SYARAT TEKNIS
KONSULTAN PERENCANA PEMBANGUNAN LAPANGAN
OLAHRAGA MULTI FUNGSI ( LAPANGAN + PAGAR ) RW
04 KAMPUNG JABI BATU BESAR NONGSA
Pasal 1
PERATURAN-PERATURAN TEKNIS UNTUK PELAKSANAAN
1.1 Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan dan peraturan
yang sesuai dengan bidang pekerjaan seperti yang tercantum dibawah ini yang
dimaksud segala perubahannya hingga kini ialah :
1. Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) AVE 41.
2. Peraturan Beton Indonesia (PB-NI-2/1971).
3. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
4. Peraturan Dit. Jen. Perawatan Depnaker tentang penggunaan Tenaga,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI) 1980.
1.2 Pemborong harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan ketentuan dan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Pasal 2
IJIN-IJIN
Kontraktor harus memiliki ijin –ijin dari instansi yang berwenang sesuai dengan
bidang pekerjaannya, sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
Pasal 3
KONSULTAN PENGAWAS/DIREKSI
3.1 Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan setiap saat dilakukan oleh Konsultan
Pengawas/Direksi yang harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan bahan dan peralatan. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Pasal 4
PIMPINAN PELAKSANAAN (SITE MANAGER)
4.1 Kepala pelaksana (Site Manajer) yang ditunjuk Kontraktor harus ahli dan
berpengalaman minimal 2 (dua) tahun sebagai site manager dan mendapat kuasa
penuh dari Kontraktor untuk bertindak atas namanya serta senantiasa harus berada
ditempat pekerjaan.
4.2 Dengan adanya Kepala pelaksana, tidak berarti Kontraktor lepas tanggung jawab
terhadap kewajibannya sebagian maupun keseluruhan.
4.3 Bila dikemudian hari menurut pendapat Direksi Pelaksana kurang mampu atau
tidak cakap memimpin pekerjaan maka Kontraktor akan diberitahukan secara
tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan
Surat pemberitahuan Kontraktor harus sudah menunjukkan pelaksana baru atau
penanggung jawab Kontraktor yang akan memimpin pelaksanaan.
Pasal 5
RENCANA KERJA
Kontraktor harus membuat Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) berupa Barchart
atau Curva-S selambat-lambatnya 2 (dua) minggu untuk disyahkan oleh Direksi dan
diketahui oleh Pemberi Tugas (Pegelola Teknis). Kontraktor wajib melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan rencana. Dan hanya dengan persetujuan Direksi bisa
menyimpang dari rencana. Dan kerugian yang dideritanya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Pasal 7
LOS KERJA DAN GUDANG
7.1 Kontraktor harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-barang dan
alat-alat lainnya dan ruangan untuk kantor pelaksana.
7.2 Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi
syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal 8
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Kontraktor bertanggung jawab atas :
1. Ketelitian/kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh Pelaksana harus sesuai
dengan RKS dan Gambar Perencanaan serta Addendumnya.
2. Pengangkutan bahan dan personil yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
serta wajib menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang
dilakukan kontraktor selama waktu pelaksanaan maupun masa pemeliharaan.
3. Kesehatan/Kesejahteraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan pekerjaan.
4. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
5. Keamanan/kerusakan dari peralatan yang dipakai selama pelaksanaan pekerjaan.
6. Penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
7. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
8. Tidak memperkenankan :
a. Pekerja menginap dan memasak dilokasi pekerjaan, kecuali dengan ijin Direksi.
b. Membawa masuk penjual makanan/minuman, rokok dan sebagainya ke lokasi
pekerjaan.
c. Keluar masuk dengan bebas.
Pasal 10
LAPORAN-LAPORAN
Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan dari
pelaksanaan pekerjaan dan menyerahkannya kepada Direksi untuk dapat dipergunakan
sebagai dasar pengamatan/pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan,
secara berkesinambungan.
Pasal 12
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
DAN GAMBAR KERJA
12.1 Rencana Kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja digunakan sebagai pedoman
dasar ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan.
12.2 Gambar-gambar detail merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana
Kerja dan syarat-syarat.
12.3 Jika terdapat perbedaan antara Gambar dengan hal diatas, maka Kontraktor
menanyakan secara tertulis kepada Direksi dalam hal menyangkut masalah
tersebut.
12.4 Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam Gambar maka Kontraktor harus
membuat Gambar tersebut atas biaya Kontraktor, sebelum dilaksanakan harus
mendapat ijin dari Direksi.
Pasal 13
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR
13.1 Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar-
gambar.
13.2 Gambar Arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai pegangan
dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalam jenis dan kwalitas
bahan/konstruksi bangunan adalah gambar struktur.
Pasal 14
GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)
14.1 Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing)
berdasarkan gambar pelelangan dan penjelasan pekerjaan.
14.2 Sebelum gambar-gambar Pelaksanaan disetujui oleh Direksi, Kontraktor tidak
diperbolehkan melaksanakan pekerjaan di lapangan.
14.3 Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan
Kontraktor harus memberi waktu yang cukup kepada Direksi guna meneliti.
14.4 Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi tidak melepaskan tanggung
jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 15
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
15.1 Gambar Perencanaan hanya dapat berubah atas perintah tertulis Pemberi Tugas.
15.2 Perubahan harus dibuatkan gambar yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
Gambar Perencanaan dan Gambar Perubahan.
15.3 Gambar Perubahan tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
15.4 Gambar Perubahan yang disetujui oleh Direksi kemudian dilampirkan dalam Berita
Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
Pasal 16
GAMBAR SESUAI DENGAN PELAKSANAAN
(AS BUILT DRAWING)
15.5 Sesudah pelaksanaan pekerjaan selesai Kontraktor harus membuat dan
menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan (as built
drawing).
Pasal 17
INSTRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI
(OPERATING INSTRUCTION)
17.1 Sesudah pekerjaan instalasi selesai dan berjalan dengan baik Kontraktor harus
menyediakan tenaga yang cakap untuk memberi pelajaran / training kepada
operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk tugas pemeliharaannya.
17.2 Sesudah pekerjaan instalasi selesai Kontraktor harus menyerahkan dokumen yang
berisi cara operasi maupun cara pemeliharaan dari system instalasi Dokumen ini
harus disetujui oleh Direksi sebelum diserahkan kepada Pemberi Tugas dan
banyaknya harus diserahkan 3 (tiga) set.
Pasal 18
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM
Kontraktor harus minta ijin tertulis kepada Direksi dalam hal untuk melaksanakan
pekerjaan atau bagian pekerjaan di malam hari. Ijin diberikan bila sarana penerangan
cukup.
Pasal 19
PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN
SISTEM INSTALASI
19.1 Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan
pemeliharaan terhadap instalasi yang telah selesai dipasang selama minimal 6
(enam) bulan garansi periode pabrik sejak penyerahan instalasi kepada Pemberi
Tugas.
19.2 Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika timbul masalah atau
kerusakan dan memperbaiki. Semua pekerjaan perbaikan menjadi tanggung
Kontraktor bila disebabkan karena bukan kesalahan pengoperasian.
Pasal 21
PEMBERSIHAN
Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah. Pada
waktu pekerjaan telah selesai Kontraktor harus membuang sampah sebagai hasil
pekerjaan, ketempat diluar proyek atau tempat yang telah ditunjuk management
konstruksi.
Pasal 22
PEKERJAAN YANG SUB KONTRAKAN
KEPADA KONTRAKTOR LAIN
Bila ada pekerjaan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa Kontraktor, maka
Kontraktor-kontraktor harus bekerja sama guna pelaksanaan daripada sistem instalasi
secara keseluruhan. Kontraktor Utama harus bertanggung jawab atas mutu bahan dan
hasil pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan. Untuk pekerjaan yang disub kontrakkan,
wajib mengutamakan pengusaha Golongan Ekonomi Lemah (GEL) dan sub kontrak
dilakukan dengan legal formal antara Kontraktor dengan Sub Kontraktor.
23.1 Kontraktor harus melindungi semua barang dan instalasi yang ada terhadap
kerusakan maupun terhadap pencurian yang mungkin terjadi.
23.2 Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang maupun instalasi sampai
diserah terimakan kepada Pemberi Tugas.
Pasal 24
LUBANG, PONDASI LANDASAN (SUPPORT) DAN SEMACAMNYA
Pekerjaan-pekerjaan pada pasal ini untuk sistem instalasi dan yang merupakan
bagian dari pada pekerjaan sipil secara keseluruhan termasuk dalam lingkup pekerjaan
Kontraktor.
Pasal 25
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN
Pasal 26
PEIL DAN PENGUKURAN
26.1 Kontraktor wajib memberitahu kepada Direksi setiap suatu bagian pekerjaan yang
akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil dan ukurannya.
26.2 Pematokan juga akan dilakukan terhadap titik – titik damija (daerah milik jalan)
atau ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.
26.3 Kontraktor wajib senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam
tiap pekerjaan dan segera melapor secara tertulis kepada Konsultan Pengawas bila
terdapat perbedaan ukuran, untuk memberikan keputusan pembetulannya.
Kontraktor tidak dibenarkan melakukan pembetulan sendiri kekeliruan tersebut
tanpa persetujuan Direksi.
26.4 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil dan ukuran yang ditetapkan dalam RKS dan Gambar.
26.5 Mengingat tiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan selanjutnya,
maka ketepatan peil dan ukuran mutlak perlu diperhatikan benar.
26.6 Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan Direksi berhak untuk
memerintahkan membongkar hasil pekerjaan yang telah ada.
Pasal 27
PEMAKAIAN UKURAN
27.1 Kontraktor bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum
dalam RKS dan Gambar berikut tambahan dan perubahannya.
27.2 Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagiannya dan memberitahukan Direksi tentang perbedaan yang ditemukannya
didalam RKS dan Gambar maupun dalam pelaksanaan, Kontraktor diijinkan
membetulkan kesalahan Gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan
tertulis dari Direksi.
27.3 Pemakaian ukuran yang keliru pada pelaksanaan, dalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Kontraktor, karena itu sebelumnya Kontraktor wajib melakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap RKS dan Gambar.
10
Pasal 29
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
29.1 Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan
oleh Kontraktor, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, serta
membersihkannya kembali pada waktu pekerjaan selesai.
29.2 Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor atau biaya untuk
mengadakan air kerja menjadi beban Kontraktor.
29.3 Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung pipa air dari saluran induk, lubang
penyedot, reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari
Pemilik Proyek /Direksi.
Pasal 30
IKLAN
Kontraktor tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lokasi kerja
atau ditempat berdekatan tanpa ijin dari Pemilik Proyek / Direksi.
Pasal 31
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
31.1 Pemakaian jalan masuk ke lokasi kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor sesuai
dengan kebutuhan.
31.2 Kontraktor wajib membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan
memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dengan biaya beban Kontraktor.
11
Pasal 34
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala sesuatu yang ada
didaerahnya mengenai :
1. Kerusakan yang timbul akibat kelalaian yang disengaja ataupun tidak.
2. Penggunaan sesuatu yang keliru / salah.
3. Kehilangan alat/bahan yang ada didaerahnya.
12
Pasal 35
PEMBONGKARAN OLEH KONTRAKTOR
35.1 Setiap pelaksanaan oleh Kontraktor tidak dibenarkan merusak bagian-bagian
bangunan yang sudah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor bidang lain.
35.2 Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka Kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan
semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek / Direksi secara tertulis.
Pasal 36
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
35.3 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan Kontraktor diwajibkan memintakan
persetujuan kepada Direksi.
35.4 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam sejak diterimanya Surat
Permohonan Pemeriksaan tidak dipenuhi oleh Direksi, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui oleh Direksi. Hal ini dikecualikan bila Direksi minta perpanjangan waktu.
13
Pasal 1
PEKERJAAN PENGUKURAN & PERSIAPAN
14
15
PASAL 02
PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN
2.1 Lingkup Pekerjaan
a. Peil tanah urugan dibuat untuk memperoleh elevasi seperti gambar rencana.
b. Pelaksanan pemadatan setelah urugan tanah, hingga mendekati kepadatan
tanah asli.
16
PASAL 03
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN PONDASI
Selain untuk mendapatkan elevasi muka tanah rencana, pekerjaan galian tanah juga
banyak dilakukan untuk pemasangan pondasi yang tentunya harus diikuti dengan
pelaksanaan pekerjaan urugan kembali setelah pondasi terpasang.
17
PASAL 04
PEKERJAAN PONDASI
Pekerjaan pondasi bangunan mencakup jenis pondasi yaitu pondasi telapak beton
bertulang (foot plat) .
4.1. Lingkup Pekerjaan
a. Galian tanah pondasi telapak (foot plat) dan pile cap pada titik-titik kolom .
b. Penentuan titik pondasi / pancang harus menggunakan alat ukur misal thedolit,
waterpass, dll yang dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya.
c. Semua pekerjaan beton bertulang yang terletak di bawah permukaan tanah
yang menerima langsung beban kolom bangunan.
d. Pembuatan bekesting pondasi dan sloof dari pasangan batako dan kayu
e. Urugan kembali lubang galian setelah konstruksi terpasang.
4.2. Persyatan Material
a. Koral Pecah 2 x 2 Lokal
b. Pasir Cor Lokal Batam maximal kandungan tanah 15%
c. Campuran Beton 1Pc : 2Psr : 3Krl
d. Atau meninta persetujuan penanggung jawab proyek terhadap jenis
material yang dugunakan
18
19
20
21
22
g. Pembongkaran Begesting
- Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga
menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor.
- Bagian struktur beton vertikal yaitu sisi balok kolom praktis, dapat
dibongkar begestingnya setelah 72 jam dengan persyaratan bahwa betonnya
telah cukup mengeras sehingga tidak ada kemungkinan cacat, atau setelah
mendapat ijin dari Direksi.
- Bagian struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak boleh
dibongkar begesting maupun tiang penyangganya sebelum elemen struktur
tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat sendiri berikut
bahan-bahan pelaksanaan di atasnya.
- Dalam keadaan apapun begesting tidak boleh dibongkar sebelum mencapai
21 (dua puluh satu) hari, dan pada beton yang memakai rawatan begesting
baru boleh dibongkar setelah perawatan berakhir.
h. Perawatan beton.
- Upaya perawatan beton dilakukan selama proses pengerasan.
- Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan cukup air,
selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.
23
24
25
ii. Teknis
- Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang umum dilakukan kecuali
spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan
tebal lapisan penutup minimal sama dengan persyaratan pabrik. Pengecatan
harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau bekas-bekas yang
menunjukan tanda-tanda sapuan, semprotan dan roller.
- Sapukan semua dasar dengan cat dasar memakai kuas, penyemprotan hanya
diijinkan dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
- Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang
menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana
ditunjukan oleh Konsultan Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan
spesifikasi yang dikeluarkan pabrik yang beersangkutan.
- Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan, pekerjaan termasuk
penggunaan ongkos, pencucian denga air, maupun pembersihan dengan kain
kering.
26
27
28
Selain hal-hal tersebut diatas juga dianggap perlu oleh Direksi adalah pembersihan
lokasi dan halaman bekas tempat bekerja menjadi tanggung jawab dan biaya Kontraktor.
Pekerjaan yang nyata - nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini,
tetapi tidak dimuat atau diuraikan dalam RKS ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan
oleh pemborong, harus dianggap seakan – akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata
demi kata pada RKS ini untuk menuju penyerahan selesainya, pekerjaan yang lengkap
dan sempurna sesuai permintaan pemberi tugas dan pertimbangan Direksi.
Hal hal yang belum tercantum dalam Pasal Pasal diatas akan diatur dan ditentukan
kemudian oleh Direksi Teknis.
29