Anda di halaman 1dari 15

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIK

PEKERJAAN RABAT BETON

Pasal 1
URAIAN PEKERJAAN

1.1. Lingkup pekerjaan.


Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Jalan Rabat Beton.
1.2. Pekerjaan juga meliputi pengadaan, penyimpanan, pengamanan serta pemeliharaan selama
masa pelaksanaan termasuk penyediaan segala sesuatu yang secara permanen atau temporar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
1.3. Pemborong harus menyerahkan pekerjaan dalam keadaan selesai termasuk perbaikan,
kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan, menyingkirkan bahan-bahan bekas
bongkaran reruntuhan dan sebagainya, serta hal-hal lain atas petunjuk Direksi.
1.4. Sarana bekerja.
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menyediakan :
a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti pompa air, alat-alat pengangkut, dan peralatan penunjang lainnya
yang dipergunakan guna kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
c. Penyediaan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
1.5. Cara pelaksanaan.
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), dan gambar rencana.

Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan dari produksi dalam negeri sesuai dengan keputusan
bersama Menteri Perdagangan, Menteri Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Nomor : 472/Kab/XII/1780
Nomor : 813/MENPAN/1780
Nomor : 064/MENPAN/1780
Tanggal : 23 Desember 1780
Pasal 3
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN
YANG DIPERGUNAKAN

3.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya yaitu sebagai berikut :
a. Peraturan-peraturan umum (Algemene voorwarder).
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI . 5 - 1761).
c. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1771).
d. Peraturan Muatan Indonesia (PMI - NI - 16 - 1770).
e. Peraturan Instalasi Listrik Indonesia (PUIL - 1770).
f. Pereturan Umum Mengenai Instalasi Air Ledeng A. V. W. M.
g. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
h. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
i. Peraturan Dirjend Departemen Tenaga Kerja tentang penggunaan tenaga kerja,
keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
j. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Negara oleh Departemen Pekerjaan
Umum.
3.2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :
1. Gambar kerja yang telah mendapat persetujuan bersama.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis.

Pasal 4
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

4.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang telah mendapat persetujuan bersama.
4.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis, maka yang berlaku
adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar dengan
skala besar yang berlaku.
4.3. Bila perbedaan tersebut menimbulkan keraguan dalam pelaksanaan, maka Kontraktor wajib
menanyakan kepada Pemberi Tugas.
Pasal 5
PERSIAPAN DI LAPANGAN

1.1. Di lapangan, pekerjaan Kontraktor harus menyediakan bangsal tempat penyimpanan


peralatan yang diperlukan, atas biaya Kontraktor dengan menggunakan bahan sederhana,
pintu dapat dikunci dengan baik, lantai papan, dinding papan/triplek dengan atap seng atau
sejenisnya.
1.2. Ruang untuk kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan bahan serta bangsal untuk pekerja
ditentukan sendiri oleh Kontraktor, tetapi letaknya harus mendapat persetujuan Pemberi
Tugas, pembuatan bangsal ini harus sesuai dengan syarat konstruksi dan kesehatan.
1.3. Bahan bangunan yang sudah dipasang menjadi bangsal yang tertulis pada ayat 1 dan 3 tidak
boleh lagi diambil untuk keperluan konstruksi. Bangunan tersebut menjadi milik
proyek/Pemberi Tugas dan diserahkan oleh Kontraktor pada serah terima pertama pekerjaan.

Pasal 6
JADWAL PELAKSANAAN

6.1. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat
rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart - chart dan kurva S
yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Konsultan Pengawas.
6.2. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding
bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan
(prestasi kerja) di lapangan.
6.3. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja
tersebut.

Pasal 7
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

7.1. Di lapangan, Kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut
PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimum STM jurusan
bangunan yang berpengalaman minimal lima tahun. Penunjukan atau penugasan tenaga ahli
yang bertugas di lapangan tersebut ditujukan kepada Pemberi Tugas.
7.2. Dengan adanya pelaksanaan lapangan, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.

Pasal 8
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR

8.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja (lembur) apabila terjadi hal-
hal yang mendesak, Kontraktor atau pelaksanaan wajib memberitahukan secara tertulis
alamat lengkap dilokasi kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
8.2. Alamat Kontraktor atau pelaksanaan diharapkan tidak berpindah-pindah selama pekerjaan.
Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

Pasal 9
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

9.1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik proyek.
9.2. Bila terjadi kehilangan bahan bangunan yang telah dipasang atau belum, menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
9.3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan alat-alat
pemadam kebakaran yang siap pakai yang ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.

Pasal 10
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

10.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat pertolongan pertama


pada kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan untuk
mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di lapangan.
10.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syaratsyarat
kesehatan dan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua petugas dan pekerja
yang ada di lapangan.
10.3. Segala sesuatu yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib
diberikan Kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pasal 11
SITUASI DAN UKURAN

11.1. Situasi.
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama tanah, bangunan, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal-hal yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
b. Kelalaian atau kekurang-telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alas an untuk
mengajukan tuntutan.
11.2. Ukuran.
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali ukuran-
ukuran untuk baja ataupun pipa yang dinyatakan dalam inch atau mm.
b. Duga lantai (permukaan atas lantai) ditetapkan ± 0,00 disesuaikan dengan gambar kerja
atau akan ditentukan lain oleh Direksi sesuai dengan lantai bangunan yang ada.
11.3. Memasang papan pengawas (bouwplank).
a. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank, dilaksanakan setelah pekerjaan
peralatan tanah dan pembersihan lokasi selesai dilaksanakan.
b. Pembuatan dan pemasangan bouwplank termasuk pekerjaan Kontraktor, dimana
ketetapan letak bangunan diukur dibawah pengawasan Konsultan Pengawas dengan titik
patok dipancang kuat dan papan duga dari bahan kayu kelas III, diketam rata bidang sisi
atasnya tidak berubah. Pemasangan harus kuat dimana permukaan atasnya harus rata
dan siku terhadap arah lainnya.
c. Pekerjaan pengukuran pemasangan bouwplank ini dilakukan oleh tenaga pelaksana
Kontraktor yang ahli dan mengerti cara-cara mengukur maupun pengukuran menurut
situasi dan kondisi bangunan serta selalu berada di lapangan.

Pasal 12
SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

12.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
12.2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor yang wajib
memberitahukan.
12.3. Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh ini
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
12.4. Bahan bangunan yang telah didatangkan Kontraktor di lapangan pekerjaan tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
12.5. Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ditolak oleh Konsultan
Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 13
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

13.1. Bila telah selesai akan tetapi belum diperiksa oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib
memerintahkan kepada Konsultan Pengawas baru kemudian Konsultan Pengawas telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaan.
13.2. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari diterimanya
surat permohonan pemeriksaan, tidak dihitung dari hari raya/libur) tidak dipenuhi oleh
Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaanya dan bagian yang
seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas, hal ini dikecualikan bila
pengawas minta perpanjangan waktu.
13.3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 (satu) pasal ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 14
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG

14.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis
dalam buku harian oleh Konsultan Pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
14.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
14.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkasn menurut daftar harga satuan
pekerjaan, yang dimasukkan oleh Kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
14.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan
Pengawas bersama-sama Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
14.5. Adanya pekerjaan tambahan tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas/bimbingan teknik pembantu (BTP) dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambahan tersebut.

Pasal 15
PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPAN

15.1. Persiapan / Pembersihan lokasi.


Kontraktor harus membersihkan halaman lokasi dari segala sesuatu yang dapat mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
15.2. Pengukuran dan Pematokan
Kontraktor Melakukan pengukuran ulang dan pematokan, dimana untuk patok - patok dibuat
dengan jelas dan kuat serta di cat.
15.3. Papan Nama Proyek
Kontraktor membuat papan nama kegiatan proyek, dipasang pada pada lokasi Papan nama
proyek berisikan informasi seperti pengguna jasa, penyedia jasa, jenis kegiatan pekerjaan,
besarnya dana, sumber dana, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan sebagainya.

Pasal 16
PEKERJAAN BETON

16.1. Lingkungan Pekerjaan


16.1.1. Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, aquipment, peralatan dan bahan
untuk semua pekerjaan beton biasa, beton bertulang, dan beton pracetak/bekesting/mould
penyelesaian dan lain-lain. Pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar rencana
dan persyaratannya, tidak terbatas pada struktur dan substrukturnya, tetapi termasuk pula
pekerjaan beton untuk pondasi/alas/dudukan alat-alat listrik, plumbing, bearput, dan site
struktur lainnya.
16.1.2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut pekerjaan
pembetonan, yaitu seperti :
 Pekerjaan tanah untuk struktur, drainase/sistem saluran, plumbing.
 Pekerjaan listrik.
 Pekerjaan kayu, tembok dan logam dan lain-lain sebagainya yang ada kaitannya dengan
pekerjaan beton.

16.2. Persyaratan
16.2.1. Standar
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratanpersyaratan:
a. NI 3/1770 dan NI 8/1764 PUBB
b. NI 3/1071 PBI, kecuali ditentukan lain.
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar
dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak, kecuali dilaksanakan dengan
standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan mutu bahan, cara pengerjaan cetakan, cara
pengecoran, kepadatan, texture finishing dan kualitas secara keseluruhan.

16.3. Mutu Beton


Mutu beton struktur yang digunakan adalah campuran 1:3:5 merupakan syarat mengikat.
16.3.1.Campuran/Adukan Beton
16.3.1.1.Macam Adukan
Macam adukan dengan campuran agregat kasar, atau halus dengan banyaknya tiap 50 kg
portland ement dan ukuran nominal agregat kasar/halus menurut tabel sebagai berikut di
bawah ini adalah sebagai pedoman.

JENIS CAMPURAA AGREGAT AGREGAT UKURAN


BETON N HALUS KASAR NOMINAL
B4 1:3:5 0,118 M3 0,240 M3 38 MM

16.3.1.2. Pemakaian jenis adukan beton


a. Jenis Beton B4
Semua beton bertulang, kolom, sloof, ring balok, balok-balok struktur, lantai beton,
lantai kerja, jalan rabat beton, pot bunga
16.3.1.3. Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture).
Bilamana dianggap perlu tambahan untuk beton dapat digunakan concrete admixture.
Penggunaan tersebut harus dengan persetujuan Pengawas.
16.3.1.4. Pengadukan
Pengadukan semua jenis beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk berkapasitas
tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan, pengadukan harus rata hingga
warna dan kekentalannya sama.
16.3.1.5. Takaran perbandingan campuran
Semua perbandingan bahan-bahan campuran harus ditakar dapat menurut beratnya atau
bandingan volume.

16.4. Bahan–bahan
16.4.1. Semen
Semen yang dipakai harus portland cement yang disetujui dan dalam segala hal memenuhi
syarat seperti dikehendaki oleh “Peraturan Beton Bertulang Indonesia”. Dalam
pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam
keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena
air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai.
Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m, dan tiap
pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai, dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.

16.4.2. Agregat (butiran, pasir)


Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh mengandung bahan-bahan
yang merusak, umpamanya yang bentuk atau kualitasnya bertentangan dan mempengaruhi
kekuatan atau kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya
terhadap berat dari tulangan besi beton.
Catatan : Pasir yang mengandung garam atau asam tidak boleh dipakai.

16.4.3. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak
atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
16.4.4. Bahan tambahan
Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
16.4.6. Cetakan (bekesting)
a. Bahan
Untuk bekisting dipakai kayu kelas III yang cukup kering dan sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar arsitektur. Bekisting harus cukup mampu untuk menahan
getaran vibrator dan kejutankejutan lain yang diterima, tanpa berubah bentuk. Cetakan
harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik atau plywood. Tebal papan atau
plywood tergantung dari kualitas dan jarak rangka penguat cetak tersebut. Tebal papan
minimal 2 cm dan plywood minimal 1,2 cm.
b. Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran
c. Alat untuk membersihkan
Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapanperlengkapan untuk
menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potonganpotongan kawat pengikat dan
lain-lain.
d. Ukuran
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama di semua tempat
untuk bentuk dan ukuran tiang dikehendaki sama. Ukuran yang tertera di dalam gambar
kerja menunjukkan ukuran arsitektur.

16.5. Lingkup dan Macam Pekerjaan


16.5.1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini.
16.5.2. Pekerjaan meliputi :
a. Pekerjaan struktur, pondasi
b. Pekerjaan lantai kerja.
16.6. Syarat-syarat Pelaksanaan
16.6.1. Syarat-syarat cetakan untuk beton
a. Cetakan (bekesting) harus bermutu baik yang telah disetujui oleh Pengawas.
b. Semua sudut yang runcing dari kolom dan balok yang disetujui oleh Pengawas harus
dibulatkan (dihaluskan 1,5 mm agar tidak terlalu tajam).
c. Toleransi-toleransi memenuhi ketentuan PBI.
d. Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor, harus diplester dengan campuran
perekat sedemikian rupa sehingga sesuai warna tekstur dan rupanya dengan permukaan
yang berdekatan.
e. Ukuran keseluruhan untuk daun pintu dan kosen-kosen jendela, harus diambil dari
pekerjaan untuk menjamin ketepatan antara pekerjaan konstruksi beton dan ukuran pintu
& jendela.
16.6.2. Toleransi
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm, toleransi ini
tidak boleh bertambah-tambah (comulative). Ukuran-ukuran masingmasing bagian harus
seksama dalam - 0,3 dan + 0,5 cm.
16.6.3. Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Pemborong harus memberitahu Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Jika
tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh
Pemberi Tugas/Pengawas, maka Kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton
yang dicor atas biaya sendiri.
16.6.4. Pengangkutan adukan
Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih
dari 2 m.
16.6.5. Pembersihan cetakan dan alat-alat
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari cetakan.
Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton,
harus dibasahi dengan air sebelum dicor.
16.6.6. Pengecoran
Pengecoran ke dalam cetak harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam
keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya
persetujuan Pengawas.
16.6.7. Pemadatan beton
Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (vibrator)yang
berfrekuensi dalam adukan paling sedikit 3000 getaran di dalam 1 menit. Penggetar harus
dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya. Untuk
pembentukan sisi vertikal, vibrator harus dekat ke cetakan, tapi tidak boleh menyentuhnya
sehingga dihasilkan suatu permukaan beton yang baik. Tidak boleh menggetarkan suatu
bagian adukan, lebih dari 24 detik. Penggetar tidak boleh dilakukan langsung menembus
tulangan ke bagianbagian adukan yang sudah mengeras.
16.6.8.Perawatan
Untuk melindungi beton yang baru dicor terhadap cahaya matahari, angin dan hujan, sampai
beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat harus
diambil tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus-menerus sampai
cetakan itu dibongkar.
b. Setelah pengecoran, beton harus terus-menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.
16.6.9. Pembongkaran cetakan
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu kekuatan khusus yang cukup
untuk memikul 2 x beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian
konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu ditentukan
bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada Kontraktor.
Kontraktor harus memberitahu Pemberi Tugas/Arsitek bilamana ia bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan, tapi
dengan adanya persetujuan itu tidak berarti Kontraktor lepas dari tanggung jawab.
16.6.10. Perubahan konstruksi beton
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas/Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak Konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang sangat keropos.
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.d.
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
Pasal 17
PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN

16.1. Lingkup Pekerjaan


16.1.1. Meliputi pengadaan dan pekerjaan semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan adukan dan
plesteran dengan berbagai komposisi campuran, sesuai dengan persyaratan dan ketentuan
dalam gambar.
16.1.2. Mengadakan koordinasi dengan disiplin pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan
pekerjaan adukan dan plesteran, yaitu seperti:
 Pekerjaan Plesteran halus untuk Riol Beton.

17.2. Bahan
17.2.1.Semen Portland (PC)
Semen untuk pekerjaan adukan dan plesteran sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan
beton.
17.2.2. Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir, tajam dan keras. Kadar lumpur yang
terkandung di dalam pasir tidak boleh lebih dari 5% dan harus memenuhi persyaratan NI 3
PUBB 1770.
17.2.3. Air
Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran adalah air dari PDAM setempat.

17.3. Persyaratan
17.3.1. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk dengan alat/mesin
pengaduk di atas alas dari papan sehingga campuran benar tercampur, baru kemudian
diaduk dengan air hingga merata dalam warna dan konsistensi. Adukan yang telah mulai
mengeras harus dibuang. Melunakkan adukan yang telah mengeras tidak diperbolehkan.
17.3.2. Proporsi adukan, plesteran harus mengikuti proporsi campuran seperti tersebut dibawah ini:

PERBANDINGAN PENGGUNAAN
1 PC : 1 PS Untuk adukan plesteran riol dan gorong-gorong

17.4. Cara Pengerjaan


17.4.1. Sebelum pasangan plesteran dimulai, semua bidang dinding yang akan diplester,
siar-siarnya harus dikeruk agar permukaannya menjadi kasar. Pekerjaan plesteran ini harus
dilaksanakan dengan penuh keahlian dan ketelitian. Bidang-bidang plesteran yang tidak rata,
berombak atau retak-retak harus diulangi dan diperbaiki.
17.4.2. Plesteran yang baru saja selesai tidak boleh langsung difinish, dan selama diproses
pengeringan plesteran harus disiram air agar tidak terjadi retak-retak rambut akibat proses
pengeringan yang terlalu cepat selama 7 hari.
17.4.3. Bidang-bidang beton yang tampak dan akan diplester, sebelumnya harus dipahat kasar
dahulu, kemudian disiram/dibasahi dengan air semen agar plesteran dapat melekat dengan
baik.
17.4.4. Perbaikan bidang-bidang plesteran baik bidang baru yang dibongkar kembali dan diperbaiki
lagi, harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga hubungan bidang plesteran benar-benar satu
bidang yang rata, tidak retak-retak, dan terjadi ikatan yang benar-benar kuat.
17.4.6. Tebal plesteran bila tidak ditunjukkan lain dalam persyaratan dan gambargambar, adalah :
a. Untuk bidang konstruksi beton, tebal minimum 15 mm.

Pasal 18
PEKERJAAN LAIN-LAIN

18.1. Lingkup pekerjaan.


Lingkup pekerjaan ini adalah termasuk didalamnya penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan serta alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini sehingga diperoleh
hasil pekerjaan yang dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
18.2. Cara pelaksanaan.
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus terlebih dahulu memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas/Direksi lapangan.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor hendaknya dapat memastikan bahwa
pekerjaan dalam posisi yang benar hingga dapat dijamin hasil pekerjaan sesuai dengan
gambar rencana.

Pasal 26
KETENTUAN TAMBAHAN DAN PENUTUP

19.1. Segala sesuatu yang belum tercantum pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis (RKS) ini
dan pada penunjukan ternyata dipergunakan, maka akan dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
19.2. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan harus melengkapi dan menyediakan peralatan-
peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambar atau disebutkan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis (RKS) ini, sehingga dapat bekerja dengan baik serta
dapat dipertanggung jawabkan.
19.3. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan yang diborong ini, harus menempatkan tenaga
pelaksana berpengalaman dan pekerja / ahli sesuai dengan bidang masingmasing.
19.4. Jika masih ada pekerjaan lain yang belum masuk/terlupakan menurut analisapemborong
dalam BQ (lampiran buku RKS), maka pemborong berhak menambahkan atau merubahnya
karena BQ yang dibuat hanya sebagai acuan penawaran (RAB).
19.5. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh Pemberi Tugas.

Anda mungkin juga menyukai