Anda di halaman 1dari 37

BAB I

SYARAT-SYARAT UMUM

Pasal 01
PERATURAN-PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.1 Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan dan
peraturan yang sesuai dengan bidang pekerjaan seperti yang tercantum
dibawah ini yang dimaksud segala perubahannya hingga kini ialah:
a. Peraturan-peraturan umum (Syarat Umum) AVE 41.
b. Peraturan Beton Indonesia (PB-NI-2/1971).
c. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.
d. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
e. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang
penggunaan Tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI)
1980.
g. Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Sesuai
Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
tahun 1997 No. 295/KPTS/CK/97.
h. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
1.2 Pemborong harus mengikuti dan melaksanakan semua ketentuan ketentuan dan
peraturan-peraturan yang berlaku.

Pasal 02
IZIN-IZIN
2.1 Kontraktor harus memiliki izin –izin dari instansi yang berwenang sesuai dengan
bidang pekerjaannya, sehubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

Pasal 03
KONSULTAN PENGAWAS / DIREKSI
3.1 Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan setiap saat dilakukan oleh
Konsultan Pengawas/Direksi yang harus dapat dengan mudah mengawasi,
memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan bahan dan peralatan.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
3.2 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus
segera dibuka sebagian atau seluruhnya.
3.3 Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja dan perlu adanya
pengawasan, maka Kontraktor menanggung biaya pengawasan yang jumlahnya
diatur dalam bab sebelumnya.
3.4 Wewenang Konsultan Pengawas / Direksi dalam memberikan keputusan
terbatas pada hal-hal yang jelas tercantum dalam Gambar Perencanaan dan
RKS dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Diluar wewenang tersebut harus
seizin Pemimpin Proyek (Pimpro).

Pasal 04
PIMPINAN PELAKSANAAN (SITE MANAGER)
4.1 Kepala pelaksana (Site Manager) yang ditunjuk Kontraktor harus ahli dan
berpengalaman minimal 5 (lima) tahun sebagai site manager dan mendapat
kuasa penuh dari Kontraktor untuk bertindak atas namanya serta senantiasa
harus berada ditempat pekerjaan.
4.2 Dengan adanya Kepala pelaksana, tidak berarti Kontraktor lepas tanggung
jawab terhadap kewajibannya sebagian maupun keseluruhan.
4.3 Bila dikemudian hari menurut pendapat Direksi Pelaksana kurang mampu atau
tidak cakap memimpin pekerjaan maka Kontraktor akan diberitahukan secara
tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
dikeluarkan Surat Pemberitahuan Kontraktor harus sudah menunjukkan
pelaksana baru atau penanggung jawab Kontraktor yang akan memimpin
pelaksanaan.
Pasal 05
RENCANA KERJA
5.1 Kontraktor harus membuat Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) berupa
Barchart atau Curva-S selambat-lambatnya 2 (dua) minggu untuk disahkan oleh
Direksi dan diketahui oleh Pemberi Tugas (Pengelola Teknis). Kontraktor wajib
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana. Dan hanya dengan
persetujuan Direksi bisa menyimpang dari rencana. Dan kerugian yang
dideritanya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 06
PEMBAGIAN HALAMAN
6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan Kontraktor harus merundingkan dengan
Direksi mengenai pembagian halaman pekerjaan, tempat penimbunan barang,
tempat mendirikan kantor Direksi, Kantor Pelaksana, los kerja dan lain
sebagainya agar pekerjaan dapat berjalan lancar.

Pasal 07
LOS KERJA DAN GUDANG
7.1 Kontraktor harus membuat ruangan-ruangan untuk menyimpan barang-barang
dan alat-alat lainnya dan ruangan untuk kantor pelaksana.
7.2 Cara menimbun bahan-bahan di lapangan maupun di gudang harus memenuhi
syarat teknis dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 08
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
8.1 Kontraktor bertanggung jawab atas:
a. Ketelitian / kebenaran hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh Pelaksana
harus sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan Gambar
Perencanaan serta Addendumnya.
b. Pengangkutan bahan dan personil yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan serta wajib menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan yang dilakukan kontraktor selama waktu pelaksanaan maupun
masa pemeliharaan.
c. Kesehatan/Kesejahteraan/penginapan karyawan selama pelaksanaan
pekerjaan.
d. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
e. Keamanan/kerusakan dari peralatan yang dipakai selama pelaksanaan
pekerjaan.
f. Penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
g. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.
h. Tidak memperkenankan:
 Pekerja menginap dan memasak dilokasi pekerjaan, kecuali dengan izin
Direksi.
 Membawa masuk penjual makanan / minuman, rokok dan sebagainya ke
lokasi pekerjaan.
 Keluar masuk dengan bebas.
Pasal 09
SYARAT-SYARAT DAN PEMERIKSAAN MATERIAL
9.1 Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dengan mengutamakan produksi dalam negeri:
a. Untuk pekerjaan konstruksi, kandungan lokal minimal 80 % (delapan puluh)
persen.
b. Untuk pekerjaan mekanikal/elektrikal, kandungan lokal minimal 70 % (tujuh
puluh) persen.
9.2 Direksi berwenang menanyakan asal bahan, dan Kontraktor wajib
memberitahukan.
9.3 Semua material yang akan digunakan harus diperiksakan kepada Direksi untuk
mendapat persetujuan.
9.4 Material yang didatangkan oleh Kontraktor dilokasi pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh Direksi harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam sejak jam penolakan.
9.5 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ternyata
ditolak oleh Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Direksi.
9.6 Apabila Direksi merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Direksi berhak
mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian bahan (Laboratorium) yang
terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan
Kontraktor apapun hasil penelitian bahan tersebut.
9.7 Kontraktor harus menjaga mutu pekerjaan secara sempurna.

Pasal 10
LAPORAN-LAPORAN
10.1 Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan
dari pelaksanaan pekerjaan dan menyerahkannya kepada Direksi untuk dapat
dipergunakan sebagai dasar pengamatan / pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan
yang sedang berjalan, secara berkesinambungan.

Pasal 11
DOKUMENTASI
11.1 Kontraktor harus membuat dokumentasi pelaksanaan pekerjaan berupa foto-foto
berwarna ukuran postcard pada bagian-bagian pekerjaan yang penting, yakni:
a. Sebelum pekerjaan dimulai.
b. Saat pekerjaan pembesian sloof, kolom, balk, plat dan euifel.
c. Setiap laporan Migguan.
d. Setelah pekerjaan berakhir, Kontraktor harus menyerahkan album foto
sebanyak 3 (tiga) set.
e. Untuk setiap pengajuan termijn pemborong harus melampirkan foto kemajuan
pekerjaan.

Pasal 12
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
DAN GAMBAR KERJA
12.1 Rencana Kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja digunakan sebagai
pedoman dasar ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan.
12.2 Gambar-gambar detail merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana
Kerja dan syarat-syarat.
12.3 Jika terdapat perbedaan antara Gambar dengan hal diatas, maka Kontraktor
menanyakan secara tertulis kepada Direksi dalam hal menyangkut masalah
tersebut.
12.4 Jika terdapat kekurangan penjelasan dalam Gambar maka Kontraktor harus
membuat Gambar tersebut atas biaya Kontraktor, sebelum dilaksanakan harus
mendapat ijin dari Direksi

Pasal 13
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR
13.1 Kontraktor diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara
gambar-gambar.
13.2 Gambar Arsitektur dengan gambar struktur, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalam jenis dan
kwalitas bahan/konstruksi bangunan adalah gambar struktur.
13.3 Gambar Arsitektur dengan gambar mekanikal dan elektrikal maka yang dipakai
sebagai pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur dalam hal
kualitas dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar Mekanikal / Elektrikal.
13.4 Tidak dibenarkan sama sekali bagi Kontraktor memperbaiki sendiri perbedaan-
perbedaan tersebut diatas. Akibat dari kelalaian dalam hal ini, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pasal 14
GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)
14.1 Kontraktor harus membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing)
berdasarkan gambar pelelangan dan penjelasan pekerjaan.
14.2 Sebelum gambar-gambar Pelaksanaan disetujui oleh Direksi, Kontraktor tidak
diperbolehkan melaksanakan pekerjaan di lapangan.
14.3 Gambar-gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dan Kontraktor harus memberi waktu yang cukup kepada Direksi guna meneliti.
14.4 Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui oleh Direksi tidak melepaskan
tanggung jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan

Pasal 15
GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
15.1 Gambar Perencanaan hanya dapat berubah atas perintah tertulis Pemberi
Tugas.
15.2 Perubahan harus dibuatkan gambar yang jelas memperlihatkan perbedaan
antara Gambar Perencanaan dan Gambar Perubahan.
15.3 Gambar Perubahan tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga).
15.4 Gambar Perubahan yang disetujui oleh Direksi kemudian dilampirkan dalam
Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

Pasal 16
GAMBAR SESUAI DENGAN PELAKSANAAN
(AS BUILT DRAWING)
16.1 Sesudah pelaksanaan pekerjaan selesai Kontraktor harus membuat dan
menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan (as
built drawing).
16.2 Gambar-gambar tersebut harus memberikan informasi yang lengkap dan benar
dari seluruh pelaksanaan pekerjaan.
16.3 Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa dan
disetujui yang kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas.
16.4 Banyaknya gambar yang harus diserahkan adalah 5 (lima) set gambar-gambar
cetakan.

Pasal 17
INSTRUKSI UNTUK SISTEM INSTALASI
(OPERATING INSTRUCTION)
17.1 Sesudah pekerjaan instalasi selesai dan berjalan dengan baik Kontraktor harus
menyediakan tenaga yang cakap untuk memberi pelajaran / training kepada
operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas untuk tugas pemeliharaannya.
17.2 Sesudah pekerjaan instalasi selesai Kontraktor harus menyerahkan dokumen
yang berisi cara operasi maupun cara pemeliharaan dari system instalasi
Dokumen ini harus disetujui oleh Direksi sebelum diserahkan kepada Pemberi
Tugas dan banyaknya harus diserahkan 5 (lima) set.

Pasal 18
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM
18.1 Kontraktor harus minta ijin tertulis kepada Direksi dalam hal untuk melaksanakan
pekerjaan atau bagian pekerjaan di malam hari. Ijin diberikan bila sarana
penerangan cukup.

Pasal 19
PEMELIHARAAN DAN MASA PEMELIHARAAN
SISTEM INSTALASI
19.1 Kontraktor diharuskan menyediakan tenaga yang cakap guna keperluan
pemeliharaan terhadap instalasi yang telah selesai dipasang selama minimal 6
(enam) bulan garansi periode pabrik sejak penyerahan instalasi kepada Pemberi
Tugas.
19.2 Kontraktor harus bersedia datang sewaktu-waktu jika timbul masalah atau
kerusakan dan memperbaiki. Semua pekerjaan perbaikan menjadi tanggung
Kontraktor bila disebabkan karena bukan kesalahan pengoperasian.

Pasal 20
PENGUJIAN (TESTING)
20.1 Kontraktor harus melaksanakan pengujian (testing) terhadap instalasi yang telah
terpasang, baik secara sebagian dan secara keseluruhan, sesuai dengan
ketentuan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) atau peraturan yang berlaku.
20.2 Pada waktu pengujian instalasi Kontraktor harus mengundang Direksi untuk
hadir. Direksi akan menentukan hasil pengujian baik atau harus diulang. Biaya
pengujian ditanggung Kontraktor.
20.3 Kontraktor harus memberikan hasil pengujian kepada Direksi. Hasil pengujian
akan dipergunakan untuk menentukan sistem instalasi yang telah terpasang dan
berfungsi sebagaimana mestinya.
Pasal 21
PEMBERSIHAN
21.1 Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah.
Pada waktu pekerjaan telah selesai Kontraktor harus membuang sampah
sebagai hasil pekerjaan, ke tempat di luar proyek atau tempat yang telah
ditunjuk managemen konstruksi.

Pasal 22
PEKERJAAN YANG SUB KONTRAKAN
KEPADA KONTRAKTOR LAIN
22.1 Bila ada pekerjaan instalasi yang dikerjakan oleh beberapa Kontraktor, maka
Kontraktor-kontraktor harus bekerja sama guna pelaksanaan daripada sistem
instalasi secara keseluruhan. Kontraktor Utama harus bertanggung jawab atas
mutu bahan dan hasil pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan. Untuk
pekerjaan yang disub kontrakkan, wajib mengutamakan pengusaha Golongan
Ekonomi Lemah (GEL) dan sub kontrak dilakukan dengan legal formal antara
Kontraktor dengan Sub Kontraktor.

Pasal 23
PERLINDUNGAN TERHADAP BARANG DAN INSTALASI
23.1 Kontraktor harus melindungi semua barang dan instalasi yang ada terhadap
kerusakan maupun terhadap pencurian yang mungkin terjadi.
23.2 Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap barang maupun instalasi sampai
diserah terimakan kepada Pemberi Tugas.

Pasal 24
LUBANG, PONDASI LANDASAN (SUPPORT) DAN SEMACAMNYA
24.1 Pekerjaan-pekerjaan pada pasal ini untuk sistem instalasi dan yang merupakan
bagian dari pada pekerjaan sipil secara keseluruhan termasuk dalam lingkup
pekerjaan Kontraktor.

Pasal 25
PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB PELAKSANAAN
25.1 Sebelum dimulai pelaksanaan, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Gambar Perencanaan dan Berita Acara
Penjelasan pekerjaan.
25.2 Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dan lengkap
yaitu membuat, memasang dan memesan maupun menyediakan bahan
bangunan, alat kerja, serta pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain
yang berkaitan dengan pelaksanaan.
25.3 Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang
dilaksanakan, Kontraktor harus berhubungan dengan Direksi, untuk
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan persetujuannya.
25.4 Setiap usul perubahan dari Kontraktor atau persetujuan dari Direksi dianggap
berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.
25.5 Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus
baru dan diteliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan dengan
standard / spesifikasi yang ditentukan dalam Rencana Kerja Syarat (RKS) dan
harus mendapat persetujuan dari Pemilik Proyek / Direksi sebelum dimulai
pelaksanaanya.
25.6 Ketelitian dan kerapihan kerja akan sangat dinilai oleh Direksi, termasuk
pekerjaan penyelesaian (finishing works) dan akan mempengaruhi bobot.

Pasal 26
PEIL DAN PENGUKURAN
26.1 Kontraktor wajib memberitahu kepada Direksi setiap suatu bagian pekerjaan
yang akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil dan ukurannya.
26.2 Kontraktor wajib senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam
tiap pekerjaan dan segera melapor secara tertulis kepada Konsultan Pengawas
bila terdapat perbedaan ukuran, untuk memberikan keputusan pembetulannya.
Kontraktor tidak dibenarkan melakukan pembetulan sendiri kekeliruan tersebut
tanpa persetujuan Direksi.
26.3 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut peil dan ukuran yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Syarat (RKS)
dan Gambar.
26.4 Mengingat tiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian pekerjaan
selanjutnya, maka ketepatan peil dan ukuran mutlak perlu diperhatikan benar.
26.5 Kelalaian Kontraktor dalam hal ini tidak akan ditolerir dan Direksi berhak untuk
memerintahkan membongkar hasil pekerjaan yang telah ada.
Pasal 27
PEMAKAIAN UKURAN
27.1 Kontraktor bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja Syarat (RKS) dan Gambar berikut tambahan
dan perubahannya.
27.2 Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagiannya dan memberitahukan Direksi tentang perbedaan yang ditemukannya
didalam Rencana Kerja Syarat (RKS) dan Gambar maupun dalam pelaksanaan,
Kontraktor diijinkan membetulkan kesalahan Gambar dan melaksanakannya
setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi.
27.3 Pemakaian ukuran yang keliru pada pelaksanaan, dalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Kontraktor, karena itu sebelumnya Kontraktor wajib melakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap Rencana Kerja Syarat (RKS) dan Gambar.

Pasal 28
PERALATAN KERJA DAN ALAT BANTU
28.1 Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan secara sempurna dan efisien.
28.2 Kontraktor harus menjaga ketertiban perjalanan yang menggunakan jalan umum
agar tidak mengganggu.
28.3 Bila pekerjaan selesai, Kontraktor wajib segera menyingkirkan alat tersebut dan
memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan serta membersihkan bekasnya.

Pasal 29
PEMBANGKIT TENAGA DAN SUMBER AIR
29.1 Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus
diadakan oleh Kontraktor, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel,
meteran, serta membersihkannya kembali pada waktu pekerjaan selesai.
29.2 Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor atau biaya untuk
mengadakan air kerja menjadi beban Kontraktor.
29.3 Kontraktor tidak diperbolehkan menyambung pipa air dari saluran induk, lubang
penyedot, reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis
dari Pemilik Proyek /Direksi.

Pasal 30
IKLAN
30.1 Kontraktor tidak diizinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lokasi kerja
atau ditempat berdekatan tanpa izin dari Pemilik Proyek / Direksi.

Pasal 31
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
31.1 Pemakaian jalan masuk ke lokasi kerja menjadi tanggung jawab Kontraktor
sesuai dengan kebutuhan.
31.2 Kontraktor wajib membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian
dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dengan biaya beban
Kontraktor.

Pasal 32
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA
DAN MILIK UMUM
32.1 Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan akibat operasi
pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, sarana, jalan, saluran dan
lain-lain yang ada dilingkungan pekerjaan.
32.2 Kontraktor bertanggung jawab atas gangguan atau pemindahan yang terjadi
atas perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya
yang disebabkan oleh operasi pelaksanaan. Segala biaya untuk pemasangan
kembali beserta perbaikan adalah menjadi beban Kontraktor

Pasal 33
KECELAKAAN DAN KESEHATAN
33.1 Kecelakaan yang timbul waktu pekerjaan berlangsung menjadi beban
Kontraktor.
33.2 Sehubungan dengan pasal ini, Kontraktor wajib menyediakan kotak P3K terisi
menurut kebutuhan lengkap dengan seorang petugas yang telah terlatih dalam
hal mengenai pertolongan pertama.
33.3 Terhadap kecelakaan yang timbul akibat Bencana Alam segala biayanya
menjadi beban Kontraktor.
33.4 Kebakaran yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.
33.5 Sehubungan dengan butir itu, Kontraktor wajib menyediakan alat pemadam
kebakaran jenis APAR, pasir dibak kayu galah secukupnya dan pemeliharaan.
33.6 Kontraktor wajib memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.
33.7 Sejauh tidak disebut dalam RKS maka Kontraktor harus mengikuti semua
peraturan yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah CQ Undang-undang
kesehatan kerja dan lain sebagainya yang berlaku.

Pasal 34
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
34.1 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala sesuatu yang ada
didaerahnya mengenai :
a. Kerusakan yang timbul akibat kelalaian yang disengaja ataupun tidak.
b. Penggunaan sesuatu yang keliru / salah.
c. Kehilangan alat / bahan yang ada di daerahnya.
d. Semua kejadian sebagaimana disebut diatas Kontraktor harus melaporkan
kepada Pemilik Proyek / Direksi dalam waktu paling lambat 24 jam untuk
diusut dan diselesaikan lebih lanjut.
e. Untuk mencegah hal itu, Kontraktor harus mengadakan penerangan malam,
pemagaran sementara dan sebagainya.

Pasal 35
PEMBONGKARAN OLEH KONTRAKTOR
35.1 Setiap pelaksanaan oleh Kontraktor tidak dibenarkan merusak bagianbagian
bangunan yang sudah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor bidang lain.
35.2 Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka Kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti
keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek / Direksi secara tertulis.

Pasal 36
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
36.1 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan Kontraktor diwajibkan memintakan
persetujuan kepada Direksi.
36.2 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam sejak diterimanya
Surat Permohonan Pemeriksaan tidak dipenuhi oleh Direksi, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui oleh Direksi. Hal ini dikecualikan bila Direksi minta perpanjangan waktu.

BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS ARSITEKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN PENGUKURAN & PERSIAPAN
1.1 Pembersihan Tapak Proyek
a. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih
dan rata.
b. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus
dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar
pagar proyek meskipun untuk sementara.
c. Semua sisa-sisa bongkaran bangunan lama, seperti pondasi, jaringan listrik
/ pipa-pipa dan lain-lain yang masih ada menurut penilaian Direksi jika
dibiarkan ditempat akan mengganggu pekerjaan tapak. Semua biaya
pembongkaran sisa-sisa tersebut di atas adalah atas tanggungan Kontraktor
dan pelaksanaannya setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas.

1.2 Pengukuran Tapak Kembali


a. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan keterangan mengenai
peil ketinggian lokasi dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
b. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Perencana/ Direksi untuk
dimintakan keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
d. Kontraktor harus menyediakan teodolith/waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Perencana / Direksi selama
pelaksanaan proyek.
e. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas Segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Perencana / Direksi.
f. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan
Kontraktor.

1.3 Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)


a. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau, tertancap di
tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum 2 m satu sama lain.
b. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi.
c. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Direksi.
d. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan
Kontraktor.

1.4 Pekerjaan Penyediaan Air Dan Daya Listrik untuk Bekerja


a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari
debu, bebas dari Lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Direksi.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, dengan
daya sekurang-kurangnya (minimum) 10 kVA. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara atas persetujuan Direksi. Daya listrik juga disediakan untuk suplai
kantor Direksi
c. Segala biaya atas pemakaian daya listrik dan air di atas adalah beban
Kontraktor.

1.5 Kantor Kontraktor dan Los Kerja


a. Ukuran luas kantor Kontraktor dan Los Kerja serta tempat simpan bahan,
disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam kebakaran.
b. Khusus untuk tempat simpan bahan-bahan seperti: pasir, kerikil harus
dibuatkan kotak simpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat,
sehingga masing-masing bahan tidak tercampur.

PASAL 02
PEKERJAAN KERAMIK
2.1 Lingkup Pekerjaan
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
- Pekerjaan lantai Keramik, plint keramik ini dilakukan pada seluruh finishing
lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukkan dalam detail gambar.

2.2 Persyaratan Bahan


a. Bahan yang digunakan
- Keramik Roman atau produk lain yang setara, ukuran 80 x 80 cm atau
sesuai gambar.
- Keramik Homogeneus tile produk Granito atau produk lain yang setara
ukuran 80 x 80 cm atau sesuai gambar dengan polish dan unpolish,
- Keramik-keramik tersebut diatas sebelum dipasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Supervisi setelah berkonsultasi dengan
Perencana dan Pemilik Proyek.
b. Warna akan ditentukan kemudian. Masing-masing warna harus seragam,
warna yang tidak seragam akan ditolak.
c. Tebal bahan minimal 8 mm atau sesuai dengan standard pabrik, dengan
kekuatan lentur 250 kg/cm2 dan mutu tingkat 1 (Grade 1).
d. Bahan pengisi siar AM 50 atau produk lain yang setara, sewarna dengan
keramik. Untuk daerah basah ditambahkan liquid grout additive AM 54
sebagai pengganti air, dengan ketentuan sesuai pabrik.
e. Bahan perekat menggunakan perekat AM 40, untuk daerah basah
menggunakan AM 30 atau setara dengan persyaratan sesuai standard
pabrik.
f. Warna akan ditentukan kemudian.
g. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan
peraturan-peraturan ASTM, Peraturan Keramik Indonesia (NI-19) dan dari
distributor bahan pengisi siar serta bahan perekat harus memberikan
supervisi dan garansi pemasangan selama 5 tahun.
h. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Supervisi setelah berkonsultasi dengan Perencana dan Konsultan
Supervisi.
i. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan
teknis- operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Konsultan Supervisi.
j. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus benar-
benar baru, berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Konsultan
Supervisi.
k. Toleransi terhadap panjang = 0,5 %, toleransi terhadap tebal = 0,8 %.
2.3 Syarat – syarat Pelaksanakan
a. Pemasangan lantai dan plint dilakukan setelah alas dari lantai Keramik
sudah selesai dengan baik dan sempurna serta disetujui Konsultan
Supervisi (antara lain lantai screed, kering dari lantai screed = min 7 hari,
waterproofing dan lain-lain) baru pemasangan Keramik dilaksanakan. Kering
sempurna dari lantai beton adalah minimum berusia 28 hari.

b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat
dan tidak bernoda.

c. Bidang pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata.

d. Jarak antara unit-unit pemasangan Keramik yang terpasang (lebar siar-siar),


harus sama lebar serapat mungkin atau maksimum 3 mm dan kedalaman
maksimum 2 mm atau sesuai detail gambar serta petunjuk Konsultan
Supervisi. Siar-siar harus membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang
sama lebar dan sama dalamnya. Untuk siar-siar yang berpotongan harus
membentuk siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.

e. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar sesuai ketentuan dalam


persyaratan bahan, dengan warna bahan pengisi sesuai dengan warna
bahan yang dipasangnya.

f. Pemotongan unit-unit Keramik harus menggunakan alat pemotong


khusus (mesin elektrik) sesuai persyaratan dari pabrik bersangkutan.

g. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
yang terjadi pada permukaan hingga betul-betul bersih.

h. Diperhatikan adanya pola tali air yang dijumpai pada permukaan pasangan
atau hal-hal lain seperti yang ditunjukkan dalam gambar.

i. Pinggulan pasangan bila terjadi, harus dilakukan dengan gurinda,


sehingga diperoleh hasil pengerjaan yang rapi, siku, lurus dengan tepian
yang sempurna.

j. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh pekerjaan lain


selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat pada
permukaannya.

k. Rencana pemasangan keramik dengan memperhatikan :


- Tetapkan data level lantai yang tepat.
- Kontrol level finish lantai melalui beberapa spot level.
- untuk menghindari atau mengurangi pemotongan Keramik.
- untuk memastikan unit Keramik yang terpotong menyajikan penampilan
yang seimbang ketika dipasang dan terpasang sebesar mungkin.
- untuk memastikan lokasi naat dan pola lantai sesuai dengan persetujuan.
- Bila tidak ada ketentuan lain dalam gambar, Keramik akan dipasang mulai
dari center dari tiap-tiap bagian ruang dan pertemuan antara lantai dengan
plint adalah rata / lurus.
l. Grouting
- Keramik diberi grout ketika Keramik sudah terpasang dengan tepat, setelah
nat dibersihkan dari kotoran / pencemaran dengan menggunakan
compresor (ditiup).
- bersihkan grout yang berlebih dan buat bentuk naat sesuai yang diinginkan.
- ketika grout sudah mengeras, basahi Keramik dengan air dan akhirnya
poles dengan kain.

PASAL 03
PEKERJAAN PLAFOND
3.1 Lingkup Pekerjaan
- Dalam pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan ini
hingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

- Pekerjaan ini dilakukan meliputi seluruh pemasangan plafond calcium


silicate termasuk pemasangan list plafond atau sesuai yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan Supervisi.
3.2 Persyaratan Bahan
a. . Bahan :
- Material : Calsium Silicate
- Produk : Kalsi board
- System : Tanpa Kelihatan Rangka dan nat dengan ditutupi
Compound
- Size : sesuai dengan gambar.
- Tebal : 6 mm

b. Rangka Plafond dibuat dari profil metal galvanized steel, atau metal Stud BRS,
rangka utama dan rangka pembagi.

3.3 Syarat – syarat Pelaksanaan

a. Sebelum Kontraktor melakukan pemesanan, terlebih dahulu mengajukan contoh


dari bahan kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis. Bahan acoustic tiles yang datang harus dalam pembungkus asli.
b. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Perencana dan
Konsultan Supervisi.

c. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) copy ketentuan dan persyaratan teknis


operatif dari pabrik sebagai informasi bagi Konsultan Supervisi.

d. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi diperlukan untuk
penyelesaian / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harusbenar-benar baru,
berkualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Konsultan Supervisi.

e. Rangka langit-langit kalsi board dibuat dari profil-profil logam galvanized / metal
furing dengan bentuk, ukuran dan pola pemasangan sesuai dengan gambar
untuk itu.

f. Batang-batang profil untuk rangka langit-langit yang dipasang adalah main


runner, connector, wire clip, z-section, T-section, spline, perimeter trim, wall
spring suspension / kawat seng BWG 14 dan lain sebagainya yang telah
diseleksi dengan baik, lurus, rata, tidak ada bagian yang bengkok atau
melengkung, atau cacat-cacat lainnya, dan telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

g. Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton atau rangka atap /
gording dengan menggunakan penggantung pembantu dari besi hollow 40 x 40
x 1,2 mm yang dapat diatur ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga
seluruh rangka dapat melekat dengan baik dan kuat pada pelat beton / rangka
atap / gording dan tidak dapat berubah-ubah bentuk lagi.

h. Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan rangka harus


rata, lurus dan waterpas, tidak ada bagian yang bergelombang, dan
batang-batang rangka harus saling tegak lurus.

i. Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah kalsi board dengan ukuran
sesuai gambar produk yang dipakai.

j. Kalsi board yang dipasang adalah kalsi board yang telah dipilih dengan baik,
bentuk dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak,
gompal atau cacat-cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan
Supervisi.

k. Kalsi board dipasang dengan pola pemasangan sesuai dengan gambar. Dan
setelah kalsi board terpasang, bidang permukaan langit-langit harus rata, lurus,
waterpas dan tidak bergelombang, serta sambungan antara unit-unit acoustic
tiles harus merupakan garis lurus dan rata.
l. Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat manhole atau access panel di
langit-langit yang bisa dibuka, tanpa merusak acoustic tiles dan sekelilingnya,
untuk keperluan pemeriksaan / pemeliharaan M E.

m.Setelah dipasang, semua bidang plafon dicek levelnya serta rata


permukaannya.

n. Pekerjaan ini dikerjakan oleh Pemborong yang berpengalaman dibawah


supervisi / perwakilan dari pabrik bersangkutan dan dengan tenaga-tenaga ahli.

o. oPada pekerjaan langit-langit perlu diperhatikan akan adanya pekerjaan lain


yang dalam pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
langit-langit seperti perletakan lampu, diffuser, fire detector dan lain-lain.

p. Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit, pekerjaan lain yang berada


diatasnya harus sudah terpasang dengan baik dan sempurna.

q. Harus diperhatikan adanya disiplin lain diantaranya pekerjaan elektrikal dan


perlengkapan instalasi yang diperlukan. Bila pekerjaan tersebut tidak tercantum
dalam gambar rencana langit-langit, harus diteliti dalam gambar Elektrikal,
Plumbing, AC dan lain-lain.

PASAL 04
PEKERJAAN ATAP
4.1 Lingkup Pekerjaan
- Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar
dengan hasil yang baik dan sempurna.

- Pekerjaan ini meliputi pengadaan, penyetelan dan pemasangan penutup


atap metal, talang metal dan sopi – sopi atau sesuai yang disebutkan /
dinyatakan dalam gambar.

4.2 Persyaratan Bahan


- Baja ringan dengan kuat tarik tinggi (High Tensile Steel G 550 Mpa)
(dibuktikan oleh fabrikan).
- Terbuat dari bahan dasar “ZINCALUME ® Steel”dengan komposisi
aluminium 55% dan zinc 43,5% AZ 200 Ultra dengan ketebalan 0,45 mm
BMT (sesuai dengan gambar bestek)
- Atap metal dengan ukuran lebar effektif 760 mm, tinggi gelombang 29 mm,
dan jarak antar puncak gelombang ke puncak gelombang 190 mm.
- Tahan lebih lama terhadap korosi
- Warna atap yang ditetapkan adalah COLORBOND ULTRA “Gull Grey”.

4.3 Syarat-syarat Pelaksanaan


- Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan memeriksa
gambar-gambar pelaksanaan termasuk lapisan-lapisan isolasi seperti yang
dinyatakan dalam gambar, serta melakukan pengukuran-pengukuran
setempat.

- Kontraktor atas dasar gambar pelaksanaan diwajibkan menyediakan shop


drawing yang memperlihatkan sambungan antara bahan yang satu dengan
yang lain, pengakhiran-pengakhiran dan lain-lainnya yang belum / tidak
tercakup dalam gambar kerja, namun memenuhi persyaratan pabrik.

- Penutup atap ini disimpan dalam keadaan tetap kering, tidak boleh
berhubungan dengan tanah / lantai dan sebaiknya disimpan di dalam
gudang beratap. Jika terpaksa dilakukan di tempat terbuka, bahan penutup
atap ini harus diselimuti dengan terpal atau plastik untuk mencegah agar air
hujan / embun tidak masuk ke dalam celah-celah tumpukan lembaran atap
metal. Air yang sempat masuk kedalam celah tersebut dapat memberikan
cacat terhadap permukaan penutup atap akibat kondensasi.

- Sebelum dimulai pemasangan, permukaan semua gording atau rangka


diperiksa terlebih dahulu apakah sudah berada pada satu bidang. Jika
diperlukan dapat dengan mengganjal atau menyetel bagian-bagian ini
terhadap rangka penumpunya.

- Dalam keadaan apapun juga ganjal tidak boleh dipasang langsung di bawah
gording untuk mengatur kemiringan atap.

- Penyetelan yang tepat akan menjamin kekuatan pengikatan antara


lembaran penutup atap dengan gording. Sebaliknya penyetelan yang tidak
tepat akan mengakibatkan gangguan terutama jika jarak penyangga yang
kecil.
- Pada waktu pelaksanaan harus selalu diperiksa dengan seksama, untuk
menghindari penggeseran pada pemasangan. Untuk memperbaiki
kelurusan lembaran dapat distel dengan menarik pelat kait menjauhi atau
menekannya kearah lembaran pada saat pemasangan pelat itu.

- Semua sisa-sisa pekerjaan (serbuk gergaji, sisa potongan dan lain-lain yang
berupa kotoran), harus dibersihkan dari atas permukaan atap, agar tidak
terjadi pengaratan.
- Sapulah seluruh permukaan atap sampai bersih dengan sapu, lalu berikan
perhatian khusus pada daerah-daerah dimana pengeboran atau
penggergajian telah dilakukan. Juga bersihkan semua talang.

- Hasil pemasangan harus datar dengan kelandaian yang cukup agar tidak
terjadi kebocoran.

- Pelaksanaan pemasangan penutup atap ini, harus sesuai dan mengikuti


persyaratan dari pabrik, berikut penggunaan bahan kelengkapannya, serta
mengikuti petunjuk-petunjuk Konsultan Supervisi.

STANDAR / RUJUKAN

Seluruh material produk untuk pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan standard
(referensi) antara lain :

A. Australian Standard (AS)


- AS 1397 – 2001 = Zincalume@ Alumunium/Zinc-alloy Coated steel

Dengan tegangan leleh baja 550 Mpa ( G550 ) dan 300 Mpa ( G300)
- AS/NZS - 2728 : 1997 = Standard Prepainted steel AZ 150 ( 150 gr/m2 )
- AS 1962 – 1980 = Design and installation of Sheet Roof and Wall Cladding
- AS 3566-1988 = Self Drilling Screws for the Building and Construction
Industries
- AS – 1445 = Corrugated Steel Sheet
- AS – 1562 = Design & Installation Metal Roofing
- AS – 4040 = Performance Test

B. SNI Standard
SNI 4096 – 2007 LSPr – 004 – IDN = Branding Text of the Metallic Coated
Products

C. JIS G3321 – Hot Dipped 55% Al-Zn alloy Coated Steel Sheets and Coils.

D. American Society for Testing Material ( ASTM)


- ASTM A 653/A 653M - Sheet Steel, Zinc-Coated (galvanized) or Zinc-Iron

Alloy-Coated (Galvanized) by the Hot-Dip Process.


- ASTM A755/A755M-03 – Standard Spesification for Steel Sheet, Metallic
Coated by the Hot-Dip Process and prepainted by Coil-Coating Process for
Exterior Exposed Building Products
- ASTM A792/A792M-10 – Standard Spesification for Steel Sheet, 55%
Aluminium-Zinc Alloy-Coated by the Hot-Dip Process
- ASTM C-955 - Standard Specification for Load Bearing (Transverse and
Axial) Steel Studs, Runner (Tracks), and Bracing or Bridging for Screw
Application of Gypsum Board and Metal Plaster Bases.
- ASTM A 1003/A1003M - Standard Specification for Sheet Steel, Carbon,
Metallic and Non-Metallic Coated for Cold- Formed Framing Members.
- ASTM A 370-02e1 - Standard Test Methods and Definitions for Mechanical
Testing of Steel Products
- ASTM C 645 - Standard Specification for Nonstructural Steel Framing
Members.
- ASTM A 875/A 875M - Standard Specification for Steel Sheet, Zinc-5%
Aluminum Alloy Metallic-Coated by the Hot-Dip Process.

ASTM C-1007 - Standard Specification for Installation of Load Bearing


(Transverse and Axial) Steel Studs and Related accessories.

BAB III
SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR
Pasal 01
PEKERJAAN PENGUKURAN & PERSIAPAN

1.1 Pembersihan Tapak Proyek


a. Sebelum pekerjaan lain dimulai, lapangan harus selalu dijaga, tetap bersih
dan rata.
b. Segala macam sampah-sampah dan barang-barang bongkaran harus
dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak dibenarkan untuk ditimbun di luar
pagar proyek meskipun untuk sementara.
c. Semua sisa-sisa bongkaran bangunan lama, seperti pondasi, jaringan
listrik/pipa-pipa dan lain-lain yang masih ada menurut penilaian Direksi jika
dibiarkan ditempat akan mengganggu pekerjaan tapak. Semua biaya
pembongkaran sisa-sisa tersebut di atas adalah atas tanggungan Kontraktor
dan pelaksanaannya setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas.

1.2 Pengukuran Tapak Kembali


a. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan keterangan mengenai
peil ketinggian lokasi dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
b. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Perencana / Direksi untuk
dimintakan keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass / theodolith yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.
d. Kontraktor harus menyediakan teodolith / waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Perencana / Direksi selama
pelaksanaan proyek.
e. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas Segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Perencana/ Direksi.
f. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan
Kontraktor.

1.3 Papan Dasar Pelaksanaan (Bouwplank)


a. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau, tertancap di
tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum 2 m satu sama lain.
b. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi.
c. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Direksi.
d. Segala pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan
Kontraktor.

1.4 Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja

a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur


pompa di tapak proyek atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari
debu, bebas dari Lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Direksi.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, dengan
daya sekurang-kurangnya (minimum) 10 kVA. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan
sementara atas persetujuan Direksi. Daya listrik juga disediakan untuk suplai
kantor Direksi
c. Segala biaya atas pemakaian daya listrik dan air di atas adalah beban
Kontraktor.

1.5 Kantor Kontraktor dan Los Kerja


a. Ukuran luas kantor Kontraktor dan Los Kerja serta tempat simpan bahan,
disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan serta dilengkapi dengan pemadam kebakaran.

b. Khusus untuk tempat simpan bahan-bahan seperti: pasir, kerikil harus


dibuatkan kotak simpan yang dipagari dinding papan yang cukup rapat,
sehingga masing-masing bahan tidak tercampur.

PASAL 02
PEKERJAAN GALIAN TANAH DAN URUGAN PONDASI

Selain untuk mendapatkan elevasi muka tanah rencana, pekerjaan galian tanah juga
banyak dilakukan untuk pemasangan pondasi bangunan yang tentunya harus diikuti
dengan pelaksanaan pekerjaan urugan kembali setelah pondasi bangunan terpasang.

2.1 Lingkup Pekerjaan


a. Penggalian tanah untuk pembuatan pondasi pagar.
b. Pengurugan kembali setelah pemasangan konstruksi pondasi.
c. Pemadatan tanah urugan kembali.

2.2 Langkah Pelaksanaan


a. Pekerjaan persiapan pembuatan pondasi harus sesuai gambar, lereng galian
harus sedemikian rupa sehingga tidak mudah longsor.
b. Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi dan dimintakan persetujuan /
keputusannya sebelum mulai dengan pekerjaan penggalian untuk pondasi
terutama yang berkenaan dengan titik lokasi penggalian.
c. Setelah penggalian mencapai peil atau elevasi yang diinginkan, Kontraktor
harus memintakan persetujuan Direksi untuk memulai pekerjaan konstruksi.
d. Sisa-sisa/bekas-bekas pekerjaan penyiapan pondasi harus dibuang ke luar
lokasi sehingga air hujan lekas dapat mengalir ke saluran pembuang. Tanah
antara tepi galian dan bouwplank harus selalu rata, dan bersih dari timbunan.
e. Bekas parit-parit, lubang-lubang tanah galian di dalam pekerjaan harus
ditimbun dengan pasir dan dibasahi sampai padat, sehingga menutup lubang
galian sampai permukaan atas pondasi. Untuk lubang-lubang bekas galian di
luar bangunan penimbunannya dapat menggunakan tanah dari luar lokasi,
penimbunan tanah dikerjakan secara berlapis-lapis dan sampai
mendapatkan ketinggian yang diinginkan dan dipadatkan.
f. Urugan tanah guna mencapai peil yang ditentukan diambil / didatangkan dari
luar lokasi. Kecuali atas kebijaksanaan lain dari Direksi yang disetujui
Pemimpin Proyek. Urugan tersebut dipadatkan lapis demi lapis, tiap lapis 20
cm hingga mendapatkan kepadatan yang diinginkan.
PASAL 03
PEKERJAAN PONDASI
Pekerjaan pondasi bangunan mencakup jenis pondasi yaitu pondasi telapak beton
bertulang (foot plat) .

3.1 Lingkup Pekerjaan


a. Galian tanah pondasi telapak (foot plat) pada titik-titik kolom.
b. Penentuan titik pondasi harus menggunakan alat ukur misal thedolit,
waterpass, dll yang dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya.
c. Semua pekerjaan beton bertulang yang terletak di bawah permukaan tanah
yang menerima langsung beban kolom bangunan.
d. Pembuatan bekesting pondasi dan sloof dari kayu.
e. Urugan kembali lubang galian setelah konstruksi terpasang.

3.2 Syarat-syarat Pelaksanaan


Terdiri dari satu kondisi pondasi dan satu kondisi pengurugan tanah kembali
pada sisa lubang setelah pondasi terpasang.
a. Pekerjaan galian tanah pondasi.
- Semua tanah galian pondasi diletakkan minimal 1.00 m dari jarak lubang
galian tanah pondasi, agar tanah hasil galian tidak longsor dan masuk lagi
kedalam galian tanah.
- Kedalaman galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar, dan
mendapatkan persetujuan dari Direksi.
- Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah
terlebih dahulu dibuang humusnya dan akar-akar pohon yang ada
disekitarnya.
- Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan
parit-parit sementara untuk mengalirkan air.

b. Pondasi telapak beton bertulang.


- Sebelum pasangan pondasi telapak dimulai terlebih dahulu kedalaman dan
lebar galian dikontrol apakah sudah sesuai yang diharapkan.
- Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug
menggunakan tanah bekas galian agar kedalamannya sesuai dengan peil
yang diinginkan (sesuai gambar), harus menggunakan pasir.
- Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah (sesuai gambar), baru diurug
dengan pasir. Ketebalan urugan pasir dibuat sesuai gambar.
- Untuk mencapai kepadatan urugan pasir harus disiram dengan air
secukupnya.
- Setelah urugan pasir, dihamparkan adukan beton campuran 1 : 3 : 5 yang
difungsikan sebagai lantai kerja.
- Pemasangan tulangan dengan baja mutu U-32 dilakukan dengan tingkat
presisi yang tinggi mengingat perannya sebagai as bangunan.
- Pemasangan begesting pondasi dan sloof yang terbuat dari kayu ( sesuai
yang ada dalam BOQ ).
- Pengecoran plat pondasi menggunakan adukan beton dengan mutu beton
K-250 dan campuran beton 1 : 2 : 3 ( sesuai yang ada dalam BOQ )
- Pengecoran dilakukan sampai pada batas kolom paling bawah atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.
- Perawatan beton setelah pengecoran dilakukan sampai beton mengeras,
dan selama perawatan galian tidak boleh ditimbun.
- Pengecoran pondasi dilanjutkan untuk kolom tegak sampai batas di atas
muka tanah atau pada sisi bawah balok sloof, atau sesuai dengan petunjuk
Direksi.
- Setelah selesai bekesting yang terbuat dari pasangan batako tidak perlu
dibongkar, yang dibongkar adalah yang terbuat dari kayu. Lubang bekas
galian diijinkan untuk ditimbun.
Pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini akan mencakup pondasi
setempat sesuai ukuran dan sesuai dengan spesifikasi ini.
c. Urugan kembali.
- Pengurugan kembali lubang sisa galian dilakukan setelah mendapat ijin
Direksi.
- Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas galian.
- Pemadatan urugan kembali dilakukan untuk memperoleh kepadatan
mendekati kepadatan tanah asli.

PASAL 04
PEKERJAAN BETON

Pekerjaan beton merupakan salah satu bagian pekerjaan yang memerlukan


perhatian yang serius dari Kontraktor dan Direksi dalam setiap proses dan keputusan
yang diambil.
4.1 Lingkup Pekerjaan.
a. Bagian-bagian pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan beton dan
dilakukan sebelum, sedang serta sesudah pengecoran adalah pembuatan
cetakan, persiapan dan penulangan, pengecoran, pemeliharaan,
pembukaan cetakan dan lain sebagainya.
b. Semua pekerjaan beton bertulang yang dilakukan harus disertai test beton
di lapangan yang hasilnya langsung dapat diperoleh, serta test beton di
laboratorium yang dilakukan di lembaga di luar proyek dengan biaya test
ditanggung oleh Kontraktor.

4.2 Persyaratan Umum


a. Konstruksi rangka bangunan dengan bahan struktur beton bertulang harus
menggunakan peraturan peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia
seperti PBI’71 (Peraturan Beton Indonesia tahun 1971) dan atau SK SNI T–
15–1991-03, PMI (Peraturan Muatan Indonesia), dan lain-lain.
- Peraturan beton
- Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat yang ada pada
SK SNI T-15-1991-03.
- Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-
03 pasal 3.1 sampai 3.9.
- Syarat pelaksanaan pekerjaan beton SK SNI T-15-1991-03 bagian 3
bab 4,5,6 berlaku seluruh pasal.
- Syarat-syarat pekerjaan tulangan SK SNI T-15-1991-03 bab 5 pasal
5.3 sampai 5.8.
- Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang berdasarkan SK SNI T-
15-1991-03.
- Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).

- Penggunaan bahan bangunan.


- Kualitas campuran beton harus memenuhi syarat mutu beton K-300
dan campuran beton 1 : 2 : 3
- Kualitas baja U-24 untuk baja polos dan U-32 untuk baja ulir.
- Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan additive
beton.

4.3 Langkah Pelaksanaan.


Langkah pelaksanaan pekerjaan beton bertulang terdiri dari kegiatan penyiapan
adukan, pemasangan tulangan, persiapan pengecoran atau pemasangan
bekesting, pelaksanaan pengecoran, perawatan atau pemeliharaan beton,
pembongkaran bekesting dan pelaksanaan uji laboratorium.
a. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton, Kontraktor harus meneliti gambar-
gambar kerja penulangan beton. Apabila terjadi keragu-raguan segera
menanyakan dan meminta jawaban Direksi sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan.

b. Adukan
Adukan beton untuk konstruksi beton bertulang digunakan mutu beton K-300
dan campuran beton 1 : 2 : 3 (sesuai yang ada dalam BOQ)

c. Tulangan
- Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton bertulang harus
dilakukan dalam keadaan dingin. Batang tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam
gambar kerja, harus dimintakan persetujuan Direksi terlebih dahulu.
- Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta bahan-
bahan lain yang mengurangi daya rekat.
- Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
- Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan cetakan atau
tumpuan lain. Untuk itu harus dibuat beton tahu (beton decking) dengan
tebal dan pemasangan sesuai dengan PBI ’71.

d. Persiapan Pengecoran
- Kontraktor harus membuat kotak takaran untuk adukan beton.
- Semua cetakan dibersihkan dari segala kotoran.
- Cetakan harus datar dan tegak lurus, kedudukan dan bentuknya tetap
tidak bergeser maupun bergerak pada waktu dan setelah pengecoran
tetapi mudah dibongkar.
- Cetakan dibuat dari kayu berkualitas sedang tebal 3 cm, dan
memenuhi syarat sesuai fungsinya. Sambungan-sambungan antara
papan dan balok harus rapat, rapi dan kuat.
- Apabila untuk rangka penyangga begesting digunakan kayu, maka
bahan kayu harus kering, lurus dan berupa kayu kina atau pinus atau
kayu berkualitas sedang yang lain. Jarak penempatan maksimum
antar penyangga adalah 60 cm. Dan direncanakan untuk memikul
muatan dibawah 1000 kg.
- Penyangga tidak boleh diberdirikan di atas tanah (harus dengan alas
papan).
- Penulangan diteliti kembali/disesuaikan dengan gambar, kalau ada
yang bengkok atau berubah posisi harus segera dibetulkan.
- Perubahan atau penambahan penulangan dan ukuran beton atau
perbedaan pelaksanaan dengan gambar kerja, harus sepengetahuan
dan persetujuan Direksi.
e. Pengecoran
- Pengecoran beton harus seijin tertulis dan sepengetahuan Direksi.
- Perbandingan adukan beton sesuai dengan ketentuan dalam Rencana
Kerja dan Syarat ini.
- Pembuatan campuran beton yang dilakukan setempat maka (1) angka
dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang
ditakar dalam keadaan kering, (2) Takaran harus dibuat baik dan kuat,
sebelum dipakai dimintakan persetujuan Direksi, dan (3) Pengadukan
minimum 3 menit setelah semua bahan masuk ke dalam drum
pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna
yang sama.
- Penggunaan bahan-bahan pembantu harus terlebih dahulu disetujui
oleh Direksi.
- Bekesting atau tulangan yang terkena percikan beton harus
dibersihkan sebelum pengecoran selanjutnya.
- Beton tak boleh dituang langsung dari ketinggian lebih dari 1,5 meter
untuk mencegah terlepasnya agregat dari campuran bahan
pengikatnya.

f. Pembongkaran Bekesting
- Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa hingga
menjamin seluruhnya keamanan beton yang telah dicor.
- Bagian struktur beton vertikal yaitu sisi balok kolom praktis, dapat
dibongkar bekestingnya setelah 72 jam dengan persyaratan bahwa
betonnya telah cukup mengeras sehingga tidak ada kemungkinan
cacat, atau setelah mendapat ijin dari Direksi.
- Bagian struktur beton yang disangga dengan batang penyangga tidak
boleh dibongkar bekesting maupun tiang penyangganya sebelum
elemen struktur tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul
berat sendiri berikut bahan-bahan pelaksanaan di atasnya.
- Dalam keadaan apapun bekesting tidak boleh dibongkar sebelum
mencapai 21 (dua puluh satu) hari, dan pada beton yang memakai
rawatan begesting baru boleh dibongkar setelah perawatan berakhir.
g. Perawatan beton.
- Upaya perawatan beton dilakukan selama proses pengerasan.
- Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan
cukup air, selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.

BAB IV
SPESIFIKASI TEKNIS MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

PASAL 01
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1.1 Lingkup Pekerjaan
- Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk instalasi penerangan dan
stop kontak.
- Pengadaan dan pemasangan lampu.

1.2 Standar Pelaksanaan


- Standar yang digunakan dalam pemasangan instalasi listrik PUIL 1987,
AVE/VDE, SLI.
- 1992, dan standar-standar lain yang relefan.
- Panel Tegangan Menengah harus mengikuti Standard VDE/DIN dan juga
harus mengikuti peraturan-peraturan IEC dan PUIL.
- Panel-panel tersebut harus dibuat dari plat baja yang digalvanisasi
(galvanized sheet steel) dengan tebal minimum 2 mm dengan rangka besi
serta dilengkapi dengan mimik diagram dan dicat bakar warna abu- abu. Tipe
free standing, serta harus dapat dilayani dari depan dan pintu- pintu harus
dilengkapi dengan handle yang dapat dikunci.
- Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan
- minimum 0,6 kV dan 0,5 KV untuk kabel NYM.
- Untuk spit (penangkal petir) digunakan copper rod non radioaktif dengan
radius pelindung min 100 m.
- Kontraktor harus memiliki pas PLN golongan C.
- Semua peralatan maupun material yang akan digunakan harus baru dan
memenuhi standar yang telah ditentukan.

1.3 Langkah Pelaksanaan


Langkah pelaksanaan menyangkut hampir semua aspek pemasangan dan
penyambungan daya listrik dan instalasi listrik termasuk pemasangan
beberapa acessoriesnya.

a. Kabel
- Seluruh instalasi di dalam kawasan digunakan jenis kabel NYM 2,5 dan
NYM 2 X 2,5, NYY 4 MM dan NYY 2,5 MM atau setara, jumlah inti
disesuaikan dengan gambar.
- Sambungan kabel di dalam tanah tidak diperkenankan tanpa
persetujuan Direksi.

- Seandainya keadaan tidak memungkinkan dan telah ada ijin sambungan


dalam tanah dari Direksi, Kontraktor menggunakan sembungan dengan
desain dari merk 3 M atau setara.
- Kabel yang digunakan harus merk kabel metal, Kabelindo atau yang
setara dan telah lulus uji dari PLN (mendapatkan sertifikat tanda uji dari
LMK PLN).

b. Konduit.

- Konduit yang digunakan harus dari jenis PVC kecuali ditunjukkan lain pada
gambar.
- Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dan dipasang
dengan cara yang sebenarnya.
- Pada beberapa tempat yang menimbulkan getaran atau yang ditunjukkan
dalam gambar, harus digunakan flexibel konduit lengkap dengan alat-alat
bantunya.
- Konduit yang digunakan harus sesuai standar dan sesuai gambar
rencana.

c. Circuit Breaker.

- Circuit Breaker untuk panel-panel utama harus mempunyai


interupting capacity minimum 22 KA sesuai dengan beban yang terpasang,
dan dilengkapi pengaman terhadap arus lebih, arus hubung singkat dan
tegangan di bawah nominal.
- Circuit Breaker untuk arus-arus cabang minimum mempunyai interupting
capacity 5 KS sesuai dengan beban yang terpasang.

- Fuse Load Break Switch

- Fuse Load break yang digunakan harus mampu memutuskan arus pada
saat beban penuh.
- Untuk fuse load break yang lebih besar dapat digunakan sepanjang fuse
pengaman yang dibutuhkan tetap sama seperti dinyatakan dalam gambar.

d. Sistem Tegangan.

- Semua titik lampu yang mempunyai rumah dari logam dan stop
kontak harus disambungkan ke sistem pentanahan, sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

e. Peralatan Tenaga

- Peralatan instalasi adalah material untuk melengkapi instalasi


tersebut, supaya
f. Lampu

- Pemasang lampu harus sesuai dengan bentuk pada gambar rencana.


- Fitting / Armature sesuai dengan bentuk pada gambar rencana.
- Fitting yang digunakan adalah fiting yang dibuat di dalam boks panel
(rapi dan aman).
- Pada bagian fitting yang bertegangan pada waktu pemasangan atau
penggantian lampu harus aman dari bahaya sentuhan.
- Lampu yang digunakan adalah lampu lampu downlight 18 watt dan downlight
13 watt.

BAB V
PENUTUP

1. Selain hal-hal tersebut diatas juga dianggap perlu oleh Direksi adalah
pembersihan lokasi dan halaman bekas tempat bekerja menjadi tanggung jawab
dan biaya Kontraktor.
2. Pekerjaan yang nyata - nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan
ini, tetapi tidak dimuat atau diuraikan dalam RKS ini, tetap diselenggarakan dan
diselesaikan oleh pemborong, harus dianggap seakan – akan pekerjaan ini
dimuat dan diuraikan kata demi kata pada RKS ini untuk menuju penyerahan
selesainya, pekerjaan yang lengkap dan sempurna sesuai permintaan pemberi
tugas dan pertimbangan Direksi.
3. Hal hal yang belum tercantum dalam Pasal Pasal diatas akan diatur dan
ditentukan kemudian oleh Direksi Teknis
Rencana Kerja dan Syarat 37

Anda mungkin juga menyukai