Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS

Program : Program Peningkatatan PSU Perumahan


Kegiatan : Urusan Penyelenggaraan PSU Perumahan
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Lingkungan Budi Utomo Depan SMP 5
Lokasi : Kecamatan Murung
Tahun Anggaran : 2022

Pasal 1
PENJELASAN UMUM
1.1 Pekerjan yang dilaksanakan adalah Peningkatan Jalan Lingkungan Budi Utomo Depan
SMP 5 sesuai dengan ketentuan-ketentuan umum antara lain:
1.1.1 Gambar bestek dan detail terlampir.
1.1.2 Spesifikasi teknis dalam pasal-pasal berikut.
1.1.3 Risalah rapat penjelasan (Aanwijzing) yang dilaksanakan.
1.1.4 Petunjuk-petunjuk dari direksi / pengawas lapangan.
1.1.5 Lokasi bangunan ini akan dibangun di lokasi yang ditentukan sesuai dengan
rencana awal, yaitu untuk Peningkatan Jalan Lingkungan Budi Utomo Depan
SMP 5 Kabupaten Murung Raya.
1.2 Untuk kelancaran pekerjaan, kontraktor pelaksana diwajibkan untuk memahami hal-hal
sebagai berikut:
1.2.1 Sebelum memulai pelaksanaan, kontraktor mempelajari terlebih dahulu dengan
seksama Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Spesifikasi Teknis beserta Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan. Kontraktor melaporkan ke Direksi Teknis, setiap ada
perbedaan ukuran dari gambar-gambar, termasuk antara gambar dan spesifikasi
teknis untuk mendapatkan persetujuan. Bila tidak, maka akibat dari kelalaian
tersebut dalam hal ini akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pihak
kontraktor.
1.2.2 Gambar rencana untuk kegiatan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Dokumen Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin
diadakan dalam masa pelaksanaan. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi ini maupun spesifikasi lainnya dan
tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan pada gambar rencana atau perbedaan antara gambar rencana dan isi
spesifikasi.
1.2.3 Penyerahan Lapangan / Area / Tempat Pekerjaan
Lapangan / Area / Tempat Pekerjaan akan diserahkan kepada kontraktor segera
sesudah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), dalam keadaan
seperti waktu pemberian penjelasan pekerjaan.
Kontraktor memahami benar tentang:
a. Letak pekerjaan yang akan dilaksanakan,
b. Batas-batas Persil / Kavling maupun keadaannya pada waktu itu,
c. Keadaan kontur tanah terhadap kondisi di lapangan yang ada,
d. Segala sesuatu yang ada di lokasi pekerjaan,
e. Gambar-gambar Rencana dan Metode Pelaksanaan yang telah disepakati
bersama.
1.2.4 Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang
dilaksanakan kontraktor harus berhubungan dengan Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan pengesahan / persetujuannya dengan mengajukan request pekerjaan.
1.2.5 Setiap usul perubahan dari kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi
Teknis dianggap berlaku sah, serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
1.2.6 Pengawasan terus-menerus terhadap pelaksanaan, penyelesaian, perapihan
dilakukan oleh tenaga-tenaga pelaksana dari kontraktor yang benar-benar ahli.
1.3 Paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),
Kontraktor harus mengajukan :
1.3.1 Jadwal Waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan
secara diagram balok (barchart),
1.3.2 Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja,
1.3.3 Jadwal Pengadaan Bahan dan Peralatan Kerja,
1.3.4 Jadwal waktu penyerahan Shop Drawing serta contoh bahan / peralatan. Bagan-
bagan yang tersebut di atas mendapat persetujuan dari Direksi Teknis, sebagai
dasar / patokan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya dan mengikutinya.
1.4 Tata Cara untuk Memulai Suatu Jenis Pekerjaan
1.4.1 Setiap pelaksanaan pekerjaan yang bersifat baru, kontraktor meminta kepada
Direksi Teknis secara tertulis untuk dapat memulai pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Kelalaian dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
1.4.2 Setiap jenis pekerjaan akan diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi Teknis. Setelah
disetujui barulah pekerjaan selanjutnya dapat dilaksanakan. Untuk itu, jika
diperlukan kontraktor meminta kepada Direksi Teknis secara tertulis untuk
memeriksa bagian pekerjaan tersebut. Kelalaian dalam hal ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
1.4.3 Untuk suatu jenis pekerjaan yang jika dikerjakan akan mengakibatkan jenis
pekerjaan lain tidak dapat diperiksa/tertutup oleh jenis pekerjaan tersebut, maka
kontraktor meminta kepada Direksi Teknis secara tertulis untuk memeriksa bagian
pekerjaan yang akan ditutup itu. Setelah pekerjaan yang akan ditutup tersebut
dinyatakan baik, barulah kontraktor diperkenankan melaksanakan pekerjaan
selanjutnya.
1.4.4 Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh kontraktor, maka
Direksi Teknis berhak menginstruksikan untuk membongkar bagian-bagian yang
sudah dikerjakan baik sebagian maupun seluruhnya untuk keperluan pemeriksaan
atau perbaikan. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali akan dibebankan
kepada kontraktor.
1.5 Foto-Foto Dokumen Berkala
Kontraktor harus memperhitungkan biaya dokumentasi berupa foto berwarna yang diambil
secara berkala dari seluruh pelaksanaan, yaitu foto harus diambil dari satu titik yang sama
mulai dari photo 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%.
1.6 K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi)
Selama pelaksanaan, kontraktor harus menyediakan alat pelindung diri untuk pekerja dan
obat-obatan/bahan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
1.7 Pekerjaan harus sudah diselesaikan oleh kontraktor dengan baik sebelum batas waktu
kontrak dengan ketentuan :
1.7.1 sebelum pemeriksaan lapangan oleh Tim Pemeriksa dari Direksi, halaman sekitar
bangunan harus sudah bersih dari sisa-sisa kotoran/puing-puing pada waktu
diserahkan.
1.7.2 pekerjaan pada saat diserah terimakan harus dengan kondisi yang memuaskan
bebas dari segala macam kotoran yang ditimbulkan selama masa pelaksanaan
pekerjaan.
1.7.3 pada waktu pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan
ketentuan yang berlaku, serta tetap mempertahankan kualitas, kuantitas, estetika
dan administrasi.
Pasal 2
BAHAN-BAHAN DAN ALAT-ALAT

2.1 Untuk kelancaran pekerjaan, kontraktor pelaksana diwajibkan :


2.1.1 menyediakan tenaga lapangan (mandor) yang berpengalaman serta mampu
mengambil keputusan dalam pengaturan pekerjaan di lapangan.
2.1.2 mendatangkan bahan-bahan yang diperlukan tepat waktu dengan kualitas yang
telah disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
2.1.3 menyediakan alat bantu dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.2 Semua bahan yang digunakan pada setiap item pekerjaan harus berkualitas baik dan telah
disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
2.2.1 bila di dalam dokumen lelang disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu
bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukkan standard minimal
mutu/kualitas bahan dan barang yang digunakan.
2.2.2 contoh bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan diajukan dan diadakan
kontraktor atas biaya kontraktor, dan setelah disetujui oleh Direksi Teknis maka
contoh bahan tersebut dapat dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
2.2.3 untuk bahan bangunan/material yang didatangkan oleh pemasok ke lokasi
pekerjaan, pelaksana lapangan, kontraktor bersama-sama dengan konsultan
pengawas dan direksi menyortir ukuran, jenis dan mutu bahan sebelum diterima.
2.2.4 sebelum dikerjakan semua bahan/material bangunan harus dicek terlebih dahulu
oleh Pelaksana Lapangan, kontraktor bersama-sama dengan Konsultan Pengawas
dan Direksi.
2.3 Penyediaan peralatan kerja oleh kontraktor :
2.3.1 Kontraktor menyediakan segala peralatan sesuai spesifikasi yang disyaratkan dan
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan sempurna, termasuk
membongkar/merapikan/membawa keluar segala peralatan tersebut setelah tidak
diperlukan lagi.
2.3.2 Peralatan-peralatan tersebut sudah diperhitungkan bentuk, ukuran, kapasitas, dan
sebagainya untuk bisa melayani kebutuhan pelaksanaan pekerjaan ini.
2.3.3 Peralatan-peralatan tersebut dalam keadaan baik dan selalu siap untuk digunakan.
Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik segera diperbaiki atau kalau tidak
mungkin segera diganti dengan yang masih berfungsi dengan baik.
2.3.4 Segala biaya yang diperlukan untuk menyediakan peralatan dan operatornya
menjadi tanggungan kontraktor, termasuk biaya perawatan, perbaikan,
pembongkaran kembali peralatan tersebut serta biaya mobilisasi dan demobilisasi
alat tersebut.

Pasal 3
UKURAN POKOK

3.1 Kontraktor memberitahukan kepada Direksi Teknis , sebagian pekerjaan yang akan
dimulai utnuk dicek terlebih dahulu ketentuan peil-peil dan ukurannya.
3.2 Kontraktor senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap pekerjaan
dan segera melaporkan secara tertulis kepada Direksi Teknis , setiap terdapat
selisih/perbedaan-perbedaan ukuran, untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak
dibenarkan kontraktor membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan Direksi
Teknis .
3.3 Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peilpeil dan
ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja. Kelalaian dalam hal ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
3.4 Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-
sungguh. Kelalaian kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir oleh Direksi Teknis dan
Direksi Teknis berhak untuk membongkar pekerjaan atas biaya Kontraktor.
3.5 Peil Dasar
Peil dasar adalah + 0,00 yang ditentukan kemudian sesuai keadaan di lapangan bersama
Kontraktor dan Direksi Teknis . Patok peil tersebut dibuat secara permanen, sebagai
dasar segala ukuran di lapangan.
3.6 Pengukuran detail dari seluruh pekerjaan dilakukan dengan ukuran-ukuran yang tercantum
dalam gambar kontrak. Tidak dibenarkan memperbandingkan dengan skala. Untuk ini
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan .
3.7 Peil pokok pengukuran dan pengecekan hasil pekerjaan menggunakan titik referensi yang
akan ditunjuk Direksi Pekerjaan Lapangan di lapangan. Elevasi-elevasi rencana dibaca
sesuai dengan angka yang tertulis dalam gambar rencana.
3.8 Pengukuran dilakukan dengan alat ukur yang dalam keadaan baik dan mempunyai
ketelitian serta disetujui Direksi Pekerjaan .
3.9 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, kontraktor mengadakan pengukuran kondisi
existing lokasi yang akan dikerjakan dan disaksikan Direksi Teknis. Gambar Pengukuran
disetujui Direksi.
3.10 Kontraktor membuat Gambar Pelaksanaan/Shop Drawing yang akan digunakan sebagai
dasar pelaksanaan dan perhitungan Bersama Volume Pekerjaan (Mutual Chek). Sebelum
pelaksanaan pekerjaan, Gambar Pelaksanaan/Shop Drawing sudah disetujui Direksi
Teknis.
3.11 Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menempati semua ketentuan yang tercantum
dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar berikut tambahan dan perubahannya.
3.12 Kontraktor memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun begian-
bagiannya dan memberitahukan Direksi Teknis tentang setiap perbedaan yang ditentukan
di dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor
membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari
Direksi Teknis .
3.13 Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, di dalam hal apapun menjadi
tanggung jawab kontraktor. Oleh karena itu, sebelumnya kontraktor mengadakan
pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.

Pasal 4
PEKERJAAN PENDAHULUAN

4.1 Lingkup Pekerjaan


4.1.1 Pengukuran
4.1.2 Spanduk/Papan Nama Kegiatan
4.1.3 Bangsal Kerja Darurat
4.1.4 Penyiapan Badan Jalan
4.1.5 K3 (Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
4.2 Persyaratan Bahan
4.2.1 bahan bouwplank digunakan kayu kelas II ukuran 5/7 cm dan papan kayu kelas II
ukuran 2/20 cm.
4.2.2 untuk papan nama kegiatan digunakan tiang kayu kelas II.
4.2.3 untuk alat-alat berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan lain-lain
digunakan bahan kayu setempat.
4.2.4 Bangsal kerja menggunakan bahan kayu setempat sesuai persetujuan Direksi.
4.2.5 K3 untuk pekerja yaitu Helm Pelindung, Sarung Tangan dan Sepatu Keselamatan
serta Peralatan K3 (Kotak P3K, obat luka, perban dan lain-lain)
4.3 Pedoman Pelaksanaan
4.3.2 Pengukuran
a. Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus mengadakan pengukuran guna
mendapatkan ukuran yang tepat dan sesuai Gambar Rencana, ukuran-ukuran
sebagai pedoman, tercantum dalam Gambar Rencana.
b. Sebelum ada persetujuan dari Konsultan Pengawas/Pihak Direksi atas
pekerjaan pengukuran tersebut, kontraktor tidak boleh memulai pekerjaan
apapun yang bersifat permanen.
c. Titik tetap untuk pengukuran ditentukan oleh direksi. Direksi akan
menentukan titik penting, yaitu titik pengenal awal STA 0+000 sampai titik
pengenal akhir dari ruas jalan yang akan ditangani.
d. Dari titik pengenal awal STA 0+000 tersebut kontraktor harus mengukur
kembali sampai pada ujung ruas yang telah ditentukan.
e. Hasil pengukuran dan pengubahan volume/tempat (bila ada) dituangkan dalam
bentuk gambar kerja yang harus diserahkan dalam waktu 30 hari sesudah Surat
Perintah Mulai Kerja ditandatangani, kepada Direksi Teknik untuk
persetujuannya.
4.3.3 Spanduk/Papan Nama Kegiatan
Kontraktor wajib menyediakan papan nama kegiatan yang memuat informasi
tentang kegiatan yang dilaksanakan dan ditempatkan pada lokasi kegiatan.
4.3.4 Bangsal Kerja Darurat
Kontraktor wajib menyediakan tempat perlindungan dari cuaca (panas/hujan) bagi
pekerja dan material yang didatangkan ke lokasi pekerjaan.
4.3.5 Penyiapan Badan Jalan
Badan jalan/tanah dasar yang akan dicor harus dibersihkan dan diratakan
permukaannya. Material/sampah dari hasil pembersihandan perataan harus dibuang
dari badan jalan. Setelah tanah betul-betul rata dan siap permukaannya
dilaksanakan pekerjaan selanjutnya.

Pasal 5
PEKERJAAN BETON
5.1 Lingkup Pekerjaan
5.1.1 Pekerjaan Bekisting
5.1.2 Pekerjaan Plastik Cor
5.1.3 Pekerjaan Pembesian
5.1.4 Pekerjaan Beton
5.2 Persyaratan Bahan
5.2.1 Semen (P.C.)
a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland tipe
I, II, III, IV, dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang Semen
Portland.
b. Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA
(Semen Portland tipe II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Porgtland
tipe III dengan air-entraining agent), PPC (Portland Pozzolan Cement), dan
PCC (Portland Composite Cement) dapat digunakan apabila diizinkan oleh
Direksi Pekerjaaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen
yang digunakan.
c. Semen yang sudah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak
semen tidak diperkenankan pemakaian sebagai bahan campuran.
d. Penyimpanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan harus
ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang
masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
5.2.2 Pasir beton (aggregat halus)
Aggregat halus : yang akan dipakai dapat terdiri :Pasir alam, yaitu pasir yang
disediakan oleh Kontraktordari sungai atau sumber lainya yang disetujui oleh
Direksi. Pasir buatan yaitu pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu. Atau
kombinasi dari pasir alam dan buatan. Pasir dan kerikil halus yang akan dipakai
harus bersih dan bebas dari tanah liat, karang, serpihan-serpihan mika, bahan-
bahan organik dan alkalis, jumlah bahan-bahan yang merugikan tersebut tidak
boleh lebih dari 5 %. Bahan harus berbentuk baik (kubus), keras, padat, sisi-sisi
yang tajam dan awet. Pasir yang akan dipakai harus mempunyai gradasi yang baik
sesuai dengan PBI 1971 dan SK SNI 1991.
5.2.3 Kerikil beton (aggregat kasar).
Aggregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah, tipis, bersih dari bahan-bahan organik dan alkali atau bahan-bahan yang
merusak. Banyaknya bahan-bahan yang merusak tersebut tidak boleh lebih dari 3
% berat. Aggregat yang dipakai hendaknya berbentuk baik, keras, padat, awet dan
tidak berpori-pori. Aggregate kasar harus mempunyai gradasi yang baik, Jika
disaring dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk
beton (PBI) 1971 dan SK SNI 1991. Ukuran Maximums aggregat kasar tidak
melebihi yang ditetapkan oleh Direksi. Besar butiran  ½ -  3 Cm. Jika gradasi
tidak sesuai, maka Kontraktorharus menyaring atau mengolah kembali. Jika
diperlukan aggregat harus dicuci.
5.2.4 Air kerja.
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan
dalam beton. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan
karena sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan.
Air yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang
sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
5.2.5 Pekerjaan Pembesian
a. Pekerjaan Pembesian adalah Salah satu material Pembentuk beton Struktur. Besi
tersebut mempunyai dimensi polos dan ulir yang di ikat menggunakan kawat
bendrad. Pekerjaan Pembesian dan peletakan besi harus sesuai petunjuk
speksifikasi yang telah ditentukan dalam bestek dan mendapat persetujuan
direksi.
b. Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton.
c. Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
SNI 07-6401-2000.
5.3 Pedoman Pelaksanaan
5.3.1 Kontraktor diwajibkan membuat Jobmix Design terlebih dahulu, sebelum memulai
pekerjaan beton. Hasil Pengujian dari laboratorum diserahkan kepada Direksi
Teknis secepatnya. Segala biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.
5.3.2 Pencampuran dan Penakaran
a. Ketentuan Sifat-sifat Campuran
1. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kelecakan (slump), kekuatan (strength), dan keawetan (durability) yang
dibutuhkan sebagaimana disyaratkan.
2. Bilamana pengujian beton pada umur yang lebih awal sebelum 28 hari
menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan, maka
Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi
beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
3. Apabila kuat tekan beton berumur 28 hari tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan, maka harus diambil tindakan perbaikan atas pekerjaan
beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran
dan penggantian seluruh beton.
b. Penyesuaian Campuran
1. Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Kontraktor boleh melakukan perubahan
rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang
memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah
dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diizinkan.
Bahan tambahan (aditif) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, atas
persetujuan Direksi Pekerjaan kadar semen dapat ditingkatkan asalkan
tidak melebihi batas kadar semen maksimum karena pertimbangan panas
hidrasi. Cara lain dapat juga dengan menurunkan rasio air/semen dengan
pemakaian bahan tambahan jenis plasticizer yang berfungsi untuk
meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air atau
mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan adukan beton.
3. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara
tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
c. Penakaran Bahan
1. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian
sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu
satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
2. Untuk mutu beton fc’ ≥ 14,5 Mpa atau K-175 seluruh komponen bahan
beton harus ditakar menurut berat. Bila digunakan semen kemasan dalam
zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
d. Pencampuran
1. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
2. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
3. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
ditambahkan.
4. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus
dimasukkan sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat
bagian. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang
haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
5. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual,
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural.
5.3.3 Pelaksanaan Pengecoran
a. Penyiapan Tempat Kerja
1. Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
2. Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan
harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan
untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan
mudah dan aman.
3. Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi
beton dapat dicor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk
menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam.
4. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
5. Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton dan dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan
pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari
tanah di bawah pondasi.
6. Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
ke dalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di
tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan
stabilisasi lainnya sebagai-mana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b. Acuan
1. Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas
secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah
yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
2. Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan.
3. Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal
yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos.
Seluruh sudut-sudut tajam Acuan harus dibulatkan.
4. Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.
c. Penempatan dan pengikatan besi polos
1. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan
atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan
beton.
2. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan
kebutuhan selimut beton minimum atau seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
3. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang
ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan,
terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Teknis. Setiap penyambungan yang dapat
disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang
tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada
titik dengan tegangan tarik minimum.
4. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut
harus diberikan kait pada ujungnya.
5. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan
beton sehingga tidak akan terekspos.
6. Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,
dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali
jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada
kerb dan bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara pelat.
7. Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan adukan semen acian (semen dan air saja).
8. Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh
digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai
untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.
d. Pengecoran
1. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24
jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton
dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
2. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan
persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan
pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
3. Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan
bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
4. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas.
5. Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak
dicor sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah
pencampuran, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
6. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui
sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
7. Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk
mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat
awal pengecoran.
8. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
9. Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan
dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis
yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan.
10. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik
sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
11. Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton
di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
12. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.
13. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan
yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat
sebelum pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama
harus disapu dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya
14. Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan
beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
e.Sambungan Konstruksi (Construction Joint)
1. Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap
jenis struktur yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui
lokasi sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan
konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan
elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.
2. Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana
yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan
bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau
terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi
Pekerjaan.
3. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara
pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
f. Pemadatan
1. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, pemadatan harus disertai penusukan secara
manual dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat
dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
2. Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut benar-benar diisi, dan setiap rongga
udara dan gelembung udara terisi.
3. Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pema-datan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi
pada agregat.
5.3.4 Pengerjaan Akhir
a.Pembongkaran Acuan
1. Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok,
gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton
telah dicapai.
2. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung
pada keadaan cuaca.
b. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
1. Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah diguna-kan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati
badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di
bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
2. Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembong-karan acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurangsempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau
fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
3. Bilamana Direksi menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir)
harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi
dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian
semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut sebelumnya
dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
c.Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini,
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
1. Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal
lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang
diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara
manual sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara
memanjang dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok, sebelum beton
mulai mengeras.
2. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton
mulai mengeras.
3. Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir
beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas
acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan
ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d. Perawatan Dengan Pembasahan
1. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
tempe-ratur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan
beton.
2. Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,
dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu
paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap
air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang
terekspos dari aliran udara.
3. Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan
basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya
sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh
diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton
dicor atau setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
4. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah
bahan tambahan (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70
% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau setelah beton
mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.
5.3.5 Pengendalian Mutu Di Lapangan
a.Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahanbila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa
bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan
ketentuan ,
Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak dengan
pengiriman yang terus menerus, maka dengan perintah Direksi Pekerjaan, untuk
agregat kasar dan agregat halus Kontraktor harus melakukan pengujian bahan
secara berkala selama pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m3 untuk
gradasi dan maksimum 5000 m3 untuk abrasi, sedangkan untuk bahan semen
dengan interval setiap maksimum pengiriman 300 ton. Tetapi apabila menurut
Direksi Pekerjaan terdapat indikasi perubahan mutu atau sifat bahan yang akan
digunakan, maka Kontraktor harus segera melakukan pengujian bahan kembali
sebelum bahan tersebut digunakan.
b. Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan
dilakukan sesaat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang
diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas dan
secara teknis mutu beton tetap bisa dijaga. Kelecakan (workability) dan tekstur
campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan
sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan
yang rata, halus dan padat.
c.Pengujian Kuat Tekan
1. Kontraktor harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda
uji beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai
rata-rata dari dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set
= 3 buah benda uji ), yang selisih nilai antara keduanya  5% untuk satu
umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen
struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Kontraktor harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm atau kubus 150 x 150 x 150 mm, dan harus dirawat
sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian
dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
3. Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus
menggunakan data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang
ditetapkan dalam Kontrak. Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain
dari yang ditetapkan dalam Kontrak hanya boleh digunakan untuk
keperluan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran. Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk
keperluan ini harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan
campuran sebagai fungsi waktu.
4. Untuk pencampuran secra manual, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing-masing mutu beton  60 m3 harus diperoleh satu hasil uji
untuk setiap maksimum 5 m3 beton pada interval yang kira-kira sama,
dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil
pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing-masing umur.
Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah  60 m3, maka untuk setiap
maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus
diperoleh satu hasil uji.
5. Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton
dengan jumlah masing-masing mutu  60 m3 harus diperoleh satu hasil uji
untuk setiap maksimum 15 m3 beton pada interval yang kira-kira sama,
dengan minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil
pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan beton
mencapai jumlah  60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton
berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
6. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat
tekan yang disyaratkan dalam tabel ketentuan kuat tekan atau yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan

Tabel 6.1 Ketentuan Kuat Tekan


Mutu Beton Kuat Tekan
fc’ ’bk Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus
(Mpa) 2
(kg/cm ) 150mm – 300mm 150x150x150mm
(MPa) (kg/cm²)
14,8 K-175 14.8 175

d. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


1. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang disyaratkan atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang
memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan , harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat meliputi :
➢ Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
➢ Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal;
➢ Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;

2. Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau


adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
3. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang diakibatkan
oleh kelalaian Kontraktor merupakan tanggung jawab Kontraktor dan
harus dilakukan dengan biaya sendiri.. Kontraktor tidak bertanggung
jawab atas kerusakan yang timbul berasal dari bencana alam yang tidak
dapat dihindarkan, asalkan pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima
dan dinyatakan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis telah selesai.

Pasal 6
PERATURAN PENUTUP
6.1 Perlindungan terhadap Hasil Pekerjaan
6.1.1 Kontraktor mengadakan perlindungan yang diperlukan pada hasil pekerjaan yang
sedang dan sudah selesai dilaksanakan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
kerusakan sampai dilakukannya Serah Terima Akhir Pekerjaan .
6.1.2 Apabila dalam masa pemeliharaan ini, Kontraktor tidak melaksanakan perbaikan-
perbaikan seperti yang diminta Direksi Teknis, maka Serah Terima Akhir
Pekerjaan tidak dapat dilaksanakan dan Kontraktor dikenakan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
6.2 Penyerahan Pertama
6.2.1 Pada akhir pekerjaan menjelang Penyerahan Pertama
6.2.2 Semua bangunan sementara dibongkar setelah mendapat izin dari Pengguna Jasa
atau Direksi Teknis .
6.2.3 Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, sampah, dan lain-lain yang tidak
berguna pada pelaksanaan pekerjaan.
6.2.4 Selama dalam Masa Pemeliharaan, apabila terjadi kerusakan pada hasil pekerjaan
maka biaya perbaikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
6.3 Meskipun dalam Spesifikasi Teknis ini, pada uraian pekerjaan dan bahan-bahan tidak
dinyatakan dengan kata-kata tetapi harus disediakan oleh Kontraktor atau yang harus harus
dilaksanakan oleh Penyedia, maka perkataan-perkataan tersebut dianggap ada dan dimuat
dalam Spesifikasi Teknis ini.
6.4 Pekerjaan yang nyata yang menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan tetapi tidak
diuraikan atau tidak dimuat dalam Spesifikasi Teknis ini maka dianggap pekerjaan
tersebut dianggap telah diuraikan dan dimuat dalam spesifikasi ini. Pekerjaan tersebut
harus tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Kontraktor demi untuk menuju
penyerahan pekerjaan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Direksi

Dibuat oleh :
Pengguna Anggaran/ PPK,

Ir. MARKUDIUS DANI, MT


NIP. 19630215 199203 1 007

Anda mungkin juga menyukai