PERSYARATAN UMUM
1
BAB 2
2
ditemukannya di dalam Rencana Kerja dan Syarat dan Gambar Kerja maupun
dalam pelaksanaan. Pemborong baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar
dan melaksanakannya setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas.
3. Pengambilan ukuran‐ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal ini
apapun menjadi tanggung jawab Pemborong; oleh karenanya pemborong
diwajibkan mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar‐
gambar dan dokumen yang ada.
3
senjata api dan hewan peliharaan.
b. Membawa masuk penjual‐penjual makanan, minuman, rokok, dan sebagainya
ditempat pekerjaan.
dengan skala dari gambar‐gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus diambil dari
pekerjaan yang sudah selesai.
3. Apabila ada hal‐hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau Dokumen yang
berlainan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan
satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini
maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis.
4. Apabila terdapat perbedaan gambar maka yang dipakai sebagai pegangan dalam
ukuran fungsional adalah Gambar Arsitektur.
4
3. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetuji sebelum
dilaksanakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ternyata
ditolak Direksi/Pengawas Lapangan, harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
BAB 3
PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN
5
proyek.
3.1.2. Pengukuran
a. Pemborong wajib meneliti pengukuran di lapangan dan melaporkan segala sesuatu
kepada Direksi/Konsultan Pengawas.
b. Pemasangan patok‐patok untuk menentukan letak situasi dilakukan bersama atau
atas persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh Pemborong, dilakukan dengan alat teropong
waterpas yang baik dan sudah ditest kebenarannya terlebih dahulu.
Ketidakcocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus segera
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan menunggu keputusannya.
d. Pengukuran sudut siku hanya dilakukan dengan alat teropong waterpas, theodolite
atau prisma penyiku.
e. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phitagoras hanya dikerjakan
untuk bagian‐bagian ruang yang kecil saja menurut pertimbangan Pengawas.
3.1.3. Pekerjaan Bouwplank
a. Bouwplank harus dipasang pada patok yang nyata–nyata kuat tertancap di dalam
tanah.
b. Tinggi papan bangunan sebaiknya sama dengan tinggi titik nol atau apabila
dikehendaki lain harus dibicarakan dengan dan disetujui oleh Direksi/Konsultan
Pengawas.
c. Segera setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor wajib melaporkan
pada Direksi/Konsultan Pengawas untuk diperiksa sebelum pekerjaan selanjutnya
dilaksanakan.
d. Pengambilan dan pemakaian ukuran‐ukuran yang keliru selama pelaksanaan
pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor selanjutnya.
3.1.4. Gudang, Los Kerja, Km/Wc Sementara, Bahan Dan Peralaan Kerja Serta Bahan Tidak
Terpakai
6
a. Kontraktor diharuskan menyediakan los kerja, gudang, KM/WC, papan nama, air
kerja, P3K serta mengatur baha‐bahan yang tidak terpakai dengan baik.
b. Untuk keperluan penimbunan bahan baik milik Kontraktor maupun Kontraktor yang
memerlukan perlindungan terhadap cuaca dan pencurian, Kontraktor wajib
membuatkan gudang yang terbuat dari lantai kedap air, dinding dan atap yang
memadai. Untuk mengerjakan bahan‐bahan tertentu, dimana baik buruh maupun
bahan‐baha tersebut memerlukan perlindungan terhadap cuaca, Kontraktor
diwajibkan membuat los kerja.
c. Konstruksi los kerja dibuat sama dengan gudang, kecuali dapat tanpa dinding bagi
tempat‐tempat penimbunan pasir dan kerikil dibuat bak‐bak yang terbuat dari
papan. Los kerja harus dilegkapi KM/WC sementara.
d. Memasang papan Nama Pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku dengan
persetujuan pengguna barang/jasa. Ukuran papan nama pekerjaan 60 x 100 cm
bahan triplek dilapis MMT. Papan nama dipasang pada tempat yang jelas dan
mudah dibaca.
e. Menyediakan Listrik dan Air Kerja untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan
f. Menyediakan alat‐alat kerja sendiri untuk kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan,
misalnya beton molen, vibrator dan alat‐alat lainnya yang diperlukan.
g. Menyediakan kotak P3K termasuk isinya menurut persyaratan dan ketentuan yang
berlaku. Kotak P3K dipasang pada tempat yang strategis dan mudah dicari.
7
c. Sisa‐sisa brangkal, kayu, akar, batu‐batuan dan unsur‐unsur pengganggu yang
lainnya harus dikeluarkan sebelum dilakukan pengupasan tanah.
8
e. Apabila ditemukan benda‐benda berharga/peninggalan masa lalu maka
perlindungan sementara harus dilakukan oleh pemborong sebelum
penanganannya diambil alih oleh pihak yang berwenang.
f. Bila pekerjaan pelayanan umum terganggu sebagai akibat pekerjaan ini,
Pemborong harus bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti kerugian yang
terjadi.
g. Apabila terdapat air didasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada
waktu pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang
memadai atau pompa lumpur yang diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air lumpur pada dasar galian.
h. Pemborong harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar
tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang kuat, agar tidak membahayakan bangunan lain dan
pekerja.
i. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat
yang dianggap perlu dan atas petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
j. Seluruh sisa penggalian yang tak terpakai, sisa puing‐puing sampah harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan.
9
a. Kontraktor harus menyiapkan, pembengkokkan dan merangsang pembiasan
sesuai dengan apa yang tercantum didalam gambar dan apa yang dijelaskan
didalam spesifikasi.
b. Dalam pekerjaan pembiasan termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki
ayam untuk penyanggah tulangan agar didapat ketebalan penutup atau selimut
beton yang akurat, penyedia dan pemasangan batang‐batang “dowel” atau
angkur‐ angkur yang ditanam dalam beton seperti yang disyaratkan didalam
gambar dan segala hal lainnya yang perlu untuk menghasilkan pekerjaan beton
yang baik.
3.3.2 P e n g e n d a l i a n Pekerjaan
Detail dan pemasangan pembiasan harus sesuai dengan gambar standar detail,
catatan‐catatan pada gambar dan peraturan atau standard yang berlaku seperti pada
SNI 03‐2847 – 2002 (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan gedung),
SII – 0136 (Standard Industri Indonesia – Baja Tulangan Beton), ACI – 301 (Specification
for Structural concrete of Building), ACI – 315 (Menual of Standard Practice fof
Reinforced Concrete), ACI – 318 (Building Code Requirements for Reinforced
Concrete).
3.3.3 Bahan‐Bahan
a. Besi beton yang dipakai adalah besi beton ulir (deformed bar) untuk yang
berukuran > D10 dengan tegangan leleh (Fy) 4000 kg/cm2 (BJTD – 40) dan besi
beton polos (plain bar) untuk yang berukuran ≤ Ø10 dengan tegangan leleh (Fy)
2800 kg/cm2 (BJTP – 28) seperti yang tertera didalam gambar dengan ukuran
diameter dalam metrik, sesuai dengan SII 0136 – 84.
b. Semua besi beton harus berasal dari pabrik yang telah disetujui oleh Pengawas
dan setiap pengiriman baja tulangan harus disertai sertifikat hasil uji tarik,
lengkung dan analisa kimia dari pabrik.
c. Untuik setiap pengirim atau 30 ton harus diambil secra acak 3 benda uji untuk
setiap jenis ukuran dimana 2 benda uji untuk pengujian tarik dan satu benda uji
untuk pengujian lengkung di laboratorium independen yang ditunjuk oleh
10
Penagwas. Bilamana dianggap perlu. Pengawas dapat meminta untuk menambah
jumlah benda uji tersebut.
11
b. P e m a s a n g a n
Pembersihan harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat
dengan kawat atau jepitan yang sesuai pada persilangan, dan harus ditunjang
oleh penumpu logam dan/atau penggantung logam, sehingga sebelum dan
selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
Jepitan atau penumpu logam tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting.
Kawat beton harus dibengkokkan kearah dalam bekisting, sehingga diperoleh
selimut beton yabng telah ditentukan.
Bilamana tidak ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai
untuk memegang pembersihan secara kokoh pada tempatnya, harus dipakai
ketentuan berikut :
Dalam pelat, berdiameter 12 mm berbentuk U atau Z dengan jarak 80 – 100
cm, untuk menunjang penulangan bagian atas.
Dalam dinding dengan 2 lapisan penulang, penjaga jarak (specer) berbentuk
U atau Z dengan diameter 8 mm, berjarak 180 – 200 cm.
Perhatian khusus perlu diberikan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan‐penahan jarak dapat berbentuk blok‐blok persegi atau gelang‐gelang
yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap 1 m2 cetakan atau
lantai kerja. Penahan‐penahan jarak ini harus tersebar merata.
c. S a m b u n g a n
Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pembesian harus dibuat dengan
“overlap” minimum 4 kali diameter besi beton. Panjang overlap
penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada
diameter yang besar.
12
Penyambungan tulangan harus dilakukan pada titik dimana terjadi tegangan
yang terkecil. Sambungan tulangan atas balok dan pelat harus diadakan di
tengah bentang, dan tulangan bahwah balok dan pelat pada tumpuan.
Penyambungan tulangan sebaiknya tidak dilakukan sekaligus pada satu
penampang tetapi dilaksanakan dengan sistim “staggered”
Sambungan mekanik harus digunakan jika luas tulangan kolom mencapai lebih
dari 30% luas penampang beton, yang mana posisinya harus berselang‐ seling.
Jenis atau merk sambungan yang akan digunakan harus yang memenuhi syarat
dan harus disetujui oleh Pengawas.
13
Peraturan Bangunan Nasional 1978.
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
3.5.3 Bahan‐B a h a n
a. Semen
Semua yang digunakan adalah semen portland lokal yang memenuhi syarat‐
syarat dari :
Peraturan‐peraturan relevan
Mempunyai sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang disetujui secara
tertulis dari Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam‐macam jenis/merk semen
untuk suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli,
dikirim dalam kantong‐kantong semen yang masih disegel dan tidak
pecah.
b. Aggregat
Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi
syarat‐syarat :
Peraturan‐peraturan relevan
Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih
besar dari 38 mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan
tertulis Direksi/Konsultan Pengawas. Gradasi dari agregat‐ agregat
tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton
yang diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan
semen dan air, dalam porporsi campuran yang akan dipakai.
14
terkotori.
c. Air
Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan
untuk dipakai.
15
Bahan‐bahan yang dipergunakan harus mendapat persetujuan pengguna
barang/jasa.
Tata Cara Pelaksanaan Pengecoran Beton Bertulang;
- Sekurang‐kurangnya dua hari sebelum pengecoran dilakukan, Direksi
diberitahukan agar pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada
waktu pengecoran.
- Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI 1971 / SNI 03‐2410‐
1989.
- Beton harus dicor dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian 1,5 m dan
dalam lapisan horizontal tidak lebih dari 30 cm dalamnya.
- Terjadinya kantong‐kantong gelembung dalam beton harus dihindarkan dan
segera setelah dituang, beton ini harus dipadatkan dengan alat penggetar
(vibrator).
- Selama penggetaran dijaga agar jangan sampai menggerak tulangan
maupun bekisting.
16
Seluruh pekerjaan plesteran dan adukan harus disesuaikan dengan persyaratan‐
persyaratan yang tertera pada standar‐standar sebagai berikut :
NI – 2 – 1971
NI – 3 – 1970
NI – 8 – 1972
ASTM C90 – 70
ASTM A615 – 72
3.7.3 Bahan‐Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur
atau campuran‐campuran lain sesuai dengan :
- NI – 3 Pasal 14
- NI – 2 Bab 3.3
b. Portland Cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian‐bagian yang membatu
dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NI – 8. Hanya sebuah merk
dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan
pasangan yang bersifat pengisi (non strukturil) maupun plesteran diperkenankan
memakai jenis Portland Cement bara type SPP‐B produksi PT. Indocement Tunggal
Perkasa atau setara.
c. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan‐bahan yang merusak seperti :
minyak, asam dan unsure organic lainnya.
Kecuali dinyatakan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya
sendiri.
3.7.4 Persyaratan Pelaksanaan
a. Plesteran
Plesteran Permukaan Beton
- Bersihkan permukaan beton dari sisa bekisting, debu, minyak‐minyak, cat
dan lain bahan yang dapat mengurangi daya ikat plesteran. Basahi beton
dengan air sehingga jenuh. Tunggu sampai aliran air berhenti.
17
- Pasangkan acian setebal 2 – 3 mm, kasarkan permukaannya, kemudian
pasangkan plesteran sebelum acian mongering.
- Ulangi pekerjaan di atas, lalu pasangkan plesteran dalam ketebalan /
kerataan yang disyaratkan dalam gambar.
- Bilamana acian diperlukan, laksanakan sesuai Persyaratan Teknis untuk
acian.
b. Acian
Pengadukan tanpa mesin hanya boleh dilakukan, bilamana disetujui oleh
Pengawas.
Adukan harus selalu plastis. Aduk‐ulang (retempering) dengan penambahan
air boleh dilakukan sebagaimana diperlukan.
18