Anda di halaman 1dari 37

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN


DAN PERTANAHAN
Jl. SM. Amin No. 92 Telp. (0761) 564541 - 564534 Fax. (0761) 564547

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN:
Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Provinsi
Riau

PEKERJAAN:
Fisik Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
Batang Serosa Kab. Bengkalis

LOKASI:
Kawasan Kumuh Batang Serosa Kab. Bengkalis

Disusun Oleh
Konsultan Perencana

Ditetapkan Oleh
Pejabat Pembuat Komitmen
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen

TAHUN ANGGARAN 2019

1
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
SYARAT-SYARAT TEKNIS (UMUM)
1. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN

1.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala perubahan dan
tambahannya.
a. Perpres No. 54 Tahun 2010 berikut lampiran-lampirannya
b. Peraturan umum tentang pelaksanaan di Indonesia atau AV 1941.
c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan dan Gedung (SK SNI T-15-1991-03).
e. Peraturan Pembebanan Indonesia (PPI) 1983
f. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977
g. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi
h. Peraturan Cat Indonesia (PTI) 1961
i. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja
j. Peraturan Konstruksi Baja yang berlaku di Indonesia tahun 1993
k. Peraturan Semen Portland Indonesia NI No. 08
l. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SNI-1727-1989-F (SKBI-
1.3.53.1987)
m. Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton (SK SNI T-28-1991-03)
n. Peraturan dan Ketentuan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat, yang
berkaitan dengan permasalahan bangunan.
o. Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3 (PUBB) 1965, NI-3 1963,
PUBB 1969.
p. Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)
q. Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI 18/1969)
r. Peraturan Perburuhan Indonesia (tentang penggunaan tenaga harian, mingguan, bulanan,
dan borongan).
s. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI 5 1961)
t. Peraturan Perusahaan Air Minum Negara
u. Peraturan tentang penanggulangan bencana kebakaran
v. Peraturan tentang komponen hydrant dan fungsinya menurut SNI (Standar Nasional Indonesia
dan Peraturan NFPA tentang komponen hydrant dan fungsinya

1.2 Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku dan mengikat pula:


a. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah disahkan
oleh Pemberi Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
d. Surat Keputusan Owner tentang Penunjukan Kontraktor
e. Surat Perintah Kerja (SPK)
f. Surat Penyerahan Lapangan (SPL)
g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya
h. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang telah disetujui Direksi.

2. PENJELASAN GAMBAR DAN RKS


2.1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan RKS termasuk tambahan dan perubahannya yang
tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2.2 Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah RKS. Bilamana
suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka harus berkonsultasi dengan Konsultan
Pengawas untuk dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana.

2
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
2.3 Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat
menimbulkan kesalahan, Kontraktor dapat menayakan kepada Konsultan Pengawas dan mengikuti
keputusannya.

3. PERSIAPAN DI LAPANGAN
3.1 Bangsal Konsultan Pengawas yang telah dibangun pada tahap pekerjaan sebelumnya (Pertama)
beserta segala perlengkapannya harus selalu dirawat dan terpelihara dengan baik. Setelah pekerjaan
selesai pemanfaatannya akan ditentukan oleh Proyek.
3.2 Pembongkaran bangunan bangsal kerja setelah pekerjaan selesai pemanfaatannya akan ditentukan
oleh Proyek dan selama masih dalam periode kontrak (termasuk periode pemeliharaan) biaya
pembongkaran menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. JADWAL PELAKSANAAN
4.1 Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, Kontraktor wajib membuat rencana pelaksanaan terperinci
berupa Bar Chart, S-Curve dan Network Planning.
4.2 Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas,
paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak SPK diterima Kontraktor. Rencana
kerja yang telah diketahui Konsultan Pengawas akan diteruskan kepada Pemberi Tugas untuk
mendapat persetujuannya.
4.3 Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja yang telah disahkan oleh Pemberi Tugas dalam
5 (lima) rangkap kepada Konsultan Pengawas, dan satu salinan harus ditempel dibangsal Kontraktor
di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan.
4.3 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan grafik rencana kerja
tersebut.

5. SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN


5.1 Kontraktor/Pelaksana wajib menetapkan seorang khususnya di lapangan atau biasa disebut Kepala
Pelaksana, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pekerjaan. Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat pengangkatan resmi dari Kontraktor
ditujukan kepada Pemberi Tugas dan tembusan kepada Konsultan Pengawas serta Pengelola Teknis
Proyek.
5.2 Selain pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan pula memberitahu secara tertulis kepada team Pengelola
Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas tentang Susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan
nama dan jabatannya masing-masing.
5.3 Bila dikemudian hari menurut team Pengelola Teknis Proyek (PTP) dan Konsultan Pengawas,
Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor akan diberitahu secara tertulis
untuk mengganti pelaksananya.
5.4 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Kontraktor sudah harus
menunjuk pelaksana baru atau ia sendiri sebagai penanggung jawab perusahaan yang akan
memimpin pelaksanaan.

6. KEAMANAN PROYEK
6.1 Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek, Konsultan
Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan baik terhadap pencurian maupun
pengrusakan.
6.2 Untuk maksud-maksud tersebut Kontraktor dianjurkan untuk membuat pagar pengamanan.
6.3 Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah atau pengunduran
waktu pelaksanaan.
6.4 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya, untuk itu Kontraktor
harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai, ditempatkan di tempat-tempat
yang strategis dan mudah dicapai.

3
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
7. JAMINAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
7.1 Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK) dalam keadaan siap pakai harus tetap tersedia di lapangan.
7.2 Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan serius,
Pemborong harus segera membawa korban ke rumah sakit terdekat dan melaporkan kejadian
tersebut pada Pemberi Tugas.
7.3 Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup, serta memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua petugas/pekerja, baik yang berada di bawah kekuasaannya maupun di bawah
Pihak Ketiga dan untuk tamu-tamu proyek yang meninjau lapangan pekerjaan.
7.4 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua petugas dan
pekerja lapangan.
7.5 Selain untuk penjaga keamanan, penginapan bagi pekerja tidak diperkenankan berada di lapangan
pekerjaan, kecuali bagi para pekerja yang didatangkan dari luar daerah dengan izin tertulis dari
pihak berwenang.
7.6 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial keselamatan para pekerja, wajib diberikan oleh para
Kontraktor/Pelaksana sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Kontraktor/Pelaksana wajib menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

8. ALAT-ALAT PELAKSANAAN
8.1 Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-alat kecil maupun besar, harus
disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai, sebelum pekerjaan fisik yang
bersangkutan dimulai antara lain:
a. Mesin pengaduk beton dan mesin penggetar
b. Mesin pemadat/compactor
c. Alat merger, alat ukur listrik dan alat ukur air pada saat diperlukan
d. Perlengkapan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur.
e. Peralatan lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan

9. TEMPAT TINGGAL KONTRAKTOR DAN PELAKSANA


9.1 Untuk kemungkinan diperlukannya kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-hal mendesak,
Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon yang
mudah dihubungi.
9.2 Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah-rubah selama pelaksanaan
pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara
tertulis.

10. SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN


10.1. SYARAT UMUM
a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar, data-data
peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak
ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik proyek/Pengawas sebanyak 4 (empat) set
dan kepada Perencana 1 (satu) set.
b. Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual, Installation Manual,
Maintenance Manual, Operating Instruction, Trouble Shooting Instruction.
c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan kepada Pemilik,
sebuah dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di dinding dalam ruang mesin utama
atau tempat lain yang ditunjuk oleh pemilik proyek/Pengawas.
d. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatannya kepada petugas-
petugas teknis (Team Engineering) yang ditunjuk oleh pemilik proyek secara cuma-cuma sampai cakap
menjalankan tugasnya.
e. Pemborong harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan utama kepada
Pemberi Tugas.

4
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
10.2. JAMINAN SELAMA MASA PEMELIHARAAN

a. Pemborong harus memberikan jaminan pabrik (Guarantee of product) kepada pemilik


proyek terhadap peralatan yang digunakan pada proyek ini.
b. Pemborong harus memberikan service secara cuma-cuma selama setahun untuk peralatan dan 6
(enam ) bulan untuk instalasi semenjak serah terima pekerjaan untuk pertama kali kecuali
dinyatakan lain secara tersendiri.
c. Pemborong wajib mengganti atas biaya sendiri setiap bagian pekerjaannya yang ternyata bercacat
atau rusak selama jangka waktu jaminan/yang tersebut di atau setelah proyek ini
diserah terimakan untuk pertama kalinya kecuali dinya takan lain secara tersendiri.
d. Pemborong wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau sistem
yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi akibat dari kesalahan pabrik atau
pengerjaan yang salah selama jangka waktu jaminan setelah proyek ini diserah terimakan untuk
pertama kali.

10.3. PETUNJUK UMUM PEMELIHARAAN


Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib melakukan pemeliharaan secara berkala terhadap seluruh
item pekerjaan, baik peralatan utama maupun instalasi pemipaannya. Pelaksanaan pemeliharaan
menyangkut item-item pekerjaan selama masa pemeliharaan

5
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
SPESIFIKASI UMUM DAN TEKNIS
A. SPESIFIKASI UMUM
URAIAN PEKERJAAN
1. Nama Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
- Peningkatan Kualitas Infrastruktur Permukiman dan Kawasan Kumuh Kewenangan Propinsi
Dikabupaten Bengkalis ( Batang Serosa )
Lokasi pekerjaan terletak di Kelurahan Batang Serosa Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis.
2. Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi : Pekerjaan Pembuatan Jalan semenisasi Beton
Bertulang dan Pipa saluran. Pekerjaan Pembuatan Saluran Dreinase Beton bertulang, Pekerjaan
Pembuatan Sumur Bor dan Pekerjaan Pemasangan Hydrant fire
3. Sarana Kerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus tersedia :
a. Tenaga kerja terampil yang cukup memadai dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti seperti beton molen, vibrator, pompa air, alat-alat penarik/kontrol, mesin
pemadat, alat-alat gali, alat-alat ukur atau peralatan lainnya yang benar-benar diperlukan dan
dipergunakan dalam pelaksanaan.
4. Cara Pelaksanaan, Semua jenis pekerjaan harus dilaksanakan/mengikuti ketentuan-ketntuan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Bestek, Berita Acara Aanwijzing dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan dari Konsultan Pengawas.
5. Jenis dan Mutu Bahan, Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri, sesuai
dengan Keputusan MENPAN Nomor : 472/KPB/XII/1980, Nomor : 813/MENPAN/1980 tanggal 23
Desember 1980.

B. SPESIFIKASI TEKNIS
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pada proyek ini.
2. Bagian ini meliputi pembersihan lokasi, pemasangan bowplank, pembuatan Direksi Keet dan Gudang
Material, penyediaan air kerja dan penerangan kerja, serta mobilisasi dan demobilisasi.

Pembuatan Papan Nama Proyek


Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat :
1. Nama Proyek
2. Pemilik Proyek
3. Lokasi Proyek
4. Jumlah Biaya (Kontrak)
5. Nama Pelaksana (Kontraktor)
6. Proyek dimulai bulan, tanggal dan tahun

Pembersihan Lokasi
Sebelum memulai pekerjaan Pembangunan bangunan baru, Pemborong wajib membersihkan lokasi dari
puing-puing, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan serta benda lainnya yang dianggap dapat mengganggu
pelaksanaan pembangunan.

Peralatan Kerja dan Mobilisasi


1. Pemborong harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan-peralatan kerja dan perlatan bantu yang
akan digunakan di lokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya
pengangkutan.

6
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
2. Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat berat yang
menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalulintas.
3. Pengawas atau pemberi tugas berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau menolak peralatan
yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
4. Bila pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat-alat tersebut,
memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan bekas-bekasnya.
5. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada ayat (1), pemborong
harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti : tenda-tenda
untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain
yang memerlukan, serta peralatan lainnya.

Pengukuran
1. Pemborong harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan penelitian ukuran tata letak atau
ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk penyediaan Back Mark atau Line Offset Mark, pada
masing-masing lantai bangunan.
2. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan berpengalaman.
3. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau
referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
4. Pengukuran harus diketahui dan disetujui oleh instansi yang berwenang dalam urusan IMB. Dan Izin
lainnya yang menyangkut dalam pekerjaan ini
5. Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus ditanyakan kepada Pengawas.

Sarana Air Kerja dan Penerangan


1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, pemborong harus
memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air
kamar mandi.
2. Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air, serta pengadaan dan
pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan
direksi keet, kantor pemborong, kamar mandi/WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu. Air
harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI NI-2.
3. Pemborong juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan,
kebutuhan direksi keet dan penerangan proyek pada malam hari sebagai keamanan selama proyek
berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan pengadaan Generator Set, dan
semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong. Pengadaan fasilitas
penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta
saklar/panel.

Pembuatan Los Kerja dan Bangunan Istirahat


1. Pemborong harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk istirahat dan tempat shalat bagi pekerja
pemborong.
2. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi tukang/pekerja
pemborong dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat
menghambat kelancaran pekerjaan.
3. Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.

Keamanan Proyek
1. Pemborong harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik pemborong, pengawas
atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan yang ada dari gangguan para pekerja
pemborong ataupun kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemborong harus menempatkan petugas-petugas keamanan selama 24 jam penuh setiap hari, yang dibagi
dalam 3 (tiga) shift, dan harus selalu mengadakan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai
pekerjaan.

7
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
3. Untuk menguasai dan menjaga ketertiban bekerja para pekerjanya, setiap pekerja pemborong diharuskan
mengenakan tanda pengenal khusus yang harus dipakai pada bagian badan yang mudah terlihat oleh
petugas keamanan.
4. Pekerja pemborong tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan yang sedang bertugas
pada malam hari.

Kantor dan Gudang Pemborong


1. Pemborong harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat bagi wakil pemborong bekerja,
dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
2. Pemborong juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan bahan-bahan
bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencurian.
3. Penempatan kantor dan gedung pemborong harus diatur sedemikian rupa, agar mudah dijangkau dan
tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.

Penyedian Fasilitas Proyek


1. Pemborong juga harus memperhitungkan biaya-biaya konsumsi untuk rapat-rapat / pertemuan dengan
pemberi tugas atau wakilnya dan tamu-tamu pemberi tugas yang berkepentingan dengan proyek.
2. Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius kurang
lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.

Pemadam Kebakaran
1. Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan alat pemadam kebakaran berupa tabung
pemadam kebakaran yang dapat digunakan untuk memadamkan api akibat listrik, minyak dan gas
dengan kapasitas 7 kg.
2. Unit tabung pemadam kebakaran harus ditempatkan pada setiap lantai bangunan dengan radius kurang
lebih 50 meter, di dalam direksi keet dan tempat-tempat lain yang memerlukan.

Jalan Masuk, Jalan Sementara


1. Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, pemborong harus sudah
memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan/atau jembatan kerja sementara yang disetujui
oleh pengawas.
2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti peraturan dan semua perijinan
sehubungan dengan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.
3. Pemborong harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada dengan mengatur trayek
kenderaan yang digunakan serta membatasi/membagi beban muatan.
4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan pemborong, mobilisasi
peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung jawab pemborong dan harus segera diperbaiki.

Keselamatan Kerja
1. Pemborong harus menjamin keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam
peraturan perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.
2. Di dalam lokasi harus tersedia kotak obat pelengkap untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
(PPPK).

Izin-Izin
1. Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-izin yang diperlukan dan
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin penerangan, izin pengambilan material, izin
pembuangan, izin pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan, Izin
mendirikan Bangunan (IMB) serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan / peraturan
daerah setempat.
2. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut ayat (1) di atas menjadi
tanggung jawab pemborong.

8
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Dokumentasi
1. Pemborong harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta pengirimannya ke pemberi
tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
2. Yang dimaksudkan dengan pekerjaan dokumentasi adalah :
Dokumentasi dimaksudkan sebagai data dukung di lapangan bahwa pekerjaan sebagaimana yang
dilaporkan pada laporan kemajuan pekerjaan benar adanya. Dalam hal ini, pihak kami akan
menyediakan dokumentasi-dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dari 0% hingga 100% dengan interval
pelaporan dokumentasi dalam kelipatan 10 (per 10%). Acuan persentase pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan perbandingan antara bobot pekerjaan terpasang dengan bobot pekerjaan rencana.
1) Dokumentasi 0%
Dokumentasi 0% dimaksudkan untuk membuat perbandingan ketika nanti pekerjaan dilaksanakan.
Kondisi 0% adalah kondisi existing lapangan sebelum memulai pekerjaan. Dokumentasi 0% diinput
kedalam laporan mingguan pelaksanaan pekerjaan minggu pertama sebagai bukti pelaksanaan
pekerjaan pada minggu tersebut
2) Dokumentasi 10%, 20%, 30%, ...... hingga 90%
Dokumentasi 0%, 20%, 30%, ...... hingga 90% menunjukkan kemajuan pekerjaan yang akan kami
lakukan. Hasil dokumentasi ini akan dimuat didalam laporan progres kegiatan (laporan bulanan)
sesuai persentase bobot yang telah dicapai.
3) Dokumentasi 100%
Dokumentasi 100% adalah dokumentasi hasil pekerjaan akhir bila bobot pekerjaan telah mencapai
100% termasuk masa pemeliharaan, PHO dan FHO. Dokumentasi ini adalah salah satu bukti bahwa
pekerjaan telah rampung dikerjakan

Pengawasan
1. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan diawasi oleh Konsultan Pengawas.
2. Kontraktor wajib menyediakan buku harian di lapangan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
3. Kontraktor wajib membuat laporan harian yang menyebutkan pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari,
bahan-bahan dan alat-alat yang didatangkan, besarnya prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan, jumlah
pekerjaan, keadaan cuaca dan lain-lain.
4. Perintah dan penugasan dari Konsultan Pengawas ditulis di dalam buku harian/surat dan dibubuhi tanda
tangan dan nama jelas petugas Konsultan Pengawas.

2. PEKERJAAN JALAN SEMENISASI DAN PIPA SALURAN


a. Pengukuran Dan Pematokan
1 Ketentuan Umum
a) Cakupan kegiatan untuk menentukan pengukuran dilapangan, pihak kontraktor menyediakan
seluruh kebutuhan tenaga ahli teknik untuk keperluan melayani penanganan pekerjaan
konstruksi sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan yang menyangkut masalah mutu dan
ukuran.
b) Kontraktor wajib menyediakan alat ukur dari pekerjaan yang diperlukan oleh direksi untuk
melakukan pengawasan/pengecekan hasil pematokan atau pekerjaan lainnya yang serupa. Semua
tanda-tanda dilapangan yang dipasang oleh direksi atau kontraktor harus tetap dipelihara dan
dijaga dengan baik. Apabila terdapat tanda tanda yang rusak tanda tanda tersebut harus diganti
dengan yang baru dan pemasangan kembali harus disetujui oleh direksi.
c) Kontraktor harus mengerjakan pemasangan patok untuk membentuk profil jalan sesuai dengan
gambar rencana, pematokan ini harus seluruhnya telah disetujui Direksi sebelum memulai
pekerjaan konstruksi, bila dipandang perlu direksi dapat melakukan revisi atas pemasangan
patok tersebut sesuai dengan petunjuk sebelum memulai pematokan, kontraktor harus
memberitahukan kepada direksi dalam waktu tidak kurang dari 48 jam sebelumnya, agar direksi
dapat mempersiapkan segala peralatan untuk pengawasan.
2) Pekerjaan penentuan titik pengukuran
a) Pada umumnya harus ditentukan letak sumbu jalan terhadap lebar badan jalan yang akan
dikerjakan, maka dalam hal ini perlu titik control sementara yang akan dibuat oleh direksi
teknik dan penetapannya diserahkan kepada kontraktor.

9
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
b) Apabila dianggap perlu untuk pengukuran kuantitas, maka pihak kontraktor harus
mengambil ukuran potongan melintang dari tanah asli dalam jarak 25 m, 50 m atau sesuai
perintah lain direksi teknik.
3) Pelaksanaan Pekerjaan
Segera setelah pembentukan badan jalan dilaksanakan, maka permukaan jalan harus dipadatkan
dengan alat pemadat yang dianjurkan oleh Direksi Teknis atau yang sesuai dengan kondisi
lapangan sehingga semenisasi yang ada diatasnya betul-betul stabil dan tidak mengalami
penurunan/bergelombang

b. Pekerjaan Tanah
Ketentuan Umum
1. Sebelum melakukan pekerjaan tanah, pemborong harus membersihkan daerah yang akan dikerjakan
dari sisa-sisa bongkaran, akar pohon maupun semak-semak serta segala perintang yang ada dalam
daerah kerja, kecuali ditentukan lain oleh pengawas.
2. Pemborong harus menjamin terjaganya keutuhan barang/benda atau bangunan yang telah selesai
dikerjakan dari segala macam kerusakan dan berhati-hati untuk tidak mengganggu patok pengukuran
atau tanda-tanda yang lainnya.
3. Perbaikan kerusakan pada barang/benda atau bangunan yang harus dijaga akibat pelaksanaan
pekerjaan akan menjadi tanggung jawab pemborong.
4. Pemborong harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan melaporkannya kepada
pengawas, serta meminta ijin untuk memulai pekerjaan.
5. Pemindahan material akibat pembongkaran puing-puing dan semua yang merintangi pekerjaan harus
dilakukan menurut peraturan.

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, dan
pengisian/pengurugan sesuai dengan peil/elevasi yang telah ditentukan.

Penggalian Tanah
1. Semua sampah-sampah, tumbuh-tumbuhan dan bekas urugan harus dibuang. Penggalian harus
dilaksanakan sampai kedalaman sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Sebelum pekerjaan
selanjutnya dilanjutkan, maka semua pekerjaan penggalian harus disetujui pengawas.
2. Bilamana tidak dinyatakan lain oleh Pengawas, maka penggalian dasar jalan harus mempunyai lebar
yang cukup atau lebih lebar dari dasar tapak untuk dapat memasang maupun memindahkan
rangka/bekisting yang diperlukan, serta pembersihan.
3. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang
tertera dalam gambar tanpa instruksi tertulis dari pengawas, maka kelebihan di atas harus diisi
kembali dengan adukan beton 1: 3 : 5 tanpa biaya tambahan.
4. Kontraktor harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari longsoran. Untuk itu kontraktor
harus membuat penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama masa penggalian, karena stabilitas
selama penggalian merupakan tanggung jawab kontraktor.
5. Pada saat penggalian, pipa-pipa drainase, air bersih dan kabel-kabel yang masih berfungsi harus
diamankan dan dijaga agar jangan sampai rusak atau cacat. Apabila hal tersebut dijumpai, maka
kontraktor harus segera memberitahukan kepada pengawas dan mengganti semua
kerusakankerusakan tersebut atas biaya sendiri.
6. Apabila pada waktu penggalian ditemukan benda-benda purbakala, maka kontraktor wajib
melaporkannya kepada Pemerintah Daerah setempat.
7. Semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan selanjutnya, kontraktor harus mendapat
persetujuan/ijin tertulis pengawas.

10
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Pengurugan dan Pemadatan
1. Bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian bawah pasangan lantai
diurug dengan pasir padat minimal 5 cm atau sesuai dengan gambar dan petunjuk Pengawas. Pasir
urug yang digunakan harus dari jenis pasir pasang yang bersih/bebas dari lumpur, kotoran-kotoran,
sampah dan benda-benda organis lainnya yang dapat menyebabkan tidak sempurnanya pemadatan.
2. Di bawah lapisan pasir tersebut, urugan yang dipakai adalah tanah jenis “silty clay” yang bersih
tanpa potongan-potongan bahan yang bisa lapuk, serta bahan batuan yang telah dipecahkan (pecahan
batuan tersebut maksimal 15 cm).
3. Kontraktor wajib melaksanakan pengurugan dengan semua bahan urugan yang keras atau mutu
bahan yang terbaik dan mengajukan contoh bahan yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan
pengawas.
4. Penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis-perlapis yang tidak lebih tebal dari 15 cm
(gembur) dengan alat-alat yang telah disetujui, seperti mesin penggilas getar, atau alat tumbuk
dimana standar kepadatannya dicapai pada kepadatan dimana kadar airnya 95 % dari kadar air
optimal, atau “dry density” nya mencapai 95 % dari dry density optimal, sesuai dengan petunjuk
pengawas.
5. Terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan “density test” di
lapangan. Semua biaya seluruh pengujian tersebut menjadi beban Pemborong.
6. Bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/rusak atau bila urugan yang telah
dipadatkan menjadi terganggu, maka bahan tersebut harus digali keluar dan diganti dengan bahan
yang memenuhi syarat serta dipadatkan kembali, sesuai dengan petunjuk Pengawas, tanpa adanya
biaya tambahan.
7. Selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak dibenarkan adanya genangan air di
atas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan. Kontraktor harus mengatur pembuangan air sedemikian
rupa agar aliran air hujan atau dari sumur lain dapat berjalan lancar, baik selama ataupun sesudah
pekerjaan selesai.
8. Kontraktor bertanggung jawab atas stabilitas urugan tanah dan Kontraktor harus mengganti bagian-
bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian Kontraktor atau akibat dari aliran air.
9. Penyiapan Badan jalan
Pekerjaan Penyelesaian
1. Seluruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus merupakan daerah dari yang betul-
betul seragam dan bebas permukaan yang tidak merata.
2. Seluruh lapisan akhir, harus benar-benar memenuhi piel yang dinyatakan dalam gambar. Bila
diakibatkan oleh penurunan, timbunan memerlukan tambahan meterial yang tidak lebih dari 30 cm,
maka bagian atas tersebut harus digaruk sebelum material timbunan tambahan dihamparkan, untuk
selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan sesuai dengan persyaratan.
3. Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan pengisi/urugan, seluruh puing-
puing, reruntuhan dan sampah-sampah harus segera disingkirkan dari lokasi.

A. PEKERJAAN PIPA SALUARAN


JENIS-JENIS PIPA
Pipa yang dipergunakan dalam pengerjaan ini adalah pipa dari jenis High density polyethylene
(HDPE)/Pipa PVC standar SNI. Pipa yang didatangkan dari suplier harus dalam keadaan utuh/baru
dan semua dalam keadaan terlindung, dan sesuai dengan kelas yang disyaratkan dan memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Pipa yang dimaksud disini adalah lengkap dengan soket dan perlengkapan -
perlengkapan sambungan
2) Penyambungan dilakukan dengan mengikuti ketentuan pabrik
3) Minimum hidrostatic test pressure harus mencapai 10 atm
4) Pipa yang digunakan harus dari jenis kelas 1
5) Pipa yang ditawarkan harus baru dan dijamin keutuhanny
- Perlengkapan pipa

11
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
yang dimaksud adalah perlengkapan yang sesuai untuk macam pipa yang digunakan. Sambungan
dilakukan dengan Union Socket. Minimum hidrostatic test pressure yang harus dicapai sesuai
dengan yang berlaku untuk pipanya.
- Ukuran Pipa
Pipa yang digunakan berukuran 4 inchi dan 8 inchi

INSTALASI PEMIPAAN
a. Sistem Penyambungam Pipa
Pipa Air Kotor/Buangan, Air Hujan:
1. Memakai sistem lem/solvens cemend untuk pengikatnya terutama untuk pipa-pipa cabang atau
pipa yang berdiameter kecil.
2. Sistem penyambungan uPVC harus memenuhi standard JIS 101 1967 dimana untuk ukuran
nominal pipa 50 mm kebawah menggunakan solvens cement dan untuk pipa 65 mm keatas
menggunakan solvens cement Joint.
3. Khususnya untuk pemakaian di-lapangan (site) jumlah maupun takaran solvens cement harus
memenuhi antara lain :
4. Pada penggunaan pipa 50 mm kebawah dipakai minimaì sebanyak 20 gram pada setiap
penyambungan.
5. Untuk pemipaan 65 mm keatas dipakai bahan solvens cement minimal sebanyak 120
gram pada setiap penyambungan.
6. Pemakaian bahan perekat pada sistem penyambungan pipa uPVC ini harus benar-benar
mengikuti petunjuk pabrik dan minimal pada pelaksanaannya dilapangan Kontraktor harus
menyertakan tenaga ahli/supervisor dari pabrik pembuatnya.
7. Sistem penyambungan pipa induk dan pipa cabang (Jointing pipe) uPVC menggunakan
sistem Flanged diberi rubber ring set gasket dan di-bout .Hal ini berlaku pula untuk sistem
pencabangan pipa air hujan dan ventilasi

b. Pengikat / Penumpu Pipa


1. Semua pipa harus diikat/ditetapkan dan dibout dengan kuat lengkap dengan penggantung
atau angker yang kokoh (rigid) agar inklinasinya tetap untuk mencegah timbulnya
getaran Standard merk yang dipersyaratkan harus buatan pabrik .
2. Pipa horizontal harus diikat atau dikunci agar tidak mudah bergerak yang dapat diatur dengan jarak
maksimum tidak lebih dari 2,0 meter.
3. Pipa-pipa yang menembus dinding harus diberikan Sleeve dengan rongga 10 mm. Rongga pipa
karena adanya sleeve harus diberi bahan khusus rubber eal yang elastis.
4. Pemasangan pipa harus rata dan rapih serta rigid baik untuk pipa horizontal maupun
untuk sistem pemipaan vertikal.
5. Untuk mencegah getaran pada penggantung/pengikat harus dipakai dudukan terbuat dari karet
getas.
6. Penggantung atau penumpu pipa adalah product pabrik dan harus disekrup/terikat pada konstruksi
bangunan dengan insert angker yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau dengan Ramset.
7. Pipa-pipa ditumpu dengan clem clam dan dibuat dengan jarak tidak lebih dari 250 cm untuk
setiap clam.

c. Pemasangan Fixtures, Fitting dan sebagainya

1. Semua fixture harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran yang akan
mengganggu aliran atau kebersihan air dan harus terpasang dengan kokoh (Rigid) ditempatnya
dengan tumpuan yang mantap.
2. Semua fixtures, fitting, pipa-pipa air dilaksanakan harus rapi tidak mengganggu waktu
pemasangan-pemasangan/dinding porselen dan sebagainya.
3. Dengan pemasangan fixtures yang baik dan serasi juga kuat kedudukannya untuk komponen
misalnya fixtures, fittings dan sebagainya.
4. Kontraktor bertanggung jawab untuk melengkapi komponen tersebut di dalam kelengkapan
jaringan instalasi tersebut.
12
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
5. Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk dipasang balok-balok dari beton dengan
campuran yang kuat dan dipasang setiap ada sambungan pipa, tee, elbow, valve dan sebagainya.

d. Pipa-pipa Dalam Tanah


1. Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan ke dalamam 60 cm untuk pipa diameter 100 mm ke
bawah dan 80 -100 cm untuk pipa diameter 125 mm keatas.
2. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak
tertumpu dengan baik.
3. Untuk pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air buangan tidak boleh diletakkan pada lubang-lubang
yang sama.
4. Setelah pipa dipasang pada lubang galian dan setelah diperiksa oleh Pengawas/Perencana yang
ditunjuk semua kotorar dibuang dari lubang galian ditimbun kembali dengan baik pasir urug
atau tanah bekas galian atau dengan bahan yang di tentukan Pengawas/Perencana dengan
mendapatkan izin tertulis.
5. Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari garis tengah pipa (as
pipa) sampai kepermukaan jalan/tanah asli atau bila tidak akan digunakan ketentuan-
ketentuan persyaratan minimal menurut buku petunjuk Pedoman Plumbing Indonesia Tahun
1971 untuk dalamnya galian.
6. Pipa-pipa yang melewati jalan ditambah lapisan beton tebal 10 cm.
7. Harus dibuat tanda-tanda dari balok beton atau tanah untuk memudahkan Indentifikasi pipa di
dalam tanah.

B. PEKERJAAN SEMENISASI JALAN


1) Pekerjaan Pemasangan Plastik Hitam
a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan dan pemasangan plastik hitam.
b) Peralatan dan bahan yang akan digunakan
Pekerjaan ini menggunakan plastik hitam/plastik alas dan alat bantu kerja pemasangan plastik
hitam.
c) Kuantitas pekerjaan
Pekerjaan ini menggunakan satuan luas area (m2). Total luasan yang akan dipasang plastik alas ini
adalah (m2.
d) Pelaksanaan pekerjaan
· Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
· Plastik hitam dipasang pada area yang telah dipasang bekisting, fungsi plastik hitam ini agar
adukan semen yang akan dicor nantinya tidak keluar dari acuan/bekisting.
· Pemasangan plastik hitam dilakukan secara merata dan penuh, tidak ada bagian yang tidak
ditutupi plastik hitam ini
· Agar plastik alas tidak bergerak dan kaku, pada bagian permukaan digunakan pemberat
berupa batu atau pemberat yang lainnya, untuk sisi samping digunakan paku yang
ditempelkan ke dinding bekisting.
· Plastik alas dipasang hingga mengeluarkan sisa pada ujung bekisting.

2) Pekerjaan Pemasangan Bekisting


a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan, pemasangan dan pembongkaran bekisting untuk
pengecoran jalan.
b) Peralatan dan bahan yang akan digunakan
· Peralatan (Meteran, Palu, Gergaji kayu, Peralatan tukang lainnya)
· Bahan (Kayu Kelas III, Paku, Minyak Bekisting)
c) Kuantitas pekerjaan
Pekerjaan ini menggunakan satuan luas area (m2). Total luasan yang akan dipasang bekisting
adalah ( m2.) mengacu pada gambar kerja

13
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
d) Pelaksanaan pekerjaan
- Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini
- Pemasangan bekisting dikerjakan sesuai gambar rencana
- Bekisting digunakan untuk 3 kali penggunaan.
- Bekisting akan dipasang kokoh dan tidak melendut.
- Bekisting dipasang per segmen dengan panjang maksimal per segmen adalah 5 meter.
- Permukaan bekisting yang akan bersentuhan langsung dengan beton diberikan minyak
bekisting agar tidak lengket pada saat pembongkaran bekisting.
- Pembongkaran bekisting ketika umur beton minimal 3 hari
- Pembongkaran dilakukan dengan teliti agar tidak merusak beton yang telah dicor.
3) Pekerjaan Pembesian dia. 8mm
a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan dan pemasangan besi dia. 8mm untuk pengecoran
jalan.
b) Peralatan dan bahan yang akan digunakan
· Peralatan ( Meteran, Gunting Besi, Bending besi, Peralatan tukang lainnya),
· Bahan ( Besi polos dia. 8mm, Kawat ikat, Beton tahu
c) Kuantitas pekerjaan
Besi Beton
• Baja tulangan harus memenuhi persyaratan PBI NI-2 1971 dengan
tegangan leleh (σy = 3.200 Kg/cm2) atau Baja U-32.
• Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa sehingga bebas dari
hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun basah. Juga besi penulangan harus disimpan
rata (Round Bars) maupun besi-besi penulangan bergelombang (Deformed Bars) harus sesuai
dengan persyaratan dalam NI-2 Pasal 3.7.
• Besi yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain. Apabila terdapat karat pada
bagian permukaan besi, maka besi harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa
mengurangi diameter penampang besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy Off”
produksi yang telah memenuhi SII atau yang setaraf dan disetujui Pengawas.
• Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton cor di tempat yang
akan digunakan; dan bahan yang akan diakui serta yang disetujui Pengawas. Semua biaya
sehubungan dengan pengujian tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong.
• Apabila baja tulangan yang digunakan telah selesai di pabrik dan perlu penyambungan yang
berbeda antara penulangan lantai dasar dengan ketentuan dari pabrik pembuat dan atas
persetujuan Pengawas
D. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam PBI NI-2
Pasal 3.7.
E. Penggantian Besi
Pemborong harus memasang besi yang sesuai dengan apa yang tertera pada gambar. Dalam hal dimana
berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada, maka:
a. Pemborong dapat menambah besi ekstra dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam
gambar, secepatnya hal ini diberitahukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya
b. Jika hal tersebut di atas (pada butir a) akan dimintakan Pemborong sebagai kerja lebih, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana
Konstruksi.
c. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian, maka perubahan tersebut hanya dapat dijalankan
dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam
gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat, dengan
catatan :
- Harus ada persetujuan dari Konsultan Pengawas

14
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
- Jumlah satuan panjang atau jumlah besi yang ditempatkan tersebut tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas).
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat tersebut atau di
daerah, overlapping yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian penggetar.

4) Pekerjaan Beton Mutu (K175)


a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan bahan dan pengecoran jalan.
a. semenisasi Jalan beton bertulang
b. Seluruh ukuran pekerjaan harus mengikuti gambar detail dan pelaksanaannya mendapat
persetujuan dari pengawas lapangan / direksi lapangan.
c. Sebelum pekerjaan beton dilaksanakan Bakesting yang digunakan harus sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan dan bentangan plastik atau terpal alas harus terbentang dengan rapi, terikat pada
bakesting sebelum pekerjaan pembesian dilakukan.
d. Timbunan tanah kembali, harus menggunakan tanah bekas galian yang baik, penimbunan
dengan tanah humus / tanah hitam tidak diperkenankan
b) Pelaksanaan pekerjaan
1. Beton dihamparkan pada area yang telah dipasang bekisting, plastik alas dan besi beton.
2. Permukaan pengecoran diratakan dengan menggunakan rushkam dan dibuat miring sekitar 2%
terhadap lebar jalan agar tidak terjadi genangan air hujan.

c) Syarat-Syarat Pelaksanaan Beton


Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dari
arsitek dalam uraian syarat-syarat pelaksanaan.

Pedoman Pelaksanaan
1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik dan syarat pelaksanaan beton secara
umum menjadi ketentuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain
dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di
bawah ini :
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI-2 1971)
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
- Standar Industri Indonesia
2. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi
menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh
pengawas. Semua pekerjaan yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar dan diganti atas
biaya pemborong sendiri.
3. Semua material harus dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan persyaratan dan disetujui
oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan
pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh
pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

Bahan-Bahan
A. Portland Cement
Digunakan Portland Cement dari jenis I menurut NI 8 type I menurut ASTM dan memenuhi
standart semen Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, merk yang dipakai tidak boleh ditukar tukar, kecuali ada persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas dan pihak Dinas Terkait.
B. Aggregate
• Agregat Halus (Pasir)
a. Jenis dan syarat camp. agregat harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI-1971, Bab 3.

15
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
b. Mutu Pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih dan tidak mengandung Lumpur dan bahan-bahan
organis.
c. Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus
minimal 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % -90 %
berat.
• Agregat Kasar (Koral)
a. Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih maksimal 20 %
berat, tidak pecah atau hancur serta tidak mengandung zat-zat reaktif alkali.
b. Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar
antara 90 %-98 % berat, selisir antara sisasisa kumulatif di atas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimal 60 % dan minimal 10 % berat.
c. Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung
dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
C. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal
ini sebaiknya dipakai air bersih yang diminum.
D. Admixture (Bahan-bahan Tambahan dalam Adukan Beton)
Untuk pembetonan, pada umumnya harus digunakan tricosal VZ (3 gr. Per kg, semen) atau
corplast R (3,5 cc per kg, semen).
E. Penyimpanan
a. Penyiraman dan penyimpanan bahan-bahan pada umumnya harus dengan waktu dan urutan
pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah (utuh), tidak terdapat kekurangan berat
dari apa yang tercantum dalam zak, segera setelah diturunkan disimpan dalam gudang yang
kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari
tanah. Semen harus masih dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras), bagian tersebut
harus dapat ditekan hancur dengan tangan bebas dan jumlahnya tidak boleh melebihi 5 %
berat. Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak
diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran.
c. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap
semen baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
d. Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan bantalan kayu dan bebas
dari lumpur dan zat-zat lainnya (misalnya minyak dan lain-lain) serta tidak boleh disimpan di
udara terbuka dalam jangka waktu panjang.
e. Aggregate harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan lain
jenisnya/gradasinya dan di atas lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya dengan
tanah.
Bekesting
a. Type
Bekesting yang digunakan dapat dalam bentuk baja atau kayu. Pekerjaan lain-lain yang
dikerjakan, harus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Perencanaan
- Bekesting harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak ada perubahan bentuk yang
nyata dan cukup dapat menampung beban-beban sementara sesuai dengan jalannya kecepatan
pembetonan. Semua bekisting harus diberi penguat datar dan silang, sehingga kemungkinan
bergeraknya bekesting selama pelaksanaan dapat ditiadakan, juga harus cukup rapat untuk

16
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
menghindari keluarnya adukan (mortal). Susunan bekesting dengan penunjang-penunjang
harus teratur, hingga pengawasan atas kekurangannya dapat mudah dilakukan.
- Kayu penyangga dan silangan-silangan adalah menjadi tanggung jawab Pemborong, demikian
juga kedudukan dan dimensi yang tepat dari bekisting adalah menjadi tanggung jawabnya.
- Pada bagian terendah dari setiap phase pengecoran dari bekisting kolom atau dinding, harus
ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
- Cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainnya harus menggunakan papan tebal
minimal 2,5 cm atau multiplek 18 mm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dan dolken dia. 8-12 cm, dapat
digunakan dari mutu kayu Klas II
- Kayu bekesting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Adakan
tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air pembasah tersebut pada sisi bawah.
- Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan
cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar
rencana, pemborong wajib mengadakan perbaikan atau pembetulan kembali.
- Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas, atau jika umur
beton telah melampaui waktu sebagai berikut:
- Bagian sisi balok 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi 7 Hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 Hari
- Pelat beton 21 Hari
.Kualitas Beton
1. Mutu beton struktur kolom, balok dan plat listplank digunakan mutu K-175. Kecuali ditentukan lain
dalam gambar, kualitas beton K-175 tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton 15 x 15
x 15 pada usia 28 (dua puluh delapan) hari, dengan derajat konfidensi 0,95. Evaluasi penentuan
karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam kode PBI 1971.
2. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini, dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan di lain tempat atau dengan mengadakan trial mixes.
3. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Konsultan Pengawas, laporan tersebut harus dilengkapi dengan harga karakteristik.
4. Kontraktor harus membuat mix design untuk beton apabila hasil uji tekan beton K-175 tidak
tercapai sebagaimana yang diharapkan, biaya ditanggung oleh kontraktor.
5. Kontraktor harus membuat benda uji beton pada setiap 5 m3 kubikasi beton sebanyak 3 buah benda
uji untuk quality control.
6. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 5 cm dan maksimum 12 cm. Cara
pengujian slump adalah sebagai berikut : contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan dan
ditempatkan di atas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya,
kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk sebanyak 25 (dua puluh lima) kali dan setiap tusukan harus
masuk dalam satu lapis yang di bawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat
perlahan-lahan dan diuku penurunannya (slumpnya).
7. Jumlah semen minimum 325 Kg per m3 beton khusus pada atas pondasi, pile caps luifel jumlah
minimum tersebut dinaikkan menjadi 371 Kg/M3 beton atau mengacu pada hasil mix design yang
diterbitkan oleh laboratorium bahan.
8. Pengujian khusus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
9. Penawaran kubus percobaan tersebut adalah dalam goni basah tapi tidak tergenang air selama 7
(tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
10. Jika perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 (tujuh) hari, dengan
ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65 % kekuatan yang diminta pada 28 (dua puluh
delapan) hari. Jika hasil tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta,
maka harus dilakukan pengujian beton di tempat dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam PBI
1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi pemberi tugas (beban Pemborong).
11. Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus digunakan alat pengaduk “Beton Molen”. Pengadukan
beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 3 (tiga) menit terhitung setelah seluruh komponen
adukan masuk ke dalam mixer.

17
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
12. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ke tempat pengecoran, harus dilakukan dengan cara yang
tidak mengakibatkan terjadinya degrasi komponen-komponen beton.
13. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

Siar-Siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekesting


Pembongkaran bekesting dan penempatan siar-siar pelaksanaan sepanjang tidak ditentukan lain dalam
gambar, harus mengikuti pasal 5.8 dan 6.5 kode PBI 1971. Siar-siar tersebut harus dibasahi terlebih dahulu
dengana air semen, tepat sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

6) Pekerjaan Penghamparan Sosotan Aspal / Buras


a) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan dan penghamparan aspal penutup.
Spesifikasi ini digunakan untuk menilai mutu hasil pengilangan minyak bumi yang berupa liquid
(larutan), yang dihasilkan dengan cara melarutkan aspal dengan distilat hasil pengilangan minyak bumi
yang sesuai (seperti minyak tanah), yang akan digunakan sebagai bahan dalam pekerjaan pengaspalan
jalan dengan menggunakan standar SNI 06-6721-2002,
- Istilah dan definisi
1. aspal cair tipe penguapan sedang medium curing (MC) campuran antara aspal keras dengan pelarut
hasil pengilangan minyak bumi jenis minyak tanah (kerosene) yang mempunyai daya penguapan
sedang
2. uji bintik (uji noda) pengujian untuk mengetahui homogenitas suatu bahan dengan cara meneteskan
aspal pada kertas saring , apabila tidak ada bintik pada bekas tetesan maka hasil uji bintik dinyatakan
negatif yang berarti larutan tersebut homogeny
- Ketentuan umum
a) Aspal harus berasal dari minyak bumi;
b) Aspal harus bersifat sejenis;
c) Tidak mengandung air.
- Ketentuan teknis
1) Apabila dipanaskan hingga temperatur 175°C dan tidak terjadi pemisahan atau penggumpalan
waktu digunakan.
2) Spesifikasi Spesifikasi aspal cair tipe penguapan sedang harus sesuai dengan SNI 4799:2008
3) Dalam pelaksanaan penyiraman aspal cair tersebut harus merata ditiap sisi badan jalan dan tebal
mengikuti persetujuan pengawas
b) Peralatan dan bahan yang akan digunakan
· Peralatan (Kaleng bekas, Sapu lidi, Sekop, Peralatan tukang lainnya)
· Bahan ( Aspal, Pasir, Minyak tanah, Kayu bakar, Bahan-bahan lain yang dianggap perlu
c) Kuantitas pekerjaan
Pekerjaan ini menggunakan satuan luasan area (m2). Total luasan yang akan dihampar adalah m2.
d) Pelaksanaan pekerjaan
- Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
- Permukaan yang akan diberikan aspal penutup adalah permukaan jalan yang telah berumur minimal
7 hari.
- Bersihkan permukaan jalan dari kotoran dan debu dengan menggunakan sapu lidi agar aspal bisa
melekat sempurna dengan beton
- Aspal dicairkan dengan cara dimasak dengan lama waktu 4-5 jam.
- Aspal yang telah dimasak, dimasukkan kedalam kaleng bekas yang telah dilubangi pada bagian
bawahnya kemudian dihamparkan dengan cara disiram ke permukaan secara merata.
- Permukaan yang telah dihampar, ditutup dengan pasir yang dicecer dalam kondisi lepas

3. PEKERJAAN AIR BERSIH


Persyaratan Teknis Pekerjaan Sipil / Konstruksi
Ruang lingkup pekerjaan sipil meliputi: pekerjaan persiapan, pekerjaan pematangan tanah,
pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, serta pekerjaan sarana jalan.
18
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
3.1. Perkerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan awal dari kegiatan pembangunan. Lokasi tempat pembangunan harus
dibersihkan dari hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran kerja, misalnya: pohon, akar-akar
tanaman, dan semak-semak di lokasi tersebut. Pada tahap ini juga dibuat sarana penunjang lain seperti
pembuatan kantor kontraktor dan konsultan, pemasangan genset, dan lain-lain.

3.2. Pekerjaan Tanah


Pada tahap pekerjaan ini dilakukan persiapan lokasi pembangunan instalasi agar mencapai elevasi yang
telah direncanakan dalam gambar rencana penempatan unit- unit pengolahan.
Pekerjaan tanah tersebut meliputi:
a. Pekerjaan pengukuran dan pematokan.
b. Pekerjaan pembersihan lokasi.
c. Pekerjaan penggalian.
d. Pekerjaan pengurugan
Pekerjaan penggalian tanah dilakukan sesuai dengan pematokan yang telah dilakukan. Klasifikasi jenis
galian menurut tingkat kesulitannya untuk menentukan pembiayaan adalah sebagai berikut:
1) Galian tanah biasa.
a. Galian tanah keras/cadas merupakan tanah berbatu, umumnya untuk menggali tanah ini
digunakan bor atau dengan bahan peledak atau alat khusus lainnya.
b. Galian tanah yang selalu berair akan menimbulkan masalah air tanah setelah mencapai kedalaman
gali lebih dari 0.2 dari permukaan air konstan. Bila perlu saat dilakukan penggalian, galian harus
diberi penguat dan dibuat agak miring sehingga tidak terjadi longsor yang dapat mengganggu
bangunan yang telah dibuat dan menjaga para pekerja untuk bekerja dengan aman.
c. Daerah penggalian harus mempunyai saluran pembuangan air yang baik dan bebas dari genangan air
atau dapat juga digunakan pompa air, karena seluruh pekerjaan sedapat mungkin dikerjakan dalam
keadaan kering. Galian harus dibuat dengan lebar berlebih untuk memasukkan unit-unit penyangga,
penguat galian, peralatan pembangunan sipil dan harus cukup untuk meletakkan dan
menyambungkan pipa dengan baik. Harus dilakukan persiapan-persiapan tersendiri untuk
menampung sementara bahan galian, yang diperlukan untuk pengurugan kembali. Bahan galian
yang tidak dapat digunakan sebagai bahan urugan atau keperluan lain, diangkut dari lapangan untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir yang telah disepakati. Pengurugan harus dilakukan sesuai
dengan gambar rencana dan spesifikasinya serta disebutkan dalam Pekerjaan Tanah. Pengurugan
harus memenuhi ketentuan-ketentuan bahwa tanah yang digunakan bukan termasuk tanah lempung
asli ( kadar clay <20%). Pengurugan dilakukan secara berlapis dengan tebal lapisan 20 cm,
kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat berat. Bahan urugan harus bebas dari akar- akaran,
bahan organik, sampah, dan batuan yang lebih besar dari 10 cm.
Bahan urugan:
a. Bahan dari galian tanah.
Pengurugan dapat menggunakan bahan galian, meliputi bahan-bahan yang menggandung lempung,
pasir, kerikil, atau bahan lain yang bebas dari kotoran.
b. Bahan dari pasir dan kerikil.
Semua pasir yang digunakan dalam pengurugan harus berasal dari pasir alam, dengan butiran dari
halus sampai kasar, bebas dari kotoran, debu, atau bahan- bahan lain yang tidak sesuai. Lempung yang
terdapat pada pasir tidak boleh lebih dari 10% berat keseluruhan. Pada pekerjaan sipil pembangunan
unit-unit pengolahan maupun pekerjaan pengurugan di bawaah pipa harus diberi dasar pasir setebal 10
cm, dasar pasir ini dipadatkan dengan pemadat dan dibasahi serta harus memiliki permukaan yang
rata, urugan pasir ini harus disebar merata ke seluruh lokasi pengurugan.

3.3. Pekerjaan Pondasi


1) Konstruksi pondasi dibuat berdasarkan gambar hasil perhitungan sipil.
19
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
2) Jika tanah mengandung lumpur atau humus yang cukup dalam, maka tanah tersebut harus dibuang
atau dikupas dan diadakan perbaikan struktur tanah.
3) Pondasi yang akan dipasang adalah pondasi batu kali dengan memakai bahan material:
4) Batu kapur setebal 25-30 cm, dipadatkan.
5) Pasir urug untuk alas pondasi dengan ketebalan 5-10 cm dan dipadatkan.
6) Adukan campuran 1 pc : 2 ps : 3 krl.
3.4. Pekerjaan Beton
a. Kualitas beton yang digunakan adalah K-225 untuk lantai dan dinding unit- unit pengolahan, dan
beton 1 : 3 : 5 untuk lantai kerja.
b. Persyaratan bahan dan pelaksanaan pekerjaan pondasi harus sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi teknis untuk pekerjaan sipil. Secara umum spesifikasi bahan-bahan konstruksi dalam
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
Semen.
Semua semen yang digunakan adalah jenis semen portland biasa dengan mutu terbaik. Semen harus
disimpan dengan baik untuk mencegah kelembaban atau pencemaran oleh bahan-bahan lain.
Pasir dan Kerikil/batu pecah.
Pasir dan kerikil/batu pecahan harus diangkut, ditangani, dan ditimbun sedemikian rupa sehingga yang
berukuran nominal terpisah dari yang berukuran lain dan tidak bercampur dengan benda-benda lain.
Kerikil dan batu pecahan harus keras, tahan lama, bersih, serta bebas dari bahan organik yang
mengganggu konstuksi beton, lapisan yang menempel dan dari debu.
Beton
Perbandingan campuran beton harus 1 : 2 : 3 kecuali ada ketentuan lain, untuk mendapatkan mutu beton
yang baik perbandingan kerikil dan pecahan batu yang harus digunakan harus diubah-ubah (dapat
dipadatkan dengan baik tanpa penggunaan terlalu banyak air).
 Untuk pencampuran semen harus digunakan air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan
organik, minyak, asam, alkali, atau campuran lain yang dapat merusak beton atau dapat
mempengaruhi daya lekat semen.
 Pengadukan beton dilakukan dengan mesin pengaduk sampai susunan warna dan kekentalannya
harus sama.
 Sebelum dilakukan pengecoran bekisting harus dipasang dengan kokoh sesuai dengan bentukannya.
o Bekisting dibuat dari kayu bermutu baik dengan ketebalan minimal 2.5 cm.
o Dipasang sekokoh mungkin, kaku, dan kuat menahan getaran alat pemadat.
 Beton harus dicor dan dipadatkan tidak kurang dari 30 menit setelah dicampur dan dibiarkan dalam
keadaan basah dan terlindung dari sinar matahari selama minimal 7 hari.
Cetakan dan penyempurnaan
Cetakan untuk cor beton harus dibuat rapi dan diperkuat secukupnya sesuai dengan gambar rencana.
Semua sambungan-sambungan harus rapat untuk menjamin agar tidak terdapat kebocoran yang
menyebabkan beton menjadi basah pada cetakannya. Cetakan tidak boleh dibongkar selama 24 jam
setelah pengecoran.
Permukaan beton yang horizontal dan yang terlihat harus diratakan sampai halus dengan sendok
baja setelah pengerasan pertama terjadi.
Macam campuran (adukan) menggunakan agregat kasar dan halus untuk tiap 50 kg semen portland dan
ukuran nominal, ditunjukkan pada Tabel 7.1 berikut:
Tabel 7.1 Jenis Beton dan Spesifikasinya (PBI 1997)
Jenis Agregat Halus Agregat Kasar Ukuran Nominal
Campuran
Beton (m3) (m3) (mm)
B1 1 : 1,5 : 2,5 0,06 0,10 10
B2 1: 2: 3 0,08 0,12 20
B3 1 : 2,5 : 5 0,10 0,20 38
B4 1: 3: 6 0,12 0,24 38
B5 1: 2: 3 0,06 0,12 30

20
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Penjelasan pemakaian jenis beton adalah sebagai berikut:
B1 = beton yang memerlukan kekedapan air, pelat-pelat atap, reservoir, balok yang bersangkutan
dengan atap dan reservoir.
B2 = semua beton bertulang, kolom, sloof, balok-balok, pondasi diluar ketentuan pada B1
B3 = jalan setapak sekitar bangunan
B4 = semua beton bertulang kecuali jenis B2

4. Spesifikasi Teknis Material


4.1. Umum
Seluruh material yang ditawarkan pemborong harus memenuhi persyaratan teknis baik kualitas maupun
ukurannya. Untuk material eks pabrik yang ditawarkan pemborong, harus ada data-data pokok yang
dilampiri dengan brosurnya. Bagi kontraktor yang memenangkan pelelangan harus menunjukkan contoh
setiap material yang ditawarkan untuk mendapatkan persetujuan pemberi tugas.

4.2. Semen Portland


Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat dalam standar NIS. Semen dapat diterima
berdasarkan hasil penyelidikan selama 7 hari, disertai riwayat kualitas dari penghasil semen selama 12 bulan
terakhir.
Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik dan memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
- Semen senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak.
- Lantai gudang harus kuat dan minimal berjarak 30 cm dari atas tanah.
- Gudang harus cukup untuk memuat semen dalam jumlah besar sehingga tidak menimbulkan kemacetan
dalam penerimaan atau pengeluaran semen.
- Semen dalam sak-sak tidak boleh ditumpuk lebih dari 2 m.

4.3. Agregat Kasar, Pasir, dan Batu


Segala cara yang dilaksanakan pemborong untuk pengangkutan, pembongkaran, pengerjaan dan
penimbunan agregat kasar, pasir, dan batu harus mendapat persetujuan pemberi tugas.
Tempat penimbunan harus dibersihkan, diatur sedemikian rupa sehingga pasir atau agregat kasar
tersebut tidak berceceran, dan tidak terkena kotoran lain pada waktu hujan atau kena air rembesan.
Pemborong atas biaya sendiri harus mengolah kembali pasir atau agregat kasar yang kotor atau tercecer
karena penimbunan yang tidak sempurna. Tinggi timbunan maksimum adalah 1,23 m dan tidak
boleh dipindahkan tempatnya kecuali atas instruksi pemberi tugas.

4.3.1. Pasir
Semua pasir yang diperlukan harus diperoleh pemborong dari sumber yang disetujui pemberi tugas.
Pemborong menanggung semua masalah dan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh pasir tersebut.
Pemborong harus memberikan contoh pasir yang akan dipakai dalam jumlah yang cukup sebelum
pemakaian. Pasir harus bersih dan terbebas dari gumpalan-gumpalan tanah, alkalis, bahan-bahan yang
mengandung organik, dan kotoran-kotoran lainnya yang dapat merusak. Pasir beton harus mempunyai
modulus kehalusan antara 2 sampai 32, atau sesuai dengan PBI 1972, atau sesuai dengan ketentuan
seperti tersaji dalam Tabel 7.2

21
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Tabel 7.2 Kehalusan Pasir Beton (PBI, 1972)
No. Saringan % Satuan Timbangan Tertinggal di Saringan
4 0-15
8 6-15
16 10-25
30 10-30
50 10-30
100 12-30
PAN 3-7

Jika presentase yang tertinggal di saringan nomor 16 adalah 20% maka batas maksimum untuk yang
tertinggal di saringan nomor 8 dapat naik sampai 20%. Pasir pasang harus memenuhi gradasi seperti
tersaji pada Tabel 6.2 berikut ini.

Tabel 7.3 Kehalusan Pasir Pasangan (PBI, 1972)


No Saringan % Timbangan Melalui Saringan
8 100
100 15 (maksimum)

4.3.2. Agregat Kasar


Agregat kasar yang diperoleh pemborong harus berasal dari sumber yang disetujui oleh pemberi tugas.
Pemborong harus menanggung semua permasalahan dan biaya yang diperlukan untuk memperoleh
agregat kasar tersebut. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah
pecah, tipis atau panjang-panjang, bahan alkalis, atau organis dan substansi lain yang merusak. Berat
substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 3 %.
Agregat kasar harus terdegradasi baik dengan ukuran 5 ñ 50 mm. Modulus kehalusan butir harus
berada antara 6,0 ñ 7,5 atau memenuhi standar PBI-1971. Agregat kasar yang tidak memenuhi
ketentuan tersebut harus disaring kembali atas biaya pemborong.

4.3.3. Batu
Batu yang digunakan adalah batu kali atau batu pecah dari gunung atau batu-batu besar yang bermutu
granit, kwasit, dan trap yang mempunyai berat jenis minimum
2,40 gr/cm3 dan kekuatan tekan tidak kurang dari 40 kg/cm2, keras, kekar, bersih,
penuh, bebas pori-pori, dan bebas cacat belah-belah.

4.3.4. Air
Air yang digunakan untuk pengadukan beton atau pembuatan spesi harus menggunakan air tawar yang
bersih dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Tidak mengandung minyak dan bagian-bagian terapung/melayang.
- Harus netral atau sedikit alkalis.
- Kadar sulfat maksimum adalah 0,5 % atau 5 gr/l, kadar klor maksimum adalah 1,5 % atau 15 gr/l.
- Banyaknya KMnO4 maksimum yang dipakai untuk mengoreksi air kotor organik didalam air
adalah 1000 mg/l.
Apabila contoh air tidak dapat dilakukan, maka dalam hal keragu-raguan mengenai air harus
dilakukan percobaan perbandingan antara kekuatan tekanan mortal semen-pasir dengan memakai air
suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila
kekuatan tekanan mortal dengan pemakaian air tersebut pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit
adalah 90 % kekuatan mortal dengan memakai air suling pada umur yang sama.

22
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
4.4. Standar Pipa
Jenis-jenis pipa yang dipergunakan dalam pengerjaan ini adalah pipa dari jenis High density
polyethylene (HDPE). Pipa yang didatangkan dari suplier harus dalam keadaan utuh/baru dan semua
dalam keadaan terlindung, dan sesuai dengan kelas yang disyaratkan dan memenuhi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Pipa yang dimaksud disini adalah lengkap dengan soket dan perlengkapan -perlengkapan
sambungan
2. Penyambungan dilakukan dengan mengikuti ketentuan pabrik
3. Minimum hidrostatic test pressure harus mencapai 10 atm
4. Pipa yang digunakan harus dari jenis kelas 1
5. Pipa yang ditawarkan harus baru dan dijamin keutuhannya

4.5 Perlengkapan Pipa


Perlengkapan pipa yang dimaksud adalah perlengkapan yang sesuai untuk macam pipa yang digunakan.
Sambungan dilakukan dengan Union Socket. Minimum hidrostatic test pressure yang harus dicapai
sesuai dengan yang berlaku untuk pipanya.

4.6. Gate Valve


Gate valve yang digunakan adalah Round Flange Valve dengan Direct Drive Non
Rising Stem. Kriteria lain yang harus dipenuhi :
Minimun leakage pressure adalah 8 atm
Spendel terbuat dari brause

5. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal


Pekerjaan mekanikal dan elektrikal meliputi pekerjaan pengukuran, pengetesan lubang, pekerjaan
penggalian pipa, pekerjaan pemasangan pipa dan bedding, pekerjaan perpipaan untuk aliran
bertekanan dan tidak bertekanan, pekerjaan urugan tanah dan perataan, penyimpanan pipa, bangunan
pelengkap ,dan instalasi listrik.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pekerjaan pipa :


1. Pekerjaan pipa harus memenuhi pedoman pekerjaan Plumbing Indonesia dan instansi lain yang
berwenang.
2. Bahan yang digunakan berkualitas baik dan telah disetujui lembaga yang berwenang.
3. Gambar denah peletakan perpipaan secara garis besar menunjukkan letak peralatan instansi dan
jalur pipa harus mengikuti kondisi setempat.
4. Setelah semua pekerjaan perpipaan selesai, maka perlu dilakukan pengujian atas seluruh bagian
pekerjaan ini.
5. Semua kekurangan dan kebocoran dalam sistem perpipaan harus diperbaiki.
Pekerjaan perpipaan meliputi :

5.1. Pekerjaan Pengukuran


Yang dimaksud pekerjaan pengukuran adalah pengukuran arah memanjang dari pekerjaan perpipaan.
Penentuan ketinggian dan sudut-sudut dilakukan dengan bantuan water pass dan theodolit. Pekerjaan
pengukuran ini sepenuhnya diawasi dan atau dilakukan bersama-sama pemberi tugas pekerjaan,
dan kebenaran dari hasil pengukuran tetap menjadi tanggung jawab kontraktor. Pengukuran galian
parit pada pekerjaan pemasangan pipa harus dilaksanakan dengan ìukuran lariî yaitu sesuai dengan
jalur pemasangan pipa dan permukaan pipa.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut kontraktor harus membuat rencana kerja yang berisi :
1. Nomor patok dan arah.
2. Evaluasi muka tanah yang ada.
3. Evaluasi invert saluran.
4. Evaluasi muka tanah atau jalan setelah selesai pekerjaan urugan dan pembuatan jalan.
5. Letak patok ukuran dan kilometer.
23
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
6. Letak posisi perpipaan yang lurus, belokan pipa, thrust block, dan letak manhole.
7. Dan lain-lain sesuai kondisi nyata di lapangan dan atau atas petunjuk pemberi tugas pekerjaan.
8. Patok ukur dibuat dari kayu ukuran 75 x 10 x 10 cm, ditanam kokoh di tanah sedalam 40 cm setiap
jarak 50 cm. Patok tersebut berisi tulisan nomor patok, ketinggian dasar galian dan tanah asli.

5.2. Pengetesan Lubang


Lubang galian pekerjaan dibuat dengan menggunakan metode konvensional (digali dengan tangan),
dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 40 cm, dan kedalaman ditentukan berdasarkan pekerjaan adanya
pipa-pipa selain pipa air bersih yang tertanam pada rencana jaringan pipa air bersih. Lubang
percobaan dilakukan untuk keperluan pengecekkan jaringan instalasi lain yang tertanam pada tempat-
tempat dimana informasi tentang kondisi tanah tersebut tidak diperoleh, hal ini pun dilakukan agar dapat
diambil alternatif pergesaran jaringan pipa pada posisi yang tepat apabila terjadi persilangan dengan
jaringan pipa yang ada.

5.3. Pekerjaan Penggalian Pipa


Pipa harus dipasang lurus pada kedalaman yang tepat sesuai dengan gambar rencana. Sebelum
penggalian pipa dimulai, data lapangan secara detail disiapkan sesuai dengan rencana penyelidikan
data ulang kondisi daerah pelayanan. Panjang pelaksanaan pekerjaan penggalian pipa disesuaikan
dengan kemampuan pipa yang akan dipasang agar tidak meninggalkan galian pipa yang terbuka. Lebar
galian harus dibuat lebih agar dapat memasukan penyangga, penguat galian, peralatan, meletakan pipa,
dan menyambungkannya dengan baik. Lebar galian yang akan dibuat harus memenuhi ketentuan yaitu,
lebar maksimum = [(1.5 x diameter) + 300 mm]. Lebar galian tergantung pada kedalaman pipa dan
diameter pipa yang akan dipasang, seperti terlihat pada Tabel 7.4.
Kedalaman (m) Lebar Galian (m)
0.6 ñ 1.00 0.50
1.00 ñ 2.00 0.60
2.00 ñ 3.50 0.80
3.50 ñ 7.00 1.00

Tabel 7.4 Lebar Galian Berdasarkan Kedalaman (Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Kerja
Konstruksi Sewerage, PDAM, 1999)

Lebar galian-galian untuk setiap sambungan pipa harus dapat memberikan ruang gerak bagi pekerja,
sehingga memungkinkan pengerjaan pipa dapat dilakukan dengan baik. Untuk galian pipa di atas
diameter 300 mm, harus disediakan balok-balok dan baji yang cukup memadai baik ukuran maupun
kekuatan dan dapat diatur agar pipa- pipa dapat diletakkan pada posisi yang benar.
Dasar parit harus dibentuk sedemikian rupa agar memberi penopangan keliling yang merata dan kuat
bagi bagian bawah dari setiap pipa. Galian harus dibuat sampai kedalaman yang ditentukan untuk
membuat dasar pipa yang rata dan seragam, parit- parit galian harus diberi dasar pasir setebal 10 cm
lebih dahulu, atau sesuai gambar rencana sebelum pipa dipasang didalamnya. Dasar pasir ini harus
dipadatkan dengan pemadat dan dibasahi serta harus mempunyai permukaan yang rata. Setiap dasar
pasir pada ujung pipa harus 5 cm lebih rendah agar pipa terjamin kedudukannya pada keseluruhan
panjangnya dan bukan ditahan oleh sambungan-sambungannya. Setelah
pipa dipasang di dalam parit kemudian ditimbun dengan pasir dan kerikil halus mulai dari dasar
sampai atas pipa. Bahan urugan harus tersebar merata. Bila kedalaman galian lebih dari 1.5 m,
galian harus dipasangi turap agar tidak terjadi longsoran dan dilengkapi dengan barikade pengaman
serta rambu-rambu lalu lintas. Kedalaman galian hendaknya disisakan ± 10 cm agar dasar galian
tidak lembek tergenang air saat pipa terpasang, dasar galian harus bebas genangan air sehingga perlu
dibuat alur air di tepi galian kemudian dibuat sumuran dam dipompa agar air tidak menggenang dan
dasar galian tetap kering. Bagian tepi galian harus dijaga sedemikian rupa agar terjamin stabilitas
24
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
dan tidak terjadi longsoran. Tanah dan bahan galian yang tidak diperlukan dan tidak digunakan
sebagai bahan timbunan diangkut dari lokasi ke tempat pembuangan akhir. Penggalian
dilaksanakan tepat, sesuai dengan jadwal waktu dan persyaratan-persyaratan teknis yang tercantum
dalam rencana.
Apabila dalam galian parit terdapat pasangan batu, bongkahan-bongkahan, atau rintangan lain, maka
rintangan tersebut harus digali sampai 20 cm di bawah dasar parit serta disetiap sisi pipa dan
perlengkapannya, kemudian mengisinya kembali dengan pasir dan memadatkannya sampai ketinggian
yang diperlukan.

5.4. Pekerjaan Pemasangan Pipa dan Bedding


Pipa tidak boleh diturunkan ke dalam lubang sebelum lubang mempunyai kedalaman yang telah
ditentukan. Panjang parit yang harus digali harus disesuaikan dengan pipa dan harus dipasang sesuai
dengan gambar rencana. Pelaksanaan pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum alat-alat bantu yang
diperlukan tersedia di lokasi, pipa-pipa yang akan dipasang diperiksa terlebih dahulu dengan seksama,
susunan pemasangan alat-alat bantu sementara untuk penopang kedudukan pipa dipergunakan dengan
hati-hati dan benar agar tidak terjadi kerusakan pada pipa. Permukaan alas pipa (bedding) harus
rata, tidak ada pengosongan dan tidak bergelombang terutama pada bagian sambungan pipa. Sebelum
pipa terpasang, dasar galian harus memanjang mangikuti garis kemiringan (slope) yang dikehendaki dan
galian bersih bebas dari benda-benda asing. Bentang pipa-pipa yang dipasang ditempatkan sedekat
mungkin pada lokasi akhir jalur jaringan pipa dengan memperhitungkan keamanan dan tidak
mengganggu lalu lintas.
Pemasangan tipe bedding harus memenuhi syarat spesifikasi secara menyeluruh dengan diameter
butiran yang sama disamping sebagai alas pipa juga dapat memberi perlindungan pada pipa maupun
pengamanan bagian permukaan pipa akibat
pengaruh-pengaruh dari luar yang dapat mengakibatkan perubahan posisi atau kerugian kerusakan
pipa. Bagian sambungan socket, spigot, flexible joint, dan lainnya pada pipa yang telah dipasang tidak
boleh ditimbun sebelum dilakukan pengetesan, sedangkan ujung-ujung pipa ditutup untuk mencegah
masuknya unsur-unsur yang merusak ke dalam pasangan pipa, semua pekerjaan pipa-pipa cadangan
untuk penyambungan maupun sambungan rumah di masa yang akan datang, harus ditutup.

5.5. Pengetesan Pipa


Kemampuan kekuatan pipa air bersih diuji dengan air atau udara yang berprinsip sama dengan air
bersih.
Pengujian dengan air
Pengujian dengan air ditekankan dengan pengujian pada tekanan air setinggi 1.2 m di atas lengkungan
(punggung) pipa awal / pangkal yang tinggi, dan tidak lebih dari
6 m pada kemiringan yang curam, maka pengujian dilakukan bertahap per bagian panjang pipa. Tiga
puluh menit setelah pengisian air, dilakukan pengukuran kehilangan air dengan penambahan air yang
diukur dengan tong-tong pada setiap interval 10 menit akan dicatat air yang ditambahkan, untuk menjaga
muka air yang konstan pada tong-tong pengukur.
Penambahan rata-rata banyaknya air pada pipa berdiameter 480 mm diharapkan tidak melebihi 1.0
liter/jam per panjang pipa per 1000 diameter nominal. Besar turunnya muka air pada tong-tong
pengukuran pada setiap 100 m panjang pipa selama 10 menit pengujian tidak melampaui : L = 25 x 10/d
mm
Dimana : L = tinggi turunnya muka air pada tong-tong pengukuran
D= diameter pipa (mm)
Pengujian dengan udara
Cara ini dilakukan sebelum penimbunan pipa, atau tidak dilakukan bila parit penuh dengan air.
Panjang pipa yang diuji secara efektif diisi dengan pemompa udara hingga tekanan air mencapai 100
mm pada tabung gelas U yang dihubungkan ke sistem pengujian pipa. Tekanan udara yang terjadi
tidak boleh kurang dari 75 mm selama 5 menit tanpa pemompaan dan pada temperatur udara yang stabil.

25
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Setiap pengetesan dari pipa harus dihadiri oleh petugas atau wakilnya. Perlengkapan pengetesan harus
disiapkan oleh kontraktor. Jika hasil pengujian tidak memenuhi persyaratan yang dikehendaki oleh
pemberi tugas, maka kontraktor harus
memperbaiki kebocoran kerusakan pipa dengan biaya sendiri. Pengujian pipa diulangi sampai memenuhi
persyaratan.

5.6. Pekerjaan Urugan Tanah dan Perataan


Perurugan galian tanah atau penimbunan dilakukan setelah pipa-pipa terpasang dengan sambungannya
dan tes udara telah dilakukan. Jika dasar galian ternyata tidak stabil atau mengandung bahan-bahan yang
tidak stabil, seperti debu, sampah, dan sebagainya maka harus dilakukan penggalian dan menyingkirkan
bahan-bahan tidak stabil tersebut. Jika elevasi dasar galian telah tercapai dan jenis tanah baik maka tahap
pelaksanaan pekerjaan berikutnya adalah :
1. Pemadatan permukaan galian tanah tersebut.
2. Lapisan pertama adalah pasir urugan. Bahan yang digunakan untuk bedding
pipa harus kering, bersih dan bergradasi sesuai ketentuan.
Untuk pipa PVC, penanaman adalah modifikasi tipe BO dengan tebal minimal material penimbun 300
mm di atas pipa dan sisanya material granular.

Tabel 7.5 Diameter Material Penimbun (Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Kerja Konstruksi
Sewerage, PDAM, 1999)
Diameter Pipa (inchi) Diameter Material Granular (inchi)
6 0.375
8 ñ 15 0.625
18 - 36 1.5

3. Setelah pipa dipasang sebaik-baiknya dalam lubang galian, maka pekerjaan urugan dilaksanakan
secara berlapis setiap 30 dan 40 cm dipadatkan dengan alat pemadat sampai selesai dan mencapai
ketinggian yang dikehendaki menurut rencana.
Jika lapisan dasar, yang telah disebutkan di atas tidak memenuhi syarat sebagai lapisan peletakan
pipa, misalnya karena tanahnya jelek, ada air tanah yang bisa merusak pekerjaan perpipaan,
maka kontraktor harus segera melaporkan keadaan tersebut kepada pemberi tugas pekerja dan
bersama-sama mengatasi keadaan tersebut sehingga lapisan dasar tersebut dapat diperbaiki dan kuat
berfungsi sebagai lapis sehingga memenuhi petunjuk pemberi tugas pekerjaan. Hasil pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
Untuk tanah penimbun atau urugan dapat menggunakan tanah bekas galian, jika bahan-bahan bekas
galian dari jenis tanah yang baik dan untuk bahan bekas galian yang tidak baik harus segera
disingkirkan dari lokasi proyek dan jika masih diperlukan tanah penimbun maka kontraktor
harus mendatangkan jenis tanah yang baik dari luar.
Penimbunan kembali ini dilakukan lapisan demi lapisan, kemudian dipadatkan sekeliling dan di atas
pipa dengan cara yang tidak merusak pipa. Dari kedalaman 10 cm di atas pipa hingga ke
permukaan, galian harus ditimbun dengan tangan atau metode mekanis yang disetujui dan dipadatkan
dengan alat pemadat, untuk mencegah menurunnya permukaan setelah selesai pekerjaan penimbunan.

5.7. Pekerjaan Perpipaan Untuk Aliran Tidak Bertekanan


Pipa yang dipergunakan untuk aliran tidak bertekanan adalah pipa PVC. Untuk pipa PVC, pengaliran
secara gravitasi harus memenuhi standar yang ada yaitu SII1246-85 dan fitting memenuhi SII 1448.
Penyambungan pipa PVC menggunakan rubber gasket ring. Bagian pipa yang akan disambung,
dibersihkan dan diberi pelumas yang dibenarkan cincin karet harus dari jenis yang sesuai dengan
standar pabrik.
Perubahan arah pada penempatan pemasangan pipa untuk aliran tidak bertekanan harus menggunakan
elbow atau bend penyaluran air buangan, untuk nilai sudut belokan kurang dari 22.50 maka
diperlukan manhole.

26
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
5.8. Pekerjaan Perpipaan Untuk Aliran Bertekanan
Pipa yang digunakan untuk aliran bertekanan seperti pada stasiun pemompaan adalah pipa PVC. Jenis
sambungan yang dianjurkan adalah rubber gasket ring. Penyambungan harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, penyambungan dengan bahan standar lain harus menggunakan fitting adaptor.

5.9. Penyimpanan Pipa


Penyimpanan pipa di gudang atau di lapangan harus terlindung dari sinar matahari terutama pada jenis
pipa PVC, untuk menghindari terjadinya lendutan pada pipa sehingga kualitas pipa tetap terjaga.
Penyimpanan pipa diatur sedemikian rupa dan untuk fitting disimpan secara terpisah. Tumpukan pipa-
pipa diberi sanggahan sedemikian rupa sehingga lendutan yang besar pada pipa dapat dihindari.
Tumpukan pipa maksimal enam. Untuk pipa PVC penyimpanan harus terjaga dari getaran, pipa-pipa
disimpan pada daerah yang datar, dipatok pada kedua sisi untuk mencegah terjadinya pergeseran,
atau ditempatkan pada rak-rak tertentu.

6. Operasi dan Pemeliharaan


6.1. Umum
Program pemeliharaan bertujuan untuk memanfaatkan biaya investasi yang telah ditanamkan dalam
pembangunan dan melindungi fasilitas dari gangguan dan kerusakan sehingga dapat dioperasikan
dengan efisiensi dan kinerja yang optimum. Program pemeliharaan terdiri dari :

1. Pemeliharaan pencegahan
Program yang menjadwalkan perencanaan operasi sehingga gangguan-gangguan pada sistem dapat
diperkecil, dan bertujuan pula untuk mengoreksi hal-hal yang kurang efisien. Oleh karena itu
diperlukan penempatan tenaga terampil yang teliti sehingga kerusakan-kerusakan kecil dapat segera
terdeteksi sebelum berubah menjadi kerusakan besar yang bisa berakibat fatal. Pemeliharaan pencegahan
dimulai dengan pengawasan awal (pre-inspection), kemudian dapat diperoleh metode dan jenis
pemeliharaan pencegahan berikutnya, sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan.
2. Pemeliharaan perbaikan
Program untuk mereparasi atau mengganti bagian-bagian yang sudah rusak atau jelek. Program
pemeliharaan perbaikan meliputi normalisasi saluran, perbaikan mesin-mesin pompa, penggelontoran
dan pembersihan saluran, pengecatan agar tidak cepat keropos akibat korosi, pengangkatan endapan,
pembersihan akar tumbuhan, perbaikan dan pemeliharaan konstruksi.
3. Program pemeliharaan keindahan
Salah satu kegiatan dari program ini adalah pemeliharaan estetika pada sambungan rumah,
gedung-gedung, stasiun pompa dan instalasi lainnya agar terjaga keindahannya.
4. Pendataan dan pelaporan
Pendataan dan pelaporan yang dilakukan dengan benar dan kontinu dapat menjaga sifat, keadaan dan
karakteristik saluran dan unit-unit agar selalu terjaga dengan baik. Data-data yang diperoleh dari kegiatan
pendataan ini dapat dipakai untuk perencanaan sistem selanjutnya, sehingga dapat diperoleh efisiensi
operasional yang optimal. Pendataan dan pelaporan meliputi laporan bulanan tentang saluran rumah yang
buntu, laporan harian, mingguan, dan bulanan dari seluruh sistem saluran dan instalasi pengolahan.
Terdapat dua pengelompokkan dalam pendataan dan pelaporan, yaitu data intern dan ekstern. Data
intern yaitu data sistem organisasi, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi, pelaksanaan dan
pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data ekstern adalah data mengenai dampak terhadap
lingkungan sekitarnya.

6.2. Permasalahan Operasional dan Penanganannya


Permasalahan yang sering terjadi pada penyaluran dan instalasi air bersihmeliputi :
Permasalahan akar pohon
Sering akar pohon melalui bawah saluran sehingga kadang-kadang mengangkat saluran sehingga aliran
terganggu. Demikian juga dengan akar-akar yang menerobos menembus bahan saluran sehingga
menyebabkan pipa retak, dan mengakibatkan kebocoran pada pipa. Penanganannya adalah :
a. Dilarang menanam pohon dekat jalur lintasan pipa, terutama jenis pohon yang berakar panjang dan
berserabut.
27
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
b. Untuk yang sudah masuk, segera dibersihkan dengan root cutting dan pohonnya ditebang.

4. PEKERJAAN DREINASE
4.1. GALIAN TANAH BIASA
1. Uraian
Bagian ini meliputi semua galian tanah yang nyata-nyata tertera dalam gambar dan syarat-syarat teknik.
2. Penggalian
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi dan permukaan dan kedalaman yang
disyaratkan atau ditentukan dan diindikasikan dalam gambar dengan cara yang demikian rupa,
sehinga persyaratan dari pekerjaan selanjutnya terpanuhi.
b. Galian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun memindahkan
rangka\bekesting yang diperlukan, dan juga untuk mengadakan pembersian.
c. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang
melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari pada galian harus diukur kembali
dengan pasir dan dipadatkan.
d. Material hasil galian harus segera disingkirkan dari lokasi pekerjaan, agar tidak menghambat lalulintas.

4.2. URUNGAN PASIR DIBAWAH LANTAI


1. Uraian
Bagian ini meliputi semua pekerjaan urungan pasir yang nyata-nyata tertera gambar dan syarat-syarta
teknik.
2. Pengurungan
a. Pekerjaan pengurungan dilakukan sebelum pekerjaan pengecoran beton tumbuk pada lantai saluran.
b. Pasir dihampar secara merata dengan ketebalan yang telah ditentukan dan mengacu pada tebal yang
tertera pada gambar rencana, dan dilakukan penyiraman hingga tercapai kepadatan yang memadai.

4.3. PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Lingkup Pekerjaan
Bagian Pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua macam beton biasa, beton bertulang
dengan penulangannya termasuk bekisting, finising dan pekerjaan-pekerjaan-pekerjaan yang nyata-nyata
termasuk dalam pekerjaan ini. Pekerjaan beton bertulang dengan adukan 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl, dilaksanakan
untuk deuker plat dan lain-lain seperti ditentukan pada gambar.
2. Referensi:
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan - ketentuan seperti
tertera dalam:
a. SNI 1734 – 1986 – F
b. SKBI – Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung
c. Pedoman Beton
d. Spesifikasi Bahan bagunan
e. Pedoman Perencanaan Konstruksi Kayu Untuk Rumah dan Gedung
3. Material
Bahan-bahan/material yang digunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat - syarat sebagai
berikut:
a. Agregat
- Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang halus sampai kasar, dan harus sesuai dengan
persyaratan dalam ketentuan-ketentuan beton.
- Agregat kasar menggunakan kerikilalamdegan ukuran 2/3. Penyimpanan harus sedemikian rupa,
sehingga bebas dengan kontabinasi dengan bahan-bahan yang dapat merusk.
b. Semen:
- Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, seperti disyaratan dalam NI 8 Bab 3-2
- Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan standar dari pabrik dan terlindung.
- Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini penyediaan jasa harus mengusahakan hanya menggunakan
satu merk semen saja.

28
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
c. Besi Tulangan:
- Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi lansung dari udara, tanah
lembab, aspal, oli, (minyak) dan gemuk.
- Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang berukuran garis tengah minimal
1mm.
d. Air:
Air yang dipakai pengecoran harus bersih, dalam artian tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.
e. Bekisting:
Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu klas III, kecuali Direksi/Pengawas menegaskan
lain.
4. Pelaksanaan
a. Proporsi
~ Kecuali gambar nmenentukan lain, maka adukan beton harus mutu beton K 225 dengan komposisi 1 : 2
: 3.
b. Pengecoran Beton
~ Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus bersih dari kororan-kororan dan bahan-bahan lain.
Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan alat pembawa juga harus bersih. Penulangan arus
dimatikan pada posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu.
~ Dimensi semua beton tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidak cocokan pada ukuran,
penyedian jasa diwajibkan memintah pertimbangan terlebih dahuku dari Direksi.
~ Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan kententuan dalam gambar. Jika suatu diameter tidak
terdapat pasaran, penyedia jasa diwajibkan membicarakan terlebih dahulu dengan pihak Diresi.
~ Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidsk tercantum dalm RKS ini, dipakai
peraturan yang termuat dalam SK SNI T-15-1991-03 sebagai syarat.
~ Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi atau pelaksana pengecoran beton dapat diberikan pada
waktunya, penyedian jasa diwajibkan menyampaikan pemberitahuan tentang rencana pengecoran 2 x
24 jam sebelumnya.
~ Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton mengalami periode pengerasan sebagaimana diatur pada
SK SNI T-15-1991-03, dan sementara itu penyiraman harus selalu disediakan.

5. Bekisting
a. Seluruh bahan pekerasan bekisting menggunakan papan terentang (kayu klas III) dan balok 5/50 cm,
kecuali Direksi/Pengawas menegaskan lain, dan untuk mendapatkan cetakan yang memenuhi syarat
pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang yang ahli.
b. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar waktu mengecor tidak ada air adukan yang
lolos, sebelum mulai mengecor bagian dari dalam bekisting harus disiram air dan dibersihkan dari
kotoran.
c. Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar waktu pengecoran
dan pembokaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-gelombang maupun perubahan-
perubahan bentuk, ukuran-ukuran ketinggian-ketinggian serta posisi pada dari pada beton yang akan
dicor.
d. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat mencegah defleksi bahan-bahan bekisting.
Bekisting serta smbungan-sambungan harus rapat, sehinga mencega kebocoran-kebocoran adukan
selama kebocoran. Lubang-lubang sementara harus disediakan dalam bekisting untuk memudahkan
pembersiahan.
e. Pembokaran Bekisting:
Baekisting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat menjamin keselamatan penuh
atas struktur yang dicetak.
6. Contoh-contoh:
Sebelum melaksanakan pemasangan, terlebih dahulu penyedia jasa harus memberikan cotoh-contoh
material yang akan dipakai guna mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.

29
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
6. PEKERJAAN BETON TUMBUK
1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi Pengadaan dan pemasangan dari semua macam dari semua macam beton biasa,
beton bertulangan dengan penulangannya termasuk bekisring. Finising dan pekerjaan-pekerjaan lain
yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini. Pekerjaan beton tumbuk dengan adukan 1 Pc : 4 Krl
dilaksanakan untuk pekerjaan pengecoran lantai saluran dan lining deuker plat dan lain-lain seperti
ditentukan pada gambar.
2. Referensi:
Kecuali ditentukan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketenruan-ketentuan seperti
tertera dalam:
a. SNI 1734-1989-F
b. SKBI-Pedoman perencanaan untuk rumah dan gedung.
c. Pedoman Beton.
d. Spesifikasi bahan bagunan.
e. Pedonan Perencanaan Konstruksi Kayu untuk Rumah dan Gedung.

3. Material:
Bahan-bahan/material yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Agregat
Agregat harus terdiri dari gradasi-gradasi yang halus sampai kasar, dan harus sesuai dengan
persyaratan dalam ketentuan-ketentuan beton. Agregat kasar menggunakan kerikilalamdegan ukuran
2/3. Penyimpanan harus sedemikian rupa, sehingga bebas dengan kontabinasi dengan bahan-bahan
yang dapat merusk.
b. Semen:
- Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, seperti disyaratan
- Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan standar dari pabrik dan terlindung.
- Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini penyediaan jasa harus mengusahakan hanya menggunakan
satu merk semen saja.
c. Air
Air yang dipakai pengecoran harus bersih, dalam artian tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.

4. Pelaksanaan
a. Proposal
Kecuali gambar nmenentukan lain, maka adukan beton harus mutu beton K 175 dengan komposisi 1
Pc : 2 Psr : 4 Krl.
b. Pengecoran Beton
~ Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus bersih dari kororan-kororan dan bahan-bahan
lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan alat pembawa juga harus bersih. Penulangan arus
dimatikan pada posisinya, serta harus diperiksa terlebih dahulu.
~ Dimensi semua beton tertera pada gambar bestek dan detail. Jika terdapat ketidak cocokan pada
ukuran, penyedian jasa diwajibkan memintah pertimbangan terlebih dahuku dari Direksi.
~ Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan kententuan dalam gambar. Jika suatu diameter
tidak terdapat pasaran, penyedia jasa diwajibkan membicarakan terlebih dahulu dengan pihak
Diresi.
~ Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidsk tercantum dalm RKS ini,
dipakai peraturan yang termuat dalam SK SNI T-15-1991-03 sebagai syarat.
~ Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi atau pelaksana pengecoran beton dapat diberikan
pada waktunya, penyedian jasa diwajibkan menyampaikan pemberitahuan tentang rencana
pengecoran 2 x 24 jam sebelumnya.

5. Contoh-contoh:

30
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Sebelum melaksanakan pemasangan, terlebih dahulu penyedia jasa harus memberikan cotoh-contoh
material yang akan dipakai guna mendapat persetujuan Direksi/Pengawas

5. PEKERJAAN FIRE HIDRAN


LINGKUP PEKERJAAN
5.1 Ketentuan Umum
a. Pekerjaan yang dimaksud ialah mengenai pelaksanaan pekerjaan pengadaan, pemasangan dan
penyetelan instalasi pemadam kebakaran (FIRE PROTECTION INSTALATION) yang terdiri dari
instalasi- instalasi Fire Hydrant, Fire Extinguisher dan Fire Alarm.
b. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang ahli. Untuk pelaksanaan
khusus Pemborong harus memberikansurat pernyataan yang membuktikan bahwa pelaksananya
memang mempunyai pengalaman dan kecakapan tersebut.
c. Semua barang dan peralatan yang dipergunakan untuk instalasi harus baru dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan. Jika barang dan peralatan tersebut tidak ditentukan dalam Rencana Kerja & Syarat
maka peralatan tersebut harus peralatan yang normal dipakai.
d. Mengikuti ketentuan pekerjaan instalasi plambing.
e. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus mengembalikan pada keadaan semula, misalnya bila
terjadi pembobokan dinding, lantai dan sebagainya. Pembobokan ini baru dilaksanakan setelah
mendapat izin tertulis dari Direksi.
f. Penyediaan material dan pemasangan sleeves/sparing menjadi tanggung jawab Pemborong.
g. Setelah pekerjaan instalasi selesai, Pemborong harus melaksanakan :
- Gambar yang sesuai dengan instalasi (AS Built Drawing).
Sesudah pekerjaan instalasi selesai Pemborong yang bersangkutan harus membuat dan
menyerahkan gambar yang sesuai dengan instalasinya. Gambar tersebut harus memberikan
informasi dan instruksi lengkap mengenai instalasi secara keseluruhan untuk memudahkan
pemeliharaan dan operasi. Diserahkan dalam masing-masing 4 (empat) set.
- Melatih Operator.
Sesudah pekerjaan selesai dan berjalan baik, Pemborong harus menyediakan tenaga yang cukup
untuk memberikan latihan kepada operator-operator yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas, Pemborong
diwajibkan pula menyerahkan Dokumen Cara Operasi maupun pemeliharaan dari sistim tersebut.
- Masa Pemeliharaan.
Pemborong harus menyediakan tenaga yang cakap untuk pemeliharaan terhadap instalasi yang telah
dipasangnya selama 3 (tiga) bulan dihitung dari masa penyerahan instalasi. Pemborong harus
bersedia datang sewaktu-waktu jika terjadi problema atau kerusakan serta memperbaikinya segera.
- Pemeriksaan.
Sistem instalasi yang telah terpasang harus diadakan pemeriksaan dengan baik sesuai peraturan
yang berlaku. Pemborong harus mengadakan pengetesan yang dihadiri oleh Direksi untuk
menentukan apakah pemeriksaan dilakukan dengan baik. Untuk ini Pemborong harus menyiapkan
Berita Acara.

5.2. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN


5.2.1 Fire Extinguisher
a. Uraian umum.
Untuk keperluan pencegahan kebakaran secara manual selain penyediaan hydrant box harus
disediakan pula tabung- tabung fire extinguisher.
Gambar-gambar menunjukkan letak dan type dari fire extinguisher secara garis besar dimana area
yang harus diproteksi dengan fire extinguisher jenis dan kelas tertentu.
b. Standard.
Standard yang dipakai harus sesuai dengan peraturan- peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas
Pemadam Kebakaran Kabupaten Bengkalis, PU dan Depnaker.
Sistem secara keseluruhan harus sesuai dengan peraturan tersebut.
c. Spesifikasi peralatan.
- Jenis portable lengkap dengan rail hose dan nozzel, dipasang tergantung pada dinding setinggi 1,2m
dari finish floor.

31
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
- Memiliki name plate dengan data-data jenis media, klassifikasi pemadam, penggunaan, masa
berlaku dan pengisian kembali.
d. Peralatan Fire Extinguisher.
Portable Fire Extinguisher.
Bahan yang dipakai untuk keperluan ini ialah serbuk kimia multipurpose dry chemical (DCP) dan
CO2, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Serbuk kimia kering, multi purpose dry chemical :
 Kapasitas/berat bersih : (2 ~ 2,5) kg
 Tabung : iron steel, dengan di cat bakar.
 Test press : 20 kg/cm2
 Bracket : mild steel plate
 CO2 : 4~6 kg, untuk ruang panel dan ruang pompa
 CO2 (dengan trolley) : 23 kg untuk ruang genset.

5.2.2 Fire Hydrant


a. Uraian umum.
Gambar instalasi Fire Hydrant menunjukkan letak dari fire hose dan instalasi pipingnya secara garis
besar, fire hose dapat memproteksi area sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
b. Standard.
Standard yang dipakai harus sesuai dengan peraturan- peraturan yang dikeluarkan oleh Dinas
Pemadam Kebakaran PU, serta standard NFPA yang mendukung system tersebu
c. Sistem.
Sistem pemadam kebakaran Fire hydrant menggunakan unit pompa-pompa listrik yang bekerja secara
otomatis bila terjadi keadaan darurat.
Karakteristik pompa seperti terlihat pada gambar daftar peralatan.
- Kelengkapan pompa adalah sebagai berikut ;
 Panel control
 Pressure gauge
 Pressure switch
 Anti water hammer, check valve
 Flexible joint (standard pressure rating 150 psi)
 Gate valve
 Foot valve
 Strainer
 Savety Relief Valve diameter 100 mm. Dan perlengkapan lain sesuai dengan standar sistem.
d. Type peralatan.
Type peralatan harus dipilih sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan dapat berfungsi dengan
baik, sesuai dengan peraturan yang berlaku dan ketentuan- ketentuan di bawah ini :
1. Fire Hydrant System.
- Pipa
Bahan : Black steel pipe (dilas)
Standard : Sch – 40
untuk instalasi under ground pipa - pipa diberi pelapis/plinkut bitumastic sheet.
- Fitting.
Jenis sambungan : welded joint, flange joint
Standard : bahan dan pabrik yang sama dengan pipa.
- Fire Hydrant Box.
Indoor type cabinet meliputi :
Bahan : Steel plate, dicat merah ( cat bakar) dan lengkap dengan tulisan petunjuk,
lubang pipa diameter 65 mm dan 40 mm.
Ukuran : 125 x 80 x 18 cm
Hose rack : cast iron dilapisi bronze
Hose : panjang 30 meter, bahan asbes
Hose nozzle : diameter 65 mm, 2 macam spray. Bahan brass chrom plated.
32
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
Angle valve/land : diameter 65 mm lengkap dengan coupling yang sesuai dengan standard dinas
pemadam kebakaran Hydrant box termasuk penempatan fire alarm (push button, fire lamp, alarm dan
lain-lain).
- Pillar hydrant.
- Type : two way ( 100 x 65 x 65 ) free standing

Hose & Nosel : diameter 65mm, panjang 30m lengkap dengan hose dan coupling yang dapat
dihubungkan dengan pillar hydrant. Peralatan hose untuk pillar hydrant ini juga di- tempatkan di Ruang
Satpam 2 set.
- Fire Brigade Connection.
Banyak : 1 buah
Type : siamese (two way type), free standing
Ukuran : 100 x 65 x 65
- Automatic Air vent diameter 25 mm
Fungsi : melepaskan udara yang berkumpul dan ujung pipa tegak.
Type : double air valve
- Gate valve/Globe valve/Check valve (non return valve)
Type : OS & Y (Rising stem)
Merk : ex NBC atau setara.
Bahan : Brass/kuningan screwed
Diameter : 65 mm atau lebih kecil
Bahan : cast iron, flange end
Diameter : 80 mm atau lebih besar
Standard pressure rating : 150 psi/ 10 kg/cm2
- Pressure gauge.
Diameter dari dial penunjuk : diameter 150 mm.
Penunjukkan tekanan minimal 2 (dua) kali working pressure dengan skala metric/british.
Tapping dengan stop Valve.
- Kelengkapan untuk sistem kontrol.
 Drain valve
 Pressure switch
 Pressure gauge
 Flow switch
 Main stop valve
 Alarm gong, dsb
Dan lain-lain perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan standar Dinas Kebakaran.

5.3 PEKERJAAN INSTALASI


1. Ketentuan Umum
a. Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan pembangunan yang harus betul-betul ditaati
antara lain Dinas Pemadam Kebakaran PU dan NFPA, UL, FM, kecuali bila dibatalkan oleh Rencana
Kerja & syarat.
b. Pemborong diharuskan.
- Mengirimkan contoh bahan yang akan digunakan.
- Menyerahkan shop drawing yang disetujui Direksi.
- Menyerahkan brosur dan gambar detail peralatan yang akan digunakan sebelum dilakukan
pemesanan untuk disetujui oleh Direksi.
- Menyediakan peralatan yang baik untuk pelaksanaan seperti water pass, water pump, pipe cutters,
pipe dan tube threaders, meteran, megger test dan lain- lain.
c. Apabila Direksi meragukan kwalitas bahan atau alat tertentu, maka bahan tersebut akan dikirimkan ke
Laboratorium Penyelidikan Mutu Bahan atas biaya Pemborong dan alat dimaksud harus segera diganti
bila ternyata kualitasnya tidak sesuai.
d. Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh Direksi, Pemborong harus menyingkirkan bahan tersebut
keluar lapangan dalam jangka waktu 2 (dua) hari.

33
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
2. Gambar-gambar
a. Pemborong wajib membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan (shop drawing) dan
perubahan- perubahannya bila terjadi. Harus membuat gambar yang sesuai dengan instalasi
terpasang (as built drawing) sebelum acara penyerahan pekerjaan.
b. Gambar Kerja dan Gambar Detail untuk pekerjaan harus selalu berada di lapangan setiap waktu.
Gambar tersebut dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.
c. Ukuran pokok pembagiannya, seluruhnya telah tercantum dalam gambar kerja dan detail. Ukuran
tersebut merupakan ukuran efektif/bersih, atau ukuran dalam keadaan jadi. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan maupun pemesanan ukuran-ukuran harus diperhitungkan sebagai ukuran efektif.
3. Pelaksanaan Pekerjaan
- Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi, Pemborong diwajibkan mengetahui lintasan dan posisi dari
instalasi listrik, ground sistim, air dan sanitasi yang ada hubunganya dengan pekerjaan sistem
penanggulangan bahaya kebakaran ini, dalam bentuk shop drawing.
- Jika didalam melaksanakan pekerjaan ada salah satu bagian instalasi yang sukar dilaksanakan.
Pemborong wajib membuat laporan tertulis dan hal tersebut segera dibicarakan dengan Direksi.
- Pekerjaan dapat dilaksanakan selesai dan diterima apabila telah dilakukan test dan dinyatakan baik
secara tertulis oleh Direksi.
- Sambungan pipa digunakan sambungan las (welded joint) dengan menggunakan elektroda las yang
berkwalitas baik, sesuai persetujuan pengawas.
- Pada penyambungan pipa dengan menggunakan flens perlu dilengkapi dengan ring type gasket untuk
menjamin sambungan terhadap kebocoran.
- Semua pipa baik yang tampak atau yang ditanam diharuskan diberi lapisan pelindung lead meni. Pipa
yang ditanam ditanah diharuskan dilapisi lagi dengan aspal, dan dibalut dengan anyaman rami
beraspal.
- Pelaksanaan water proofing terhadap pipa dilakukan sebelum pemasangan dan pada pelaksanaan
pekerjaan penyambungan.
- Pipa-pipa diharuskan ditest terhadap kebocoran, sebelum dilakukan pengurugan. Pengetesan wajib
diketahui dan disetujui Direksi.
- Pengetesan yang gagal, termasuk biaya dan peralatan yang diperlukan untuk perbaikan ditanggung
oleh Pemborong.
- Sebelum pekerjaan dimulai Pemborong wajib menyerahkan gambar kerja, daftar dan brosur
material/equipment yang akan dipasang.
- Pekerjaan listrik untuk instalasi hydrant adalah mencakup sistem otomatis pompa, antara lain :
 Instalasi dari pompa dan kelengkapannya sampai panel pompa.
 Instalasi dapat dibuat interconnect dengan sistem fire alarm.
- Instalasi pipa harus dilengkapi dengan penggantung pipa, support dengan jarak tertentu dan memenuhi
syarat.
- Kedalaman pipa yang ditanam di dalam tanah harus diperhitungkan terhadap jalur yang memotong
jalan. Pipa yang memotong jalan harus ditanam sampai suatu kedalaman minimal 1.20 meter dari
permukaan jalan.
- Commissioning dan testing dari peralatan yang terpasang wajib dilaksanakan untuk mengetahui bahwa
pekerjaan pemasangan peralatan/equipment adalah baik dan benar.
- Pompa dapat bekerja secara otomatis maupun manual dan dapat dimatikan secara manual.
- Setiap minggu dilakukan pengujian perlengkapan start otomatis pompa, pemborong memasang papan
petunjuk pada ruang pompa. Pompa dijalankan selama minimal 15 menit.
- Daya listrik yang disediakan harus menjamin tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan pompa
setiap saat.
- Pada panel-panel pompa kebakaran harus diberi tanda dengan jelas yang bertuliskan :

Ukuran pipa hydrant

Pengukuran terhadap ukuran pipa sangatlah penting guna mendapatkan sistem yang pas saat digunakan.
Ukuran pipa hidran utama adalah 12-16 inci, ukuran pipa hidran sambungan kedua adalah 8-12 inci dan
sambungan pipa hidran cabang yang lebih kecil dibandingkan yang lain yaitu 4,5-6 inci. Pada ujung instalasi
34
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
sistem hidran terdapat pillar atau box (tempat selang dan nozzle), ukuran panjang selang sekitar 20-30 meter
yang terbuat dari bahan kanvas. Untuk dukungan suplai air hidran, dibuat juga pipa hidran yang
dihubungkan dengan siamese connection. Fungsinya adalah untuk menambahkan air dari mobil pemadam
kebakaran jika air dalam tanki penyimpanan habis
Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air, secara sistemnya tidak berbeda dengan
sistem pompa air yang ada dirumah, dimana terdiri atas:
1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)
Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pemadaman
kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun beberapa tangki yang terhubung satu
dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat
sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit
penggunaan hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit. Selain itu reservoir juga
harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan
untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari
sistem pompa yang dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air
sungai, dll.
2. Sistem Distribusi
Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi yang menggunakan pipa
untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa
hydrant, yang terbaik adalah menggunakan system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring
atau O. Sistem ini memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:
o Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa mengalami kerusakan.
o Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka.
Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16 inch. Pipa sambungan ke
dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya
berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar
hydrant terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari
bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.
Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang berinterkoneksi dengan
sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese. Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan
pipa yang fungsinya adalah untuk memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini
sangat berguna bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan supply air tambahan melalui mobil
pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.
3. Sistem pompa hydrant
Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui
sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta mematikan keseluruhan system dan juga untuk
mengetahui status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik
yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air

POMPA KEBAKARAN JANGAN DIMATIKAN WAKTU KEBAKARAN.


- Setiap untuk keperluan perbaikan, panel listrik pompa kebakaran harus tetap pada posisi “ON”.
- Lampu peringatan bahwa ada aliran listrik dipasang dengan pompa agar operator dapat dengan mudah
melihatnya.
- Commissioning dan testing dari peralatan yang terpasang wajib dilaksanakan untuk mengetahui bahwa
pekerjaan pemasangan peralatan/equipment adalah baik dan benar.
- Pompa harus dengan konstruksi sebagai berikut :
Type : Centrifugal, Horizontal Split-Case standard NFPA 20, UL, FM.
Casing & Cover Shaft : Cast Iron atau Cast Steel, Stainless Steel.
Impeller, sleeve : Bronze wearing rings
Shaft seal : Mechanical seal
Kabel daya : 2 source cable
Pompa dan penggerak dihubungkan dengan direct couple:
- Control dari seluruh motor harus dengan standart untuk kebakaran
- Dibawah 3 kW motor distart langsung (direction line), diatas 3 kW harus dengan star delta.

35
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
TEST FIRE PROTECTION SYSTEM
1. Hydrant Pump
System kerja : automatic/manual
Terdiri dari 2 buah pompa : jockey pump 1 buah & diesel pump 1 buah
a. Fungsi Jockey pump.
Untuk menstabilkan tekanan air didalam instalasi pipa, akibat kebocoran atau keadaan lain.
b. Fungsi diesel pump
Diesel pump berfungsi sebagai pompa utama, untuk mengatasi kebakaran, sumber daya dari Diesel
terpadu "Start" otomatis dan "stop" manual
c. Pompa-pompa secara otomatis tidak bekerja apabila didalam reservoir dalam keadaan minimal
(kosong).
2. Prosedur Test
a. Sebelum perlengkapan hydrant ini dicoba, maka terlebih dahulu pipa instalasi hydrant ini di bersihkan
/ flushing dan ditest dulu mengenai kebocorannya. Dengan mengisi air ke instalasi dengan pompa
mekanik diharuskan minimal 15 kg/cm2 dan tidak ada penurunan selama 24 jam.
b. Kalau pipa instalasi hydrant sudah dalam keadaan baik (tidak bocor) maka pengecekan equipment
lainnya dapat dilaksanakan.
c. Pengecekan pompa.
- Kopel as pompa dan motor pada pabrik yang resmi.
- Diperiksa kopling dan poros pompa dengan electro motor, dalam keadaan as atau tidak.
- Kedudukan pompa pada fondasi/base harus benar-benar water pass atau tidak dan baut-bautnya
diperiksa apakah ada yang kendor atau lepas.
- Secara manual, impeller (baling-baling)pompa, harus dapat diputar dengan ringan pakai tangan.
- Power yang masuk ke terminal pompa dari panel pompa diperiksa, phase demi phase dengan
tegangan 220/380 Volt.
- Setelah itu kearah pompa dialirkan tegangan dan dilihat putaran baling-baling dari pompa. Arah
putaran harus clock wise (searah jarum jam).
- Pemeriksaan RPM : pompa dijalankan semua, kran-kran ditutup.
- Amper setiap phasa diperiksa/diukur. RPM yang diharuskan untuk pompa ini berkisar 2800 - 3000,
sesuai dengan spesifikasi.
- Kran-kran dibuka perlahan-lahan dan dicheck ampernya. Dan amper akan naik sampai titik maksimal
(full kapasity sesuai besar kilo watt dari pada electro motor).
- Sesudah diketahui besar amper, dilakukan pengecekan tekanan kerja pada masing-masing pompa
tersebut.
- Test.
 Jockey pump.
Posisi kran pada pipa test dibuka,air dibuang, maka secara otomatis tekanan air akan berkurang, dan
jockey pump bekerja, dan pada tekanan tertentu pompa akan berhenti (disini pompa diset pada 16,2
kg/cm2 untuk ON, sedangkan 16,5 kg/cm2 untuk OFF).
 Main Diesel Pump
Posisi kran pada pipa test dibuka, pada tekanan 16 kg/cm2 electric pump akan bekerja. Posisi
kran ditutup, tekanan akan turun sampai 12 kg/cm2 dan Pompa Diesel akan bekerja.
- Dalam pengetesan ini kalau dengan sistim otomatis, maka selector untuk panel, diswitch pada
posisi otomatis.
- Sedangkan untuk sistim manual, selector switch berada pada posisi manual.
Menghidupkan dan mematikan dengan cara menekan push-button.

6. PEKERJAAN FINISHING
a. Minimal satu kali dalam sebulan kepada kontraktor diharuskan mengadakan rapat berkala bersama-
sama dengan direksi / pengelola proyek mengenai pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik lapangan.
b. Dibuat foto-foto dokumentasi pekerjaan, dipotret dalam 4 arah yaitu muka, belakang, samping kiri
dan samping kanan.
c. Foto-foto tersebut dilakukan sebagai berikut :

36
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)
 Pada waktu pekerjaan akan dimulai (0%)
 Pada waktu rangka kap dan atap telah selesai dipasang
 Pada waktu pengecatan telah selesai dilakukan
 Pada waktu penyerahan pertama pekerjaan
 Pada waktu penyerahan kedua pekerjaan
d. Foto-foto tersebut diberikan kepada :
 1 rangkap dalam album besar berikut klisenya diberikan kepada Penanggung jawab
Kegiatatan.
 1 rangkap dalam album besar kepada pejabat pembuat komitmen.
 1 rangkap dalam album besar kepada konsultan pengawas.

e. Foto-foto tersebut di atas harus dilampirkan pada waktu mengambil angsuran pembayaran-
pembayaran (Termin).
f. Pada saat serah terima dilaksanakan, kondisi bangunan dan area sekitar lokasi pekerjaan harus dalam
keadaan bersih dan rapi.
g. Segala laporan atau catatan, dibuat dalam bentuk buku harian rangkap 5 (lima) diisi pada formulir
yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pemilik dan harus selalu berada di tempat pekerjaan.
h. Kontraktor harus menyerahkan pada Pemilik as built drawing 2 examplar dalam bentuk asli dan
kopian yang telah dibukukan.

Bila ada hal-hal yang belum / tidak tercantum dalam gambar rencana dan RKS ini, supaya kontraktor yang
hadir pada waktu penjelasan pekerjaan ini (Aanwijzing) mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
Konsultan Perencana atau kepada Panitia Lelang yang bersangkutan.

37
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN (SPESIFIKASI)

Anda mungkin juga menyukai