Anda di halaman 1dari 32

29

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara eksperimental, pembuatan sampel
dilakukan di perusahaan pembuat paving block yaitu Riau Jaya Paving, sedangkan
perawatan dan pengujiannya dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Obyek dalam penelitian
ini adalah paving block mutu normal dimana bahan penyusun yang diambil pada
penelitian ini adalah bahan yang umum dipakai di perusahaan-perusahaan
pembuat paving block.

3.1 Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan bahan material berupa semen, air dan
agregat halus (abu batu dan pasir kasar). Rincian bahan campuran paving block
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Semen Portland merk Semen Padang (PCC),
Jenis semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Portland composite
cement merk Semen Padang (PCC), contoh kemasan semen padang (PCC)
dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Semen Padang PCC


30



b) Agregat halus
Agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas abu batu dan
pasir kasar yang berasal Danau Bingkuang, Kampar. Contoh abu batu dan pasir
kasar dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan 3.3.


Gambar 3.2 Abu Batu


Gambar 3.3 Pasir Kasar



31



c) Air
Air yang digunakan dalam penelitian ini langsung dari pabrik pembuatan
paving block, contoh air dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Air
3.2 Alat-alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Alat yang digunakan dalam pengujian propertis bahan (pemeriksaan agregat
halus), dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Daftar pemakaian alat dalam pengujian propertis bahan
No. Alat Fungsi
1 Piknometer Menguji berat jenis sampel
2 Gelas ukur dan mistar Menguji kadar lumpur
3
Mould/ cetakan berbentuk silinder Menguji berat volume
4 Ayakan/saringan Analisa saringan/ gradasi
5 Oven Menguji kadar air
6 Talam Tempat/ wadah benda uji
7 Timbangan Menimbang bahan



32



Alat-alat dalam pengujian propertis bahan dapat dilihat pada Gambar 3.5
s.d 3.10 berikut :





























Gambar 3.5 Piknometer

Gambar 3.6 Gelas Ukur

Gambar 3.7 Mould

Gambar 3.8 Saringan Agregat Halus

33













Gambar 3.9 Oven Gambar 3.10 Timbangan Digital





Gambar 3.11 Talam


b. Alat yang digunakan dalam pembuatan benda uji
Adapun daftar peralatan yang digunakan dalam pembuatan benda uji dapat
dilihat pada Tabel 3.2 berikut :

34



Tabel 3.2 Daftar pemakaian alat dalam pembuatan benda uji
No. Alat Fungsi
1 Ember Menakar air
2 Mesin press paving block Mencetak benda uji
3 Mixer Pencampuran beton
4 Sekop Menakar bahan
5 Plat kayu Alas benda uji ketika dipress

Alat-alat dalam pembuatan benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.11 s.d
3.13 berikut :








Gambar 3.12 Ember









Gambar 3.13 Mixer Pengaduk
35





Gambar 3.14 Mesin Press Paving Block
c. Alat yang digunakan dalam pengujian benda uji.
Adapun daftar peralatan yang digunakan dalam pengujian benda uji,
tercantum pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Daftar pemakaian alat dalam pengujian benda uji
No Alat Fungsi
1
Mesin uji desak/tekan
(Compression Machine)
Uji desak/tekan benda uji
2 Pundit Lab Uji kuat tekan benda uji
3 Bak perendam Merendam benda uji
4 Mistar dan kapiler Mengukur benda uji
6 Alat pemotong Memotong benda uji
7 Timbangan Menimbang bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengujian mutu paving block
dapat dilihat pada Gambar 3.14 s.d 3.17 berikut :
36




Gambar 3.15 Mesin Uji Tekan


Gambar 3.16 Alat uji Ultrsonic Pulse Velocity


37




Gambar 3.17 Timbangan Digital


Gambar 3.18 Alat Pemotong Beton

3.3 Tahapan dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dengan beberapa tahapan pekerjaan. Tahapan
tahapan tersebut meliputi :
a. Tahap persiapan, meliputi penyiapan bahan dan peralatan untuk penelitian.
Persiapan dan pemeriksaan bahan susun paving block dilaksanakan di
38



Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Riau. Bahan
susun paving block tersebut adalah; semen Portland, pasir yang berasal dari
Kabupaten Kampar. Sedangkan air yang digunakan dalam penelitian adalah
air dari instalasi pabrik pembuatan paving block.
b. Tahap pengujian bahan, tahap ini berfungsi untuk mengetahui karakteristik
dari masing-masing bahan paving block.
c. Tahap pembuatan benda uji paving block, meliputi perhitungan dan
penimbangan berat masing-masing bahan, pengadukan bahan, dan
pengecoran pada cetakan.
d. Tahap perawatan, dilakukan dengan merendam benda uji paving block sesuai
dengan umur perawatan.
e. Tahap pengujian benda uji, meliputi pengujian kuat tekan, UPV dan absorpsi.
f. Tahap analisis data, yaitu tahap pengolahan data-data hasil penelitian.
g. Tahap pengrambilan kesimpulan.

3.4 Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Susun Paving Block
3.4.1 Semen
Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen padang PCC
dengan berat jenis 3,15 g/cm
3
. Pada semen tidak dilakukan pengujian karena
semen yang digunakan telah memenuhi standar uji sesuai dengan standar ASTM
C-150-94 untuk semen portland normal.

3.4.2 Agregat Halus
3.4.2.1 Pemeriksaan berat jenis dan absorpsi (SNI 03-1970-1990)
1) Tujuan Pemeriksaan
Berat jenis adaiah nilai perbandingan berat butir-butir agregat halus dengan
berat air destilasi udara dengan volume yang sama pada temperature tertentu
(biasanya 27,5C). Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi
volume agregat halus dalam adukan beton.
2) Prosedur Pemeriksaan
39



a. Agregat halus dikeringkan dalam oven dengan suhu sekitar 105C selama 2
jam kemudian didinginkan,
b. Agregat halus direndam dalam air sekitar 24 jam,
c. Buanglah air perendaman dan keringkan di udara panas samapi kondisi
kering permukaan jenuh,
d. Masukkan agregat halus jenuh kering muka tersebut kedalam piknometer
sebanyak sekitar 500 gram (W
2
). Masukkan pula air suling sampai sekitar
90% penuh. Putar dan kocok-kocok piknometer untuk mengeluarkan
gelembung udara yang terperangkap diantara butir-butir agregat halusnya.
Pengeluaran gelembung udara dapat dilakukan pula dengan bantuan alat
pompa hampa udara atau dengan memanasi piknometer,
e. Air ditambahkan kedalam piknometer sampai tanda batas dan catat
temperature air, kemudian timbang piknometer yang berisi agregat halus
dan air itu, sampai ketelitian 0,1 gram (W
3
),
f. Agregat halus dikeluarkan dari dalam piknometer, kemudian keringkan
dalam tungku sampai beratnya tetap (W
5
). Penimbangan dilakukan setelah
agregat halus didinginkan dalam desikator terlebih dahulu,
g. Piknometer berisi penuh air ditimbang (W
4
).
Berat jenis dan absorpsi agregat halus dapat dihitung dengan dengan
persamaan 2.1 s.d 2.4.

3.4.2.2 Pemeriksaan berat volume (ASTM C 29)
1) Tujuan Pemeriksaan
Berat volume adalah perbandingan antara berat dan volume (termasuk pori-
pori antar butir) pada agregat.
2) Prosedur pemeriksaan
a. Berat volume lepas
a) Berat mould kosong ditimbang dan dicatat (W
1
),
b) Benda uji dimasukkan dengan hati-hati kedalam mould,
c) Permukaan benda uji diratakan dengan menggunakan mistar perata,
d) Berat mould beserta isinya ditimbang dan dicatat (W
2
),
40



e) Berat benda uji dihitung (W
3
= W
2
W
1
),
f) Tinggi dan diameter mould dicatat untuk menghitung volume mould (V).
b. Berat volume padat dengan cara penusukan
a) Berat mould kosong ditimbang dan dicatat (W
1
),
b) Mould diisi dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal, setiap
lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan
secara merata,
c) Berat mould beserta isinya ditimbang dan dicatat (W
2
),
d) Berat benda uji dihitung (W
3
= W
2
-W
1
),
e) Tinggi dan diameter mould dicatat untuk menghitung volume mould (V).
Berat volume agregat kasar dapat dihitung dengan persamaan 2.7.

3.4.2.3 Pemeriksaan kadar air
1) Tujuan Pemeriksaan
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan
berat kering agregat. Nilai kadar air digunakan untuk koreksi takaran air
campuran beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
2) Prosedur Pemeriksaan
a. Berat cawan ditimbang, kemudian dicatat beratnya (W
1
),
b. contoh benda uji dimasukkan ke dalam cawan timbang, kemudian
ditimbang bersama tutupnya (W
2
),
c. Menghitung berat benda uji : (W
3
)= W
2
W
1,

d. Mengeringkan contoh benda uji bersama cawan dalan oven pada sushu
1105C sampai mendapat bobot tetap,
e. Cawan yang telah bersama benda uji yang telah kering ditimbang (W
4
),
f. Menghitung berat benda uji kering : (W
5
) = W
4
W
1
.
Selanjutnya kadar air agregat kasar dapat dihitung dengan persamaan 2.5.

3.4.2.4 Pemeriksaan kadar lumpur (ASTM C142)
1) Tujuan pemeriksaan
41



Pemeriksaan kadar lumpur bertujuan untuk menentukan kandungan lumpur
(tanah liat atau debu) dalam agregat halus. Kandungan lumpur < 5%
merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaaan agregat halus dalam
campuran paving block
2) Prosedur pemeriksaan
a. agregat halus dimasukkan kedalam gelas ukur hingga sepertiga gelas ukur,
b. Air dimasukkan secukupnya sampai semua agregat terendam,
c. Kemudian Gelas ukur diguncang-guncangkan untuk mencuci agregat halus
dari lumpur,
d. Selanjutnya gelas ukur didiamkan selama 24 jam agar lumpur mengendap,
e. Tinggi lumpur (V
1
) dan tinggi pasir (V
2
) dicatat.
Kadar lumpur agregat halus dapat dihitung dengan persamaan 2.6.

3.4.2.5 Analisa saringan (SNI 03-1968-1990)
1) Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan gradasi atau distribusi besaran atau jumlah persentase
butiran agregat. Distribusi butiran pada aggegat diperlukan dalam perencanaan
campuran paving block. Nomor saringan dan ukuran lubang ayakan agregat
halus dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Nomor saringan dan ukuran lubang ayakan agregat halus
Nomor saringan Ukuran lubang ayakan (mm)
No 4 4,75
No 8 2,35
No 16 1,15
No 30 0,6
No 50 0,3
No 100 0,15
(Sumber : ASTM C 136)
42




2) Prosedur Pemeriksaan
a. Agregat halus dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C, sampai berat
agregat kasar tetap,
b. Agregat halus disusun dengan susunan yang dimulai dari ukuran yang
paling besar diatas dan pan diletakkan paling bawah untuk menampung
butiran yang lolos dari ayakan No.100,
c. Agregat halus mulai dimasukkan kedalam ayakan yang paling atas, lalu
diayak selama 15 menit,
d. Timbang agregat halus yang tertinggal pada masing-masing ayakan tersebut.

3.4.3 Air
Air yang digunakan pada penelitian ini adalah air yang langsung diambil
dari pabrik pembuatan paving block. Pada air tidak dilakukan pengujian karena
jika dilihat dari sifat warna dan bau air tersebut tidak mengandung unsur yang
extrim yang dapat merusak campuran paving block.

3.5 Pembuatan Benda Uji dan Perawatan Paving Block
3.5.1 Metode pembuatan sampel paving block
Pembuatan sampel paving block pada penelitian ini direncanakan sebanyak
40 sampel untuk uji tekan, 6 sampel untuk uji penyerapan air. Sehingga total
benda uji paving block ini berjumlah 46 benda uji. Pembuatan benda uji
dilaksanakan di pabrik pembuatan paving block yaitu di Riau Jaya Paving.
Sedangkan perawatan benda uji paving block dilakukan langsung di Laboratorium
Teknologi Bahan Universitas Riau Pekanbaru
Selanjutnya perincian benda uji yang akan dibuat, dapat dilihat pada Tabel
3.5 berikut:




43



Tabel 3.5 Jumlah sampel untuk pengujian kuat tekan dan penyerapan air.
No.
Jenis
Pengujian
Umur
(Hari)
Variasi Bentuk
Jumlah
Benda Uji
(Buah)
1
Kuat Tekan
& UPV
28
Balok
Bentuk Asli 10
Bentuk Standar SNI 10
Segi Enam
Bentuk Asli 10
Bentuk Standar SNI 10
2
Penyerapan
Air
28
Balok
Bentuk Asli 3
Bentuk Standar SNI -
Segi Enam
Bentuk Asli 3
Bentuk Standar SNI -
Total (Buah) 46

3.5.2 Perencanaan campuran paving block
3.5.2.1 Perencanaan campuran paving block dengan metode proktor
1) Tujuan Pemeriksaan
Metode proktor bertujuan untuk menentukan kepadatan maksimum dari
suatu campuran pada kadar air yang optimum. Metode proktor digunakan karena
prinsip pembuatan paving block dilapangan menggunakan alat pemadat/ mesin
pemadat dan kadar air yang digunakan adalah kadar air optimum (tidak dalam
keadaan jenuh seperti beton).
Dalam metode proktor ini direncanakan untuk menentukan jumlah semen,
pasir, dan abu batu dalam kepadatan yang maksimum, sedangkan air dalam
jumlah yang optimum.
Dalam percobaan proktor di laboratorium, dicoba bermacam-macam
variasi campuran semen, pasir kasar, dan abu batu agar didapatkan kepadatan
maksimum.
2) Prosedur Pemeriksaan
Dalam penelitian ini digunakan cara B, dengan langkah pengujian adalah
sebagai berikut:
a) Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1)
serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b) Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian
44



dikunci dan ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak
kurang dari 100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
c) Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan
aduk sampai merata.


Gambar 3.19 Memasukkan contoh uji ke dalam cetakan proktor

d) Memadatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam
5 lapis dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah
dipadatkan kira-kira 125 mm. Pemadatan dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit
melebihi 1/5 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan
ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar
tidak lepas atau rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian
permukaan contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat
penumbuk massa 4,54 kg yang dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 56
kali.
2) Lakukan pemadatan untuk lapis 2, lapis 3, lapis 4 dan lapis 5 dengan cara
yang sama seperti untuk lapis 1.

45




Gambar 3.20 Proses pemadatan dengan proktor

e) Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan
dan ratakan permukaannya, sehingga betul-betul rata dengan permukaan
cetakan.

Gambar 3.21 Meratakan sisa contoh uji yang telah dipadatkan

f) Menimbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya
dengan ketelitian 1 gram (B2).

46




Gambar 3.22 Penimbangan contoh yang telah dipadatkan

g) Membuka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara
vertikal menjadi 2 bagian yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh
yang mewakili dari salah satu bagian untuk pengujian kadar air, sesuai
SNI 03-1965-1990.

Gambar 3.23 Uji kadar air dari sampel proktor

h) Memecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,00 mm dan
90% gumpalan tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), kemudian
campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air
47



secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari
kadar air benda uji pertama, kemudian diaduk sampai merata.
i) Mengulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir 5.3.1 a)
sampai dengan 5.3.1 h) di atas beberapa kali sampai massa benda uji
berkurang atau tetap.

3.5.2.2 Perencanaan campuran paving block dengan metode proktor
lapangan
Dari percobaan pembuatan sampel awal diketahui bahwa kadar air
optimum yang didapat dari percobaan proktor dilaboratorium tidak dapat
langsung digunakan untuk pembuatan sampel uji dilapangan, sehingga harus
dilakukan proktor lapangan untuk mendapatkan kadar air optimum yang tepat
untuk campuran paving block.
1) Tujuan Pemeriksaan
Metode proktor lapangan ini bertujuan untuk menentukan kepadatan
maksimum dari suatu campuran pada kadar air yang optimum. Dalam metode
proktor ini direncanakan untuk menentukan jumlah air optimum agar paving block
dapat dicetak, dimana komposisi semen dan agregat halus tetap sama dengan
percobaan proktor di laboratorium.
Berbeda dengan proktor di laboratorium, alat yang digunakan pada
percobaan proktor lapangan adalah alat pres pembuat paving block.
2) Prosedur Percobaan
a) Mengaduk campuran paving block dengan komposisi semen, agregat
halus dan air yang telah ditentukan hingga rata.
b) Memasukkan adukan yang telah rata kedalam cetakan paving block.
c) Cetakan paving block digetarkan lalu beban pres dijatuhkan sebanyak
satu kali dan kemudian kembali digetarkan.
d) Paving block yang telah jadi diangkat.
e) Menimbang berat paving block dengan tanpa alas cetakan.
f) Mengulangi kembali poin a sampai e dengan penambahan air yang
berbeda-beda sehingga didapat jumlah air optimum untuk kepadatan
48



maksimum. Kepadatan maksimum ditandai dengan berat paving block
paling maksimum.

3.5.2.3 Perhitungan mix desain paving block
Dari pengujian proktor seperti pada sub-Bab 3.5.2.1 dan 3.5.2.2 diatas,
maka didapat campuran dengan berat/ kepadatan maksimum pada variasi
campuran semen 35% dengan kadar air 10,9 %. Maka perbandingan antara semen
dan agregat halus (abu batu + pasir kasar) yaitu 35 : 100 atau 1 : 2.857, sehingga
dapat dihitung pemakaian bahan untuk satu buah paving block sebagai berikut :
Diketahui berat jenis masing-masing bahan :
a) Berat jenis semen : 3,15 g/cm
3
(SNI 15-2049-2004)
b) Berat jenis abu batu dan pasir kasar : 2,58 g/cm
3
(percobaan di
laboratorium)
Kebutuhan bahan untuk 1 (satu) buah paving block diperoleh dengan
perhitungan sebagai berikut :
Volume paving block 0 10 5, , m


Volume semen =
1
,5
, 5, m


Volume abu batu dan pasir kasar
,5
,5
, , m


Berat semen


g/cm
3

3004,16 g

Berat abu batu dan pasir kasar


g/cm
3

7029,73 g

Berat air 10,9 % berat paving block
10,9 % 10033,9 g
1093,7 g
Maka didapatkan kebutuhan untuk masing- masing bahan adalah sebagai
berikut :
49



Tabel 3.6. Kebutuhan bahan penyusun paving block untuk 1 buah balok dan 1
buah Segi enam
Perbandingan
campuran
Berat Bahan 1 Balok & 1 Segi enam
Semen (kg) Pasir (kg) Abu Batu (kg) Air (kg)
1 : 2,857 3,004 3,515 3,515 1,094

Tabel 3.7. Kebutuhan bahan penyusun paving block untuk 20 buah balok dan 20
buah Segi enam
Perbandingan
campuran
Berat Bahan 20 Balok & 20 Segi enam
Semen (kg) Pasir (kg) Abu Batu (kg)
Air
(kg)
1 : 2,875 60,08 70,30 70,30 21,88

3.5.3 Pengadukan campuran dan pembuatan sampel
Adapun campuran serta langkah-langkah cara pembuatan paving block
adalah sebagai berikut :
a. Sebelum memulai pembuatan sampel paving block di lapangan, terlebih dahulu
sampel abu batu dan pasir kasar diuji kadar air nya terlebih dahulu untuk
menentukan berapa jumlah air yang akan ditambahkan untuk pengadukan,








Gambar 3.24 Pengujian kadar air agregat halus

50



b. Bahan-bahan penyusun paving block seperti semen, pasir kasar, abu batu dan
air ditimbang sesuai dengan berat yang direncanakan.
c. Pasir kasar, abu batu, dan semen dimasukkan kedalam mixer pengaduk hingga
adukan campuran merata.

Gambar 3.25 Pengadukan dengan mixer

d. Air ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam molen pengaduk.
e. Dilakukan pengecekan terhadap adukan dalam waktu-waktu tertentu setiap
penambahan air, pengecekan dapat berupa visual maupun dengan cara
penggenggraman (mengepal adukan dengan tangan).


Gambar 3.26 Penambahan air secara bertahap

51



f. Jika adukan telah tercampur dan merata, maka paving block sudah siap untuk
dicetak, dan dipress.
g. Adukan di masukkan ke dalam mesin press paving block dengan sekop sedikit
demi sedikit sambil di getarkan, setelah cetakan penuh maka tuas pada mesin
press di tarik sehingga beban dari mesin pres jatuh dan memadatkan paving
block di dalam cetakan.
h. Tuas pada mesin press di tarik ke atas untuk mengeluarkan paving block dari
dalam cetakan.
i. Paving block dikeluarkan dari mesin press dan di angin-anginkan di ruangan
terbuka, sampai satu hari dan selanjutnya paving block di rawat dalam bak
perendaman.











Gambar 3.27 Paving Block setelah dicetak dan diangin-anginkan

3.5.4 Perawatan sampel paving block
Perawatan paving block dilakukan dengan merendam sampel paving block
yang telah dicetak dan telah berumur 1 hari. Sampel paving block tersebut
direndam dalam bak perendaman selama umur pengujian, dan dikeluarkan dari
bak perendam sehari sebelum pengujian dilakukan.

52











Gambar 3.28 Perawatan dan perendaman paving block

3.5.5 Pengujian kuat tekan paving block
3.5.5.1 Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)
a. Tujuan pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui nilai kuat tekan paving dengan
mengukur kecepatan hantaran gelombang ultrasonic yang melewati suatu beton.
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Satu set alat uji Ultrasonic Pulse Velocity (UPV).
2. Laptop.
3. Grinda pemotong beton.
4. Mistar pengukur.
c. Benda uji
1. Paving block ukuran 20 10 8 cm sebanyak 15 buah.
2. Paving block persegi enam dengan panjang sisi 10 cm dan tebal 8 cm
sebanyak 15 buah.
d. Prosedur pengujian
1. Benda uji diangkat dari bak rendaman.
2. Benda uji didiamkan selama 1 hari.
3. Menyisihkan 5 buah dari masing-masing variasi bentuk paving block dan
kemudian dipotong menjadi bentuk kubus dengan ukuran 8 8 8 cm
53



dengan jumlah 10 buah kubus yang merupakan perwakilan dari masing-
masing variasi bentuk paving block.









Gambar 3.29 Proses pemotongan sampel uji

4. Menyisihkan sebanyak 10 buah benda uji paving block ukuran 20 10
8 cm

dan 10 buah benda uji paving block persegi enam ukuran sisi 10 cm
tebal 8 cm.

Gambar 3.30 Paving Block dengan bentuk asli

5. Menyisihkan masing-masing sebanyak 10 buah dari dua variasi bentuk
paving block yang telah dipotong.
54




Gambar 3.31 Paving Block yang telah dipotong
.
6. Persiapan dan kalibrasi alat.

Gambar 3.32 Kalibrasi alat uji Ultrasonic Pulse Velocity

7. Menyambungkan perangkat alat uji dengan laptop.
8. Memasukkan parameter awal pengujian kedalam software Punditlink yang
telah terpasang pada perangkat laptop.
9. Pengujian UPV dilakukan berdasarkan metode direct.
10. Pengujian dilakukan disetiap sisi yang berhadapan pada setiap benda uji
sehingga diperoleh nilai rata-rata pulse velocity.

55













Gambar 3.33 Pengujian paving block dengan
alat uji ultrasonic pulse velocity
11. Pengujian dilakukan untuk seluruh benda uji dengan mengulangi point 8
sampai 10.
12. Nilai awal yang didapat dari pengujian ini adalah kecepatan hantaran
gelombang ultrasonic yang melalui sampel uji dalam satuan m/s, yang
berikutnya akan dikonversi menjadi nilai kuat tekan sesungguhnya.








Gambar 3.34 Tampilan kecepatan hantaran gelombang ultrasonic pada saat
pengukuran
3.5.5.2 Pengujian kuat tekan dengan compression machine
a. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan dari pengujian kuat tekan paving block adalah untuk menentukan nilai
kuat tekan paving block.
56



b. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian kuat tekan beton adalah :
1) Mesin uji tekan (Compression Machine)
2) Mesin potong beton (gerinda beton)
3) Timbangan

c. Benda uji
1) Paving block bentuk segi empat dengan ukuran 20 10 8 cm dan segi
enam dengan ukuran sisi 10 cm dan tebal 8 cm diuji pada umur 28 hari.
2) Paving block bentuk kubus dengan ukuran 8 8 8 cm diuji pada umur 28
hari.

Gambar 3.35 Paving block yang akan diuji tekan
d. Prosedur pengujian
Prosedur pengujian kuat tekan paving block adalah sebagai berikut,
1) Benda uji diambil dari bak perendam,
2) Benda uji didiamkan selama 1 hari,
3) Untuk benda uji berbentuk persegi (8 8 8 cm) maka terlebih dahulu
benda uji segi empat ukuran (20 10 8 cm) dipotong menjadi kubus
dengan sisi 8 cm,
4) Benda uji ditimbang,
57



5) Benda uji diletakkan mendatar pada kerangka alat compression mechine,
6) Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur,

Gambar 3.36 Paving block saat diuji tekan
7) Beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji dicatat.
Kuat tekan paving block adalah besarnya beban per satuan luas yang
menyebabkan benda uji paving block hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan dari alat Compression machine.

3.5.5.3 Pengujian absorpsi
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai penyerapan air
dari sebuah paving block. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan tiga
sampel pada umur perawatan 28 hari
a. Peralatan
1. timbangan
2. oven
3. air
4. wadah tempat benda uji
b. Bahan
Paving block
58



c. Prosedur Pelaksanaan
1. Tiga buah benda uji dalam keadaan utuh direndam dalam air hingga jenuh
(24 jam), kemudian ditimbang beratnya dalam keadaan basah tersebut (A).


Gambar 3.37 Penimbangan benda uji setelah direndam

2. Setelah ditimbang paving block dikeringkan dalam dapur pengering selama
kurang lebih 24 jam, pada suhu kurang lebih 105C sampai beratnya pada
dua kali penimbangan berselisih tidak lebih dari 0.2% penimbangan yang
terdahulu (B).







Gambar 3.38 Mengeringkan benda uji dalam oven
d. Perhitungan
Perhitungan penyerapan air menggunakan persamaan 2.9.
59




3.6 Bagan Alir Penelitian
Bagan alir (Flowchart) metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.38
di bawah ini :



























Mulai
Studi literatur

Survey pendahuluan
Bahan dan campuran paving block
Semen PCC
Pemeriksaan Agregat Halus
- Analisa Saringan
- Pemeriksaan Kadar Air
- Pemeriksaan Berat Jenis
- Pemeriksaan Berat Volume
- Pemeriksaan kadar lumpur


Agregat Halus Air
Rencana campuran (Mix Desain)
Pembuatan sampel
A B C
60


















Gambar 3.39 Bagan alir (Flowchart) metode penelitian.
Bentuk Kubus Bentuk asli/
umum
Bentuk asli/
umum
Membuat laporan hasil penelitian
Selesai
Bentuk Kubus
Uji kuat tekan
umur 28 hari

Uji penyerapan
air umur 28 hari

Uji UPV umur 28
hari

A B C

Anda mungkin juga menyukai