Anda di halaman 1dari 29

BAB I

SYARAT TEKNIS
KONSULTAN PERENCANA PEMBANGUNAN LAPANGAN
OLAHRAGA MULTI FUNGSI ( LAPANGAN + PAGAR ) RW
04 KAMPUNG JABI BATU BESAR NONGSA

Pasal 1
PERATURAN-PERATURAN TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN
1.1 Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan dan peraturan
yang sesuai dengan bidang pekerjaan seperti yang tercantum dibawah ini yang
dimaksud segala perubahannya hingga kini ialah :
1. Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) AVE 41.
2. Peraturan Beton Indonesia (PB-NI-2/1971).
3. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
4. Peraturan Dit. Jen. Perawatan Depnaker tentang penggunaan Tenaga,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI) 1980.
1.2 Pemborong harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan ketentuan dan
peraturan-peraturan yang berlaku.

Pasal 2
IJIN-IJIN
Kontraktor harus memiliki ijin –ijin dari instansi yang berwenang sesuai dengan
bidang pekerjaannya, sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

Pasal 3
KONSULTAN PENGAWAS/DIREKSI
3.1 Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan setiap saat dilakukan oleh Konsultan
Pengawas/Direksi yang harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan bahan dan peralatan. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


3.2 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus
segera dibuka sebagian atau seluruhnya.
3.3 Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja dan perlu adanya
pengawasan, maka Kontraktor menanggung biaya pengawasan yang jumlahnya
diatur dalam bab sebelumnya.
3.4 Wewenang Konsultan Pengawas/Direksi dalam memberikan keputusan terbatas
pada hal-hal yang jelas tercantum dalam Gambar Perencanaan dan RKS dan Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan. Diluar wewenang tersebut harus seizin Pemimpin
Proyek (Pimpro).

Pasal 4
PIMPINAN PELAKSANAAN (SITE MANAGER)
4.1 Kepala pelaksana (Site Manajer) yang ditunjuk Kontraktor harus ahli dan
berpengalaman minimal 2 (dua) tahun sebagai site manager dan mendapat kuasa
penuh dari Kontraktor untuk bertindak atas namanya serta senantiasa harus berada
ditempat pekerjaan.
4.2 Dengan adanya Kepala pelaksana, tidak berarti Kontraktor lepas tanggung jawab
terhadap kewajibannya sebagian maupun keseluruhan.
4.3 Bila dikemudian hari menurut pendapat Direksi Pelaksana kurang mampu atau
tidak cakap memimpin pekerjaan maka Kontraktor akan diberitahukan secara
tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan
Surat pemberitahuan Kontraktor harus sudah menunjukkan pelaksana baru atau
penanggung jawab Kontraktor yang akan memimpin pelaksanaan.

Pasal 5
RENCANA KERJA
Kontraktor harus membuat Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) berupa Barchart
atau Curva-S selambat-lambatnya 2 (dua) minggu untuk disyahkan oleh Direksi dan
diketahui oleh Pemberi Tugas (Pegelola Teknis). Kontraktor wajib melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan rencana. Dan hanya dengan persetujuan Direksi bisa
menyimpang dari rencana. Dan kerugian yang dideritanya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 6
PEMBAGIAN HALAMAN
Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus merundingkan dengan
Direksi mengenai pembagian halaman pekerjaan, tempat penimbunan barang, tempat
mendirikan kantor Direksi, Kantor Pelaksana, los kerja dan lain sebagainya agar
pekerjaan dapat berjalan lancar.

Pasal 7
LOS KERJA DAN GUDANG
7.1 Kontraktor harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-barang dan
alat-alat lainnya dan ruangan untuk kantor pelaksana.
7.2 Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi
syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 8
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Kontraktor bertanggung jawab atas :
1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh Pelaksana harus sesuai
dengan RKS dan Gambar Perencanaan serta Addendumnya.
2. Pengangkutan bahan dan personil yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
serta wajib menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang
dilakukan kontraktor selama waktu pelaksanaan maupun masa pemeliharaan.
3. Kesehatan/Kesejahteraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan pekerjaan.
4. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
5. Keamanan/kerusakan dari peralatan yang dipakai selama pelaksanaan pekerjaan.
6. Penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
7. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
8. Tidak memperkenankan :
a. Pekerja menginap dan memasak dilokasi pekerjaan, kecuali dengan ijin Direksi.
b. Membawa masuk penjual makanan/minuman, rokok dan sebagainya ke lokasi
pekerjaan.
c. Keluar masuk dengan bebas.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 9
SYARAT-SYARAT DAN PEMERIKSAAN MATERIAL
9.1 Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dengan mengutamakan produksi dalam negeri :
1. Untuk pekerjaan konstruksi, kandungan lokal minimal 80 % (delapan puluh)
persen.
2. Untuk pekerjaan mekanikal/elektrikal, kandungan lokal minimal 70 % (tujuh
puluh) persen.
9.2 Direksi berwenang menanyakan asal bahan, dan Kontraktor wajib
memberitahukan.
9.3 Semua material yang akan digunakan harus diperiksakan kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan.
9.4 Material yang didatangkan oleh Kontraktor dilokasi pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Direksi harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam sejak jam penolakan.
9.5 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ternyata
ditolak oleh Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Direksi.
9.6 Apabila Direksi merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Direksi berhak
mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian bahan (Laboratorium) yang
terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan
Kontraktor apapun hasil penelitian bahan tersebut.
9.7 Kontraktor harus menjaga mutu pekerjaan secara sempurna.

Pasal 10
LAPORAN-LAPORAN

Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan dari
pelaksanaan pekerjaan dan menyerahkannya kepada Direksi untuk dapat dipergunakan
sebagai dasar pengamatan/pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan,
secara berkesinambungan.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 11
DOKUMENTASI
Kontraktor harus membuat dokumentasi pelaksanaan pekerjaan berupa foto-foto
berwarna ukuran postcard pada bagian-bagian pekerjaan yang penting, yakni:
1. Sebelum pekerjaan dimulai.
2. Saat pekerjaan pembesian pekerjaan.
3. Setiap laporan Migguan.
4. Setelah pekerjaan berakhir, Kontraktor harus menyerahkan album foto sebanyak 3
(tiga) set.
5. Untuk setiap pengajuan termijn pemborong harus melampirkan foto kemajuan
pekerjaan.

Pasal 12
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
DAN GAMBAR KERJA
12.1 Rencana Kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja digunakan sebagai pedoman
dasar ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan.
12.2 Gambar-gambar detail merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana
Kerja dan syarat-syarat.
12.3 Jika terdapat perbedaan antara Gambar dengan hal diatas, maka Kontraktor
menanyakan secara tertulis kepada Direksi dalam hal menyangkut masalah
tersebut.
12.4 Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam Gambar maka Kontraktor harus
membuat Gambar tersebut atas biaya Kontraktor, sebelum dilaksanakan harus
mendapat ijin dari Direksi.

Pasal 13
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR
13.1 Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-
gambar.
13.2 Gambar Arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan
dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalam jenis dan kwalitas
bahan/konstruksi bangunan adalah gambar struktur.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


13.3 Gambar Arsitektur dengan gambar mekanikal dan elektrikal maka yang dipakai
sebagai pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalm hal
kualitas dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar Mekanikal / Elektrikal.
13.4 Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan-
perbedaan tersebut diatas. Akibat dari kelalaian dalam hal ini, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 14
GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)
14.1 Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing)
berdasarkan gambar pelelangan dan penjelasan pekerjaan.
14.2 Sebelum gambar-gambar Pelaksanaan disetujui oleh Direksi, Kontraktor tidak
diperbolehkan melaksanakan pekerjaan di lapangan.
14.3 Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan
Kontraktor harus memberi waktu yang cukup kepada Direksi guna meneliti.
14.4 Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi tidak melepaskan tanggung
jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 15
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
15.1 Gambar Perencanaan hanya dapat berubah atas perintah tertulis Pemberi Tugas.
15.2 Perubahan harus dibuatkan gambar yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
Gambar Perencanaan dan Gambar Perubahan.
15.3 Gambar Perubahan tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
15.4 Gambar Perubahan yang disetujui oleh Direksi kemudian dilampirkan dalam Berita
Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

Pasal 16
GAMBAR SESUAI DENGAN PELAKSANAAN
(AS BUILT DRAWING)
15.5 Sesudah pelaksanaan pekerjaan selesai Kontraktor harus membuat dan
menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan (as built
drawing).

RENCANA KERJA DAN SYARAT


15.6 Gambar-gambar tersebut harus memberikan informasi yang lengkap dan benar dari
seluruh pelaksanaan pekerjaan.
15.7 Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa dan
disetujui yang kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas.
15.8 Banyaknya gambar yang harus diserahkan adalah 3 (tiga) set gambar-gambar
cetakan.

Pasal 17
INSTRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI
(OPERATING INSTRUCTION)
17.1 Sesudah pekerjaan instalasi selesai dan berjalan dengan baik Kontraktor harus
menyediakan tenaga yang cakap untuk memberi pelajaran / training kepada
operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk tugas pemeliharaannya.
17.2 Sesudah pekerjaan instalasi selesai Kontraktor harus menyerahkan dokumen yang
berisi cara operasi maupun cara pemeliharaan dari system instalasi Dokumen ini
harus disetujui oleh Direksi sebelum diserahkan kepada Pemberi Tugas dan
banyaknya harus diserahkan 3 (tiga) set.

Pasal 18
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM

Kontraktor harus minta ijin tertulis kepada Direksi dalam hal untuk melaksanakan
pekerjaan atau bagian pekerjaan di malam hari. Ijin diberikan bila sarana penerangan
cukup.

Pasal 19
PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN
SISTEM INSTALASI
19.1 Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan
pemeliharaan terhadap instalasi yang telah selesai dipasang selama minimal 6
(enam) bulan garansi periode pabrik sejak penyerahan instalasi kepada Pemberi
Tugas.
19.2 Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika timbul masalah atau
kerusakan dan memperbaiki. Semua pekerjaan perbaikan menjadi tanggung
Kontraktor bila disebabkan karena bukan kesalahan pengoperasian.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 20
PENGUJIAN (TESTING)
20.1 Kontraktor harus melaksanakan pengujian (testing) terhadap instalasi yang telah
terpasang, baik secara sebagian dan secara keseluruhan, sesuai dengan ketentuan
RKS atau peraturan yang berlaku.
20.2 Pada waktu pengujian instalasi Kontraktor harus mengundang Direksi untuk hadir.
Direksi akan menentukan hasil pengujian baik atau harus diulang. Biaya pengujian
ditanggung Kontraktor.
20.3 Kontraktor harus memberikan hasil pengujian kepada Direksi. Hasil pengujian
akan dipergunakan untuk menentukan sistem instalasi yang telah terpasang dan
berfungsi sebagaimana mestinya.

Pasal 21
PEMBERSIHAN
Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah. Pada
waktu pekerjaan telah selesai Kontraktor harus membuang sampah sebagai hasil
pekerjaan, ketempat diluar proyek atau tempat yang telah ditunjuk management
konstruksi.

Pasal 22
PEKERJAAN YANG SUB KONTRAKAN
KEPADA KONTRAKTOR LAIN
Bila ada pekerjaan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa Kontraktor, maka
Kontraktor-kontraktor harus bekerja sama guna pelaksanaan daripada sistem instalasi
secara keseluruhan. Kontraktor Utama harus bertanggung jawab atas mutu bahan dan
hasil pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan. Untuk pekerjaan yang disub kontrakkan,
wajib mengutamakan pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (GEL) dan sub kontrak
dilakukan dengan legal formal antara Kontraktor dengan Sub Kontraktor.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 23
PERLINDUNGAN TERHADAP BARANG DAN INSTALASI

23.1 Kontraktor harus melindungi semua barang dan instalasi yang ada terhadap
kerusakan maupun terhadap pencurian yang mungkin terjadi.
23.2 Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang maupun instalasi sampai
diserah terimakan kepada Pemberi Tugas.

Pasal 24
LUBANG, PONDASI LANDASAN (SUPPORT) DAN SEMACAMNYA
Pekerjaan-pekerjaan pada pasal ini untuk sistem instalasi dan yang merupakan
bagian dari pada pekerjaan sipil secara keseluruhan termasuk dalam lingkup pekerjaan
Kontraktor.

Pasal 25
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN

25.1 Sebelum dimulai pelaksanaan, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama


Rencana Kerja dan Syarat-syarat Gambar Perencanaan dan Berita Acara Penjelasan
pekerjaan.
25.2 Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap yaitu
membuat, memasang dan memesan maupun menyediakan bahan bangunan, alat
kerja, serta pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan.
25.3 Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang
dilaksanakan, Kontraktor harus berhubungan dengan Direksi, untuk menyaksikan
sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan persetujuannya.
25.4 Setiap usul perubahan dari Kontraktor atau persetujuan dari Direksi dianggap
berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
25.5 Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus baru dan
diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan dengan standard /
spesifikasi yang ditentukan dalam RKS dan harus mendapat persetujuan dari
Pemilik Proyek / Direksi sebelum dimulai pelaksanaanya.

RENCANA KERJA DAN SYARAT


25.6 Ketelitian dan kerapihan kerja akan sangat dinilai oleh Direksi, termasuk pekerjaan
penyelesaian (finishing works) dan akan mempengaruhi bobot.

Pasal 26
PEIL DAN PENGUKURAN
26.1 Kontraktor wajib memberitahu kepada Direksi setiap suatu bagian pekerjaan yang
akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil dan ukurannya.
26.2 Pematokan juga akan dilakukan terhadap titik – titik damija (daerah milik jalan)
atau ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.
26.3 Kontraktor wajib senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam
tiap pekerjaan dan segera melapor secara tertulis kepada Konsultan Pengawas bila
terdapat perbedaan ukuran, untuk memberikan keputusan pembetulannya.
Kontraktor tidak dibenarkan melakukan pembetulan sendiri kekeliruan tersebut
tanpa persetujuan Direksi.
26.4 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil dan ukuran yang ditetapkan dalam RKS dan Gambar.
26.5 Mengingat tiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan selanjutnya,
maka ketepatan peil dan ukuran mutlak perlu diperhatikan benar.
26.6 Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan Direksi berhak untuk
memerintahkan membongkar hasil pekerjaan yang telah ada.
Pasal 27
PEMAKAIAN UKURAN
27.1 Kontraktor bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam RKS dan Gambar berikut tambahan dan perubahannya.
27.2 Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagiannya dan memberitahukan Direksi tentang perbedaan yang ditemukannya
didalam RKS dan Gambar maupun dalam pelaksanaan, Kontraktor diijinkan
membetulkan kesalahan Gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan
tertulis dari Direksi.
27.3 Pemakaian ukuran yang keliru pada pelaksanaan, dalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Kontraktor, karena itu sebelumnya Kontraktor wajib melakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap RKS dan Gambar.

10

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 28
PERALATAN KERJA DAN ALAT BANTU
28.1 Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan efisien.
28.2 Kontraktor harus menjaga ketertiban perjalanan yang menggunakan jalan umum
agar tidak mengganggu.
28.3 Bila pekerjaan selesai, Kontraktor wajib segera menyingkirkan alat tersebut dan
memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan serta membersihkan bekasnya.

Pasal 29
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
29.1 Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan
oleh Kontraktor, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, serta
membersihkannya kembali pada waktu pekerjaan selesai.
29.2 Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor atau biaya untuk
mengadakan air kerja menjadi beban Kontraktor.
29.3 Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung pipa air dari saluran induk, lubang
penyedot, reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari
Pemilik Proyek /Direksi.

Pasal 30
IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lokasi kerja
atau ditempat berdekatan tanpa ijin dari Pemilik Proyek / Direksi.

Pasal 31
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
31.1 Pemakaian jalan masuk ke lokasi kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai
dengan kebutuhan.
31.2 Kontraktor wajib membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan
memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dengan biaya beban Kontraktor.

11

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 32
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA
DAN MILIK UMUM
31.3 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan akibat operasi
pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, sarana, jalan, saluran dan lain-
lain yang ada dilingkungan pekerjaan.
31.4 Kontraktor bertanggung jawab atas gangguan atau pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang
disebabkan oleh operasi pelaksanaan. Segala biaya untuk pemasangan kembali
beserta perbaikan adalah menjadi beban Kontraktor
Pasal 33
KECELAKAAN DAN KESEHATAN
33.1 Kecelakaan yang timbul waktu pekerjaan berlangsung menjadi beban Kontraktor.
33.2 Sehubungan dengan pasal ini, Kontraktor wajib menyediakan kotak P3K terisi
menurut kebutuhan lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam hal
mengenai pertolongan pertama.
33.3 Terhadap kecelakaan yang timbul akibat Bencana Alam segala biayanya menjadi
beban Kontraktor.
33.4 Kebakaran yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.
33.5 Sehubungan dengan butir itu, Kontraktor wajib menyediakan alat pemadam
kebakaran jenis ABC, pasir dibak kayu galah secukupnya dan pemeliharaan.
33.6 Kontraktor wajib memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
33.7 Sejauh tidak disebut dalam RKS maka Kontraktor harus mengikuti semua
peraturan yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah CQ Undang-undang
kesehatan kerja dan lain sebagainya yang berlaku.

Pasal 34
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala sesuatu yang ada
didaerahnya mengenai :
1. Kerusakan yang timbul akibat kelalaian yang disengaja ataupun tidak.
2. Penggunaan sesuatu yang keliru / salah.
3. Kehilangan alat/bahan yang ada didaerahnya.

12

RENCANA KERJA DAN SYARAT


4. Semua kejadian sebagaimana disebut diatas Kontraktor harus melaporkan kepada
Pemilik Proyek/ Direksi dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan
diselesaikan lebih lanjut.
5. Untuk mencegah hal itu, Kontraktor harus mengadakan penerangan malam,
pemagaran sementara dan sebagainya.

Pasal 35
PEMBONGKARAN OLEH KONTRAKTOR
35.1 Setiap pelaksanaan oleh Kontraktor tidak dibenarkan merusak bagian-bagian
bangunan yang sudah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor bidang lain.
35.2 Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka Kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan
semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek / Direksi secara tertulis.

Pasal 36
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
35.3 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan Kontraktor diwajibkan memintakan
persetujuan kepada Direksi.
35.4 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam sejak diterimanya Surat
Permohonan Pemeriksaan tidak dipenuhi oleh Direksi, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui oleh Direksi. Hal ini dikecualikan bila Direksi minta perpanjangan waktu.

13

RENCANA KERJA DAN SYARAT


BAB II.
SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1
PEKERJAAN PENGUKURAN & PERSIAPAN

1.1 Pembersihan Tapak Proyek


1. Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak, akar-akar
pohon.
2. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih dan
rata.
3. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus
dikeluarkan dari tapak proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar
pagar proyek meskipun untuk sementara.
4. Semua sisa-sisa bongkaran bangunan lama, seperti pondasi, jaringan
listrik/pipa-pipa dan lain-lain yang masih ada menurut penilaian Direksi jika
dibiarkan ditempat akan mengganggu pekerjaan tapak, seperti pekerjaan tata
hijau (landscaping), pembuatan jalan, penanaman rumput dan lain-lain, harus
dibongkar dan dikeluarkan dari tapak. Semua biaya pembongkaran sisa-sisa
tersebut di atas adalah atas tanggungan Kontraktor dan pelaksanaannya setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.

1.2 Pembongkaran Tapak Proyek


1. Pekerjaan pembongkaran mencakup pembongkaran / pembersihan /
pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang
dinyatakan oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan
digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan
diantaranya :
a. Pembongkaran / penebangan pohon eksisting.

2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk


dapat dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.
3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site
konstruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh
Konsultan Pengawas. Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak

14

RENCANA KERJA DAN SYARAT


dapat dipakai lagi dalam pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh
Konsultan Pengawas.
4. Semua pembabatan/penebangan pohon di kawasan perencanaan untuk
pembukaan lahan maupun pelaksanaan pekerjaan harus seijin Direksi
Pekerjaan /Pengawas Lapangan.
1.3 Pengukuran Tapak Kembali
1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keteranganketerangan mengenai peil
ketinggian tanah, letak pohon, letak batasbatas tanah dengan alat-alat yang
sudah ditera kebenarannya.
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Perencana/ Direksi untuk
dimintakan keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan teodolith/waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Perencana/ Direksi selama
pelaksanaan proyek.
5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas Segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh
Perencana/ Direksi.
6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.

1.4 Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)


1. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau, tertancap di tanah
sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak maksimum 2
m satu sama lain.
2. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi.
3. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Direksi.
4. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan
Kontraktor.

15

RENCANA KERJA DAN SYARAT


1.5 Pekerjaan Penyediaan Air Dan Daya Listrik untuk Bekerja
1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa
di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas
dari Lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak.
Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi.
2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, dengan daya
sekurang-kurangnya (minimum) 10 kVA. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara
atas persetujuan Direksi. Daya listrik juga disediakan untuk suplai kantor
Direksi
3. Segala biaya atas pemakaian daya listrik dan air di atas adalah beban
Kontraktor.

PASAL 02
PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN
2.1 Lingkup Pekerjaan
a. Peil tanah urugan dibuat untuk memperoleh elevasi seperti gambar rencana.
b. Pelaksanan pemadatan setelah urugan tanah, hingga mendekati kepadatan
tanah asli.

2.2 Langkah Pelaksanaan


a. Peil tanah urugan dibuat untuk memperoleh elevasi seperti gambar rencana.
b. Tanah urugan diambil dari luar lokasi sejenis tanah padas, kecuali apabila pada
lokasi terdapat tanah urug yang menurut Direksi dapat digunakan sebagai
bahan urug.
c. Sebelum pekerjaan urugan tanah dimulai terlebih dahulu tanah humus dibuang
keluar lokasi.
d. Pekerjaan urugan dilaksanakan selapis demi selapis dengan tebal urugan 20
cm, dan dipadatkan sampai mendapatkan kepadatan yang diinginkan
(disyaratkan).
e. Pemadatan dikerjakan dengan alat pemadat mekanis.
f. Penyiraman dengan air pada setiap lapis proses pemadatan akan sangat
membantu upaya pemadatan tanah.
g.

16

RENCANA KERJA DAN SYARAT


2.3 Persyatan Material

1. dengan kadar Batu paling sedikit 70%.


2. Batu berkuran maksimal 20 cm
3. Tidak tecampur lumpur / humus
4. Pemilihan material diajukan kepada direksi lapangan / Pengawas lapangan

PASAL 03
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN PONDASI
Selain untuk mendapatkan elevasi muka tanah rencana, pekerjaan galian tanah juga
banyak dilakukan untuk pemasangan pondasi yang tentunya harus diikuti dengan
pelaksanaan pekerjaan urugan kembali setelah pondasi terpasang.

3.1 Lingkup Pekerjaan


a. Penggalian tanah untuk pembuatan pondasi dinding penahan tanah.
b. Pengurugan kembali setelah pemasangan konstruksi pondasi.
c. Pemadatan tanah urugan kembali.

3.2 Langkah Pelaksanaan


a. Pekerjaan persiapan pembuatan pondasi harus sesuai gambar, lereng galian
harus sedemikian rupa sehingga tidak mudah longsor.
b. Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi dan dimintakan
persetujuan/keputusannya sebelum mulai dengan pekerjaan penggalian untuk
pondasi terutama yang berkenaan dengan titik lokasi penggalian.
c. Apabila dalam melakukan penggalian terdapat bagian yang terdapat material
seperti kabel dan pipa-pipa eksisting maka hal tersebut harus dilakukan secara
hati-hati dan apabila mengalami kerusakan maka hal tersebut merupakan
tanggung jawab kontraktor.
d. Setelah penggalian mencapai peil atau elevasi yang diinginkan, Kontraktor
harus memintakan persetujuan Direksi untuk memulai pekerjaan konstruksi.
e. Sisa-sisa/bekas-bekas pekerjaan penyiapan pondasi harus dibuang ke luar
lokasi sehingga air hujan lekas dapat mengalir ke saluran pembuang. Tanah
antara tepi galian dan bouwplank harus selalu rata, dan bersih dari timbunan.
f. Bekas parit-parit, lubang-lubang tanah galian di dalam pekerjaan harus
ditimbun dengan pasir dan dibasahi sampai padat, sehingga menutup lubang

17

RENCANA KERJA DAN SYARAT


galian sampai permukaan atas pondasi. Untuk lubang-lubang bekas galian di
luar bangunan penimbunannya dapat menggunakan tanah dari luar lokasi,
penimbunan tanah dikerjakan secara berlapis-lapis dan sampai mendapatkan
ketinggian yang diinginkan dan dipadatkan.
g. Urugan tanah guna mencapai peil yang ditentukan diambil/didatangkan dari
luar lokasi. Kecuali atas kebijaksanaan lain dari Direksi yang disetujui
Pemimpin Proyek. Urugan tersebut dipadatkan lapis demi lapis, tiap lapis 20
cm hingga mendapatkan kepadatan yang diinginkan.

PASAL 04
PEKERJAAN PONDASI
Pekerjaan pondasi bangunan mencakup jenis pondasi yaitu pondasi telapak beton
bertulang (foot plat) .
4.1. Lingkup Pekerjaan
a. Galian tanah pondasi telapak (foot plat) dan pile cap pada titik-titik kolom .
b. Penentuan titik pondasi / pancang harus menggunakan alat ukur misal thedolit,
waterpass, dll yang dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya.
c. Semua pekerjaan beton bertulang yang terletak di bawah permukaan tanah
yang menerima langsung beban kolom bangunan.
d. Pembuatan bekesting pondasi dan sloof dari pasangan batako dan kayu
e. Urugan kembali lubang galian setelah konstruksi terpasang.
4.2. Persyatan Material
a. Koral Pecah 2 x 2 Lokal
b. Pasir Cor Lokal Batam maximal kandungan tanah 15%
c. Campuran Beton 1Pc : 2Psr : 3Krl
d. Atau meninta persetujuan penanggung jawab proyek terhadap jenis
material yang dugunakan

4.3. Langkah Pelaksanaan


Terdiri dari satu kondisi pondasi dan satu kondisi pengurugan tanah kembali
pada sisa lubang setelah pondasi terpasang.
a. Pekerjaan galian tanah pondasi.
- Kedalaman galian tanah untuk pondasi Utuk Pondasi Pagar 80 cm dan
disessukan denga shop drawing

18

RENCANA KERJA DAN SYARAT


- Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah
terlebih dahulu dibuang humusnya dan akar-akar pohon yang ada
disekitarnya.
- Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan
parit-parit sementara untuk mengalirkan air.

b. Pondasi telapak beton bertulang.


- Sebelum pasangan pondasi telapak dimulai terlebih dahulu kedalaman dan
lebar galian dikontrol apakah sudah sesuai yang diharapkan.
- Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug
menggunakan tanah bekas galian agar kedalamannya sesuai dengan peil
yang diinginkan (sesuai gambar), harus menggunakan pasir.
- Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah (sesuai gambar), baru diurug
dengan pasir. Ketebalan urugan pasir dibuat sesuai gambar.
- Untuk mencapai kepadatan urugan pasir harus disiram dengan air
secukupnya.
- Pemasangan tulangan dengan baja mutu U-32 dilakukan dengan tingkat
presisi yang tinggi mengingat perannya sebagai as bangunan.
- Pemasangan begesting pondasi yang terbuat dari dari kayu ( sesuai yang ada
dalam BOQ ).
- Pengecoran plat pondasi menggunakan adukan beton dengan mutu beton
bertulang 1 : 2 : 3 ( sesuai yang ada dalam BOQ )
- Pengecoran dilakukan sampai pada batas kolom paling bawah atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.
- Perawatan beton setelah pengecoran dilakukan sampai beton mengeras, dan
selama perawatan galian tidak boleh ditimbun.
- Pengecoran pondasi dilanjutkan untuk kolom tegak sampai batas di atas
muka tanah atau pada sisi bawah balok sloof, atau sesuai dengan petunjuk
Direksi.
- Setelah selesai begesting yang terbuat dari pasangan batako tidak perlu
dibongkar, yang dibongkar adalah yang terbuat dari kayu. Lubang bekas
galian diijinkan untuk ditimbun.
- Pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini akan mencakup pondasi setempat
sesuai ukuran dan sesuai dengan spesifikasi ini.

19

RENCANA KERJA DAN SYARAT


c. Urugan kembali.
- Pengurugan kembali lubang sisa galian dilakukan setelah mendapat ijin
Direksi.
- Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas galian.
- Pemadatan urugan kembali dilakukan untuk memperoleh kepadatan
mendekati kepadatan tanah asli.
PASAL 05
PEKERJAAN BETON COR LAPNGAN
Pekerjaan beton merupakan salah satu bagian pekerjaan yang memerlukan
perhatian yang serius dari Kontraktor dan Direksi dalam setiap proses dan keputusan
yang diambil.

5.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan beton bertulang yang dilakukan adalah pembuatan bahu jalan,
saluran drainase, retaining wall, serta pondasi, sloof, kolom dan balok.
b. Bagian-bagian pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan beton dan
dilakukan sebelum, sedang serta sesudah pengecoran adalah pembuatan
cetakan, persiapan dan penulangan, pengecoran, pemeliharaan, pembukaan
cetakan dan lain sebagainya.
c. Semua pekerjaan beton bertulang yang dilakukan harus disertai test beton di
lapangan yang hasilnya langsung dapat diperoleh, serta test beton di
laboratorium yang dilakukan di lembaga di luar proyek dengan biaya test
ditanggung oleh Kontraktor.
5.2. Persyartan Material
e. Wremesh A6-200 Standar SNI
f. Mutu Beton K 250
g. Plastik Cor 0.06 mm
h. Beton deking atau Besi deking d 6mm
i. Jaminan Garansi Mutu Beton jobmix formula

5.3. Persyaratan Umum


a. Konstruksi rangka bangunan dengan bahan struktur beton bertulang harus
menggunakan peraturan peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia

20

RENCANA KERJA DAN SYARAT


seperti PBI’71 (Peraturan Beton Indonesia tahun 1971) dan atau SK SNI T–
15–1991-03, PMI (Peraturan Muatan Indonesia), dan lain-lain.
 Peraturan beton
- Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada SK
SNI T-15-1991-03.
- Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03
pasal 3.1 sampai 3.9.
- Syarat pelaksanaan pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03 bagian 3 bab
4,5,6 berlaku seluruh pasal.
- Syarat-syarat pekerjaan tulangan SK SNI T-15-1991-03 bab 5 pasal 5.3
sampai 5.8.
- Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan SK SNI T-15-
1991-03.
- Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).
 Penggunaan bahan bangunan.
- Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat mutu beton K-250.
- Kualitas baja U-24 untuk baja polos dan U-32 untuk baja ulir.
- Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive
beton.

5.2 Langkah Pelaksanaan.


Langkah pelaksanaan pekerjaan beton bertulang terdiri dari kegiatan
penyiapan adukan, pemasangan tulangan, persiapan pengecoran atau pemasangan
bekesting, pelaksanaan pengecoran, perawatan atau pemeliharaan beton,
pembongkaran begesting dan pelaksanaan uji laboratorium.
a. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Kontraktor harus meneliti
gambar-gambar kerja penulangan beton. Apabila terjadi keragu-raguan segera
menanyakan dan meminta jawaban Direksi sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan.
b. Plastik Cor Tebal 0.6mm
c. Adukan
Adukan beton untuk konstruksi beton bertulang digunakan mutu beton
K-250.
d. Tulangan

21

RENCANA KERJA DAN SYARAT


- Bahan Tulang Wiremess A6-200
- Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus
dilakukan dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam
gambar kerja, harus dimintakan persetujuan Direksi terlebih dahulu.
- Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahan-bahan lain
yang mengurangi daya rekat.
- Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
- Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau tumpuan
lain. Untuk itu harus dibuat beton tahu (beton decking) dengan tebal dan
pemasangan sesuai dengan PBI ’71.
-
e. Persiapan Pengecoran
- Kontraktor harus membuat kotak takaran untuk adukan beton.
- Semua cetakan dibersihkan dari segala kotoran.
- Cetakan harus datar dan tegak lurus, kedudukan dan bentuknya tetap tidak
bergeser maupun bergerak pada waktu dan setelah pengecoran tetapi mudah
dibongkar.
- Cetakan dibuat dari kayu berkualitas sedang tebal 3 cm, dan memenuhi
syarat sesuai fungsinya. Sambungan-sambungan antara papan dan balok
harus rapat, rapi dan kuat.
- Apabila untuk rangka penyangga begesting digunakan kayu, maka bahan
kayu harus kering, lurus dan berupa kayu kina atau pinus atau kayu
berkualitas sedang yang lain. Jarak penempatan maksimum antar penyangga
adalah 60 cm. Dan direncanakan untuk memikul muatan dibawah 1000 kg.
- Penyangga tidak boleh diberdirikan di atas tanah (harus dengan alas papan).
- Penulangan diteliti kembali/disesuaikan dengan gambar, kalau ada yang
bengkok atau berubah posisi harus segera dibetulkan.
- Perubahan atau penambahan penulangan dan ukuran beton atau perbedaan
pelaksanaan dengan gambar kerja, harus sepengetahuan dan sepersetujuan
Direksi.
f. Pengecoran
- Pengecoran beton harus seijin tertulis dan sepengetahuan Direksi.

22

RENCANA KERJA DAN SYARAT


- Perbandingan adukan beton sesuai dengan ketentuan dalam Rencana Kerja
dan Syarat ini.
- Pembuatan campuran beton yang dilakukan setempat maka (1) angka dalam
perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang ditakar dalam
keadaan kering, (2) Takaran harus dibuat baik dan kuat, sebelum dipakai
dimintakan persetujuan Direksi, dan (3) Pengadukan minimum 3 menit
setelah semua bahan masuk ke dalam drum pengadukan, adukan beton harus
memperlihatkan susunan dan warna yang sama.
- Penggunaan bahan-bahan pembantu harus terlebih dahulu disetujui oleh
Direksi.
- Begesting atau tulangan yang terkena percikan beton harus dibersihkan
sebelum pengecoran selanjutnya.
- Beton tak boleh dituang langsung dari ketinggian lebih dari 1,5 meter untuk
mencegah terlepasnya agregat dari campuran bahan pengikatnya.

g. Pembongkaran Begesting
- Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga
menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor.
- Bagian struktur beton vertikal yaitu sisi balok kolom praktis, dapat
dibongkar begestingnya setelah 72 jam dengan persyaratan bahwa betonnya
telah cukup mengeras sehingga tidak ada kemungkinan cacat, atau setelah
mendapat ijin dari Direksi.
- Bagian struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak boleh
dibongkar begesting maupun tiang penyangganya sebelum elemen struktur
tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri berikut
bahan-bahan pelaksanaan di atasnya.
- Dalam keadaan apapun begesting tidak boleh dibongkar sebelum mencapai
21 (dua puluh satu) hari, dan pada beton yang memakai rawatan begesting
baru boleh dibongkar setelah perawatan berakhir.

h. Perawatan beton.
- Upaya perawatan beton dilakukan selama proses pengerasan.
- Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air,
selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.

23

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 06
PEKERJAAN PAGAR
6.1 Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material,
penyediaan tenaga kerja, pembuatan railing pagar dan pengujiannya. Keterangan-
keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu
untuk pelaksanaan dari pekerjaan railing pagar secara keseluruhan harus juga
dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi :
- Pembuatan pagar tinggi 5 meter
- Pembuatan Kolom Pagar dengan pipa hollow.

6.2 Bahan material


1. Pipa hollow galvanis ukuran 75 x 75 x2.3mm Untuk Kolom
2. Pipa hollow galvanis ukuran 50 x 50 x2.3mm Untuk Balok dan Ring Balok
3. Plat strip cor dengan pondasi
4. Kawat harmonika ( Lapis PVC Warna Hijau )
5. Pengunci memakai besi 6 dilas ke bagian tiang dan balok

6.3 Syarat teknis pelaksanaan.


1. Pagar Bentuk dan dimensi pagar disesuaikan gambar kerja.
2. Jarak antara tiang pagar adalah 3 meter dengan pemasangan tiang pada pondasi
tumpuan adalah dengan cara dicor dengan besi angkur.
3. Pemasangan dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak merusak kondisi yang
ada.
4. Baut yang terpasang harus dalam kondisi yang kuat dan sesuai dengan lubang-
lubang yang ada.
5. Kolom pipa hollow dibuat dengan ukuran 3x3” dengan ukuran lainnya
menyesuaikan dengan gambar kerja.
6. Pengikatan piapa hollow dengan kawatv harmonika menggunakan plat strip
dengan sistem pemasangan seperti diatas.
7. Semua mutu dan contoh bahan harus diserahkan kepada konsultan pengawas
untuk memperoleh legalitas pemakaian bahan.
8. Lokasi penempatan pagar sesuai gambar rencana yang telah disepakati.

24

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 07
PEKERJAAN PENGECATAN

7.1 Persyaratan Material


a. Cat lapangan Menggunakan Tennokote
b. Lantai floor hardener menggunakan Merk Mu atau sejenis nya
c. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai
dengan spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
d. Cat serta pelapis lain yang digunakan adalah cat dengan kualitas bagus, dengan
warna – warna yang akana ditentukan kemudian.
e. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai hal-hal
yang menunjukan kemurnian cat yang digunakan, antara lain:
f. Segel kaleng
g. Test laboratorium
h. Hasil akhir pengecatan
i. Hasil dari test kemurnian ini harus dapat rekomendasi tertulis dan
j. produsen untuk diketahui Konsultan Pengawas. Biaya test tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor.
k. Sebelum memulai pengecatan Kontraktor wajib menyerahkan satu contoh bahan
yang masih dalam kaleng, 3 contoh bahan yang telah dicatkan pada permukaan
plywood ukuran 40 x 40 cm, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik.
l. Untuk pengecatan dinding eksterior menggunakan cat weather shield, anti lembab,
anti jamur.

7.2 Syarat – syarat Pelaksanaan


i. Umum
- Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukan kepada Konsultan
Pengawas beserta ketentuan / persyaratan jaminan pabrik untuk mendapatkan
persetujuannya. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.
- Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, bahan pengganti
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan
Kontraktor.

25

RENCANA KERJA DAN SYARAT


- Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan cuaca
lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang akan mengurangi kualitas
pengecatan dalam keadaan terlindung dan basah dan lembab ataupun debu.
- Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah dipersiapakan
untuk pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat dan bahan yang bersangkutan.
Permukaan yang akan dicat harus benar-benar kering, bersih dari debu, lemak
/ minyak dari noda-noda yang melekat.
- Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Sebelum memulai pengecatan,
Kontraktor wajib melakukan percobaan untuk di setujui Konsultan Pengawas.
- Kontraktor tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan di suatu tempat bila
ada kelainan / perbedaan di tempat itu sebelum kelainan itu diselesaikan.
- Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka
Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
- Kontraktor wajib memperbaiki / menggantikan kerusakan yang terjadi selama
masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beba biaya Kontraktor selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.

ii. Teknis
- Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan
tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan pabrik. Pengecatan
harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau bekas-bekas yang
menunjukan tanda-tanda sapuan, semprotan dan roller.
- Sapukan semua dasar dengan cat dasar memakai kuas, penyemprotan hanya
diijinkan dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
- Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang
menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana
ditunjukan oleh Konsultan Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan
spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang beersangkutan.
- Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan termasuk
penggunaan ongkos, pencucian denga air, maupun pembersihan dengan kain
kering.

26

RENCANA KERJA DAN SYARAT


- Kerapian pekerjaan cat ini di tuntut untuk tidak mengotori dan mengganggu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan
yang tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.

iii. Pengujian Mutu Pekerjaan


- Sebelum melaksakan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan percobaan atas
semu pekerjaan yang akan dilaksanakan atas biaya sendiri. Pengecatan yang
tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulangi / diganti, atas biaya
Kontraktor.
- Pada waktu penyerahan, pabrik dengan Kontraktor harus memberi jaminan
selama minimal 2 (dua) tahun atas semua pekerjaan pengecatan, terhadap
kemungkinan rusaknya warna karena cuaca dan kerusakan cat lainnya.
- Konsultan Pengawas wajib menguji semua hasil berdasarkan syarat-syarat
yang telah diberikan baik oleh pabrik maupun atas petunjuk Konsultan
Pengawas. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Kontraktor.
- Pengawas berhak minta pengulangan pengujian bila dianggap perlu.
- Dalam hal pengujian yang telah dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian / pengulangan pengujian adalah termasuk
tanggung jawab Kontraktor.

iv. Pengamanan Pekerjaan


- Daerah-daerah yang sedang di cat agar ditutup dai pekerjaan-pekerjaan lain,
maupun kegiatan lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan
kotoran lainnya sampai cat tersebur kering.
- Lindungi pekerjaan ini dan jaga pekerjaan atau bahan lain yang dekat dengan
pekerjaan ini seperti fiting-fiting, kusen-kusen dan sebagainya dengan cara
menutup / melidungi bagian tersebut selama pekerjaan pengecatan
berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti
bahan yang rusak akibat pekerjaan pengecatan tersebut.

27

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 08
PEKERJAAN LISTRIK
8.1. Lingkup Pekerjaan
Item pekerjaan titk lampu meliputi pemasangan instalasi, Stop Kontak,
saklar dan pemsangan lampu ke tiang lampu dismbungkan ke pagar lapangan,
sesuai gambar shop drawing atau persetujuan direksi lapangan.

8.2. Syarat Material


 Standar yang digunakan dalam pemasangan instalasi listrik PUIL 1987,
AVE/VDE, SLI 1992, dan standar-standar lain yang relefan.
 Lampu Philips BVP 176 200W
 Pengadaan Tiang Lampu Holow 50 x 50 x 2,3mm x 2,5m + Accessories
 Kabel NYA 2 x 2.5 mm
 Sklar Ganda Shceneder
 Accessoris Lainnya standar SNI

28

RENCANA KERJA DAN SYARAT


Pasal 11
PEKERJAAN PENUTUP

Selain hal-hal tersebut diatas juga dianggap perlu oleh Direksi adalah pembersihan
lokasi dan halaman bekas tempat bekerja menjadi tanggung jawab dan biaya Kontraktor.
Pekerjaan yang nyata - nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini,
tetapi tidak dimuat atau diuraikan dalam RKS ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan
oleh pemborong, harus dianggap seakan – akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata
demi kata pada RKS ini untuk menuju penyerahan selesainya, pekerjaan yang lengkap
dan sempurna sesuai permintaan pemberi tugas dan pertimbangan Direksi.
Hal hal yang belum tercantum dalam Pasal Pasal diatas akan diatur dan ditentukan
kemudian oleh Direksi Teknis.

29

RENCANA KERJA DAN SYARAT

Anda mungkin juga menyukai