan minyak mineral
yang tak akan membekas.
6.3.8.2. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak di cor
dalam posisi akhirnya dalam cetakan dalam waktu 1 jam
setelah pencampuran, atau dalam waktu secepatnya
sesuai petunjuk Direksi Teknik atas dasar pengamatan
sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan.
6.3.8.3. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti
sampai dengan sambungan konstruksi yang telah
disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
6.3.8.4. Beton harus di cor sedemikian rupa agar terhindar dari
segregasi (pemisahan) partikel kasar dan halus dari
campuran. Beton harus di cor dalam cetakan sedekat
mungkin ke tempat akhirnya untuk mencegah
pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari
satu meter dari tempat asal pengecoran.
6.3.8.5. Bila di cor ke dalam struktur yang memiliki cetakan
yang sulit dan tulangan yang rapat, beton harus di cor
dalam lapis-lapis horizontal yang tidak lebih dari 5 cm
tebalnya.
6.3.8.6. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dari
ketinggian lebih dari 150 cm.
6.3.8.7. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian
rupa sehingga beton yang telah berada di tempat masih
plastis, sehingga dapat menyatu dengan beton segar.
6.3.8.8. Air tidak diperbolehkan dialirkan ke atas atau dinaikan
kepermukaan pekerjaan beton dalam waktu 24 jam
setelah pengecoran.

PASAL 7 : PEKERJAAN PASANGAN BATAKO


7.1. Dinding yang digunakan pada bangunan adalah dinding tembok
batako.
7.2. Pelaksanaan pemasangan dinding tembok:
7.3. Sebelum dipasang batako harus disiram dengan air sehingga habis
gelembung-gelebung udaranya, pemasangan batako harus rapi,
tegak urus, voeg/siar sedalam 1 cm kemudian diplester.
7.4. Dari sloof dipasang batako yang pada rongga-rongganya diisi
dengan campuran spesi sampai ketingian 45 cm dari muka lantai,
utuk ketinggian selanjutnya dipasang seperti biasa dengan adukan 1
Pc : 4 Ps.
7.5. Batako yang dipasang harus bermutu baik, baru (bukan bekas
bongkaran) kering, keras, terbuat campuran spesi yang rata dan
ukurannya harus seragam (sama rata).
7.6. Dipasang angker dari besi diameter 8 mm pada setiap sisi pasangan
kusen-kusen dan kolom-kolom beton jarak maksmal 0,5 m.
7.7. Dinding penyekat ruangan menggunakan dinding tembok batako
dan diplester halus.
7.8. Untuk Pagar besi sesuai dengan ukuran yang ada.

PASAL 8 : PEKERJAAN PLESTERAN


8.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan batako dan
beton bertulang. Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-
bahan yang berhubungan dengan plesteran sesuai dengan
spesifikasi dan gambar-gambar.

8.2. Peryaratan Bahan


Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah
digariskan dalam pasal beton bertulang.
8.2.1. Semen yang digunakan adalah semen portland yang
memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004.
8.2.2. Agregat Halus
Pasir harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada
Pekerjaan Pasangan Batu dan Pekerjaan Beton.
Air, persyaratan air yang digunakan sama dengan Pekerjaan
Beton dan Pasangan Batu.

8.3. Pedoman Pelaksanaan.


Sebelum plesteran dilakukan, maka :
8.3.1. Dinding dibersihkan dari semua kotoran.
8.3.2. Dinding dibasahi dengan air.
8.3.3. Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5
cm.
8.3.4. Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan
plesteran dapat merekat dengan baik.
8.3.5. Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1
Pc : 2 Ps, sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan
campuran 1 Pc : 4 Ps diaci dengan campuran semen Pc dan
kapur mill dengan perbandingan 1 Pc : 3 Mill.
8.3.6. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama
tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis
dan/atau terlalu tebal. Ketebalan yang diperbolehkan berkisar
antara 10 mm sampai 15 mm. Untuk mencapai tebal plesteran
yang rata sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara silang dengan
menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara
horizontal dan vertikal.
8.3.7. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus
diusahakan memperbaiknya secara keseluruhan bidang-bidang
yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur
(dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru
harus rata dengan sekitarnya.
8.3.8. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesteran.
8.3.9. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan
penutup atap selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai
dipasang.
8.4. Perawatan
8.4.1. Plesteran semen portland dijaga agar permukaan yang baru
diplester tetap basah selama 48 jam. Basahilah secukupnya tiap-
tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai mengeras untuk
mencegah retak-retak. Lindungilah plesteran dari penguapan
yang berlebihan selama udara panas dan kering. Penyiraman
juga harus dilakukan pada hari libur.
8.4.2. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh pekerja yang ahli dalam
bidangnya. Permukaan plesteran harus rata, sudut-sudutnya
harus baik tanpa cacat.
8.4.3. Tutup bagian-bagian yang masih terdapat pekerjaan lain dengan
kantong atau penutup lain.

PASAL 9 : PEKERJAAN KAYU


Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dan sehat dengan ketentuan,
bahwa segala akibat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan
dengan pemakaian tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi,
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PPKKI-1961.
Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan murtu B.
Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
sebagai berikut:
 Harus kering udara (kadar legas 5%).
 Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak
boleh lebih dari 3,5 cm.
 Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar
dari 1/10 dari tinggi balok.
 Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu, retak-
retak menurut lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
 Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/10.
Yang dimaksud kayu mutu B adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
sebagai berikut:
 Kadar legas kayu 30%
 Batas mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak
boleh lebih dari 5 cm.
 Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu radial kayu yang
lebih besar 1/10 dari tinggi balok.
 Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan
retak-retak menurut lingkaran tidak melebihi ¼ lebar kayu.
 Miring arah serat (tangnsial) tidak melebihi 1/7.

9.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-
alat bantu yang diperlukan, sehingga konstruksi kayu selesai
dilaksanakan
Bagian pekerjaannya adalah :
9.1.1. Pekerjaan kayu kuda-kuda / rangkap kap
9.1.2. Pekerjaan kasau dan reng
9.1.3. Lisptlank, papan talang, papan ruiter
9.1.4. Kayu rangka plafond
9.1.5. Kuzen pintu, jendela dan bovenlicht
9.1.6. Daun pintu, daun jendela dan daun bovenlicht sesuai dengan
gambar kerja

9.2. Persyaratan Bahan


9.2.1. Kayu kuda-kuda / rangka kap digunakan kayu klas II.
9.2.2. Untuk papan talang dan papan ruiter digunakan kayu klas II
9.2.3. Untuk listplank digunakan kayu klas II
9.2.4. Untuk kuzen pintu, jendela dan bovenlicht digunakan kayu II
9.2.5. Untuk ram daun pintu,jendela dan bovenlicht digunakan kayu
klas II
9.2.6. Untuk kasau digunakan kayu klas II
9.2.7. Untuk reng digunakan kayu klas II
9.2.8. Untuk irung-irung digunakan kayu klas II
9.2.9. Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat
9.2.10. Baut dan besi strip digunakan besi hitam (non galvanized)
dengan ukuran sesuai dengan gambar kerja

9.3. Pedoman Pelaksanaan


9.3.1. Rangka Atap
9.3.1.1. Semua kayu diawetkan dengan residu (tir). Pengecatan
dengan residu harus dilakukan 1 x sehingga
menghasilkan warna yang merata pada seluruh
permukaan kayu.
9.3.1.2. Konstruksi harus dibuat sesuai gambar kerja, untuk
ukuran kayu maupun cara penyambungannya.
9.3.1.3. Sambungan kayu harus dibuat dengan rapi dan penuh
keahlian dengan memperhatikan peraturan yang
disyaratkan dalam Sk-SNI-5-10-1990-F.
9.3.1.4. Usuk dilaksanakan dengan kayu klas II ukuran 5 x 7 cm
dan reng meranti ukuran 3 x 5 cm. Dipasang dengan
ukuran yang ditetapkan dalam gambar. Hasil akhir
pasangan harus rata dan tidak bergelombang.
9.3.1.5. Toleransi ukuran kayu setelah dipasah adalah maksimal
berkurang 0,5 cm dari ukuran yang telah ditetapkan.
9.3.2. Kayu rangka plafond
9.3.2.1. Kayu rangka plafond dan kayu klas II berukuran 5/7
dan 5/5 cm dengan motif pemasangan sesuai dengan
gambar kerja.
9.3.2.2. Penggantung plafond /rangka plafond dari kayu klas II
berukuran 5/5 cm
9.3.2.3. Toleransi ukuran kayu setelah dipasah adalah maksimal
berkurang
9.3.3. Papan talang dan papan ruiter
9.3.3.1. Papan talang dari kayu klas II berukuran sesuai gambar
kerja.
9.3.3.2. Papan ruiter dari kayu klas II berukuran 2/15 cm
9.3.3.3. Toleransi ukuran kayu setelah dipasah adalah maksimal
berkurang 0,5 cm dari ukuran yang telah ditetapkan.
9.3.4. Listplank
9.3.4.1. Papan listplank dari kayu klas I berukuran 2/20 dan
2/10 cm atau sesuai gambar kerja. Pemasangannya
dipakukan langsung pada usuk (untuk yang dipasang
mendatar). Pemasangan harus rapi dan lurus. Apabila
dijumpai pemasangan yang tidak lurus, maka bagian
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki kembali atas
beban Kontraktor.
9.3.5. Kuzen pintu dan jendela kayu I
9.3.5.1. Ukuran kayu untuk kuzen pintu adalah 5/10 cm
9.3.5.2. Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar,
ikatan perkuatan harus menggunakan pen kayu keras
yang sebelumnya bidang sambungan ini harus di lumuri
dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat
dengan baik.
9.3.5.3. Setiap kuzen pintu harus dilengkapi angker minimal 3
buah untuk kiri kanan kuzen yang melekat ke tembok.
Untuk kuzen jendela 2 buah di kiri kanan kuzen yang
melekat ke tembok. Khusus untuk kuzen pintu di bawah
kuzen dilengkapi dengan duuk yang diangker kedalam
neut beton.
9.3.5.4. Semua bidang kuzen yang bersinggungan dengan
dinding/beton dibuat alur-alur kapur, kemudian bidang
tersebut diawetkan dengan cat meni 2 (dua) kali.
9.3.6. Daun pintu/jendela dan bovenlicht
9.3.6.1. Daun pintu panil dibuat dengan raam kayu kamper klas
I ukuran sesuai dengan gambar kerja dengan panil
papan kayu meranti dengan ukuran sesuai gambar kerja.
9.3.6.2. Kayu diketam dengan mesin
9.3.6.3. Toleransi ukuran kayu setelah diketam adalah maksimal
berkurang 0,5 cm dari ukuran yang telah ditetapkan.
9.3.6.4. Irung-irung dari kayu klas II berukuran 2/3 cm.
9.3.6.5. Disyaratkan agar Kontraktor memesan langsung pada
tempat khusus pembuat pintu atau pada toko. Tidak
dibenarkan Kontraktor membuat sendiri dilapangan
pekerjaan.
9.3.6.6. Kaca pengisi daun jendela dan/atau bovenlicht dari kaca
bening dengan ketebalan 5 mm. Pasangan kaca harus
memperhatikan muai susut baik dari kozeyn, maupun
bahan kaca tersebut.

PASAL 10 : PEKERJAAN PENUTUP ATAP


10.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian pekerjaan yang dilaksanakan adalah menutup semua bidang
atap bangunan.
10.2. Bahan yang digunakan
10.2.1. Genteng penutup atap mempergunakan atap genteng metal
ketebalan minimal 0,25 mm sesuai dengan gambar kerja,
produksi dalam negeri dengan kualitas yang disetujui Direksi.
10.2.2. Bubungan sesuai dengan model genteng metal, produksi
dalam negeri dengan kualitas yang disetujui Direksi.
10.2.3. Talang datar dan tegak menggunakan seng BJLS 28

10.3. Pedoman Pelaksanaan


10.3.1. Pasangan genteng disusun berlapis sesuai dengan bentuk
genteng yang ada. Bubungan ditutup dengan bahan yang
sejenis dengan bahan atap.
10.3.2. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga
tidak mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran
setelah pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut
harus dibongkar dan dipasang baru.

PASAL 11 : PEKERJAAN LANTAI


11.1. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan
Pekerjaan lantai terdiri dari :
11.1.1. Lantai beton tumbuk sebagai alas pemasangan keramik
dengan tebal 5 cm untuk seluruh bagian ruangan.
11.2. Pedoman Pelaksanaan
11.2.1. Dasar lantai
Dilapisi pasir urug setebal 15 cm dipadatkan
11.2.2. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua
pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang
harus sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan
lantai dimulai.
11.2.3. Adukan
11.2.3.1. Adukan untuk Keramik 1 Pc : 3 Ps
11.2.3.2. Untuk beton tumbuk 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan diplester 1
Pc : 3 Ps.
11.2.4. Pemasangan
11.2.4.1. Lantai beton tumbuk dipasang dengan ketebalan 5
cm dan diplester setebal 1 cm. Adukan perekat lantai
dipakai 1 Pc : 3 Ps
11.2.4.2. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak,
noda dan cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat
pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus
dibongkar sampai berbentuk bujur sangkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.

PASAL 12 : PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG


12.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun
pintu dan jendela, selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak
angin.

12.2. Persyaratan Bahan


12.2.1. Engsel-engsel dari kuningan sekualitas merek RCH Nylon
ukuran 140 mm untuk pintu dan 110 mm untuk jendela dan
bovenlicht dan sebelumnya dikonultasikan dengan direksi
pekerjaan.
12.2.2. Kunci pintu sekualitas merek SES 2 (dua) kali putar atau yang
setaraf dan sebelumnya dikonultasikan dengan direksi
pekerjaan.
12.2.3. Grendel (sloot), tarikan jendela dan kait angin berkualitas baik
dan sebelumnya dikonultasikan dengan direksi pekerjaan.

12.3. Pedoman Pelaksanaan


12.3.1. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 kali putar
sekualitas merk SES, yang berkualitas baik.
12.3.2. Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembaran daun
pintu dan 2 (dua) buah untuk setiap daun jendela atau daun
bovenlicht. Pemasangan dilakukan dengan mur khusus untuk
pintu, tidak dibenarkan melengketkan engsel ke pintu dan ke
kozeyn dengan menggunakan paku. Penguncian mur harus
dilakukan dengan memutarnya dengan obeng, sehingga
seluruh batang masuk dan menempel kuat ke kayu yang
dipasang.
12.3.3. Untuk alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang Kontraktor
wajib memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk
dimintakan persetujuan Direksi atau Pemberi Tugas.
12.3.4. Apabila pada waktu pemasangan alat-alat tersebut tidak sesuai
dengan yang disyaratkan, maka Direksi berhak untuk
menyuruh bongkar kembali dan diganti dengan alat-alat yang
disyaratkan atas biaya Kontraktor.
12.3.5. Grendel dan kait angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap
daun jendela. Grendel bagian atas pintu berukuran 10” dan
bagian bawah 8”. Kait angin berukuran 8”. Pada pintu dan
bovenlicht dipasang handle berukuran 4”. Pasangan harus
rapi dan dapat bekerja dengan baik. Untuk melengketkan alat
tersebut ke daun jendela harus menggunakan mur seperti
tersebut pada ayat 13.32 pasal ini.

PASAL 13 : PEKERJAAN PENGECATAN


13.1. Lingkup pekerjaan
13.1.1. Meni kayu untuk bidang kozeyn yang melekat ke dinding,
sambungan-sambungan konstruksi kayu pada kuda-kuda dan
lain-lain.
13.1.2. Meni besi untuk baut-baut dan besi strip.
13.1.3. Cat kayu untuk bidang-bidang kayu kozeyn yang nampak,
daun pintu panel dan ventilasi kayu, listplank dan lis eternit,
serta dinding papan yang dapat dibbuka dan plafond
lambrisering.
13.1.4. Cat tembok untuk dinding yang diplester,bidang-bidang beton
dan plafond gipsum.
13.1.5. Residu/Teer untuk kayu kuda-kuda, gording dan rangka atap.
Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
13.1.5.1. Meni kayu dan besi sekualitas merk Emko atau Patna.
13.1.5.2. Cat kayu sekualitas merk Emko lux.
13.1.5.3. Cat tembok sekualitas merk MATEK
13.1.5.4. Residu kualitas baik tidak luntur.
13.1.5.5. Plamur kayu dan dinding sekualitas merk Patna

13.2. Pedoman Pelaksanaan


13.2.1. Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan
plafond.
13.2.2. Pekerjaan meni, residu harus betul-betul rata, berwarna sama,
pengecatan minimal 2 (dua) kali.
13.2.3. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang
digunakan.
13.2.4. Urutan pekerjaan sebagai berikut
13.2.4.1. 1 (satu) kali pengerjaan meni kayu/cat dasar.
13.2.4.2. 1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu
13.2.4.3. Penghalusan dengan amplas
13.2.4.4. Finishing dengan cat kayu sampai rata mnimal 2
(dua) kali
13.2.5. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai
berikut:
13.2.5.1. Penggosokan dinding dengan amplas sampai rata dan
halus, setelah itu dilap dengan kain basah hingga
bersih.
13.2.5.2. Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles
sampai rata. setelah betul-betul kering digosok
dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering
yang bersih.
13.2.5.3. Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata,
minimal 2 (dua) kali.
13.2.5.4. Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna
merata sama dan tidak terdapat belang-belang atau
noda-noda mengelupas.
13.2.6. Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :
13.2.6.1. Membersihkan bidang plafond yang akan dicat
13.2.6.2. Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga
menghasilkan bidang pengecatan yang merata sama
dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.

PASAL 14 : PEKERJAAN PENUTUP


14.1. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua
bagian pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua
item pekerjaan harus ditata rapi dan semua barang yang tidak
berguna harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
14.2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua
penyimpangan dari ketentuan rencana dan gambar menjadi
tanggungan pelaksana, untuk itu pelaksana harus menyelesaikan
pekerjaan sebaik mungkin.
14.3. Selama masa pemeliharaan, kontraktor wajib merawat,
mengamankan memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga
sebelum penyerahan ke II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah
sempurna.
14.4. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini, tetapi
tidak diuraikan atau dimuat dalam RKS, harus tetap dikerjakan dan
diselesaikan oleh Kontraktor, untuk penyelesaian yang lengkap dan
sempurna menurut pertimbangan Direksi Teknik.
14.5. Uraian tentang bagian, tempat dimana digunakan, volume dan bahan
yang akan dikerjakan, tercantum pada lampiran RKS (Daftar
Kuantitas dan Harga).
14.6. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan
ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).

Anda mungkin juga menyukai