PENJELASAN
PERSYARATAN TEKNIS DAN BAHAN
Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
1.1 Nama Pekerjaan
Nama Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pekerjaan Pembangunan Kirmir dan
Pemagaran Batas Tanah Kampus III UIN SUnan Gunung Djati Bandung Tahun
Anggaran 2018.
Pasal 2
PERATURAN PEMBANGUNAN
Pasal 3
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
2. Ukuran :
a. Pada dasanya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :
2
As - As
Luar - Luar
Dalam - Dalam
Luar - Dalam
b. Khusus ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya ukuran yang tertulis
adalah ukuran jadi terpasang atau dalam keadaan selesai/finished.
3. Perbedaan Gambar.
a. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja,
maka Gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku / mengikat.
b. Bila ada perbedaan - perbedaan itu, ketidakjelasan, maupun kesimpangsiuran
menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan
kesalahan, maka Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pengawas Lapangan,
dan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Perencana, untuk mendapatkan
keputusan dari Konsultan Perencana Gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
c. ketentuan diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang
waktu pelaksanaan maupun mengajukan claim biaya pekerjaan tambah.
4. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).
a. Gambar Detail pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib
dibuat Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.
c. Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen
maupun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.
5. Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawings)
Kontraktor wajib membuat gambar-gambar yang sesuai dengan hasil pelaksanaan (As
Built Drawings) yang selesai sebelum serah terima ke 1, dan telah disetujui oleh
konsultan Pengawas dan diketahui oleh konsultan Perencana.
6. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum
dalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahun Konsultan Pengawas. Segala
akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu
pelaksanaan.
Pasal 4
TENAGA KERJA
1. Tenaga kerja yang di pakai harus terampil dan berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan dilapangan.
2. Kontraktor harus menyerahkan data identitas Tenaga kerja kepada Konsultan
Pengawas dan jika ada perubahan tenaga kerja, kontraktor harus melaporkan kepada
pengawas dengan menyerahkan data identitas diri.
3. Kontraktor harus selalu berkoordinasi dengan pengawas dan owner tentang barang –
barang / Dokumen Rahasia Negara yang akan dipindahkan sesuai petunjuk Owner.
Pasal 5
JADWAL PELAKSANAAN
3
1. Pelaksana Lapangan setiap hari akan membuat laporan harian mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik teknis
maupun administratif.
2. Dalam pembuatan laporan tersebut pihak kontraktor harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
3. Laporan tersebut harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan sebagai bahan
monitoring paling lambat pada hari berikutnya
4. Laporan harian proyek merupakan laporan kegiatan proyek yang merupakan
pertanggung jawaban kontraktor dalam waktu perhari. Laporan harian akan direkap
menjadi laporan mingguan, laporan mingguan direkap juga menjadi laporan bulanan.
Laporan harian, mingguan, dan bulanan tersebut akan dibuat oleh kontraktor
berdasarkan persetujuan dari konsultan pengawas untuk diserahkan kepada owner.
5. Paling lambat 3 hari kerja setelah minggu berakhir, laporan mingguan yang sudah
disetujui konsultan pengawas sudah diterima oleh owner.
6. Paling lambat 7 hari kerja setelah bulan berakhir, laporan bulanan yang sudah disetujui
konsultan pengawas sudah diterima oleh owner.
Pasal 7
KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
1. Dilapangan pekerjaan Kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa Kontraktor atau biasa
disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan
mendapat kuasa penuh dari Kontraktor.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu kepada Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,
nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis dan Konsultan Pengawas,
Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahu kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
5. Dalam waktu 7(tujuh) hari kalender setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,
Kontraktor harus sudah menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri
(Penanggung jawab/ Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
Pasal 8
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR
1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang
mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan
4
nomor telepon di lokasi kepada Tim pengelola Teknis setempat dan Konsultan
Pengawas.
2. Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel kerja (Workshop) dan
peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.
3. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan. Bila
terjadi perubahan alamat Kontraktor, Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.
Pasal 9
PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN
Pasal 10
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 11
SIT UASI
11.1 Hal mana pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para calon Pemborong wajib meneliti situasi
medan terutama kondisi tanah bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal lain
yang berpengaruh terhadap harga penawaran.
11.2 Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
klaim dikemudian hari.
11.3 Dalam rapat penjelasan akan ditunjukan dimana pembangunan akan dilaksanakan.
Pasal 12
PEKERJAAN PERSIAPAN TAPAK
12.1 Pembuatan jalan masuk sementara untuk lalu-lintas orang dan bahan.
Peletakan jalan masuk sementara, diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu lalu lintas kerja.
12.2 Pembuatan saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar areal pekerjaan
selalu dalam keadaan kering.
12.3 Pengadaan air untuk keperluan pekerja dan pekerjaan, kualitas air harus baik dan
memenuhi persyaratan kerekatan.
Pengadaan listrik kerja dan pembuatan tempat pembuangan air kotor sementara.
Pasal 13
PEKERJAAN PERSIAPAN BANGUNAN
1. Lingkup Pekerjaan.
a. Pekerjaan pembuatan bangsal kerja
b. Pekerjaan penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.
c. Pekerjaan Drainage tapak sementara.
d. Pekerjaan jalan masuk dan jalan konstruksi sementara.
e. Pekerjaan pembongkaran, pengamanan dan pembersihan sebelum pelaksanaan.
f. Pekerjaan pemasangan patok ukur dan papan bangunan (bouwplank)
g. Pekerjaan Administrasi dan lain lain.
a.Kontraktor harus membuat bangsal kerja dan gudang material/bahan diatas tapak
pekerjaan.
b. Kontraktor harus pula membuat Bangsal Los kerja (workshop) untuk para pekerja dan
gudang penyimpan bahan/material yang dapat dikunci.
a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak atau didatangkan dari luar tapak dan disediakan pula tempat penampungannya.
Air harus bersih bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Kontraktor harus membuat tempat penampungan air yang senantiasa terisi penuh
untuk sarana kerja dengan kapasitas minimal 3,5 m3, dibuat dari pasangan bata
merah setengah bata dengan spesi 1 PC : 3 pasir dan diplester, atau dari drum-drum.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan berlangsung dan pemasangan
diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaaan
sementara atas persetujuan Konsultan Pengawas.
6
a. Dipersyaratkan tidak boleh ada genangan air didalam tapak selama pekerjaan
berlangsung. Untuk itu Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi
untuk pembuangan air dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kontur tanah
yang ada di tapak.
b. Disarankan sebaiknya saluran drainase tapak sementara sesuai dengan rencana tapak
dalam gambar kerja dokumen dan petunjuk Konsultan Pengawas.
a. Jalan masuk dan jalan konstruksi/sementara harus diadakan oleh Kontraktor menurut
petunjuk pada Gambar Kerja Dokumen atau petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas.
b. Disarankan sebaiknya posisi, letak dan jalur masuk dan jalan konstruksi/sementara
sesuai dengan rencara jalan jalan aspal dalam Gambar Kerja Dokumen.
c. Sewa jalan masuk, mengingat lahan yang berkontur cukup besar, maka perlu ada
jalan masuk lagi untuk memudahkan mobilisasi barang, tempatnya akan ditunjukkan
langsung oleh Konsultan Pengawas.
c. Pengamanan
1).Kontraktor harus melindungi dan mengamankan dari segala kerusakan selama
pelaksanaan pekerjaan terhadap segala sesuatu yang dinyatakan oleh Konsultan
Pengawas tidak boleh dibongkar, baik berupa bangunan, bagian dari bangunan,
jaringan listrik, gas, saluran air minum, drainase, maupun pepohonan yang telah
ada. Khusus untuk pepohonan yang dipertahankan, harus dilindungi selama
pelaksanaan pembangunan agar tidak mati.
2).Apabila terjadi kerusakan atas segala sesuatu yang dinyatakan dipertahankan,
Kontraktor wajib memperbaiki hingga keadaan semula.
Dalam hal ini, biaya adalah tanggungjawab Kontraktor, tidak dapat diajukan
sebagai "claim" biaya pekerjaan tambah.
3).Apabila segala sesuatu yang dinyatakan dipertahankan mengganggu
pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor harus memindahkannya atas
persetujuan Konsultan Pengawas.
a. Patok Ukur
1). Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 10 x 10 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil +0,00, sesuai dengan gambar
kerja. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
7
2). Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai dengan patokan ketinggian atau
peil permukaan yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
3). Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor pada tiap bagian pekerjaan
atau bangunan adalah minimal 2(dua) buah dan lokasi penanamannya sesuai
petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.
4). Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas,
dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada
instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
1). Papan bangunan (Bouwplank) dibuat dari Kayu Borneo dengan ukuran tebal 2 cm
dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
Papan bangunan dipasang pada patok Kayu Borneo 5/7 cm yang jaraknya satu
sama lain adalah 150 cm, tertancap kuat di tanah sehingga tidak dapat
digerak-gerakkan atau diubah.
2). Papan bangunan dipasang minimal sejarak 200 cm dari as pondasi terluar.
3). Tinggi sisi atas bangunan harus sama satu dengan yang lain dan atau rata
"waterpass", kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
4). Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor harus
menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini
sampai tidak diperlukan lagi.
Untuk keseragaman gambar Rencana Papan Nama dibuat oleh Kontraktor dan
diminta persetujuan Konsultan Pengawas.
Pasal 14
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
14.2 Stripping
Yang dimaksud dengan Stripping adalah Pekerjaan pengupasan tanah lapis atas
yang banyak mengandung bahan organik: rumput, akar- akaran maupun bahan non-
organik: sisa bangunan fondasi dan lain-lain dan membuang material hasil kupasan
tersebut dari lokasi pekerjaan saluran dan bangunan dan lokasi pengambilan tanah
bahan timbun (borrow-pit) atau lokasi lain sesuai dengan gambar kerja atau perintah
PPK.
a. Galian tanah harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah yang
dianggap cukup menahan beban bangunan. Apabila diperlukan untuk
mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan/ ditumbuk.
b. Untuk Galian Tanah Pondasi harus mencapai Lapisan tanah keras dari muka
tanah asli dan secara detail dapat dilihat pada gambar kerja.
c. Jika galian melampaui batas kedalaman, kontraktor harus menimbun kembali
dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum.
d. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ke
tempat yang direncanakan, atau tempat sementara yang disetujui Direksi.
a. Tanah yang dipergunakan untuk pengurugan harus dari tanah yang baik dan
memenuhi syarat teknis, bebas dari akar, bahan-bahan organis, barang
bekas/sampah dan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan direksi dan jika
diizinkan dapat digunakan tanah bekas galian.
b. Tanah bekas galian harus ditimbun sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu
bouwplank dan lobang pondasi.
c. Urugan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja. Ukuran yang
tercantum dalam gambar kerja adalah ukuran tanah urugan dalam keadaan padat.
Untuk urugan tanah peninggian lantai dengan tinggi ukuran lebih dari 20 cm, maka
pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dimana tebal setiap lapisan adalah
20 cm (maksimal).
Pemadatan tanah peninggian lantai, harus menggunakan Stamper dan
dilaksanakan sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran dinding.
d. Urugan pasir dilaksanakan pada bagian-bagian ; di bawah pondasi serta tempat-
tempat lain seperti ditunjukkan pada gambar.
Lapisan pasir urug, harus dipadatkan dengan cara di timbris setelah terlebih
dahulu disiram air secara merata, sehingga urugan pasir tersebut benar-benar
padat.
14.5 Harga satuan yang tercantum penawaran harus sudah mencangkup semua biaya;
pekerja-pekerja, pembersihan, penimbunan / pemadatan dan pembuangan hasil
galian.
9
Pasal 15
PEKERJAAN PONDASI
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
a. Batu kali
Batu kali yang dipakai harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing
dan tidak porous.
b Semen
Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merek KELAS SATU sekualitas
Merek “Tiga Roda” dari mutu yang baik dan disetujui oleh Direksi . Semen yang
telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenankan untuk digunakan.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut diatas. Pemborong harus
memperhatikan syarat-syarat penyimpanan semen yang baik.
c. Pasir Beton
Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan butiran yang bersih dan bebas dari
bahan organis, lumpur dan sebagainya, sesuai dengan persyaratan yang
tercantum didalam PBI 1971.
d. Air
Air yang akan digunakan harus air tawar yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, minyak garam alkalis, asam yang dapat merusak beton.
- Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada
dari bagian pondasi yang berongga atau tidak padat, khusus pada bagian
tengahnya. Pemasangan batu kali/belah disusun bersilang dan bagian
nat/lubang kecil diisi batu pecahan/kricak.
- Setiap jarak 75 cm atau seperti gambar harus ditanam stek tulangan beton
diameter 10 mm sedalam + 30 - 40 cm untuk pengait sloof dan pasangan
dinding bata, ukuran panjang stek tulangan adalah 100 cm atau sesuai gambar.
- Dalam proses pengeringan, pondasi harus selalu dibasahi atau disiram air.
Selama pondasi belum mencapai bentuk profilnya, lubang galian tidak boleh
diurug.
- Pada setiap perletakan kolom beton, kolom praktis pada pondasi harus pula
ditanam stek tulangan kolom sedalam minimal 40 D, dengan diameter dan
jumlah tulangan yang sama dengan tulangan pokok .
Jika dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan sehingga lebih besar dari toleransi
yang diijinkan, maka pondasi tersebut tidak memenuhi syarat dan harus diganti degan
pondasi baru. Semua beban biaya yang timbul akibat hal tersebut diatas menjadi
tanggung jawab kontraktor.
Pasal 16
PEKERJAAN BETON
1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini meliputi penyediaan
bahan, peralatan dan tenaga untuk melaksanakan seluruh pekerjaan beton sesuai
dengan gambar perancangan dan spesfikasi teknis ini.
Pekerjaan beton bertulang meliputi pekerjaan kolom beton, Kolom praktis, Ring
Balk mutu beton dengan K 175:
2. MATERIAL
a. SEMEN
1) Semen yang digunakan harus semen Portland yang memenuhi
standard Indonesia (NI-8-19640) PBI 1971 serta Pasal 1 bagian A.I
PUBI-1982.
2) Semen harus disimpan ditempat yang terlindungi dari cuaca luar,
kelembaban dan air, serta dijaga jangan sampai terkena kontaminasi.
Penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan-ketentuan material
saat ini dalam PBI 1971
3) Semen harus disimpan dengan teratur dan rapi sesuai urutan
kedatangannya dan pemakaiannya harus diusahakan sesuai dengan
urutan kedatangannya sehingga tidak ada semen yang terlalu lama
penyimpanannya.
4) Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dari 3 bulan.
5) Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
6) Jumlah semen yang disimpan harus diperhitungkan agar cukup
banyak tersedia untuk menghindarkan hambatan pekerjaan yang
diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman.
7) Harus dijaga agar tidak terjadi proses pelembaban pada semen yang
dalam pengangkutan.
8) Kadar alkali maksimum 0,40 %.
9) Setiap penerimaan hasil pengiriman pabrik/distribusi perlu diberi
tanda identifikasi sehingga pemakaiannya disesuaikan dengan
tanggal pengiriman/penerimaan.
10) Selama pengangkutan semen harus dilindungi terhadap hujan
11
b. AGREGAT
1) Agregat beton dapat berupa agregat hasil disintegrasi alami atau
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat
tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium.
2) Agereat beton yang diguakan harus memenuhi persyaratan PBI 1971
(NI-2) dan PUBi 1982.
3) Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan konsultan Manajemen konstruksi/konsultan
Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat yang akan
digunakan untuk disetujui Konsultan Manajemen konstruksi/
konsultan Pengawas. Jika konsultan Manajemen Konstruksi, maka
pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam
penawaran.
4) Ukuran agregat maksimum ditetapkan sebesar 25 mm.
5) Untuk campuran tidak diperbolehkan penggunaan abu semen (hasil
sampingan pabrik semen
c. AIR :
Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih
sesuai dengan persyaratan pada pasal 3.6 PBI 1971 dan pasal 9 PUBI
-1982.
d. BAJA TULANGAN
1) Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan dalam
PBI 1971.
2) Jika tidak ditentukan secara khusus dalam gambar-gambar
perancangan, maka mutu baja tulangan yang harus digunakan harus
baja :
Baja Tulangan Deform (Ulir) BJTD -40, lihat gambar DED
Baja tulangan polos BjTP-24, untuk diameter tulangan sama
atau lebih kecil dari 12 mm.kolom praktis,balok lintel
3) Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran
sesuai dengan dokumen lelang.
4) Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai
kekuatan dan ukuran baja tulangan.
3. PENULANGAN
a. Kontraktor harus mempersiapkan terlebih dahulu daftar serta schedule
pemotongan baja tulangan untuk mendapatkan persetujuan
Pengawas/Manajemen konstruksi sebelum melakukan pemesanan bahan-
bahan tulangan ini.
Namun demikian persetujuan diatas ini tidak membebaskan kontraktor
dari tanggung jawabnya atas ketepatan, kualitas serta schedule
pemotongan diatas.
12
4. CETAKAN / BEKISTING
a. PEMBUATAN / PEMASANGAN
1) Bekisting dibuat dari papan dengan ketebalan minimal 20 mm bersih atau
dari plywood dengan ketebalan minimal 18 mm, atau pelat baja dengan
ketebalan minimal 0,6 mm.
2) Bilamana digunakan papan maka, jenis kayu harus kering, padat, lurus,
tidak bergelombang. Jenis kayu Borneo atau Terentang atas persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
3) Bekisting harus dikonstruksikan dan ditopang sedemikian rupa sehingga
dapat dicegah timbulnya getaran yang membahayakan atau lekukan akibat
tekanan dari adukan cair atau padat dari beton.
4) Bekisting harus pula dibuat sedemikian rupa sehingga pembongkarannya
dapat mudah tanpa membahayakan konstruksi, sesuai urut-urutan
pembongkarannya
5) Untuk lisplang dan bagian-bagian lainnya yang mempunyai bentuk tertentu
harus dipakai papan/ kayu berprofil sehingga hasilnya beton sesuai dengan
rencana. Hasil beton yang diprofil harus rapi tidak boleh gompel-gompel
atau retak.
6) Stegger atau perancah schaffolding baik dan dibuat dari kayu dolken atau
kasau-kasau 5 x 7 cm atau schaffolding serta harus dipasang dengan
kokoh dab stabil agar tidak terjadi kecelakaan-kecelakaan dan bekisting
tidak mengalami perubaan bentuk sewaktu beton dicor. Kaki-kaki perancah
harus dipasang diatas baji-baji untuk memudahkan penyetelan. Harus
dibuat kuat dengan pemasangan palang-palang dan diagonal-diagonal.
Selain kayu dapat juga digunakan schaffolding yang terbuat dari baja.
7) Semua bidang beton , baik yang tidak akan ditutup dengan bahan lain
harus dbiat sebagai beton fair face , dengan permukaan yang rata dan
halus. Untuk maksud tersebut semua bekistingnya harus dibuat dari
multipleks tebal minimal 18 mm dan hanya boleh dipakai paling banyak 2 x
setelah disortir.
b. PENCEGAHAN KOTORAN
Setelah besi penulangan selesai dirakit dalam bekisting, sebelum beton dicor,
sisi dalam bekisting harus dibersihkan segera dari kotoran, potongan-potongan
kayu, besi dan sebagainya.
13
Untuk ini dapat dibuat lubang-lubang pada bekisting asal dapat ditutup kembali
dengan rapat dan rapih. Untuk bekisting fair face tidak boleh dibuat lubang-
lubang tetapi sebelum bagian terakhir dari bekisting dipasang harus selalu
dibersihkan.
5. ADUKAN BETON
a. CAMPURAN DAN MUTU
Mutu beton K-175
b. MOLEN BETON
Membuat adukan beton dengan menggunakan molen, serta dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
c. PEMERIKSAAN CAMPURAN
Pemeriksaan mutu beton :
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada
bab 4 PBI 1971
7. PENGECORAN BETON
1) Kontraktor harus memberitahu rencana pengecoran kepada Konsultan
Manajemen konstruksi/Konsultan Pengawas, selambat-lambatnya 24 jam
sebelum rencana pengecoran dilaksanakan.
Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum pekerjaan perancah, acuan dan
pekerjaan persiapan sebagaimana dalam spesifikasi teknis ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi/Manajemen
Pengawas.
2) Persiapan
Sebelum pekerjaan pengecoran dimulai maka semua peralatan, material dan
pekerja-pekerja sudah harus siap dan berada ditempat dimana seharusnya, dan
alat-alat dalam keadaan bersih serta siap untuk digunakan.
Permukaan acuan sebelah dalam sudah harus bersih dari bahan-bahan lepas,
kotoran maupun potongan kawat besi.
Semua sambungan vertikal antara kolom beton dengan tembok harus
dilengkapi dengan angker baja Ø8 mm, 40 panjang ditekuk pada satu ujungnya
yang dimasukkan kedalam beton, yang lainnya dibiarkan berupa stek panjang
25 cm untuk penggabungan dengan dinding kemudian. Angker tersebut
dipasang pada jarak vertikal 50 cm mulai sisi atas sloof
Penempatan tulangan baja harus sudah disetujui dan diijinkan konsultan
Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas serta cukup diberi beton decking
sehingga pada waktu pengecoran dan pemadatan tidak akan menyebabkan
tulangan-tulangan bergeser.
3) Pelaksanaan Pengecoran
1.1. Pengecoran harus dilaksanakan sesuai dengan rencana pengecoran yang
telah disetujui konsultan Manajemen /Konsultan Pengawas.
1.2. Rencana tersebut harus disiapkan untuk penyelesaian suatu struktur
secara menyeluruh sesuai dengan gambar perencanaan.
1.3. Pengecoran dilakukan segera setelah pengadukan. Pengecoran beton
harus diselesaikan paling lambat dalam waktu 20 menit setelah beton
dikeluarkan dari mixer
1.4. Adukan beton Ready Mixed harus dipompakan ke temapat yang di cor.
Untuk mengecor lantai harus di buat jalur-jalur jalan dari papan yang
ditumpu oleh kaki-kaki hingga besi penulangan tidak rusak terinjak-injak.
1.5. Cara pengecoran hendaknya sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pemisahan bahan (segregation) dan perubahan letak tulangan. Adukan
beton tidak diperkenankan untuk menimbung beton dalam jumlah yang
banyak dengan maksud untuk diratakan kembali.
1.6. Pengecoran tidak boleh berhenti sebelum seluruh rencana pengecoran
yang telah disetujui konsultan Manajemen Konstruksi diselesaikan
seluruhnya.
8. PEMADATAN
15
Pasal 17
PAGAR BETON PRECAST
Cara Pelaksanaan
untuk pemasangan kolom precast ini haruslah benar-benar sesuai jarak yang
di rencanakan karena jika peletakan kolom precast ini tidak sesuai jarak yang
direncanakan akan berakibat patal, karena panel dinding precast yang akan
dipasang tidak dapat masuk atau sebaliknya tidak terjepit antara kolom
precast yang satu dan yang lain. Kelebihan pagar precast ini adalah mudah
dan cepat pelaksanaannya namun butuh ketepatan ukuran dalam
pengerjaannya
contoh :
cara pemasangan
kolom prcast
Cara Pelaksanaan
untuk pemasangan panel precast tidak terlalu sulit hanya dengan
mengangkat panel precast dan memasukannya ke dalam lubang dudukan
precast yang ada di kolom precast, jika pagar precast yang di pasang tinggi
bias memakai alat bantu takel atau crane kecil saja.
17
Pasal 18
PEKERJAAN PLESTERAN
2). Pasir yang digunakan untuk plesteran adalah pasir pasang yang harus
diayak
terlebuh dahulu.
3). Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemukian
rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran ini adalah
pekerjaan Finishing. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan setelah aduk
plesteran sebagai lapisan dasar minimal berumur 8 hari.
4). Sebelum pelaksanaan plesteran terlebih dahulu dibuat kepala plesteran (klabangan)
dengan tebal sama dengan ketebalan plesteran yang direncanakan, kecuali untuk
plesteran berapen.
5). Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga, tidak berlubang, tidak
mengandung kerikil atau benda-benda lain yang membuat cacat.
6). Pekerjaan plesteran pada Permukaan pasangan batu bata sebelum diplester
permukaan pasangan batu bata harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya
sudah dikeruk sedalam 1 cm
7). Pekerjaan Plesteran halus pada Permukaan Beton Sebelum pelaksanaan pekerjaan
ini permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian di
ketrek/scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat bekistingatau formtie harus
tertutup aduk plesteran.
8). Pekerjaan plesteran halus/aci halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu
bata dan beton yang akan di-finish dengan cat.
10) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan yang dinyatakan dalam Gambar
Kerja dan atau sesuai dengan peil-peil yang diminta dalam Gambar Kerja. Tebal
plesteran adalah minimal 1 cm dan Maksimal 2,8 cm. Jika ketebalan melebihi 3 cm
maka harus menggunakan kawat ayam yang diikatkan/dipakukan ke permukaan
pasangan batu bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat
plesteran.
12) Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7cm dalam 0,5 cm.
13) Pemeliharaan
18
Pasal 19
PEKERJAAN LABURAN DAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Umum
a. Seluruh pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan dalam Standard dan normalisasi
di Indonesia dan atau sesuai dengan Spesifikasi pabrik pembuat.
b. Pabrik dan Kontraktor harus memberi jaminan minimal selama lima (5) tahun terhitung
dari waktu penyerahan atas semua pekerjaan ini terhadap kemungkinan cacat, warna
yang berubah dan kerusakan cat lainnya.
3. Persyaratan Bahan
a. Bahan dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam. Produk Cat :
Pengecatan menggunakan cat sek. ICI, JOTUN, SANLEX
4. Persyaratan Teknis
a. Peralatan seperti: Kuas, Roller, Sikat kawat,Kape, dan sebagainya; harus tersedia
dari kualitas baik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
b. Semua cat dasar harusdisapukandengankuas. Pelaksanaan pekerjaan pengecatan
cat dasar untuk komponen bahan metal,harus dilakukan sebelum komponen tersebut
terpasang.
5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas, sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di "claim" sebagai
pekerjaan tambah.
2). Untuk meratakan permukaan dinding atau beton digunakan plamur tembok
sampai rata, kemudian dihaluskan dengan hampelas dan dibersihkan dari debu.
Dan Khusus untuk pengecatan dinding bagian luar untuk meratakannya tanpa
menggunakan plamur , cukup dengan menghaluskan dengan amplas saja.
3). Pengecatan dilakukan berulang-ulang sampai 3 (tiga) lapisan. Pengecatan
lapisan pertama dan lapisan berikutnya harus diberi jarak waktu selama 24
jam agar cat cukup kering dan meresap pada bidang pengecatan.
4). Untuk pengecatan langit-langit karena sulit dijangkau dengan kuas dapat
menggunakan roller.
5). Hasil pengecatan yang belang dan tidak rata harus diperbaiki dan diulang
kembali.
Pasal 20
PEKERJAAN PEMBONGKARAN, PENGAMAN & PEMBERSIHAN
SETELAH PEMBANGUNAN
1. Pembersihan Tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup Pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku RKS ini
dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi
setelah pekerjaan selesai menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.
2. Semua bekas bongkaran bangunan "Existing" pohon dan sebagainya, harus
dikeluarkan dari Tapak/Site konstruksi.
3. Selama pembangunan berlangsung, kontraktor harus menjaga keamanan bahan /
material, barang yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Pasal 21
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas dan Kontraktor, bila diperlukan
akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana.
2. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang
belum sempurna, dan harus diperbaiki dan semua barang yang tidak berguna harus
disingkirkan dari proyek.
Pasal 22
PENUTUP
Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
ini, akan ditentukan kemudian pada Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan
dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan
KONSULTAN PERENCANA
Ttd