Pasal 1
URAIAN PEKERJAAN
Pasal 2
JENIS DAN MUTU BAHAN
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan dari produksi dalam negeri sesuai dengan keputusan
bersama Menteri Perdagangan, Menteri Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Nomor : 472/Kab/XII/1780
Nomor : 813/MENPAN/1780
Nomor : 064/MENPAN/1780
Tanggal : 23 Desember 1780
Pasal 3
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN
YANG DIPERGUNAKAN
3.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya yaitu sebagai berikut :
a. Peraturan-peraturan umum (Algemene voorwarder).
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI . 5 - 1761).
c. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1771).
d. Peraturan Muatan Indonesia (PMI - NI - 16 - 1770).
e. Peraturan Instalasi Listrik Indonesia (PUIL - 1770).
f. Pereturan Umum Mengenai Instalasi Air Ledeng A. V. W. M.
g. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
h. Peraturan yang ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
i. Peraturan Dirjend Departemen Tenaga Kerja tentang penggunaan tenaga kerja,
keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
j. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Negara oleh Departemen Pekerjaan
Umum.
3.2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :
1. Gambar kerja yang telah mendapat persetujuan bersama.
2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis.
Pasal 4
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
4.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS)
termasuk tambahan dan perubahannya yang telah mendapat persetujuan bersama.
4.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis, maka yang berlaku
adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar dengan
skala besar yang berlaku.
4.3. Bila perbedaan tersebut menimbulkan keraguan dalam pelaksanaan, maka Kontraktor wajib
menanyakan kepada Pemberi Tugas.
Pasal 5
PERSIAPAN DI LAPANGAN
Pasal 6
JADWAL PELAKSANAAN
6.1. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat
rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart - chart dan kurva S
yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/Konsultan Pengawas.
6.2. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. Satu salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding
bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan
(prestasi kerja) di lapangan.
6.3. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja
tersebut.
Pasal 7
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
7.1. Di lapangan, Kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa Kontraktor atau biasa disebut
PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimum STM jurusan
bangunan yang berpengalaman minimal lima tahun. Penunjukan atau penugasan tenaga ahli
yang bertugas di lapangan tersebut ditujukan kepada Pemberi Tugas.
7.2. Dengan adanya pelaksanaan lapangan, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.
Pasal 8
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR
8.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja (lembur) apabila terjadi hal-
hal yang mendesak, Kontraktor atau pelaksanaan wajib memberitahukan secara tertulis
alamat lengkap dilokasi kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
8.2. Alamat Kontraktor atau pelaksanaan diharapkan tidak berpindah-pindah selama pekerjaan.
Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.
Pasal 9
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
9.1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik proyek.
9.2. Bila terjadi kehilangan bahan bangunan yang telah dipasang atau belum, menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
9.3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan alat-alat
pemadam kebakaran yang siap pakai yang ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
Pasal 10
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 11
SITUASI DAN UKURAN
11.1. Situasi.
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama tanah, bangunan, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal-hal yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
b. Kelalaian atau kekurang-telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan alas an untuk
mengajukan tuntutan.
11.2. Ukuran.
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali ukuran-
ukuran untuk baja ataupun pipa yang dinyatakan dalam inch atau mm.
b. Duga lantai (permukaan atas lantai) ditetapkan ± 0,00 disesuaikan dengan gambar kerja
atau akan ditentukan lain oleh Direksi sesuai dengan lantai bangunan yang ada.
11.3. Memasang papan pengawas (bouwplank).
a. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bouwplank, dilaksanakan setelah pekerjaan
peralatan tanah dan pembersihan lokasi selesai dilaksanakan.
b. Pembuatan dan pemasangan bouwplank termasuk pekerjaan Kontraktor, dimana
ketetapan letak bangunan diukur dibawah pengawasan Konsultan Pengawas dengan titik
patok dipancang kuat dan papan duga dari bahan kayu kelas III, diketam rata bidang sisi
atasnya tidak berubah. Pemasangan harus kuat dimana permukaan atasnya harus rata
dan siku terhadap arah lainnya.
c. Pekerjaan pengukuran pemasangan bouwplank ini dilakukan oleh tenaga pelaksana
Kontraktor yang ahli dan mengerti cara-cara mengukur maupun pengukuran menurut
situasi dan kondisi bangunan serta selalu berada di lapangan.
Pasal 12
SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
12.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
12.2. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Kontraktor yang wajib
memberitahukan.
12.3. Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh ini
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
12.4. Bahan bangunan yang telah didatangkan Kontraktor di lapangan pekerjaan tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
12.5. Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi ditolak oleh Konsultan
Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 13
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
13.1. Bila telah selesai akan tetapi belum diperiksa oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor wajib
memerintahkan kepada Konsultan Pengawas baru kemudian Konsultan Pengawas telah
menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaan.
13.2. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari diterimanya
surat permohonan pemeriksaan, tidak dihitung dari hari raya/libur) tidak dipenuhi oleh
Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaanya dan bagian yang
seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas, hal ini dikecualikan bila
pengawas minta perpanjangan waktu.
13.3. Bila Kontraktor melanggar ayat 1 (satu) pasal ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal 14
PEKERJAAN TAMBAH / KURANG
14.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis
dalam buku harian oleh Konsultan Pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
14.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
14.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkasn menurut daftar harga satuan
pekerjaan, yang dimasukkan oleh Kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
14.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan
Pengawas bersama-sama Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
14.5. Adanya pekerjaan tambahan tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas/bimbingan teknik pembantu (BTP) dapat
mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambahan tersebut.
Pasal 15
PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPAN
Pasal 16
PEKERJAAN BETON
16.2. Persyaratan
16.2.1. Standar
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratanpersyaratan:
a. NI 3/1770 dan NI 8/1764 PUBB
b. NI 3/1071 PBI, kecuali ditentukan lain.
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar
dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak, kecuali dilaksanakan dengan
standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan mutu bahan, cara pengerjaan cetakan, cara
pengecoran, kepadatan, texture finishing dan kualitas secara keseluruhan.
16.4. Bahan–bahan
16.4.1. Semen
Semen yang dipakai harus portland cement yang disetujui dan dalam segala hal memenuhi
syarat seperti dikehendaki oleh “Peraturan Beton Bertulang Indonesia”. Dalam
pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam
keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena
air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai.
Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m, dan tiap
pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai, dengan maksud agar pemakaian semen
dilakukan menurut urutan pengirimannya.
16.4.3. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak
atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
16.4.4. Bahan tambahan
Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
16.4.6. Cetakan (bekesting)
a. Bahan
Untuk bekisting dipakai kayu kelas III yang cukup kering dan sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar arsitektur. Bekisting harus cukup mampu untuk menahan
getaran vibrator dan kejutankejutan lain yang diterima, tanpa berubah bentuk. Cetakan
harus dibuat dari papan-papan yang bermutu baik atau plywood. Tebal papan atau
plywood tergantung dari kualitas dan jarak rangka penguat cetak tersebut. Tebal papan
minimal 2 cm dan plywood minimal 1,2 cm.
b. Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran
c. Alat untuk membersihkan
Pada cetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapanperlengkapan untuk
menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potonganpotongan kawat pengikat dan
lain-lain.
d. Ukuran
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama di semua tempat
untuk bentuk dan ukuran tiang dikehendaki sama. Ukuran yang tertera di dalam gambar
kerja menunjukkan ukuran arsitektur.
17.2. Bahan
17.2.1.Semen Portland (PC)
Semen untuk pekerjaan adukan dan plesteran sama dengan yang digunakan untuk pekerjaan
beton.
17.2.2. Pasir
Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir, tajam dan keras. Kadar lumpur yang
terkandung di dalam pasir tidak boleh lebih dari 5% dan harus memenuhi persyaratan NI 3
PUBB 1770.
17.2.3. Air
Air yang digunakan untuk adukan dan plesteran adalah air dari PDAM setempat.
17.3. Persyaratan
17.3.1. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk dengan alat/mesin
pengaduk di atas alas dari papan sehingga campuran benar tercampur, baru kemudian
diaduk dengan air hingga merata dalam warna dan konsistensi. Adukan yang telah mulai
mengeras harus dibuang. Melunakkan adukan yang telah mengeras tidak diperbolehkan.
17.3.2. Proporsi adukan, plesteran harus mengikuti proporsi campuran seperti tersebut dibawah ini:
PERBANDINGAN PENGGUNAAN
1 PC : 1 PS Untuk adukan plesteran riol dan gorong-gorong
Pasal 18
PEKERJAAN LAIN-LAIN
Pasal 26
KETENTUAN TAMBAHAN DAN PENUTUP
19.1. Segala sesuatu yang belum tercantum pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis (RKS) ini
dan pada penunjukan ternyata dipergunakan, maka akan dicantumkan dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
19.2. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan harus melengkapi dan menyediakan peralatan-
peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambar atau disebutkan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat teknis (RKS) ini, sehingga dapat bekerja dengan baik serta
dapat dipertanggung jawabkan.
19.3. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan yang diborong ini, harus menempatkan tenaga
pelaksana berpengalaman dan pekerja / ahli sesuai dengan bidang masingmasing.
19.4. Jika masih ada pekerjaan lain yang belum masuk/terlupakan menurut analisapemborong
dalam BQ (lampiran buku RKS), maka pemborong berhak menambahkan atau merubahnya
karena BQ yang dibuat hanya sebagai acuan penawaran (RAB).
19.5. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh Pemberi Tugas.