Anda di halaman 1dari 42

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DINAS SUMBER DAYA AIR


SUKU DINAS SUMBER DAYA AIR
KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN
JASA KONSTRUKSI

Program : 1.03.15 / Program Pengendali Banjir dan Abrasi


Kegiatan : 1.03.15.012 / Pembangunan Tanggul dan/atau
Pemecah Gelombang di Kepulauan Seribu
Paket Pengadaan : Pembangunan Breakwater Pulau Lancang
Kode Rekening : 5.2.3.23.12 / Belanja Modal Pengadaan
Konstruksi Bangunan Pantai

SUKU DINAS SUMBER DAYA AIR


KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU

TAHUN ANGGARAN 2020


BAB I
UMUM

1.1. Umum
Spesifikasi Teknis ini merupakan bagian/satu kesatuan dengan Surat
Perjanjian (Kontrak) yang harus dipenuhi oleh Penyedia Jasa dalam
melaksanakan kegiatan Pembangunan.
Apabila terdapat ketentuan – ketentuan yang bertentangan dengan
Kontrak, Syarat Syarat Umum Kontrak (SSUK), dan Syarat Syarat Khusus
Kontrrak (SSKK), maka ketentuan yang berlaku adalah sesuai dengan
hirearki yang telah disebutkan dalam Kontrak. Kontraktor harus melaporkan
perbedaan tersebut kepada PPK untuk menentukan ketentuan yang
digunakan.

1.1.1. Definisi
 Spesifikasi ini ditulis berdasarkan peraturan yang biasa digunakan
dan mengikuti Peraturan Standar di Indonesia. Pemilihan material
dan metode pelaksanaaan, prosedur pengujian bahan, pengawasan
qualitas harus sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga dapat
digunakan untuk pelaksanaan konstruksi.
 Berikut adalah definisi dari penyebutan atau istilah yang
berhubungan dengan proyek.
o Engineer adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta
Konsultan Pengawas dan seluruh Jajarannya;
o Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah Pejabat di Suku
Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu yang menandatangani Surat Perjanjian Kontrak dengan
Kontraktor dan Konsultan Pengawas;
o Konsultan Pengawas adalah Penyedia Jasa Konsultan yang
terikat kontrak dengan PPK, yang akan melaksanakan
Pengawasan pembangunan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar yang diterima;
o Kontraktor adalah Penyedia Jasa Konstruksi yang terikat
kontrak dengan PPK, yang akan melaksanakan pembangunan
sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang diterima;
o Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah Pejabat
yang ditunjuk oleh PPK untuk mengendalikan pelaksanaan
kegiatan;
o Tim Teknis PPK adalah staff yang ditunjuk PPK untuk
membantu secara teknis dan administrasi dalam pengendalian
kegiatan;
o Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) adalah
Tim/Panitia yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk
melakukan serah terima pekerjaan pertama dan kedua;
o Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah Kepala Suku Dinas
Sumber Daya Air Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu;
o Pengendali terdiri dari PPTK, Tim Teknis PPK, dan Konsultan
Pengawas;
o Masyarakat adalah penduduk Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, pihak swasta, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), serta organisasi lainnya yang terkena
dampak pembangunan;
o Aparat setempat adalah Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, serta Instansi pemerintah
lainnya yang berkepentingan terhadap pembangunan;
o Instansi terkait/berwenang adalah instansi pemerintah/swasta
yang memiliki kompetensi, kewenangan, tugas pokok, dan
fungsi untuk menjalankan suatu kegiatan yang terkait dengan
kegiatan pembangunan;
o Konsultan Perencana adalah Penyedia Jasa Konsultansi yang
melakukan perencanaan terhadap desain konstruksi tanggul/
tanggul pemecah gelombang;
o Pihak Lain adalah disiplin lain di luar Kontraktor dan Engineer.
1.1.2. Penerapan Peraturan, Spesifikasi dan Gambar Pelaksanaan
1. Spesifikasi yang dipakai adalah spesifikasi pekerjaan struktur terakhir
berikut seluruh tambahannya. Spesifikasi ini bersifat mengikat dan
harus bersesuaian dengan spesifikasi lainnya.
2. Semua informasi yang tercantum di gambar pelaksanaan harus
bersesuaian dengan spesifikasi pekerjaan struktur. Bila dijumpai
perbedaan, Kontraktor harus menanyakan kepada Engineer untuk
konfirmasi.
3. Pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi dan disetujui oleh
Engineer, dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah
mengenai pembangunan didaerah tersebut. Kontraktor harus mengikuti
semua intruksi yang benar atau petunjuk dari Engineer sehingga
seluruh pekerjaannya dapat dilaksankan sesuai dengan spesifikasi dan
gambar kerja dan dapat diselesaikan pada waktunya.
4. Ketidak sempurnaan pekerjaan seperti dalam mengerjakan pematokan,
pengukuran level, kelurusan kolom, dimensi, ketebalan pelat, dan lain-
lain harus diperbaiki sesuai petunjuk Engineer. Kontraktor yang
bertanggung jawab terhadap penambahan anggaran pelaksanaan
akibat hal tersebut.
5. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap keakuratan pengukuran
berdasarkan gambar yang ada. Dan Engineer berhak untuk memeriksa
semua pekerjaan kontaktor saat terjadi kasus atau sewaktu-waktu yang
dianggap perlu. Walaupun tetap terjadi kesalahan setelah pengecekan
dilakukan oleh Engineer, Kontraktor tetap harus bertanggung jawab
untuk memperbaiki atas anggaran pelaksanaannya sendiri.
6. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, tenaga supervisi, material,
peralatan dan semua operasional yang diperlukan untuk kelengkapan
pekerjaan.
7. Dalam penawarannya Kontraktor sudah harus memasukkan semua
anggaran pelaksanaan yang dianggap perlu untuk pengadaan barang-
barang tertentu, serta pasokan material dan tenaga kerja, sehingga
dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
8. Pelaksanaan pekerjaan dan material yang dipakai harus mengikuti
Standar Peraturan Indonesia atau Standar Peraturan lain dengan
persetujuan Engineer dan peraturan tambahan dari pemerintah
setempat.
9. Seluruh alternatif material dan metoda lain yang diusulkan oleh
Kontraktor harus diajukan kepada Engineer sebelum dilaksanakan. Dan
untuk setiap alternatif yang disetujui tidak ada anggaran pelaksanaan
tambah.

1.2. Lingkup Pekerjaan


1.2.1. Lingkup Pekerjaan yang harus dilaksanakan Kontraktor Pekerjaan

NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME

I PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan papan nama proyek, gudang pekerja,
1 Sesuai BoQ
pemasangan bowplank dan kantor lapangan

II PEKERJAAN TANGGUL
1 Meratakan tanah dasar kubus beton berongga Sesuai BoQ
Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Kubus Beton
2 Berongga uk.60 x 60 x 60 cm, K-350, termasuk tali Sesuai BoQ
tambang nylon pengikat dia. 8 mm
3 Pekerjaan Pasangan Batu Bronjong Kawat Galvanis Sesuai BoQ
Pekerjaan Bongkar dan Pasang Tetrapod Beton Eksisting,
4 Sesuai BoQ
termasuk Langsir

PEKERJAAN ANGKUTAN MATERIAL DENGAN KAPAL


III
LAUT
1 Angkutan Material dengan Kapal Laut Ke Pulau Lancang Sesuai BoQ

1.2.2. Rencana Mutu Kontrak


Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan Program Mutu yang disusun oleh
Kontraktor untuk menjamin Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan kualitas,
kuantitas, waktu, dan fungsi yang telah ditentukan dalam Kontrak beserta
turunannya.
Rencana Mutu Kontrak disusun paling sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. Jaminan Kualitas (Quality Assurance);
f. Informasi Sub Kontraktor dan Supplier;
g. Manajemen Resiko;
h. prosedur instruksi kerja; dan
i. pelaksana kerja.

1.3. Pekerjaan Persiapan


1.3.1. Umum
Sebelum Kontraktor melaksanakan pembangunan maka Kontraktor terlebih
dahulu harus merundingkan dengan Pengendali mengenai pembagian
halaman tempat pekerjaan penimbunan bahan-bahan, tempat mendirikan
los-los pengawas atau los-los kerja dan lain sebagainya agar pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar, juga mengenai pekerjaan-pekerjaan yang
diprioritaskan.

1.3.2. Persiapan Pelaksanaan Pembangunan


Yang termasuk lingkup pembangunan persiapan adalah:
1. Pembuatan bangunan sementara untuk kantor Kontraktor beserta
perlengkapan dan gudang material.
Lokasi dari bangunan-bangunan tersebut akan ditentukan oleh
Pengendali. Apabila lokasi bangunan sementara tersebut akan
digunakan untuk kepentingan lain, maka atas perintah dari Pengendali,
Kontraktor berkewajiban untuk melaksanakan pemindahannya pada
lokasi yang ditentukan oleh Pengendali. Bangunan sementara tersebut
harus segera dibongkar bila ada perintah dari KP atau bila bangunan
tersebut tidak diperlukan lagi.
2. Sosialisasi Kegiatan
Kontraktor bersama dengan Engineer melakukan sosialisasi ke
masyarakat dan aparat setempat. Dalam sosialisasi Kontraktor dan
Engineer menyampaikan rencana pekerjaan yang terdiri namun tidak
terbatas pada : lokasi pekerjaan, konstruksi yang digunakan, metode
pekerjaan yang digunakan, jadwal pekerjaan. Hasil sosialisasi
dituangkan dalam berita acara dapat dijadikan dasar untuk merubah
posisi dari lokasi pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Monitoring terumbu karang
Sebelum melakukan pembangunan, Kontraktor bersama dengan
pengendali, mengundang instansi berwenang untuk secara bersama
melakukan pengecekan terumbu karang. Ketentuan mengenai
monitoring terumbu karang akan diatur dalam bab tersendiri dari
spesifikasi ini.
4. Pembersihan lapangan
Pekerjaan pembersihan lapangan yang dilakukan adalah pembersihan
semua area pekerjaan dan segala sesuatu sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan ini.
5. Pekerjaan mobilisasi peralatan yang diperlukan dan tenaga kerja.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat perintah Mulai Kerja (SPMK),
Kontraktor harus memasukkan rencana detail kepada Pengendali
mengenal prosedur mobilisasi.
6. Pekerjaan pengukuran
Kontraktor berkewajiban melakukan pengukuran kembali mengenai
elevasi dan situasi area.
7. Kontraktor harus memasang dan memelihara patok-patok pembantu
pengukuran, menentukan lokasi/koordinat untuk pelaksanaan
pembangunan, dan pada akhir pembangunan harus dibersihkan
kembali oleh Kontraktor Pembangunan.
8. Kontraktor akan mendapat petunjuk secara tertulis dari Pengendali
mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa
patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran Pelaksanaan
pembangunan.
9. Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk
pengukuran topografi (theodolite, waterpass, dan lain-lain yang
diperlukan)
a) Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi dilakukan untuk mendapatkan kondisi
lapangan dan untuk perhitungan pemeriksaan bersama awal
(mutual check nol) dan melengkapi peta kerja.
i. pengukuran dilakukan menyusur pantai meliputi bentang
panjang konstruksi yang akan dilaksanakan dan ke arah
darat
ii. penentuan titik kontrol dengan global positioning system
(GPS) cukup dibuat satu benchmark (BM) dan control point
(CP);
iii. titik-titik kontrol CP harus dicek berkala selama pelaksanaan
pekerjaan; dan
iv. hasil pengukuran topografi dituangkan dalam gambar
dengan skala 1:2000 atau lebih detail.

b) Pengukuran bathimetri
Pengukuran bathimetri (hanya untuk bangunan pemecah
gelombang) dilaksanakan sebelum dimulai pekerjaan untuk
mengetahui data kondisi kedalaman laut di lokasi pekerjaan sejauh
50 m dari as rencana bangunan ke arah laut. Pengukuran
bathimetri diperlukan untuk perhitungan MC nol, kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan melengkapi peta kerja.

c) Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut


Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut dilaksanakan
untuk mengetahui waktu pasang dan waktu surut, yang akan
digunakan dalam pengaturan jadwal kerja harian.
Metode pengamatan pasang surut, antara lain:
i. lokasi pengamatan dilakukan di laut atau di muara dekat
dengan lokasi;
ii. pengamatan dilakukan dengan pembacaan muka air setiap
selang 1 jam pada papan duga (staff gauge) selama 1 putaran
pasang surut penuh;
iii. papan duga yang dipakai memiliki ketelitian 1 cm, diletakkan
sebagai titik tetap dan harus dalam fluktuasi pasang surut
secara penuh; dan
iv. hari, tanggal, waktu, dan lokasi pengamatan harus dicatat.
v. Data pengamatan pasang surut digunakan untuk melakukan
koreksi terhadap data pasang surut tahunan yang
diperoleh dari pengumpulan data, selanjutnya dipergunakan
untuk menentukan pengaturan jadwal kerja harian dalam masa
pelaksanaan yang mengacu pada Pd T-26-2004-A. Kontraktor
dapat mengajukan perubahan desain susunan berdasarkan
hasil pengukuran dan review desain.

1.4. Pelaksanaan Pembangunan


a Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar
diperoleh kemajuan yang memuaskan sesuai dengan detail program
operasi yang telah disetujui Direksi/ Pengawas Lapangan.
b. Kontraktor harus mempersiapkan dan menjamin kelancaran
pembangunan, bahan-bahan bangunan pekerja dan peralatan yang
harus ada setiap saat untuk menjamin penyelesaian pembangunan
sesuai dengan jadwal yang telah disetujui.
c. Kontraktor memepertimbangkan resiko resiko yang berpotensi
menghambat penyelesaian kegiatan.

1.4.1 Jadwal Pelaksanaan Pembangunan


1. Jadwal pelaksanaan pembangunan dibuat untuk rencana pelaksanaan
pembangunan dan agar kemajuan pembangunan dari waktu ke waktu
dapat dievaluasi ketepatan waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk
menguraikan berbagai aktivitas pembangunan.
2. Kontraktor harus menyiapkan jadwal pelaksanaan pembangunan, yang
harus diserahkan dan mendapat persetujuan dari engineer dengan
detail, yang memperlihatkan urutan kegiatan yang direncanakan dalam
melaksanakan pembangunan.
3. Secara berkala Kontraktor harus memperbarui jadwal pelaksanaan
pembangunan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan
pembangunan secara aktual sampai hari terakhir bulan yang
bersangkutan.
4. Laporan jadwal kegiatan mingguan diserahkan ditunjukkan
bagian/komponen/jenis pembangunan dan kegiatan yang direncanakan
akan dilaksanakan dalam minggu yang bersangkutan.
5. Jadwal pelaksanaan pembangunan sub Kontraktor harus diserahkan
secara terpisah atau dimasukkan ke dalam jadwal pelaksanaan
keseluruhan.
6. Laporan mingguan dan bulanan prestasi volume pembangunan
dicantumkan sebagai berikut :
a. Volume pembangunan kumulatif sampai dengan minggu dan bulan
sebelumnya.
b. Volume pembangunan pada minggu dan bulan bersangkutan.
c. Total volume kumulatif sampai dengan minggu dan bulan
bersangkutan.

1.4.2 Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan, Produksi, dan Pengiriman


Material
Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal
pelaksanaan pembangunan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah
termasuk/memperhitungkan waktu pengajuan, rencana produksi bahan di
pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian, pengambilan
sampel dan persetujuan dari Pemilik Proyek.

1.4.3 Dokumentasi Pembangunan


Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian
pembangunan yang sedang dilaksanakan atau yang telah selesai
dilaksanakan seperti yang diminta oleh Pengendali Lapangan. Keterangan
yang menyebutkan kegiatan/macam pembangunan dan tanggal
pengambilan harus disertakan ukuran masing-masing potret.
Dari contoh yang dipilih Pengendali Lapangan, Kontraktor harus membuat
foto dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.

1.4.4 Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dalam butir mengenai mobilisasi dan demobilisasi dalam
pelaksanaan Pembangunan, mencakup:
a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan dan material untuk
sarana pendukung ke lokasi proyek, beserta pemasangannya, dimana
alat-alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput: staf, pegawai, pekerja proyek, dan Engineer.
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan
pembangunan dan peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi
proyek bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Engineer.
d. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staf, pegawai dan pembangunan
setelah proyek selesai.
e. Demobilisasi peralatan setelah proyek selesai.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima Surat Perintah


Mulai Kerja (SPMK), Kontraktor harus memasukkan rencana kepada
Konsultan Pengawas / Pengawas Lapangan mengenai prosedur mobilisasi.
Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10
(sepuluh) hari setelah Konsultan Pengawas / Pengawas Lapangan
memberikan nota dimulainya pembangunan, peralatan harus sudah berada
di lokasi proyek sesuai dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.
Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang
akan digunakannya untuk melaksanakan pembangunan. Daftar tersebut
harus sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan disetujui oleh
Pengawas Lapangan dalam hal fungsi dalam pembangunan, kapasitas,
jumlah, tahun pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba
di tempat pembangunan. Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut
tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal pemakaian. Kontraktor dalam
keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut
sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pembangunan tanpa
persetujuan Pengendali. Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tiap-tiap
bagian/komponen/tahap pembangunan sebelum pembangunan tersebut
dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus
terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pengendali.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan tersebut
yang akan mengganggu pelaksanaan pembangunan harus segera
diperbaiki atau diganti sedemikian rupa, sehingga Pengawas Lapangan
menganggap pembangunan dapat dilanjutkan.

1.4.5 Bahan Bangunan


1. Sumber Dan Jenis Bahan Bangunan
Kontraktor apabilan diminta oleh pengendali harus mengajukan contoh
material dan daftar tertulis kepada Pengendali Lapangan untuk
mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan jenis bahan
bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pembangunan.
2. Penyimpanan Bahan Bangunan
a. Penyimpanan
Bahan bangunan harus disimpan sedemikian agar mutunya tidak
menjadi berkurang maupun mengalami kerusakan. Tempat/lokasi
penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai yang keras, bersih
dan dimana perlu, diberi atap (dilindungi) dan atau dinding.
b. Cara menumpuk
Bagian tengah dari lantai gudang atau lantai dari suatu timbunan
bahan bangunan hendaknya dibuat miring melandai ke tepi-tepi
agar mudah dilakukan pembersihan. Cara menumpuk bahan
bangunan hendaknya sedemikian rupa, agar timbunan tidak
berbentuk kerucut dan tidak menyebabkan pemisahan bahan
(segregation).
c. Untuk penumpukan material besi harus dihindarkan terjadinya karat
dan lama penumpukan di tempat terbuka tidak lebih dari 1 bulan.

1.4.6 Ukuran
Semua ukuran untuk pekerjaan beton dinyatakan dalam cm sedang untuk
pekerjaan baja dinyatakan dalam mm. Apabila ada keragu-raguan
mengenal dimensi satuan, KontraktorPekerjaan wajib menanyakan terlebih
dulu kepada Pengendali.
1.4.7 Perbedaan Gambar
1. Pada dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan Uraian
Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan, maka yang berlaku adalah
yang tertulis.
2. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari PPK.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau
keragu-raguan di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut, KontraktorPekerjaan harus melaporkan secara
tertulis kepada Engineer, dan Engineer memberikan keputusan gambar
mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan
Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi
Kontraktor untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.

1.4.8 Sarana Kerja


1. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi nama, jabatan, keahlian
masing-masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pembangunan
pemborongan ini.
2. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi bengkel kerja (Workshop)
beserta peralatannya, dimana pekerjaan pemborongan akan
dilaksanakan.

1.4.9 Koordinasi
Pada waktu pengadaan material dan pemasangan material tersebut,
Kontraktor wajib mengadakan koordinasi dengan Kontraktor unsur
pekerjaan lainnya atas petunjuk PPK.

1.4.10 Unsur-unsur pembangunan yang disebutkan kembali


Apabila dalam Uraian Pembangunan dan Persyaratan Pelaksanaan ini ada
bagian-bagian/bab-bab yang menyebutkan kembali setiap unsur pada
item/ayat lain, maka ini bukan berarti menghilangkan item/ayat tersebut
tetapi dengan pengertian lebih menegaskan.
Apabila terjadi pertentangan atau perbedaan yang berlawanan, maka
kontraktor melakukan konfirmasi ke PPK untuk memastikan ketentuan yang
digunakan.

1.4.11 Shop Drawing


1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus
dibuat Kontraktor berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang
disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik
dan bahan yang dipakai.
2. Shop Drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan
lain-lainnya
3. Kontraktor harus melaksanakan pembangunan berdasarkan shop
drawing tersebut yang sebelumnya telah diajukan dan mendapat
persetujuan tertulis dari Engineer.
4. Pada dasarnya Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila
ada persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau
belum tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan/atau
disesuaikan dengan kondisi lapangan.

1.4.12 Perubahan Spesifikasi Teknis


Perubahan spesifikasi teknis dan desain hanya dapat dilakukan dengan
mekanisme perubahan kontrak (Addendum kontrak ). Namun perubahan
minor dan tidak merubah lingkup pekerjaan sebagai bentuk penyesuaian
kondisi lapangan dapat dilakukan dengan persetujuan dari Engineer.

1.4.13 Ganti Rugi


Kontraktor bertanggung jawab atas segala anggaran pelaksanaan ganti
rugi/kompensasi sehubungan dengan pendatangan/pengambilan bahan
baku/bahan bangunan. Tidak diadakan mata pembayaran khusus untuk
pembayaran ganti rugi/kompensasi tersebut, tetapi harus sudah termasuk
dalam anggaran pelaksanaan yang diajukan di dalam Dokumen Kontrak.
Kontraktor bertanggung jawab atas segala anggaran pelaksanaan ganti
rugi/kompensasi sehubungan dengan Kerusakan Lingkungan (diantaranya
namun tidak terbatas pada : terumbu karang, lamun laut, tanggul,
bangunan masyarakat/aparat setempat/instansi terkait) baik terhadap
masyarakat, aparat setempat, dan Instansi yang berwenang.
Kontraktor harus dapat mengidentifikasi resiko kemungkinan terjadinya
kerusakan lingkugan dan mitigasi yang dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi resiko kerusakan lingkungan. Biaya mitigasi resiko
merupakan tanggung jawab dari kontraktor yang dimasukan kedalam
penawaran kegiatan.

1.4.14 Pelayanan Pertolongan Pertama


Kontraktor harus menyediakan keperluan pelayanan pertolongan pertama
yang cukup di lokasi proyek Kontraktor harus membuat Kontrak dengan
Rumah Sakit terdekat dan dengan dokter setempat sehingga bagi para
pegawai/pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan segera dapat
menerima pengobatan yang baik pada setiap saat baik siang maupun
malam. Untuk keperluan pertolongan pertama disediakan dalam jumlah
yang cukup dan terpasang di dinding-dinding ruangan.

1.5. Laporan
Laporan kemajuan pekerjaan pelaksanaan konstruksi bangunan
pengaman pantai harus dibuat oleh penyedia jasa dan diperiksa direksi
teknis dan disetujui oleh direksi pekerjaan yaitu:
a) Laporan harian
Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa berisi:
(1). Laporan tentang jenis, volume hasil kerja yang dilaksanakan;
(2). Jumlah dan klasifikasi tenaga kerja;
(3). Keadaan cuaca khususnya yang menyebabkan hambatan
terhadap kelancaran pekerjaan;
(4). Penerimaan dan penggunaan material
(5). Mobilisasi dan operasi alat berat;
(6). Perintah dan atau persetujuan direksi teknis untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu yang dikeluarkan pada hari itu;
(7). Perubahan desain dan realisasi desain serta gambar kerja;
(8). Kendala yang dihadapi;
(9). Foto hasil pelaksanaan pekerjaan; dan
(10).Hal lain yang dianggap perlu untuk diketahui direksi pekerjaan.
b) Laporan mingguan
Laporan mingguan merupakan prestasi/kemajuan pekerjaan yang
dibuat oleh penyedia jasa dan ditandatangani oleh direksi teknis.
Laporan mingguan berisi:
(1). Rangkuman dari laporan-laporan harian dalam satu minggu yang
lalu;
(2). catatan tentang pertemuan/rapat antara pihak-pihak terkait
dalam pelaksanaan konstruksi;dan
(3). keputusan-keputusan penting yang memerlukan tindak lanjut
seperti:
(a) perubahan desain,
(b) metode kerja,
(c) pekerjaan tambah/kurang,
(d) penggantian jenis material yang harus digunakan dengan
alasan- alasannya dan solusi kendala yang dihadapi, serta
dituangkan dalam surat perintah direksi atau persetujuan
direksi terhadap usulan penyedia jasa yang terkait dengan hal-
hal di atas.

c) Laporan bulanan
Laporan bulanan merupakan rangkuman dari laporan-laporan
mingguan, khususnya mengenai prestasi pekerjaan berupa volume
pekerjaan yang telah dilaksanakan, telah diterima dan telah
mendapatkan persetujuan direksi teknis, seperti volume, harga
pekerjaan, serta persentase (%) tambahannya dalam kemajuan
pekerjaan dalam kontrak, dan dibuat dalam rangkap 5 (lima) disertai
foto-foto yang relevan.

d) Laporan khusus
Laporan khusus dibuat dan disampaikan kepada yang berwenang,
misalnya terjadinya bencana alam, kecelakaan kerja baik yang
membawa korban jiwa maupun tidak, tindak kriminalitas di lingkungan
kerja, terjadinya kejadian berjangkitnya penyakit menular dalam
lingkungan kerja dan sekitarnya. Harus dilaporkan juga tentang jumlah
pengadaan, penyimpanan, serta jadual penggunaan bahan peledak.

1.6. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lapangan menjadi tanggung
jawab Kontraktor sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam dokumen
kontrak dan harus menerapkan manajemen K3 sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja nomor 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan kesehatan kerja dan UU nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, Permen PU No.09/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum,
yang meliputi:
1) Metode perlindungan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan
kerja harus diterapkan terhadap pekerjaan, manusia serta alat-alat dan
material yang digunakan. Pengaturan keselamatan kerja (safety) yang
harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a) alat pemadam kebakaran dan lain-lain yang diperlukan harus dapat
menjamin keamanan manusia dan kendaraan-kendaraan serta
peralatan-peralatan dalam lingkungan kerja;
b) para pekerja dan petugas proyek harus memakai alat pengaman
seperti helm, sepatu berperisai, pelampung bagi yang bekerja di
lingkungan luar pantai dan alat-alat tersebut harus tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam kondisi laik pakai; dan
c) alat-alat pelampung dan sekoci harus selalu tersedia dan siap
digunakanapabila diperlukan dalam pekerjaan maupun
penyelamatan.
2) Pengaturan keamanan (security) yang harus dilaksanakan sebagai
berikut:
a) lingkungan proyek harus ditandai dengan rambu batas yang jelas
dan diberi pagar pembatas pada areal tertentu seperti kantor,
gudang bahan bakar, gudang bahan ledak, bengkel kerja dan
sebagainya;
Kontraktor menyampaikan Rencana penerapan K3 (RK3) kepada
Engineer.
1.7. Perijinan
Setiap penyedia jasa (kontraktor) dan sub penyedia jasa (sub kontraktor)
ataupun pemasok (supplier) yang ditunjuk untuk melaksanaan pekerjaan
harus memiliki ijin terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

1.8. Perubahan Lingkup Pekerjaan


Perubahan spesifikasi teknis dan Lingkup Pekerjaan hanya dapat dilakukan
melalui mekanisme Addendum Kontrak. Urutan Addendum kontrak adalah
sebagai berikut :
1. Kontraktor mengirimkan surat permohonan perubahan kontrak disertai
dengan perhitungan teknis/ justifikasi teknis kepada PPK dan
ditembuskan kepada Konsultan Pengawas;
2. PPK melalui PPTK dan Konsultan Pengawas melakukan kajian
terhadap usulan perubahan kontrak dari Kontraktor;
3. Kontraktor dan Pengendali melakukan survei lapangan bersama dan
dituangkan dalam Berita Acara (apabila diperlukan)
4. PPK berdasarkan Justifikasi Teknis dari PPTK dan Konsultan
Pengawas menyetujui/ menolak usulan perubahan dari Kontraktor;
5. PPK bersama dengan Konsultan Pengawas melakukan Negosiasi harga
yang diajukan oleh Kontraktor (apabila diperlukan);
6. PPK bersama dengan Kontraktor menandatangani Addendum Kontrak.
Perubahan lainnya yang disebutkan dalam Spesifikasi ini yang tidak
merubah lingkup pekerjaan/desain tidak memerlukan mekanisme
Addendum Kontrak. Perubahan yang tidak memerlukan mekanisme
Addendum seperti (tidak terbatas pada) :
 Perubahan yang diizinkan dalam spesifikasi ini.
 Perubahan Gambar dari Gambar perencanaan (As-Plan/Tender
Drawing) menjadi gambar Kerja (Shop Drawing).
 Perubahan Lokasi Pekerjaan berdasarkan hasil permintaan
masyarakat, hasil monitoring terumbukarang, dan atau hasil review
desain.
 Perubahan susunan Tanggul atau Tanggul Pemecah Gelombang.
Perubahan tanpa mekanisme Addendum tersebut harus melalui
persetujuan Engineer.
BAB II
PEKERJAAN BETON

2.1 Umum
1. Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland
atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan
air dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat.
2. Pekerjaan yang diatur dalam Bab ini harus mencakup pelaksanaan
seluruh struktur beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton
prategang, beton tumbuk, dan beton pracetak, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh
Engineer.
3. Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pengadaan perawatan beton, dan tindakan lain
untuk mempertahankan agar lokasi yang dilakukan pengecoran tetap
kering.
4. Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana
atau sebagaimana diperintahkan oleh Engineer. Mutu beton yang
digunakan dalam kontrak ini dibagi sebagai berikut:

No Jenis Beton fc’ (MPa) (Kg/cm2) Uraian


1 Beton 30 K. 350 Untuk pembuatan
Pracetak/Precast komponen beton
pracetak seperti : kubus
beton berongga

5. Seluruh pekerjaan beton pracetak menggunakan beton READY MIX


dengan menggunakan Batching Plan. Menggunakan mold/cetakan
besi.
6. Pembayaran dari komponen beton pracetak/precast adalah untuk
komponen yang terpasang di lokasi pekerjaan. Beton pracetak/precast
yang belum terpasang tidak dapat dilakukan pembayaran.
7. Apabila diminta oleh Engineer, Kontraktor wajib untuk melakukan test
laboratorium Independent yang disetujui oleh Engineer.
8. Apabila diminta oleh Engineer, Kontraktor wajib untuk melakukan
pengambilan sampel dengan metode core test, untuk memastikan mutu
dan volume yang dilaksanakan oleh kontraktor. Jumlah sampel di
tentukan oleh Engineer.

2.2 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk lingkup pekerjaan beton adalah:
Semua pekerjaan yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah
pengecoran termasuk pembuatan cetakan, penulangan, pembuatan dan
pemasangan spacer, pengecoran, pembongkaran cetakan, pembuatan
benda uji serta pengetesan mutu beton, persiapan dan pemasangan
penulangan stek-stek. Untuk komponen beton pada kegiatan pembangunan
tanggul/pemecah gelombang semua pekerjaan menggunakan Kubus beton
berongga Pracetak / precast pada pekerjaan konstruksi Breakwater Pulau
Lancang.

2.3 Persyaratan Umum


a) Pedoman Pelaksanaan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka
sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) - NI-2.
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) - NI -
3.
- Mutu dan cara Uji Agregat Beton (511 0052-80).
- Standar Konstruksi Bangunan Indonesia- 1.4.53.1989-UDO:693:5
- Standart Cement Indonesia SNI-2049-2015
- ASTM C-I 50 "Specification for Portland Cement".
- ASTM C-33 " Standard Specification for Concrete Aggregates".
- "American Society for Testing and Materials (ASTM)"
- "American Concrete Institute (ACI-318)".
- DIN 1048
Peraturan-peraturan yang diperlukan harus disediakan Kontraktor di "site".
b) Peraturan-peraturan dari luar negeri seperti ACI code, JIS, BS, dsb. dapat
digunakan sepanjang hal-hal yang diatur tidak terdapat di dalam peraturan
Indonesia, dengan persetujuan dari Engineer.
c) Kualitas campuran beton struktural minimum harus mempunyai memenuhi
mutu yang di persyaratkan berdasarkan pengujian tekan pada benda uji
silinder. Apabila terjadi mutu pada test benda uji silinder dibawah dari
mutu yang dipersyaratkan, akan dilihat toleransi maksimum yang diizinkan
berdasarkan standar dan peraturan yang berlaku. Apabila mutu benda uji
dibawah dari toleransi yang ditentukan maka pembayaran dari pekerjaan
beton disesuaikan dengan mutu benda uji. Apabila pekerjaan yang diambil
sampel benda uji secara struktural dapat menyebabkan keruntuhan
bangunan maka Kontraktor wajib membongkar dan mengulang pekerjaan
tersebut tanpa adanya penambahan biaya.
d) Kontraktor dapat menggunakan bahan-bahan penyusun beton (semen,
agregat, air, dan admixture) yang berbeda dari persyaratan yang
ditentukan dalam spesifikasi ini menyesuaikan mix design dalam rangka
mencapai mutu beton yang dipersyaratkan. Penggunaan bahan-bahan
diluar spesifikasi teknis ini harus melalui persetujuan engineer.

2.4 Admixture
a) Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontrakor
diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas
mengenai hal tersebut.
b) Untuk itu Kontrakor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data
bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya, resiko- resiko dan keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu.
c) Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion
nitrat dan unsur-unsur lainnya yang dapat merusak bahan-bahan beton
dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini.
d) High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai
dengan persyaratan ASTM C494 type F atau G.
2.5 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, kontraktor diwajibkan untuk
membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang
sudah memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti
Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
b) Perbandingan antar agregat halus dan agregat kasar tergantung dari
gradasi, tetapi agregat halus hendaknya dalam jumlah sesedikit
mungkin yang apabila dikombinasikan dengan semen akan
menghasilkan adukan yang dapat mengisi rongga-rongga antara
agregat-agregat yang berbutir kasar tersebut dan cukup tersisa untuk
membentuk permukaan/finishing yang halus.
c) Untuk mencapai kekuatan beton yang optimum dan awet, maka jumlah
air yang dipakai hendaknya sesedikit mungkin tetapi konsistensi beton
masih cukup mudah untuk dikerjakan dan mempunyai konsistensi yang
cukup sesuai dengan keperluannya.
d) Mix Design dari standar lain yang digunakan atau hasil dari trial and
errorr penyedia jasa dapat digunakan sesuai dengan persetujuan dari
Engineer. Apabila diminta oleh Engineer, Kontraktor wajib melakukan
Trial Mix terhadap mix design yang digunakan.
e) Pembesian pada Beton bertulang
Semua besi tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak
tercantum pada gambar, tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk melengkapi
pekerjaan ini, harus diadakan pelaksanaannya.
f) Pemasangan dan pengikatan dari tulangan yang tertanam dalam beton
dilakukan pada keadaan kering bersih dari debu/oli/gemuk dan kotoran
lainnya sebelum pengecoran, tidak diselesaikan pada saat pengecoran
berlangsung.
g) Kontrakor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk
disetujui oleh Pengawas dalam pelaksanaannya.
h) Semua besi tulangan pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih
dari larutan-larutan, bahan-bahan atau material yang dapat memberi
akibat pengurangan ikatan antara beton dan baja.
2.6 Benda Uji
a) Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5
m3 beton dengan minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan
Standar Konstruksi Bangunan Indonesia 1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan
diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan benda uji
dilakukan atas persetujuan Pengawas.
b) Selain itu juga harus disiapkan benda-benda uji kontrol untuk setiap 5
m3 beton dengan minimum 1 benda uji setiap hari untuk pengujian
permeabilitas beton yang dilakukan sesuai dengan persyaratan DIN
1048.
c) Benda uji yang diambil menggunakan coring, ditentukan oleh Engineer
sesuai dengan kebutuhan untuk memastikan kualitas dan volume
pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor.

2.7 Persiapan Pengecoran


a) Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-
tahap, cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan
Pengawas.
b) Molding adalah cetakan beton pracetak/precast. Molding terbuat dari
baja/besi. Sebelum dilakukan pengecoran, kontraktor melakukan
pengecekan terhadap dimensi dari molding. Dimensi molding harus
dapat mencetak beton precast sesuai dengan gambar desain dengan
toleransi yang diizinkan oleh Engineer.
c) Kontraktor harus memperhitungkan jumlah molding untuk kebutuhan
kapasitas produksi dari komponen beton pracetak. Kapasitas produksi
harus menyesuaikan jadwal pelaksanaan kegiatan. Apabila diperlukan
untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus
menambah jumlah molding.

2.8 Pengecoran Beton


a) Sebelum melakukan pengecoran, kontraktor harus melakukan trial mix
desain. Jumlah benda uji yang dibuat dan metode pengetesan
ditentukan dan disetujui oleh Engineer.
b) Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan
peralatan pemadat (vibrators) mekanis. Kontrakor harus menyediakan
peralatan yang cukup untuk mengangkut dan menuangkan beton
dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat diperoleh beton padat
tanpa perlu menggetarkan/memadatkannya secara berlebihan.
Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan
agar tidak terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton
yang sedang dipadatkan dan jangan sampai terjadi perubahan posisi
tulangan baja selama pemadatan. Pemadatan/penggetaran dilakukan
dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregation) beton. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran ini harus
dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah berpengalaman dan
dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Pengawas.
c) Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat
memberikan 6.000 getaran/menit bila dimasukkan ke dalam adukan
beton dengan slump 6 cm dan akan memberikan daerah yang kelihatan
bergetar dalam radius tidak kurang dari 46 cm. Alat penggetar harus
dimasukkan searah dengan as memanjangnya. Tidak diperkenankan
untuk menggetarkan beton yang telah mengalami "initial set" dan
jangan sampai alat penggetar menumpu pada tulangan baja. Tidak
diperkenankan pula melakukan penggetaran untuk maksud
mengalirkan adukan beton.

2.9 Penyelesaian Permukaan Beton


Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak
bagian-bagian yang keropos, melendut atau bagian-bagian yang membekas
pada permukaannya. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh
dan tajam.

2.10 Pengiriman dan Penyimpanan Bahan-bahan


Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai
dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
2.11 Kualitas Beton
a. Beton yang digunakan harus mempunyai tingkat kekedapan yang tinggi.
Nilai penetrasi air yang diijinkan disyaratkan oleh DIN 1048.
b. Kontrakor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan
ditempat lain atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang
ditunjuk oleh pengendali.
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-
ketentuan yang disebut dalam spesifikasi ini. Kontrakor harus membuat
laporan tertulis atas data kualitas beton yang dibuat dengan disahkan
oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya.
d. Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan Pengendali.
e. Kontrakor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.
f. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump.
g. Nilai slump yang dijinkan berdasarkan jenis konstruksi yang akan
dilaksanakan adalah minimum 5 cm dan maksimum 15 cm.
h. Persiapan dan cara-cara pelaksanaan pemeriksaan slump harus sesuai
dengan pasal 4.4.1 PBI 1971.
i. Perawatan silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah atau
ditutupi karung-karung basah tapi tidak tergenang air, selama 7 (tujuh)
hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
j. Untuk pengendalian mutu beton, maka digunakan juga pembuatan
silinder percobaan untuk umur 3, 7, 14, atau 21 hari dengan ketentuan
bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari nilai yang tercantum pada tabel
di bawah ini. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan
angka kekuatan yang diminta maka harus dilakukan pengujian beton
setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam pasal 4.7.4
SKB 1-1.4.53.1 989-U DC:693.5 mengenai penyelidikan hasil uji dengan
kekuatan rendah.
Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Umur
terhadap Kekuatan Tekan Beton Umur 28 hari.
Umur Beton (hari) 3 7 14 21
Rasio Kuat Tekan terhadap
Kuat Tekan Umur 28 hari 0.45 0.65 0.88 0.95

k. Penyampaian beton (adukan) dan mixer ke tempat pengecoran harus


dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
l. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
m. Pemeriksaan Mutu Beton:
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu
hasil pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan
pada bab 4 PBI 1971.
n. Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton:
Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah
dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria
penerimaan hasil pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971
Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan
kekuatan beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan
beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh
Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI
1971. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis,
gambar perencanaan atau petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil
pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui kembali sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen
kontrak.
2.12 Pembangunan Acuan Dan Perancah
Pembongkaran acuan dan perancah, sepanjang tidak ditentukan lain dalam
gambar.
Cetakan (acuan) beton dapat dibongkar jika umur beton telah melampaui
waktu sebagai berikut:
 Bagian sisi balok : 72 jam
 Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
 Balok dengan beban konstruksi : 12 hari
 Pelat jembatan : 12 hari
 Molding beton Pracetak : 2 hari
Dengan persetujuan Pengawas, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal
dengan syarat benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan
sebenarnya telah mencapai kekuatan 80% dari kekuatan pada umur 28
hari. Pembongkaran dapat dilakukan diluar dari ketentuan berdasarkan
sesuai dengan persetujuan engineer.

2.13 Tulangan Beton


a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Berat minimum besi tulangan per meter panjang harus mengacu pada
tabel berikut:
Diameter Normal Berat
(mm) (kg/m)
8 0.395
10 0.617
12 0.888
13 1.042
16 1.578
19 2.226
22 2.984
25 3.853
32 6.313

c. Toleransi Besi
Diameter, ukuran sisi Variasi dalam Toleransi
(jarak antara dua permukaan berat yang diameter
yang berlawanan) diperbolehkan
< 10 mm  7%  0.4 mm

10 mm - 16 mm  5%  0.4 mm

> l6 mm  4%  0.5 mm

d. Selimut Beton
Tebal bersih selimut beton yang harus disediakan terhadap tulangan
terluar adalah minimum 35 mm.

2.14 Perawatan Dan Perlindungan Beton


1. Adukan beton harus dilindungi dari panas yang berlebihan atau
pengeringan yang terlalu dini akibat penguapan air yang berlebihan. Untuk
daerah yang berangin kencang, harus dibuat pelindung angin sesuai
dengan pengarahan dari Pengawas sehingga kehilangan kadar air dalam
beton selama masa perawatan seminimal mungkin.
2. Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan, panas
matahari serta kerusakan-kerusakan, lain yang dapat disebabkan beban-
beban pelaksanaan sampai beton mencapai kekerasan dan kekuatan
sebagaimana disyaratkan.
3. Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah pengecoran,
dengan cara menutupnya dengan karung-karung basah, pasir basah atau
digenangi dengan air selama kurang lebih 7 hari setelah pengecoran
4. Cara lain untuk melindungi dan merawat beton harus mendapat
persetujuan Pengawas dan sesuai dengan PBI 1971.

2.15 Penolakan Hasil Pekerjaan Beton


Engineer berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil
pekerjaan beton jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil
sebagai berikut:
a. Porous, segregasi atau berlubang-lubang.
b. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak
sesuai dengan rencana.
c. Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana)
selama dan setelah pengecoran.
d. Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas
toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
e. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
f. Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya
tidak dapat memenuhi persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
g. Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.
h. Material Pracetak yang dibuat di lapangan, dengan insitu casting.

2.16 Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksanaan Pekerjaan


1. Kontrakor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi yang diberikan. Kehadiran Pengendali yang sejauh mungkin
melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi
tanggung jawab penuh tersebut di atas.
2. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang
yang berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya. Semua
pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding
dengan standar yang umum berlaku. Apabila Pengawas memandang
perlu, Kontrakor dapat meminta nasihat-nasihat dan tenaga ahli yang
ditunjuk Pengawas atas beban Mitra Pengelola Peelaksanaan
Pekerjaan.
2.17 Perbaikan Permukaan Beton
1. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan
campuran adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan acuan,
hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dan sepengetahuan
Pengawas.
2. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan
permukaan yang diharapkan dan diterima oleh Pengawas, maka harus
dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas beban biaya
kontraktor
3. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,
pecah/retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan yang lain
yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

2.18 Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun. Pembersihan
harus dilakukan secara baik dan teratur.

2.19 Contoh Material Yang Harus Disediakan


1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontrakor harus memberikan contoh
material:
koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan
Pengendali.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai
standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontrakor ke lapangan.
3. Kontrakor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui di bangsal Pengawas.

2.20 Spesifikasi Komponen Beton Precast


Spesifikasi beton Pracetak/Precast Kubus Beton Berongga uk.60 x 60 x 60
cm, Kualitas beton K. 350
Kubus Beton Berongga uk. 60 x 60 x 60 cm
BAB III
PEKERJAAN PEMASANGAN KOMPONEN BETON PRACETAK

3.1 Umum
Pekerjaan pemasangan komponen beton pracetak menjadi tanggul terdiri
dari perataan tanah dasar, pemasangan komponen beton pracetak/precast,
pemasangan angkur (untuk buis beton segi delapan), pekerjaan plesteran,
dan pekerjaan Acian.

3.2 Perataan Tanah Dasar


1. Tanah dasar pada tanggul dan tanggul pemecah gelombang harus rata/
tidak bergelombang.
2. Apabila ada berupa karang gosong/ batu karang sehingga
mengakibatkan tanggul menjadi tidak rata, maka kontraktor harus
membongkar atau menyinkirkan batu/karang tersebut.
3. Perataan dilakukan dengan menggali atau menimbun material pasir yang
berada di sekitar lokasi pemasangan.
4. Kontraktor harus memastikan kerataan dari dasar tanggul. Kontraktor
bersama dengan Pengendali bahwa dasar dari tanggul sudah rata.
5. Pembayaran perataan tanah dasar dihitung dari luasan lokasi terpasang
tanggul.

3.3 Pemasangan Komponen Beton Pracetak/Precast


 Sebelum Pemasangan Komponen tanggul/tanggul pemecah gelombang di
tepi pantai/dangkalan laut penyedia jasa harus melakukan pengaturan
untuk memilih lokasi, memilih alat angkut yang dipakai, dan memilih lokasi
tempat penurunan material Beton pracetak/precast untuk dinaikkan ke atas
ponton/rakit dan diangkut ke lokasi pekerjaan. Penyedia jasa harus
menyerahkan skema rencana pemasangan Tanggul / Breakwater kepada
Pengendali Pekerjaan paling sedikit 1 hari sebelum pekerjaan dimulai,
untuk mendapatkan persetujuan;
 Kontraktor harus memasang komponen tanggul atau tanggul pemecah
gelombang sesuai dengan gambar desain, apabila diperlukan maka
Penyedia Kontraktor melakukan penggalian atau penimbunan dasar
tanggul sehingga Tanggul / Breakwater dapat terpasang lurus dan rapih.
 Pemasangan komponen tanggul atau tanggul pemecah gelombang harus
mengikat satu sama lain (interlock);
 Apabila ditemui karang yang menonjol sehingga tidak dapat dilakukan
galian, atau lembah yang kedalamannya cukup signifikan sehingga
membuat pemasangan tidak rapih atau tidak lurus, Penyedia Jasa dapat
mengusulkan perubahan desain atau perletakan tanggul tanpa mengurangi
fungsi dari tanggul;
 Penyedia Jasa apabila menurunkan material di dasar laut, Penyedia Jasa
harus memeriksa terumbu karang di lokasi penurunan, apabila terumbu
karang masih hidup maka penyeia harus memilih lokasi lain;
 Penyedia Jasa dalam melangsir material harus memikikan rute pekerja
untk menghindari terumbu karang yang masih hidup;
 Dalam pemasangan komponen tanggul/tanggul pemecah gelombang,
Pekeja dilarang menginjak terumbu karang;
 Persetujuan Engineer Pekerjaan atas pemasangan bahan yang dipakai
tersebut tidak dapat diartikan bahwa seluruh bahan yang terdapat di lokasi
bahan telah disetujui untuk dipakai;
 Bahan yang tidak terpasang tidak bisa dihitung sebagai pembayaran
(material on site tidak dapat dibayar)
BAB IV
PEKERJAAN PASANGAN BATU BRONJONG KAWAT GALVANIS

4.1. Umum
1. Sebelum melakukan pemasangan bronjong batu kali, dasar karang/tanah
harus diratakankan terlebih dahulu.
2. Bronjong kawat berlapis galvanis uk. L=2,0 m X B=1,0 m X T=0,5m
dengan kawat anyaman tiga lilitan ukuran 3,00 mm.
3. Kawat bronjong yang digunakan adalah kawat baja berlapis seng tebal
(galvanis).
4. Batu belah dipilih yang berukuran Ø 15 cm - 25 cm.
5. Batu belah disusun rapi dan padat.
6. Sebelum pemasangan bronjong batu kali harus dibuatkan berita acara
cek lapangan bersama yang menyatakan bahwa kontur karang sudah
rata.
7. Pemasangan bronjong dilakukan lapis demi lapis agar bronjong yang satu
dengan yang lainnya yang terdapat dalam satu lapisan dapat diikat
dengan baik dan kuat.
8. Batu bronjong yang sudah terpasang harus ada berita acara persetujuan
dari direksi sebagai syarat pembayaran.
BAB V
ANGKUTAN MATERIAL

5.1 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pada pekerjaan ini yaitu:
1. Pengangkutan material dari pabrik ke dermaga
2. Pemindahan material konstruksi dari darat/daerah fabrikasi ke pulau lokasi
konstruksi dengan menggunakan kapal
3. Pemindahan material konstruksi dari kapal ke titik lokasi pekerjaan
(bongkar (unloading) material precast dari atas kapal, pelangsiran material
dari lokasi bongkar ke lokasi penumpukan material precast (stock yard)).

5.2 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


5.2.1 Pengangkutan Material Dari Pabrik Ke Dermaga
a. Pengangkutan material dari pabrik ke dermaga dengan menggunakan
Trailer kapasitas 18 ton untuk material beton pracetak/precast
b. Material beton pracetak/precast yang diangkut harus terikat dengan
sling/tali dengan kapasitas yang cukup sehingga material beton precast
tidak terjatuh. Tenaga Ahli K3 Kontraktor harus memastikan ikatan atau
material tidak akan jatuh/bergeser sehingga dapat membahayakan
lingkungan sekitar
c. Tenaga Ahli K3 harus menyampaikan metode pengiriman dari pabrik ke
dermaga.
d. Trailer/truk dan Supir Trailer/Truk harus memiliki surat izin sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
e. Pengemasan material menggunakan karung dilakukan untuk material
curah seperti pasir dan kerikil yang mudah menyusut bentuknya
halus/butiran.
f. Tujuannya adalah agar mengurangi loss/ kehilangan material dan lebih
memudahkan untuk bongkar muat material, tidak mengotori alat angkut,
dan mudah pengaturan dalam alat angkut kapal.
5.2.2 Angkutan Dengan menggunakan Kapal Laut
a. Kondisi kapal prima, kokoh dan luas, serta memiliki daya angkut yang
cukup untuk dapat mengirimkan material sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan. Kapal memiliki Crane yang cukup untuk mengangkut
komponen precast.
b. Memiliki perizinan sesuai dengan Perundang-undangan
c. Memiliki Armada yang cukup untuk mengangkut material yang
disesuaikan dengan jadwal pekerjaan.
d. Memiliki lahan didarat untuk penumpukan material sementara
(Stockyard) dan Gudang tertutup untuk material yang sensitif terhadap
cuaca
e. Memiliki nakhkoda dan ABK kapal yang berpengalaman yang memiliki
surat sesuai dengan ketentuan
f. Menyediakan jalan titian cukup lebar agar dapat dilalui Trailer kapasitas
18 ton.
g. Memiliki legalitas yang cukup sesuai dengan peraturan yang berlaku
h. Menyediakan terpal dan tali yang kuat untuk melindungi material
i. Memberikan jaminan material sampai kelokasi dengan aman terkait,
jumlah yang diangkut sama dengan jumlah yang diturunkan ke lokasi
pekerjaan.
j. Loading material dari dermaga ke kapal menggunakan alat berat
berupa crane /excavator
k. Unloading material beton precast/pracetak dilakukan di tubir untuk
dilakukan pelangsiran dengan menggunakan rakit bambu. Material
semen, beton instan, mortar instan, besi, dll di bongkar/ unloading pada
dermaga untuk dilangsir dengan menggunakan gerobak.
l. Saat melakukan Unloading pada tubir laut dangkal, kontraktor dilarang
merusak terumbu karang atau lamun laut.
m. material yang hilang atau rusak saat pengangkutan dan
loading/unloading akibat kapal tenggelam/jatuh sehingga tidak dapat
diambil merupakan tanggung jawab kontraktor. Apabila terjadi material
hilang maka Kontraktor wajib mengganti dan mengirimkan kembali
material yang hilang tanpa ada penambahan biaya.
5.2.3 Angkutan Material dari Kapal ke Titik Lokasi Pekerjaan
a. Angkutan material menggunakan tenaga manusia dilakukan harus
sesuai standarisasi keselamatan kerja.
b. Material yang diangkut bobotnya tidak boleh terlalu besar / berat, agar
manusia yang mengangkutnya mampu mengangkat dan menurunkannya.
c. Material yang diangkut diletakan dalam rolli/ gerobak / rakit bambu dan
diturunkan secara hati-hati agar mutu bahan tetap terjaga.
d. Material yang diangkut diletakan dalam rolli/ gerobak / rakit bambu dan
diturunkan secara hati-hati agar mutu bahan tetap terjaga.
e. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini disarankan material yang diangkut
adalah split/koral dan penggunaan karung yang dipakai sebesar 25 kg.
f. Dalam peroses pengangkutan tiap karung harus diikat dengan kuat dan
karung yang terlanjur cacat di jahit kembali.
g. Material yang diangkut bobotnya tidak boleh terlalu besar / berat, agar
manusia yang mengangkutnya mampu mengangkat dan
menurunkannya.
h. dalam melakukan langsir material beton precast/pracetak dengan
menggunakan rakit bambu, kontraktor dilarang menginjak terumbu
karang/lamun laut.
i. Tenaga kerja wajib menggunakan sarung tangan, safety shoes guna
menjaga keselamatan kerja.
BAB VI
MONITORING TERUMBU KARANG DAN REVIEW DESAIN

6.1 Umum
1. Kontraktor apabila diminta oleh Engineer dan atau dipandang perlu oleh
kontraktor untuk memastikan bangunan yang akan dibangun dapat
berfungsi secara optimal, dapat melakukan review desain;
2. Kontraktor wajib melakukan monitoring terumbu karang untuk melindungi
terumbu karang dan lamun laut dari kerusakan akibat pembangunan
tanggul / tanggul pemecah gelombang.
3. Biaya monitoring terumbu karang dan review desain merupakan bagian
dari penawaran Kontraktor.

6.2 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pada pekerjaan ini yaitu:
a. Melakukan monitoring terhadap kondisi terumbu karang sebelum,
selama dan sampai berakhirnya pekerjaan.
b. Mengidentifikasi posisi terumbukarang dan lingkungan sekitar dengan
tujuan menjaga kelestarian lingkungan
c. Melakukan Survei lapangan (pasang surut air laut, topografi/batimetri),
(apabila diperlukan)
d. Menganalisa dan Membuat Laporan Review Desain (apabila diperlukan)
e. Membuat laporan monitoring terumbu karang.

6.3 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


6.2.1 Pekerjaan Review Desain dan Monitoring Terumbu Karang
1. Monitoring terumbu karang merupakan pekerjaan mendukung kegiatan
pembangunan tanggul dan tanggul pemecah gelombang yang harus
dilaksanakan dan merupakan lingkup kegiatan;
2. Review desain merupakan kegiatan pengkaji ulangan desain
perencanaan pembangunan tanggul atau tanggul pemecah gelombang.
Review Desain dilaksanakan untuk membuat lebih akurat berdasarkan
data lapangan yang lebih lengkap sehingga dapat memastikan bahwa
tanggul/tanggul pemecah gelombang dapat berfungsi sesuai dengan
rencana, untuk menghindari kegagalan bangunan;
3. Kontraktor menyewa Jasa konsultan Independent untuk melakukan
review desain;
4. Monitoring terumbu karang dilakukan dengan berkoordinasi dengan
instansi terkait (Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan
(DKPKP) serta Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, Balai Taman Nasional Kepulauan
Seribu, dan Dinas Lingkungan Hidup/Suku Dinas Lingkungan Hidup
Kab. Adm. Kepulauan Seribu);
5. Kontraktor dapat menggunakan hasil review desain dan atau monitoring
terumbu karang sebagai dasar untuk perubahan desain atau lingkup
pekerjaan tanpa mengurangi fungsi tanggul/pemecah gelombang;
6. Dalam melaksanakan monitoring terumbu karang, penyedia melakukan
pencegahan kerusakan terumbu karang dengan tindakan sebagai
berikut:
 Melakukan survei bersama Instansi Berwenang untuk menentukan
lokasi terumbu karang yang masih hidup di lokasi pekerjaan,
sebelum melaksanakan pekerjaan. Survei dilakukan dengan metode
penyelaman/snorkling;
 Menandai lokasi terumbu karang yang masih hidup dengan
pelampung;
 Menentukan lokasi penurunan material, penempatan material, dan
jalur pelangsiran material pada laut dangkal yang tidak terdapa
terumbu karang hidup;
 Melakukan rekomendasi pemindahan segmen tanggul/pemecah
gelombang yang terkena terumbu karang (apabila diperlukan);
 Melakukan pengecekan terumbu karang pada saat pelaksanaan
pekerjaan pada lokasi terumbu karang yang masih hidup;
 Melakukan pengecekan terumbu karang pada saat selesainya
pekerjaan pada lokasi terumbu karang yang masih hidup;
 Memberikan rekomendasi kerusakan terumbu karang dan metode
rehabiliasi terumbu karang yang telah rusak (apabila diperlukan).
7. Dalam melaksanakan monitoring terumbu karang, penyedia melakukan
survei lapangan untuk mendapatkan data teknis sebagai berikut
 Peta koordinat area terumbu karang yang masih hidup;
 Laporan kegiatan monitoring terumbu karang sebelum pelaksanaan
kegiatan;
 Laporan kegiatan monitoring terumbu karang saat pelaksanaan
kegiatan;
 Laporan kegiatan monitoring terumbu karang setelah pelaksanaan
kegiatan.
BAB VII
MANEJEMEN KUALITAS DAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

7.1. Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pada pekerjaan angkutan ini yaitu:
1. Memastikan hasil pekerjaan sesuai dengan kualitas yang tertera dalam
kontrak;
2. Memastikan selama berlangsungnya pekerjaan kesehatan keselamatan
kerja Pekerja selalu terjaga tidak ada yang merasa dirugikan ;
3. Biaya Pengendalian mutu dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
merupakan bagian dari penawaran kontraktor.

7.2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


7.2.1. Manajemen Kualitas
1. Manajemen kualitas merupakan bagian dari quality assurance untuk
memastikan hasil kerja penyedia jasa memenuhi kualitas yang
disyaratkan dalam dokumen kontrak.
2. Manajemen kualitas meliputi kualitas material, kualitas metode kerja,
kualitas peralatan kerja, kualitas hasil kerja, kualitas Sumber Daya
Manuisia.
3. Penyedia jasa menyampaikan dokumen quality Assurance kepada PPK
yang didalamnya perencanaan manajemen kualitas, formulir formulir
test material, from rencana kerja, dan dokumen lainnya yang
diperlukan.

7.2.2. Manajemen Kesehatan keselamatan Kerja (K3)


1. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan perundang undangan
Jasa Konstruksi. Manajamen K3 dilaksanakan untuk memastikan
pekerja dan lingkungan sekitar pekerja aman dan terhindar dari dampak
resiko yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan.
2. Manajemen K3 meliputi Perencaan K3, pelaksaan penerapan
operasional K3, pengecekan K3, Evaluasi K3 dalam metode
pelaksanaan, peralatan kerja, pengamanan pekerja dan lingkungan
sekitar.
3. Penyedia Jasa memberikan dokumen perencanaan K3 kepada PPK
yang didalamnya meliputi Perencanaan (dentifikasi Bahaya, Penialaian
Resiko dan Pengendalian Resiko, Peraturan Perundangan dan
Persyaratan Lainnya, Tujuan dan Program-Program K3), Penerapan
dan Operasi (Sumber Daya, Peran, Tanggung-Jawab, Fungsi dan
Wewenang, Kompetensi, Pelatihan dan Pengetahuan, Komunikasi,
Partisipasi dan Konsultasi, Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi,
Dokumentasi, Pengendalian Dokumen, Pengendalian Operasi,
Persiapan Tanggap Darurat), Pemeriksaan (Pengukuran dan
Pemantauan Kinerja, Evaluasi Penyimpangan, Investigasi Insiden,
Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan,
Pengendalian Catatan, Audit Internal), Tinjauan Manajemen

Anda mungkin juga menyukai