Anda di halaman 1dari 15

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat Teknis Pekerjaan Movable Bridge

Dermaga Ro-Ro Balohan-Sabang

(RKS TEKNIS)

1. Nama Kegiatan : Perencanaan Pembangunan Prasarana dan Fasilitas

Perhubungan

2. Nama Pekerjaan : DED Movable Bridge (M.B) Dermaga Ro-ro Balohan-Sabang

3. Lokasi Pekerjaan : Kota Sabang

4. Tahun Anggaran :2015

SYARAT- SYARAT TEKNIS

A. Uraian Pekerjaan

1. Lingkup Pekerjaan:

Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah Pembangunan Movabele

Bridge, dengan rincian secara garis besar sebagai berikut:

a. Pengadaan Movable Bridge

b. Pekerjaan Dudukan Movable Bridge

c. Pekerjaan Tanah

d. Pekerjaan Rumah Kontrol Movable Bridge

e. Penyesuaian Plengsengan

f. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Movable Bridge

2. Sarana Pekerjaan:

Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Kontraktor menyediakan :


a. Tenaga Pelaksana yang selalu ada di lapangan, tenaga kerja yang terampil dan cukup

jumlahnya dengan kapasitas yang memadai dengan pengalaman untuk pelaksanaan

teknis pembangunan Movable Bridge.

b. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dan

kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.

c. Melaksanakan tepat sesuai dengan time schedule.

3. Cara Pelaksanaan

Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, dan sesuai dengan syarat-syarat

(RKS), gambar rencana, Berita Acara Penjelasan serta mengikuti petunjuk dan

keputusan Pengawas.

4. lapangan dan Direksi Teknis.

B. Gambar- Gambar

RKS Ini dilampiri:

1. Gambar Kerja Movable Bridge

2. Gambar Kerja Elektrikal dan Mekanikal

C. Peraturan Teknis Pembangunan yang Digunakan

Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana Kerja dan

Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk

segala perubahan dan tambahannya :

1. UU No: 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi;

2. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah

beserta perubahan dan aturan turunannya;

3. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009, tentang Kepelabuhan;


4. Peraturan Menteri Perhubungan N0. 78 Tahun 2014, tentang Estándar biaya

dilingkungan kementrian perhubungan;

5. Permenhub No. KM.31 Tahun 2006, tentang Pedoman Proses Perencanaan

Lingkungan Departemen Perhubungan.

Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas berlaku dan mengikat pula.

a. Gambar Kerja yang dibuat Perencana yang sudah disahkan oleh Dishubkomintel

Pemerintah Aceh, termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh

Kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Direksi.

b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

d. Berita Acara Penetapan Pemenang Penyedia Barang/Jasa.

e. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa.

f. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.

g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.

D. Penjelasan RKS dan Gambar

1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara

Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang

mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak sesuai dengan gambar yang

lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku, begitu pula

apabila dalam RKS tidak dicantumkan sedangkan gambar ada, maka gambarlah yang

mengikat.

3. Bila perbedaan-perbedaan ini menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam

pelaksanaan menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada


Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dan Kontraktor

mengikuti keputusan dalam rapat.

E. Jadwal Pelaksanaan

a. Sebelum mulai pekerjaan nyata di lapangan Kontraktor wajib membuat Rencana

Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-chart dan curve

bahan/tenaga.

b. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari

Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, paling lambat dalam

waktu 15 (lima belas) hari kalender setelah SPPBJ diterima Kontraktor. Rencana

Kerja yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis

Kegiatan, akan disahkan oleh Pemberi Tugas.

c. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada

Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, satu salinan Rencana

Kerja harus ditempel pada dinding di bangsal Kontraktor dilapangan yang selalu

diikuti dengan grafik kemajuan (prestasi kerja).

d. Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan akan menilai prestasi

pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

F. Syarat-Syarat Cara Pemeriksaan Bahan Bangunan

1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang

ditentukan oleh direksi.

2. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksakan dahulu

kepadaDireksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan untuk

mendapatkan persetujuan.

3. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi

ditolak pemakaiannya oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis

Kegiatan, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat - lambatnya


dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.

4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ternyata

ditolak Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, harus segera

dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang

ditetapkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.

G. Pemeriksaan Pekerjaan

1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai,

akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis

Kegiatan, Kontraktor diwajibkan meminta kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Tim

Pengelola Teknis Kegiatan.

2. Kemudian jika Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan telah

menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.

3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam

diterimanya permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari raya), tidak

dipenuhi oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan,

Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang sebenarnya diperiksakan

dianggap telah disetujui Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.

Hal ini dikecualikan bila Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan

meminta perpanjangan waktu.

4. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Pengawas Lapangan/Tim

Pengelola Teknis Kegiatan berhak memerintahkan membongkar bagian pekerjaan

sebagian atau seluruhnya untuk memperbaiki, biaya pembongkaran dan pemasangan

menjadi tanggungan Kontraktor.

H. Pekerjaan Harga/Force Majeur

1. Kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan klaim.

2. Kenaikan harga yang diakibatkan kebijaksanaan moneter oleh Pemerintah dan bersifat
nasional dapat mengajukan klaim sesuai petunjuk yang dikeluarkan oleh Pemerintah

RI.

3. Semua kerugian akibat Force Majeure yang dikarenakan gempa bumi, angin puyuh,

badai topan, kerusuhan, peperangan dan semua kejadian karena faktor alam serta

kejadian tersebut dibenarkan oleh Pemerintah bukan menjadi tanggungan Kontraktor.

I. Pekerjaan Tambah/Kurang

1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam

buku harian oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan serta

persetujuan Pemberi Tugas.

2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah

tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan atas

persetujuan Pemberi Tugas.

3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan

pekerjaan, yang dimaksudkan oleh Kontraktor yang pembayarannya diperhitungkan

bersama-sama angsuran terakhir.

4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan

yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut

oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan bersama-sama

Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.

5. Adanya Pekerjaan Tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan

penyerahan pekerjaan, tetapi Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis

Kegiatan dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan

tambah tersebut.

J. Pekerjaan Persiapan

1. Uitzet/Bouwplank

a. Semua papan bouwplank menggunakan kayu kuat kelas II dengan ketebalan 2 cm


dipasang terentang pada patok kayu ukuran 5/7 dan diserut rata pada permukaan atas

dan terpasang water pass dengan peil +0.00.

b. Bouwplank dipasang memanjang keliling bangunan, pada as kolom dan dinding

penyekat supaya diberi tanda dengan cat warna merah / meni.

c. Bouwplank dipasang di luar garis bangunan dengan jarak minimal 2 m untuk

mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.

d. Setelah pemasangan bouwplank selesai, Kontraktor wajib melapor kepada

Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan untuk mendapatkan

persetujuan pekerjaan selanjutnya.

2. Pembersihan dan Perapihan

Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam kotoran

dan dalamkeadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang sudah digunakan

yang berupa apapun harus dibersihkan atau dibuang.

K. Pengadaan Movable Bridge

Dalam Pengadaan Movabel Bridge disesuaikan dengan gambar yang telah di buat oleh

konsulutan, adapun Technical Specification Hydraulic System – MB adalah:

Double Acting Hydraulic Cylinder

System performance

Hydraulic Movable Bridge

Movable Bridge Capacity : 50 ton

Rated Pressure : 91 bar

Safety Pressure : 150 bar

Movable Bridge Speed : 0.40 m/min (using main system)

: 0.35 m/min (using emergency system)

Load at rated pressure : 50 ton


Load at safety : 82 ton

Movable Bridge Hydraulic Cylinder

Inside Bore Diameter : 265 mm

Outside Bore Diameter : 315 mm

Piston Rod Diameter : 120 mm

Stroke : 2500 mm

Rod material (Ni + Cr) : S45C

Cylinder Tube : STKM 13A

Power Unit I (Main Sysytem)

Model : MB-400/10/V18

Vane pump Displ. : 18 cc/rev

Electric motor : 7.5 KW/415 V/3 Phase/4P/50HZ/1P-55

Capacity : 400 liter

Type : Mild-steel epoxy coated

Power Unit II (Emergency Sysytem)

Model : MB-400/10/V16,9

Vane pump Displ. : 16,9 cc/rev

Engine motor : 7.5 KW

Capacity : 400 liter

Type : Mild-steel epoxy coated

HYDRAULIC MOVABLE BRIDGE

Movable Bridge Hydraulic System (50 ton)

Hydraulic equipment and controls for above system comprises of the following:

 One set of Smart System 400-liter customized mild steel HPU, treated with epoxy

paint, which consists of:


 Main System

 One unit 18 cc/rev&180 bar Vickers vane pump

 One unit 7.5 kW (or 10HP) / 380 Volt / 50Hz / 3Phase / 4Poles TEFC, Class F, IP55

Electric Motor

 One set of foot bracket & drive coupling to suit pump and electric motor

 One unit suction strainer

 Emergency System

 One unit 16,9 cc/rev&180 bar Vickers vane pump

 One unit 7.5 kW (or 10 HP) Engine Motor Yanmar L100AE or equal complete with

electric starter motor

 One set of bell housing & drive coupling to suit pump and electric motor

 One unit suction strainer

 One set of tank accessories; such as: cleaning cover, filler breather filter, level & temp

gauge, pressure gauge & shut-off valve

 One unit return line filter

 Twelve units angle check valve

 Six units flow control valve

 Three units adjustable pressure relief valve

 Two units solenoid directional controlled pilot operated valve

 One unit shuttle valve

 Two units pilot check valve

 One unit Smart System MB2500 Hydraulic Cylinder (Movable Bridge).

Cylinder specification:

 Stroke : 2500 mm

 Bore Diameter : 265 mm

 Speed : 0.40 m/min (main system)

: 0.35 m/min (emergency system)


 Rated / Safety pressure : 91/150 bar

 Rated load : 50 ton

 Safety load : 82 ton

L. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Movable Bridge

 One lot of connecting materials for connection from power unit to cylinder.

Movable Bridge Hydraulic System use two driver, first main system use electric motor and

secondly emergency system using engine motor moment of no supply electrics.

Safety factor proposed is 1,64 x.

Actual requirement is 50-ton load, proposed is 82-tonload

Calculation would be based on the following parameters:

 Movable Bridge

 Bore Cylinder : 265 mm

 Stroke Cylinder : 2500 mm

 Volume Cylinder : 137.82 liter

 Cylinder rated load : 50 ton

 Cylinder speed : 0.40 m/min (main system)

: 0.35 m/min (emergency system)

System performance:

Movable Bridge

 Capacity 50 ton (dead weight)

 Theoretical load 50,000 kgf

 Safety factor 1.64 x

 Proposed load 50,000 kgf

 Minimum pressure required 15 bar

 Working pressure 91 bar

 Output load @ working pressure 50,000 kgf


 Max system pressure 150 bar

 Max output load 82,000 kgf

 Main System

 Flow required to Hyd Cylinder 26 lpm

 Min pump displacement required 17.93 cc/rev

 Pump selected 18 cc/rev

 Max pump flow 26.1 lpm

 Hydraulic power required 4.6 kW

 Nearest 7.5 kW

 Theoretical cylinder output speed 0. 4 m/min

 Emergency System

 Flow required to Hyd Cylinder 23 lpm

 Min pump displacement required 15.86 cc/rev

 Pump selected 16.90 cc/rev

 Max pump flow 24.6 lpm

 Hydraulic power required 4.3 kW

 Nearest 7.5 kW

 Theoretical cylinder output speed 0.35 m/min

M. Pekerjaan Dudukan Movable Bridge

N. Material tiang yang digunakan di proyek in harus mengikuti persyaratan O. mutu bahan maupun tata
cara fabrikasi yang menjamin agar semua P. tiang dapat terpasang dengan baik sesuai rencana. Q.
Material tiang yang digunakan di proyek in harus mengikuti persyaratan R. mutu bahan maupun tata cara
fabrikasi yang menjamin agar semua S. tiang dapat terpasang dengan baik sesuai rencana.Material tiang
yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu bahan

maupun tata cara fabrikasi yang menjamin agar semua tiang dapat terpasang dengan

baik sesuai rencana, dengan mutu bahan:

Mutu Bahan : - Beton tiang harus memenuhi kualitas K-500 - Tulangan utama tiang harus terbuat dari
bahan strand ASTM A 416 grade 270

- Tulangan sengkang tiang harus terbuat dari baja polos BjTP-24


- Pelat-sambung tiang harus terbuat dari pelat baja Fe-360

- Elektroda las harus memenuhi kualitas setara AWS E-6013

Dan fabrikasi tiang,

Fabrikasi Tiang - Semua tiang harus difabrikasi sesuai detil gambar rencana struktur fondasiserta
memenuhi semua persyaratan produksi yang berlaku.

- Setiap tiang yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi, mutu

beton, dimensi tiang dan tanggal pengecoran.

- Setiap nomor produksi harus dibuat sample kubus beton untuk inspeksi mutu

beton.

- Setiap tiang beton yang dikirim ke lokasi proyek harus sudah mencapai

kekuatan minimal 300 kg/cm 2 atau setara dengan beton K-500 yang berumur

minimal 7 hari.

1. Spesifikasi teknis pemancangan

a. Bahan

 Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus mempunyai

mutu beton minimal K-500 (beton Readymix).

b. Alat Pancang

 Hydraulic jack 120 ton

 Peralatan pendukung hydraulic jack.

 Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Daya Pikul Tiang

 Didapat dari penunjukan meter (gauge) yang terpasang pada alat

hydraulic jack yang digunakan.

 Pemancangan dihentikan bila daya dukung yang diingnkan sudah

tercapai.

d. Toleransi Posisional danKemiringan Tiang


 Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm dari letak

titik pada awal pemancangan, dan jarak antara dua buah tiang pancang

tidak bertambah/berkurang lebih dari 15,00 cm dari yang seharusnya.

 Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal adalah tidak

lebih miring dari 1 : 75.

 Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang baru dibuat

tidak mengganggu atau merusak tiang-tiang yang dibuat sebelumnya.

 Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton cetak yang diluar

kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, maka kontraktor dapat

menambah satu atau lebih tiang beton cetak, dan sebelum pelaksanaan

harus minta persetujuan dari perencana/ Konsultan Pengawas.

 Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah semua tiang

Mini terpasang baik dan setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

e. Penyambungan Tiang

Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada kedua tiang

yang akan disambung dengan full buttweld.

Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung distel

hingga satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam tanah. Setelah

pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan tersebut diberi lapisan aspal dan

pemancangan tiang dilanjutkan.

f. Pemancangan

 Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus disanggah

dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi yang telah ditentukan

serta tidak terjadi kemungkinan tekuk. Penyanggahan ini harus diatur

sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada tiang

tekan.

 Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai kapasitas dan

efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan terlebih


dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas

sebelum digunakan. Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat

kalibrasi yang masih berlaku dari pihak yang berwenang.

 Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus mendapatkan

persetujuan Konsultan Pengawas, sesuai dengan keadaan tanah setempat.

 Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus sampai penetrasi

atau kedalaman yang disyaratkan tercapai. Kecuali Konsultan Pengawas

menyetujui bahwa penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang

diluar kekuasaan pemborong.

 Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap pemasukan 500

mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca tiap 250 mm ) atau sesuai

dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

 Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan karakteristik

yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan tanah maupun

penekanan-penekanan sebelumnya, pemborong harus segera

memberitahukan Konsultan Pengawas untuk meminta petunjuknya.

 Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa sehingga

pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah kesamping dapat

dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan penekanan ini harus

dikonsultasikan dan disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

 Bila terjadi “heave”, Pemborong harus melakukan penekanan ulang pada

semua tiang yang terjadi heave.

 Toleransi posisi horizontal pondasi tiang pada Level Poer tidak boleh

melebihi 75 mm dalam segala arah.

 Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi kemiringan

1:75

g. Pemotongan Kepala Tiang Tekan

 Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau kedalaman yang


disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus dikupas sampai dengan

level yang ditentukan dalam gambar pelaksanaan.

 Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang yang

disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.

 Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan tiang

tekan ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan tersebut.

 Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar dan diper-baiki

dengan beton dengan mutu yang sama dengan mutu beton yang

disyaratkan untuk tiang tekan.

h. Penolakan Tiang

 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak memenuhi

spesifikasi ini akan ditolak. Pemborong wajib membuat tiang pengganti

tanpa biaya tambahan.

 Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus membuat “As built

drawing” dari letak dan kedalaman tiang pancang mini pile.

N. Penyesuaian Plengsengan

Pembongkaran Plengsengan disesuaikan dengan elevasi dudukan movable bridge yang akan

di tempatkan, dalam pembongkaran ini, diperhatikan kekuatan tiang pancang yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai