Anda di halaman 1dari 35

RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT TEKNIS

( RKS )
PEMBANGUNAN MESS DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN
OLAHRAGA
KABUPATEN KAPUAS HULU
TAHUN ANGGARAN 2016

A. SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1 : PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN

1.1. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk
segala perubahan dan tambahannya.
a. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 Tahun 1999.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
c. Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.
d. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 339/KPTS/M/2003, tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah;
e. Peraturan Umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau lgemene
VoorwaardenVoor De Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) 1941.
f. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
g. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1993 (PBI 1973). h. Peraturan umum Instalasi Listrik
(PUIL) Tahun 1977.
i. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi.
j. Peraturan umum tentang pelaksanaan Instalasi Air Minum serta Instalasi Pembangunan
dari Perusahaan Air Minum.
k. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI) Tahun 1961. l. Peraturan Cat Indonesia.
m. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
n. Peraturan Konstruksi Baja yang berlaku di Indonesia tahun 1983.
o. Peraturan Semen Portland Indonesia NI No. 08.
p. Peraturan Muatan Indonesia (NI - 18) tahun 1970
q. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang berkaitan dengan permasalahan bangunan.
r. Standar Nasional Indonesia (SNI)
1.2. Untuk melaksanakan pekerjaan, berlaku dan mengikat pula :
a. Bestek tertulis dan Gambar kerja yang telah dibuat dan telah disahkan oleh
Pemberi Tugas.
b. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
c. Surat Keputusan Pengguna Anggaran tentang penunjukan Kontraktor.
d. Surat Perjanjian Kerja (SPK).
e. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
f. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
g. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedulle) yang telah disetujui Direksi.
h. Struktur organisasi kontraktor.

PASAL 2 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

2.1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan bestek tertulis atau Rencana Kerja & Syarat-
syaratnya (RKS) termasuk tambahannya dan perubahannya yang dicantumkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

2.2. Bilamana terdapat ketidak sesuaian antara gambar kerja dengan bestek tertulis atau
Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah sesuai
petunjuk Direksi Lapangan/Pengawas/Konsultan .
Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang
mempunyai skala yang besar yang lebih jelas yang berlaku atau sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas/Konsultan.

2.3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan


menimbulkan kesalahan, Kontraktor wajib menanyakan kepada Direksi/Pengawas dan
harus mengikuti keputusannya.

PASAL 3 : JADWAL PELAKSANAAN

3.1. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, Kontraktor wajib membuat Rencana Pelaksanaan secara
terperinci berupa Barchart dan curva-S.
3.2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi/Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah SPMK
diterima Kontraktor.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas akan diserahkan kepada Pemberi
Tugas.
3.3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja yang telah disahkan oleh Pemberi Tugas,
dalam 4 (empat) rangkap, kepada Pemberi Tugas, Peng awas dan Konsultan Pengawas.
3.4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan grafik
Rencana Kerja tersebut.

PASAL 4 : SUSUNAN PERSONIL LAPANGAN

4.1. Kontraktor wajib menetapkan seorang kuasanya dilapangan, yang cakap untuk
memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan.

4.2. Di Lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib memiliki tenaga teknis yang cakap untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang sesuai di dalam KAK

4.3 Penunjukan atau penugasan tenaga ahli yang bertugas di lapangan tersebut dutujukan
kepada Pemberi Tugas dan Direksi serta Konsultan Pengawas sebagai tembusannya. Dengan
adanya tim tenaga teknis lapangan tersebut tidak berarti Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian ataupun keseluruhan kewajibannya.

4.4. Kontraktor diwajibkan pula memberikan tembusan surat kepada Direksi/Pengawas/Konsultan


Pengawas, susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya masing-
masing.

4.5. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi / Pengawas / Konsultan Pengawas, pelaksana
kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Kontraktor akan memberitahu secara tertulis
untuk mengganti Pelaksana.

4.6. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Kontraktor harus
sudah menunjuk Pelaksana baru atau ia sendiri sebagai penanggung jawab
perusahaan yang akan memimpin pelaksanaan.

PASAL 5 : KEAMANAN PROYEK

5.1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik proyek,


Kontraktor, Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan baik terhadap
pencurian maupun pengrusakan.
5.2. Untuk maksud-maksud tersebut, Kontraktor dianjurkan untuk membuat pagar
pengaman dari kayu atau bahan lain terhadap barang atau peralatan yang dilindungi apa bila
diperlukan.
5.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.
5.4. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk itu
Kontraktor harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai,
ditempatkan ditempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.

PASAL 6 : JAMINAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN

6.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat pertolongan


pertama pada kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan
untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di
lapangan.
6.2. Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan perawatan
serius, kontraktor harus segera membawa korban ke Rumah Sakit terdekat dan
melaporkan kejadian terdekat pada pemberi tugas.
6.3. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup, serta memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja, baik yang berada dibawah
kekuasaannya maupun yang berada dibawah Pihak Ketiga, dan untuk tamu-tamu proyek
yang meninjau lapangan pekerjaan.
6.4. Kontraktor wajib menyediakan air bersih yang layak bagi semua petugas dan pekerja
lapangan.
6.5. Selain untuk menjaga keamanan, kontraktor harus menyediakan tempat penginapan bagi
para pekerja tidak diperkenankan berada di lapangan pekerjaan, kecuali untuk para
pekerja yang didatangkan dari luar daerah dan dengan ijin tertulis dari Pemberi Tugas.

6.6. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

PASAL 7 : ALAT-ALAT PELAKSANAAN

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa alat-alat kecil maupun yang
besar, harus disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekerjaan fisik bersangkutan dimulai antara lain :

a. Mesin Pompa 1 unit


b. Genset 1 unit
c. Peralatan Pertukangan 3 set
d. Mobil Pick Up 1 unit
PASAL 8 : TEMPAT TINGGAL KONTRAKTOR DAN PELAKSANA.

9.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-hal
mendesak, Kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor
telpon kantor kontraktor.
9.2. Alamat kontraktor diharapkan tidak sering berubah-ubah selama pelaksanaan pekerjaan.
Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis.
B. SYARAT-SYARAT TEKNIS

PASAL 9 : URAIAN PEKERJAAN.

10.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang akan dilaksanakan ini adalah Pembangunan Mess Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu.
Dengan uraian pekerjaan sebagai berikut :

I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
II. PEKERJAAN PONDASI
III. PEKERJAAN RANGKA BADAN
IV. PEKERJAAN LANTAI
V. PEKERJAAN DINDING
VI. PEKERJAAN PINTU, JENDELA DAN VENTILASI
VII. PEKERJAAN ATAP
VIII. PEKERJAAN PLAFOND
IX. PEKERJAAN PENGECATAN
X. PEKERJAAN LISTRIK
XI. PEKERJAAN LAIN – LAIN
XII. PEKERJAAN PLAMBING

10.2. Sarana Kerja

Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus tersedia :

10.2.1. Tenaga kerja terampil dan tenaga ahli yang sudah cukup memadai dengan
jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
10.2.2. Alat-alat bantu seperti peralatan tukang, pompa air, genset dan peralatan lain yang
benar-benar diperlukan dan dipakai dalam pelaksanaan.
10.2.3. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, untuk setiap macam
pekerjaan yang akan dilaksanakan paling lambat 4 hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan yang dimaksud.

10.3. Cara Pelaksanaan


Semua jenis pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian dan keterampilan,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Bestek tertulis / Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS), gambar kerja, Berita Acara Aanwijzing, petunjuk- petunjuk pelaksanaan
dari produsen untuk pekerjaan - pekerjaan tertentu serta petunjuk dari Pengawas Kegiatan.
10.4. Jenis dan Mutu Bahan.
Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan
keputusan yang berlaku.

PASAL 10 : SITUASI DAN UKURAN

11.1. Situasi

11.1.1. Pekerjaan tersebut dalam pasal 10 terletak di kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga, Kabupaten Kapuas Hulu.
11.1.2. Kondisi tanah bangunan di mana bangunan akan didirikan adalah lahan milik
/asset Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Kapuas Hulu.
11.1.3. Kontraktor wajib meneliti situasi medan, terutama keadaan tanah bangunan, sifat
dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawarannya.
11.1.4. Kelalaian atau kekurangtelitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan klaim.

11.2. U k u r a n.
Satuan ukuran-ukuran yang digunakan disini dinyatakan dalam centimeter (cm).

11.3. Peil Lantai.

11.3.1. Peil lantai menyesuaikan peil lantai bangunan eksisting.


11.3.2. Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengamatan Direksi/Pengawas
dengan piket/patok yang dipancang kuat-kuat, dihubungkan dengan papan
kayu yang kuat dengan ketebalan minimum 2 cm, diketam rata pada sisi atasnya.

PASAL 11 : SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


11.1 Yang dimaksud bahan bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
sebagaimana tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat serta gambar.
11.2 Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan, bentuk, ukuran – ukuran dan mutu
yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat (RKS) pekerjaan.
11.3 Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran – ukuran satu sama lain dan segera
memberitahukan / berkonsultasi dengan Direksi bilamana terdapat perbedaan ukuran – ukuran
satu sama lainnya.
11.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan air bersih yang memenuhi syarat untuk kontruksi hingga
selesainya pekerjaan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
11.5 Pelaksana wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh- contoh itu wajib
mendapat persetujuan dari Direksi/ Pengawas.
11.6 Bahan yang datang sebelum diturunkan dari kendaraan pengangkut harus diperiksa terlebih
dahulu oleh direksi (terutama bahan yang bervolume besar) untuk disetujui atau ditolak /
dikembalikan. Pengawas berhak menanyakan asal dan keadaan bahan dan Pelaksana wajib
memberitahukannya.
11.7 Dalam jangka waktu 2 x 24 jam, semua bahan yang dinyatakan ditolak oleh pengawas
lapangan supaya segera dikeluarkan dari proyek. Apabila bahan tersebut masih tetap
dipergunakan pelaksana, maka pengawas lapangan berhak memerintahkan membongkar
dengan biaya Pelaksana.
11.8 Segala kerugian yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.

PASAL 12 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN

12.1 Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai akan tetapi
belum diperiksa oleh Pengawas, Pelaksana wajib meminta persetujuan kepada Pengawas dan
apabila disetujui oleh Pengawas maka pekerjaan dapat dilanjutkan.
12.2 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (terhitung sejak diterimanya surat
permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari raya/ libur) tidak dipenuhi oleh Pengawas,
Pelaksana dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap
telah disetujui Pengawas.
12.3 Bila Pelaksana melanggar ayat 12.1 pasal ini, Pengawas berhak menyuruh membongkar
bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan
pemasangan kembali menjadi tanggungjawab Pelaksana.

PASAL 13 : PEKERJAAN PENDAHULUAN

13.1. Pembersihan Lapangan dan Perataan


Pekerjaan pembersihan lapangan adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
pembersihan awal proyek dari puing-puing bekas bongkaran dan kotoran-kotoran lain seperti :
akar akar, rumput rumput dan tanaman yang tidak diperlukan lagi.
13.2. Pemasangan Bouwplank
Pemasangan bouwplank , bahan yang digunakan papan 2/20, kaso 5/7 kayu Klas II,
permukaan papan bagian atas diketam rata-rata.
13.3. Papan Nama Proyek
 Kontraktor harus membuat/memasang papan nama proyek dengan ketentuan yang
disyaratkan oleh Pemberi Tugas, baik mengenai ukuran papan maupun besarnya
huruf.
 Tanpa ijin dari Penguasa Daerah setempat, Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan
papan reklame dalam bentuk apapun di dalam lingkungan kegiatan.
PASAL 14 : PEKERJAAN TANAH
14.1 Galian Tanah Pondasi
14.1.1 Pekerjaan tanah terdiri dari perataan tanah untuk bangunan sendiri, penggalian lobang-
lobang pondasi saluran dan septictank.
14.1.2 Pekerjaan galian tanah dilaksanakan untuk semua pasangan pondasi dan semua pasangan
lainnya didalam tanah seperti galian untuk pondasi dan semua saluran serta lain-lain yang
nyata harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan tanah kelebihannya harus
digunakan untuk urugan kembali sebagai penutup samping bangunan atau dibuang.
14.1.3 Lokasi bangunan dibersihkan dari jenis kotoran/sampah kemudian ditimbun/urug lapis
demi lapis tanah dipadatkan tinggi urugan menyesuaikan dengan peil / ketinggian lantai.
14.1.4 Tanah urugan harus berasal dari sumber tanah kondisi setempat yang telah disetujui oleh
Pengawas Lapangan. Pemadatan dilakukan pada ketebalan yang telah disetujui Pengawas
Lapangan
14.1.5 Material urugan harus disebar dan diratakan sedemikian rupa hingga mencapai ketinggian
yang diinginkan untuk siap dipadatkan.
14.1.6 Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air dengan cara menimba.
Memompa atau dengan cara-cara lain yang dianggap baik atas beban dan biaya
Kontraktor.
14.1.7 Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian disetujui, segera
mulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya.
14.1.7 Lebar galian pondasi disesuaikan dengan type pondasi dan sesuai gambar rencana, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas sehubungan dengan keadaan lapangan
dan peil tanah

14.2 Pekerjaan Pemadatan Tanah.


14.2.1 Pembersihan muka tanah dari humus, bekas-bekas potongan kayu, akar-akar pohon,
sampah dan sebagainya sampai peremukaan tanah bersih dan rata.
14.2.2 Setelah pemancangan tiang pondasi selesai dilaksanakan dan diperiksa serta disetujui oleh
pengawas lapangan, pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan tanah diatas permukaan
tanah yang telah dipancang cerucuk.
14.2.3 Tanah urug untuk pemadatan tanah dibawah lantai bangunan harus menggunakan tanah
yang baik sesuai petunjuk direksi/pengawas lapangan
PASAL 15 : PEKERJAAN KAYU

15.1 Lingkup Pekerjaan


15.1.1 Meliputi pengadaan, pemasangan, dan pengerjaan tenaga kerja, alat-alat, dan bahan-
bahan sehubungan dengan pekerjaan kasar, kayu halus dan mill work sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
15.1.2 Melaksanakan pekerjaan kayu kasar, yaitu pengadaan dan pemasangan, gelegar, langit-
langit, rangka plafond, kelos-kelos dan pekerjaan kayu lain yang tidak diisyaratkan secara
khusus dalam persyaratan ini.
15.1.3 Melaksanakan pekerjaan kayu halus, yaitu pengadaan dan pemasangan kusen- kusen
kayu, list-list plafond, listplank, jalusi dan pekerjaan-pekerjaan kayu halus lain termasuk
daun pintu, jendela dan ventilasi kayu, seperti ditunjuk dalam gambar.
15.1.4 Mengadakan hubungan dan koordinasi kerja dengan bidang-bidang lain seperti : Pekerjaan
pintu, jendela, dan ventilasi serta pekerjaan kaca.
15.1.5 Lingkup Pekerjaan kayu sebagai berikut :
15.1.5.1 Pekerjaan Pondasi : - Tiang Tongkat Kayu Belian Uk. 9/9
- Laci Kayu Belian 4/8
- Alas Kayu Hutan
- Keep Kayu Belian Uk. 9/9 cm
- Gelegar induk belian 9/9 cm
- Gelegar anak kayu Klas 1 4/8 cm
- Selempang Kayu Belian 4/8 cm
15.1.5.2 Pekerjaan Rangka Badan Kayu Klas I
15.1.5.3 Pekerjaan Lantai : - Dorvel kayu klas I
15.1.5.4 Pekerjaan Pintu, Jendela dan Ventilasi : - Pintu Panel Kayu Klas I
- Jendela Kaca Jungkit Kayu Klas I
- Ventilasi Ram Kayu Klas II

15.1.5.5 Pekerjaan Atap : - Kuda-kuda Konstruksi Kayu Klas II


- Gording + Nook+Balok Angin Kayu Klas II
- Konsul kayu klas I
- Papan bumbungan Kayu Klas II
- Listplank Kayu Klas I
15.1.5.6 Pekerjaan Plafond : - Rangka Plafond Triplek
15.1.5.7 Pekerjaan Plambing
15.1.5.1 Steeling Belian ( menara Air ) : - Tiang Tongkat Kayu Belian Uk. 9/9
15.2 Persyaratan Bahan
15.2.1 Kayu yang dipakai harus sesuai dengan PPKI kayu yang berkualitas baik, kering, tua dan
tidak cacat, pecah-pecah dan tidak terdapat kayu mudanya (spint) sesuai dengan mutu A.
15.2.2 Selama pelaksanaan mutu dan kekeringan kayu harus dijaga dengan menyimpannya
ditempat kering, terlindung dari hujan dan panas terutama kusen- kusen dan rangka pintu
yang telah selesai.
15.2.3 Semua pekerjaan kayu yang akan difinish harus diketam rata dan halus dengan
menggunakan ketam mesin atau manual, tidak ada lubang ataupun mata kayu, kecuali
bila ditentukan lain.
15.2.4 Semua ukuran yang tertera dalam gambar maupun yang tersebut dalam pasal ini adalah
ukuran jadi, yaitu ukuran setelah kayu selesai dikerjakan / dipasang dengan toleransi rata-
rata maksimum 3 mm untuk setiap permukaan kayu yang sudah dikerjakan
15.2.5 Sebagai bahan perekat untuk sambungan, antara kayu dapat dipakai lem putih atau bahan
lain yang setaraf, sedangkan untuk penempelan lembaran teakwood, dipakai perekat Lem
dengan bahan pengencer yang sesuai untuk itu, yang disetujui Pengawas.
15.2.6 Jika ada perbedaan yang menyolok antara ukuran di lapangan dan ukuran dalam gambar
rencana, hendaknya dilaporkan kepada Pengawas.
15.2.7 Klasifikasi bahan berdasarkan PPKI dan macam pekerjaan untuk konstruksi dan pekerjaan
lainnya menggunakan jenis kayu seperti dibawah ini :

Kls. Kuat Kayu Jenis Kayu Penggunaan Keterangan


1 2 3 4
- Semua sisi
Belian - Tiang Pondasi pekerjaan
- Laci
- Keep kayu Halus
- Gelegar Induk harus diketam
- Selempang rata dan lurus.
- Dikerjakan
Kayu Klas I Tekam, Resak, - Rangka Badan
bengkirai - Sengkang oleh tenaga
- Balok Penutup yang terampil
- Gelegar Anak dengan
- Pintu menggunakan
- Kusen Jendela
- Dorvel ketam mesin
- List Plank maupun
- Konsul manual.

Mabang, Kawi, meranti - Ventilasi Ram


merah, Resak Bukit - Kuda-kuda
Kayu Klas II - Gording +
Nook+Blk Angin Disesuaikan
- Papan dengan gambar
bumbungan rencana
- Rangka Plafond
- Ukuran 3 mm :
Triplek Plafond
15.4 Cara Pengerjaan
15.4.1 Sebelum memulai pekerjaan, periksalah pekerjaan ini di lapangan terhadap semua bagian
yang berhubungan dengan pekerjaan kayu ini.
15.4.2 Setiap perbaikan, pemindahan atau pembongkaran dari pekerjaan ini, karena tidak cocok
dengan pekerjaan di lapangan, menjadi tanggung jawab Kontraktor
15.4.3 Semua pekerjaan kayu yang tampak (exposed), sisi bawah rangka langit langit harus
diserut rata, khususnya kayu untuk kusen, rangka pintu, jendela, kasau- kasau dan
bidang-bidang tampak harus benar-benar rata, licin dan diselesaikan dengan baik dan rapi
15.4.4 Semua sambungan-sambungan kusen & rangka, harus dikerjakan dengan penuh keahlian,
rapat dan rapi. Semua sambungan kayu memanjang, lubang dan pen harus dimeni
15.4.5 Semua pekerjaan kayu kasar yang dalam penyelesaiannya akan tersembunyi seperti
bagian dalam kusen yang menempel ke tembok, harus diberi cat dasar/meni sebelum
dipasang.
15.4.6 Semua pekerjaan kayu halus yang akan mendapat harus dipilih dasar warna dan serat
kayu yang sama. Agar kayu kusen yang telah dipasang, tidak terkotori oleh adukan lain-
lain, dianjurkan agar sebelum pelaksanaan, kusen dilindungi dari kemungkinan terkotori
oleh bahan-bahan yang sulit dihilangkan.
15.4.7 Sambungan menggunakan sambungan pen dan paku serta lem kayu

PASAL 16 : PEKERJAAN BETON

16.1 Lingkup Pekerjaan


16.1.1 Termasuk didalamnya adalah pekerjaan pembetonan struktur bangunan yang
menggunakan beton bertulang dengan spesifikasi sesuai dengan gambar kerja yaitu
Lantai.
16.1.2 Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut pekerjaan
pembetonan, yaitu seperti :
 Pekerjaan listrik.
 Pekerjaan tanah untuk struktur, drainase/sistem saluran, plumbing.
 Pekerjaan kayu, tembok dan logam dan lain-lain sebagainya yang ada kaitannya
dengan pekerjaan beton.

16.2 Persyaratan Bahan


16.2.1 Standar
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan- persyaratan:
a. NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB
b. NI 3/1071 PBI, kecuali ditentukan lain.
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-
gambar dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak, kecuali dilaksanakan
dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan mutu bahan, cara pengerjaan
cetakan, cara pengecoran, kepadatan, texture finishing dan kualitas secara keseluruhan.

16.2.2 Bahan
16.2.2.1 Semen
Semen yang dipakai harus portland cement yang disetujui dan dalam segala hal
memenuhi syarat seperti dikehendaki oleh “Peraturan Beton Bertulang Indonesia”.
Dalam pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari
pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup
ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30
cm dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya
melampaui 2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai, dengan
maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya

16.2.2.2 Agregat (butiran, pasir)


Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih serta tidak boleh mengandung bahan-bahan
yang merusak yang bentuk atau kualitas bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau
kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap berat dari
tulangan besi beton.
Catatan : Pasir yang mengandung garam atau asam tidak boleh dipakai.

16.2.2.3 . Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang
merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.

16.2.2.4 Bahan tambahan


Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

16.3 Cara Pengerjaan


16.3.1 Pemasangan Bekisting
16.3.1.1 Semua bekisting harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi-instruksi yang
diberikan oleh Direksi. Gambar Rencana yang terinci yang menunjukan bentuk
bekisting harus disetujui oleh Direksi.
16.3.1.2 Bekisting harus direncanakan untuk menjamin bahwa pembongkaran bekisting
Beton tidak akan merusak beton atau perancah. Bekisting beton harus cukup kuat
untuk menahan getaran yang disebabkan oleh alat getar. Penurunan antar dua
peletakan tidak boleh melebihi satu perseratus (1 / 100) bentang, atau
bagaimanapun juga penurunan tidak boleh lebih dari 3 mm.
16.3.1.3 Pemukaan bagian dalam bekisting harus diberi lapis minyak atau bahan lain yan
disetujui oleh Direksi sedemikian sehingga permukaan Bekisting dapat dilepaskan
dengan mudah apabila beton telah mengeras. Material harus dari satu tipe yang
tidak mempengaruhi mutu beton dan tidak menyebabkan noda warna pada
permukaan beton dikemudian hari.

16.3.1.4 Minyak bekisting harus dilapisi sebelum pemasangan tulangan untuk menjamin agar
minyak tersebut tidak melekat pada permukaan baja tulangan dan mengurangi
ikatan antara baja dan beton. Penggunaan kawat pengikat besi atau baja yang
akan tinggal tertanam pada beton harus disetujui oleh Direksi

16.3.1.5 Segera sebelum pekerjaan pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari semu
kotoran/material lepas, serbuk gergaji, debu dan lain-lain harus diperbaiki segera.
Apabila selama pekerjaan pengecoran, ternyata diamati ada perubahan bentuk
bekisting, beton pada tempat yang bersangkutan harus dibuang dulu dan bekisting
diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi

16.3.1.6 Pembongkaran Bekisting, Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa


goncangan getaran atau kerusakan pada beton. Pembongkaran bekisting dapat
dilakukan setelah umur beton telah mencapai umur yang disyaratkan sesuai dengan
mutu beton rencana (dibuktikan dengan pengujian beton pada umur tertentu) dan
dengan persetujuan Konsultan Pengawas secara tertulis

16.3.1 Pemasangan Pembesian


16.3.1.1 Besi baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut persyaratan
PBI 1971 atau Japanese Standart Class SR-24 ataupun British Standart, NI 785-
1938.

16.3.1.2 Ukuran besi beton sesuai yang tersebut dalam gambar, bila terjadi penggantian
dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari Konsultan
Perencana.

16.3.1.3 Besi beton yang digunakan harus babas dari kotoran, karat, minyak, cat serpihan,
kulit giling serta bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton.

16.3.1.4 Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng, tidak kaku
maupun getas.
16.3.1.5 Besi beton harus disimpan dengan tidak mnyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
diudara terbuka untuk jangka waktu yang lama
16.3.1.6 Penulangan harus disetel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat dengan
kawat atau jepitan yang sesuai dengan persilangan dan harus ditunjang dengan
penumpu beton atau logam dan penggantung logam. Jepitan atau penunggu logam
tidak boleh ditekan menempel pada bekisting. Kawat harus dibengkokan kearah
dalam bekisting, sehingga diperoleh beton tahu yang telah ditentukan.

16.3.2 Pemberitahuan tentang pelaksanaan pengecoran


Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Pemborong harus memberitahu Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui
oleh Pemberi Tugas/Pengawas, maka Kontraktor dapat diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri.

16.3.3 Pengangkutan adukan


Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih
dari 2 m.

16.3.4 Pembersihan cetakan dan alat-alat


Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari cetakan.
Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan
beton, harus dibasahi dengan air sebelum dicor.

16.3.5 Pengecoran
Pengecoran ke dalam cetak harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam
keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh terputus tanpa adanya
persetujuan Pengawas.

16.3.6 Pemadatan beton


Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang
berfrekuensi dalam adukan paling sedikit 3000 getaran di dalam 1 menit. Penggetar harus
dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya. Untuk
pembentukan sisi vertikal, vibrator harus dekat ke cetakan, tapi tidak boleh menyentuhnya
sehingga dihasilkan suatu permukaan beton yang baik. Tidak boleh menggetarkan suatu
bagian adukan, lebih dari 24 detik. Penggetar tidak boleh dilakukan langsung menembus
tulangan ke bagian- bagian adukan yang sudah mengeras.
16.3.7 Perawatan
Untuk melindungi beton yang baru dicor terhadap cahaya matahari, angin dan hujan,
sampai beton itu mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat
harus diambil tindakan-tindakan sebagai berikut:
 Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus-menerus
sampai cetakan itu dibongkar.
 Setelah pengecoran, beton harus terus-menerus dibasahi selama 14 hari berturut
turut.

16.3.8 Perubahan konstruksi beton


Pemberi Tugas/Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak Konstruksi beton yang
cacat seperti berikut :
 Konstruksi beton yang sangat keropos.
 Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
 Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
 Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

PASAL 16 : PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

16.1. Lingkup Pekerjaan.

17.1.1. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua jenis keramik, baik untuk lantai
maupun pelapis dinding seperti yang tertera atau disebutkan dalam gambar
persyaratan.

17.1.2. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain yang berkaitan dengan pekerjaan
pemasangan pelapis lantai maupun pelapisan dinding.

17.2. Persyaratan dan bahan-bahan.

17.2.1. Sebelum bahan pelapis lantai dinding didatangkan ke Site, contoh- contoh semua
bahan yang akan digunakan harus diajukan untuk dimintakan persetujuan dari
Dereksi/Pengawas.

17.2.2. Keramik.
Keramik yang digunakan ukuran 30x30 cm , Keramik yang digunakan harus
mempunyai kualitas baik, dicetak dengan mesin, dan diproduksi pabrik yang disetujui
dengan Konsultan Pengawas serta harus diproduksi oleh pabrik yang telah memenuhi
peraturan ASTM, NI 19, PVBB 1990 dan PVBI 1982.
Keramik harus berukuran seragam, dan dari satu merk, kecuali ditentukan lain dalam
gambar kerja serta sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.
17.3. Macam Pekerjaan.
Pekerjaan lapis lantai meliputi pemasangan keramik uk 30 x 30 cm dengan pemasangan
sesuai persyaratan dan ketentuan dalam gambar.

17.4. Cara Pengerjaannya.


14.4.1. Sebelum pemasangan keramik, Kontraktor wajib membuat shop drawing mengenai
polanya dengan meminta petunjuk dari Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas,
kemudian meminta persetujuan Konsultan Pengawas.
14.4.2. Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat maupun
ternoda.
14.4.3. Keramik dipasang dengan adukan 1pc : 3ps dengan tebal spesi 2 cm untuk keramik
yang langsung diatas lantai beton.
14.4.4. Celah antara (nut) lebarnya maksimum 3mm dan diisi dengan adukan 1pc : 2ps dan
setelah pasangan cukup kering disiram dengan bahan pengisi siar (grout semen
berwarna) yang bermutu baik dan kemudian dbersihkan sehingga segala kotoran
dan noda hilang.
14.4.5. Pada prinsipnya pemotongan keramik harus dihindarkan. Bila terpaksa harus
memotong, maka potongan terkecil tidak boleh kirang dari ½ ukuran ubin.
14.4.6. Hasil pemasangan keramik harus merupakan permukaan yang benar-benar rata dan
tidah bergelombang dan garis-garis siarnya membentuk garis yang saling tegak
lurus.
14.4.7. Pemasangan lapis lantai, tangga maupun dinding harus benar-benar dikoordinasikan
dengan pipa listrik, penerangan dan pipa air sehingga pembuatan lubang setelah
dinding terpasang dapat dihindarkan.
14.4.8. Pemotongan Keramik.
Pada prinsipnya pemotongan keramik harus dihindarkan, apabila memang
dikehendaki dan terpaksa harus dipasang, maka potongan terkecil tidak boleh
kurang dari 1/2 ukuran keramik. Pemotongan harus dilakukan dengan alat
pemotong keramik dan dilakukan hati-hati agar hasil pemotongan rapi,
kemudian sisi bekas potongan dihaluskan.
14.4.9. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif
tiap keramik harus sama, tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya.
Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu sesuai
petunjuk pabrik. Sebelum keramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam air
sampai jenuh. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua
peralatan yang akan terpasang. Siar-siar keramik diisi dengan bahan pengisi
siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam
persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
PASAL 17 : PEKERJAAN DINDING SIMPAI dan PLESTERAN

17.1. Lingkup pekerjaan.

17.1.1. Meliputi pengadaan dan pekerjaan semua tenaga kerja, peralatan, dan bahan-
bahan dengan berbagai komposisi campuran, sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan dalam gambar.

17.1.2. Mengadakan koordinasi dengan disiplin pekerjaan lain yang ada hubungannya
dengan pekerjaan adukan dan plesteran, yaitu seperti :
- Pekerjaan lantai dan pekerjaan keramik.
- Pekerjaan beton, pemipaan listrik dan lain-lain.

17.2. B a h a n.

17.2.1. Semen Portland (PC).

1). Semen yang dipakai harus portland semen yang telah disetujui Pemilik Proyek dan
memenuhi syarat S.400 menurut standar Semen Indonesia (NI-8-1972).

2). Untuk seluruh pekerjaan beton dan adukan harus menggunakan mutu semen
yang baik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Pengawas/ Pemilik
Proyek.

3). Semen yang telah mengeras sebagian/ seluruhnya tidak diperkenankuan untuk
digunakan.

17.2.2. P a s i r.
1). Agrergat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak
berpori dan berbentuk kubus serta tidak terpengaruh oleh cuaca. Bila ada butir-
butir yang pipih, jumlah beratnya tidak boleh lebih dari 20% adari jumlah berat
seluruhnya. Ukuran terbesar agregat beton adalah 2/3 cm.
2). Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% juga tidak boleh mengandung zat
yang dapat merusak beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertera
dalam PBI 1971 serta harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar menurut
ASTM-C-33.
3). Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50%
kehilangan berat menurut tes mesin Los Angeles ASTM C-131-55.

17.2.3. A i r.
1). Air yang digunakan untuk adukan dan merawat beton harus tawar, bersih tidak
mengandung minyak, asam alkali dan bahan – bahan organis / bahan lain yang
dapat merusak mutu beton maupun mempengaruhi daya lekas semen dan harus
memenuhi NI-3 Pasal 10.
2). Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas/ Pemilik dapat meminta kepada
Kontraktor untuk memeriksa mutu air di laboratorium atas biaya Kontraktor.

17.2.4. Kawat Simpai.


Kawat simpai yang digunakan harus berkualitas baik dan produksi dalam negeri
ukuran sesuai dengan rencana yang ditunjukkan pada gambar / detail.

17.3. Persyaratan.

17.3.1. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk dengan
alat/mesin pengaduk diatas alas dari papan sehingga campuran benar
tercampur, baru kemudian diaduk dengan air hingga merata dalam warna dan
konsestensi. Adukan yang telah mulai mengeras harus dibuang. Adukan yang telah
mulai mengeras tidak diperbolehkan untuk dipergunakan.

17.3.2. Proporsi adukan, plesteran harus mengikuti proporsi campuran seperti tersebut
dibawah ini :

Perbandingan Penggunaan
1. Campuran 1 PC : 2 PS
 Untuk pemasangan batu belah, dinding batu bata, bataco dan pasangan lain
yang kedap air.
 Untuk plesteran pekerjaan tersebut pada nomor 1 dan untuk plesteran
pekerjaan beton yang kedap air.
2. Campuran 1 PC : 3 PS
 Untuk pekerjaan pasangan keramik, dan pelapis dinding lainnya.
 Untuk plesteran beton bertulang yang tidak kedap air.
 Untuk rollaag pasangan batu bata exposed.
3. Campuran 1 PC : 4 PS
 Untuk pasangan pondasi dari batu gunung/belah.
 Untuk adukan tegel dibawah lantai .
 Untuk pleteran sudut, lingir & siar.
 Untuk pasangan tegel yang menempel pada pasangan atau beton.

17.4. Cara Pengerjaan.

17.4.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemasangan Kawat Simpai, Kontraktor harus


memperlihatkan terlebih dahulu contoh Kawat Simpai untuk diperiksa oleh Konsultan
Pengawas/ Pemilik Proyek.Sebelum pasangan plesteran dimulai, semua bidang
dinding yang akan diplester sudah terpasang dengan rata dan siku.
Pekerjaan dinding Simpai dan plesteran dinding ini harus dilaksanakan dengan penuh
keahlian dan ketelitian. Bidang-bidang plesteran yang tidak rata, berombak atau
retak- retak harus diulangi dan diperbaiki.
Untuk kemudahan pekerjaan plesteran dapat dibuat alur-alur duga /kepala
plesteran/kelabangan terlebih dahulu, dengan ketebalan sama dengan tebal plesteran
yang direncanakan.

17.4.2. Plesteran yang baru saja selesai tidak boleh langsung difinish, dan selama
diproses pengeringan plesteran harus disiram air agar tidak terjadi retak- retak
rambut akibat proses pengeringan yang terlalu cepat selama 7 hari.

17.4.3. Bidang - bidang dinding yang tampak dan akan diplester, sebelumnya harus
disiram/dibasahi air agar plesteran dapat melekat dengan baik.

17.4.4. Plesteran untuk bidang/dinding yang akan dicat dengan cat tembok atau dilabur
dengan bahan lain sebelumnya harus diratakan dengan acian dan digosok hingga
halus.

17.4.5. Perbaikan bidang-bidang plesteran baik bidang baru yang dibongkar kembali dan
diperbaiki lagi, maupun bidang lama/direhab, harus dikerjakan sedemikian rupa
sehingga hubungan bidang plesteran benar-benar satu bidang yang rata, tidak retak-
retak, dan terjadi ikatan yang benar-benar kuat.

17.4.6. Tebal plesteran bila tidak ditunjukkan lain dalam persyaratan dan gambar- gambar,
untuk bidang dinding simpai dengan tebal minimum 1,5 cm.

PASAL 18 : PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU.

18.1. Lingkup Pekerjaan.

18.1.1. Meliputi penyediaan dan pemasangan, pengerjaan, tenaga kerja, peralatan dan
bahan-bahan sehubungan dengan penyelesaian pekerjaan pintu dan jendela sesuai
persyaratan dan ketentuan dalam gambar.

18.1.2. Mengadakan koordinasi dan hubungan kerja dengan pekerjaan lain, seperti
pekerjaan kayu dan pengecatan serta pekerjaan-pekerjaan lain yang masih berkaitan
dengan pekerjaan pintu dan jendela.

18.2. Persyaratan dan Bahan-bahan.

15.2.1. Daun pintu kaca menggunakan bahan aluminium dengan persyaratan khusus standar
aluminium untuk bangunan. Ukuran dan detail mengikuti gambar yang ada.
Sedangkan daun pintu yang menggunakan kayu klas I dan kayu belian dilapisi panil
dan pada kedua sisi atau sesuai gambar. Penggunaan daun pintu kaca tempered pada
beberapa tempat mengikuti gambar yang ada.

18.2.2. Bahan kaca yang dipakai menggunakan produksi dalam negeri, kualitas baik dengan
ketentuan tebal dan ukuran sesuai persyaratan dan ketentuan dalam gambar.
Yaitu kaca pintu dengan jenis Temperlite tebal 5 mm.

18.2.3. Kayu kusen yang dipakai harus dari kayu klas I. Kayu kualitas baik, tua, kering dan
tidak bercacat, pecah-pecah tidak terdapat kayu mudanya (spint). Dan selama
pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu, harus dijaga dengan penyimpanannya
ditempat yang kering, terlindung dari hujan dan panas terutama kayu-kayu untuk
kusen dan rangka pintu, jendela yang sudah distel.

18.3. Cara Pengerjaan.

18.3.1. Periksa semua pekerjaan lain yang bersangkutan ditempat, sebelum mulai
pekerjaan kusen dan pintu. Laporkan kepada Direksi/Pengawas jika ada kelainan
yang dapat mempengaruhi pekerjaan.

18.3.2. Semua pekerjaan kayu halus yang akan mendapat transparant finish seperti plitur/teak
oil harus dipilih dasar warna dan serat kayu yang sama (uniform). Agar kayu kusen
yang telah dipasang, tidak terkotori oleh adukan coaltar/ solignem dan lain-lain,
dianjurkan agar sebelum pelaksanaan, kusen dilindungi dari kemungkinan terkotori
oleh bahan-bahan yang sulit dihilangkan.

18.3.3. Semua pekerjaan kayu kusen yang dalam penyelesaiannya akan tersembunyi seperti
bagian dalam kusen yang menempel ke tembok, harus diberi cat dasar/ meni sebelum
dipasang.

18.3.4. Semua sambungan-sambungan , harus dikerjakan dengan penuh keahlian, rapat dan
rapi. Semua sambungan kayu memanjang, lobang dan pen harus dimeni dan diberi
baut paling sedikit dua baut.

18.3.5. Kaca dipasang dan dikukuhkan dengan memakai dempul kaca dan list kaca dipaku
dengan paku kuningan. Kaca yang telah dipasang harus tertanam rapi & kokoh
pada rangkanya, terutama pada sudut-sudutnya. Setelah selesai dipasang, semua
kaca harus dibersihkan dengan bahan-bahan yang disetujui Direksi/Pengawas.
Kaca-kaca yang retak, pecah, atau ada goresan- goresan harus diganti.

18.3.6. Pintu-pintu harus mempunyai kerenggangan pada tepi samping, atas dan bawah
sebesar 1,58 mm. Semua pekerjaan pintu harus sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas.
PASAL 19 : PEKERJAAN PLAFOND.

19.1. Lingkup Pekerjaan.

19.1.1. Meliputi pengadaan dan pemasangan, pengerjaan bahan, tenaga dan peralatan yang
diperlukan sehubungan dengan pekerjaan langit-langit/plafond yaitu plafond GRC
board.

19.1.2. Mengadakan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang erat kaitannya dengan
pekerjaan langit-langit seperti :

- Pekerjaan besi penggantung.


- Pekerjaan listrik.

19.2. Persyaratan dan Bahan.

19.2.1. Untuk semua bahan langit-langit harus diajukan contohnya untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi/Pengawas sebelum didatangkan ke lokasi pekerjaan.

19.2.2. Bahan penutup langit-langit dari Triplek produksi dalam negeri kualitas baik
mempunyai ketebalan minimum 3. Rangka penggantung plafond menggunakan
rangka kayu klas II.

19.2.3. Ukuran dan pola pemasangan seperti persyaratan dan ketentuan dalam gambar
dengan rangka langit-langit dari bahan aluminium setara metal furing atau lebih
jelas pola dan ukuran sesuai gambar kerja.

19.2.4. Penutup langit-langit yang dipakai harus mempunyai dua bidang yang datar
dan halus, seragam dimensinya, sisi-sisinya lurus, tajam dan siku-siku, tidak cacat,
tidak melengkung dan cukup keras dan rapi.
19.3. Cara Pengerjaan.

19.3.1. Sebelum lembaran – lembaran langit - langit dipasang, Kontraktor wajib


memeriksa apakah rangka plafond metal furing untuk bidang lembaran
langit - langit telah sesuai dengan gambar tentang letak, pola dan ukuran-
ukurannya.

19.3.2. Seluruh struktur kerangka metal furing harus kuat hubungannya dan kerangka
ini ditahan oleh dinding-dinding dan ditahan dengan baik oleh struktur atap
(kuda-kuda) dan penggantungnya.

19.3.3. Lembaran langit-langit harus sama ukurannya dan keempat sisi-sisinya harus
saling siku. Untuk itu Kontraktor harus membuat 1 lembar sebagai mal, dan
mengecek lembaran-lembaran lainnya satu persatu. Sisi-sisi yang tidak sama
diserut halus dan rata.

19.3.4. Pemasangan harus lurus, tepi-tepinya harus rata dan tidak timbul retak-retak.
Langit-langit yang retak-retak, tidak rata atau cacat-cacat harus diganti.
Perbaikan, pembongkaran dan penggantian pekerjaan yang telah dipasang
akibat ketidaksempurnaan pekerjaan sebelumnya, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 20 : PEKERJAAN CAT, MENI DAN PLITUR.

20.1. Lingkup Pekerjaan.

17.1.1. Meliputi pengadaan dan pengerjaan serta finishing pada semua permukaan
sesuai dengan gambar, daftar-daftar dan persyaratan.

20.2. Persyaratan dan Bahan-bahan.

20.2.1. Yang dimaksud dengan cat disini meliputi, tetapi tidak terbatas pada emulsi,
enamel, vernish sealer, semen emulsion filler, dan pelapis-pelapis lain yang
dipakai sebagai cat dasar, cat perantara dan cat akhir.

20.2.2. Semua cat yang akan dipakai harus didatangkan ke lokasi pekerjaan dalam
kemasan kaleng yang tidak lebih besar dari 5 gallon (14 liter), dimana tertera
nama perusahaan pembuatannya, petunjuk pemakaian, formula kode warna,
nomor seri dan tanggal pembuatan.

20.2.3. Semua cat yang akan dipakai harus diajukan dulu contohnya untuk
mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas.
20.2.4. Plamur dan dempul untuk pekerjaan pengecatan tembok, kayu dan besi
sebaiknya digunakan merk yang sama dengan merk cat yang dipilih untuk
dipakai.

20.2.5. Demikian pula untuk cat meni dan bahan pengencer sebaiknya dipakai dari
produksi pabrik/merk yang sama dengan cat yang dipilih.

20.2.6. Direksi/Pengawas berhak meminta melalui Kontraktor, pernyataan tertulis dari


Distributor/Agen cat, bahwa bahan cat yang dipasok ke lapangan adalah asli.

20.3. Macam Pekerjaan.

20.3.1. Mengecat dengan cat tembok acrylic emulsion semua bidang dinding exterior
dan interior, langit-langit dan lain-lain seperti dinyatakan dalam gambar.

20.3.2. Mengecat dengan cat kayu untuk semua bidang permukaan kayu, dinding serta
lain-lainnya yang nyata-nyata ada dan harus dicat seperti dinyatakan dalam
gambar.

20.3.3. Memelitur, vernish, teak oil, bidang permukaan kayu seperti panil-panil daun
pintu, jendela dan kusen-kusen dan lain sebagainya seperti tertera pada
gambar, kecuali ditentukan dengan cat kayu.

20.3.4. Memeni dengan meni kayu untuk semua bidang kayu yang akan dicat dengan
cat kayu termasuk bidang sambungan dan potongan kayu, memeni besi untuk
semua bidang yang akan di cat dengan cat besi termasuk beugel, anker, baut
dan sebagainya.
Memeni semua permukaan bidang kayu dan besi yang akan ditanam dalam
tembok.

20.3.5. Warna dari semua jenis cat dan daftar bahan akan ditentukan kemudian oleh
Direksi/Pengawas.

20.4. Cara Pengerjaan.

20.4.1. Sebelum memulai dengan pekerjaan pengecatan, semua hardware, accessories,


fixtures dan sejenisnya harus disingkirkan dulu dan baru dikembalikan
lagi setelah pekerjaan selesai. Seluruh pelaksanaan pekerjaan cat harus sesuai
dengan persyaratan yang tercantum dalam PTI 1961.
20.4.2. Cat tembok.

Permukaan bidang dinding dengan plesteran sebelumnya harus dibersihkan


dengan cara menggosoknya memakai kain yang dibasahi air.
Setelah kering diberi dempul/filter coat pada tempat-tempat yang berlobang
sehingga tertutup, dan permukaannya rata. Sesudah kering dan keras lapisan
ini digosok dengan ampelas agar halus, licin, kemudian dicat paling sedikit 2
(dua) kali dengan roller 20 cm sampai baik atau dengan cara yang telah
ditentukan oleh pabrik. Selewat minimum 12 jam lapisan cat berikutnya dapat
dilaksanakan setelah lapisan pertama. Lapisan terakhir adalah cat anti kotor.

20.4.3. Cat Kayu

Pengecatan dilakukan dengan cara sesuai petunjuk dari pabriknya atau


sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, permukaan kayu harus diampelas
dengan kertas ampelas atau digosok dengan batu kambang kemudian
dibersihkan dari semua kotoran. Setelah diberi cat dasar, lubang-lubang dari
bekas paku, retak-retak dan cat-cat lain harus didempul dengan warna
dempul yang sesuai dengan warna cat hingga permukaannya menjadi rata dan
halus/licin baru kemudian dicat minimum 2 (dua) kali.
Pengecatan dilakukan ditempat yang bebas dari panas matahari langsung, lapis
demi lapis dengan jarak waktu minimum 12 jam setelah pengecatan pertama
dilakukan.

20.4.4. Rencana Pengecatan/Painting Schedule.

Apabila tidak ditentukan lain, pengecatan dan penyelesaian sampai rata


dengan minimum schedule seperti anjuran pabrik pembuatnya, atau
sebagai berikut.

a. Exterior.
Plesteran difinish dengan cat tembok.
b. Daun pintu, lembrisering, difinish dengan cat sintetik semi dop. (sesuai
dengan petunjuk Dereksi).
c. Interior.
Plesteran difinish dengan cat tembok.
PASAL 21 : PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT GANTUNGAN.

21.1. Lingkup Pekerjaan

Meliputi pengadaan, pemasangan seluruh alat-alat penyambung, pengunci dan


penutup pegas dengan kelengkapannya yang berkualitas baik, sesuai sistim,
daftar perincian, gambar dan persyaratan lainnya.

21.2. Persyaratan dan Bahan

21.2.1. Pengadaan semua atau sebagian peralatan harus produksi dalam Negeri.

21.2.2. Semua penutup pegas, mortice cylinder dead lock, lock set, handle dan back
plate harus merupakan hasil dari suatu kelompok produk perusahaan yang
terkenal baik.

21.2.3. Semua cylinder dari kunci-kunci harus diperlengkapi dengan 2 (dua) buah anak
kunci pengganti.

21.2.4. Semua pintu-pintu ruangan memakai kunci tanam minimal dengan sistem
pengunci 2 (dua) slag.
a. Untuk pintu kayu swing normal, digunakan kunci tanam besar dengan
sistem penguncian 2 slag setara Belucci.

21.2.5. Engsel-engsel yang digunakan adalah engsel besar nylon 4" yang berkualitas
baik.

21.2.7. Untuk alat-alat gantung dan kunci-kunci khusus, Kontraktor diwajibkan tetap
mengajukan contoh-contohnya terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
Direks/ Pengawas.

21.3. Macam Pekerjaan.

21.3.1. Mengadakan, memasang kunci tanam pada semua pintu sesuai rencana pada
gambar.

21.3.2. Memasang 4 buah engsel pada setiap daun pintu dan 2 buah engsel pada
setiap daun jendela sesuai persyaratan dalam gambar.

21.4. Cara Pengerjaan.

21.4.1. Semua pemasangan harus dikerjakan dengan peralatan yang sesuai serta
secara baik, rapi dan memenuhi syarat teknis dari pabrik, sehingga pintu-pintu
& jendela dapat dibuka dengan mudah, lancar dan ringan.

21.4.2. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga agar peralatan kunci dan penutup-
penutup pegas terlindungi dari goresan, kerusakan dan cacat-cacat lain.

21.4.3. Sebelum penyerahan pekerjaan, semua pekerjaan kunci dan alat gantungan
(hardware) harus diminyaki sehingga dapat bekerja dengan baik.

PASAL 22 : PEKERJAAN SANITAIR.

22.1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan yang dimaksud adalah pengadaan bahan-bahan, tenaga dan peralatan


yang diperlukan agar seluruh instalasi dapat dipasang dengan sempurna, diuji dan
siap untuk digunakan dengan kualitas pengerjaan/pasangan yang terbaik, sesuai
dengan gambar, bestek dan spesifikasi teknis.
Pekerjaan ini meliputi :
22.1.1. Pemasangan sistem pipa distribusi dari PDAM menuju ke bangunan sampai
ke fixtures termasuk katup-katup, sambungan-sambungan dan perlengkapan
lain yang diperlukan.
22.1.2. Pekerjaan sistem pipa-pipa pembuangan air kotor dari sanitary facility
sampai ke penampungan septictank/beerput.
22.1.3. Testing instalasi pipa air bersih dan pembuangan air kotor dengan alat-alat
ukur yang disyaratkan.
22.1.4. Pekerjaan pemasangan kloset jongkok, dan bak air keramik.
22.1.5. Kloset duduk diPasang pada KM/WC menggunakan merk toto atau yang
standard kwalitas (sesuai dengan gambar).
22.1.6. Bak kamar mandi menggunakan bak mandi fiber ukuran disesuaikan dengan
gambar dan petunjuk direksi lapangan.
22.1.7. tempat sabun, pemasangannya disesuaikan dengan tempat kamar mandinya.
22.1.8. Dasar pembuatan septictank disesuaikan dengan jumlah penghuni yang
menggunakan, untuk kantor dibuat dengan 1,5 x 1,5 m
22.1.9. Septictank harus ada resapan (rembesan) dan letak septictank sebelum digali
harus seijin direksi lapangan terlebih dahulu.
22.1.10. Perbaikan/ penggantian keran-keran yang rusak atau tidak layak pakai dengan
memakai merk yang standard atau petunjuk direksi lapangan.
22.1.5. Pedoman Pelaksanaan.
a. Kontraktor diwajibkan memasang semua peralatan serta peralatan
peralatan pembantu lainnya agar instalasi tersebut dapat berfungsi
dengan sempurna.
b. Semua biaya yang diperlukan untuk memperoleh ijin operasi dari pihak
yang berwajib.
c. Apabila timbul persoalan, kontraktor wajib mengajukan saran
penyelesaian, paling lambat 1 minggu sebelum pekerjaan dilaksanakan.
d. Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan untuk mengajukan
semua jenis pipa, fitting-fitting, katup-katup dan fixtures secara terinci,
semua bagian-bagian tersebut secara spesifikasi, harus disediakan dan
dipasang oleh kontraktor; apabila diperlukan agar diperoleh instalasi yang
lengkap dan bekerja dengan baik, sesuai dengan syarat-syarat untuk
pekerjaan plumbing dan memuaskan Pemberi Tugas.
e. Kontraktor bertanggung jawab atas rusaknya atau hilangnya bahan atau
peralatan untuk instalasi ini dan harus diganti atas tanggungannya.
f. Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik,
pembongkaran- pembongkaran bagian bangunan hanya diperkenankan
setelah kontraktor menerima ijin tertulis dari ahli/Direksi/Pengawas.
g. Kontraktor harus membuat gambar detail, agar diketahui dengan tepat,
misalnya letak dan ukuran lobang-lobang pada dinding dan lantai yang
diperlukan untuk menembusnya pipa.

22.1.6. R e f e r e n s i.

Syarat-syarat penerimaan untuk bahan-bahan dan peralatan, cara-cara


pemasangan, kualitas pekerjaan, harus sesuai dengan standar yang berlaku,
peraturan plumbing dan tergantung dari bahan yang dipakai.

Peraturan tersebut antara lain :


a. PPI (Pedoman Plumbing Indonesia).
b. SII (Standar Industri Indonesia).
c. NFPA Untuk pencegahan dan pemadaman kebakaran.
d. Peraturan Keselamatan Kerja.
e. Peraturan PDAM tentang instalasi air minum.
f. Standar ISO, BS, DIN, atau ASTM.

22.2. Sistem Instalasi.

19.2.1. Instalasi air bersih.


a. Kontraktor harus memasang perpipaan dan tempat-tempat yang di yang
ditunjuk dalam gambar kerja yang dihubungkan langsung ke sumber air
PDAM melalui pipa-pipa distribusi.
b. Penanaman pipa-pipa instalasi air bersih dalam tanah disesuaikan dengan
kondisi lapangan.

22.2.2. Sistem air kotor.

a. Air kotor dari sanitery fasility dialirkan menuju septictank/beerput melalui bak
kontrol.
b. Pertemuan antara pipa-pipa air kotor dilengkapi dengan YT, beda elevasi
insert level antara pipa service (dari fixtures) dengan pipa pengumpul minimal
10 cm.
c. Penanaman pipa awal dalam tanah minimum 50 cm atau sesuai kondisi
lapangan, sedangkan slope harus sesuai dengan yang tercantum dalam
gambar bestek ..

22.3. Spesifikasi Material.

22.3.1. Seluruh perpipaan air bersih mempergunakan pipa PVC berikut sambungan-
sambungannya jenis AW Medium.

22.3.2. Seluruh perpipaan air kotor maupun vent memakai pipa PVC merk WAVIN klas
D, semua bentuk pipa yang akan digunakan disetujui Direksi/Pengawas. Alat-
alat penyambung adalah type-type sambungan yang dihasilkan oleh pabrik
yang sama dengan pipanya.

22.3.3. Pipa-pipa yang digunakan harus satu laras utuh untuk menghindari
sambungan, kecuali dibutuhkan panjang pipa kurang dari satu laras.

22.3.6. Perlengkapan Sanitair :


a. Closet jongkok
b. Bak Air Fiberglass
22.4. Pemasangan Instalasi.

22.4.1. Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan sebelum pemasangan harus
diperiksa/dibersihkan dari kotoran-kotoran.

22.4.2. Semua fixtures fitting dan pipa-pipa yang kelihatan dalam ruangan harus
dilapisi dengan chromium atau nikel yang cukup baik/kuat.

22.4.3. Kontraktor bertanggung jawab atas komponen yang perlu (misalnya fixtures,
fitting dan lain-lain) untuk melengkapi instalasi.

22.4.4.Alat-alat sanitair harus dipasang dalam keadaaan kokoh dan rapi pada dinding
atau lantai, dan tidak terjadi kerusakan pada alat-alat tersebut akibat
pemasangan. Harus digunakan sekrup kuningan untuk memasang alat-alat
tersebut pada klos-klos dudukannya pada dinding atau lantai.

22.4.5. Semua pipa harus diikat/ditempatkan dengan kuat pada dinding/balok dengan
penggantung/anker yang cukup kokoh. Penyambungan pipa pada alat-alat
sanitair tidak boleh bocor dan harus dilengkapi dengan seal karet.

22.4.6. Pertemuan pipa-pipa vertikal dengan lantai harus diberi trust blok/penahan
tekanan dan getaran dengan kuat, sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kondisi lapangan.

22.4.7. Pipa harus dipasang pada lintasan dan kemiringan yang tepat dan tidak boleh
ada beban yang menindihnya. Ujung-ujung pipa dan lobang harus disumbat
dahulu selama pelaksanaan untuk menghindari kotoran masuk.

22.5. Bahan-bahan Instalasi.

22.5.1. Suatu bahan untuk peralatan atau fixtures yang akan digunakan dan tidak
disebutkan dalam spesifikasi, hanya diperbolehkan apabila disetujui secara
tertulis oleh Pemberi Tugas dan biaya pengujian bahan/peralatan/fixtures
tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

22.5.2. Setiap bahan yang akan dipasang pada instalasi harus mempunyai tanda-
tanda merk yang jelas dari pabrik pembuatnya. Fitting dan fixtures yang tidak
memiliki tanda tersebut harus diganti, atas tanggung jawab Kontraktor.

22.6. Pengetesan.air.
22.6.1. Pengujian sistem distribusi air bersih.
a. Untuk pipa air minum testing dilaksanakan dengan menggunakan
tekanan.
b. Air dialirkan kedalam pipa dengan pompa tekanan pengujian harus
dilaksanakan selama 2 jam tanpa adanya penurunan tekanan. Apabila
pengujian berhasil baik dan disetujui Direksi/Pengawas, barulah
pengurugan atau pemlesteran boleh dilaksanakan.Sebelum digunakan,
jaringan-jaringan pipa harus didisinfektan dengan petunjuk Direksi/
Pengawas.

22.6.2. Pengujian sistem air kotor.


Seluruh sistem pipa air kotor harus mempunyai lobang-lobang yang dapat
ditutup agar seluruh sistem tersebut dapat diisi dengan air sampai lobang
tertinggi. Hal ini dilakukan selama 30 menit dan penurunan air tidak boleh
lebih dari 10 cm.

22.6.3. Pengetesan harus dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi/Pengawas dan


dinyatakan baik dalam Berita Acara yang ditanda tangani bersama oleh
Kontraktor, Pemberi Tugas dan Direksi/Pengawas.
PASAL 23 : PEKERJAAN ELEKTRIKAL.

23.1. Lingkup Pekerjaan.

20.1.1. Pekerjaan ini meliputi :

a. Pengadaan semua tenaga, bahan, ijin-ijin serta pengerjaan-pengerjaan


untuk pemasangan sistem elektrikal yang lengkap sesuai persyaratan
hingga dapat beroperasi dengan memuaskan.

b. Pengadaan kabel feeder dari :


- Sumber daya listrik utama ke Panel Induk 220/380 Volt.
- Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk instalasi penerangan
bangunan.
c. Pengadaan dan pemasangan lampu-lampu, didalam maupun diluar.
d. Pengadaan dan pemasangan saklar dan stop kontak.
e. Pengadaan dan pemasangan alat-alat bantu instalasi.

23.1.2. Kontraktor wajib memenuhi mutu lingkup pekerjaan diatas, sehingga setelah
dipasang dan diuji dengan baik, didapat mutu instalasi siap untuk dipakai.

23.1.3. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi kerja dengan bidang - bidang lain
yang berhubungan dan berkaitan dengan pekerjaan instalasi listrik, sehingga
dapat secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang
ditentukan.

23.2. Persyaratan Umum Pekerjaan Listrik.

23.2.1. U m u m.
a. Gambar dan spesifikasi merupakan satu kesatuan yang saling mengikat
dan melengkapi.
b. Kontraktor harus mempunyai pas PLN sesuai golongan pekerjaan, dari PLN
setempat dan masih berlaku pada saat dan hingga selesainya pelaksanaan
pekerjaan.

23.2.2. Ijin dan Pemeriksaan.


a. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas mutu instalasi dan peralatan
yang digunakan. Semua ijin dan pemeriksaan dari badan pemerintah
merupakan tanggung jawab Pemborong, baik cara maupun biaya yang
diperlukan untuk itu.
b. Kontraktor wajib melengkapi segala keperluan yang diperlukan guna
terlaksananya pemeriksaan dan pengujian dari badan/jawatan pemerintah
tersebut.
c. Kontraktor wajib menyelesaikan sertifikat yang menyatakan bahan semua
pekerjaan yang telah dilakukan memenuhi syarat dan standar dalam
spesifikasi maupun peraturan pemerintah.

23.2.3. L a b e l
Kontraktor wajib mengadakan label setiap untuk panel.

23.2.4. Koordinasi dengan pekerjaan lain.


a. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong wajib memeriksa gambar-gambar
yang diterima, dengan gambar-gambar/spesifikasi dari pekerjaan lain
yang berhubungan, supaya didapat mutu pekerjaan yang baik.
b. Bila terdapat kelalaian, baik terhadap gambar maupun spesifikasi pekerjaan
dengan pekerjaan lain, Pemborong wajib melaporkannya kepada
Direksi/Pengawas.

23.2.5. Sub Kontraktor.


a. Sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku, Kontraktor
dapat menggunakan tenaga pembantu sebagai sub Kontraktor, dengan
persetujuan pemberi tugas.
b. Pemborong wajib melaporkan kepada Direksi/Pengawas, sub-sub
Kontraktor yang digunakan.

23.2.6. P e n g a w a s a n.
a. Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaannya.
b. Kontraktor wajib menempatkan tenaga-tenaga Pengawas untuk mengawasi
pekerjaannya.
c. Penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada ditempat
pekerjaan dan dapat mengambil keputusan-keputusan atas dasar
persetujuan Direksi/Pengawas, demi kelancaran pekerjaan.
23.3. Persyaratan Teknis Pekerjaan Listrik.

23.3.1. Kabel dan Lingkup Kerja.

a. Penjelasan Umum.
1. Seluruh instalasi daya di dalam bangunan digunakan jenis NYY 0.6/1 KV
dengan jumlah inti disesuaikan dengan gambar.
2. Seluruh instalasi penerangan dipergunakan kabel NYM dan NYA.
3. Seluruh instalasi yang ditanam dan berhubungan langsung dengan tanah,
harus digunakan jenis kabel tanah NYFGBY 0.6/1 KV.
4. Tidak diperkenankan mengganti type/jenis kabel tersebut.
5. Sambungan kabel di dalam tanah tidak diperkenankan tanpa persetujuan
Direksi/Pengawas.
6. Kabel-kabel yang dipasang harus diberi label-label dari timah yang memberi
petunjuk Jurusannya, yang dipasang pada setiap jarak 1 meter dari ujung-
ujungnya.
b. B a h a n.
1. Kabel NYM.
- Kabel dengan 3 inti untuk satu phase.
- Inti Copper dibungkus dengan isolasi PVC.
- Isolasi 2 lapis, menyelubungi inti.

2. Kabel NYA.
- Isolasi PVC luas penampang minimum yang boleh dipergunakan 2,5
mm².
- Kawat BC,kawat tembaga telanjang, solid (pejal) ataupun stranded
(pilin).

c. P e n g g u n a a n.
1. Kabel NYM dipergunakan sebagai kabel instalasipenerangan, pemasangan
didalam dinding harus dilindungi dengan pipa PVC.
2. Kabel NYA dipergunakan sebgai kabel instalasi penerangan, pemasangan
diatas plafond. Pemasangan didalam dinding harus dilindungi dengan pipa
Union.
3. Kawat BC, luas penampang minimum yang dipergunakan 6 mm²,
digunakan sebagai kawat pentanahan.

d. P e l a k s a n a a n.
1. Pemilihan penampang kabel dihitung cukup aman, bagi besarnya arus
yang mengalir secara kontinyu.
2. Kawat arde dilindungi dengan pipa PVC, untuk diatas lantai/tanah dan
menggunakan pipa GIP untuk didalam tanah.
3. Sebagai keseragaman warna, isolasi kabel harus standar:
 Phasa R, warna isolasi = merah.
 Phasa S, warna isolasi = kuning.
 Phasa T, warna isolasi = hitam.
 Netral, warna isolasi = biru.
 Pentanahan, warna isolasi = kuning strip hijau.

23.3.2. Instalasi Daya dan Penerangan.

a. Penjelasan Umum.
1. Instalasi Penerangan.
- Instalasi penerangan dimaksud adalah titik lampu dan stop kontak,
sesuai petunjuk gambar.
- Letak pasti dari lampu-lampu tersebut, disesuaikan dengan keadaan
di lapangan.

- Tinggi lampu pada bangunan, mempunyai ketinggian sama, kecuali


ditentukan lain.
- Pada setiap percabangan titik lampu, harus diberi doos/junction box
dari sini dihubungkan dengan pipa 5/8" ketitik penerangan.
- Sambungan kabel untuk ke titik penerangan hanya diperlukan pada
junction box/doos tersebut.
- Setiap percabangan juga harus dimasukkan dalam junction box/doos.

2. Instalasi Sakelar.
- Sakelar dibuat dari plastik putih, untuk sambungan instalasi.
- Tinggi sakelar pada umumnya 1,5 m dari lantai kecuali pada
permintaan dari pemilik yang mengijinkan tinggi lain.
- Sakelar dengan kemampuan minimum 10 A, 250 volt buatan dalam
negeri.
- Letak pasti dari sakelar harus disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

3. Stop Kontak Biasa.


- Stop Kontak dibuat dari plastik putih, untuk sistem 1 phase, dengan
terminal untuk pentanahan.
- Tinggi stop kontak ini disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
- Stop kontak dengan kemampuan 10 Ampere 250 Volt.

b. Peralatan Instalasi.
1. Peralatan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk
melengkapi instalasi tersebut, supaya kelihatan baik dan memenuhi
persyaratan.
2. Semua kabel yang terlihat mata (expose) harus diberi penahan dengan
klem, sehingga kabel tersebut kelihatan lurus dan baik.
3. Doos/junction box yang digunakan harus cukup besarnya dan minimum
berdiameter 10 cm.
4. Setelah terpasang, doos-doos ini harus ditutup dengan baik, dengan
penutup yang khusus untuk itu.

PASAL 24 : PEMBERSIHAN HALAMAN.

24.1. Kontraktor diwajibkan memelihara kebersihan halaman tempat pekerjaan baik berupa
sampah-sampah, gundukan tanah maupun bahan-bahan yang sudah tidak terpakai
lagi dan lain sebagainya.
24.2. Pembersihan dan kebersihan halaman setelah proyek selesai sampai dengan
penyerahan kedua, menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 25 : P E N U T U P

1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini pada penjelasan kerja ternyata
diperlukan akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Kerja.
2. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan, akan
dibicarakan dan diatur oleh Direksi/Pengawas dengan Kontraktor dan bila diperlukan
akan dibicarakan bersama Pemberi Tugas.
3. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan harus melengkapi dan menyediakan peralatan-
peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam
rencana kerja dan syarat-syarat ini, sehingga dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
4. Segala kerusakan yang timbul akibat adanya pelaksanaan pekerjaan pembangunan
gedung ini, misalnya kerusakan jalan akibat mobilisasi kendaraan maupun kerusakan
yang lain yang nyata-nyata akibat pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor wajib
mengadakan perbaikan atas beban biaya Kontraktor.
5. Setelah pekerjaan ini selesai 100% pada saat sebelum penyerahan pertama, maka
Kontraktor harus membersihkan segala sisa-sisa potongan pekerjaan dan dibuang keluar
lokasi pekerjaan.
6. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Pihak
yang terkait, bilamana perlu didakan perbaikan dalam RKS ini.
6. Dengan di tanda tanganin RKS dan Spesifikasi Teknis ini maka pihak-pihak Terkait akan
menjadikan ini acuan dalam melaksanakan pekerjaan tersebut

Putussibau, …………………………..….2016

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


( PPK )
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN KAPUAS HULU

KUSNADI, SPd
NIP. 19701029 199710 1 001

Anda mungkin juga menyukai