Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
4. Cara pelaksanaan :
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan – ketentuan
dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ( RKS ),Gambar Rencana,Berita Acara Penjelasan
serta mengikuti petunjuk / Pengelola Teknis Proyek.
Pasal 2
PASAL 4
PERSONIL MANAGERIAL
PASAL 5
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender, dengan time schedule
terlampir. Penandatanganan kontrak (surat perjanjian kerja konstruksi) dilakukan setelah
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) ditandatangani/disyahkan.
Pasal 6
Semua pekerjaan dalam proyek ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI),
Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan
setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
Untuk pekerjaan Besi dan Baja Profil, sebelum pedatangan material terlebih dahulu
dilaksanakan pengujian dengan membawa sample ke Laboratorium UNP di Padang dengan
melakukan Uji Tarik dan Uji Berat Jenis Besi dan Baja Profil.
Biaya untuk pengujian dan pengambilan sampel sudah termasuk dalam harga satuan
pekerjaan besi tulangan dan baja profil.
Pasal 7
b. Gambar Rencana
1. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan
rencana kerja dan syarat – syarat (RKS), termasuk penambahan / pengurangan atau
perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
2. Bila terdapat perselisihan antara bestek dengan rencana kerja dan syarat – syarat (RKS),
maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat – syarat.
3. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana
gambar bestek yang lain, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih
besar.
1. Dalam melaksanakan pekerjaan,kecuali bila ditentukan lain dalam rencana Rencana Kerja
dan Syarat – syarat
2. ( RKS ) ini,berlaku dan mengikat ketentuan – ketentuan di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
c. Keputusan dari Majelis Indonesia untuk arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI)
f. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik ( PUIL ) 1979 dan PLN
setempat
j. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jadwal / Instansi Pemerintah
setempat yang bersangkutan dengan permasalahan Bangunan Spesifikasi Teknis 2
3. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam pasal 1 ayat 2 tersebut diatas berlaku dan
mengikat pula. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah disyahkan
oleh pemberi tugas dan Pengelola Teknis Proyek.
d. Jadwal Pelaksanaan ( Time Schedulle ) yang telah disetujui oleh Pemberi tugas.
PERSIAPAN DILAPANGAN
1. Kontraktor harus membuat bangsal kerja dan gudang penyimpanan barang – barang yang
dapat dikunci dan tempatnya akan ditentukan kemudian oleh konsultan pengawas.
a. Harus membuat rencana kerja harian, mingguan, bulanan yang diketahui/disetujui oleh
Konsultan Pengawas Lapangan.
b. Harus membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus
diketahui Konsultan Pengawas Lapangan.
c. Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan bangunan .
2. Rencana Kerja (time schedule) diatas harus selesai dibuat kontraktor paling lambat 7 hari
setelah SPK diterima dan mendapat persetujuan konsultan pengawas dan pemberi tugas.
3. Rencana Kerja (time schedule) Kontraktor harus memberikan salinan Time Schedule
kepada konsultan pengawas, pemberi tugas dan 1 (satu) lembar dipasang dibangsal kerja.
Pasal 8
1. Di lapangan pekerjaan,kontraktor diwakili oleh Manajer Proyek yang cakap untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor,berpendidikan
Sarjana Teknik Sipil.
2. Dengan adanya pelaksana,tidak berarti kontraktor lepas tanggung jawab sebagian ataupun
keseluruhan kewajibannya.
3. Bilamana kemudian hari menurut pendapat Pengelola Teknis Proyek, pelaksana kurang
mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana.
4. Dalam waktu 7 ( tujuh ) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, kontraktor sudah
harus menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri ( Penanggungjawab / Direktor
Perusahaan ) yang akan memimpin pelaksanaan.
Pasal 9
1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja, apabila terjadi hal –
hal mendesak, maka kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat
dan nomor telepon di lokasi.
2. Alamat kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah – ubah selama pekerjaan. Bila
terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.
Pasal 10
1. Kontraktor wajib menjaga keamanan lapangan terhadap barang – barang milik proyek dan
milik pihak ketiga yang ada dilapangan.
2. Bila terjadi kehilangan bahan – bahan bangunan yang telah disetujui Pengelola Teknik
Proyek,yang telah dipasang atau belum ,tetap menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya,baik yang berupa
barang – barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor diwajibkan menyediakan
alat – alat kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat – tempat yang akan
ditetapkan oleh Pengelola Teknik Proyek.
Pasal 11
2. Segala hal yang menyangkut jaminan social dan keselamatan para pekerja wajib diberikan
oleh kontraktorsesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
Pasal 12
JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)
1. Sebelum pekerjaan dimulai, maka kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan (time
schedule) yang membuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik
hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga
kerja.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, Pelaksanan Kontraktor:
Harus membuat rencana kerja harian, mingguan, bulanan yang diketahui/disetujui oleh
Konsultan Pengawas Lapangan dan direksi teknis
Harus membuat gambar kerja (shop drawing), untuk pegangan/pedoman bagi kepala
tukang yang harus diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan Direksi
Teknis.
Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan bangunan.
3. Rencana Kerja (time schedule) diatas harus mendapat persetujuan konsultan pengawas dan
Direksi Teknis.
4. Rencana Kerja (time schedule) harus selesai dibuat kontraktor paling lambat 7 hari setelah
SPK diterima.
5. Kontrakto harus memberikan salinanTime Schedule kepada konsultan pengawas, pemberi
tugas dan 1 (satu) lembar dipasang dibangsal kerja dan dan ditempel di kantor lapangan.
6. Konsultan pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan Time Schedule
yang ada dan kontraktor harus membuat grafik prestasi / kemajuan pekerjaan realisasi
setiap minggu.
Pasal 13
1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah / kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis
dalam Buku Harian oleh Direksi serta persetujuan pemberi tugas.
1. Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku apabila memang nyata ada perintah dari
Pemberi Tugas.
2. Biaya pekerjaan tambah / kurang diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan
yang dimasukan oleh kontraktor sesuai dengan AV 41 artikel 50 dan 51 yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir
3. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuannya
akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi dan Pengelola Teknis bersama–sama dengan
kontraktor dengan persetujuan Pemberi tugas.
Pasal 14
1. Semua bahan – bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang
ditentukan.
3. Semua bahan bangunan yang akan dipergunakan harus diperiksa oleh konsultan
pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontrktor dilapangan pekerjaan ,tetapi
ditolak pemakaiannya oleh konsultan pengawas,harus segera dikeluarkan dari lapangan
pekerjaan selambat – lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
5. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor,tetapi ditolak
pemakainya oleh konsultan pengawas, pekerjaan tersebut harus dibongkar selambat –
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
6. Apabila konsultan pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut,konsultan
pengawas berhak mengirim bahan – bahan ke Balai Penelitian Bahan – Bahan
( Laboratorium ) yang terdekat untuk diteliti. Biaya penelitian menjadi tanggungan
kontraktor apapun hasil penelitian bahan tersebut.
Pasal 15
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan telah selesai,akan
tetapi belum diperiksa oleh konsultan pengawas,kontraktordiwajibkan meminta
persetujuan kepada konsultan pengawas. Apabila konsultan pengawas telah menyetujui
bagian pekerjaan tersebut,kontraktor dapat meneruskan pekerjaan tersebut
3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini konsultan pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab
Pasal 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN
A PEKERJAAN PENDAHULUAN
C PENYELENGGARAAN K3 KONSTRUKSI
1 - Sp a n d u k (b a n n e r) Lb 1,00
2 - Pa g a r se m e n t a ra d a ri se n g g e lo m b a n g t in g g i 2 m ' m 19,00
3 - To p i Pe lin d u n g (Sa fe t y He lm e d ) Bh 6,00
4 - Ro m p i Ke se la m a t a n (Sa fe t y Ve st ) Bh 6,00
5 - Se p a t u Ke se la m a t a n (Sa fe t y Sh o e s) Psg 6,00
6 - Pe t u g a s K3 OH 90,00
7 - Ko t a k P3K (Ko t a k P3K, Pe rb a n , O b a t Lu ka ) Bh 1,00
I PEKERJAAN PONDASI
Po nd a si Ta p a k
1 G a lia n Ta n a h M3 8,64
2 Tim b u n a n Ke m b a li M3 5,22
5 Be kist in g M2 1,71
6 Be si Tu la n g a n kg 587,45
5 Pla t Jo in t Ra n g ka Ba ja T = 6 m m Kg 67,74
4 Be si Tu la n g a n M-8 m2 198,00
5 'St o p p e r Be t o n
- Be t o n m u t u Fc =20 Mp a ( K - 225 ), Slu m (12 ± 2) c m , w / c = 0.58 M3 1,00
- Be si Tu la n g a n Kg 80,80
- Be kist in g m2 10,10
IV PEKERJAAN KAP ATAP / ATAP
1 Ra n g ka Ba ja At a p IWF 200 x 100 x 7 x 4.5 m m Kg 1.116,16
2 Pla t Jo in t Ra n g ka Ba ja T = 10 m m Kg 97,66
3 Ba u t d a n Mu r Sa m b u n g a n bh 144,00
4 Ikt a n An g in d e n g a n Se lin g 3/ 4" kg 115,67
5 Wa lt e r Mu r / Sp e n d ra t Un it 12,00
6 G o rd in g C a n a l C 125 x 50 x 20x 2.3 kG 715,73
7 List Pla n k , Pa p a n G RC M 39,60
8 At a p Sp a n d e k T = 0.3 m m M2 198,00
9 Ta la n g Air Se n g p la t M 22,00
11 Ru b b e r Se a la n t u n t u k p e t e m u a n a t a p d a n Ko lo m IWF Ls 1,00
V PEKERJAAN CAT
1 C a t Zin c c h ro m a t e An t i ka ra t u n t u k Ra n g ka Ba ja fin ish in g d e n g a n c a t M2
174,00
m in ya k Av ia n
2 C a t Te m b o k Ba ru - C a t yla c M2 12,00
5 Be kist in g m2 12,02
6 Pa sa n g a n Ba t u Ka li 1 : 4 m3 3,26
7 Ple st e rin g 1 : 4 M2 20,62
8 Pe ke rja a n Din d in g Ba t a ko M' 20,32
2 Pa sa n g At a p Ba ru Se n g Wa rn a BJLS 20 M2 134,46
3 Pa sa n g La n t a i ke ra m ik 40x40 Ba ru M2 47,90
5 Pa sa n g La n t a i ke ra m ik Km . Ma n d i 20x20 c m M2 7,60
8 Pe n g e c a t a n Din d in g La m a , C a t Te m b o k M2 272,08
9 Pe n g e c a t a n Pa lfo n d , C a t Te m b o k Ba ru M2 55,50
12 Pe n g g a n t ia n Ku se n Pin t u Un it 2,00
19 Pe n g g a n t ia n Ku n c i Pin t u bh 4,00
I PEKERJAAN PONDASI
Po nd a si Ba tu Ka li Pa g a r b e la ka ng & Sa mp ing d a n De p a n
1 G a lia n M3 12,84
2 Tim b u n a n Ke m b a li M3 4,28
3 Pa sa n g a n Ba t u Ast a m p a n g M3 3,00
4 Pa sa n g a n Ba t u Ka li 1 : 4 M3 6,74
3 Ac ia n m2 71,64
4 C a t Te m b o k Ba ru - C a t yla c m2 71,64
E PEMBUATAN SEPTICTANK 15 M3 DAN SUMUR REESAPAN
1 G a lia n t a n a h b ia sa se d a la m 1 m e t e r m3 6,00
2 G a lia n t a n a h b ia sa se d a la m 2 m e t e r m3 9,00
3 Tim b u n a n Ke m b a li m3 2,10
4 Be t o n m u t u Fc =14.5 Mp a ( K - 175 ), Slu m (12 ± 2) c m , w / c = 0.66 m3 6,08
5 Be kist in g m2 78,33
6 Be si Tu la n g a n Kg 675,64
7 Su m u r Re sa p a n d ia 80 c m Bh 1,00
8 Pip a PVC 3" m 11,60
11 Pa sa n g a n Ba t u Ko so n g Bh 0,10
c. Bahan-bahan bekas pembersihan/ bongkaran pada pasal 1.b harus disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.
d. Bila menurut Konsultan Pengawas atau Kontraktor ada tumbuhan atau pohon yang tidak
perlu disingkirkan, maka harus dikonsultasikan dengan Pemberi tugas.
e. Pembersihan lokasi dinyatakan selesai bila telah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
c. Untuk menentukan titik sumbu/ tengah harus dipasang patok-patok dari kayu,
yang ditanamkan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dan diberi cat merah,
ditengah-tengah permukaan patok dipasang paku.
d. Titik-titik yang dimaksud pada pasal b dapat dikontrol/ diperiksa pada tanda-
tanda yang terdapat pada papan bouwplank.
e. Peil lantai ditentukan +0.70 m’ dari permukaan tanah asal, atau disesuaikan
dengan bangunan yang ada. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran
situasi ini harus diketahui dan disetujui oleh Direksi.
b. Untuk membantu ketepatan berdirinya bangunan/ titik sumbu pondasi/ kolom konstruksi,
maka harus dibuat konstruksi bouwplank yang kuat / tidak dapat bergeser karena
pekerjaan disekitarnya.
d. Bagian atas papan bouwplank harus diketam dan diratakan hingga permukaannya lurus/
rata.
b. Untuk memulai pekerjaan, maka Kontraktor harus dapat menunjukan kepada Konsultan
Pengawas surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) minimal tanda bukti bahwa IMB tersebut
sedang diproses.
Kontraktor diharuskan membuat papan nama proyek sesuai dengan persyaratan yang
berlaku pada daerah setempat dan harus dipasang paling lambat 7 hari setelah pekerjaan
dimulai.
Pasal 2
PEKERJAAN TANAH
b. Bilamana tidak dinyatakan lain oleh Pengawas, maka penggalian untuk pondasi harus
mempunyai lebar yang cukup untuk dapat memasang maupun memindahkan
rangka/bekisting yang diberlukan.
c. Apabila ternyata dijumpai kondisi yang tidak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam gambar-gambar, maka penggalian harus di perdalam, diperbesar
atau dirubah sampai disetujui oleh Pengawas
d. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga
dicapai kedalaman yang melebihi dengan apa yang tertera dalam gambar atau yang
dapat disetujui oleh Pengawas, maka kelebihan tersebut harus ditimbun kembali
dengan pasir yang dipadatkan
e. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar
sedang lubang-lubang tadi diisi dembali dengan pasir, disirami dan dipadatkan
sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas.
f. Lapisan atas hasil bongkaran daerah pembangunan yang dapat dipakai lagi, akan
ditimbun ditempat yang ditunjuk oleh Pengawas agar dapat digunakan dalam
pekerjaan pertamanan (lansekap).
b. Pengurukan muka tanah dan Urugan sirtu dalam hanggar maupun halaman.
d. Tanah urug sebelum dipadatkan harus terlebih dahulu dibasahi secukupnya untuk
mendapatkan kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan menggunakan stamper.
Pasal 3
PASANGAN PONDASI
3.1.Batu Kali.
3.1.1 Bahan batu kali untuk semua jenis pekerjaan harus baik dan cukup keras serta
bebas dari tanah / Lumpur, atau bahan lainnya yang dapat mengurangi
pengikatan dengan spesi.
3.1.2 Ukuran batu kali yang dipakai yang diizinkan untuk dipakai adalah berkisar Ø
15 s/d 25 cm. Dan apabila terdapat ukuran yang lebih besar dapat diperkecil
dengan cara memecahkan / membelah dengan syarat tidak mengurangi
kekuatan / kekerasannya.
3.1.3 Apabila bahan batu kali sulit didapatkan, Pemborong dapat mengganti dengan
batu / bahan lain atas persetujuan Direksi / Pengawas ataupun pihak proyek,
dengan syarat tidak mengurangi kekuatan struktur / konstruksi.
3.2.Agregat.
3.2.1 Agregat yang digunakan untuk semua pekerjan harus berkwalitas baik.
3.2.2 Untuk Pekerjaan pasangan dan beton agregat harus memenuhi yang di syaratkan
dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. dan Pemborong harus
mengajukan sample dan hasil test agregat yang akan digunakan sebelum agregat
tersebut dikirim ketempat pekerjaan.
3.2.3 Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada ayakan no. 5, agregat halus
adalah agregat yang dapat melewati ayakan no. 5.
3.2.4 Agregat kasar harus bersih dari Lumpur, tumbuhan dan bahan - bahan kimia
yang dapat mempengaruhi kekuatan beton, serta harus memiliki ukuran yang
beragam, keras dan bentuk yang baik.
3.2.5 Agregat halus yang dimaksud adalah pasir yang bersih, bebas dari segala jenis
kerang, silk, clay, garam dan bahan - bahan lainnya.
3.2.6 Apabila kadar Lumpur agregat halus melebihi 5 % dan agregat kasar melebihi 1
%, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sesuai trial mix
yang dilakukan, agregat yang digunakan untuk campuran beton harus berasal
satu sumber, yang telah disetujui oleh Direksi / Pengawas.
3.2.7 Agregat harus disimpan dalam keadaaan terpisah satu sama lain berdasarkan
ukurannya diatas permukaan yang keras, sehingga terhindar dari kemungkinan
tercampur dengan lumpur maupun tanah. Harus dibuatkan pula saluran air
disekitar penyimpanan agar kadar air dari agregat tidak berubah terlalu banyak.
3.2.8 Pemborong harus melakukan pengujian laboratorium dari agregat yang akan
digunakan, dari sumber yang telah disetujui. Pengujian dilakukan oleh badan
pengujian yang resmi dan yang disetujui olek Direksi / Pengawas. Test periodic
harus dilakukan jika diperlukan atas permintaan Direksi / Pengawas untuk
melakukan cek terhadap kadar air agregat. Seluruh biaya pengetesan ini adalah
tanggung jawab Pemborong.
Pasal 4
a. Sloof beton bertulang ukuran 12 x 20 cm yang terdiri dari 4 buah tulangan pokok besi
diameter 12 mm dan besi sengkang diameter 8 mm dipasang setiap jarak 15 cm atau
sesuai dengan gambar kerja.
b. Sloof beton bertulang ukuran 25 x 30 cm yang terdiri dari 8 buah tulangan pokok besi
diameter 16 mm dan besi sengkang diameter 8 mm dipasang setiap jarak 15 cm atau
sesuai dengan gambar kerja. Dan balok 15 x 20 cm terdiri dari 4 buah tulangan pokok
diameter 10 mm dan besi sengkang diameter 8mm jarak 15 cm.
c. Kolom beton bertulang ukuran 35 x 35 cm dengan ketinggian 250 cm sesuai dengan
gambar kerja terdiri dari tulangan pokok 8` buah besi diameter 16 mm dan besi
sengkang diameter 8 dipasang setiap jarak 15 cm.
d. Balok beton bertulang 12 x 20 cm yang terdiri dari 4 buah tulangan pokok besi
diameter 12 mm dan besi sengkang diameter 8 mm dipasang setiap jarak 15 cm.
a. Kolom praktis ukuran 12x12 cm yang terdiri dari 4 buah tulangan pokok besi
diameter 10 mm dan besi sengkang diameter 8 mm diapasang setiap jarak 15 cm.
a. Pasir
Pasir (agregat halus) harus mempunyai butiran-butiran yang keras, bersudut banyak
dan awet (durable) dan tidak boleh mengandung lumpur, tanah liat, (clay lump) lebih
dari 3% dan tidak terlalu banyak butir-butir yang pipih.
b. Portland Cement
Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI – 8 – 1972 Bab 3.2
dan SII – 0013 – 81. Disarankan menggunakan PCC (Portland Composite Cement)
type I (50 kg/zak)
c. Besi Beton
Besi penulangan rata harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2-1971 Bab 3.7 dan
SII-0136-84, dan dinyatakan sebagai U-24/BJTP-24, Deformed Bars U 35/BJTD-40
Besi tulangan Pada halaman dan Lantai hanggar mrnggunakan Besi wiremesh M8
Koral/kerikil (agregat kasar) material beton harus mempunyai ukuran lebih dari 12,5
mm. Agregat berbutir kasar ini, harus lolos saringan ¾” atau 20 mm tetapi tertinggal di
atas saringan no.7. Koral harus bebas dari benda-benda atau kotoran-kotoran lain yang
tidak dikehendaki. Material Split 2-3” digunakan unntuk mutu beton K-225
c. Kawat Pengikat
d. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung asam alkali,
garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton atau
baja tulangan, dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
e. Beton Readymix.
Beton Mutu K-225 Digunakan untuk pengecoran lantai beton bertulang pada hanggar
dan halaman hanggar sesuai gambar.
d. Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan SKSNI 1991 dan lampiran Pelaksana
Proyekannya.
f. Mesin pengaduk beton (stationey box mixer) harus dalam keadaan bekerja selama
terdapat adukan beton di dalamnya. Tenggang waktu penggunaan adukan beton
sejak dikeluarkan di batching plant yang ditetapkan adalah 3 jam.
i. Beton harus dibuat menurut tebal beton deking yang ditentukan dan dipasang
secukupnya dengan campuran 1Pc:3Ps dengan ketebalan minimum 2 cm
j. Sebelum dicor kebersihan cetakan dan kebenaran pemasangan besi beton harus
diperhatikan dengan seksama.
k. Vibrator tidak boleh dipakai untuk memasukan beton ke dalam bekisting, dan
kecepatan vibrator dalam aduk harus tetap dan lebih besar dari 7.000 impuls/menit.
l. Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah 10 cm atau
disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump yang terjadi di luar batas
tersebut di atas harus mendapatkan persetujuan Pengawas.
m. Beton berumur lebih lama dari pada 1.5 jam sejak percampurannya, tidak boleh
diaduk ulang dan tidak boleh dipergunakan lagi.
n. Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1.5 meter.
o. Seusai jam kerja, seluruh pengecoran beton yang belum selesai, harus ditutup
(dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh
Pengawas.
p. mutu beton harus diperiksa secara berkala dari hasil-hasil pemeriksaan spesimen uji
dengan meminta persetujuan dari Pengawas. Pengujian berupa pengujian kuat desak
beton pada umur 28 hari dengan jumlah benda uji yang ditentukan oleh Pengawas.
4.5 BEKISTING
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja dan pemasangan cetakan
beton beserta pembongkarannya, sehingga diperoleh hasil pengecoran beton yang
sempurna seperti disyaratkan dan yang tertera dalam gambar-gambar.
a. Kayu
Bahan yang digunakan untuk cetakan beton non cor di tempat harus dari kayu jenis
‘Meranti’ sesuai dengan NI-3-1970 dan NI-5-1961 atau yang setaraf dan disetujui
oleh Pengawas.
Untuk cetakan beton non-struktural cor ditempat digunakan multiplex tebal 9 mm.
b. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus benar-benar bersih
sebelum penggunaan.
c. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang cukup rapat segingga dapat
mencegah lendutan/deformasi beton.
h. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari sebelah dalam cetakan.
a. Cetakan beton harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan
memperlihatkan persyaratan-persyaratan minimum sebagai berikut :
b. Bagian struktur beton vertikal yang disangga dengan penurapan boleh di bongkar
cetakannya setelah 24 (dua puluh empat) jam dengan syarat bahwa betonnya telah
cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut.
c. Bagian struktur-struktur beton yang disangga dengan penumpu tidak boleh dibongkar
sebelum betonnya mencapai kekuatan yang minimal untuk penyangga beratnya
sendiri dan beban-beban Pelaksana Proyekannya dan atau beton tersebut. Dalam hal
apapun cetakan beton pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum 12 (Dua
belas) hari, demikian juga cetakan-cetakan yang dipakai untuk mematangkan (curing)
beton tidak boleh dibongkar sebelum beton ditentukan matang oleh Pengawas.
Pengecoran dimulai dari lokasi paling ujung dan mundur mendekati ke Mobil Concrete
Mixer. Maaterial Beton Readsymix dibawa dengan gerobak ke lokasi pengecoran.
Pemadatan dan Perataan Beton harus dilaksanakan menggunakan pengrojokan atau
dengan concrete vibrator.
Pasal 5
PASANGAN BATAKO
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan dan pekerjaan pemasangan bata seperti yang
tertera pada gambar-gambar Pelaksana Proyek. Pemasangan harus benar-benar
mengikuti ketinggian, bentuk-bentuk seperti gambar Perencanaan dan persyaratan teknis.
5.2 SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN BATA
a. Batako harus baru, keras dan merata untuk seluruh permukaan, terbuat dari pasir
semen sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam NI-10-1973. Bilamana tidak
terdapat bahan yang sesuai standar tersebut di atas, maka Pengawas menentukan
jenis-jenis lain yang ada di pasaran lokal dengan persyaratan yang ditentukan.
Pasangan trasraam setinggi 160 cm dari lantai digunakan spesi 1pc : 2 pasir dan
pasangan yang berhubungan dengan air digunakan spesi yang sama.
a. Pasangan batu bata/batako harus rata tegak lurus dan lajur pernaikannya diukur
tepat dengan tiang lot. Bila tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar Perencanaan
maka setiap lajur naik, bata/batako harus putus sambungan dengan lajur di
bawahnya.
b. Spesi yang keluar dari pasangan bata/batako harus dikerok sebelum spesi mengeras.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan rapi serta rata.
d. Untuk ikatan antara kolom praktis/ring balok dengan dinding dipasang angker setiap
jarak 1 (satu) meter.
e. Sesuai jam kerja di proyek, seluruh lajur pasangan bata/batako yang belum selesai
harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen atau dengan cara lain yang disetujui
oleh Pengawas.
Pasal 6
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan pelaksanaan pekerjaan
plester rata dan plester kasar pada dinding-dinding dan bagian-bagian lain bangunan
serta pekerjaan acian.
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih, dan bebas dari tanah liat, lumpur, dan tidak
lebih dari 3%, tidak terlalu banyak batu yang pipih, sesuai dengan :
NI-3 Pasal 14
b. Portland Cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membatu dalam
zak yang tertutup seperti disyaratan dalam NI-8.
Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.
Disarankan menggunakan PCC (Portland Composite Cement) Type 1 (50 kg/zak).
c. Air.
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam,
dan unsur organik lainnya.
d. Acian
b. Masukan setengah dari jumlah air dan pasir untuk adukan lebih dahulu kedalam
molen, kemudian tambahkan semen dan setengah bagian sisa dari air dan pasir.
d. Adukan harus selalu plastis, Aduk ulang (retempering) dengan penambahan air boleh
dilakukan sebagaimana diperlukan.
e. Adukan yang berumur lebih lama dari 1 ½ jam sejak pencampurannya, tidak boleh
diaduk ulang dan tidak boleh digunakan lagi.
6.3.1 Plesteran
1. Plesteran ke dinding :
Plester setebal yang disyaratkan (15-20 mm). Ratakan dengan kosen kayu.
Basahkan terus selama 3 hari.
Bersihkan bagian permukaan plasteran dari noda-noda debu, minyak, cat dan bahan-
bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat iprofil.
Siapkan Mal/Acuan profil. Pemasangan dengan membuat adukan pasir semen 1:4 dan
setelah dipasang digaris dengan acuan profil sampai permukaan terbentuk.
Setelah profil terbentuk. Profil didipasang dengan adukan semen caik dan digaris
samapai permukaan halus. Permukaan profil dibuat dengan sedemikian rupa dengan
kerapian yang sama dan lurus.
Pasal 7
PEKERJAAN RANGKA BAJA DAN KAP ATAP
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan dan pekerjaan pemasangan Kolom , Balok,
Kuda-kuda dan Rangka atap seperti yang tertera pada gambar-gambar Pelaksana Proyek.
Pelaksana Proyek pemasangan harus benar-benar mengikuti ketinggian, bentuk-bentuk
seperti gambar Perencanaan dan persyaratan teknis
d. Seluruh material yang dipasang pada pekerjaan ini sesuai dengan contoh-contoh
bahan yang telah ditetapkan pada persyaratan bahan dan telah mendapat persetujuan
Pengawas.
e. Bila diperlukan material tambahan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik,
maka pemborong wajib mengadakan peralatan / material tambahan itu dan
melaksanakannya sesuai dengan kebutuhan di lapangan
f. Seluruh rangka dipasang dengan baik, kuat serta memenuhi persyaratan konstruktif.
Pasal 8
PEKERJAAN PENGELASAN
Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat
rencana tentang jadwal pembuatan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan,
pengaturan pekerjaan dll. Berdasarkan rencana kontruksi biasanya dibuat penjadwalan
secara menyeluruh dengan mempelajari urutan perakitan, banyaknya pekerjaan las yang
diperluakan, kapasitas dari alat alat yang ada , kerja yang diperlukan dsb.
Dalam memilih proses pengelasan harus dititk beratkan pada proses yang paling sesuai
untuk tiap- tiap sambungan las yang ada pada kontruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya
adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan
energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang di pilih harus sudah ditentukan dalam
tahap perencanaan kontruksi. Bila proses pengelasan telah ditentukan untuk tiap-tiap
sambungan, maka tahap berikutnya adalah menentukan syarat-syarat pengelasan, urutan
pengelasan dan persiapan pengelasan. Baru setelah itu harus di tentukan cara-cara
menghilangkan deformasi dan laku panas yang diperlukan.
B. Pengelasan
Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan las nya sendiri juga
sangat tergantung dari persiapannya sebelum melaksanakan pengelasan. karena itu
persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan
pelaksanaan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyediaan bahan,
pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lain
nya lagi.
Juru las yang ditunjuk harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kwalifikasi yang
sesuai dengan proses-proses pengelasan yang telah dipilih. disamping keterampilan yang
baik juga perlu diperhatikan tabiat dari juru las yang akan dipilih.
Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin las nya sendiri, hal yang juga
tidak kalah pentungnya adalah penentuan alat perakit / alat bantu. Alat perakit ini adalah
alat-alat khusus yang dapat memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan di las
sehingga hasil pengelasan mempunyai membentuk yang tepat. Jadi pemilihan alat bantu
yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu
pengeelasan.
Posisi pengelasan yang terbaik dilihat dari sudut kwalitas sambungan dan efisiensi
pengelasan adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan, landasan
perakitan dan alat perakit harus mengusahakan sejauh mungkin menggunakan posisi
datar.
Bagian –bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam penyetelan
harus diusahakan agar setelah selesai pelaksanaan las ikat jarak antara bagian bagian
yang akan dilas terutama celah akarnya tidak berubah.
Dalam perakitan hal yang paling penting adalah urutanya, yang memungkinkan agar
semua pengelasan dapat dilakukan dengan perubahan bentuk dan tegangan sisa yang
sekecil- kecilnya. Dalam menentukan urutan ini pada dasarnya sambungan las tumpul
yang mempunyai penyusutan yang besar didahulukan dan kemudian baru las sudut. Pada
kontruksi yang besar biasanya pengelasan dimulai dari bagian tangah kontruksi menuju
kesisi secara simetris. Pelaksaan dengan urutan ini akan dapat mengurangi deformasi.
Bentuk dan ukuran alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaaan terhadad
ketelitian bentuk dan ukurannya harus juga dilakukan pada saat sebelum pengelasan.
Dalam hal ini yang penting adalah calah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan
perbaikan seperlunya. Cara perbaikanya tergantung dari pada besarnya celah dan jenis
sambungannya.
e. Pembersihan alur
Ada dua macam cara dalam pembersihan kotoran, yaitu cara mekanik dengan
menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dsb dan cara kimia seperti
penggunaan aseton, soda api dll. Di samping itu digunakan jugacara penyemprotan
dengan api pada daerah yang akan dilas dan sekitarnya dengan tujuan menguapkan air,
membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan karat dan merupakan pemanasan
mula. Dalam hal ini akan sangat membantu bila permukaan atau sisi yang akan dilas,
segera setelah alurnya dibuat ditutup dengan lapisan penahan karat yang tidak
mengganggu kwalitas lasan.
1. Perbaikan Cacat.
Setelah selesai pengelasan, hasil lasan harus diperiksa sesuai dengan cara- cara
pemeriksaan yang telah ditentukan misalnya dengan radiografi, ultrasonik dll. Bila
ternyata ada cacat yang melebihi batas spesifikasi maka perbaikan cacat harus dilakukan.
Pengelasan perbaikan biasanya memerlukan kondisi dan prosedur yang lebih teliti, sebeb
kalau tidak akan menyebabkan cacat yang lebih parah pada lasan sekitarnya.
Berhubungan dengan ini maka las perbaikan hanya dilakukan bila hal tersebut benar-
benar akan memperbaiki hasil lasan, sehingga cacat las yang tidak membahayakan
biasanya tidak diperbaiki.
Setelah selesai pengelasan biasanya terjadi tegangan sisa yang dapat menimbulkan
perubahan bentuk. Karena hal ini pada hasil pengelasan tertentu perlu adanya proses
pelepasan tegangan, misalnya pada bejana yang digunakan pada suhu rendah atau pada
hasil las yang nantinya dilanjutkan dengan pemesinan.
Juru las yang terampil dan alat las yang baik saja belum menjamin hasil las yang bermutu
tinggi, apabila sarana lainya tidak dipenuhi. Manajemen pengelasan dalam hal ini harus
mengatur beberapa sarana penting yang dapat mempengaruhi hasil lasan seperti
pelaksanaa yang aman, pemeriksaan mutu dan pemeriksaan proses. Dibawah ini akan
diterangkan dengan singkat pengaturan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut.
1. Pengamanan pelaksanaan
Agar pengelaasan dapat dilakukan dengan aman, alat-alat pengamanan harus lengkap
dengan juru las harus mengerti dan dapat serta mau menggunakan alat pengaman
tersebut. Dalam hal ini hal-hal yang penting adalah :
a. Pemakain baju kerja yang sesuai dengan aman.
b. Pemakain pelindung yang baik.
c. Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat pengaman agar
tidak jatuh.
d. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.
2. Pengawasan mutu
Untuk mendapatkan mutu yang baik perlu adanya pengawasan pada alat-alat yang
digunakan, bahan las yang dipilih, pelaksanaan dan ketrampilan
a. Pengawasan peralatan
Dengan menggunakan alat-alat yang sempurna akan diperoleh mutu lasan yang
baik dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu diperlukan sistem manajemen yang
dapat menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat
kepada pekerja dan cara memperbaiki alat yang rusak.
c. Pengawasan pengelasan
d. Pengawasan ketrampilan
Untuk mendapatkan juru las yang terampil perlu diadakan latihan dan pendidikan.
Tiap-tiap juru las harus mempunyai kwalifikasi berdasrkan peraturan yang
ditentukan oleh badan yang berwenag dalam bidang kontruksi yang sesuai dan
menguasai pengetahuan tentang pengelasan.
e. Pengawasan proses
Pasal 9
a. Ubin dan lantai lama harus di cacah/ dibobok agar mortar baru menyatu dengan
lantai lama.
Sendok semen, benang, waterpass, palu karet, sarung tangan, dan lap untuk
membersihkan keramik yang telah terpasang.
c. Bahan Nat dipasang untuk pengisi antar celah keramik yang baru dipasang.
Lantai yang dudah dicacah harus bersih kering. Tentukan titik awal pemasangan
untuk ruangan sejajar dengan pintu masuk. Pemasangan keramik dimulai dari titik
awal (Kepalaan keramik) tersebut. Pasang benang horizontal dan vertical untuk
acuan pemasangan keramik.
Pastikan pemasangan rata dengan memperhatikan tiap jarak pasang keramik yang
lurus sebesar 2-3 mm.
Setelah semua keramik selesai dipasang, untuk menutup rongga antar keramik
dipasang bahan Nat merata. Pemasangan menggunakan sendok dempul atau
karet sehingga bisa padat. Setelah agak kering Keramik dibersihkan dengan Lap
Kain agar tidak tercecer bekas nat yang melekat dikeramik.
PASAL 10
PEKERJAAN KUSEN PINTU , PINTU ALLUMINIUM
Pasal 11
PEKERJAAN CAT
Cat tembok bagian dalam (interior) dipakai merek Sekualitas Dulux Catylac
Setelah plesteran tembok kering maka pengecatan tembok baru dapat
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
Pengecatan kayu dipakai cat Minyak setara Avian . Biarkan permukaan yang akan
dicat mengering, bersihkan permukaan kayu dari kotoran, debu, minyak, gemuk,
dsb.
Cat Rangka Baja Profil dan Besi Hollow dipakai Cat Minyak Avian dan Cat Anti
Karat Zinkromate dipakai setara Kansai Primer.
a. Laksanakan pengecatan atas semua permukaan sesuai dengan aturan pakai yang
dijelaskan oleh pabrik pembuat cat.
b. Pelaksana harus menyerahkan kepada Pengawas aturan pemakaian cat dari pabrik
pembuatnya yang disetujui.
Pasal 14
PEKERJAAN PLAFOND
14.1. Umum
Persyaratan :
Pemasangan plafond baru boleh dilaksanakan setelah semua peralatan yang
terdapat didalam plafond ( kabel - kabel, pipa - pipa, ducting - ducting, alat
penggantung dan penguat plafond ) siap dan selesai dikerjakan.
Jenis bahan rangka plafond yang dipakai adalah kayu Kelas II dengan kualitas baik
sesuai berdasarkan PKKI ( Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ).
Plafon Menggunakan material triplek tebal 4 mm pada bagian dalam dan luar
bangunan sesuai dengan Spekasi Teknis dan Gambar Rencana
Teknik Pelaksanaan :
1. Penggantungan plafond harus dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh bidang
plafond yang rata, datar dan tidak melengkung.
2. Pemasangan plafond harus rata. Naad - naad yang pecah pada waktu pemasangan
plafond harus segera diganti.
3. Les pinggir plafon dipakai Les Profil (4,5x4,5) dari yang berkualitas baik,rata dan
tidak bergelombang
4. Pemborong harus bertanggung jawab atas segala akibat pada waktu pemasangan
harus segera diganti :
Kemungkinan pemasangan partisi, dimana ada bagian - bagian partisi yang
harus segera diganti.
Kemungkinan di buatnya lubang untuk pemerikasaan ( Main Hole ).
Kemungkinan - kemungkinan tidak sempurnanya alat - alat penggantung
sehingga rangka plafond menjadi bergelombang karenanya.
Untuk itu harus ada koordinasi antara pihak Pemborong dengan Direksi /
Pengawas.
Pasal 15
PEKERJAAN SEPTIC TANK
Pekerjaan Sumur resapan dari Buangan septick tank dengan material yang sesuai
dengan gambar.
Pengecoran Lantai. Pertama dipasang Lantai Kerja Beton K-100. Kemudian Pasang
bekisting dan tulang besi sesuai ukuran dan jarak. , dilanjutkan pengecoran lantai Beton
K-175.
Pengecoran dinding. Pasang bekisting dan beton deking untuk besi tulangan, lanjutkan
sesuai gambar untuk pengecoran dinding. Tebal dinding beton 15 cm dengan Beton K-
175. Jangan lupa pemasangan pipa pvc 3” dari ruang yang ada sesuai dengan gambar dan
sekat dalam septiktank.
Pengecoran Dak atas. Pasang Bekisting untuk lantai dan pasang besi tulangan.
Pengecoran Tutup septik tank sesuai dengan gambar dengan tebal 12 cm dan membuat
bak tutup kontrol untuk membuka dan menguras septiktank sebanyak 3 unit ukuran
40x40 cm.
Bahan pengisi gorong gorong sesuai dengan urutan dari atas , Ijuk, Koral, dan Batu pecah.
Pasang pipa PVC dari Septik tank dan menuju ke Sumur Resapan.
Pasal 16
PEKERJAAN PAGAR BESI HOLLOW
Pekerjaan pagar besi hollow dibuat difabrikasi dengan ukuran sesuai dengan gambar.
Pengelasan dari besi hollow harus merata dan dihaluskan dengan gerinda. Tidak boleh
ada sisa las. Permukaan harus bersih dan rapi.
Untuk pemasangan ke Tiang pagar beton, pagar hollow harus dipasang dengan Angkur
yang masuk ke dalam cor 10 cm.
Pada pintu pagar, pemasangan rel dengan besi siku 40x40x4mm dengan menambahkan
angkur panjang 10cm yang dilaskan ke besi siku tersebut dengan jarak angkur 50 cm kiri
kanan. Pemasangan rel tinggi 20mm dari permukaan beton halaman.
1 2 3 4
1 Pekerjaan Pendahuluan
Pembersihan Lapangan Tangan / Kaki Terjepit Alat Berat Resiko Kecil
Pembongkaran Rumah dan Pembuaangan Bongkaran Tertimpa Material Bongkaran
2 Pekerjaan Pondasi
Galian Tanah Tertimpa Material Galian Resiko Kecil
Orang Terjatuh ke Galian
Pekerjaan Beton Pondasi Tapak Tangan luka/Terpotong gerinda Resiko Kecil
Tertusuk/Terjepit besi tulangan / paku
1 2 3 4
4 Pekerjaan Lantai
Urugan Tanah dan Urugan Sirtu Tertimpa Material Timbunan Resiko Kecil
Debu Material
Pengecoran dengan Reasymix Kecelakaan lalu lintas akibat aktifitas alat Berat Resiko Kecil
Tertimpa Material Beton
5 Pekerjaan Atap
Pekerjaan Pemasangan Atap Spandek Tertimpa Material Atap dan Rangka Baja Resiko Kecil
Pemasangan Rangka Baja dan Gording Tersengat listrik pengelasan
Jatuh dari Ketinggian
7 Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan Pengecatan dengan Kompressor Debu Material Resiko Kecil
Pekerjaan Pengecatan Cat Tembok Jatuh dari Ketinggian
8 Pekerjaan Instalasi dan pembuatan Sumur Bor Atap dan Rangka Baja Resiko Kecil
Tersengat listrik
Payakumbuh, 2020
Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
PT. AGOESINDO JAYA MAHESA
Minggu Keterangan
No Uraian Pekerjaan Bobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
100%
A PEKERJAAN PENDAHULUAN 4,06 0,51 1,02 1,02 1,02 0,51
2,79 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21
B PEKERJAAN HANGGAR UNTUK 6 KENDRAAN
I PEKERJAAN PONDASI 2,31 2,31
I PEKERJAAN BALOK DAN SLOOF 8,68 2,89 2,89 2,89 80%
II PEKERJAAN LANTAI 14,14 4,71 4,71 4,71
IV PEKERJAAN KAP ATAP / ATAP 13,85 3,46 6,92 3,46
V PEKERJAAN CAT 1,31 1,31
VI PASANGAN INSTALASI LISTRIK 0,39 0,39
VII SALURAN KELILING 4,27 0,85 1,71 1,71 60%
VII INSTALASI AIR DAN PEMBUATAN SUMUR BOR 1,70 0,85 0,85
D REHAB/ PERBAIKAN RUMAH JAGA TYPE 54 9,89 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 2,20 1,10 1,10
40%
D PEMBUATAN PAGAR BARU & PENGECORAN LANTAI HALAMAN
I PEKERJAAN PONDASI 1,25 1,25
I PEKERJAAN KOLOM BALOK DAN SLOOF 5,87 1,47 2,93 1,47
II PEKERJAAN BESI dan PROFIL BETON 10,06 1,68 3,35 3,35 1,68
IV PENGECORAN HALAMAN 10,52 4,21 4,21 2,10 20%
V PEKERJAAN DINDING DAN PLESTERAN PAGAR 2,74 0,91 0,91 0,91