Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PERSYARATAN UMUM

1.1. NAMA DAN LOKASI PEKERJAAN


Nama Pekerjaan : Pembangunan Drainase Lingkungan Permukiman Kp. Gn Kanyere RW 06
Kel. Mulyasari Kec. Tamansari

Sumber Dana : APBD Kota Tasikmalaya


Tahun Anggaran : 2023
Lokasi Pekerjaan : Kota Tasikmalaya

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan sesuai dengan daftar kuantitas
Konstruksi tersebut di atas secara garis besar meliputi:

Divisi I Umum ( Mobilisasi, Uitzet Pekerjaan, Papan Nama Pekerjaan )


Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi ( SMKK )
APD, antara lain :
Topi pelindung (Safety Helmet)
Sarung tangan (Safety Gloves)
Sepatu keselamatan (Safety Shoes, rubber safety shoes and toe cap)
Rompi keselamatan (Safety Vest)
Rambu dan Perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen lalu
lintas:
Rambu petunjuk
Rambu peringatan
Jembatan darurat

PEKERJAAN SALURAN DRAINASE


Galian Tanah
Buangan Tanah Bekas Galian
Beton Tumbuk adk. 1pc : 3pb : 5krl, Manual
Besi Beton Polos Ø 10 - 200 mm
Bekisting (3x Pakai) Blockboard, T = 15 mm
Acian Saluran (Lantai dan Dinding)

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

1
BAB 2

KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

2.1. PERATURAN TEKNIS


Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar‐lembar ketentuan ketentuan dan
peraturan seperti tercantum dibawah ini :
1) Peraturan peraturan umum ( A.V. ).
2) Peraturan Standart Nasional Indonesia (SNI)
3) Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
4) Pedoman Plumbing Indonesia.
5) Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Bangunan oleh Kementrian Pekerjaan
Umum.
6) Peraturan Pemerintah Daerah Setempat.

2.2. PEMAKAIAN UKURAN


1. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat dan Gambar kerja berikut tambahan
dan perubahannya.
2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran‐ukuran keseluruhan maupun
bagiannya dan segera memberitahukan Pengawas tentang setiap perbedaan yang

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

2
ditemukannya di dalam Rencana Kerja dan Syarat dan Gambar Kerja maupun
dalam pelaksanaan. Pemborong baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar
dan melaksanakannya setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas.
3. Pengambilan ukuran‐ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal ini
apapun menjadi tanggung jawab Pemborong; oleh karenanya pemborong
diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar‐
gambar dan dokumen yang ada.

2.3. INFORMASI SITE


1. Sebelum memulai pekarjaan, Pemborong harus benar benar memahami kondisi/
keadaan site atau hal hal lain yang mungkin akan mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.
2. Pemborong harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi
tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasi
selama pekerjaan berlangsung.
3. Pemborong harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS dan
agenda agenda dalam dokumen lelang, guna penyesuaian dengan kondisi
lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.
4. Selama berlangsungnya pembangunan, kebersihan halaman, kantor, bagian dalam
proyek dan jalan sekitarnya harus terjaga.
5. Penimbunan bahan bahan yang ada dalam gudang‐gudang maupun yang berada
di halaman bebas, harus diatur sedemikan rupa agar tidak mengganggu kelancaran
dan kemanan umum dan juga agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan
penelitian bahan bahan oleh
6. Pengawas maupun oleh Pemberi Tugas Pemborong wajib membuatkan urinoir
dan WC untuk pekerja pada tempat‐tempat tertentu yang disetujui oleh Pengawas
demi terjaminnya kebersihan dan kesehatan dalam proyek.
7. Para pekerja pemborong tidak diperkenankan untuk :
a. Membawa barang/benda‐benda yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

3
senjata api dan hewan peliharaan.
b. Membawa masuk penjual‐penjual makanan, minuman, rokok, dan sebagainya
ditempat pekerjaan.

2.4. PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK


1. Jika terdapat perbedaan‐perbedaan antar gambar kerja dan Rencana Kerja dan
Syarat ini, maka pemborong harus menanyakan secara tertulis kepada
Perencana/Pengawas dan pemborong harus mentaati keperluan tersebut.
2. Ukuran‐ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang
berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran

dengan skala dari gambar‐gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari
pekerjaan yang sudah selesai.

3. Apabila ada hal‐hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau Dokumen yang
berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan
satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini
maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis.
4. Apabila terdapat perbedaan gambar maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran fungsional adalah Gambar Arsitektur.

2.5. GAMBAR KERJA ( SHOP DRAWING )


1. Jika terdapat kekurangan‐kekurangan penjelasan‐penjelasan dalam gambar kerja,
atau diperlukan gambar tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan
Pemborong melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka Pemborong harus membuat gambar tersebut dan dibuat rangkap
3 (tiga) gambar tersebut atas biaya Pemborong dan dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas.
2. Gambar Kerja dapat berubah apabila diperintahkan oleh Pemberi Tugas dengan
membubuhkan tanda‐tangan pada gambar kerja yang baru, dengan mengikuti
penjelasan dan pertimbangan dari perencana.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

4
3. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetuji sebelum
dilaksanakan.

2.6. SYARAT‐SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN


1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat–syarat yang
ditentukan
2. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksakan dahulu
kepada Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan,
tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan

4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ternyata
ditolak Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.

BAB 3
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN

3.1. PEKERJAAN PERSIAPAN


3.1.1. Peralatan Kerja
a. Pemborong harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan kerja dan alat
bantu yang akan digunakan dilokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan.
b. Pemborong harus menjaga ketertiban, kebersihan dan kelancaran selama
perjalanan alat‐alat yang menggunakan jalanan umum hingga tidak mengganggu
lalu lintas.
c. Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah
peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi
persyaratan.
d. Bila pekerjaan selesai, pemborong segera mengeluarkan alat kerja dari lokasi

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

5
proyek.

3.1.2. Pengukuran
a. Pemborong wajib meneliti pengukuran di lapangan dan melaporkan segala sesuatu
kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
b. Pemasangan patok‐patok untuk menentukan letak situasi dilakukan bersama atau
atas persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh Pemborong, dilakukan dengan alat teropong
waterpas yang baik dan sudah ditest kebenarannya terlebih dahulu.
Ketidakcocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus segera
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan menunggu keputusannya.
d. Pengukuran sudut siku hanya dilakukan dengan alat teropong waterpas, theodolite
atau prisma penyiku.
e. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phitagoras hanya dikerjakan
untuk bagian‐bagian ruang yang kecil saja menurut pertimbangan Pengawas.
3.1.3. Pekerjaan Bouwplank
a. Bouwplank harus dipasang pada patok yang nyata–nyata kuat tertancap di dalam
tanah.

b. Tinggi papan bangunan sebaiknya sama dengan tinggi titik nol atau apabila
dikehendaki lain harus dibicarakan dengan dan disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
c. Segera setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor wajib melaporkan
pada Direksi/Konsultan Pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya
dilaksanakan.
d. Pengambilan dan pemakaian ukuran‐ukuran yang keliru selama pelaksanaan
pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor selanjutnya.

3.1.4. Gudang, Los Kerja, Km/Wc Sementara, Bahan Dan Peralaan Kerja Serta Bahan Tidak
Terpakai

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

6
a. Kontraktor diharuskan menyediakan los kerja, gudang, KM/WC, papan nama, air
kerja, P3K serta mengatur baha‐bahan yang tidak terpakai dengan baik.
b. Untuk keperluan penimbunan bahan baik milik Kontraktor maupun Kontraktor yang
memerlukan perlindungan terhadap cuaca dan pencurian, Kontraktor wajib
membuatkan gudang yang terbuat dari lantai kedap air, dinding dan atap yang
memadai. Untuk mengerjakan bahan‐bahan tertentu, dimana baik buruh maupun
bahan‐baha tersebut memerlukan perlindungan terhadap cuaca, Kontraktor
diwajibkan membuat los kerja.
c. Konstruksi los kerja dibuat sama dengan gudang, kecuali dapat tanpa dinding bagi
tempat‐tempat penimbunan pasir dan kerikil dibuat bak‐bak yang terbuat dari
papan. Los kerja harus dilegkapi KM/WC sementara.
d. Memasang papan Nama Pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku dengan
persetujuan pengguna barang/jasa. Ukuran papan nama pekerjaan 60 x 100 cm
bahan triplek dilapis MMT. Papan nama dipasang pada tempat yang jelas dan
mudah dibaca.
e. Menyediakan Listrik dan Air Kerja untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan
f. Menyediakan alat‐alat kerja sendiri untuk kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan,
misalnya beton molen, vibrator dan alat‐alat lainnya yang diperlukan.
g. Menyediakan kotak P3K termasuk isinya menurut persyaratan dan ketentuan yang
berlaku. Kotak P3K dipasang pada tempat yang strategis dan mudah dicari.

3.1.5. Pembersihan Lapangan


a. Daerah di mana akan didirikan bangunan harus kering/bebas air, terutama pada
pekerjaan pondasi. Untuk itu pemborong harus menyediakan mesin pompa air bila
diperlukan, dengan kapasitas yang cukup untuk memenuhi untuk pengeringan ini.
b. Bilamana di dalam lahan terdapat pohon, maka hanya boleh dirapikan. Penebangan
pohon hanya dilakukan pada tempat‐tempat tertentu yang diperkirakan
mengganggu konstruksi. Penebangan pohon harus mendapat ijin dari konsultan.
Jaringan air bersih dan listrik yang terdapat pada lokasi pembangunan harus
diamankan/ dipindahkan sebelum pekerjaan pembentukan muka tanah dilakukan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

7
c. Sisa‐sisa brangkal, kayu, akar, batu‐batuan dan unsur‐unsur pengganggu yang
lainnya harus dikeluarkan sebelum dilakukan pengupasan tanah.

3.2. PEKERJAAN GALIAN TANAH


3.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan‐bahan/peralatan‐peralatan
dan alat‐alat bantu yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan
baik.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian seperti yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Pengamanan galian dan cara‐cara pelaksanaannya (jika ada), terutama untuk
galian yang membahayakan bangunan eksisting dan pekerja

3.2.2. Persyaratan Pekerjaan Galian Tanah


a. Pekerjaan galian ini meliputi penggalian tanah untuk pembuatan Drainase serta
keseluruhan pelaksanaan seperti yang direncanakan dalam gambar.
b. Apabila ternyata terdapat pipa‐pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain‐
lain yang masih digunakan, maka Pemborong harus secepatnya memberitahukan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas, atau kepada Penguasa/intansi yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk‐petunjuk seperlunya. Pemborong

bertanggung jawab atas segala kerusakan‐kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan


galian tersebut.
c. Apabila material urug berupa batuan, tidak dibenarkan batu‐batu yang besar
bersarang menjadi satu, rongga rongga yang ada harus diisi dengan batuan kecil.
d. Di lapangan harus menjaga supaya tanah di bawah/dasar elevasi seperti pada
gambar rencana atau ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas tidak
terganggu. Jika terganggu, Kontraktor harus menggalinya dan mengurugnya
kembali lalu dipadatkan seperti yang ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

8
e. Apabila ditemukan benda‐benda berharga/peninggalan masa lalu maka
perlindungan sementara harus dilakukan oleh pemborong sebelum
penanganannya diambil alih oleh pihak yang berwenang.
f. Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan ini,
Pemborong harus bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti kerugian yang
terjadi.
g. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada
waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang
memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air lumpur pada dasar galian.
h. Pemborong harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar
tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang kuat, agar tidak membahayakan bangunan lain dan
pekerja.
i. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
j. Seluruh sisa penggalian yang tak terpakai, sisa puing‐puing sampah harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan.

a. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah harus dipindahkan ketempat


tertentu yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas atas biaya
Pemborong.

3.3. PEKERJAAN PEMBESIAN


3.3.1 Ligkup Pekerjaan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

9
a. Kontraktor harus menyiapkan, pembengkokkan dan merangsang pembiasan
sesuai dengan apa yang tercantum didalam gambar dan apa yang dijelaskan
didalam spesifikasi.
b. Dalam pekerjaan pembiasan termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki
ayam untuk penyanggah tulangan agar didapat ketebalan penutup atau selimut
beton yang akurat, penyedia dan pemasangan batang‐batang “dowel” atau
angkur‐ angkur yang ditanam dalam beton seperti yang disyaratkan didalam
gambar dan segala hal lainnya yang perlu untuk menghasilkan pekerjaan beton
yang baik.
3.3.2 P e n g e n d a l i a n Pekerjaan
Detail dan pemasangan pembiasan harus sesuai dengan gambar standar detail,
catatan‐catatan pada gambar dan peraturan atau standard yang berlaku seperti pada
SNI 03‐2847 – 2002 (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan gedung),
SII – 0136 (Standard Industri Indonesia – Baja Tulangan Beton), ACI – 301 (Specification
for Structural concrete of Building), ACI – 315 (Menual of Standard Practice fof
Reinforced Concrete), ACI – 318 (Building Code Requirements for Reinforced
Concrete).

3.3.3 Bahan‐Bahan
a. Besi beton yang dipakai adalah besi beton ulir (deformed bar) untuk yang
berukuran > D10 dengan tegangan leleh (Fy) 4000 kg/cm2 (BJTD – 40) dan besi
beton polos (plain bar) untuk yang berukuran ≤ Ø10 dengan tegangan leleh (Fy)
2800 kg/cm2 (BJTP – 28) seperti yang tertera didalam gambar dengan ukuran
diameter dalam metrik, sesuai dengan SII 0136 – 84.
b. Semua besi beton harus berasal dari pabrik yang telah disetujui oleh Pengawas
dan setiap pengiriman baja tulangan harus disertai sertifikat hasil uji tarik,
lengkung dan analisa kimia dari pabrik.

c. Untuik setiap pengirim atau 30 ton harus diambil secra acak 3 benda uji untuk
setiap jenis ukuran dimana 2 benda uji untuk pengujian tarik dan satu benda uji
untuk pengujian lengkung di laboratorium independen yang ditunjuk oleh

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

10
Penagwas. Bilamana dianggap perlu. Pengawas dapat meminta untuk menambah
jumlah benda uji tersebut.

3.3.4 P e m b e n g k o a n Besi Beton


 Pekerjaan pembengkokan besi beton harus dilaksanakan dengan teliti sesuai
dengan ukuran yang tertera pada gambar.
 Pembengkokan dan toleransi pelasanaan harus mengikut ketentuan yang
tercantum dalam SNI 03‐2847 – 2002.
 Harus diperhatikan khusus pada pembuatan sengkang agar diperoleh ukuran
yang sesuai, sehingga tebal selimut beton yang disyaratkan dapat terpenuhi.
 Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau dilususkan sedemikian rupa, sehingga
rusak atau cacat. Dilarang membengkokkan besi beton dengan cara pemanasan.
 Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokkan dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 6 cm dari bengkokan sebelumnya.
 Batang tulangan yang tertanam sebagian didalam beton tidak boleh dibengkok
dan diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentuikan di dalam gambar‐
gambar rencana atau disetujui Pengawas.
 Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin.
 Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan.
 Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali
diameter batang dari setiap bagian dari bengkokan.

3.3.5 Persyaratan Pelakasanaa n


a. P e m b e r s i h a n
Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari kotoran, minyak, dan katrat
lepas, serta bahan‐bahan lain yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

11
b. P e m a s a n g a n
 Pembersihan harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang
oleh penumpu logam dan/atau penggantung logam, sehingga sebelum dan
selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
 Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting.
Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting, sehingga diperoleh
selimut beton yabng telah ditentukan.
 Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai
untuk memegang pembersihan secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai
ketentuan berikut :
 Dalam pelat, berdiameter 12 mm berbentuk U atau Z dengan jarak 80 – 100
cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.
 Dalam dinding dengan 2 lapisan penulang, penjaga jarak (specer) berbentuk
U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm.
 Perhatian khusus perlu diberikan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan‐penahan jarak dapat berbentuk blok‐blok persegi atau gelang‐gelang
yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap 1 m2 cetakan atau
lantai kerja. Penahan‐penahan jarak ini harus tersebar merata.

c. S a m b u n g a n
 Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan
“overlap” minimum 4 kali diameter besi beton. Panjang overlap
penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada
diameter yang besar.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

12
 Penyambungan tulangan harus dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan
yang terkecil. Sambungan tulangan atas balok dan pelat harus diadakan di
tengah bentang, dan tulangan bahwah balok dan pelat pada tumpuan.
Penyambungan tulangan sebaiknya tidak dilakukan sekaligus pada satu
penampang tetapi dilaksanakan dengan sistim “staggered”

 Sambungan mekanik harus digunakan jika luas tulangan kolom mencapai lebih
dari 30% luas penampang beton, yang mana posisinya harus berselang‐ seling.
Jenis atau merk sambungan yang akan digunakan harus yang memenuhi syarat
dan harus disetujui oleh Pengawas.

3.3.6 P e r s e t u j u a n dan Pengawas


Pemasangan penulangan harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari Pengawas
terlebih dahulu sebelum dapat dilakukan pengecoran. Pengawas harus diberitahu
bila pemasangan penulangan sudah siap untuk diperiksa.
3.4. PEKERJAAN BETON BERTULANG
3.5.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan‐bahan, peralatan dan alat‐alat
bantu lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua
pekerjaan beton berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar.

3.5.2 Pengendalian Pekerjaan


Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
 Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SK SNI T‐15‐
1991‐03 ).
 Peraturan SNI 2001.
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI‐1982)‐NI‐3.
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI‐8).
 Baja Tulangan Beton (SII 0136‐84).

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

13
 Peraturan Bangunan Nasional 1978.
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

3.5.3 Bahan‐B a h a n
a. Semen
Semua yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi syarat‐
syarat dari :

 Peraturan‐peraturan relevan
 Mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang disetujui secara
tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.

 Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam‐macam jenis/merk semen
untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli,
dikirim dalam kantong‐kantong semen yang masih disegel dan tidak
pecah.
b. Aggregat
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat‐syarat :

 Peraturan‐peraturan relevan

 Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat


atau kotoran‐kotoran lainnya).

 Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih
besar dari 38 mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan
tertulis Direksi/Konsultan Pengawas. Gradasi dari agregat‐ agregat
tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton
yang diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan
semen dan air, dalam porporsi campuran yang akan dipakai.

 Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya


dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan tanah dan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

14
terkotori.

 Agregat kasar dan agregat halus harus memenuhi syarat‐syarat yang


terdapat pada Bab 5.3 dari SNI 03 ‐ 2847 – 2002. Atau daftar berikut :
AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS
%‐lewat ayakan %‐lewat ayakan
Ayakan (berat kering) Ayakan (berat kering)
30,0 mm 100 10,00 mm 100
25,0 mm 90 – 100 5,00 mm 90 – 100
15,0 mm 25 – 60 2,50 mm 80 – 100
5,0 mm 0 – 10 1,20 mm 50 – 90
2,0 mm 0–5 0,60 mm 25 – 60
0,30 mm 10 – 30
0,15 mm 2 – 10

c. Air

 Air yang digunakan untuk semua pekerjaan‐pekerjaan dilapangan adalah


air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan‐bahan kimia (asam
alkali), tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat‐syarat
Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih dahulu oleh Laboraturium
yang disetujui secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

 Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan
untuk dipakai.

3.5.4 Persyaratan Pelaksanaan


a. Beton Bertulang
 Beton bertulang mengunkaan mutu beton K100, K175, K225 sesuai dengan
gambar kerja.
 Beton bertulang dicor dilokasi kerja dengan alat pengaduk/pencampur beton
secara mekanikal(mesin), dan semua pekerjaan beton dilaksanakan sesuai
dengan gambar kerja di lapangan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

15
 Bahan‐bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan pengguna
barang/jasa.
 Tata Cara Pelaksanaan Pengecoran Beton Bertulang;
- Sekurang‐kurangnya dua hari sebelum pengecoran dilakukan, Direksi
diberitahukan agar pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada
waktu pengecoran.
- Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971 / SNI 03‐2410‐
1989.
- Beton harus dicor dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian 1,5 m dan
dalam lapisan horizontal tidak lebih dari 30 cm dalamnya.
- Terjadinya kantong‐kantong gelembung dalam beton harus dihindarkan dan
segera setelah dituang, beton ini harus dipadatkan dengan alat penggetar
(vibrator).
- Selama penggetaran dijaga agar jangan sampai menggerak tulangan
maupun bekisting.

- Sambungan beton sebelum melanjutkan pengecoran pada beton vang


mengeras, permukaan yang lama harus diberslhkan dan dikasarkan,
permukaan sambungan disiram dengan air semen. Penyambungan beton
yang melebihi 7 hari dilapisi dengan bahan penyarnbung.
- Untuk pekerjaan pemeliharaan dalam mencegah pengeringan bidang‐
bidang beton selama paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus
menerus, antara lain dengan menutupinya dengan karung basah (atau
plastik untuk struktur kolom).
3.5. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
3.7.1 Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan pelaksanaan pekerjaan
plesteran dan adukan pada dinding‐dinding dan bagian‐bagian lain bvangunan serta
pekerjaan, seperti yang tertera pada gambar‐gambar.
3.7.2 Pengendalian Pekerjaan

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

16
Seluruh pekerjaan plesteran dan adukan harus disesuaikan dengan persyaratan‐
persyaratan yang tertera pada standar‐standar sebagai berikut :
 NI – 2 – 1971
 NI – 3 – 1970
 NI – 8 – 1972
 ASTM C90 – 70
 ASTM A615 – 72
3.7.3 Bahan‐Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur
atau campuran‐campuran lain sesuai dengan :
- NI – 3 Pasal 14
- NI – 2 Bab 3.3
b. Portland Cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian‐bagian yang membatu
dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI – 8. Hanya sebuah merk
dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan
pasangan yang bersifat pengisi (non strukturil) maupun plesteran diperkenankan
memakai jenis Portland Cement bara type SPP‐B produksi PT. Indocement Tunggal
Perkasa atau setara.
c. Air
 Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan‐bahan yang merusak seperti :
minyak, asam dan unsure organic lainnya.
 Kecuali dinyatakan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya
sendiri.
3.7.4 Persyaratan Pelaksanaan
a. Plesteran
 Plesteran Permukaan Beton
- Bersihkan permukaan beton dari sisa bekisting, debu, minyak‐minyak, cat
dan lain bahan yang dapat mengurangi daya ikat plesteran. Basahi beton
dengan air sehingga jenuh. Tunggu sampai aliran air berhenti.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

17
- Pasangkan acian setebal 2 – 3 mm, kasarkan permukaannya, kemudian
pasangkan plesteran sebelum acian mongering.
- Ulangi pekerjaan di atas, lalu pasangkan plesteran dalam ketebalan /
kerataan yang disyaratkan dalam gambar.
- Bilamana acian diperlukan, laksanakan sesuai Persyaratan Teknis untuk
acian.
b. Acian
 Pengadukan tanpa mesin hanya boleh dilakukan, bilamana disetujui oleh
Pengawas.
 Adukan harus selalu plastis. Aduk‐ulang (retempering) dengan penambahan
air boleh dilakukan sebagaimana diperlukan.

 Adukan yang berumur lebih lama dari pada jam sejak


pencampurannya, tidak boleh diaduk‐ulang dan tidak boleh dipergunakan
lagi.
3.6. PEKERJAAN LAIN‐LAIN
1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang mana masih termasuk
lingkup dalam pelaksanaan ini kontraktor harus menyelesaikan, sesuai dengan
petunjuk, Perintah Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, baik sesudah atau
selama berjalannya pekerjaan, serta perubahanperubahan di dalam Berita Acara
Aanwijzing.
2. Hal‐hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan
akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas, dengan dibuat Berita Acara
yang disyahkan oleh Pemberi Tugas.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

18

Anda mungkin juga menyukai