Anda di halaman 1dari 18

BAB 


PERSYARATAN UMUM 
 
 
1.1. NAMA DAN LOKASI PEKERJAAN 
Nama Pekerjaan    : Pembangunan Drainase Lingkungan Permukiman Kp. Gn Kanyere RW 06 
Kel. Mulyasari Kec. Tamansari

Sumber Dana  : APBD Kota Tasikmalaya 


Tahun Anggaran  : 2023 
Lokasi Pekerjaan  : Kota Tasikmalaya 
 
1.2. LINGKUP PEKERJAAN 
Lingkup pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan sesuai dengan daftar kuantitas 
Konstruksi tersebut di atas secara garis besar meliputi: 

Divisi I Umum ( Mobilisasi, Uitzet Pekerjaan, Papan Nama Pekerjaan ) 
Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi ( SMKK ) 
APD, antara lain : 
Topi pelindung (Safety Helmet) 
Sarung tangan (Safety Gloves) 
Sepatu keselamatan (Safety Shoes, rubber safety shoes and toe cap) 
Rompi keselamatan (Safety Vest) 
Rambu dan Perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu 
lintas: 
Rambu petunjuk 
Rambu peringatan 
Jembatan darurat 
 
 
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE 
Galian Tanah 
Buangan Tanah Bekas Galian 
Beton Tumbuk adk. 1pc : 3pb : 5krl, Manual
Besi Beton Polos Ø 10 - 200 mm
Bekisting (3x Pakai) Blockboard, T = 15 mm
 
Acian Saluran (Lantai dan Dinding) 
 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

1
 
BAB 2 
 
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN 
 
2.1. PERATURAN TEKNIS 
Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar‐lembar ketentuan ketentuan dan 
peraturan seperti tercantum dibawah ini : 
1) Peraturan peraturan umum ( A.V. ). 
2) Peraturan Standart Nasional Indonesia (SNI) 
3) Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 
4) Pedoman Plumbing Indonesia. 
5) Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Bangunan oleh Kementrian Pekerjaan 
Umum. 
6) Peraturan Pemerintah Daerah Setempat. 
 
 
2.2. PEMAKAIAN UKURAN 
1. Pemborong  tetap  bertanggung  jawab  dalam  menepati  semua  ketentuan  yang 
tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat dan Gambar kerja berikut tambahan 
dan perubahannya. 
2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran‐ukuran keseluruhan maupun 
bagiannya dan segera memberitahukan Pengawas tentang setiap perbedaan yang 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

2
ditemukannya  di  dalam  Rencana  Kerja  dan  Syarat  dan  Gambar  Kerja  maupun 
dalam  pelaksanaan.  Pemborong  baru  diijinkan  membetulkan  kesalahan  gambar 
dan melaksanakannya setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas. 
3. Pengambilan  ukuran‐ukuran  yang  keliru  dalam  pelaksanaan,  didalam  hal  ini 
apapun  menjadi  tanggung  jawab  Pemborong;  oleh  karenanya  pemborong 
diwajibkan  mengadakan  pemeriksaan  secara  menyeluruh  terhadap  gambar‐
gambar dan dokumen yang ada. 
 

2.3. INFORMASI SITE 
1. Sebelum memulai pekarjaan, Pemborong harus benar benar memahami kondisi/ 
keadaan  site  atau  hal  hal  lain  yang  mungkin  akan  mempengaruhi  pelaksanaan 
pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya. 
2. Pemborong  harus  memperhatikan  secara  khusus  mengenai  pengaturan  lokasi 
tempat  bekerja,  penempatan  material,  pengamanan  dan  kelangsungan  operasi 
selama pekerjaan berlangsung. 
3. Pemborong harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan 
agenda  agenda  dalam  dokumen  lelang,  guna  penyesuaian  dengan  kondisi  
lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. 
4. Selama berlangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, bagian dalam 
proyek dan jalan sekitarnya harus terjaga. 
5. Penimbunan bahan bahan yang ada dalam gudang‐gudang maupun yang berada 
di halaman bebas, harus diatur sedemikan rupa agar tidak mengganggu kelancaran 
dan  kemanan  umum  dan  juga  agar  memudahkan  jalannya  pemeriksaan  dan 
penelitian bahan bahan oleh 
6. Pengawas  maupun  oleh  Pemberi  Tugas  Pemborong  wajib  membuatkan  urinoir  
dan WC untuk pekerja pada tempat‐tempat tertentu yang disetujui oleh Pengawas 
demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam proyek. 
7. Para pekerja pemborong tidak diperkenankan untuk : 
a. Membawa barang/benda‐benda yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

3
senjata api dan hewan peliharaan. 
b. Membawa masuk penjual‐penjual makanan, minuman, rokok, dan sebagainya 
ditempat pekerjaan. 

 
2.4. PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK 
1. Jika  terdapat  perbedaan‐perbedaan  antar  gambar  kerja  dan  Rencana  Kerja  dan 
Syarat  ini,  maka  pemborong  harus  menanyakan  secara  tertulis  kepada 
Perencana/Pengawas dan pemborong harus mentaati keperluan tersebut. 
2. Ukuran‐ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang 
berlaku  dan  ukuran  dengan  angka  adalah  yang  harus  diikuti  dari  pada  ukuran 

dengan skala dari gambar‐gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari 
pekerjaan yang sudah selesai. 

3. Apabila ada hal‐hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau Dokumen yang 
berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan 
satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini 
maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis. 
4. Apabila terdapat perbedaan gambar maka yang dipakai sebagai pegangan dalam 
ukuran fungsional adalah Gambar Arsitektur. 

 
2.5. GAMBAR KERJA ( SHOP DRAWING ) 
1. Jika terdapat kekurangan‐kekurangan penjelasan‐penjelasan dalam gambar kerja, 
atau  diperlukan  gambar  tambahan/gambar  detail,  atau  untuk  memungkinkan 
Pemborong  melaksanakan  dan  menyelesaikan  pekerjaan  sesuai  dengan 
ketentuan, maka Pemborong harus membuat gambar tersebut dan dibuat rangkap 
3  (tiga)  gambar  tersebut  atas  biaya  Pemborong  dan  dapat dilaksanakan  setelah 
mendapat persetujuan dari Pengawas. 
2. Gambar Kerja dapat berubah apabila diperintahkan oleh Pemberi Tugas dengan 
membubuhkan  tanda‐tangan  pada  gambar  kerja  yang  baru,  dengan  mengikuti 
penjelasan dan pertimbangan dari perencana. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4
3. Gambar  tersebut  harus  diserahkan  kepada  pengawas  untuk  disetuji  sebelum 
dilaksanakan. 

 
2.6. SYARAT‐SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN 
1. Semua  bahan  bangunan  yang  didatangkan  harus  memenuhi  syarat–syarat  yang 
ditentukan 
2. Semua  bahan  bangunan  yang  akan  dipergunakan  harus  diperiksakan  dahulu 
kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. 
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan, 
tetapi  ditolak  pemakaiannya  oleh  Direksi/Pengawas  Lapangan,  harus  segera 
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan 

4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ternyata 
ditolak  Direksi/Pengawas  Lapangan,  harus  segera  dihentikan  dan  selanjutnya 
dibongkar  atas  biaya  kontraktor  dalam  waktu  yang  ditetapkan  oleh 
Direksi/Pengawas Lapangan. 

 
BAB 3 
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN 
 
3.1. PEKERJAAN PERSIAPAN 
3.1.1. Peralatan Kerja 
a. Pemborong harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan kerja dan alat 
bantu yang akan digunakan dilokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan. 
b. Pemborong harus menjaga ketertiban, kebersihan dan kelancaran selama 
perjalanan alat‐alat yang menggunakan jalanan umum hingga tidak mengganggu 
lalu lintas. 
c. Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah 
peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi 
persyaratan. 
d. Bila pekerjaan selesai, pemborong segera mengeluarkan alat kerja dari lokasi 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

5
proyek. 
 
3.1.2. Pengukuran 
a. Pemborong wajib meneliti pengukuran di lapangan dan melaporkan segala sesuatu 
kepada Direksi/Konsultan Pengawas. 
b. Pemasangan patok‐patok untuk menentukan letak situasi dilakukan bersama atau 
atas persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. 
c. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh Pemborong, dilakukan dengan alat teropong 
waterpas  yang  baik  dan  sudah  ditest  kebenarannya  terlebih  dahulu. 
Ketidakcocokan  yang  mungkin  ada  antara  gambar  dan  kenyataan  harus  segera 
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan menunggu keputusannya. 
d. Pengukuran sudut siku hanya dilakukan dengan alat teropong waterpas, theodolite 
atau prisma penyiku. 
e. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phitagoras hanya dikerjakan 
untuk bagian‐bagian ruang yang kecil saja menurut pertimbangan Pengawas. 
3.1.3. Pekerjaan Bouwplank 
a. Bouwplank harus dipasang pada patok yang nyata–nyata kuat tertancap di dalam 
tanah. 

b. Tinggi  papan  bangunan  sebaiknya  sama  dengan  tinggi  titik  nol  atau  apabila 
dikehendaki  lain  harus  dibicarakan  dengan  dan  disetujui  oleh  Direksi/Konsultan 
Pengawas. 
c. Segera setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor wajib melaporkan 
pada Direksi/Konsultan Pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya 
dilaksanakan. 
d. Pengambilan  dan  pemakaian  ukuran‐ukuran  yang  keliru  selama  pelaksanaan 
pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor selanjutnya. 
 
 
 
3.1.4. Gudang, Los Kerja, Km/Wc Sementara, Bahan Dan Peralaan Kerja Serta Bahan Tidak 
Terpakai 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

6
a. Kontraktor diharuskan menyediakan los kerja, gudang, KM/WC, papan nama, air 
kerja, P3K serta mengatur baha‐bahan yang tidak terpakai dengan baik. 
b. Untuk keperluan penimbunan bahan baik milik Kontraktor maupun Kontraktor yang 
memerlukan  perlindungan  terhadap  cuaca  dan  pencurian,  Kontraktor  wajib 
membuatkan  gudang  yang  terbuat  dari  lantai  kedap  air,  dinding  dan  atap  yang 
memadai. Untuk mengerjakan bahan‐bahan tertentu, dimana baik buruh maupun 
bahan‐baha  tersebut  memerlukan  perlindungan  terhadap  cuaca,  Kontraktor 
diwajibkan membuat los kerja. 
c. Konstruksi los kerja dibuat sama dengan gudang, kecuali dapat tanpa dinding bagi 
tempat‐tempat  penimbunan  pasir  dan  kerikil  dibuat  bak‐bak  yang  terbuat  dari 
papan. Los kerja harus dilegkapi KM/WC sementara. 
d. Memasang  papan  Nama  Pekerjaan  sesuai  ketentuan  yang  berlaku  dengan 
persetujuan  pengguna  barang/jasa.  Ukuran  papan  nama  pekerjaan  60  x  100  cm 
bahan  triplek  dilapis  MMT.  Papan  nama  dipasang  pada  tempat  yang  jelas  dan 
mudah dibaca. 
e. Menyediakan Listrik dan Air Kerja untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan 
f. Menyediakan alat‐alat kerja sendiri untuk kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan, 
misalnya beton molen, vibrator dan alat‐alat lainnya yang diperlukan. 
g. Menyediakan kotak P3K termasuk isinya menurut persyaratan dan ketentuan yang 
berlaku. Kotak P3K dipasang pada tempat yang strategis dan mudah dicari. 

3.1.5. Pembersihan Lapangan 
a. Daerah di mana akan didirikan bangunan harus kering/bebas air,  terutama  pada 
pekerjaan pondasi. Untuk itu pemborong harus menyediakan mesin pompa air bila 
diperlukan, dengan kapasitas yang cukup untuk memenuhi untuk pengeringan ini. 
b. Bilamana di dalam lahan terdapat pohon, maka hanya boleh dirapikan. Penebangan 
pohon  hanya  dilakukan  pada  tempat‐tempat  tertentu  yang  diperkirakan 
mengganggu  konstruksi.  Penebangan  pohon  harus  mendapat  ijin  dari  konsultan. 
Jaringan  air  bersih  dan  listrik  yang  terdapat  pada  lokasi  pembangunan  harus 
diamankan/ dipindahkan sebelum pekerjaan pembentukan muka tanah dilakukan. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

7
c. Sisa‐sisa  brangkal,  kayu,  akar,  batu‐batuan  dan  unsur‐unsur  pengganggu  yang 
lainnya harus dikeluarkan sebelum dilakukan pengupasan tanah. 

 
3.2. PEKERJAAN GALIAN TANAH 
3.2.1. Lingkup Pekerjaan 
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan‐bahan/peralatan‐peralatan 
dan  alat‐alat  bantu  yang  diperlukan  untuk  terlaksananya  pekerjaan  ini  dengan 
baik. 
b. Pekerjaan  ini  meliputi  seluruh  pekerjaan  galian  seperti  yang 
disebutkan/ditunjukkan  dalam  gambar  atau  sesuai  dengan  petunjuk 
Direksi/Konsultan Pengawas. 
c. Pengamanan  galian  dan  cara‐cara  pelaksanaannya  (jika  ada),  terutama  untuk 
galian yang membahayakan bangunan eksisting dan pekerja 
 
 
3.2.2. Persyaratan Pekerjaan Galian Tanah 
a. Pekerjaan galian ini meliputi penggalian tanah untuk pembuatan Drainase serta 
keseluruhan pelaksanaan seperti yang direncanakan dalam gambar. 
b. Apabila ternyata terdapat pipa‐pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain‐ 
lain yang masih digunakan, maka Pemborong harus secepatnya memberitahukan 
kepada  Direksi/Konsultan  Pengawas,  atau  kepada  Penguasa/intansi  yang 
berwenang untuk mendapatkan petunjuk‐petunjuk seperlunya. Pemborong 

bertanggung jawab atas segala kerusakan‐kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan 
galian tersebut. 
c. Apabila  material  urug  berupa  batuan,  tidak  dibenarkan  batu‐batu  yang  besar 
bersarang menjadi satu, rongga rongga yang ada harus diisi dengan batuan kecil. 
d. Di  lapangan  harus  menjaga  supaya  tanah  di  bawah/dasar  elevasi  seperti  pada 
gambar  rencana  atau  ditentukan  oleh  Direksi/Konsultan  Pengawas  tidak 
terganggu.  Jika  terganggu,  Kontraktor  harus  menggalinya  dan  mengurugnya 
kembali lalu dipadatkan seperti yang ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8
e. Apabila  ditemukan  benda‐benda  berharga/peninggalan  masa  lalu  maka 
perlindungan  sementara  harus  dilakukan  oleh  pemborong  sebelum 
penanganannya diambil alih oleh pihak yang berwenang. 
f. Bila  pekerjaan  pelayanan  umum  terganggu  sebagai  akibat  pekerjaan  ini, 
Pemborong harus bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti kerugian yang 
terjadi. 
g. Apabila  terdapat  air  didasar  galian,  baik  pada  waktu  penggalian  maupun  pada 
waktu  pekerjaan  struktur  harus  disediakan  pompa  air  dengan  kapasitas  yang 
memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk 
menghindari tergenangnya air lumpur pada dasar galian. 
h. Pemborong harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar 
tidak  longsor  dengan  memberikan  suatu  dinding  penahan  atau  penunjang 
sementara atau lereng yang kuat, agar tidak membahayakan bangunan lain dan 
pekerja. 
i. Semua  tanah  kelebihan  yang  berasal  dari  pekerjaan  galian,  setelah  mencapai 
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat 
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas. 
j. Seluruh  sisa  penggalian  yang  tak  terpakai,  sisa  puing‐puing  sampah  harus 
disingkirkan dari lapangan pekerjaan. 

a. Setelah  pemadatan  selesai,  sisa  urugan  tanah  harus  dipindahkan  ketempat 


tertentu yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas atas biaya 
Pemborong. 

 
 
 
 
 
3.3. PEKERJAAN PEMBESIAN 
3.3.1 L i g k u p P e k e r j a a n 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

9
a. Kontraktor  harus  menyiapkan,  pembengkokkan  dan  merangsang  pembiasan 
sesuai  dengan  apa  yang  tercantum  didalam  gambar  dan  apa  yang  dijelaskan 
didalam spesifikasi. 
b. Dalam  pekerjaan  pembiasan  termasuk  semua  pemasangan  kawat  beton,  kaki 
ayam untuk penyanggah tulangan agar didapat ketebalan penutup atau selimut 
beton  yang  akurat,  penyedia  dan  pemasangan  batang‐batang  “dowel”  atau 
angkur‐  angkur  yang  ditanam  dalam  beton  seperti  yang  disyaratkan  didalam 
gambar  dan  segala  hal  lainnya  yang  perlu  untuk  menghasilkan  pekerjaan  beton 
yang baik. 
3.3.2 P e n g e n d a l i a n  Pekerjaan 
Detail  dan  pemasangan  pembiasan  harus  sesuai  dengan  gambar  standar  detail, 
catatan‐catatan pada gambar dan peraturan atau standard yang berlaku seperti pada 
SNI 03‐2847 – 2002 (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan gedung), 
SII – 0136 (Standard Industri Indonesia – Baja Tulangan Beton), ACI – 301 (Specification 
for  Structural  concrete  of  Building),  ACI  –  315  (Menual  of  Standard  Practice  fof 
Reinforced  Concrete),  ACI  –  318  (Building  Code  Requirements  for  Reinforced 
Concrete). 
 
3.3.3 B a h a n ‐ B a h a n 
a. Besi  beton  yang  dipakai  adalah  besi  beton  ulir  (deformed  bar)  untuk  yang 
berukuran > D10 dengan tegangan leleh (Fy) 4000 kg/cm2 (BJTD – 40) dan besi 
beton polos (plain bar) untuk yang berukuran ≤ Ø10 dengan tegangan leleh (Fy) 
2800  kg/cm2  (BJTP  –  28)  seperti  yang  tertera  didalam  gambar  dengan  ukuran 
diameter dalam metrik, sesuai dengan SII 0136 – 84. 
b. Semua besi beton  harus berasal dari  pabrik yang telah disetujui oleh Pengawas 
dan  setiap  pengiriman  baja  tulangan  harus  disertai  sertifikat  hasil  uji  tarik, 
lengkung dan analisa kimia dari pabrik. 

c. Untuik  setiap  pengirim  atau  30  ton  harus  diambil  secra  acak  3  benda  uji  untuk 
setiap jenis ukuran dimana 2 benda uji untuk pengujian tarik dan satu benda uji 
untuk  pengujian  lengkung  di  laboratorium  independen  yang  ditunjuk  oleh 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

10
Penagwas. Bilamana dianggap perlu. Pengawas dapat meminta untuk menambah 
jumlah benda uji tersebut. 
 
 
3.3.4 P e m b e n g k o a n  Besi Beton 
 Pekerjaan  pembengkokan  besi  beton  harus  dilaksanakan  dengan  teliti  sesuai 
dengan ukuran yang tertera pada gambar. 
 Pembengkokan  dan  toleransi  pelasanaan  harus  mengikut  ketentuan  yang 
tercantum dalam SNI 03‐2847 – 2002. 
 Harus  diperhatikan  khusus  pada  pembuatan  sengkang  agar  diperoleh  ukuran 
yang sesuai, sehingga tebal selimut beton yang disyaratkan dapat terpenuhi. 
 Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau dilususkan sedemikian rupa, sehingga 
rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan cara pemanasan. 
 Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokkan dan diluruskan kembali 
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 6 cm dari bengkokan sebelumnya. 
 Batang tulangan yang tertanam sebagian didalam beton tidak boleh dibengkok 
dan  diluruskan  di  lapangan,  kecuali  apabila  ditentuikan  di  dalam  gambar‐ 
gambar rencana atau disetujui Pengawas. 
 Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan 
dingin. 
 Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan. 
 Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali 
diameter batang dari setiap bagian dari bengkokan. 

 
 
 
3.3.5 P e r s y a r a t a n P e l a k a s a n a a n 
a. P e m b e r s i h a n 
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari kotoran, minyak, dan katrat 
lepas, serta bahan‐bahan lain yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

11
b. P e m a s a n g a n 
 Pembersihan  harus  disetel  dengan  cermat  sesuai  dengan  gambar  dan  diikat 
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang 
oleh  penumpu  logam  dan/atau  penggantung  logam,  sehingga  sebelum  dan 
selama pengecoran tidak berubah tempatnya. 
 Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting. 
Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting, sehingga diperoleh 
selimut beton yabng telah ditentukan. 
 Bilamana  tidak  ditentukan  lain,  disamping  perlengkapan  yang  biasa  dipakai 
untuk memegang pembersihan secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai 
ketentuan berikut : 
 Dalam pelat, berdiameter 12 mm berbentuk U atau Z dengan jarak 80 – 100 
cm, untuk menunjang penulangan bagian atas. 
 Dalam dinding dengan 2 lapisan penulang, penjaga jarak (specer) berbentuk 
U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm. 
 Perhatian  khusus  perlu  diberikan  terhadap  ketepatan  tebal  penutup  beton. 
Untuk  itu  tulangan  harus  dipasang  dengan  penahan  jarak  yang  terbuat  dari 
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. 
Penahan‐penahan jarak dapat berbentuk blok‐blok persegi atau gelang‐gelang 
yang  harus  dipasang  sebanyak  minimum  4  buah  setiap  1  m2  cetakan  atau 
lantai kerja. Penahan‐penahan jarak ini harus tersebar merata. 
 
 
 
c. S a m b u n g a n 
 Bilamana  tidak ditentukan  lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan 
“overlap”  minimum  4  kali  diameter  besi  beton.  Panjang  overlap 
penyambungan  untuk  diameter  yang  berbeda,  harus  didasarkan  pada 
diameter yang besar. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

12
 Penyambungan tulangan harus dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan 
yang  terkecil.  Sambungan  tulangan  atas  balok  dan  pelat  harus  diadakan  di 
tengah  bentang,  dan  tulangan  bahwah  balok  dan  pelat  pada  tumpuan. 
Penyambungan  tulangan  sebaiknya  tidak  dilakukan  sekaligus  pada  satu 
penampang tetapi dilaksanakan dengan sistim “staggered” 

 Sambungan mekanik harus digunakan jika luas tulangan kolom mencapai lebih 
dari 30% luas penampang beton, yang mana posisinya harus berselang‐ seling. 
Jenis atau merk sambungan yang akan digunakan harus yang memenuhi syarat 
dan harus disetujui oleh Pengawas. 
 
 
 
3.3.6 P e r s e t u j u a n  dan Pengawas 
Pemasangan penulangan harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari Pengawas 
terlebih dahulu sebelum dapat dilakukan pengecoran. Pengawas harus diberitahu 
bila pemasangan penulangan sudah siap untuk diperiksa. 
3.4. PEKERJAAN BETON BERTULANG 
3.5.1 L i n g k u p P e k e r j a a n 
Pekerjaan  ini  meliputi  penyediaan  tenaga  kerja,  bahan‐bahan,  peralatan  dan  alat‐alat 
bantu  lainnya  serta  pengangkutan  yang  dibutuhkan  untuk  menyelesaikan  semua 
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam  gambar. 
 
3.5.2 P e n g e n d a l i a n P e k e r j a a n 
Kecuali  ditentukan  lain  dalam  persyaratan  selanjutnya,  maka  sebagai dasar 
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut : 
 Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SK SNI T‐15‐ 
1991‐03 ). 
 Peraturan SNI 2001. 
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI‐1982)‐NI‐3. 
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI‐8). 
 Baja Tulangan Beton (SII 0136‐84). 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

13
 Peraturan Bangunan Nasional 1978. 
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat. 
 
3.5.3 Bahan‐B a h a n 
a. Semen 
Semua yang digunakan  adalah semen portland lokal  yang  memenuhi  syarat‐ 
syarat dari : 

 Peraturan‐peraturan relevan 
 Mempunyai sertifikat uji  (test sertificate)   dari  lab  yang  disetujui secara 
tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas. 

 Semua semen  yang akan dipakai  harus dari satu merk  yang  sama  (tidak 


diperkenankan  menggunakan  bermacam‐macam  jenis/merk  semen 
untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, 
dikirim  dalam  kantong‐kantong  semen  yang  masih  disegel  dan  tidak 
pecah. 
b. Aggregat 
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi 
syarat‐syarat : 

 Peraturan‐peraturan relevan 

 Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan  tanah/tanah  liat  
atau kotoran‐kotoran lainnya). 

 Kerikil dan  batu  pecah  (agregat  kasar)  yang mempunyai   ukuran   lebih 


besar dari 38 mm,  untuk  penggunaanya harus  mendapat persetujuan 
tertulis  Direksi/Konsultan  Pengawas.  Gradasi  dari  agregat‐  agregat 
tersebut  secara  keseluruhan  harus  dapat  menghasilkan  mutu  beton 
yang diisyaratkan, padat dan  mempunyai daya  kerja  yang baik dengan 
semen dan air, dalam porporsi campuran yang akan dipakai. 

 Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya 
dan  dicegah  supaya tidak  terjadi  percampuran  dengan  tanah  dan 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

14
terkotori. 

 Agregat  kasar  dan  agregat  halus  harus  memenuhi  syarat‐syarat  yang 


terdapat pada Bab 5.3 dari SNI 03 ‐ 2847 – 2002. Atau daftar berikut : 
AGREGAT  KASAR AGREGAT HALUS 
  %‐lewat ayakan   %‐lewat ayakan 
Ayakan  (berat kering)  Ayakan (berat kering) 
30,0 mm  100 10,00 mm 100 
25,0 mm  90 – 100 5,00 mm 90 – 100 
15,0 mm  25 – 60 2,50 mm 80 – 100 
5,0  mm  0 – 10 1,20 mm 50 – 90 
2,0  mm  0 – 5 0,60 mm 25 – 60 
    0,30 mm 10 – 30 
    0,15 mm 2 – 10 
 
c. Air 

 Air yang digunakan untuk semua pekerjaan‐pekerjaan dilapangan adalah 
air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan‐bahan kimia (asam 
alkali),  tulangan,  minyak  atau  lemak  dan  memenuhi  syarat‐syarat 
Peraturan  Beton  Indonesia  serta uji  terlebih dahulu  oleh  Laboraturium 
yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas. 

 Air yang mengandung  garam  (air  laut)  sama  sekali  tidak diperkenankan 


untuk dipakai. 
 
 
 
 
 
 
3.5.4 Persyaratan Pelaksanaan 
a. Beton Bertulang 
 Beton  bertulang  mengunkaan  mutu  beton  K100,  K175,  K225  sesuai  dengan 
gambar kerja. 
 Beton bertulang dicor dilokasi kerja dengan alat pengaduk/pencampur beton 
secara  mekanikal(mesin),  dan  semua  pekerjaan  beton  dilaksanakan  sesuai 
dengan gambar kerja di lapangan. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

15
 Bahan‐bahan  yang  dipergunakan  harus  mendapat  persetujuan  pengguna 
barang/jasa. 
 Tata Cara Pelaksanaan Pengecoran Beton Bertulang; 
- Sekurang‐kurangnya  dua  hari  sebelum  pengecoran  dilakukan,  Direksi 
diberitahukan  agar  pemeriksaan  dan  persetujuan  dapat  diberikan  pada 
waktu pengecoran. 
- Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971 / SNI 03‐2410‐
1989. 
- Beton  harus  dicor  dan  tidak  boleh  dijatuhkan  dari  ketinggian  1,5  m  dan 
dalam lapisan horizontal tidak lebih dari 30 cm dalamnya. 
- Terjadinya kantong‐kantong gelembung dalam beton harus dihindarkan dan 
segera setelah dituang, beton ini harus dipadatkan dengan alat penggetar 
(vibrator). 
- Selama  penggetaran  dijaga  agar  jangan  sampai  menggerak  tulangan 
maupun bekisting. 

- Sambungan  beton  sebelum  melanjutkan  pengecoran  pada  beton  vang 


mengeras,  permukaan  yang  lama  harus  diberslhkan  dan  dikasarkan, 
permukaan  sambungan  disiram  dengan  air  semen.  Penyambungan  beton 
yang melebihi 7 hari dilapisi dengan bahan penyarnbung. 
- Untuk  pekerjaan  pemeliharaan  dalam  mencegah  pengeringan  bidang‐
bidang beton selama paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus 
menerus,  antara  lain  dengan  menutupinya  dengan  karung  basah  (atau 
plastik untuk struktur kolom). 
3.5. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN 
3.7.1 Lingkup Pekerjaan 
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan pelaksanaan pekerjaan 
plesteran dan adukan pada dinding‐dinding dan bagian‐bagian lain bvangunan serta 
pekerjaan, seperti yang tertera pada gambar‐gambar. 
3.7.2 Pengendalian Pekerjaan 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

16
Seluruh pekerjaan plesteran dan adukan harus disesuaikan dengan persyaratan‐ 
persyaratan yang tertera pada standar‐standar sebagai berikut : 
 NI – 2 – 1971 
 NI – 3 – 1970 
 NI – 8 – 1972 
 ASTM C90 – 70 
 ASTM A615 – 72 
3.7.3 Bahan‐Bahan 
a. Pasir 
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur 
atau campuran‐campuran lain sesuai dengan : 
- NI – 3 Pasal 14 
- NI – 2 Bab  3.3 
b. Portland Cement 
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian‐bagian yang membatu 
dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI – 8. Hanya sebuah merk 
dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan 
pasangan yang bersifat pengisi (non strukturil) maupun plesteran diperkenankan 
memakai jenis Portland Cement bara type SPP‐B produksi PT. Indocement Tunggal 
Perkasa atau setara. 
c. Air 
 Air  harus  bersih,  jernih  dan  bebas  dari  bahan‐bahan  yang  merusak  seperti  : 
minyak, asam dan unsure organic lainnya. 
 Kecuali  dinyatakan  lain,  Pemborong  harus  menyediakan  air  kerja  atas  biaya 
sendiri. 
3.7.4 Persyaratan Pelaksanaan 
a. Plesteran 
 Plesteran Permukaan Beton 
- Bersihkan permukaan beton dari sisa bekisting, debu, minyak‐minyak, cat 
dan lain  bahan yang dapat mengurangi daya ikat  plesteran. Basahi beton 
dengan air sehingga jenuh. Tunggu sampai aliran air  berhenti. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

17
- Pasangkan  acian  setebal  2  –  3  mm,  kasarkan  permukaannya,  kemudian 
pasangkan plesteran sebelum acian mongering. 
- Ulangi  pekerjaan  di  atas,  lalu  pasangkan  plesteran  dalam  ketebalan  / 
kerataan yang disyaratkan dalam gambar. 
- Bilamana  acian  diperlukan,  laksanakan  sesuai  Persyaratan  Teknis  untuk 
acian. 
b. Acian 
 Pengadukan tanpa mesin hanya boleh dilakukan, bilamana disetujui oleh 
Pengawas. 
 Adukan harus selalu plastis. Aduk‐ulang (retempering) dengan penambahan 
air boleh dilakukan sebagaimana diperlukan. 

 Adukan yang berumur lebih lama dari pada    jam sejak 
pencampurannya, tidak boleh diaduk‐ulang dan tidak boleh dipergunakan 
lagi. 
3.6. PEKERJAAN LAIN‐LAIN 
1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk 
lingkup  dalam  pelaksanaan  ini  kontraktor  harus  menyelesaikan,  sesuai  dengan 
petunjuk,  Perintah  Konsultan  Pengawas  dan  Pemberi  Tugas,  baik  sesudah  atau 
selama  berjalannya  pekerjaan,  serta  perubahanperubahan  di  dalam  Berita  Acara 
Aanwijzing. 
2. Hal‐hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan 
akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas, dengan dibuat Berita Acara 
yang disyahkan oleh Pemberi Tugas. 

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

18

Anda mungkin juga menyukai