Pasal 1.
SYARAT – SYARAT TEKNIS UMUM
1.1. Persyaratan
1) Sebelum melakukan pekerjaan, Kontraktor harus mempelajari dengan benar dan berpedoman
kepada ketentuan – ketentuan yang tertulis pada gambar – gambar kerja dan RKS ini beserta
lampiranya.
2) Kontraktor diwajibkan melapor kepada Direksi setiap akan melakukan kegiatan pekerjaan
dilapangan.
3) Apabila terdapat perbedaan ukuran, kelainan – kelainan antara Gambar kerja dan RKS serta
kesesuaiannya di lapangan maka Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi untuk segara
mendapatkan keputusan. Kontraktor tidak dibenarkan memperbaiki sendiri perbedaan dan kelainan
tersebut. Akibat dari kelainan Kontraktor dalam hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
4) Daerah Kerja ( Construction Area ) akan diserahkan kepada Kontraktor selama waktu pelaksanaan
pekerjaan dalam keadaan seperti pada saat penjelasan pekerjaan(Aanwijzing) dan dianggap bahwa
Kontraktor telah benar – benar mengetahuitentang :
a. Letak bangunan yang akan didirikan
b. Batas Persil/lahan maupun Kondisi pada saat itu
c. Keadaan permukaan tanah/kontur tanah
5) Kontraktor Wajib menyediakan sekurang–kurangnya 1 (satu ) set lengkap Gambar – gambar kerja
dan RKS di direksi ditempat pelaksanaan pekerjaan untuk dapat dipergunakan setiap saat oleh
Direksi.
6) Atas perintah Direksi, Kontraktor diminta untuk membuat Gambar – gambar penjelasan (
Soft Drawing ) berikut perincian bagian – bagian Khusus ( Detail ) yang biaya pembuatan
gambarnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Gambar tersebut setelah disetujui Direksi secara
tertulis akhirnya menjadi gambar pelengkap dari gambar – gambar kerja yang ada.
1
SPESIFIKASI - TEKNIS
d. Bagan / Diagram tersebut diatas harus mendapat persetujuan dari pemberi Tugas / Direksi /
Konsultan Pengawas sebagai dasar/pedoman Kontraktor dalam malaksanakan pekerjaanya
dan Kontraktor wajib mematuhi dan mentaatinya.
2
SPESIFIKASI - TEKNIS
mestinya
2) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib memberitahu Direksi, bagian pekerjaan yang
akan dimulai untuk diperiksa terlebih dahulu ketetapan ukuran-ukurannya
3) Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran satu dengan yang lain dalam setiap bagian
pekerjaan dan segera melapor kepada Direksi setiap terdapat selisih/perbedaan ukuran sesuai
ketentuan.
4) Mengingat setiap kesalahan ukuran selalu mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan lainnya, maka
ketetapan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh. Kelalaian Kontraktor
terhadap hal ini tidak dapat diterima dan Direksi berhak untuk membongkar pekerjaan dan
memerintahkan untuk menepati ukuran sesuai ketentuan.
5) Kerugian terhadap kesalahan pengukuran oleh Kontraktor sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
3
SPESIFIKASI - TEKNIS
3) Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran (untuk segala jenis api), pasir
dalam bak, galah-galah dan alat penyelamat kebakaran yang lain.
4) Sejauh tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor harus mengikuti segala ketentuan umum
yang berlaku dan dikeluarkan oleh instansi Pemerintah terutama tentang Undang-undang
keselamatan kerja termasuk segalakelengkapan dan perubahannya.
1.9. Keamanan
1) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada dan terjadi di daerah kerjannya
terutama mengenai :
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan baik di sengaja
ataupun tidak disengaja Penggunaan sesuatu bahan yang keliru atau salah
b. Kehilangan-kehilangn barang atau peralatan kerja
c. Perelahian antar pekerja maupun dengan pihak lainnya.
d. Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut diatas, Kontraktor harus melaporkan kepada
Direksi dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalan lebih
lanjut.
2) Untuk mencegah kejadian-kejadian seperti tersebut diatas, Kontraktor harus menyediakan
pengamanan antara lain Penjagaan, penerangan yang cukup diwaktu malam hari, pemagaran
sementara dilokasi kerja dan lain sebagainya.
4
SPESIFIKASI - TEKNIS
5
SPESIFIKASI - TEKNIS
6
SPESIFIKASI - TEKNIS
Pasal 2.
LINGKUP PEKERJAAN
7
SPESIFIKASI - TEKNIS
2) Pengukuran
a. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan pengukuran- pengukuran
lapangan dan pematokan untuk dapat menentukan patok-patok utama bagi pembangunan.
Biaya pengukuran dan pematokan sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor
b. Kontraktor sebelum memulai pengukuran harus memperhatikan ketentuan batas-batas yang
telah ditentukan oleh Pemberi Tugas bersama Direksi Pengawas
c. Pengambilan peil dan pengukuran harus atas persetujuan dari Direksi Pengawas dan bila ada
hal-hal yang belum jelas atau terdapat permasalahan yang harus segera disampaikan untuk
ditetapkan. Kekeliruan dalam hal ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
8
SPESIFIKASI - TEKNIS
5) Peraturan Menteri Nomor 11-PRT-M-2013 tentang pedoman analisis harga satuan pekerjaan bidang
pekerjaan umum
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28/PRT/M/2016.
7) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
8) Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1981 beserta Pedomannya
9) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982
10) Peraturan Beton Indonesia disingkat SK SNI 03-2847-2002
11) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971
12) Peraturan Beton Bertulang Indonesia SK SNI T-15-1991-03
13) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI - 1983 )
14) Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia disingkat PKKI-NI-1961.
15) Peraturan Cat Indonesia – N4.
16) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 1977
17) Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara
18) Pedoman Plumbing Indonesia, tahun 1979.
19) Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum.
20) Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Umum Telekomunikasi.
21) Peraturan Dinas Pemadam Kebakaran.
22) Peraturan yang dilakukan oleh Dewan Normalisasi Indonesia :
c. N-1.3. : Peraturan Umum untuk pemeriksaan bahan bahan bangunan dan pelaksanaan
pembangunan di Indonesia (PUBB) 1956
d. N-1.4. : Peraturan Cat Indonesia
e. N-1.6. : Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL) 1977 dan
International Electrotechnical Commission (IEC)
f. N-1.8. : Peraturan Cement Portland
g. N-1.10. : Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan
h. N-1.143-53 : Pengawetan kayu untuk bangunan rumah dan gedung
23) Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung Negara oleh Departemen
Pekerjaan Umum.
24) Standard Industri Indonesia ( SII ).
25) Algemene voorwearden voor de uitvoering bij aaneming van openbare warken, yang disahkan
dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda nomor 28 tanggal 9 Mei 1941 dan tambahan
lembaran Negara nomor 14571 (khusus pasal- pasal yang masih berlaku).
26) Untuk bahan bahan yang tidak dan belum ada peraturannya di Indonesia dipakai syarat-syarat yang
ditentukan oleh pabrik bahan bahan tersebut
27) undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah umumnya dan pemerintah daerah khususnya
yang berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan pemborongan.
28) Algemene Vooschreften voor Drinkweter Instalatie (A.V.W.I)
29) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan pengawas pekerjaan untuk
mencapai tujuan pembangunan
30) Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut diatas, maka revisi
terakhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Demikian pula apabila bertentangan dengan
Spesifikasi Teknik ini maka yang berlaku adalah instruksi/ keputusan Direksi Pengawas.
9
SPESIFIKASI - TEKNIS
Pasal 3.
PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN/SITEWORK
10
SPESIFIKASI - TEKNIS
proyek harus jelas dan terpasang pada bagian depan bangunan agar mudah dibaca dan diketahui
oleh umum.
3) Pengukuran dan pembayaran :
a. Pengukran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume pemasangan papan nama proyek
yang sesuai dengan persyaratan ini
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan
harga satuan kontrak ( B u a h ) untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dan dalam daftar
kuantitas dan harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan Papan nama proyek dan tenaga kerja
11
SPESIFIKASI - TEKNIS
12
SPESIFIKASI - TEKNIS
2) Persyaratan Bahan :
Bahan‐bahan untuk pembuatan Bak Adukan terbuat dari kayu Papan, dengan ukuran
tebal minimal 3 cm dan lebar 20 cm. Untuk rangka kayu terbuat dari balok kayu berukuran 5/7.
3) Syarat Pelaksanaan :
Bak Adukan dibuat dengan ukuran yang dipersyaratkan yaitu dengan ukuran berdasarkan hasil
ketentuan dari masing‐masing job mix design.
4) Pengukuran dan pembayaran :
a. Pengukran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume Pembuatan Bak adukan
40x50x25cm yang sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan
harga satuan kontrak ( B u a h ) untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dan dalam
daftar kuantitas dan harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk penyediaan pekerjaan Pembuatan Bak adukan 40x50x25cm, dan peralatan dan
tenaga kerja
Pasal 4.
PEKERJAAN TANAH
13
SPESIFIKASI - TEKNIS
3) Syarat Pelaksanaan :
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman yang
disyaratkan atau ditentukan dan diindikasikan dalam gambar denganncara yang
sedemikian rupa, sehingga persyaratan dari pekerjaan selanjutnya terpenuhi.
b. Galian mencakup pemindahan tanah serta batu‐batuan dan bahan lain yang dijumpai
dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Galian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk
membangun maupun memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan, dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
d. Jika terdapat air menggenang dalam parit/galian pondasi harus dipompa keluar,
sehingga pada waktu pemasangan pondasi parit/galian pondasi dalam keadaan
kering.
e. Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/ galian pondasi harus digali dan
ditimbun kembali dengan material yang disetujui oleh Direksi/Direksi Teknik,
disiram air dan dipadatkan.
f. Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan cukup
lebar untuk bekerja dengan leluasa.
g. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga
dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari
pada galian.
h. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Pelaksana wajib melaporkannya kepada Pengawas
Lapangan untuk diperiksa pekerjaan selanjutnya.
i. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari bahan
lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Pengawas bahan urugan.
j. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat Pelaksana harus melakukan penggalian
tambahan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, sampai kedalaman dimana daya
dukung yang sesuai tercapai.
k. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum
pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan lainnya
tidak merusak permukaan galian.
l. Untuk menggali tanah lunak, Pelaksana harus memasang Dinding penahan tanah
sementara untuk mencegah longsornya tanah ke dalam tubang galian. Pelaksana
harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan dengan menyediakan saluran
pengeringan sementara atau pompa.
m. Galian di bawah Elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Pelaksana harus
diperbaiki sesuai petunjuk Pengawas Lapangan tanpa tambahan biaya dari pengguna
barang jasa.
n. Bila ditemukan batu ‐ batuan, Pelaksana harus memberitahukan kepada Pengawas
Lapangan yang akan mengambil keputusan, sebelum penggalian dilanjutkan.
4) Pengukuran dan pembayaran :
a. Pengukran
Kuantitas galian akan dihitung berdasarkan volume galian padat, yang diukur
berdasarkan luas penampang rata‐rata dikalikan dengan panjang galian.
b. Pembayaran
Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan harga
satuan kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan ditunjukan dalam
daftar kuantitas dan harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk penyediaan tenaga kerja
14
SPESIFIKASI - TEKNIS
1. Galian Tanah M3
15
SPESIFIKASI - TEKNIS
16
SPESIFIKASI - TEKNIS
3) Syarat Pelaksanaan :
a. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih
dahulu.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan pemadatan bahan-
bahan urugan dan juga memperbaiki kekurangan - kekurangan akibat pemadatan yang
tidak cukup.
c. Kontraktor harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk
pemadatan bahan urugan yang ada.
d. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.
e. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified
proctor)dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dlam AASHTO T 99
f. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan,
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih
besar dari 2 % kadar air optimum.
g. Kontraktor diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila diminta oleh Direksi
/ Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas,
yang harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan ibuatkan laporan tertulis untuk
tiap titik meliputi area 150 m2
4) Pengukuran dan pembayaran :
a. Pengukran
Kuantitas pemadatan tanah akan dihitung berdasarkan volume Urugan tanah dalam
keadaan padat, yang diukur berdasarkan luas
penampang rata‐rata dikalikan dengan Tinggi Urugan tanah padat.
b. Pembayaran
Kuantitas yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan harga
satuan kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan ditunjukan
dalam daftar kuantitas dan harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan Timbunan dan tenaga kerja
17
SPESIFIKASI - TEKNIS
d. Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan menyiram air, sehingga mendapatkan angka
kepadatan maksimum.
4) Standar rujukan :
Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan
dalam PUBI 1982.
5) Pengukuran dan pembayaran :
a. Pengukran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume Pemasangan urugan pasir
dibawah dibawah lantai yang sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar
dengan harga satuan kontrak ( m 3 ) untuk Mata Pembayaran urugan pasir dibawah
dibawah lantai yang terdaftar dan dalam daftar kuantitas dan harga, pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan Urugsn pasir dibawah
lantai, dan peralatan dan tenaga kerja
Pasal 5.
PEKERJAAN STRUKTUR
5.1. Pasangan Batu Kosong
1) Lingkup Pekerjaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali / batu gunung / Batu kosong meliputi penyediaan peralatan,
tenaga kerja dan pemasangan semua pekerjaan pondasi batu kali / Batu kosong atau
bagian-bagian lain yang menggunakan batu kali/batu gunung / Batu kosong sesuai
dengan gambar dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini.
b. Menyediakan tenaga kerja, bahan‐bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
terlaksananya pekerjaan ini dengan baik. Pekerjaan ini meliputi Pasangan batu kosong
berdasarkan petunjuk Direksi / Pengawas
2) Persyaratan Bahan dan Peralatan:
a. Batu kosong yang digunakan adalah Batu sungai atau Batu gunung yang tidak porous
dan bersih dan besarnya tidak lebih dari 30 cm.
b. Tidak dibenarkan menggunakan batu kali bulat atau batu endapan. Pemecahan batu
harus dilakukan diluar batas bouwplank bangunan.
c. Pasir yang dipakai harus pasir kali bukan pasir laut, dengan persyaratan bahwa pasir
harus dalam keadaan bersih dari Lumpur, tanah dan tidak mengandung garam atau
mineral lainnya.
d. Peralatan yang digunakan adalah menggunakan Gerobak Dorong dan perlengkapan
tukang.
3) Syarat Pelaksanaan :
Pasangan batu kosong dipasang dengan ketebalan sesuai gambar kerja kemudian diisi
dengan pasir dan disiram dengan air sampai semua celah –celah antara batu yang satu
dengan yang lain terisi penuh dengan pasir Batu kosong terpasang padat.
4) Standar rujukan
Pasir pasang dan Batu Kosong yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan
yang dicantumkan dalam PUBI 1982.
18
SPESIFIKASI - TEKNIS
19
SPESIFIKASI - TEKNIS
c. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10 cm,
disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai 80% conpacted.
d. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 5 Pasir pasang.
e. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air campuran 1 PC : 2 Pasir setinggi 20
cm, dihitung dari permukaan atas pondasi ke bawah.
f. Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
g. Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap 1 m'
dengan diameter besi minimum 10 mm.
h. Tidak diijinkan menyimpan bahan-bahan di atas beton atau melintas diatas konstruksi,
yang menurut pendapat Pengawas Lapangan, belum cukup mengeras.
4) Standar rujukan :
a. Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai kekerasan
sesuai dengan syarat-syarat dalam SK. SNI 1991. Ukuran batu kali maksimum 30 cm.
b. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan yang
dicantumkan dalam PUBI 1982.
c. Semen yang dipakai adalah semen type I serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan
dalam (NI-08) Peraturan semen portland indonesia
5) Pengukuran dan pembayaran :
a. Pengukran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume Pemasangan Batu Kali yang
sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar
dengan harga satuan kontrak ( m 3 ) untuk Mata Pembayaran Pasangan batu kali
yang terdaftar dan dalam daftar kuantitas dan harga, pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan Pasangan batu kali, dan peralatan dan
tenaga kerja
5.3. Pek. Cor Beton K-125 Kaki Tiang Pagar dan Tiang
1) Lingkup Pekerjaan :
Bagian ini meliputi pengadaan dan Pek. Cor Beton K-125 Kaki Tiang Pagar dan Tiang, dengan
penulangannya termasuk bekisting dan perancah. Finishing dan pekerjaan – pekerjaan lain sesuai
dengan gambar dan persyaratan yang ditentukan. Pada pekerjaan ini menggunakan beton struktur
Membuat Beton Mutu f'c = 9,8 MPa (K 125), Slump (12 ± 2) cm, W/C = 0,78, Pegujian beton
mutu beton akand dilakukan untuk jumlah volume pekerjaan beton diatas 20 m3
2) Persyaratan Bahan dan Peralatan:
a. Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan harus Portland Cement, harus sesuai dengan SNI
2049:2015 pembororng harus menyediakan contoh semen apabilah diminya oleh Direksi,
keduanya yaitu contoh dari gudang pemborong dilapangan dan dari pebrik. Portland Cement
yang disimpan dalan gudang lapangan harus memenuhi persyaratan teknik penyimpanan, bila
mana Portland Cement telah mengeras, maka tidak boleh dipakai untuk campuran. Kontraktor
harus mengusahakan agar untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini hanya menggunakan satu
merk semen saja.
Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam kemasan standard dari pabrik dan
terlindung. Penyimpanannya harus dilaksanakan pada tempat yang tidak lembab dan
tidakterkena air (diberi lapisan pada bagian bawahnya dengan bahan yang kedap air), dan
penumpukannya harus sesuai dengan urut – urutan pengiriman. Tinggi penumpukan tidak
20
SPESIFIKASI - TEKNIS
boleh lebih dari 2 meter. Semen yang rusak atau tercampur dengan apapun tidak boleh
dipakai.
b. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras, yang diperoleh dari pemecah batu
atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (Jika perlu) Kerikil dan pasir sungai, harus
sesuai dengan ketentuan SNI 03- 2816-1992 dan harus disetujui oleh Direksi dan pengawas
lapangan Agregat Halus Memenuhi Ketentuan Sebagai berikut
21
SPESIFIKASI - TEKNIS
Agregat Kasar merata didegradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut :
d. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakai lainnya harus bersih, dan
bebas dari bahan merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula, atau organik, air harus
diuji sesuai dengan ketentuan dalam SNI 7974-2016, Apabila timbul keraguraguan atas mutu
air yang diusulkan dan karena suatu sebab pengujian air seperti diatas tidak dilakukan maka
harus diadakan perbandingan kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan menggunakan air murni hasil sulingan, air yang diusulkan dapat
digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua
puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air
suling untuk periode umur yang sama.
22
SPESIFIKASI - TEKNIS
e. Syarat Pelaksanaan
- Menyiapakan alat – alat pendukung dilapangan seperti vibrator, concrete mixer, Bak
adukan, air, material agregat halus dan Agregat Kasar dan semen.
- Sebelum adukan beton dimasukkan kedalam bekisting, dilakukan penggambilan benda uji
untuk diperiksa.
- Membersihkan bekisting dan tulangan dari segala jenis sampah dan kotoran dengan
menggunakan Komprsor kemudian dilapisi dengan mud oil.
- Pelaksanaan pengecoran beton dilakukan setelah pemasangan bekisting dan tulangan
selesai.
- Pelaksanaan pengecoran dilakukan serentak untuk semua pekerjaan beton pada
ketinggian tertentu sehingga akan mempercepat waktu.
- Pengecoran beton dimulai dari ujung dan lanjut kebagian lainnya.
f. Persedur Umum
- Contoh adukan beton diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172 dan/atau PBUI (PBI-
1971) atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini yang memenuhi standar ASTM 1972.
- Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran dan terdiri dari
berbagai perbandingan dari tempat yang berbeda dalam kelompok pencampuran.
- Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh keseragaman. Uji
slump contoh harus dilakukan segera setelah pengambilan contoh.
g. Pelaksanaan Pekerjaan
Uji Slump
- Uji Slump harus dilakukan setiap kali pembuatan uji beton kubus. Metoda harus
memenuhi standar ASTM C 143.
Pembuatan Kubus Beton
- Cara pembuatan kubus beton harus sesuai dengan cara yang diuraikan dalam PBI
71/NI.2-1971. Contoh diusahakan tidak berubah pada saat pengangkutan. Bila bahan akan
diangkut ke tempat yang jauh dari tempat pengambilan contoh, beton harus diaduk
dengan sekop sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.
Perawatan Contoh di Laboratorium
- Contoh untuk uji coba beton harus diambil sesuai ketentuan PBI71/NI.2- 1971. Kubus
untuk uji coba beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan diuji sesuai ketentuan PBI
(NI-2, 1971)
- Kubus untuk uji beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan diuji sesuai ketentuan
ASTM C 31 dan ASTM C 39.
h. Peyimpanan Kubus
- 24 jam pertama setelah pembuatan kubus sangatlah penting. Kubus hanya boleh
dipindahkan dari tempat pencetakan ke gudang penyimpanan, dan dijaga harus tetap
dalam posisi halertikal dan hindarkan dari getaran dan benturan. Kubus boleh disimpan di
tempat yang tertutup rapat, kotak kayu yang kuat, atau bangunan sementara selama
temperatur di sekitamya berkisar antara 15,6° C dan 26,7°C dan penguapan dari contoh
dapat dicegah.
- Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok contoh harus diperiksa untuk perawatan dan
pengujian. Tempatkan kubus pada kotak yang kuat untuk pengiriman. Jarak antara kubus
dan kotak harus diisi dengan pasir basah atau serbuk gergaji. Setiap kelompok kubus
harus dilengkapi dengan catatan waktu / tanggal pembuatan kubus
- Bila memungkinkan mengirim contoh baru berumur 1 (satu) hari, contoh harus
dilembabkan terus menerus dengan pasir basah sampai akhir periode 24 jam, dan harus
tetap lembab pada temperatur 21°- 24,5° C sampai saat pengiriman. Kubus harus dikirim
23
SPESIFIKASI - TEKNIS
secepat mungkin dan paling lambat beberapa hari sebelum periode 7 (tujuh) hari tercapai,
karena laboratorium harus menerima kubus-kubus tersebut sehari atau lebih sebelum
pengujian 7 (tujuh) hari.
i. Pengujian
- Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh lembaga yang dikontrak oleh
Pelaksanadan sudah disetujui konsultan pengawas
- Pelaksana harus bekerja sama dengan Laboratorium Penguji untuk kelancaran pekerjaan.
Pelaksana harus memberitahu Laboratorium dan Pengawas Lapangan minimal 24 jam
sebelum pengecoran beton dimulai untuk pemeriksaan dan pengujian beton di tempat
percampuran dan di lapangan, dan pemeriksaan acuan dan penulangan. Pelaksana harus
menyediakan gudang kotak berisolasi yang dapat dikunci dalam ukuran yang memadai
untuk menyimpan peralatan dan contoh benda uji di lokasi, dan beberapa pekerja untuk
menyiapkan contoh benda uji.
- Pembuatan, penanganan, pengangkutan dan perawatan contoh harus dilakukan oleh staf
Laboratorium Penguji saja.
- Pengawasan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan minimal : - Pengambilan contoh
dan pengujian campuran beton.
- Mempelajari dan memeriksa campuran desain yang diusulkan Pelaksana.
- Mengevaluasi tempat percampuran dan peralatan untuk mengukur, mencampur dan
mengangkut beton.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan pelaksanaan pencampuran. Mengevaluasi
campuran beton.
j. Pengujian
Pengujian dan pemeriksaan laboratorium harus meliputi persyaratan minimal berikut :
- Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran beton, bits diijinkan, di
lapangan.
- Membuat contoh dan pengujian kandungan air dalam beton.
- Membuat pengujian slump sesuai ketentuan ASTM C 143.
- Membuat contoh untuk pengujian kuat beton pada laboratorium. Mengukur temperatur
campuran beton, simpanan beton dan beton selama masa perawatan.
- Mengukur temperatur udara saat pengecoran dan perawatan beton.
- Memeriksa penempatan beton dan prosedur perawatan.
- Pengujian lapangan harus dilakukan untuk setiap 5 m3 atau setiap kedatangan truk.
k. Pengujian dan pemeriksaan laboratorium harus meliputi persyaratan minimal berikut
Pengujian kuat tekan beton sesuai dengan PBI 71/NI.2-1971.
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 7 hari -3 buah contoh dirawat di lab untuk
kuat tekan 28 hari.
- Kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan
- 3 buah contoh yang dirawat di lab dan di lokasi untuk kuat tekan 3 hari dan 7 hari yang
diharapkan dimana kekuatan beton telah mencapai ketentuan, bila bahan tambahan
percepatan digunakan.
- Menimbang semua contoh
l. Pengujian inti beton yang telah mengeras harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
- Pengujian ini ditaksanakan bila pengujian kuat beton di laboratorium tidak memuaskan
atau terjadi kesalahan dalam pengecoran.
- Pengawas Lapangan berhak menentukan contoh yang diambil dari suatu bagian pekerjaan
untuk pemeriksaan dan pengujian. Peralatan pemotong metoda pengambilan ini harus
disetujui Pengawas Lapangan. Contoh harus diambil dan diuji sesuai ketentuan. Bagian
diambil intinya harus dirapikan sehingga disetujui Pengawas Lapangan.
24
SPESIFIKASI - TEKNIS
- Pelaksana harus menanggung biaya pengujian inti bila diperlukan karena kegagalan uji
beton, atau bila uji inti beton gagal.
m. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan adanya beton yang tidak memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, Pengawas Lapangan akan memberi tahu Pelaksanasecara tertulis.
Tambahan perawatan sesuai pengarahan Pengawas Lapangan mungkin diperlukan dalam
desain campuran beton untuk sisa pekerjaan beton, atau kemungkinan beton harus dibongkar
dan diganti, dan semuanya atas biaya Pelaksana.
n. Kondisi Lingkungan
Tidak diijinkan menuang beton pada waktu hujan atau ketika hujan diperkirakan akan turun
kecuali bila pekerjaan dapat di lindungi terhadap hujan dan/atau aliran air permukaan.
o. Peralatan
Pencampuran beton struktur diwajibkan menggunakan mesin Concrete mixer.
p. Peralatan
Papan bekisting menggunakan papan kayu kelas II dengan ketebalan 2-3 cm, Balok 5/7 Kayu
Kelas II dan multipleks.
q. Pemasangan Bekisting Beton Tepi Lapangan (20 x 40) Cm
Bekisting menggunakan Papan kelas II dan triplesks dan Perancah menggunakan balok kayu
5/7 kelas II
- Bekisting harus dibuat kaku selama pengecoran dan pengerasan dari beton dan untuk
memperoleh bentuk permukaan yang diperlukan pemborong harus menyerahkan rencana-
rencana dan penjelasan tentang bekisting dan harus membuat contoh-contoh bekisting
untuk mendapat pengesahan Direksi.
- Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang gapat mencega defleksi bahan-
bahan bekisting. Serta sambungan-sambungan harus rapat. Sehingga dapat mencegah
kebocoran-kebocoranadukan selama pengecoran. Lubang–lubang permukaan yang
sementara harus disediakan didalam bekisting untuk memudahkan pembersihan bekisting.
- Bekisting harus dipasang sempurna, sesuai dengan bentuk-bentuk dan ukuran yang benar
dari pekerjaan beton, yang ditunjukan dalam gambar, cara pendukungan yang yang akan
menghasilkan lubanglubang atau tali-tali kawat yang membentang pada seluruh lebar dari
permukaan ke permukaan beton tidak dibenerkan.
- Bekisting untuk permukaan beton harus sedemikian rupa untuk mencegah hilangnya
bahan-bahan dari beton dan bisa menhasilkan permukaan beton yang padat. Jika
dibutuhkan oleh Direksi bekisting untuk permukaan beton yang kelihatannya harus
sedemikian rupa sehingga menghasilkan permukaan yang halus tanpa adanya garis atau
kelihatan terputus.
- Tiap kali sebelum mulai pembetonan, acuan harus diperiksa dengan teliti dan dibersihkan.
Pembetonan hanya boleh dimulai apabila Direksi sudah memeriksa dan memberi
persetujuan terhadap bekisting yang telah dibangun.
- Untuk pembetonan dicuaca panas atau kering, pemborong harus membuat rencana
bekisting dan membukanya, sehingga permukaanpermukaan dapat terlihat untuk dimulai
perawatan sesegera mingkin.
- Bekisting hanya boleh dibuka dengan ijin Direksi dan pekerjaan pembuka setelah
mendapat ijin harus dilaksanakan dibawah pengawasan mandor yang berwenang. Harus
diberi perhatian yang luar biasa pada waktu membuka bekisting untuk menghindari
kegoncangan atau pembalikan tegangan beton.
- Dalam hal mana Direksi berpendapat bahwa usulan pemborong untuk membuka bekisting
belum pada waktunya baik berdasarkan perhitungan cuaca atau dengan alasan lainnya,
maka ia boleh memerintahkan pemborong untuk menunda pembukaan bekisting dan
pemborong tidak boleh menuntut kerugian atas penundaan tersebut.
25
SPESIFIKASI - TEKNIS
- Untuk beton dan semen Portland biasa waktu paling sedikit untuk pembukaan bekisting
harus menurut daftar dibawah ini : Muka sisi balok, lantai dan dinding 1 hari dan Bagian
bawah 21 hari
Pasal 6.
PEKERJAAN ARSITEKTUR
26
SPESIFIKASI - TEKNIS
diadakan perbandingan kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan menggunakan air murni hasil sulingan, air yang diusulkan dapat digunakan
apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan)
hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode
umur yang sama.
Syarat Pelaksanaan
- Menyiapakan alat – alat pendukung dilapangan seperti vibrator, concrete mixer, Bak adukan,
air, material agregat halus dan Agregat Kasar dan semen.
- Pengambilan material atas persetujuan Direksi dan pengawas lapangan
- ]Sebelum pelaksanaan timbunan tanah harus sudah rata dan bersih dari kotoran sampah
organik dan Non organik
- Timbunan tanah yangkan dicor sebelumnya harus dihampar pasir dibawah lantai dengan
ketebalan 5 cm dan sudah dipadatkan.
- Sebelum adukan beton dihapar dilantai, dilakukan penggambilan benda uji untuk diperiksa.
- Pengecoran dilakukan dari ujung ke bagian tengah sampai keujung lainya.
- Selama pengecoran berlangsung di cek kembali ketebalan cor lantai dan didokumentasikan.
Apabila terdapat ketebalan yang tidak memenuhi maka akan ditambah kembali campuran
beton sebelum mengeras.
- Selama pelaksaksanaan berlangsng harus dijaga dari retak – retak beton
- Setelah Pengecoran beton di rawat dan disiram terus menerus agar menjaga kelembaban
beton supaya tidak menggalami retak – retak dan pecah.
- Apabila dalam pelaksanaan cor lantai beton rusak maka kontraktor diwajibkan memperbaiki
kembali.
- Adapun pengambilan kubus beton harus memenuhi ketentuan bahwa setiap pengocoran 20
m3 harus diambil sampel kubus beton untuk di uji dilaboratorium
- Timbulnya biaya akibat pengambilan sampel kubus di tanggung oleh kontraktor
Pengendalian mutu dilapangan
- Secara Periodik harus dilakukan pemeriksaan campuran beton dan cara penangananya setelah
habis pengecoran
Pengukuran dan Pembayaran
- Pengukuran Kuantitas pekerjaan dihitung berdasarkan volume terpasang untuk pekerjaan
pengecoran lantai.
- Pembayaran Kuantitas pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan diatas harus dibayar sesuai
dengan harga kontrak (m3) untuk mata pembayaran cor lantai K-125, pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan Cor lantai K-125, dan peralatan dan
tenaga kerja
27
SPESIFIKASI - TEKNIS
c. Sebelum melanjutkan ke pekerjaan acian, permukaan plesteran telah rata, lurus dan tegak satu
sama lain. Penggunaan mistar perata kayu (belabas) sangat dianjurkan.
d. Merupakan permukaan plesteran basah (bukan dibasahi). Tidak dibenarkan meninggalkan
pekerjaan plesteran sampai kering sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan acian.
e. Sedapat mungkin mempergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang
memadai. Persiapkan dan bersihkan permukaanpermukaan yang akan diplester, dari kotoran-
kotoran dan bahan bahan lain yang dapat merusak plesteran. Tukang tukang plester yang
dinilai tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan yang baik.
f. Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus disingkirkan dari
pekerjaan.
g. Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang tidak rata
harus diperbaiki sesuai perintah Direksi Teknik.
h. Tebal plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan lain adalah 15 mm dengan toleransi
maksimum 15 mm. Bilamana ketebalan toleransi ini ternyata dilampaui karena kondisi
permukaan dinding harus diperbaiki.
i. Plesteran Kolom harus benar benar lurus sehingga mempunyai sudut kolom yang baik dan di
di aci menggunakan air semen basah.
4) Pengendalian Mutu dilapangan
a. Secara periodik harus dilakukan pemeriksaan kualitas campuran plesteran dan pemeriksaan
kelurusan pondasi.
b. Direksi Teknik dan Konsultan berhak menolak tidak memenuhi syarat seperti plesteran
bergelombang, tidak rata dan campuran plesteran tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam spesifikasi ini.
5) Standar rujukan
a. Pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras, serta memenuhi persyaratan yang
dicantumkan dalam PUBI 1982.
b. Semen yang dipakai adalah semen type I serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan
dalam (NI-08) Peraturan semen portland indonesia
6) Pengukuran dan pembayaran
a. Pengukran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume Luas Pemasangan Pasangan plesteran
yang sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan harga
satuan kontrak ( m 2 ) untuk Mata Pembayaran Pasangan plesteran yang terdaftar dan dalam
daftar kuantitas dan harga, pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan Pasangan plesteran, dan peralatan dan tenaga kerja
28
SPESIFIKASI - TEKNIS
mengusahakan agar untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini hanya menggunakan satu merk semen
saja.
Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam kemasan standard dari pabrik dan terlindung.
Penyimpanannya harus dilaksanakan pada tempat yang tidak lembab dan tidakterkena air (diberi
lapisan pada bagian bawahnya dengan bahan yang kedap air), dan penumpukannya harus sesuai
dengan urut – urutan penhiriman. Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 meter. Semen yang
rusak atau tercampur dengan apapun tidak boleh dipakai.
Semen ini harus dibawa ketempat pekerjaan dalam kemasan standard dari pabrik dan terlindung.
Penyimpanannya harus dilaksanakan pada tempat yang tidak lembab dan tidakterkena air (diberi
lapisan pada bagian bawahnya dengan bahan yang kedap air), dan penumpukannya harus sesuai
dengan urut – urutan penhiriman. Tinggi penumpukan tidak boleh lebih dari 2 meter. Semen yang
rusak atau tercampur dengan apapun tidak boleh dipakai.
Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakai lainnya harus bersih, dan bebas
dari bahan merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula, atau organik, air harus diuji sesuai
dengan ketentuan dalam SNI 7974-2016, Apabila timbul keraguraguan atas mutu air yang
diusulkan dan karena suatu sebab pengujian air seperti diatas tidak dilakukan maka harus
diadakan perbandingan kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan menggunakan air murni hasil sulingan, air yang diusulkan dapat digunakan
apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan)
hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode
umur yang sama.
3) Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum pekerjaan Acian dikerjakan, semua bidang yang akan diaci harus disiram air sampai
jenuh, dan siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih kurang 1 cm.
b. Pelaksanaan pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan setelah pipa-pipa air dan listrik sudah
terpasang.
c. Sebelum melanjutkan ke pekerjaan acian, permukaan plesteran telah rata, lurus dan tegak satu
sama lain. Penggunaan mistar perata kayu (belabas) sangat dianjurkan.
d. Merupakan permukaan plesteran basah (bukan dibasahi). Tidak dibenarkan meninggalkan
pekerjaan plesteran sampai kering sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan acian.
e. Sedapat mungkin mempergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang
memadai. Persiapkan dan bersihkan permukaanpermukaan yang akan diplester, dari kotoran-
kotoran dan bahan bahan lain yang dapat merusak plesteran. Tukang tukang plester yang
dinilai tidak cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan yang baik.
f. Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus disingkirkan dari
pekerjaan.
g. Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang tidak rata
harus diperbaiki sesuai perintah Direksi Teknik.
h. Tebal plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan lain adalah 15 mm dengan toleransi
maksimum 15 mm. Bilamana ketebalan toleransi ini ternyata dilampaui karena kondisi
permukaan dinding harus diperbaiki.
i. Plesteran Kolom harus benar benar lurus sehingga mempunyai sudut kolom yang baik dan di
di aci menggunakan air semen basah.
4) Pengendalian Mutu
a. Secara periodik harus dilakukan pemeriksaan kualitas campuran Acian dan pemeriksaan
Kerapian Dinding, Pondasi, Kolom, Balok dan acian lantai,
b. Direksi Teknik dan Konsultan berhak menolak tidak memenuhi syarat seperti acian tidak
merata, belang - belang, acian tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi ini.
29
SPESIFIKASI - TEKNIS
5) Standar Rujukan
a. Semen yang dipakai adalah semen type I serta memenuhi persyaratan yang dicantumkan
dalam (NI-08) Peraturan semen portland indonesia
b. Air yang akan di pakai memenuhi persyaratan yang tercamtum ketentuan dalam SNI 7974-
2016.
6) Pengukuran dan Pembayaran
a. Pengukran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume Luas Pemasangan Pasangan Acian yang
sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan harga
satuan kontrak ( m 2 ) untuk Mata Pembayaran Pasangan Acian yang terdaftar dan dalam
daftar kuantitas dan harga, pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan Pasangan plesteran, dan peralatan dan tenaga kerja
30
SPESIFIKASI - TEKNIS
b. Pipa yang dipasang kedalam beton harus menggunakan angker sebagai penahan agar pipa
galvanis tetap kokoh dan tidak mudah goyah.
c. Hasil pengelasan sambungan harus diampelas agar mendapat permukaan yang halus dan tidak
tajam
4) Pengendalian Mutu dilapangan
a. Bahan – bahan yang dipergunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh
– contohnya (minimum 3 contoh bahan dari 3 jenis produk yang berlainan) kepada Direksi
Pengawas.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari pola tiang
yang disetujui Direksi Pengawas.
c. Pihak direksi berhak menolak apabila pekerjaan tidak sesuai dengan spesifikasi, baik ukuran,
diameter, ketebelan, dan kerapian.
5) Pengukuran dan pembayaran
a. Pengukuran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume terpasang Pasangan tiang pipa yang
sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan harga
satuan kontrak ( m 2 ) untuk Mata Pembayaran Pas. Tiang pipa GIV 2" yang terdaftar dan
dalam daftar kuantitas dan harga, pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk penyediaan Pas. tiang Pipa GIV 2", dan peralatan dan tenaga kerja
31
SPESIFIKASI - TEKNIS
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan
harga satuan kontrak ( m 2 ) untuk Mata Pembayaran Pengecatan lantai, garis lapangan dan
beton tepi Cat Propan Tennokote yang terdaftar dan dalam daftar kuantitas dan harga,
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan Pengecatan
lantai, garis lapangan dan beton tepi Cat Propan Tennokote, dan peralatan dan tenaga kerja
32
SPESIFIKASI - TEKNIS
c. Pengelasan
Kawat las ini terbuat dari zat kimia tertentu yang disesuaikan dengan jenis material yang
akan disambung. Pada pekejaan ini menggunakan
- Elektroda / Kawat las baja lunak
Menggadung selaput selulosa, jenis elektroda ini dapat memberikan hasil penembusan
yang lebih dalam. Ini juga muda di aplikasikan dalam berbagai posisi dan hanya
dihasilkan terak tipis sehingga dapat dinbersihkan lebih gampang.
- Elektroda / Kawat las selaput serbuk besi
Kandungan serbuk besi dalam elektroda ini dapat membantu meningkatkan efisiensi
pengelasan namun perlu dicatat bahwa jenis kawat ini membutugkan amper yang lebih
tinggi karena lapisan serbuk besi didalamnya dapat membuat selaput elektroda lebih
tebal
d. Pengecatan.
Cat bidang besi ini menggunakan menggunakan cat avian yang di cat ke sulur permukaan
bidang pipa agar mencegah karat pada besi.
3) Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan perakitan Tiang net ini diwajibkan sesuai dengan ukuran dan ketebalan
yang di tujukkkan dalam gambar.
b. Pipa yang dipasang kedalam beton harus menggunakan angker sebagai penahan agar pipa
galvanis tetap kokoh dan tidak mudah goyah.
c. Hasil pengelasan sambungan harus diampelas agar mendapat permukaan yang halus dan
tidak tajam
4) Pengukuran dan pembayaran
a. Pengukuran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume terpasang Tiang Volly (Sistem Drat)
Besi Bulat 3"sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan
harga satuan kontrak ( Titik ) untuk Mata Pembayaran Tiang Volly (Sistem Drat) Besi
Bulat 3" yang terdaftar dan dalam daftar kuantitas dan harga, penyediaan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk Tiang Volly (Sistem Drat) Besi Bulat
3", dan peralatan dan tenaga kerja
33
SPESIFIKASI - TEKNIS
Menggadung selaput selulosa, jenis elektroda ini dapat memberikan hasil penembusan
yang lebih dalam. Ini juga muda di aplikasikan dalam berbagai posisi dan hanya
dihasilkan terak tipis sehingga dapat dinbersihkan lebih gampang.
- Elektroda / Kawat las selaput serbuk besi
Kandungan serbuk besi dalam elektroda ini dapat membantu meningkatkan efisiensi
pengelasan namun perlu dicatat bahwa jenis kawat ini membutugkan amper yang lebih
tinggi karena lapisan serbuk besi didalamnya dapat membuat selaput elektroda lebih
tebal
c. Meni Besi
Cat meni besi adalah Cat dasar berbahan dasar alkyd yang mengandung red lead, berfungsi
untuk mencegah karat ringan pada besi.
d. Pengecatan.
Cat bidang besi ini menggunakan menggunakan cat avian yang di cat ke sulur permukaan
bidang pipa agar mencegah karat pada besi.
e. Jaring Nilon
Jaring nilon untuk untuk gawang digunakan jaring futsal D60 Lubang 5 x 5 cm (4 Inci)
dengan Ketebelan Benang 3 mm (benang D60)
a. Syarat Pelaksanaan
a. Sebelum dilakukan perakitan Gawang dan jaring ini diwajibkan sesuai dengan ukuran dan
ketebalan yang di tujukkkan dalam gambar.
b. Pipa yang dipasang kedalam beton harus menggunakan angker sebagai penahan agar pipa
galvanis tetap kokoh dan tidak mudah goyah.
c. Hasil pengelasan sambungan harus diampelas agar mendapat permukaan yang halus dan
tidak tajam
b. Pengukuran dan pembayaran
a. Pengukuran
Kuantitas Pekerjaaan dihitung berdasarkan volume terpasang Tiang Volly (Sistem Drat)
Besi Bulat 3"sesuai dengan persyaratan ini.
b. Pembayaran
Kuantitas Pekerjaan yang diukur sebagaimana disyaratkan diatas harus dibayar dengan
harga satuan kontrak ( Titik ) untuk Mata Pembayaran Pasangan Gawang Futsal dan jaring
yang terdaftar dan dalam daftar kuantitas dan harga, penyediaan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk Pasangan Gawang Futsal dan jaring, dan peralatan dan
tenaga kerja
Pasal 7.
PEKERJAAN LAIN - LAIN
34
SPESIFIKASI - TEKNIS
Pasal 8.
PEKERJAAN KETENTUAN LAIN – LAIN
35
SPESIFIKASI - TEKNIS
2) Pengajuan
a. Pihak Kontraktor harus menunjuk secara tertulis salah seorang anggota dalam
perusahaannya untuk menerima variasi dalam Pekerjaan dan bertanggung jawab untuk
memberitahu kepada para pelaksana lainnya tentang adanya variasi tersebut.
b. Direksi Pekerjaan akan menunjuk secara tertulis orang yang diberi wewenang untuk
mengurus prosedur variasi atas nama Pemilik.
c. Kontraktor harus melengkapi perhitungan untuk setiap usulan pekerjaan yang akan dibayar
lump sum, dan untuk setiap Harga Satuan yang belum ditetapkan sebelumnya dengan data
pendukung yang lengkap sehingga dapat dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pelaksanaan Andendumm
a. Isi Addendum akan didasarkan pada salah satu dari hal-hal berikut
- Perintah Pemilik untuk melaksanakan perubahan atas Dokumen Kontrak, atau;
- Karena adanya perubahan kontraktual atau teknis yang penting, atau;
- Variasi atau Variasi-variasi yang telah ditandatangani yang berisi Harga
- Satuan Mata Pembayaran baru atau Jumlah Harga tambahan, atau;
- Karena adanya perubahan perkiraan kuantitas sebagai akibat suatu
- variasi dalam Jumlah Harga Kontrak, sebagaimana yang dimasukkan ke dalam
Perjanjian Kontrak atau Addendum sebelumnya, atau;
- Perhitungan kuantitas akhir dan Jumlah Harga Kontrak. Untuk Addendum Penutup
pada saat Penutupan Kontrak;
b. Direksi Pekerjaan akan menyiapkan Addendum.
c. Addendum akan menguraikan setiap perubahan kontraktual, teknis atau kuantitas, baik
penambahan ataupun penghapusan mata pembayaran, dengan lampiran-lampiran Dokumen
Kontrak yang direvisi untuk menentukan detil perubahan.
d. Addendum akan memberikan perhitungan ringkas untuk setiap tambahan atau penyesuaian
Harga Satuan bersama dengan setiap variasi dalam Harga Kontrak atau penyesuaian
Periode Kontrak.
e. Pemilik dan Kontraktor akan menandatangani Addendum tersebut dan menyampaikannya
kepada Pemilik untuk persetujuan dan tandatangannya.
36
SPESIFIKASI - TEKNIS
d. Pekerjaan telah lengkap dan siap untuk pemeriksaan akhir dan Serah Terima Akhir.
Pasal 9.
PENUTUP
37