Anda di halaman 1dari 90

PUSAT POLISI MILITER

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN : PERBAIKAN SEDANG (PERKUATAN STRUKTUR


BANGUNAN) GEDUNG MAKO PUSPOMAL

LOKASI : MAKO PUSPOMAL JAKARTA UTARA

TA : 2023
BAB. I

SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN

PERSIAPAN PELAKSANAAN

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk
beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja
serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam dokumen ini.
Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di
dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas dan
Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang
dinyatakan dalam Gambar Kerja serta dokumen Spesifikasi Teknis ini.

1.1 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan PERBAIKAN SEDANG (PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN)


GEDUNG MAKO PUSPOMAL, yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam
gambar dokumen perencanaan dan gambar kerja, antara lain :
- Pekerjaan Perkuatan Struktur
- Pekerjaan Lantai
- Pekerjaan dinding (Partisi dan Pasangan Bata)
- Pekerjaan Plafon
- Pekerjaan interior (dinding dan plafon)
- Pekerjaan Mekanikal dan Elekttrikal
- Dan Pekerjaan Lain-lain
Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup diatas sudah termasuk dalam jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana kerja.

1.2 PEKERJAAN PERSIAPAN

Meliputi : Pengukuran, mobilisasi peralatan, bahan/material, pengadaan air dan


listrik untuk bekerja dan tenaga kerja.

1.3 PENYEDIAAN TENAGA

1. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tenaga inti yang cukup
memadai untuk kegiatan ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
a. (satu) orang pelaksana, Sarjana Muda (D3) Teknik Arsitektur, berpengalaman 5
tahun, mempunyai SKT.
b. 1 (satu) orang Drafter, minimal STM Bangunan yang berpengalaman 5 thn.
c. 1 (satu) orang tenaga administrasi proyek, Sarjana Muda (D3) berpengalaman 3 tahun.
d. 1 (satu) orang tenaga logistik proyek, STM yang berpengalaman 5 tahun.
e. 1 (satu) orang tenaga K3, S1 sipil pengalaman 5 tahun, SKA SMKK (K3)
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan,
kontraktor pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di
atas lengkap dengan bagan organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan konstruksi, kontraktor harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup terampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang
draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing.
3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1
dan 2 di atas apabila diminta oleh pengawas berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis
yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan direksi.
4. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri
dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya dan mengenai
pembayaran, perumahan, makan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan
termasuk kompensasi yang harus menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan
Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Kegiatan selama
masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pemilik Kegiatan.
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi
kegiatan.
7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi kegiatan fasilitas pertolongan
pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas
pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di
lokasi atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor juga harus
melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut
disyaratkan oleh undang-undang.

1.4 PENYEDIAAN PERALATAN KERJA

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan


alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan
dinilai oleh Direksi. Bila Direksi menilai barak/gudang tersebut tidak layak layak dengan
alasan-alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harus melakukan perbaikan/penyempurnaan
sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak Direksi (Direksikeet) yang
dilengkapi :
a. Meja rapat dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup
b. Meja, kursi kerja berlaci dan berkunci
c. 1 set dokumen kontrak
Direksi keet tersebut harus dibangun dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Atap : Seng
b. Dinding : Dinding tripleks dengan rangka kayu
c. Pondasi : Pasangan pondasi batu kali setempat untuk kolom dan rollag batu bata
sebagai frame lantai.
d. Lantai : rabat beton/Concrete block
e. Dilengkapi pula kamar kecil (1,5 x 2 m) beserta penyediaan air bersih dan saluran
pembuangan air kotornya untuk keperluan Direksi dan tamu-tamu Direksi.
3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup ditempat pekerjaan untuk para
pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan
keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus
segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor Pelaksana
diwajibkan mengikuti ASTEK).
4. Semua material yang tersebutkan didalam butir 1, 2 dan 3 diatas setelah selesainya
pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari
lapangan pekerjaan.
5. Daftar Peralatan yang harus dimiliki untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah:

No. Jenis alat Utama Jumlah Status


1. Generator 1 unit Milik/ sewa
2. Dump Truck 2 unit Milik/ sewa
3. Peralatan Pertukangan 1 Set Milik/ sewa

Pasal 2
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja


Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan
fisik secara nyata di lapangan.

Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat
oleh Panitia Lelang.

Pasal 3
MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :


3.1 Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi
yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain
di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.

3.2 Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.

3.3 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor/Pemborong harus
menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Pasal 4
PAPAN NAMA KEGIATAN

Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama kegiatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau
biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong dengan pengalaman minimum
6 (enam) tahun sesuai dengan Dokumen Pengadaan.

5.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5.3 Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen
dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.

5.4 Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas
bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan,
maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk mengganti
‘Pelaksana’.

5.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong
harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri
(penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
RENCANA KERJA

6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong


‘wajib’ membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar- Chart dan
S-Curve Bahan dan Tenaga.

6.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja
yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.

6.3 Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4


(empat) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen dan Perencana.

6.4 Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan


Rencana Kerja tersebut di atas.
6.5 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal 7
LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN, DAN LAIN-LAIN

7.1 Direksikeet (los pengawas).


Kepada Kontraktor/Pemborong harus menyediakan DireksiKeet (Los Pengawas) untuk keperluan
Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dari bahan semipermanen atau sesuai dengan
Kebutuhan rencana Pekerjaan. untuk tiap lokasi dengan menggunakan bahan-bahan sebagai
berikut: lantai diplester, dinding tripleks/papan/asbes, rangka bangunan dari bahan kayu
kelas III, atap dari bahan penutup Atap, pintu dari bahan papan kayu kelas III, dilengkapi
dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Apabila diijinkan oleh pemilik
pekerjaan, Kontraktor dapat memanfaatkan sementara ruangan pada area bangunan yang tidak
digunakan bila ada , yang akan ditentukan oleh Pengawas.
7.2 Kantor Kontraktor, los kerja dan gudang bahan.
Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Kontraktor di lapangan,
los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-
barang, pada tempat yang akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek.
7.3 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan los pengawas serta inventarisnya.
7.4 Pagar Proyek.
Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi/Pemilik dapat memerintahkan kepada
Kontraktor, untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan
dimasukan didalam penawaran Kontraktor/Pemborong.
Kontraktor wajib menjamin keamanan bagi pekerja dan orang yang berada disekitar lokasi
pekerjaan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan.

a. Untuk pekerjaan bangunan di luar ruangan:


Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng
gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi
persyaratan kekuatan, atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.

b. Bila pekerjaan yang dilakukan di ketinggian, misalnya atap, talang dan sebagainya, maka
perlu dipasang jaring pengaman.

c. Untuk pekerjaan di dalam ruangan


Area pekerjaan wajib ditutup dan dipagari dengan bahan yang menutupi dari terpaparnya
kotoran / debu juga pandangan ke arah kegiatan lokasi pekerjaan. Tinggi minimal 2 m dari
permukaan lantai kerja, atau dengan bahan yang menutupi dari lantai hingga permukaan plafon.

Untuk semua kondisi pemagaran juga wajib dipasang peringatan yang sesuai.

7.5 Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera
dibongkar/dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik
Kontraktor.

7.6 Direksikeet dan pagar Pengaman (butir 1 & 4 di atas) yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong,
setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera
dibongkar/dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik
Kontraktor.

Pasal 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA

8.1 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup
di tempat pekerjaan untuk para pekerja.
8.2 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat pekerjaan.
8.3 Berkwajiban menyediakan alat K3 dan Melaksanakan manajemen K3, Keselamatan dan kesehatan
kerja ( K3 ) serta asuransi dan menerapkan Protokol Pencegahan Penyebaran Covid 19
o Setiap Pembangunan Bangunan Gedung Negara harus memenuhi persyaratan K3 sesuai yang
di tetapkan dalam surat keputusan bersama menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum nomor : Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan kesehatan
kerja pada tempat satuan kerja Konstruksi, dan atau peraturan penggantinya.
o Ketentuan asuransi Pembangunan Bangunan Gedung Negara sesuai dengan peraturan
perundang – undangan.
8.4 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan SM K3, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen Apabila terjadi kerusakan-
kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
8.5 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong segera memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
8.6 Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran :
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor apabila diperlukan wajib menyediakan tabung alat
pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah sekurang-
kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 15 Kg.
8.7 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan
pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara
tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

8.8 Rencana Keselamatan Kerja Dan Konstruksi


Kontraktor diwajibkan membuat Rencana Mutu Kontrak termasuk Program K3 Konstruksi
yang mencakup :
1. Umum
2. Sasaran Mutu Kegiatan
3. Struktur Organisasi
4. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Termasuk Program K3
5. Jadual Pelaksanaan Kegiatan
6. Jadual Peralatan
7. Jadual Personil
8. Daftar Induk Rekaman
Ketentuan mengenai penerapan K3 :
1. Wajib mengikutsertakan seluruh tenaga kerja dalam program jamsostek (jaminan
kecelakaan kerja dan jaminan kematian);
2. Menyediakan dan mewajibkan seluruh pekerja menggunakan alat pelindung diri;
3. Memasang rambu-rambu K3 pada lokasi yang rawan kecelakaan terutama di sekitar
lingkungan kerja;
4. Menyediakan fasilitas P3K sebagai upaya pertolongan pertama pada kecelakaan;
5. Memberitanda batas pada area kerja untuk menghindari orang lain selain petugas/pekerja;
6. Dan memperhatikan serta melaksanakan semua ketentuan dalam Peraturan yang
berhubungan dengan K3.

Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) Penyedia menyampaikan pakta komitmen dan


penjelasan manajemen risiko serta penjelasan rencana tindakan sesuai tabel jenis pekerjaan
dan identifikasi bahayanya di bawah ini:

No Jenis/ Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1 Mobilisasi dan 1. Kecelakaan dan gangguan kesehatan tenaga
Demobilisasi kerja akibat tempat kerja kurang memenuhi
syarat > luka berat / ringan.
2. Kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja
akibat penyimpanan peralatan dan bahan atau
material kurang memenuhi syarat > luka
berat/ringan
3. Terjadi tabrakan atau tertimpa bahan material
> luka berat /ringan
2 Pekerjaan Pasang Luka terkena kaca dan bahan rangka pintu/
pintu dan jendela jendela; tertimpa material pintu/ jendela dan
peralatan kerja; terjatuh
3 Pekerjaan Pengecatan Keracunan bahan kimia cat, Luka tertimpa
material pintu/ jendela dan peralatan kerja;
terjatuh pada saat pengecatan
BAB.II
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1
UMUM

1.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan renovasi yang meliputi :

PEKERJAAN : PERBAIKAN SEDANG (PERKUATAN STRUKTUR


BANGUNAN) GEDUNG MAKO PUSPOMAL,
TA. : 2023 :

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


a. Pekerjaan Perkuatan Struktur, meliputi :
- Bongkaran Lantai
- Galian Tanah
- Beton Foot Plat
- Kolom Pedestal
- Kolom Lantai
- Dan pekerjaan perkuatan struktur lainnya

b. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :


o Pekerjaan pembongkaran (dinding bata, lantai keramik, plafon dan pekerjaan lainnya) lantai 1 dan
2
o Pembongkaran atap lama dan pengupasan atap beton
o Pekerjaan dinding (dinding bata dan dinding partisi) lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan Lantai (Granite dan Keramik) lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan pengecatan lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan dekoratif interior lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan plafon lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan kusen, pintu dan jendela lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan kaca lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan alat penggantung dan pengunci lantai 1 dan lantai 2

c. Pekerjaan MEP, meliputi :


o Pekerjaan Pembongkaran (titik lampu, saklar, stop kontak dan armaturnya) lantai 1 dan lantai
2
o Pekerjaan pembongkaran APAR, CCTV DAN SPIKER lantai 1 dan lantai 2
o Pembongkaran Instalasi Plumbing lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan Pemasangan Instalasi listrik lengkap armature lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan Pemasangan APAR, CCTV DAN SPIKER lantai 1 dan lantai 2
o Pekerjaan instalasi plumbing (air kotor dan air bersih) lantai 1 dan lantai 2
o Dan pekerjaan penunjang lainnya

d. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung m aupun tidak langsung yang tidak bisa
dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS

Semua penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam


point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan.
Semua pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup Pekerjaan yang tidak dijelaskan dalam
RKS akan dijelaskan kemudian dalam Risalah aanwitzing dan pihak Kontraktor harus
melaksanakannya sesuai gambar kerja. Penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas
akan dijelaskan dalam point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan , bahan
dan teknis pekerjaan .

1.2 PERSIAPAN PELAKSANAAN

1.2.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Gambar
Kerja dan kondisi existing gedung yang akan dikerjakan. Kontraktor harus sudah
memperhitungkan segala kondisi pada gedung existing sehingga saat pelaksanaan tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian gedung yang tidak dikerjakan.
1.2.2 Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun
yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang dipertahankan; agar tidak
rusak atau cacat.

1.2.3 Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi khusus sebagai
penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan.

Pasal 2
PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN

2.1 Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu dibersihkan.
Karena pekerjaan pada gedung yang ditempati maka semua perabot yang ada pada lokasi pekerjaan
dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan oleh pemilik gedung.

2.2 Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan
dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.

Pasal 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING

3.1 Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam
gedung dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana/Pengawas masih berfungsi dan akan digunakan
lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, kontraktor harus menjaga dan memeliharanya dari
gangguan/cacat.

3.2 Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus
dipindah, maka Kontraktor harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
Pasal 4
PERLINDUNGAN TANAH
4.1 Pekerjaan Galian

4.1.1 Lingkup Pekerjaan

a. Penyediaan tenaga kerja, peralatan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya


yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambar-gambar
dan spesifikasi.

b. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah, batu-batuan
atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek, pembuangan lapisan tanah atas
(top soil), pembuangan bekas-bekas longsoran, yang kesemuanya disesuaikan dengan
spesifikasi ini.

c. Pekerjaan penggalian ini, untuk kolom perkuatan struktur dan pondasi untuk perkuatan
pasangan dinding dalam gedung

4.1.2 Prosedur Penggalian

a. Sebelum mulai pekerjaan penggalian, perlu disiapkan wadah untuk menampung tanah
galian dan dibuang ketempat pembuangan yang telah disepakati bersama
b. Penggunaan mesin penggali ringan dapat digunakan apabila mendapat persetujuan dari
pengawas dan direksi.
c. Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-bagian
pekerjaan diatas maupun di bawah tanah, drainage, saluran-saluran pembuang dan
rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan. Semua biaya
yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab kontraktor.
d. Kemiringan galian harus dibuat seminimal mungkin dengan perbandingan 1 (satu)
horisontal dengan 1 (satu) vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.
e. Penggalian dibagi hanya dalam satu macam/jenis yaitu galian tanah keras.
f. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memberitahukan Pengawas,
sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan pada titik yang telah
ditentukan bersama.
g. Galian untuk pondasi foot plat (pelat setempat), balok sloof atau konstruksi lainnya harus
digali sampai pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar rencana
atau atas petunjuk Pengawas. Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar
penempatan konstruksi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar rencana, dapat dengan
mudah dikerjakan. Pengawas dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari dasar
galian bila dipandang perlu. Sesudah galian selesai dilaksanakan, Kontraktor harus
memberitahukan kepada Pengawas.
4.2 Pekerjaan Pengurugan/Timbunan

4.2.1 Lingkup Pekerjaan

a. Penyediaan tenaga kerja, bahan urugan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan


lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan batu dan tanah, timbunan
pasir urug dan timbunan sirtu yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.

b. Pekerjaan timbunan batu dan tanah, timbunan pasir urug dan timbunan sirtu meliputi
pekerjaan penggalian, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan yang kesemuanya
disesuaikan dengan spesifikasi ini.

c. Pekerjaan timbunan ini pada titik-titik perkuatan kolom struktur atau pada galian pemasangan
foot plat dan pada sisi pondasi menerus

4.2.2 Bahan Timbunan

a. Bahan timbunan yang dipakai adalah limestone, tanah , pasir urug darat dan sirtu yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan.

b. Lokasi sumber jenis bahan timbunan tersebut diatas harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pengawas. Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh di pakai lagi untuk bahan
timbunan, kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan dan
mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.

c. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan
bahan urugan yang bias mencukupi kebutuhan seluruh proyek.

d. Semua bahan timbunan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas, baik mengenai
kwalitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam
lokasi pekerjaan.

e. Bahan timbunan yang mengandung tanah organis, akar-akaran sampah dan lain-lain tidak
boleh dipergunakan untuk timbunan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan harus
ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Direksi Pengawas.

f. Bahan-bahan timbunan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi
standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

4.2.3 Penghamparan dan Pemadatan Timbunan

a. Penghamparan timbunan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan
20 (dua puluh) cm.

b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan pemadatan bahan-bahan
timbunan dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
c. Kontraktor harus menentukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk
pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan
Pengawas Direksi.

d. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum
20 (dua puluh) cm dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 95% (Modified Proctor)
dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dalam AASHTO- T99

4.2.4 Grading

Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi yang tercantum didalam
gambar kerja.

4.2.5 Jaminan Mutu

a. Bahan timbunan sebelum di kirim ke lokasi harus di test di laboratorium untuk diketahui
kadar air optimumnya, yang dimanfaatkan sebagai dasar menentukan jenis, ukuran serta
berat dari alat yang paling sesuai dipergunakan untuk pemadatan tersebut.

b. Setiap lapisan pengurugan harus di test kepadatannya dengan metoda Sand Cone. Lokasi
serta jumlah pengambilan sample harus dengan persetujuan Direksi Pengawas.

c. Segala biaya yang ditimbulkan untuk pengujian-pengujian ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

Pasal 5
PEKERJAAN PONDASI

5.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua persyaratan teknis tentang pembuatan pondasi batu gunung/kali sesuai dengan gambar.
Pondasi bangunan menggunakan pasangan batu gunung/kali dengan adukan 1 pc : 5 ps dilaksanakan
pada ruang-ruang yang menggunakan pasangan tembok bata.
a. Sebelum dilakukan penimbunan lapisan pasir, dasar galian harus bersih dari segala macam kotoran.

b. Timbunan lapisan pasir harus disiram dengan air sampai mencapai kepadatan yang
dipersyaratkan/kadar air yang optimum.

c. Pengurugan tanah kembali, dilaksanakan setelah semua pekerjaan diatas selesai dikerjakan.
Pasal 6
PEKERJAAN BETON

6.1 Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan
gambar-gambar Konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari Arsitek dalam
uraian syarat-syarat pelaksanaan.
Beton untuk pekerjaan ini adalah beton perkuatan yang meliputi beton foot plat, beton kolom pedestal,
beton kolom baja WF
6.2 Pedoman Pelaksanaan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
a. SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain.

b. SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.

c. SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung.

d. SNI 03-6816-2002 tentang Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.

e. SNI 2052:2017 tentang Baja Tulangan Beton.

f. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987

g. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) NI-3.

h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 (NI-5).

i. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.

j. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan


Direksi/Konsultan Pengawas.

k. SII 0013-81 “Mutu dan Cara Uji Semen Portland.

l. SII 0052-80 “Mutu dan cara Uji Agregat Beton”

m. SII 0784-83 “Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton”

n. SNI 2049:2015 tentang Semen Portland.

o. SNI 03-1974-1990 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.

p. SNI 03-2834-200 tentang Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Normal.

q. SNI 8140:206 tentang Persyaratan Beton Strukturan untuk Rumah Tinggal.


6.3 Peraturan-peraturan yang diperlukan supaya disediakan Kontraktor di lapangan (site)
a. Keahlian dan Pertukangan

b. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaiannya.

c. Khususnya untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung diatas tanah, harus dibuatkan
lantai kerja dari beton tak bertulang dengan mutu minimal K-175. Semua pekerjaan harus
dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan mengerti benar akan
pekerjaannya.

d. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan standar yang
umum berlaku. Apabila Direksi Pengawas memandang perlu, Kontraktor dapat meminta nasihat-
nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Direksi Pengawas atas beban Kontraktor.

6.4 Gambar Kerja


Sebelum pekerjaan dilapangan dimulai, kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar kerja yang
menunjukan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran dan detail-detail lain
yang lazimnya diperlukan untuk pekerjaan beton (untuk perkuatan struktur beton)

6.5 Bahan - bahan


a. Portland cement :

- Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 atau type-I menurut ASTM dan memenuhi
S.400 menurut standard portland cement yang digariskan oleh Assosiasi Semen Indonesia serta
memenuhi persyaratan SII 0013-18.

- Untuk pekerjaan beton yang berhubungan langsung dengan tanah, dimana air tanah
mengandung kadar sulfat lebih dri 300 ppm, maka harus digunakan semen khusus yang
memiliki ketahanan terhadap sulfat (Semen type V).

- Merek yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan persetujuan
tertulis dari Direksi Pengawas. Pertimbangan Direksi Pengawas hanya dapat dilakukan dalam
keadaan tidak adanya persediaan dipasaran dari merek yang telah dipilih. Usulan merek lain
tersebut harus disertai dengan data-data teknis yang menunjukan bahwa mutu semen tersebut
adalah sesuai dengan ketentuan tersebut diatas.

b. Aggregat :

- Kualitas aggregat harus memenuhi syarat-syarat P.B.I. 1971. Aggregat kasar harus berupa koral
atau batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan
padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir beton tidak boleh melebihi dari 4 % berat.

- Dimensi maksimum dari aggregat kasar tidak lebih dari 2,5 cm dan tidak lebih dari seperempat
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur, tanah lempung dan sebagainya.

c. Air :

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali, dan
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Apabila
dipandang perlu, Direksi Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai
diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
d. Aditive/admixture :

- Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencapur dan mengaduk
yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.

- Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengawas mengenai hal tersebut. Untuk itu Kontraktor
diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan keterangan
mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-
cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

- Penggunaan bahan-bahan additive dalam pencampuran beton harus sudah ditentukan dalam mix
disign.

- Bahan additive hanya dipergunakan dengan tujuan untuk mempercepat proses pengeringan.

- Pekerjaan beton bertulang ini juga harus disesuaikan dengan P.B.I. 1971.

d. Water Stop

- Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian-bagian yang harus
kedap air yang antara lain pelat atap, lantai toilet, kolam dan tempat-tempat basah lainnya
sesuai dengan gambar kerja.

- Water stop harus dari bahan PVC canugated type, lebar minimum 6 inch dan tebal minimun
2,5 mm.

- Kontraktor wajib mengajukan kepada Direksi Pengawas contoh dari water stop yang
dipergunakan beserta brosur yang lengkap.

e. Penyimpanan :

- Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan waktu dan
urutan pelaksanaan.

- Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat kekurangan berat dari
apa yang tercantum pada zak segera setelah diturunkan dan disimpan dalam gudang yang kering,
terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras).

- Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu
dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak dan lain-lain).

- Aggregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis dan gradasinya
serta harus beralaskan lantai beton untuk menghindari tercampurnya dengan tanah.

- Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan memeberikan kepada


Direksi/Konsultan Pengawas “Certificate Test” dari bahan-bahan besi dan Portland Cement dari
produsen/pabrik.

6.6 Kualitas Beton


a. Kecuali yang ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-250 kg/cm2 (kuat tekan benda
uji kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm pada usia beton 28 hari) atau fc’ 21 Mpa kuat tekan beton untuk
benda uji silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm pada usia 28 hari. Dengan jumlah semen
minimal 350 kg/m3 beton. Mutu beton dengan campuran beton 1:2:3 digunakan pada umumnya
untuk kolom-kolom praktis dan bagian-bagian lain yang tidak memikul beban, kecuali ditentukan
lain.

b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan
memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan trial-mix
dilaboratorium yang ditunjuk oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan yang disebut dalam
pasal 4.7. dan 4.9. dari P.B.I. 1971 mengingat bahwa W/C factor yang sesuai disini adalah sekitar
0.52 - 0.55 maka pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan menurut pasal 4.9. ayat
3 P.B.I. 1971 tanpa menggunakan penggetar. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus
dibuat minimum 1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji
yang pertama. Pengembilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembentonan.

d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Direksi Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukan
laboratorium harus dengan persetujuan Direksi Pengawas.

e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 7,5 cm dan maksimum 10 cm, cara
pengujian slump adalah sebagai berikut :

Contoh : beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting). Cetakan slump
dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih
sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm
panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa
untuk dau lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
dalam satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya).
f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan dilaboratorium yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

g. Perawatan benda uji tersebut adalah dalam pasir bawah tapi tidak tergenang air, selama 7 (tujuh)
hari dan selanjutnya dalam udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung.

h. Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan untuk umur 7 (tujuh) hari
dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28 hari.
Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus
dilakukan pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam P.B.I. 1971 /
SNI 2847:2013 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas.

i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah seluruh komponen
adukan masuk kedalam mixer.

j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang
tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen beton.

k. Harus digunakan vibrator/drill untuk pemadatan beton.

l. Penggunaan Beton Ready Mix dapat diijinkan, dengan catatan :

- Prosedur persetujuan adukan beton ready mix tiap mutu beton tidak berbeda bila beton
dilaksanakan sendiri oleh Kontraktor.

- Kontraktor bertanggung jawab penuh, atas kualitas beton ready mix sesuai dengan syarat-
syarat dalam spesifikasi ini.

- Dalam hal penggunaan truck mixer, penambahan air tidak dapat dilakukan setelah
kendaraan tiba di lapangan, dan beton yang dihasilkan harus mempunyai tingkat kualitas
yang sama seperti adukan beton yang dihasilkan di lapangan.

- Tidak ada tambahan biaya untuk Kontraktor untuk memakai beton ready mix.

6.7 Siar-siar Pelaksanaan


- Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam
gambar, harus mengikuti pasal 5.8. dan 6.5. dari P.B.I. 1971.

- Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum pengecoran lanjutan
dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Direksi Pengawas.
6.8 Perawatan
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.

b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.

c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari setelah pengecoran.

6.9 Perbaikan Permukaan Beton.


a. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, kropos dengan cara grouting setelah pembukaan
acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dan sepengetahuan Direksi/Konsultan
Pengawas. Bahan grouting yang akan dipergunakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi Pengawas.

b. Jika ketidak-sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk mengahsilkan permukaan yang diharapkan
dan diterima oleh Direksi Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali
atas beban biaya Kontraktor.

c. Ketidak-sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak, ada gelembung
udara, kropos, berlubang, tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang
diharapkan/diinginkan.

6.10 Penyambungan Beton dan Water Stop

a. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/dikasarkan dan diberi bahan bonding
agent seperti: EMAGG atau sejenis yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan
yang baru.

b. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak dibawah permukaan tanah atau tempat-
tempat yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG
(9") dan dipasang sesuai dengan petunjuk MK/produsen.
6.11 Contruction Joint (Sambungan Beton)

a. Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu struktur secara
menyeluruh.

b. Dalam schedule tersebut MK/perencana akan memberikan persetujuan dimana letak construction
joints tersebut.

c. Dalam keadaan mendesak MK/perencana dapat merubah letak construction joints.

d. Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan
sampai didapat permukaan beton yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan beton,
sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.

e. Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan dilakukan dengan
CONCRESIVE SGB Process.
6.12 Bagian - bagian yang tertanam dalam beton
a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.

b. Diperhatikan juga tempat kelos-kelos untuk kosen atau instalasi.

6.13 Hal - hal lain


a. Isi lubang - lubang dan bukaan - bukaan yang tertinggal dibeton bekas jalan kerja sewaktu
pembetonan. Jika dianggap perlu dibuat bantalan beton untuk pondasi alat-alat mekanik dan
elektronik yang ukuran, rencana dan tempatnya berdasarkan gambar-gambar rencana mekanikal
dan elektrikal. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan
permukaannya.

b. Pegangan plafond dari besi beton diameter 6 mm dengan jarak x dan y : 150 cm. Dipasang pada
saat sebelum pengecoran beton dan penggantung harus dikaitkan pada tulangan pelat atau balok
(hal ini harus dikonfirmasikan dengan gambar arsitek).

6.14 Dinding - dinding Bata/Batako.


a. Setiap dinding bata/batako yang bertemu dengan kolom harus diadakan penjangkaran dengan
jarak antara 10 lapis bata merah atau 3 lapis batako, panjang jangkar minimum 30 cm dan
berdiameter 3 mm, dengan minimum 30 cm tertanam dalam beton.

b. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis sehubungan dengan luas maksimum bidang dinding
bata harus sesuai dengan yang tertera dalam : Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur tembok Bertulang untuk gedung 1983, bab 4.10.

6.15 Sparing Conduit dan Pipa - pipa.


a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur. Perhatikan standar tulangan
tambahan disekitar lobang-lobang sparing.

b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan bila tidak ada
dalam gambar, maka Pemborong harus mengusulkan dan minta persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas.

c. Bilamana sparing (pipa, conduit, dll.) berpotongan dengan tulangan besi, maka besi tidak boleh
ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Direksi Pengawas, untuk ini Kontraktor harus
membuat gambar kerja.

d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan diperkuat
sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.
Pasal 7
PEKERJAAN BAJA TULANGAN

7.1 Baja Tulangan/Besi Beton


a. Besi beton harus bebas dari karat, sisik da lain-lain lapisan yang dapat mengurangi lekatnya pada
beton. Memenuhi syarat SNI 2052:2017. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi dari
jenis BJTP. 24 untuk diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm dan besi dari jenis BJTD.40
untuk diameter lebih besar dengan 12 mm, (Kontraktor harus menunjukkan hasil test laboratorium
untuk masing-masing diameter tulangan). Semua besi beton harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia ( SNI ).

b. Perlengkapan besi beton, meliputi semua peralatan yang diperlukan untuk mengatur jarak
tulangan/besi beton dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya. Besi tulangan harus terpasang
dengan kokoh sehingga tidak terjadi pergerakan/pergeseran pada saat pengecoran, ukuran, bentuk
dan posisi spacer harus memperoleh persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan
dimulai.

7.2 Penggantian Besi


a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera
pada gambar.

b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau
kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada, maka :

- Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam
gambar, secepatnya hal ini diberitahukan pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.

- Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor sebagai pekerjaan lebih, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari Perencana
Konstruksi.

- Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut hanya dapat
dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam
rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.

c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang terdekat
dengan catatan :

- Harus ada persetujuan dari Direksi Pengawas.

- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang
tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah luas). Khusus untuk balok
induk, jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari
pembesian aslinya.
Pasal 9
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA

9.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk melaksanakan dan membuat Konstruksi
Baja.

b. Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, pabrikasi dan pemasangan konstruksi baja pada
perkuatan kolom dan balok struktur.

9.2 Persyaratan Bahan/Standar


Mutu baja untuk semuajenis konstruksi adalah BJ-37 dengan acuanstandar berdasarkan SNI 1729:2015
tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural serta standar yang terkait didalamnya.
9.2.1 Bahan Struktur/Konstruksi
a. Kecuali kalau diatur secara tersendiri, dipergunakan Pipa baja dan C, pelat untuk tujuan
semua konstruksi dibuat dengan baut dan atau di las harus dengan baja karbon yang
memenuhi persyaratan A.S.T.M. A36 atau yang setara dan harus mendapat persetujuan
Direksi.

b. Kecuali kalau diatur tersendiri baja untuk konstruksi dengan baut atau las harus dari baja
karbon yang memenuhi persyaratan A.S.T.M. A53 type E atau S. Baja profil tersebut harus
dilas baik dan rata atau di baut.

c. Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi spesifikasi “American
Instutute of Steel Cobstruction (AISC) dan PPBBI Mei 1984.

9.2.2 Pengikat-pengikat, baut-baut, mur-mur/sekrup-sekrup dan ring-ring harus sebagai berikut :


a. Untuk sambungan bukan baja ke baja

Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A370 dan
harus digalvanis.
b. Untuk sambungan baja ke baja

Pengikat-pengikat harus baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM A325 dan atau
ASTM A490 dan harus terlapis Cadmium.
c. Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat harus baja tahan
korosi memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321 atau type lainnya dari baja tahan korosi.

d. Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi AN.S.I.B27, type A.

9.2.3 Bahan-bahan las : bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari “American Welding
Society” (AWS D1.1-77 : Code for Welding in Bulding Construction).
9.2.4 Baut angkur dan sekrup-sekrup/mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM A36 atau A325.
9.2.5 Lapisan seng : baja terlapis seng harus memenuhi ASTM A123. lapisan seng untuk produksi
uliran sekrup harus memenuhi ASTM A153.
9.2.6 Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dan harus biasanya
type segi enam (hexagon-bolt type).
9.2.7 Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang belum
pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai sertifikat dari pabrik.
9.2.8 Peraturan-peraturan dan standar atau publikasi yang dipakai : peraturan-peraturan dan standar
dibawah ini atau publikasi yang dapat dipakai harus dipertimbangkan serta merupakan bagian
dari spesifikasi ini.

9.3 Syarat - Syarat Pelaksanaan


9.3.1 Perencanaan
a. Gambar Kerja

Sebelum pekerjaan dilapangan dimulai, kontraktor harus menyiapkan gambar-gambar kerja


yang menunjukan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta ukuran las,
jumlah, ukuran, tempat baut-baut serta detail-detail lain yang lazimnya diperlukan untuk
pabrikasi.
b. Ukuran-ukuran

Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukruan yang
tercantum pada gambar kerja.
c. Kelurusan

Toleransi kelurusan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.


d. Pemeriksaan dan lain-lain

Seluruh pekerjaan dipabrik harus merupakan pekerjaan berkwalitas tinggi seluruh pekerjaan
harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa, sehingga semua komponen dipasang
dengan tepat di lapangan. Direksi berhak memeriksa pekerjaan dipabrik pada saat yang
dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim kelapangan sebelum diperiksa dan
disetujui Direksi. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau
spesifikasi ini akan ditolak, dan kontraktor harus segera mengganti atau memperbaikinya.
9.3.2 Pengelasan
a. Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar konstruksi, dan harus mengikuti
prosedur yang berlaku seperti AWS atau AISC spesification.

b. Pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawasan personil yang memiliki persiapan teknis
untuk pekerjaan tersebut.
c. Penyambungan bagian-bagian konstruksi baja harus dilakukan dengan las listrik dan bagian
konstruksi yang akan dilas harus dibersihkan dari bekas-bekas cat, karat, lemak dan kotoran
lainnya.

9.3.3 Lubang - Lubang baut


Lubang baut untuk baut harus dilaksanakan dengan bor. Lubang baut harus lebih besar 2,0 mm
daripada diameter luar baut.
9.3.4 Sambungan
Untuk sambungan konstruksi baja yang tidak dapat dihindarkan berlaku ketentuan sebagai
berikut :
a. Hanya diperkenankan satu sambungan.

b. Semua penyambungan baja harus dilaksanakan dengan las tumpul/full penetration butt weld.

9.3.5 Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus dicat, dengan warna yang ditentukan kemudian sesuai
persetujuan pemilik proyek atau Direksi.

b. Cat dasar yang dipergunakan adalah cat setaraf zink chromate buatan ICI dan pengecatan
dilakukan satu kali dipabrik dan satu kali di lapangan. Baja yang akan ditanam didalam beton
tidak boleh dicat.

9.3.6 Pemasangan Akhir


a. Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam keadaan baik.
Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi tidak dapat dipasangan atau ditempatkan
sebagaimana mestinya sebagai akibat dari kesalahan pabrikasi atau perubahan bentuk yang
disebabkan penanganan, maka keadaan itu harus dilaporkan kepada Direksi. Sabuk
pengaman dan tali-tali harus dipergunakan saat pemasangan ditempat yang tinggi, disamping
pengaman berupa “platform” atau jaringan (net).

b. Setiap komponen diberi kode/marking dengan gambar pemasangan. Komponen harus diberi
kode sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.

c. Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara harus digunakan
untuk mencegah dilamponya tegangan-tegangan ijin. Ikatan-ikatan ini dibiarkan sampai
konstruksi selesai. Urutan cara pemasangan beserta sistemnya harus diajukan terlebih dahulu
kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum pelaksanaan dimulai. Sambungan -
sambungan sementara dari las maupun baut bila diperlukan harus dipasang pada bagian
konstruksi untuk menahan beban mati, angin dan tegangan-tegangan selama pembangunan.

d. Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus disediakan dan
harus dipasang sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar detail.

Baut dengan kekuatan tinggi harus dikencangkan dengan kunci momen (torque wrench).
PASAL 10
PEKERJAAN PASANGAN

10.1 Pasangan bata/batako :


Pekerjaan pasangan bata pada gedung yaitu pada areal kama mandi dan bagian-bagian tertentu
sesuai dengan gambar kerja
a. B a h a n :

- Semua bata/batako yang digunakan harus dari mutu kelas satu, padat, keras, benar ukurannya,
mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan gambar kerja.

- Semua bata yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat. Bata yang akan digunakan
dengan ukuran yang mendapat persetujuan Direksi/Pengawas. Bahan-bahan seperti pasir,
semen dan air adukan pasangan batako mengikuti ketentuan yang digunakan dalam pekerjaan
beton.

b. Pemasangan :

- Sebelum dipasang, bata harus dibersihkan terlebih dahulu sampai bebas dari kotoran.

- Secara umum, bata dipasang dengan adukan jenis A3 (1pc : 4ps).

- Adukan A2 (1pc : 3ps) digunakan untuk pasangan dari atas sloof sampai 20 cm di atas lantai
jadi. Dan juga untuk pasangan bata/batako yang akan berhubungan langsung dengan air, seperti
pada tembok toilet, pasangan riol, septicktank dan bak kontrol, serta juga digunakan untuk
ujung-ujung tembok, sudut, pinggiran lubang dan pekerjaan lain sesuai dengan petunjuk
Direksi/Pengawas.

- Pasangan bata/batako dilakukan secara bertahap dan setiap hari tingginya tidak lebih dari 100
cm yang diikuti dengan cor kolom praktis.

- Pembuatan lobang stager pada pasangan bata/batako sama sekali tidak dibenarkan.

- Semua angker, pipa dan peralatan lainnya harus dipasang bersamaan dengan pemasangan
bata/batako.

- Setelah bata/batako terpasang, adukan, naat/siar harus dibersihkan dengan sapu lidi dan
kemudian disiram dengan air.

- Hasil dari pasangan bata/batako adalah sesuai dengan gambar kerja. Kerugian akibat kesalahan
pemasangan bata, sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.

- Pemasangan bata/batako dilakukan pada bagian – bagian yang mengalami perusakan keras
atau pada tempat yang di perlukan.
10.2 Kolom dan Ring Balk Praktis.
a. Setiap pertemuan tegak lurus dan pada bidang dinding bata yang mempunyai luas lebih besar dari
12 m2, harus ditambah kolom dan balok praktis setebal dinding persegi dengan tulangan pokok 4
ø 10 mm dan beugel ø 8mm - 20 cm serta menggunakan beton C4. atau sesuai dengan gambar
kerja.

b. Semua bagian atas dinding bata harus diakhiri dengan ringbalk setebal dinding dan tinggi minimal
20 cm yang mempergunakan tulangan pokok 4 ø 12 mm, beugel ø 8 mm dan beton C4 atau sesuai
dengan gambar kerja.

PASAL 11
PEKERJAAN PLESTERAN

11.1 Jenis Plesteran.


a. Jenis plesteran yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:

Keterangan Jenis Plesteran Komposisi

pc = porland cement P1 1 pc : 2 ps

ps = pasir pasang P2 1 pc : 3 ps

P3 1 pc : 4 ps

b. Adukan untuk plesteran menggunakan portland cemen (pc), pasir dan air sama dengan untuk
pekerjaan beton ditambah mortar admixtures merk Sika atau setarap terutama untuk permukaan
beton yang akan diplester.

c. Khusus butiran pasir pasang, menggunakan gradasi butiran tidak lebih dari ø 0,35 mm.

d. Membuat adukan.

- Adukan harus dibuat (dicampur) dengan molen, pengadukan dengan tangan hanya
diperkenankan setelah mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.

- Tidak dibenarkan menggunakan adukan yang telah mengeras dengan membubukkan kembali.

11.2 Penggunaan Jenis Plesteran.


a. Berapen.

Permukaan pasangan batu yang tertanam dalam tanah, harus diplester dengan menggunakan
plesteran P2 (1pc : 3ps).

b. Plesteran halus.
Untuk menutup permukaan pasangan batu bata/bataco yang tidak ditutup dengan bahan lain, harus
dipelester secara halus, rapi dan rata (plester expose).

- Plesteran dengan adukan P1 digunakan untuk daerah yang terkena air (pada pasangan yang
menggunakan adukan A1).

- Plesteran dengan adukan P2 digunakan untuk plesteran sudut-sudut, pinggir ambang pintu dan
jendela, dan tempat-tempat lain yang mudah rusak.

- Plesteran dengan adukan P3 digunakan untuk menutup pasangan yang menggunakan adukan
A4.

Perlu diperhatikan, bahwa pekerjaan plesteran dinding dapat dilaksanakan setelah semua benda
seperti pipa listrik, air dan sebagainya selesai dikerjakan.

Permukaan pasangan yang akan diplester harus bebas dari segala kotoran, kemudian disiram
dengan air, sedang untuk plesteran bidang batako harus disawut 1 Pc : 2 pasir terlebih dahulu.

c. Plesteran lebih halus (acian).

Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan dalam ayat (b) di atas, selanjutnya
permukaan plesteran tersebut diperhalus lagi dengan plesteran lebih halus (acian) yang
menggunakan jenis plesteran sebelumnya, hanya pasir pasang yang digunakan diayak halus agar
menghasilkan butiran yang lebih halus dari pasir pasang plesteran sebelumnya.

d. Plesteran beton.

Semua permukaan beton yang terlihat (beton expose), seperti beton kolom, beton balok dan
sebagainya, diplester lebih halus dengan plesteran P2.

11.3 Persiapan Pelaksanaan.


a. Plesteran baru bisa dikerjakan setelah tembok dinding cukup kering.

b. Permukaan beton dan dinding batako yang akan diplester dibuat kasar terlebih dahulu dengan cara
dipahat kecil atau diketrik, atau disawut.

c. Permukaan yang akan diplester harus dibersihkan dari kotoran, minyak dan lumut, dengan cara
disikat kasar (sikat kawat), kemudian disiram dengan air.

11.4 Perbaikan dan Pembersihan.


a. Dalam membetulkan semua plesteran yang cacat, harus dilaksanakan dengan membongkar bagian
tersebut sampai berbentuk bujur sangkar kemudian diplester kembali dengan adukan yang sama
ditambahkan mortar admixture secukupnya.

b. Pekerjaan yang dinyatakan selesai, tidak boleh ada retak, kena noda dan cacat-cacat lainnya.
c. Pada waktu-waktu tertentu, secara teratur, selama pelaksanaan pekerjaan, semua permukaan
plesteran yang menjadi kotor dalam melaksanakan pekerjaan lainnya, harus dibersihkan.

d. Plesteran yang tebalnya lebih dari 3 cm harus diberikan kawat ayam untuk menjamin lekatan
plesteran

11.5 Hasil Akhir yang Dikehendaki.


a. Bidang plesteran halus, rata, tidak bergelombang, tidak berongga dan tidak retak-retak.

b. Alur-alur lurus dengan ukuran yang sama.

c. Sudut-sudut tajam, lurus dan rapi.

PASAL 12
PEKERJAAN WATERPROOFING

12.1 Pekerjaan waterproofing ini dilakukan hanya pada atap beton existing.

Pekerjaan waterproofing meliputi ;

a. Pekerjaan persiapan

b. Pengerukan plesteran atap existing

c. Pembuatan plesteran/rabat lantai beton dan sudut

d. Pekerjaan pembersihan

e. Pekerjaan meratakan permukaan

f. Lapisan primer

g. Pekerjaan waterproofing

h. Plesteran pelindung

12.2 Pekerjaan persiapan ini dilakukan untuk membersihkan lantai plat atap existing.

12.3 Pengerukan plesteran lantai atap existing yang pecah atau retak

12.4 Pembuatan plesteran/rabat beton lantai dan sudut dimaksudkan untuk menghindari adanya
sudut yang tajam sedemikian rupa sehingga material waterproofing dapat melekat dengan
baik dan terhindar dari udara yang terjebak (menghindari terjadinya sarang udara). Material
plesteran sudut harus dibuat dari bahan plesteran dengan mutu yang baik.

12.5 Pekerjaan pembersihan dilakukan untuk membersihkan permukaan beton dari debu yang
masih melekat padanya dengan menggunakan blower (electric atau compressor) atau alat
yang sejenis.
12.6 Setelah permukaan beton lama bersih dari debu, kemudian permukaan beton lama yang
masih kasar tersebut dilapisi dan diratakan dengan plesteran campuran 1 pc : 2 ps.

12.7 Selanjutnya dilakukan pengecatan water proofing

12.8 Plesteran pelindung campuran setelah bahan waterproofing terpasang merata. Pemasangan
plesteran pelindung ini pada dasarnya dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan
mekanis dari material waterproofing, namun selain itu juga dimaksudkan untuk membentuk
kemiringan ideal. Plesteran pelindung dipasang dengan tebal rata-rata 4 cm dengan
campuran 1 pc : 2 ps dengan tulangan anyaman kawat. Satu dan lain hal mengenai
pengaplikasian bahan waterproofing ini juga harus memperhatikan rekomendasi penggunaan
dari pabrik pembuatnya.

PASAL 13
PASANGAN LANTAI

13.1 Lingkup pekerjaan dan bahan


- Pasang Lantai Keramik Granito 60 cm x 60 cm Kwalitas 1 (KW-1) lantai 1 dan lantai 2
- Pasang Lantai Keramik KM/WC 30 cm x 30 cm Kwalitas 1 (KW-1) lantai 1 dan lantai 2
- Pasang Keramik Dinding KM/WC dan tempat Wudhu 30 x 30 cm Kwalitas 1 (KW-1) merk Granito
lantai 1 dan lantai 2
- Pasang Plint Lantai Keramik ukuran 10 x 60 lantai 1 dan lantai 2
- Pasang List Dinding KM/WC ukuran 10x30 cm lantai 1 dan lantai 2
13.2 Persyaratan dan cara Pemasangan
- Berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan lantai dan pelapis dinding ketentuan bahan yang dipakai
adalah sebagai berikut :
- Pekerjaan keramik lantai ukuran 60x60 cm merek Granito kwalitas 1 (KW-1) atau yang atas
persetujuan direksi dengan adukan spesi 1PC : 3 Ps. Sedangkan untuk lantai KM/WC
menggunakan Keramik ukuran 30x30 cmanti slip merek Granito. Keramik dinding kamar
mandi/wc dan tempat wudhu mempergunakan keramik ukuran 30x30 cm merek Granito. Plint
lantai keramik ukuran 10x60 cm dibuat dengan cara memotong keramik lantai ukuran 60x60 cm.
List dinding Kamar Mandi menggunakan ukuran 10x30 cm sesuai dengan lebar keramik dinding
dengan pola pemasangan mengacu pada gambar atau atas persetujuan dari Direksi dan Konsultan
Pegawas.
- Corak dan warna semua jenis keramik yang dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi dan
Konsultan Pengawas.
- Pekerjaan lantai batu coral sikat menggunakan batu coral dengan ukuran 1 cm.
- Pekerjaan dinding batu alam menggunakan batu Palimanan berwarna putih atau atas persetujuan
Direksi dan Konsultan Pegawas.
- Sebelum dipasang keramik, dasar lantai terlebih dahulu dilapisi dengan adukan 1 PC : 3 Ps.
- Sebelum keramik lantai maupun keramik dinding dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua
pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang harus sudah terpasang dengan baik
sebelum pemasangan lantai dimulai.
- Pemasangan keramik lantai, dinding keramik, plint, list dinding dan batu alam harus rata dan tidak
bergelombang.
- Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi
cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus dibongkar sampai berbentuk bujur sangkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
- Nat pasangan keramik lantai dibuat lebar maksimum 5 mm dan dicor saus PC sesuai dengan warna
keramik yang terpasang
- Hasil yang diharapkan adalah pemasangan keramik yang rata, kuat, bersih dan sesuai dengan
gambar yang telah ditentukan.
- Pola dan motif pemasangan batu coral sikat mengikuti gambar arsitektur.
- Dinding batu alam harus di coating dengan pelapis khusus batu alam agar tahan terhadap perubahan
cuaca.

PASAL 14
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA DAN GANTUNGAN

14.1 Pekerjaan Kusen


Pekerjaan kusen untuk ruangan dalam gedung baik lantai 1 maupun lantai 2
14.2 Bahan :

- Kusen pintu pada ruang-ruang dalam gedung (lantai 1 dan lantai 2) menggunakan bahan
aluminium dengan finish coating dari pabrik berwarna putih, dengan bentuk, ukuran dan model
sesuai dengan gambar rencana/dokumen lelang.

14.3 Persyaratan teknis :

- Kusen aluminium yang dipasang pada semua dinding dibuat sesuai dengan gambar
rencana/dokumen lelang dengan toleransi ukuran +/- 0,5 cm.

- Sebelum dipasang, kusen harus tetap berada dalam keadaan siku - aku dan rata (tidak
melengkung), dan terhindar dari kerusakan (cacat).

- Kusen aluminium untuk pasangan kaca mati pada dinding bangunan digunakan kusen
aluminium ukuran 5/10 berwarna putih tulang kualitas Merk YKK.

- Sambungan kusen aluminium harus rapi dan siku sehingga tidak terlihat lubang dan
bergelombang pada sambungan tersebut.
- Pertemuan antara kusen aluminium dan dinding harus menggunakan sealant dengan kualitas
yang baik.

14.4 Pekerjaan daun pintu dan jendela kaca

14.4.1 Bahan.

- Seluruh daun pintu dan daun jendela menggunakan frame aluminium berwarna putih tulang
kualitas Merk YKK.

- Pengisi daun pintu dari bahan kaca dan alumunium strip untuk kamar mandi

14.4.2 Persyaratan teknis :

- Tebal daun pintu dan jendela memiliki dengan lebar sesuai dengan gambar atau mengikuti
dimensi dari produk aluminium dengan ukuran yang mendekati dengan gambar.

- Permukaan aluminium harus rata, lurus dan tidak cacat.

- Sambungan daun pintu dan jendela aluminium harus rapi dan siku sehingga tidak terlihat lubang
dan bergelombang pada sambungan tersebut.

- Kaca dipasang sedemikian rupa sehingga tidak longgar dan tidak bergerak.

- Pertemuan antara frame aluminium dan kaca harus menggunakan sealant dengan kualitas yang
baik.

14.4.3 Penggantung dan Pengunci

- Semua penggantung dan pengunci untuk daun jendela dan daun pintu seperti engsel, grendel,
hak angin , kund, door doser menggunakan produk setara dexsen. Semua penggantung
menggunakan penggantung atas bawah atau pivot dan Semua penggantung dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat memikut beban secara merata.

- Pasangan penggantung dan pengunci harus kuat dan dapat berfungsi secara optimal.
PASAL 15
PEKERJAAN PLAFON

15.1 Pekerjaan Plafond.


a. Bahan penutup plafond :

NO JENIS LOKASI KWALITAS UKURAN


BAHAN
1 Gypsum 9 Dalam banguan Jayaboard
mm
2 PVC Trititasn atap Sunda Plafon
3 Conwwod Drop off Conwwod

- Bahan penutup plafond bagian dalam bangunan menggunakan Gypsum dengan ketebalan 9,0
mm.
- Bahan Gypsum harus bermutu baik setara dengan produk Jayaboard.
- List plafond dari gypsum dengan ukuran 7 x 7 dipasang pada setiap pertemuan antara dinding
dengan plafon.
- Bahan penutup plafond bagian tritisan menggunakan PVC dengan produk Sunda Plafond.
- Bahan penutup plafond drop off menggunakan Conwood ceiling dengan produk dari Conwood.
- Rangka plafon bagian dalam bangunan menggunakan rangka hollow 40.40.2 dengan modul
pemasangan 40x60 cm.
- Rangka plafon bagian tritisan dan drop off (pvc dan conwood) menggunakan rangka hollow
40.40.2 dengan modul pemasangan 40x40 cm.
b. Persyaratan teknis pemasangan plafond Gypsum :
- Pemasangan/permukaan bagian bawah yang akan dipasang plafond harus betul-betui
rata/waterpas dan diserut serta tidak terjadi lendutan.
- Tempat dimana plafond dipasang beserta jenis bahannya, dapat diperhatikan pada gambar.
- Pada pertemuan bidang yang satu dengan lainnya dapat ditutup dengan lem gypsum tipe jaring
maupun type selotif dengan kualitas terbaik. Untuk menghasilkan permukaan yang rata dan
halus maka sambungan tersebut harus ditutup dengan comfon dan diamplas dengan rapi.
PASAL 16
PEKERJAAN PENGECATAN

16.1 Pekerjaan Pengecatan dapat dilaksanakan jika seluruh ketentuan-ketentuan telah terpenuhi seperti :
- Dilaksanakan pada akhir penyelesaian pembangunan.
- Untuk pekerjaan cat tembok dilaksanakan pada tembok dan plafond, Untuk pekerjaan cat kayu
dilaksanakan pada pekerjaan kusen dan pintu.
- Seluruh bidang yang akan dicat tidak boleh terdapat cacat, perbaikan kerusakan yang timbul yang
dapat terjadi selama pembangunan atau perbaikan bagian-bagian lainnya telah dilaksanakan
sebelumnya. Pemborong bertanggung jawab atas hasil akhir yang sempuma dalam arti penutup
harus sama rata, tidak belang-belang tidak mengdupas, tidak luntur dan lain sebagainnya. Jika terjadi
hal-hal tersebut diatas, maka atas perintah Direksi Lapangan, pekerjaan harus diperbaiki dan diulang
pada keseluruhan bidang hingga sempurna.
16.2 Teknis dan cara pelaksanaan.

 Cat tembok/Plafond.

- Cat tembok luar yang dipakai adalah cat ICI setara Dulux Weathershield yang dipergunakan
kwalitas terbaik yang dilaksanakan minimal sebanyak 2 (dua) lapis untuk pengecatan
baru.Sedangkan cat tembok/plafond dalam ruangan menggunakan Dulux Biasa.

- Seiuruh permukaan bidang pada saat dicat (pengecatan), harus sudah bersih dari segala
kotoran yang mdekat seperti percikan adukan, noda-noda yang ada, seperti minyak, gemuk,
residu dan sebagainya serta bebas dari debu.

- Untuk mendapat permukaan bidang yang halus sebelum pekerjaan cat dilaksanakan, harus
diberikan lapisan AlkaliSealer untuk dinding dan Plamir untuk palafond sampai cukup rata
kemudian diamplas sampai rata serta dibersihkan dari debu. Tidak diperkenankan
menggunakan lapisan plamir pada dinding kecuali untuk bidang plafond.

- Alkali sealer yang digunakan setara "DULUX".

- Pasangan tembok harus cukup umur dan cukup keringsebelum diberikan lapisan alkali sealer.

- Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan bidang yang akan dicat terlebin dahulu dimeni,
diplamir dan diamplas sampai rata.

16.3 Penempatan.

 Pengecatan cat tembok dilaksanakan pada :

- Dinding, Plafond gypsum dan list gypsum.


PASAL 17
PEKERJAAN RANGKA PENUTUP ATAP

17.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pembongkaran atap existing
b. Perkuatan kuda-kuda rangka baja ringan
b. Memasang penutup atap menggunakan atap Spandek type gelombang dengan ketebalan 0.40 mm.
17.2 Persyaratan Bahan.
Bahan penutup atap yang digunakan adalah bahan penutup atap sesuai rekomendasi direksi pekerjaan
Bahan baja ringan untuk perkuatan rangka atap existing menggunakan baja ring C 75
17.3 Langkah Pelaksanaan.
- Langka pertama pembongkaran penutup atap existing (atap genteng). Bahan bongkaran disusun
pada lokasi yang telah ditetapkan bersama
- Stelah pembongkaran penutup atap maka dilakukan pemeriksaan kondisi rangka atap.
- Dilakukan perkuatan rangka atap dengan memasang ikatan angin pada kuda-kuda baja ringan.
- Setelah rangka atap diperkuat maka dilakukan pemasangan jurai dalam dan dilanjutkan dengan
measangan penutup atap.
- Pemasangan menutup atap dilakukan sesuai dengan standar pemasangan
- Pemasangan penutup atap harus rapi dan jalur air harus satu garis lurus
- Perkuatan penutup atap menggunakan baut atau sekrup sesuai dengan peruntukannya.

PASAL 18
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

BAB I. SPESIFIKASI UMUM PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1. UMUM

1.1. Syarat Umum

1.1.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam Bagian ini harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan
dari Dokumen Kontrak secara keseluruhan.

1.1.2. Kontraktor harus menjalin hubungan yang baik dengan Kontraktor lain dalam pekerjaan ini,
sehingga didapat hubungan yang baik untuk secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan ini
sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang ditentukan.
1.2. Uraian Pekerjaan

1.2.1. Ijin, Pengujian, dan Sertifikasi

Bila tidak ditentulkan lain, maka nilai kontrak/ pekerjaan sudah mencakup biaya dan
kelengkapan dari:

 Semua perijinan

 Semua pengujian

 Keur dan biaya tanggungan instalasi guna keperluan pemasangan instalasi tersebut

 Pengurusan penyambungan

 Kontraktor bertanggungjawab penuh atas mutu instalasi dan peralatan yang digunakan.

 Semua ijin dan pemeriksaan dari Badan Pemerintah.

 Sertifikasi yang menyatakan bahwa semua pekerjaan yang telah dilakukannya memenuhi
syarat dan standard yang disyaratkan dalam spesifikasi maupun peraturan pemerintah.

1.2.2. Merek dan Spesifikasi Bahan dan Peralatan

1.2.2.1. Seluruh bahan dan peralatan yang akan dipakai dan diadakan pengadaannya oleh
Kontraktor sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi yang telah ditentukan.

1.2.2.2. Daftar merk bahan dan peralatan yang akan digunakan harus dilampirkan dalam
dokumen lelang.

1.2.2.3. Bila dikemudian hari ada kelainan antara daftar yang telah diajukan dengan yang akan
dipakai, Kontraktor wajib mengajukan persetujuan kepada Direksi Lapangan.

1.2.2.4. Kontraktor wajib mengganti semua bahan dan peralatan yang telah dipasang, bila
peralatan tersebut tidak sesuai dengan daftar yang diajukan atau disetujui konsultan
pengawas dan Pemilik Proyek serta dikoordinasikan dengan Konsultan Perencana.

1.2.2.5. Semua penggantian merk / jenis dari bahan dan peralatan yang telah disetujui dalam
daftar yang diajukan, harus dilengkapi dengan perubahan biaya dari biaya kontrak.

1.2.3. Kewajiban Pasca Instalasi

1.2.3.1. Pekerjaan kontraktor mencakup masa pemeliharaan termasuk menempatkan orang


pelatih operator untuk melatih calon operator dari Pemilik Proyek dalam memeriksa,
menjalankan, dan memelihara peralatan/ instalasi.

1.2.3.2. Kontraktor harus menyediakan garansi.

1.2.3.3. Kontraktor harus menyediakan ‘instruction manual’


1.2.3.4. Kontraktor harus sanggup mengadakan konrak pemeliharaan bila diminta

1.2.4. Pemasangan Label

Kontraktor wajib mengadakan label dari plat plastik berukuran tinggi 1,5” dan lebar seperlunya
dengan huruf engraved setinggi 1” untuk panel-panel atau format yang ditentukan, untuk panel-
panel dan pintu-pintu ruang instalasi, dan sebagainya.

1.3. Pekerjaan Yang Terkait

 Pekerjaan berbagai sistem instalasi

 Pekerjaan plumbing

 Pekerjaan plafon

 Pekerjaan dinding dan partisi

1.4. Acuan

 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977

 Perubahan dan Tambahan dari Komisi Bidang Listrik Indonesia urusan PUIL – 1987

 Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PLN Daerah Distribusi setempat

 Peraturan yang dikeluarkan oleh Telkom

 Peraturan-peraturan dari Dinas keselamatan Kerja Daerah setempat.

 Persyaratan dan standard Indonesia dan internasional seperti SII, SLI, SPLN, STEL-K, BS, AS, JIS,
DIN, I.E.E., I.E.C, VDE, ICEA/ NEMA.

1.5. Pengajuan

1.5.1. Kontraktor wajib menyampaikan materi Pengajuan sebanyak ____ rangkap untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Pemilik Proyek, mencakup yang disebut dalam butir-
butir berikut.

1.5.2. Kontraktor wajib membuat Gambar Rencana Kerja (Shopdrawing) yang juga mencakup Detail-
detail Pemasangan, layout dan Coordinated Ceiling Plan, set-outs, untuk disetujui Pengawas
untuk pekerjaan yang akan dilakukannya.

1.5.3. Kontraktor wajib mengajukan contoh-contoh bahan yang akan dipakai.

1.5.4. Segera setelah penunjukkan, Kontraktor wajib menyerahkan katalog sesuai dengan skedul
material.
1.5.5. Material yang diajukan harus dilengkapi salinan sertifikat kesesuaian mutu dari badan
standarisasi yang bersangkutan.

1.5.6. Pemborong harus menyerahkan daftar material yang belum tercantum dalam skedul material
selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu setelah penunjukkan pemenang lelang, untuk mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Pemilik Proyek.

1.5.7. Semua material yang tercantum dalam skedul material bersifat mengikat dan merupakan
lampiran dokumen penawaran.

1.5.8. Kontraktor wajib menyerahkan Rencana Kerja (Time Schedule) dan rencana kerja
harian/mingguan lengkap dengan jumlah tenaga kerja dan peralatannya.

1.6. Jaminan Kualitas

1.6.1. Subkontraktor hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Pengawas

Pemilik Proyek

1.6.2. Kehadiran subkontraktor harus dilaporkan kepada Pengawas/ Pemilik Proyek.

1.6.3. Pelaksana harus memiliki pas PLN Golongan C dan pas pemasangan dari Telkom.

1.6.4. Gambar serta Rencana Kerja ini harus tersedia di Ruang Kontraktor dan mudah diperiksa
sewaktu-waktu oleh Pengawas / Pemilik Proyek.

1.6.5. Setiap kemajuan pekerjaan harus dilaporkan kepada Pengawas/Pemilik Proyek pada Gambar
dan Rencana Kerja tersebut.

1.6.6. Kontraktor wajib menempatkan tenaga-tenaga pengawas untuk mengawasi pekerjaanya sendiri.

1.6.7. Penanggungjawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada ditempat pekerjaan memiliki
sertifikat keahlian sesuai bidangnya dan dapat mengambil keputusan penuh, demi kelancaran
pekerjaan.

1.6.8. Hal-hal yang tidak tercantum dalam Gambar Rancangan, Gambar Rencana kerja, maupun
Spesifikasi, tetapi hal itu diperlukan untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistem pemasangan
atau sistem kerja suatu peralatan atau instalasi, maka hal itu menjadi tanggungjawab Kontraktor
untuk melangkapinya.

1.6.9. Kontraktor harus mengajukan gambar koordinasi instalasi pada plafon (coordinated ceiling
plan) yang menggambarkan rencana (layout) jalur penarikan kabel dan set-out dari fixtures; dan
dikoordinasikan antara berbagai jenis instalasi, rencana plafon dan pekerjaan lain yang
berkaitan.
2. MATERIAL

2.1. Bahan

2.1.1. Semua peralatan yang akan digunakan harus baru dan memenuhi standard yang telah ditentukan

2.1.2. Bahan atau peralatan dari kualifikasi yang sama atau jenis yang sama harus berasal dari merek
yang sama.

2.1.3. Semua kabel listrik harus memenuhi standar SNI, SPLN, dan I.E.C.

2.1.4. Semua konduit harus memenuhi BS 6099, atau standar internasional yang setara.

2.1.5. Semua perlengkapan harus memenuhi standar BS, AS, JIS, DIN, I.E.E., I.E.C., atau standar
internasional lainnya.

3. PELAKSANAAN

3.1. Koordinasi

3.1.1. Kontraktor wajib melakukan koordinasi dengan kontraktor pekerjaan lain yang berhubungan

3.1.2. Kontraktor wajib membuat jadwal waktu kerja yang telah dikoordinasikan dengan jadwal waktu
pekerjaan lain yang berhubungan

3.1.3. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa gambar-gambar / spesifikasi dari
pekerjaan lain yang berhubungan, supaya didapat mutu pekerjaan yang baik.

3.1.4. Bila terdapat kelainan, baik dalam gambar maupun spesifikasi pekerjaannya dengan pekerjaan
lain, Kontraktor wajib melaporkan kepada Pengawas/Pemilik Proyek.

3.1.5. Dengan koordinasi dengan kontraktor terkait, Kontraktor harus sudah memasang konduit yang
berada di dalam beton sebelum pengecoran, dan konduit di dalam dinding sebelum penyelesaian
dinding, dan instalasi konduit, kabel, dan sebagainya di plafon sebelum plafon ditutup. Dalam
hal terjadinya kelalaian, maka Kontraktor elektrikal bertanggungjawab penuh baik untuk
melaksanakan instalasi yang bersangkutan maupun untuk mengembalikan hasil pekerjaan lain
(arsitektur dan struktur) kepada kualitas yang direncanakan.

3.2. Pengujian

3.2.1. Prosedur Pengujian

3.2.1.1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pengawas/ Pemilik Proyek bila instalasi
sebagian atau keseluruhan telah selesai dipasang dan siap diuji.

3.2.1.2. Kontraktor bertanggungjawab atas pengadaan alat, tenaga dan format untuk
pengujian.
3.2.1.3. Pemilik Proyek berhak memerintahkan kepada Kontraktor setiap saat, untuk
melakukan pengujian bila Pemilik Proyek merasa bahwa pekerjaan tersebut sudah
dapat diuji.

3.2.1.4. Pengujian sebagian pekerjaan yang sudah selesai dapat merupakan bagian dari
pengujian keseluruhan, sehingga test harus ditandatangani / disahkan oleh Pihak
Pengawas dan Pemilik Proyek.

3.2.1.5. Semua hasil pengujian dan pengetesan harus dibuatkan Berita Acara yang di tanda
tangani oleh semua pihak.

3.2.2. Hasil pengujian yang tidak baik

3.2.2.1. Bila didapat hasil pengujian yang tidak baik, Kontraktor harus segera memperbaiki
pekerjaannya.

3.2.2.2. Pengawas berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk membongkar


pekerjaannya bila ternyata hasil uji tidak baik karena kecerobohan pekerjaan
Kontraktor.

3.2.2.3. Setelah perbaikan dan dianggap memuaskan oleh Pengawas, pengujian dapat diulangi
atas tanggungan biaya Kontraktor.

3.2.2.4. Bila pengujian mendapat hasil buruk sebanyak 3 ( tiga ) kali setelah diperbaiki,
Kontraktor wajib membongkar pekerjaannya.

3.2.2.5. Pengujian dilakukan sampai mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan pasal-pasal
diatas.

3.3. Petunjuk Pemeliharaan

3.3.1. Kontraktor wajib melengkapi buku / brosur petunjuk pemeliharaan / perbaikan peralatan yang
diadakannya.

3.3.2. Petunjuk-petunjuk tersebut harus diadakan dalam rangkap 3 ( tiga ), masing-masing dimasukkan
ke dalam satu map, disusun dengan baik dan diserahkan kepada Pemilik.

3.3.3. Semua peralatan atau material yang akan dipasang diluar bangunan harus diproteksi dengan cat
anti karat atau anti korosi.

3.4. Gambar Terbangun (As-built Drawings)

3.4.1. Setelah seluruh instalasi dipasang dan diuji dengan baik, Kontraktor wajib membuat gambar
revisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.4.2. Kontraktor diwajibkan membuat dalam 5 ( lima ) set cetak biru ditambah 1 set cetak sepia, untuk
diserahkan kepada Pemilik.
BAB II. PEKERJAAN LISTRIK

1. UMUM

1.1. Syarat Umum

1.1.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam Bagian ini harus dilaksanakan sesuai dengan
tuntutan dari Dokumen Kontrak secara keseluruhan.

1.1.2. Pekerjaan ini mencakup yang dispesifikasi dalam bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan
Elektrikal

1.2. Uraian Pekerjaan

Termasuk dalam lingkup pekerjaan dalam kontrak ini adalah:

1.2.1. Pengadaan dan pemasangan Panel Tegangan Rendah Utama, Panel Tegangan Rendah untuk
Pompa, Hydrant, Site plan, AC lengkap dengan alat bantunya sesuai dengan gambar.

1.2.2. Pengadaan dan pemasangan Panel Tegangan Rendah untuk Penerangan pada tiap-tiap lantai.

1.2.3. Pengadaan dan pemasangan kabel tegangan rendah dari Panel Utama Tegangan Rendah ke
Sub Panel sesuai dengan gambar.

1.2.4. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk instalasi penerangan dan stop kontak.

1.2.5. Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan.

1.2.6. Pengadaan dan pemasangan Fixture sesuai dengan gambar rencana.

1.2.7. Kontraktor wajib memenuhi mutu lingkup pekerjaan diatas, sehingga setelah dipasang dan
diuji dengan baik, didapat mutu instalasi yang siap untuk dipakai.

1.3. Pekerjaan Yang Terkait

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi

1.4. Acuan

Standard yang digunakan adalah yang terakhir, sebagai berikut:

− Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977

− Perubahan dan Tambahan dari Komisi Bidang Listrik Indonesia urusan PUIL – 1987

− Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PLN Daerah Distribusi setempat

− AVE / VDE
− Peraturan-peraturan dari Dinas keselamatan Kerja Daerah setempat.

− Persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik berkenaan dengan peralatan yang dipakai.

− Saklar, stopkontak, konduit, doos junction box, surface mounting box, floor duct, floor oulet, floor
service box, dan perlengkapan lain memenuhi British Standard dan IEE.

− Kabel memenuhi I.E.C, SNI, SPLN

1.5. Pengajuan

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

1.6. Quality Assurance

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

2. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK.

Sistem distribusi listrik digunakan adalah Sistem instalasi Tegangan Rendah.

3. MATERIAL

3.1. Pembuat

− Kabel yang digunakan adalah merk Kabelmetal, Kabelindo , atau Supreme.

− Konduit dari EGA atau CLIPSAL.

− Lampu semua tipe LED merek Vinder, Sunbay, Hiled, Invite, Repro atau Philips sesuai RAB
dengan garansi minimal 1 tahun.

− Rumah lampu buatan SAKA, atau yang setara.

− Saklar dan stopkontak buatan Clipsal, Panasonic atau yang setara.

3.2. Bahan

3.2.1. Kabel

− Seluruh instalasi didalam bangunan menggunakan jenis NYY dan NYM sesuai dengan
gambar dan RAB.

− Seluruh instalasi yang ditanam dan berhubungan langsung dengan tanah, harus
menggunakan jenis kabel tanah NYFGbY 0.6/1 KV.

− Sambungan kabel didalam tanah tidak diperkenankan, tanpa persetujuan Direksi


Lapangan. Seandainya keadaan tidak memungkinkan dan telah ada ijin dari Direksi
Lapangan, Kontraktor harus menggunakan sambungan dengan resin dari merk 3 M atau
yang setara.

3.2.2. Konduit

− Konduit yang digunakan dari jenis PVC Hi-impact, kecuali ditunjukkan lain pada gambar.

− Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dan dipasang dengan cara yang
sebenarnya.

− Pada beberapa tempat yang ditunjukkan dalam gambar, harus digunakan fleksibel konduit
lengkap dengan alat-alat bantunya.

− Mutu konduit yang disetujui oleh pihak Pengawas atau Pemilik Proyek.

− Konduit untuk instalasi penerangan atau tenaga yang akan ditanam didalam plat beton
lantai, harus dipasang sebelum pengecoran plat beton lantai dilaksanakan.

− Pada pemasangan konduit didalam beton, Kontraktor harus mengikat konduit tersebut
pada besi sedemikian rupa sehingga tahan terhadap getaran pada waktu pengecoran.

3.2.3. Panel Listrik

− Jumlah dan jenis komponen panel listrik ditunjukkan dalam gambar.

− Tebal pelat yang digunakan minimum 1 mm.

− Panel tenaga dan panel penerangan berdiri sendiri ( terpisah ).

− Seluruh terminal untuk penyambungan ke luar harus ada di sisi sebelah atas panel.

− Terminal kabel masuk disesuaikan dengan kabel masuk.

− Kabel masuk dilengkapi dengan “cable lug” ( kabel schoen ).

− Panel harus dengan 5 bus-bar termasuk 1 bus-bar untuk pentanahan yang besarnya
minimum berukuran sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar rencana.

− Panel-panel yang berada diluar bangunan harus diproteksi terhadap cuaca/wheater proof
(anti karat dan anti korosi).

3.2.4. Komponen Panel

− Circuit Breaker Panel Utama Circuit Breaker untuk panel-panel utama, harus mempunyai
interrupting minimum 35 KA ( standard ) dilengkapi dengan pengaman terhadap arus
lebih, arus hubung singkat.

− Circuit breaker untuk penerangan, minimum mempunyai interrupting capacity 9 KA


sesuai dengan VDE.
− Fuse Load Break Switch: Fuse Load Break yang digunakan harus dapat memutuskan arus
pada saat beban. Untuk Fuse Load Break yang lebih besar dapat digunakan sepanjang
fuse pengaman yang dibutuhkan tetap sama seperti dinyatakan dalam gambar.

− Ampere Meter: Ampere Meter yang digunakan dari tipe untuk dipasang pada panel.
Dilengkapi dengan Trafo Arus dengan maksimum ratio 5.

− Volt Meter: Volt Meter yang digunakan harus dari tipe untuk dipasang pada panel.
Dilengkapi dengan Selector Switch dengan 6 posisi + 0.

− Pabrik asal komponen listrik adalah Merlin Gerin, Siemens,ABB atau yang setara.

− Lampu Indikasi: Lampu Indikasi dari tipe untuk dipasang pada panel. Warna lampu
disesuaikan dengan tanda phase: merah untuk R, kuning untuk S, biru untuk T. Dilengkapi
dengan fuse pengaman.

3.2.5. Sakelar

− Sakelar dibuat dari plastik putih untuk sambungan di dalam tembok ( recessed type ) satu
atau lebih, jurusan dapat dilihat dalam gambar.

− Tinggi sakelar pada umumnya 1.5 m dari lantai kecuali ada permintaan dari Pemilik yang
menginginkan tinggi lain.

− Sakelar dengan kemampuan minimum 10 Ampere 250 V, buatan Schneider, atau


Panasonic.

− Letak pasti dari sakelar harus disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

3.2.6. Stop Kontak

− Stop Kontak Dinding single Outlet, Two Pole & Earth, 10 A / 16 A, 220 Volt, 50 Hz,
untuk keperluan umum, screw fixed.

− Stop Kontak Dinding Double Outlet, Two Pole & Earth, 10 A / 16 A, 220 Volt, 50 Hz,
untuk keperluan umum, screw fixed.

− Stop kontak Dinding umumnya dipasang dengan tinggi 30 cm dari lantai kecuali pada
bagian-bagian tertentu seperti pantry dll dipasang dengan ketinggian 1,5 meter.

3.2.7. Perlengkapan Instalasi

− Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi


instalasi tersebut, supaya kelihatan baik dan memenuhi persyaratan.

− Seluruh klem-klem kabel harus buatan pabrik dan tidak diperkenankan membuat sendiri.

− Semua kabel yang terlihat mata ( exposed ) harus diberi penahan dengan klem sehingga
kabel tersebut kelihatan lurus dan baik.
− Doos / junction box yang digunakan harus cukup besarnya dan minimum 10 cm, terbuat
dari jenis logam. Setelah terpasang, doos-doos ini harus ditutup dengan baik dengan
penutup yang khusus untuk itu.

− Semua sambungan kabel harus dipilin kawatnya dengan baik, sehingga tidak
menimbulkan beda tegangan satu sama lain, kemudian di-isolasi dengan isolasi PVC dan
terakhir diberi penutup atau dop. Dop ini disyaratkan buatan 3 M.

3.2.8. Lampu Tube LED

Tipe RM/RMI

3.2.9. Downlight LED Slim

− Downlight LED Slim Type

− Tegangan : 100 - 240V AC

− Daya 3 Watt, 6 Watt, dan 10 Watt

− Sudut penyinaran 180˚

− Warna cahaya : pure white 6500 - 7500K

− Life time 50.000 jam

− Garansi 2 tahun full replacement


3.2.10. Downlight LED Outbow

− Downlight LED Outbow

− Tegangan : 100 - 240V AC

− Daya 5 Watt

− Sudut penyinaran 180˚

− Warna cahaya : warm white 3000K

− Life time 40.000 jam

− Garansi 2 tahun full replacement

3.2.11. Spotlight LED

− Menggunakan Spotlight LED

− Tegangan : 100 - 240V AC

− Daya 3 Watt

− Tipe 3 Watt = 3 mata LED

− Sudut penyinaran 180˚

− Warna cahaya : Warm white 3000K

− Life time 40.000 jam

− Garansi 2 tahun full replacement


3.2.12. Strip LED

− Tegangan : 12V DC

− SMD 2835-60

− 60 LED/Meter

− IP33

− Daya Maksimal 5W/Meter

− Warna cahaya : Biru/Kuning

3.2.13. Lampu Pillar LED

− Lampu Pillar 2 sisi

− Tegangan : 100 - 240V AC

− Daya 2 x 5 Watt (lampu bolam LED)

− Sudut penyinaran 120˚

− Warna cahaya : warm white 3000K

− Life time 40.000 jam

− Garansi 2 tahun full replacement


3.3. Sistem

3.3.1. Sistem tegangan listrik yang termasuk dalam lingkup pekerjaan Kontraktor adalah tegangan
rendah 380 V / 220 V.

3.3.2. Semua titik lampu yang mempunyai rumah terbuat dari logam dan stop kontak harus
disambungkan ke sistem pentanahan, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.3.3. Instalasi mengikuti ketentuan normal (dengan sumber daya PLN) dan emergency (dengan
sumber daya generator-set, sesuai dengan yang ditentukan).

3.3.4. Semua sistem pentanahan harus dipasang dengan baik.

4. PELAKSANAAN

4.1. Pemasangan/ Pelaksanaan

4.1.1. Instalasi Tenaga

4.1.1.1. Yang dimaksud dengan Instalasi Tenaga adalah instalasi listrik untuk equipment air
conditioning, pompa, fan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk dalam gambar.

4.1.1.2. Kontraktor wajib memasang kabel dan instalasi sampai ke panel control masing-
masing peralatan.

4.1.1.3. Untuk penerangan diluar bangunan digunakan jenis kabel tanam, type NYFGBY

4.1.1.4. Kabel yang digunakan jenis NYY didalam bangunan, sesuai dengan kebutuhan serta
yang ditunjukkan dalam gambar.

4.1.2. Instalasi penerangan

4.1.2.1. Instalasi penerangan yang dimaksud adalah titik lampu dan stop kontak, sesuai
dengan petunjuk didalam gambar.

4.1.2.2. Letak pasti dari lampu-lampu tersebut, disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

4.1.2.3. Diatas plafond / ceiling, kabel-kabel dipasang pada kawat yang direntangkan /
messenger wire dan diatur dengan baik, di klem setiap jarak 1 meter.

4.1.2.4. Lampu-lampu dipasang diatas plafond tiap-tiap lantai.

4.1.2.5. Pada setiap percabangan titik lampu, harus diberi doos / junction box, dari sini
dihubungkan dengan kabel ke titik penerangan.

4.1.2.6. Sambungan pada junction box / doos, sesuai dengan jumlah cabang.

4.1.2.7. Sambungan kabel untuk menuju ke titik penerangan hanya diperlukan pada junction
box / doos tersebut.
4.1.2.8. Seluruh instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan kawat NYM 2,5 mm2.

4.1.3. Penanaman Kabel

4.1.3.1. Penanaman kabel harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dilengkapi dengan
petunjuk seperti tersebut dalam bagian ini.

4.1.3.2. Sebelum kabel diletakkan dalam galian 1 m, lebar minimum 50 cm, harus diurug
dan dipadatkan dengan pasir urug setebal 10 cm.

4.1.3.3. Setebal kabel diletakkan ( digelar ) dengan syarat kabel tersebut tidak boleh terpuntir,
dilakukan pengurugan setebal 10 cm dari kabel yang terbesar kemudian dipadatkan.

4.1.3.4. Diatas pasir diberi batu yang memanjang tidak terputus.

4.1.3.5. Kabel-kabel yang dipasang harus diberi label-label dari timah yang memberi
petunjuk jurusannya, yang dipasang setiap jarak 1 meter.

4.1.3.6. Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Pengawas/Pemilik Proyek


menyaksikan bahwa semua petunjuk diatas dipenuhi.

4.1.3.7. Pengurugan berikut adalah dengan tanah asli.

4.1.3.8. Setiap jarak 30 meter, Kontraktor wajib membuat patok beton diatas galian tersebut
dengan ukuran 20 x 20 x 60 cm, dan ditulis petunjuk “KABEL TANAH”. Patok-
patok ini dicat dengan warna kuning dan tulisan merah.

4.1.3.9. Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula dengan
seluruh biaya menjadi kewajiban Kontraktor.

4.1.3.10. Pekerjaan penanaman kabel tidak boleh dilaksanakan pada malam hari.

4.1.3.11. Dalam keadaan tidak memungkinkan dan setelah ada ijin dari Pemilik Proyek dan
Pengawas, Kontraktor dapat melakukan penyambungan kabel dengan cast resin
type buatan 3 M atau yang setara. Patok tanda dengan tulisan “MOF KABEL”,
harus dipasang diatasnya dengan warna seperti yang telah disebutkan diatas.

4.2. Pengujian

Mencakup yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Elektrikal

4.2.1. Umum

4.2.1.1. Sebelum daya listrik digunakan ke instalasi, seluruh instalasi harus sudah selesai diuji
dan didapat hasil yang baik yang harus disaksikan dan disetujui oleh Pengawas /
Badan Pemerintah yang berwenang.

4.2.1.2. Pengujian tahanan isolasi dan kabel tegangan 220 V / 380 V harus menggunakan
megger 500 Volt..
4.2.1.3. Pengujian harus disaksikan oleh Pengawas dan Pemilik Proyek. Bila didapat hasil
buruk / kurang memuaskan pada suatu bagian instalasi, Kontraktor wajib
memperbaiki kembali, kemudian pengujian diulangi sampai mendapatkan hasil yang
baik.

4.2.1.4. Kontraktor wajib mengadakan peralatan dan tenaga serta biaya yang diperlukan untuk
pengujian tersebut dan pemberitahuan kepada Pengawas/Pemilik Proyek harus paling
lambat 48 jam dimuka.

4.2.2. Pengujian Tahanan Isolasi

4.2.2.1. Pengujian tahanan isolasi instalasi listrik didasarkan atas peraturan yang berlaku,
ditambah dengan syarat-syarat sebagaimana diatur dalam pasal berikut.

4.2.2.2. Pengujian tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan megger 500 Volt
elektronik.

4.2.2.3. Pada saat pengujian semua titik lampu dan sakelar harus dalam keadaan terbuka.

4.2.2.4. Pengujian dilakukan setiap kali, untuk setiap jurusan ( group ).

4.2.2.5. Hasil minimum yang diijinkan adalah 10 Mega-Ohm.

4.2.3. Pengujian Tahanan Tanah

4.2.3.1. Setelah diadakan penanaman pentanahan (ground rod) pengujian tahanan dapat
dilaksanakan.

4.2.3.2. Pengujian untuk ini dapat digunakan alat uji tahanan tanah elektronik.

4.2.3.3. Tahanan maksimum yang diijinkan adalah 1 Ohm.

4.2.4. Hasil pengujian yang tidak baik

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

4.3. Gambar Terbangun (As-built Drawings)

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

4.4. Petunjuk Pemeliharaan

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal


BAB III. PEKERJAAN TELEPON

1. UMUM

1.1. Syarat Umum

1.1.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam Bagian ini harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan
dari Dokumen Kontrak secara keseluruhan.

1.2. Uraian Pekerjaan

Termasuk dalam lingkup pekerjaan dalam kontrak ini adalah:

1.2.1. Pengurusan ijin, pengujian serta ijin penyambungan sistem telepon tersebut dengan Penyedia
Jasa Telekomunikasi (Telkom) setempat.

1.2.2. Pengadaan serta pemasangan PABX dan MDF.

1.2.3. Pengadaan serta pemasangan kabel-kabel telepon beserta alat bantunya ke outlet telepon.

1.2.4. Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan.

1.2.5. Pengadaan dan pemasangan Fixture yang diperlukan.

1.2.6. Kontraktor wajib memenuhi mutu lingkup pekerjaan diatas, sehingga setelah dipasang dan diuji
dengan baik, didapat mutu instalasi yang siap untuk dipakai.

1.2.7. Pemborong harus menyediakan semua sparing dan peralatan tambahan yang diperlukan dan
ditanam dalam beton / tembok / lantai / partisi atau pekerjaan pemasangan lainnya, sesuai
dengan peraturan atau petunjuk pengawas lapangan.

1.3. Pekerjaan Yang Terkait

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

1.4. Acuan

1.4.1. Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

1.4.2. Standard dan referensi yang dikeluarkan PT Telkom.

1.5. Pengajuan

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal


1.6. Quality Assurance

1.6.1. Pemborong berpengalaman dalam pemasangan instalasi telepon dan wajib mempunyai PAS
pemasangan telepon dari Telkom.

2. MATERIAL

2.1. Pembuat

2.1.1. Kabel yang digunakan adalah merk Kabelmetal, Kabelindo, atau Supreme.

2.1.2. Konduit dari EGA atau CLIPSAL.

2.1.3. Stopkontak/ outlet buatan Berker, Clipsal, Jung, atau yang setara; dan harus sama dengan merek
dan tipe stopkontak dan saklar listrik dan penerangan.

2.2. Bahan

2.2.1. Umum: memenuhi standar sebagai mana dicantumkan dalam bagian Spesifikasi Umum
Pekerjaan Listrik

2.2.2. Kabel

Diameter kabel adalah 0.6 mm, memenuhi semua standar SII, STEL-K, dan I.E.C..

2.2.3. Konduit

2.2.3.1. Konduit yang digunakan dari jenis PVC Hi-impact, kecuali ditunjukkan lain pada
gambar.

2.2.3.2. Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dan dipasang dengan cara yang
sebenarnya.

2.2.4. Outlet Telpon

2.2.4.1. Tinggi outlet sesuai dengan gambar rancangan (umumnya 30 Cm dari lantai)

2.2.4.2. Untuk ruang yang tidak ditentukan, tinggi outlet pada umumnya 0.5 m

2.2.4.3. Letak pasti dari sakelar harus disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

2.2.5. Perlengkapan Instalasi

2.2.5.1. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi


instalasi tersebut, supaya kelihatan baik dan memenuhi persyaratan.

2.2.5.2. Seluruh klem-klem kabel harus buatan pabrik dan tidak diperkenankan membuat
sendiri.
2.2.5.3. Semua kabel yang terlihat mata (exposed ) harus diberi penahan dengan klem
sehingga kabel tersebut kelihatan lurus dan baik.

2.2.5.4. Doos / junction box yang digunakan harus cukup besarnya dan minimum 10 cm,
Setelah terpasang, doos-doos ini harus ditutup dengan baik dengan penutup yang
khusus untuk itu.

2.2.6. Kabel tray

2.2.6.1. Kabel tray tersebut terbuat dari besi siku dan plat strip yang besar dan dengan ukuran
yang sesuai seperti ditunjukkan dalam gambar.

2.2.6.2. Kontraktor wajib membuat dan memasang kabel tray tersebut dengan baik,
ketinggian seperti ditunjukkan dalam gambar.

2.2.6.3. Penggantung-penggantung harus dibuat dengan baik sehingga bila ada pembebanan,
tray tersebut tidak akan berubah bentuk.

2.2.6.4. Kabel-kabel yang terletak diatas tray tersebut harus di klem pada jarak 2 ( dua ) plat
strip dengan menggunakan klem khusus dari material yang baik pula.

2.2.6.5. Besi siku dan plat strip harus buatan Krakatau Steel atau yang setara dengan
persetujuan Pengawas/Pemilik Proyek.

3. PELAKSANAAN

3.1. Koordinasi

Dalam hal ini, pekerjaan telepon bersama-sama dengan Pemborong lain, maka untuk kelancaran
pekerjaan setiap Pemborong harus mengkoordinir / menyesuaikan skedul pelaksanaannya dengan
pemborong lainnya atas petunjuk Pengawas sebelum pekerjaan dimulai.

3.2. Pemasangan/ Pelaksanaan

3.3. Pengujian

3.3.1. Umum

3.3.1.1. Semua hasil pengujian dan pengetesan harus dibuatkan Berita Acara yang di tanda
tangani oleh semua pihak.

3.3.1.2. Testing secara menyeluruh, sehingga sistem telepon tersebut dapat berfungsi dengan
baik.
3.3.2. Hasil pengujian yang tidak baik

3.3.2.1. Bila didapat hasil pengujian yang tidak baik, Kontraktor harus segera memperbaiki
pekerjaannya.

3.3.2.2. Pengawas/Pemilik Proyek berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk


membongkar pekerjaannya bila ternyata hasil uji tidak baik karena kecerobohan
pekerjaan Kontraktor.

3.3.2.3. Setelah perbaikan dan dianggap memuaskan oleh Pengawas/Pemilik Proyek, pengujian
dapat diulangi atas tanggungan biaya Kontraktor.

3.3.2.4. Bila pengujian mendapat hasil buruk sebanyak 3 ( tiga ) kali setelah diperbaiki,
Kontraktor wajib membongkar pekerjaannya.

3.3.2.5. Pengujian dilakukan sampai mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan pasal-pasal
diatas.

3.4. Gambar Terbangun (As-built Drawings)

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal

3.5. Petunjuk Pemeliharaan

Seperti yang dispesifikasikan dalam Bagian Spesifikasi Umum Pekerjaan Elektrikal


BAB IV. PEKERJAAN SYSTEM ISYARAT BAHAYA KEBAKARAN

( FIRE ALARM )

A. UMUM

1. Kontraktor wajib mengikuti / memenuhi semua persyaratan-persyaratan yang ditulis dalam buku
ini, juga wajib mengikuti / memenuhi persyaratan lain yang dikeluarkan oleh Pemilik Proyek.

2. Dalam penawaran, Kontraktor wajib melampirkan daftar perincian peralatan / bahan yang
dipasang.

3. Kontraktor wajib menyertakan ahli yang ditunjuk oleh pabrik pembuat peralatan yang dipasang
untuk mengawasi , memeriksa dan menyetel peralatan-peralatan sehingga sistem beroperasi
dengan sempurna.

4. Dalam pekerjaan ini Kontraktor juga harus mempunyai PAS INSTALATUR PAM ( Perusahaan
Air Minum ), yang masih berlaku pada saat pelaksanaan.

5. Dalam pekerjaan ini Kontraktor juga harus mempunyai PAS INSTALATUR PLN ( Perusahaan
Listrik Negara ), yang masih berlaku pada saat pelaksanaan.

6. Jika Kontraktor menemukan kesalahan dalam gambar perencanaan atau spesifikasi teknisnya,
maka Kontraktor wajib memberitahu kepada Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan
penjelasan.

7. Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja instalasi yang diperlukan untuk diperiksa dan
disyahkan oleh Pengawas (Shop Drawing).

8. Kontraktor wajib menyerahkan contoh peralatan/bahan yang akan dipasang atau katalog kepada
Pengawas dan Pemilik Proyek untuk disetujui.

9. Semua peralatan/bahan/instalasi dalam pekerjaan ini harus baru, dirancang khusus untuk daerah
tropis dan pengujian pada instansi yang bersangkutan.

10. Peralatan/bahan yang dipasang harus memenuhi persyaratan pengujian, yaitu pengujian pabrik dan
pengujian pada instansi yang bersangkutan.

11. Jika dikarenakan pekerjaan, Kontraktor harus membongkar, membobok, menggali dan lain-lain
Kontraktor harus mengembalikan ke keadaan seperti semula.

12. Kontraktor harus memperhitungkan adanya pembobokan dinding atau bagian-bagian bangunan
lainnya untuk pemasangan instalasi pemadam kebakaran dan instalasi isyarat-isyarat bahaya
kebakaran.

13. Kontraktor harus membersihkan lingkungan kerja setelah pemasangan.


14. Kontraktor wajib menyediakan seorang tenaga akhli yang ditempatkan di site.

15. Kontraktor harus melakukan koordinasi dengan Kontraktor lain (Kontraktor sipil, dsb), atas
petunjuk Pengawas, sehingga diperoleh hasil kerja yang baik dan memuaskan.

16. Jika dikarenakan kesalahan atau kelalaian Kontraktor menyebabkan Instalasi yang terpasang
berbeda dengan “SHOP DRAWING” yang sudah disetujui atau peralatan-peralatan yang dipasang
tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus membongkar, memperbaiki, mengganti peralatan/
bahan dan mengembalikan keadaan sekelilingnya. Biaya-biaya yang di timbulkan hal diatas
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

17. Kontraktor wajib menyerahkan gambar terpasang ( As Built Drawing ) kepada Pengawasdan
Pemilik Proyek dengan jumlah rangkap yang akan di tentukan kemudian, untuk semua pekerjaan
yang telah dilaksanakan.

18. Setelah pemasangan sistem selesai, pemborong wajib mengadakan pengetesan/ percobaan bersama
pihak Pengawas, Pemilik Proyek serta pihak Dinas Terkait (Dinas Tenaga Kerja) untuk
menunjukan bahwa sistem dipasang dengan baik dan benar, memenuhi persyaratan dan bekerja
dengan baik.

19. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan instalasi pemadam kebakaran dan isyarat-Bahaya Kebakaran
yang memuaskan dan baik, maka persyaratan peralatan dan instalasi harus sesuai dengan Pedoman
Plumbing Indonesia, PUIL dan ketentuan dari Dinas Kebakaran.

20. Kontraktor Wajib mengajarkan/melatih tenaga-tenaga pemelihara (Maintenance) yang ditunjuk


oleh pemberi Tugas, hingga pemakai bisa menggunakan sistem pada kemampuan puncak.

Kontraktor harus membuat buku “Petunjuk Operasi” dalam bahasa Indonesia yang jelas, 6 (enam)
set kepada Pengawas/Pemilik Proyek.

B. LINGKUP PEKERJAAN INSTALASI BAHAYA KEBAKARAN

Pekerjaan instalasi isyarat bahaya kebakaran ( fire alarm ) ini meliputi :

1. Pengadaan dan pemasangan Panel Control Isyarat Bahaya Kebakaran.

2. Pengadaan dan pemasangan power supply.

3. Pengadaan dan pemasangan Titik Panggil Manual ( Manual Call Point ).

4. Pengadaan dan pemasangan Alarm Bell.

5. Pengadaan dan pemasangan Master Alarm Bell.

6. Pengadaan dan pemasangan detector panas dari jenis kombinasi rate of rise dan fixed temperature.

7. Pengadaan dan pemasangan detector asap dari jenis Ionization.


8. Pengadaan dan pemasangan Instalasi perkabelan dari system Isyarat Bahaya Kebakaran.

9. Lain-lain sesuai dengan bill of quantity pekerjaan ini.

C. KETENTUAN-KETENTUAN TEKNIS DARI PERALATAN

I. Peraturan dan Ketentuan

1. Semua ketentuan-ketentuan dalam perencanaan dan pelaksanaan dari pengadaan dan pemasangan
instalasi Isyarat Bahaya Kebakaran dan Pemadam Kebakaran harus memenuhi :

2. Perda daerah setempat, tentang ketentuan penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah
daerah setempat.

3. Buku Pedoman Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja , Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

4. F.O.C. sebagai pelengkap.

5. N.F.P.A. sebagai pelengkap.

II. Isyarat Bahaya Kebakaran ( Fire Alarm )

1. Panel Control Isyarat Bahaya Kebakaran.

a. Panel Control Fire Alarm, berfungsi menerima signal dari Manual Call Point, Heat Detector
dan Smoke Detector, yang selanjutnya membunyikan alarm bell.

b. Komponen-komponen dari Panel Control Fire Alarm, harus dari semi Conduktor dan system
Modulator.

c. System tegangan rendah ( 24 volt AC ).

d. Panel Control Fire Alarm, dilengkapi dengan :

 Lampu alarm (merah) dan lampu trouble (kuning) disetiap zone module.

 Lampu power “ON” yang menyatakan system bekerja atau tidak.

 Lampu AC power failure yang menyatakan kegagalan power PLN.

 Lampu ground foult, yang menyatakan adannya ketidak beresan (short circuit pada ground
).

 Lampu minical Disconect yang menyatakan putusnya hubungan dengan Dinas Pemadam
Kebakaran.
 Lampu Low Battery yang menyatakan bahwa stand by batteries sudah tidak normal.

 Lampu Bell Circuit Trouble yang menyatakan adanya ketidak beresan pada rangkaian
bell.

 Lampu Common Alarm, yamg menyatakan terjadinya troble atau tidak di sistem
tersebut.

e. Panel Control Fire Alarm, juga dilengkapi dengan trouble-trouble/ switch sebagai berikut :

 Reset Switch yang berfungsi untuk menormalkan system setelah terjadinya trouble.

 Silence Switch yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bell bila buzzer atau bell itu
berbunyi.

 Alarm Lamp Test Switch yang berfungsi untuk mengadakan pengecekan, apakah lampu-
lampu alarm masih berfungsi.

 Minical Disconect Switch yang berfungsi untuk memutuskan hubungan Dinas Pemadaman
Kebakaran .

f. Fasilitas Interkoneksi untuk keperluan :

 Hubungan ke Dinas Pemadam Kebakaran (kalau digunakan).

 Menghidupkan Fire Pump ( kalau digunakan ).

2. Fire Supply

a. System ini harus beroperasi dengan baik dengan menghubungkan pada sumber daya listrik
yang berkarakteristik 1 phase,. 220 volt AC, 50 Hertz dan dilengkapi dengan battery dan
battery chargernya

b. Battery Charger.

 Kepada system harus diberikan battery charger ( pengisi battery ) yang siap mengisi battery
bila battery dipakai.

 Pengisian battery harus secara otomatis.

 Besarnya arus pengisian disesuaikan denganratting battery yang di pakai.

c. Battery.

 Battery dipakai sebagai sumber tenaga cadangan jika sewaktu-waktu sumber utama (PLN)
padam.

 Jenis battery yang dipakai harus dari jenis recharge able battery type Nikel Cadmium.
 Battery ini harus bertegangan normal sesuai tegangan sistem ( 24 Volt ) dengan kapasitas
kebutuhan ( Ampere Hour ) yang sanggup memberikan supply secara normal dan continue
kepada sistem selama 48 jam stand by dan 30 menit alarm.

3. Panel Annuciator

a. Annuciator berfungsi menerima signal dari titik panggil manual, heat detector, dan smoke
detector dan menyalakan lampu zone dan buzzer.

b. Annuciator harus mempunyai pintu, dimana terpasang

 Lampu petunjuk zone.

 Buzzer petunjuk adanya kebakaran.

 Kotak plat annuciator dibuat dari plat baja dengan tebal 2,0 mm, buatanpabrik dan dicat
luar dan dalam dengan cat tahan karat dan difinish dengan cat bakar warna merah menyala.

4. Titik Panggil Manual ( Manual Call Point )

Bentuknya harus menonjol atau jenis setengah terbenam terbuat dari besi cor, dengan break glass,
dan dicat warna merah menyala berhuruf putih dilengkapi kunci riset dan general alarm.

5. Master Call Point

Berfungsi untuk mengoperasikan semua alarm bell, dilengkapi kunci untuk mengoperasikan dan
riset dengan breakglass.

Bentuknya harus menonjol atau jenis setengah terbenam terbuat dari besi cor, dan dicat warna
merah menyala berhuruf putih.

Type dari peralatan ini harus sudah disahkan oleh Laboratorium Assuransi ( Underwrtter
Laboratories ).

6. Alarm Bell

Alarm bell yang dipakai harus dari jenis yang bergetar (bukan pukulan tunggal) dan harus
beroperasi dengan sumber daya tegangan 24 Volt DC atau sumber daya cadangan dari battery
alarm kebakaran.

Juga harus mempunyai genta dengan diameter min 150 mm, sehingga menghasilkan sound
pressure level 85 - 95 dB/m, gangguan pada alarm bell tidak boleh menghambat berlangsungnya
suatu alarm.

Rangkaian harus diamankan dengan sebuah sekring (fuse) yang sesuai dengan besarnya arus.

7. Heat Detector
Yang dipakai adalah detector temperatur tetap yang dikombinasikan dengan Rate of Rase.
Temperatur diset pada 55° C, artinya pada temperatur tersebut harus menyebabkan alarm bell
bekerja/berbunyi

Rate of Rase bekerja pada kecepatan kenaikan suhu 10° C/menit.

Jangkauan Deteksi dari detector ini terhadap suhu dan kenaikan suhu adalah 35 m2 luas lantai
minimal. Type peralatan ini harus sudah disahkan oleh Laboratorium Assuransi ( Underwritter
Laboratories ).

8. Smoke Detector

Yang dipakai adalah detector asap dari jenis ionization yang mempunyai lampu indicator yang
menunjukan bahwa detector bekerja.

Luas normal bidang yang dilindungi min. 80 m2, detectorini harus mendeteksi adanya gas-gas hasil
pembakaran meskipun tidak ada kenaikan suhu atau asap maupun nyala api. Type dari peralatan
ini harus sudah di sahkan oleh Laboratorium Assuransi ( Underwritter Laboratories )

9. Instalasi Fire Alarm

Instalasi kabel yang dipakai adalah NYA 2x1x1,5 mm2 dilindungi dalam pipa conduit dengan
diameter min 5/8 inci.

setiap belokan pipa mempunyai jari-jari belokan yang cukup besar untuk memudahkan penarikan
kabel tanpa cacat atau memakai kotak penarikan.

Penyambungan kabel boleh ada hanya dalam kotak sambungan. Sambungan kabel dalam pipa
/socket tidak diperbolehkan.

Penyambungan harus memakai terminal penyambungan tidak boleh dengan ikatan

D. PEMASANGAN

1. Kombinasi fixed temperature dengan rate of rise ( heat detector ), smoke detector, alarm bell,
manuall call point, panel control fire alarm dan annuciator harus terpasang kokoh pada langit-langit
plafond/dinding.

2. Saluran-saluran kabel didalam pipa harus dipasang sejajar/tegak lurus dengan dinding bagian
struktur / pertemuan bidang-bidang vertikal dengan langit.

3. Pemasangan saluran pipa diatas plafond dengan cara diklem pada beton dengan jarak masing-
masing klem 40 cm.
4. Pipa saluran yang turun ke titik panggil manual / alarm bell dipasang terbenam dalam beton
berjarak 1,5 m dari lantai jadi titik panggil manual dan 40 cm dari plafon jadi untuk alarm bell dan
30 cm untuk Lampu indicator.

5. Output dari panel control fire alarm di hubungkan secara interlock dengan circuit breaker pada
panel utama tenaga listrik, dengan adanya alarm maka tenaga listrik pada bagunan dapat
diputuskan secara otomatis dengan jarak waktu yang dapat diatur dari 0 s/d 30 menit.

E. TESTING DAN COMISIONING.

Pengujian sistem diselenggarakan setelah seluruh pekerjaan ini selesai. Sebelum pengujian dilaksanakan
Kontraktor harus mengajukan Jadwal dan prosedure pengujian kepada Pengawas dan Pemilik Proyek
untuk mendapatkan persetujuan. Selama pengujian Kontraktor harus memperlihatkan dan
mendemonstrasikan bahwa semua peralatan dapat bekerja secara memuaskan sebagai suatu sistem.

F. LAIN-LAIN

1. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan walaupun tidak digambarkan/disebutkan dalam


spesifikasi harus disediakan Kontraktor sehingga Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan .

2. Sebagai standart mutu untuk dasar kwalitas Fire Alarm System yang dipakai adalah Hooseki,
Hong chang atau yang setaraf.

3. Produk Fire extinguisher sebagai pelengkap utama sistem isyarat kebakaran adalah tipe Dry
powder dengan kapasitas 6 Kg. Dipasang sesuai gambar lengkap dengan dudukannya. Sebagai
standar mutu merek yang direkomendasikan adalah Yamato atau Appron.

BAB V. PEKERJAAN CCTV

A. PENJELASAN UMUM
Sistem Closed Circuit Television System dipergunakan untuk membantu pengawasan dengan cara mengamati
kegiatan operasi suatu gedung melalui video camera. Hasil gambar dapat diamati melalui TV monitor.
Sistem CCTV ini terdiri dari Camera, Monitor. Sistem CCTV yang direncanakan adalah berwarna (colour).
B. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah Pengadaan, Pemasangan, Penyetelan dan
Pengujian serta menyerahkan dalam keadaan beroperasi dengan baik dan siap pakai, tanpa ada gangguan atau cacat
instalasi.
Termasuk didalam peralatan tersebut adalah sebagai berikut :

 Colour Camera
 Colour Monitor
 Digital Video Recorder

Pelaksana Pekerjaan harus melengkapi dan merakit peralatan tersebut dan bila perlu harus melengkapi dengan
peralatan tambahan sesuai persyaratan pabrik pembuatnya.

C. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN


Kamera
Adalah merupakan alat pengamat dari sistem CCTV yang sudah dilengkapi dengan
lensa. Ini hanya berfungsi untuk memberikan gambar dari lokasi yang diamati ke
monitor melalui kabel video. Kamera yang digunakan adalah type fixed colour
camera.

Monitor
Adalah merupakan alat yang mentransfer isyarat elektronik yang dikirim oleh camera menjadi gambar pada sebuah
layar televisi.

Switcher
Alat yang dipakai untuk menghubungkan 2 (dua) atau lebih camera ke monitor tunggal, sehingga pengamat dapat
memilih hasil gambar mana yang akan
ditampilkan pada layar monitor.
Posisi camera yang tidak diamati dapat di bypass tanpa merubah urutan pengamatan maupun waktu interval.

D. DATA TEKNIS PERALATAN UTAMA


SPESIFIKASI TEKNIS CAMERA
Dome IR Camera
Type Colour Camera : Dome IR Camera
Sensor : 3 MP CMOS
Power Supply : 12 VDC
Resolution : 18 fps at 1920 x 1536
ICR : 0,01 Lux
IR Distance : 20 meter
Lens : 2.8/3.6/6 mm
Box IR Camera
Type Colour Camera : Box IR Camera
Sensor : 3 MP CMOS
Power Supply : 12 VDC
Resolution : 18 fps at 1920 x 1536
ICR : 0,01 Lux
IR Distance : 20 meter
Lens : 2.8/3.6/6 mm

DIGITAL VIDEO RECORDER ( DVR )


Digital Recording.
Built-in 1 x 4 TB HDD.
Built-in 16 ch multiplex recording system.
Video Input : 16 terminal, 1V (p-p)/75 ohm, PAL composite
video signal with looping trough (BNC)
Video Output : 16 terminal, 1V (p-p)/75 ohm, PAL composite
video signal with looping trough (BNC)
Codec : H265+/H265/H264+/H264 encoding
Resolution : Up to 4MP resolusi for recording

Spot Output : 1 terminal , 1V (p-p) / 75 ohm (BNC)


Multi screen output : 1 terminal , 1V (p-p) / 75 ohm (BNC)
Synch Output : 1 VBS, 1 V (p-p) / 75 ohm

E. PEMASANGAN
Pemasangan colour camera dipasang sesuai petunjuk gambar, Pelaksana Pekerjaan dapat mengajukan usulan lain
untuk penempatan colour camera ini.
Cara pemasangan colour camera tersebut digantung pada ceiling atau plafond dengan rangka penguat/ hanger yang
diperkuat pada dak beton.
Peralatan utama seperti ; unit DVR, Power supply, Colour monitor dan UPS, diletakan pada ruang kontrol (ruang
kepala) lantai satu, seperti ditunjuk dalam gambar rencana.
Kabel instalasi yang digunakan untuk isyarat video dan untuk keperluan control menggunakan coaxial cable RG
59/U, kabel power menggunakan NYMHY 2 x 1,5 mm² atau kabel RG59+power yang semuanya dalam
pelaksanaan harus dimasukkan dalam pipa PVC high impact dia. 20 mm

F. TESTING / COMMISSIONING
Setelah pekerjaan CCTV ini diselesaikan, harus dilakukan Testing dan Comissioning yang disaksikan oleh Konsultan
Pengawas.
Biaya Testing menjadi beban Pelaksana Pekerjaan.
PRODUK SISTEM CCTV
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi. Pelaksana
Pekerjaan dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Pelaksana Pekerjaan baru dapat
menggantinya bila sudah ada persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
No Uraian Spesifikasi Teknis Produk

1 Peralatan Utama Digital Video Recorder 16 CH, 2 x Samsung, Sony,


4TB, Monitor LED 43 Inch Full HD Hikvision

2 Kabel-kabel Coaxial RG59+power Belden, LG LS

NYMHY untuk power Supreme, Kabel


Metal, Tranka

3 Conduit High Impact dia. 20 mm Clipsal, Ega

4 Kabel Rack Three Stars, ONI


BAB VI. PEKERJAAN LAN

A. UMUM
1. Setiap Pelaksana Pekerjaan yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajariseluruh Dokumen Kontrak
dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan.
2. Pelaksana Pekerjaan harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi
ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
3. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi
yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Pelaksana Pekerjaan untuk mengganti bahan atau
peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
B. LINGKUP PEKERJAAN
1. Komunikasi data intern di dalam gedung.
2. Komunikasi antar lantai menggunakan switch/hub.
C. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Peralatan dan Bahan

1. Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat lulus pengujian dari pembuat
2. panel yang menjamin bahwa setiap peralatan dalam panel tersebut berfungsi baik dan bekerja
sempurna dalam keadaan operasional maupun gangguan berupa undervoltage, overcurrent,
overthermis, short circuit dan lain-lainnya serta merger antara fasa, fasa netral, fasa nol.
3. Semua titik data harus diberi nomor agar mudah dalam perawatannya
4. Penomoran harus dilakukan serapi mungkin dan penomoran harus berurutan sesuaidengan
kondisi ruangan.
5. Semua pentanahan dari system harus dilakukan pengukuran tahanan dengan maksimum2 ohm pada
masing-masing pentanahan dan dilakukan pada keadaan cuaca tidak turunhujan selama minimal 3
hari berturut-turut.
6. Semua sambungan kabel harus terhindari dan gesekan langsung dengan kabel arus kuat atau listrik.

Material dan Peralatan Utama


1. Rack Mount
• Type : Wall mount 15U
• Dimension : 470mm

• Accessories : Fan, Power Outlet 12 hole


2. Cabling
• Standard : EIA 568
• Type : UTP Category 6
D. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN
1. Wallmount Rack harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan harus rata ( horizontal ).
2. Kabel yang masuk / keluar dari rack mount harus dilengkapi dengan gland dari karet ataupenutup yang rapat
tanpa adanya permukaan yang tajam.
3. Kabel UTP harus di tarik dari rack mount ke semua titik disetiap ruangan di setiap lantai.
4. Semua kabel harus terlindungi oleh pipa atau kanal guna menghindari gesekan atau pertemuan dengan
kabel listrik yang mempunyai arus lebih kuat.
5. Terminasi kabel UTP dilakukan di semua titik di dalam rack mount dengan menggunakanpunch tools yang
telah disesuaikan dengan standarisasi Installasi Structure Cabling System.
6. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.
7. Semua kabel yang dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan
diameter minimal 2,5 kali penampang kabel.
8. Label pada patch panel harus disusun berurutan demikian pula dengan yang di sisi user harus pula disesuaikan
dengan nomor yang terpadat pada patch panel.
9. Setiap pemasangan kabel-kabel data harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m setiap ujungnya.
10. Penyusunan pipa conduit kabel diatas kabel tray harus rapih dan tidak boleh saling menyilang.
11. Penyambungan pipa conduit kabel menggunakan sock yang ukurannya sesuai dengan besaran pipa conduit.
12. Besaran pipa conduit adalah 20mm.
13. Rack mount harus dilengkapi dengan grounding untuk menghindari adanya gelombang
elektromagnetik yang mempengaruhi arus kabel data.
14. Pemasangan Wall mount rack harus rapi dan tidak boleh miring, juga harus kuat. Untuk memperkuat wall
mount rack digunakan dynabolt ukuran S8.
15. Tahanan pentanahan yang dipasang pada rack mount maksimum 2 ohm.
16. Pemasangan kabel ledder ditempel pada tembok di bawah rack mount yang menghubungkan antar
rack mount dengan titik.
17. Kabel yang dipasang diatas trunking dan kabel ladder harus diklem dengan klem-klem kabel anti ultra violet.
18. Setelah semua instalasi terpasang maka harus dilakukan mergering pada setiap titik instalasi, agar kita dapat
mengetahui instalasi tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Prosedur Kerja Pekerjaan Kabel Data
1. Tujuan:
 Memastikan kebenaran pekerjaan instalasi kabel data pada sebuah ini gedung.
 Memudahkan pelaksanaan pekerjaan instalasi kabel data .

2. Alat-alat:
 Tang potong
 Tang Kombinasi
 Obeng -/+
 Pisau kater
 Magger test
 Tester
 Dll

3. Urutan kerja
a. Pelajari gambar
 Pelajari gambar kerja dan pastikan gambar tidak ada perubahan dan sudah dikoordinasi dengan
pekerjaan lain
 Hitung jumlah material yang digunakan
 Pastikan persediaan material cukup sesuai gambar
b. Pemilihan alat dan bahan
 Periksa alat yang akan digunakan dan pastikan alat tersebut layak digunakan
 Pilih material yang sesuai dengan spek dan sudah disetujui
 Hindari pemakaian bahan material yang rusak/bekas

c. Pemipaan
 Beri tanda dilapangan ( marking )
 Lakukan pembentukan pipa ( bending ) pada daerah yang diperlukan
 Lakukan pengeboran tempat untuk klem
 Pemberian warna sesuai warna instalasi kabel data.
 Pastikan klem pada instalasi kencang ( pipa tidak bergerak )

d. Pengonekan
 Tarik kabel ke dalam pipa yang sudah dipasang
 Lakukan penarikan dengan kawat pancing
 Pilih kawat pancing yang kuat dan lentur
 Pastikan jumlah kabel untuk pipa pada jumlah yang benar
 Pemakaian box untuk tempat kabel
 Kelompokan kabel yang sudah di tarik dan diberi label
 Kelompokan kabel yang sudah di tarik dan diberi label
 Pastikan installasi tidak ada yang tertinggal

e. Testing
 Lakukan magger test dan test instalasi
 Pastikan instalasi benar

f. Rekaman-Rekaman
 Berita acara test commisioning
 Chek list pekerjaan

E. TESTING / COMMISSIONING
7.5.1. Tahap-tahap Pengetesan Kabel dan Unit LAN
Setelah instalasi seluruh kabel dan komponen LAN telah diselesaikan dan siap untuk dioperasikan, harus di
adakan pengetesan yang di laksanakan oleh pemborong disaksikan bersama - sama pihak pemilik pekerjaan
dan pengawas. Testing dan commissioning jaringan kabel di lakukan tahap demi tahap dari tiap outlet
ke patch panel pada satu lantai (horizontal testing) dan dari masing- masing lantai ke main patch panel (vertical
testing), sedangkan testing dan commissioning untuk komponen LAN akan di lakukan di setiap lantai dan
dikeseluruhan system sampai system tersebut berjalan dengan baik dan disetujui oleh pihak pemilik
pekerjaan.
Pengetesan Kabel UTP
1.1. Alat - alat yang di gunakan dalam pengetesan kabel UTP
1. LAN cable tester, alat ukur yang mempunyai kemampuan untukmengukur empat pair
kabel, pengukuran meliputi panjang kabel dan koneksi kabel. Juga mampu
mengukur NEXT (Near End Crosstalk), atenuasi, dan category kabel.
1.2. Pengetesan karakteristik kabel UTP

Pengukuran NEXT dan atenuasi dilakukan pada satu system koneksi dari panel terminasi kabel
sampai ke outlet.
1. Pengukuran panjang kabel dilakukan untuk mangecek apakah ada kabel yang terputus atau
tidak.
2. Pengukuran koneksi harus dilakukan untuk mengecek apakah ada kabel yang salah
koneksinya.
3. Semua hasil pengukuran dicatat dan hasilnya tidak boleh melebihi nilai yang
tercantum pada spesifikasi teknis.
F. DOKUMENTASI

Pemborong harus menyediakan dokumentasi dari keseluruhan jaringan computer yang telah di install yang terdiri
dari :
1. Instalasi Checklist
2. Daftar Inventary Peralatan
3. Daftar Lokasi Peralatan
4. Hasil kabel testing (dB Loss, Next Readings, etc)
5. Gambar jaringan secara lengkap (physical & logical)
PRODUK SISTEM LAN
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi spesifikasi. Pelaksana Pekerjaan dimungkinkan
untuk mengajukan alternative lain yang setaraf dan Pelaksana Pekerjaan baru dapat menggantinya bila sudah ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Pengawas.

BAB VII. PENANGKAL PETIR

A. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan ini mencakup pengurusan perizinan, pengadaan bahan dan alat-alat, pemasangan, pengujian-
pangujian dan perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan untuk suatu sistem penangkal petir yang
lengkap.

Pekerjaan tersebut terdiri dari :

 Air terminal Tipe Electrostatic Radius, dengan radius proteksi 100 meter.

2
 Penghantar pentanahan NYY 1 x 70 mm .

 Terminal pentanahan.

 Grounding.
 Bak kontrol.

 Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan-pekerjaan diatas.

 Izin Depnaker

2. Gambar-Gambar Rencana.

Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak peralatan dan instalasinya. Penyusuaian harus
dilakukan dilapangan, karena keadaan sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan
oleh kondisi lapangan.

3. Gambar-Gambar Sesuai Pelaksana ( As Built Drawings)

Kontraktor harus membuat catatan yang cermat dari pelaksanaan dan penyusuaian-penyusuaian di
lapangan.

Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar lengkap sebagai gambar-gambar sesuai
pelaksanaan ( As Built Drawings ). As Built Drawings harus diserahkan kepada Pengawas/Pemilik
Proyek segera setelah pekerjaan ini selesai dalam rangkap 3 ( tiga ).

4. Standard Dan Peraturan

Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti standart dan peraturan yang berlaku ( Departemen
Tenaga Kerja ) dan Kontraktor harus berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Setempat sebelum
memulai pekerjaannya.

Disamping itu harus di taati pula peraturan dan hukum setempat yang ada hubungannya dengan
pekerjaan ini.

B. BAHAN-BAHAN, PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA

Bahan dan peralatan yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan baru dengan apa yang
dimaksudkan.

Contoh bahan, brosur atau gambar kerja ( shop drawings ) harus diserahkan kepada Pengawas sebelum
pemasangan.

Tenaga-tenaga pelaksana harus dipilih yang sudah berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan
instalasi ini secara aman, kuat dan rapih.

1. Penghantar Pentanahan ( Down Conductor )

2
Penghantar pentanahan yang dipakai adalah penghantar NYY 1 x 70 mm yang dipasang
menggunakan klem, dipasang dengan jarak 50 cm dan dipasang dengan kuat, aman dan rapih.
2. Sistem Pentanahan.

Sistem pentanahan dipasang / diletakkan sesuai dengan yang ditunjukan pada gambar.

Sistem pentanahan terdiri dari terminal pentanahan dan elektroda pentanahan. Elektroda
pentanahan terbuat dari pipa galvanized dengan diameter tidak kurang dari 1” panjang 6 m dan
harus dimasukan kedalam tanah secara vertical dan apabila di dapatkan hasil pengkuran kurang
dari yang ditentukan dapat ditambahkan dengan kawat BC 50 mm yang dipasal melingkar (spiral)
pada lubang pentanahan dan ditutup dengan tanah lempung/liat.

Terminal pentanahan terletak dalam bak kontrol khusus untuk tahanan maksimum 2 ohm, (
pengukuran tekanan dilakukan pada waktu keadaan tanah kering).

3. Pemasangan.

Cara-cara pemasangan penangkal petir sistem ini harus sesuai dengan gambar dan harus
mengikuti petunjuk-petunjuk DIREKSI LAPANGAN.

4. Pengujian dan Pemeriksaan

Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh DIREKSI LAPANGAN untuk memastikan
dipenuhinya persyaratan ini.

Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh DIREKSI LAPANGAN terlebih dahulu dan
di uji bersama pihak Dinas Terkait (Dinas Tenaga Kerja setempat) sebelum ditutup.

Setiap bagian yang tidak sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar harus segera diganti,
tanpa membebankan biaya tambahan pada Pemberi Tugas.

Untuk mengetahui baik atau tidak system penangkal petir yang dipasang, maka harus diadakan
pengetesan terhadap instalasinya maupun terhadap sistem pentanahannya, agar diperoleh suatu
jaminan.

Grounding Resistant Test.

UKUR TAHANAN DAN PENTANAHAN, TAHANAN PENTANAHAN YANG DISYARATKAN ADALAH


MAKSIMAL 2 OHM DAN DIUKUR PADA WAKTU KEADAAN TANAH KERING.
PASAL 19
PEKERJAAN MEKANIKAL

BAB I. SPESIFIKASI UMUM PEKERJAAN MEKANIKAL

1. UMUM

1.1. Syarat Umum

1.1.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam Bagian ini harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan dari
Dokumen Kontrak secara keseluruhan.

1.1.2. Kontraktor harus menjalin hubungan yang baik dengan Kontraktor lain dalam pekerjaan ini,
sehingga didapat hubungan yang baik untuk secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan ini
sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang ditentukan.

1.2. Uraian Pekerjaan

1.2.1. Ijin, Pengujian, dan Sertifikasi

Bila tidak ditentulkan lain, maka nilai kontrak/ pekerjaan sudah mencakup biaya dan kelengkapan
dari:

- Semua perijinan

- Semua pengujian

- Keur dan biaya tanggungan instalasi guna keperluan pemasangan instalasi tersebut

- Pengurusan penyambungan

- Kontraktor bertanggungjawab penuh atas mutu instalasi dan peralatan yang digunakan.

- Semua ijin dan pemeriksaan dari Badan Pemerintah.

- Sertifikasi yang menyatakan bahwa semua pekerjaan yang telah dilakukannya memenuhi
syarat dan standard yang disyaratkan dalam spesifikasi maupun peraturan pemerintah.

1.2.2. Merek dan Spesifikasi Bahan dan Peralatan

1.2.2.1. Seluruh bahan dan peralatan yang akan dipakai dan diadakan pengadaannya oleh
Kontraktor sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi yang telah ditentukan.

1.2.2.2. Daftar merk bahan dan peralatan yang akan digunakan harus dilampirkan dalam
dokumen lelang.
1.2.2.3. Bila dikemudian hari ada kelainan antara daftar yang telah diajukan dengan yang akan
dipakai, Kontraktor wajib mengajukan persetujuan kepada Direksi Lapangan.

1.2.2.4. Kontraktor wajib mengganti semua bahan dan peralatan yang telah dipasang, bila
peralatan tersebut tidak sesuai dengan daftar yang diajukan atau disetujui Direksi
Lapangan.

1.2.2.5. Semua penggantian merk / jenis dari bahan dan peralatan yang telah disetujui dalam daftar
yang diajukan, harus dilengkapi dengan perubahan biaya dari biaya kontrak.

1.2.3. Kewajiban Pasca Instalasi

1.2.3.1. Pekerjaan kontraktor mencakup masa pemeliharaan termasuk menempatkan orang


pelatih operator untuk melatih calon operator dari Pemilik Proyek dalam memeriksa,
menjalankan, dan memelihara peralatan/ instalasi.

1.2.3.2. Penjelasan Lisan: Kontraktor harus memberikan penjelasan lisan mengenai cara kerja
dari tiap sistem kepada Direksi Lapangan dan Pemilik secara terperinci.

1.2.3.3. . Penjelasan Tertulis:

1.2.3.4. Kontraktor harus menyediakan garansi.

1.2.3.5. Kontraktor harus menyediakan buku ‘instruction manual’, memuat uraian tertulis
mengenai cara bekerja tiap sistem yang meliputi diagram-diagram, cara-cara
pemeliharaan dan perbaikan dari setiap sistem secara terperinci, karakteristik dan
peralatan seperti pompa, mesin, dan sebagainya.

1.2.3.6. Kontraktor harus menyediakan papan ringkasan petunjuk operasi yang dipasang di
dinding ruang operasi.

1.2.3.7. Kontraktor harus sanggup mengadakan konrak pemeliharaan bila diminta

1.2.4. Pemasangan Label dan Penandaan

1.2.4.1. Kontraktor wajib mengadakan penandaan, pengecatan, patok, label untuk warna pipa,
tanda arah aliran, dan lain-lain untuk pipa dan elemen lain sesuai dengan SNI 19-3778-
1995, dengan pewarnaan sesuai dengan BS 1710 – 1984.

1.2.4.2. Kontraktor wajib mengadakan label dari plat plastik berukuran tinggi 1,5” dan lebar
seperlunya dengan huruf engraved setinggi 1” untuk pintu-pintu ruang instalasi dan
peralatan yang menunjukkan fungsi dari masing-masing peralatan.
1.3. Pekerjaan Yang Terkait

- Berbagai sistem instalasi mekanikal

- Pekerjaan umum pekerjaan elektrikal

- Pekerjaan plafon

- Pekerjaan dinding dan partisi

1.4. Acuan

- Pekerjaan dan bahan harus memenuhi standar di bawah yang relevan:

- Peraturan Plambing Indonesia

- Standar Nasional Indonesia (SNI)

- Standar Industri Indonesia (SII)

- Standar internasional: J.I.S., ASTM, ANSI, A.S.M.E., A.S.H.R.E.A. A.S.C.A. A.R.I., U.L.,
N.F.P.A., A.W.G.

- Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PAM Daerah Distribusi setempat

- Ketentuan Instansi Penanggulangan Kebakaran setempat

- Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh perusahaan air minum setempat

- Peraturan-peraturan dari Dinas keselamatan Kerja Daerah setempat.

1.5. Pengajuan

1.5.1. Kontraktor wajib menyampaikan materi Pengajuan sebanyak ____ rangkap untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas, mencakup yang disebut dalam butir-butir berikut.

1.5.2. Kontraktor wajib membuat Gambar Rencana Kerja (Shopdrawing) yang mencakup Detail-
detail Pemasangan, Layout dan Coordinated Plan, set-outs, untuk disetujui Pengawas untuk
pekerjaan yang akan dilakukannya.

Gambar Koordinasi: Koordinator wajib berkoordinasi di bawah Pengawas untuk membuat


gambar koordinasi yang terperinci antar pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

1.5.3. Kontraktor wajib mengajukan contoh-contoh bahan yang akan dipakai.

1.5.4. Segera setelah penunjukkan, Kontraktor wajib menyerahkan katalog sesuai dengan skedul
material.

1.5.5. Material yang diajukan harus dilengkapi salinan sertifikat kesesuaian mutu dari badan
standarisasi yang bersangkutan.
1.5.6. Kontraktor harus menyerahkan daftar material yang belum tercantum dalam skedul material
selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu setelah penunjukkan pemenang lelang, untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas dan/atau Pemilik Proyek.

1.5.7. Semua material yang tercantum dalam skedul material bersifat mengikat dan merupakan
lampiran dokumen penawaran.

1.5.8. Kontraktor wajib menyerahkan Rencana Kerja (Time Schedule) dan rencana kerja
harian/mingguan lengkap dengan jumlah tenaga kerja dan peralatannya.

1.6. Jaminan Kualitas

1.6.1. Kontraktor paling sedikit harus berpengalaman 5 tahun dalam pekerjaan sejenis untuk skala
proyek setara

1.6.2. Subkontraktor hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Pengawas/ Pemilik

1.6.3. Kehadiran subkontraktor harus dilaporkan kepada Pengawas/ Pemilik Proyek.

1.6.4. Pelaksana instalasi plumbing harus memiliki pas PAM Golongan A.

1.6.5. Gambar serta Rencana Kerja ini harus tersedia di Ruang Kontraktor dan mudah diperiksa
sewaktu-waktu oleh Pengawas / Pemilik Proyek.

1.6.6. Setiap kemajuan pekerjaan harus dilaporkan pada Pengawas/Pemilik Proyek serta
mencantumkan Gambar dan Rencana Kerja tersebut.

1.6.7. Kontraktor wajib menempatkan tenaga-tenaga pengawas untuk mengawasi pekerjaanya sendiri.

1.6.8. Penanggungjawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada ditempat pekerjaan, memiliki
sertiikat ahli sesuai bidangnya dan dapat mengambil keputusan penuh, demi kelancaran
pekerjaan.

1.6.9. Hal-hal yang tidak tercantum dalam Gambar Rancangan, Gambar Rencana kerja, maupun
Spesifikasi, tetapi hal itu diperlukan untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistem pemasangan
atau sistem kerja suatu peralatan atau instalasi, maka hal itu menjadi tanggungjawab Kontraktor
untuk melangkapinya.

1.6.10. Kontraktor harus mengajukan gambar koordinasi instalasi yang menggambarkan rencana
(layout) jalur penarikan pipa dan set-out dari fixtures; dan dikoordinasikan antara berbagai jenis
instalasi dan pekerjaan lain yang berkaitan.
2. MATERIAL

2.1. Bahan

2.1.1. Semua peralatan yang akan digunakan harus baru dan memenuhi standard yang telah ditentukan

2.1.2. Bahan atau peralatan dari kualifikasi yang sama atau jenis yang sama harus berasal dari merek
yang sama.

3. PELAKSANAAN

3.1. Koordinasi

3.1.1. Kontraktor wajib melakukan koordinasi dengan kontraktor pekerjaan lain yang berhubungan

3.1.2. Kontraktor wajib membuat jadwal waktu kerja yang telah dikoordinasikan dengan jadwal waktu
pekerjaan lain yang berhubungan

3.1.3. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa gambar-gambar / spesifikasi dari
pekerjaan lain yang berhubungan, supaya didapat mutu pekerjaan yang baik.

3.1.4. Bila terdapat kelainan, baik dalam gambar maupun spesifikasi pekerjaannya dengan pekerjaan
lain, Kontraktor wajib melaporkan kepada Pengawas.

3.1.5. Dengan koordinasi dengan kontraktor terkait, Kontraktor harus sudah memasang konduit yang
berada di dalam beton sebelum pengecoran, dan konduit di dalam dinding sebelum penyelesaian
dinding, dan instalasi konduit, kabel, dan sebagainya di plafon sebelum plafon ditutup. Dalam
hal terjadinya kelalaian, maka Kontraktor elektrikal bertanggungjawab penuh baik untuk
melaksanakan instalasi yang bersangkutan maupun untuk mengembalikan hasil pekerjaan lain
(arsitektur dan struktur) kepada kualitas yang direncanakan.

3.2. Pengujian

3.2.1. Prosedur Pengujian

3.2.1.1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pengawas/ Pemilik Proyek bila instalasi
sebagian atau keseluruhan telah seselai dipasang dan siap diuji.

3.2.1.2. Kontraktor bertanggungjawab atas pengadaan alat, tenaga dan format untuk pengujian.

3.2.1.3. Pengawas/Pemilik Proyek berhak memerintahkan kepada Kontraktor setiap saat,


untuk melakukan pengujian bila Pengawas/Pemilik Proyek merasa bahwa pekerjaan
tersebut sudah dapat diuji.

3.2.1.4. Pengujian sebagian pekerjaan yang sudah selesai dapat merupakan bagian dari
pengujian keseluruhan, sehingga test harus ditandatangani / disahkan oleh Pengawas
dan Pemilik Proyek.
3.2.1.5. Semua hasil pengujian dan pengetesan harus dibuatkan Berita Acara yang di tanda
tangani oleh semua pihak.

3.2.2. Hasil pengujian yang tidak baik

3.2.2.1. Bila didapat hasil pengujian yang tidak baik, Kontraktor harus segera memperbaiki
pekerjaannya.

3.2.2.2. Pengawas berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk membongkar


pekerjaannya bila ternyata hasil uji tidak baik karena kecerobohan pekerjaan
Kontraktor.

3.2.2.3. Setelah perbaikan dan dianggap memuaskan oleh Pengawas dan Pemilik Proyek,
pengujian dapat diulangi atas tanggungan biaya Kontraktor.

3.2.2.4. Bila pengujian mendapat hasil buruk sebanyak 3 ( tiga ) kali setelah diperbaiki,
Kontraktor wajib membongkar pekerjaannya.

3.2.2.5. Pengujian dilakukan sampai mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan pasal-pasal
diatas.

3.3. Petunjuk Pemeliharaan

3.3.1. Kontraktor wajib melengkapi buku / brosur petunjuk pemeliharaan / perbaikan peralatan yang
diadakannya.

3.3.2. Petunjuk-petunjuk tersebut harus diadakan dalam rangkap 3 ( tiga ), masing-masing dimasukkan
ke dalam satu map, disusun dengan baik dan diserahkan kepada Pemilik Proyek.

3.3.3. Semua peralatan atau material yang akan dipasang diluar bangunan harus diproteksi dengan cat
anti karat atau anti korosi.

3.4. Gambar Terbangun (As-built Drawings)

3.4.1. Setelah seluruh instalasi dipasang dan diuji dengan baik, Kontraktor wajib membuat gambar
revisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.4.2. Kontraktor diwajibkan membuat dalam 5 ( lima ) set cetak biru ditambah 1 set cetak sepia, untuk
diserahkan kepada Pemilik Proyek.
BAB II. TATA UDARA DAN VENTILASI

1. UMUM

1.1. Kontraktor wajib mengadakan bahan dan melakukan pemasangan yang diperlukan didalam
instalasi ini dengan baik dan rapi, melakukan penyetelan serta pengujian, baik untuk tiap bagian
dari sistem maupun untuk keseluruhan sistem guna mendapatkan suatu operasi dari Sistem
secara sempurna dan memuaskan.

1.2. Kontraktor wajib melengkapi seluruh bagian sistem sehingga secara keseluruhan merupakan
suatu sistem yang lengkap dapat berfungsi dengan baik.

1.3. Gambar-gambar dan spesifikasi merupakan satu kesatuan yang saling menunjang dan
melengkapi. Gambar rencana hanya menggambarkan letak, ukuran besaran dan lain-lain dari
peralatan secara garis besar.

1.4. Kontraktor wajib membuat gambar detail pelaksanaan/pemasangan ( Shop Drawing ) dari
semua peralatan/equipment lengkap dengan ukuran, letak, cara pemasangan sambungan-
sambungan, peletakan equipment yang satu terhadap yang lain, untuk mendapatkan persetujuan
konsultan perencana.

1.5. Kontraktor diwajibkan membuat gambar terpasang (As Built Drawing) sesuai dengan keadaan
sebenarnya disertai petunjuk cara pengoperasian dan perawatan mesinnya.

1.6. Sistem pendinginan udara untuk gedung ini menggunakan wall mounted yang perletakan nya
Mesin-mesin dan peralatan lainnya secara garis besar seperti yang tercantum dalam gambar.

2. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, testing sampai berjalan dengan baik semua peralatan bantu
Air Conditioning, kelengkapan instalasi seperti outdoor unit, indoor unit, piping, listrik dan sebagainya.
secara terperinci sebagai berikut :

a. Pengadaan, pemasangan dan penyetelan Unit AC indoor dan outdoor berikut pemipaan refrigerant
dan pipa drain lengkap fitting-fitting.

b. Pengadaan dan pemasangan panel-panel listrik AC, pengkabelan, grounding system, kontrol dan
sebagainya

c. Pengadaan, pelaksanaan pekerjaan sipil yang ada hubungannya dengan pekerjaan instalasi Air
Conditioning, seperti pondasi mesin, outdoor unit, piping, support FCU.

d. Pelaksanaan pengujian sistem Air Conditioning, sehingga berfungsi sesuai rencana.

e. Pengadaan, pemasangan dan penyetelan Exhaust Fan ruangan.


f. Pelaksanaan pengujian sistem Exhaust Fan ruangan, sehingga berfungsi sesuai rencana.

g. Mengadakan pemeliharaan selama masa pemeliharaan secara kontinue dan mendidik para operator
yang ditunjuk pemberi tugas, mengenai tata cara operasi, service dan maintenance system .

h. Memberikan garansi terhadap perawatan atau mesin yang dipasang waktu instalasi sistem ini. dan
memberikan gambar instalasi yang terpasang, buku petunjuk cara operasi service dan maintenance
kepada pemilik proyek.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

3.1 Selama pemasangan berjalan, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa yang terbuka untuk
mencegah masuknya tanah, debu kotoran dan lain lain.

3.2 Kontraktor harus menguji semua motor yang telah terpasang pada beban normal, dan menyerahkan
data pengujian kepada Pengawas.

3.3 Kontraktor harus menyediakan dan memasang semua dudukan (support) atau penggantung (hanger)
untuk pipa, dan alat-alat lain yang diperlukan .

3.4 Semua hanger dan support harus dicat dua lapis cat yang tidak mengelupas.

3.5 Pemasangan pipa :

a. Harus menyediakan dan pemasangan pipa refrigerant dari bahan tembaga dilapisi isolasi sesuai
gambar dan spesifikasi teknis Pipa drain dari pipa pvc class AW. Semua pipa harus
ditumpu/digantung terhadap konstruksi bangunan dengan kokoh dan rapi

b. Bahan isolasi dari armaflex atau sejenisnya yang tahan api (fire resistant).

c. Ketebalan isolasi pipa refrigerant dan pipa drain adalah sebagai berikut :

 Pipa refrigerant :

 Pipa ø 25 mm dan lebih kecil, tebal isolasi 20 mm.

 Pipa ø 32 mm s/d ø 60 mm tebal isolasi 25 mm.

 Pipa drain :

 Pipa ø 25 mm dan lebih kecil, tebal isolasi 13 mm.

 Pipa ø 32 mm s/d 60 mm tebal isolasi 13 mm (atau standrat dari Pabrik .)

 Pipa harus ditanam didalam dinding dan disalurkan ke instalsi air bekas

3.6 Sistem pengaturan otomatic dan instrumentasi.

 Harus menyediakan dan memasang sistem otomatic untuk temperatur, kelembaban dan
instalasi AC sehingga berfungsi sebagaimana yang di inginkan.
 Menyediakan dan memasang semua Kontrol panel yang diperlukan untuk instalasi ini , berikut
wiring sampai kepower panel.

4. SPESIFIKASI MESIN PENDINGIN

a. Setiap bagian dari bahan dan peralatan yang akan digunakan harus dapat dipergunakan secara
normal pada temperatur keliling tidak kurang dari dari 24 derajat celsius dan kelembaban relatif
tidak kurang dari 80 %.

b. Semua bagian dinding dan rangka peralatan ini harus diproses anti karat dan sesuai pemakaian
diluar/didalam bangunan/ruang. Pada dalam dari peralatan, harus disesuaikan bahan isolasi yang
cukup baik untuk mengurangi penambahan beban terhadap mesin.

c. Bagian penyaring udara adalah jenis yang dapat dicuci dan mempunyai efisiensi penahan debu tidak
kurang dari 65 % dan memberikan tahanan pada aliran udara tidak lebih dari 2,5 mm tekanan air
pada kecepatan udara 2 MPS.

d. Coil - condensor terbuat dari bahan tembaga yang dilengkapi dengan sirip - sirip yang terbuat dari
bahan alumunium yang direkatkan secara mekanis.

e. Evaporator Fan adalah type curve digerakkan oleh motor listrik secara langsung dengan
menggunakan Fan hendaknya dilengkapi dengan adjustable / flexible pully yang dapat diatur untuk
menyesuaikan jumlah udara seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.

f. Fan harus dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan suatu beban mekanis yang balance, baik
secara statis maupun secara dinamis terhadap motor penggeraknya Motor fan hendaknya dilengkapi
dengan dudukan yang rapat yang dapat diatur untuk menyesuaikan jarak antara fan dan motor.

g. Dibagian bawah dari alat ini hendaknya mempunyai kemampuan untuk menampung air condensasi
yang mungkin timbul dan diisolasi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan condensasi
dibagian luarnya.

5. PENGUJIAN MESIN PENDINGIN

Kontraktor harus melaksanakan seluruh pengujian/test dan balancing peralatan sistem air conditioning,
disaksikan oleh Pengawas, Pemilik Proyek serta pihak-pihak lain yang diperlukan kehadirannya.

Jenis pekerjaan pengujian, balancing dan ajusting instalasi ini secara garis besarnya mencakup persoalan
persoalan sebagai berikut :

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi, Kontraktor diwajibkan mengetahui lintasan dan posisi
dari instalasi listrik , grounding sistem, pipa air, sanitasi yang ada hubungannya dengan pekerjaan
pemipaan AC.

b. Pekerjaan dianggap selesai dan diterima apabila telah dilakukan test dan dinyatakan baik secara
tertulis oleh Pengawas.
c. Fan yang terpasang peralatan ventilasi (Fan) pada gedung ini seperti yang di tunjuk dalam gambar
ini dan daftar peralatan ini melengkapi dokumen tsb. Fan harus sudah dapat sertifikat sesuai standard
yang diberikan oleh pabrik mempunyai noise level yang rendah .dalam operasinya. Pemasangan fan
termasuk instalasi kabel dan panel remote On – Off switch .

6. MERK PRODUK AC

Unit Air Conditioning : PANASONIC, DAIKIN, MITSUBISHI, TRANE, MC QUAY, YORK

Fan & Exhaus Fan : KDK , PANASONIC, CKE

Pipa PVC : RUCIKA, MASPION kelas AW

Pipa Tembaga : KEMBLA ,setara

Isolasi Pipa : THERMAFLEX, INSUFLEX setara .


BAB III. PLUMBING

1. UMUM

1.1. Lingkup Pekerjaan

1.1.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan di Bagian ini harus sesuai dengan tuntutan dari seluruh
Dokumen Kontrak.

1.1.2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, perlengkapan dan bahan yang diperlukan untuk
memasang sistem plambing seperti diuraikan dibawah ini atau sesuai yang tercantum dalam
gambar:

- Sistem Pembuangan Air Kotor

- Sistem Pembuangan Air Bekas

- Sistem Vent

- Sistem Penyediaan Air Bersih

- Pengadaan dan Pemasangan Pompa-pompa dan perlengkapannya.

- Pengadaan dan Pemasangan Pipa Air Hujan.

1.1.3. Semua pekerjaan dan kewajiban yang relevan yang dispesifikasikan dalam Spesifikasi Umum
Pekerjaan Mekanikal.

1.2. Pekerjaan Terkait

1.2.1. Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam Spesifikasi Umum Pekerjaan Mekanikal.

1.2.2. Pekerjaan yang dispesifikasikan dalam Pekerjaan Hidrant (Fire Hydrant)

1.2.3. Pekerjaan yang berhubungan:

- Semua pekerjaan mekanikal/ plumbing

- Semua pekerjaan elektrikal

- Pekerjaan plafon

- Pekerjaan dinding dan partisi

- Pekerjaan struktur beton

1.3. Referensi

- Seperti yang dispesifikasikan dalam Spesifikasi Umum Pekerjaan Mekenikal

- BS 1387/67 Pipa Galvanized


- JIS K6741/42 Pipa PVC

1.4. Pengajuan

1.4.1. Lakukan pengajuan sesuai dengan yang dicantumkan dalam Spesifikasi Umum Pekerjaan
Mekanikal .

1.4.2. Ajukan Gambar Kerja dan detail (shopdrawing) yang telah dikoordinasikan antar pekerjaan
meknikal elektrikal sesuai dengan tempat lapangan pekerjaan atau sebab lainnya diajukan oleh
Kontraktor kepada Pengawas untuk mendapatkan pengesahannya.

1.4.3. Shopdrawing menunjukkan layout and pipe, valves and lokasi valves, shock absorber, dan
sebagainya.

1.5. Jaminan Kualitas

1.5.1. Kontraktor paling sedikit berpengalaman 5 tahun dalam pemasangan plumbing jenis yang sama
untuk skala proyek setara.

1.5.2. Kontraktor harus mengdakan koordinasi di bawah Pengawas dengan pekerjaan:

- Semua pekerjaan mekanikal/ plumbing

- Semua pekerjaan elektrikal

- Pekerjaan plafon

- Pekerjaan dinding dan partisi

- Pekerjaan struktur beton

1.5.3. Gunakan fitting yang berasal dari merek yang sama dengan merek pipa dan jenis yang dijamin
kompatibilitasnya.

2. BAGIAN II - PRODUK

2.1. Umum

Bahan yang diuraikan disini harus dipasang lengkap dengan perlengkapan dan fittingnya sesuai dengan
gambar.

2.1.1. Sambungan Alat Plambing: Sambungan antara alat plambing keramik dan pipa air kotor / air
bekas harus dibuat rapat gas dan rapat air.

2.1.2. Katup Penggelontor: Katup penggelontor harus dari jenis “non hold open”.

2.2. Alat Saniter

Toilet, wastafel, urinal, dan sebagainya seperti tercantum dalam Daftar Alat Saniter
2.3. Sistem air bersih

2.3.1. Semua pipa air bersih harus dari bahan pipa baja di galvanis, “Galvanized Steel Pipes for Water
Services” ( BS 1387/67 Class Medium ).

2.3.2. Fitting untuk pipa baja galvanis harus dari besi yang di galvanis.

2.4. Sistem air kotor, air bekas, dan Vent

2.4.1. Pipa Air Kotor, Air Bekas dan Vent menggunakan PVC, Kelas AW/VP meneurut JIS K6741
atau SII 0344-82:S10

2.4.2. Bahan pipa harus sesuai dengan persyaratan berikut dan dipasang seperti tertera pada gambar.

2.4.3. Type socket dipasang dengan cara penyambungan “SOLVENT” ( Solvent Cement Method ).

2.5. Perlengkapan

2.5.1. Pengering lantai ( floor drain ) dengan jebakan air (water trap) harus mempunyai saringan
kuningan berlapis chrome yang dapat dibuka sesuai dengan Toto, setara.

2.6. Pompa

2.6.1. Jenis dan kapasitas pompa seperti dicantuDireksi Lapanganan dalam Daftar Peralatan

2.6.2. Merek yang direkomendasikan:

No PERALATAN / BAHAN PLUMBING MERK/PABRIK


PEMBUAT

1 POMPA TRANSFER GRUND FOSS, SANYO,


PANASONIC

2 POMPA BOOSTER GRUND FOSS, EBARA,


WASSER

3 TANKI STAINLESS STELL PENGUIN atau yang setara

4 PIPA AIR BERSIH PVC / AW Standar JIS- RUCIKA, PRALON


6741/42,JIS-6739

5 PIPA AIR KOTOR & VENT PVC / AW RUCIKA, PRALON


Standar JIS-6741/42, JIS-6739
6 BALL VALVE TOYO, KITAZAWA

7 CHECK VALVE ONDA

8 STRAINER ONDA

3. BAGIAN III - PELAKSANAAN

3.1. Umum

3.1.1. Kontraktor wajib mempelajari gambar dan bertanggungjawab atas pemasangan dengan bahan
dan perlengkapan yang semestinya.

3.1.2. Hubungan Silang ( Cross Connection )

3.1.2.1. Alat plambing, perlengkapan dan pipa yang dipasang diperbolehkan terjadi
hubungan silang antara air bersih dengan air kotor, dengan syarat urutan perletakan
dari atas ke bawah:

1. Pipa Air Bersih

2. Pipa Air Bekas

3. Pipa Air Kotor

3.1.3. Sambungan ke Perlengkapan dan Alat Plambing

3.1.3.1. Kontraktor harus menyediakan bahan dan tenaga yang diperlukan untuk
menyambung alat plambing dan perlengkapan lainnya pada sistem pemipaan.

3.1.3.2. Semua alat plambing atau perlengkapan lain yang dihubungkan dengan pipa air
kotor / air bekas harus diperlengkapi dengan perangkap.

3.1.3.3. Setiap bagian pipa air bersih yang melayani alat plambing atau perlekapan lainnya,
kecuali kran biasa, kran penggelontor atau katup lainnya yang dilengkapi dengan
katup penutup yang dapat digunakan untuk menyetop aliran air pada waktu
perbaikan dan pemeliharaan, tanpa mengganggu kerja alat plambing dan
perlengkapan lainnya.

3.1.4. Pemipaan

3.1.4.1. Bahan pemipaan dan perlengkapan yang dipasang dalam sistem plambing harus sesuai
dengan tekanan yang dilayani.
3.1.4.2. Beberapa offset, fitting dan alat lainnya yang mungkin diperlukan, namun tidak
tercantum dalam gambar, dianggap Kontraktor sudah mengetahui diperlukannya
peralatan tersebut.

3.1.4.3. Kontraktor diwajibkan mengatur pekerjaan dan menyediakan semua pemipaan,


fitting, perangkap, katup serta peralatan yang diperlukan.

3.1.5. Pembobokan, Pemotongan dan Perbaikan

3.1.5.1. Pembobokan tembok atau beton, pemotongan kabel, pemotongan pipa, ducting dan
perlengkapan lainnya hanya dapat dilaksanakan setelah distujui oleh Direksi
Lapangan.

3.1.5.2. Perbaikan akibat tersebut diatas harus dikerjakan oleh ahli yang menguasai bidangnya.

3.1.6. Pengaman Alat Plambing, Bahan dan Perlengkapan

3.1.6.1. Pada waktu pemasangan, lubang pipa harus ditutup dengan dop, plug atau penutup
sejenis yang sesuai.

3.1.6.2. Alat plambing dan perlengkapan harus ditutup dan dilindungi terhadap kotoran, air,
bahan kimia atau kerusakan mekanis.

3.1.6.3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, semua alat plambing, bahan dan perlengkapan
harus dibersihkan dan ditest.

3.1.7. Selubung

3.1.7.1. Pipa yang menembus beton atau tembok harus dipasang melalui selubung yang
dipasang pada waktu pelaksanaan beton dan tembok yang bersangkutan.

3.1.7.2. Selubung tersebut harus rata permukaannya dengan bagian yang ditembus oleh pipa.

3.1.7.3. Ukuran selubung adalah sedemikian rupa, sehingga celah bebas dengan pipa
sekurang-kurangnya 6 mm. Celah antara pipa dengan selubung tersebut harus diisi
dengan bahan rapat air.

3.1.8. Selubung pipa menembus atap: Pipa yang menembus atap harus diselubungi dengan timah
hitam atau tembaga dan flens integral yang cukup ukurannya, melebar, tidak kurang dari 20
mm ke segala arah diukur dari pipanya dan menutup atap, sehingga terdapat hubungan yang
rapat air.

3.1.9. Perangkap air

3.1.9.1. Setiap alat plambing atau perlengkapan yang perlu dihubungkan dengan sistem
pembuangan air kotor / air bekas, harus dilengkapi dengan perangkap yang sesuai
dengan penggunaannya, kecuali alat plambing atau perlengkapan yang sudah
memiliki perangkap integral.
3.1.9.2. Setiap perangkap harus ditempatkan sedekat mungkin dengan alat plambing yang
dilayani, tidak dibenarkan adanya alat plambing yang diberi perangkap dua kali.

3.1.10. . Penggantung dan Penumpu Pipa

3.1.10.1. Letak penggantung dan penumpu pipa harus disesuaikan dengan pekerjaan struktur,
agar struktur tersebut dapat menyerap beban dari penggantung dan penumpu.

3.1.10.2. Jarak penggantung pipa tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel
berikut ini :

Ukuran Pipa Batas Max Ruang


Jenis Pipa
Interval (m) Interval (m) Mendatar Tegak

Sampai 20 1.8 2.0

25 s/d 40 2.0 3.0

Pipa Baja 50 s/d 80 3.0 4.0

100 s/d 150 4.0 4.0

200 atau lebih 5.0 4.0

50 s/d 65 0.6 0.9

80 0.9 1.2
Pipa PVC
100 1.2 1.5

150 1.8 2.0

Bahan penggantung dan pemipaan pipa dari UNP 100. Semua penggantung dan
pemipaan pipa harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum dipasang dan dicat
finish dengan warna yang disetujui oleh DIREKSI LAPANGAN / Pengawas.

3.1.11. Penumpu Alat Plambing

3.1.11.1. “Wall Hung Fixtures” harus dipasang pada dinding dengan baut yang tidak
mengganggu. Kepala baut ( exposed ) yang tampak, harus segi enam stainless steel
atau dilapisi chrome atau..
3.1.11.2. Mur yang tampak harus dari mur kap segi enam stainless steel atau dilapis chrome.
Cincinnya harus dilapisi chrome, supaya seragam dengan kepala baut atau mur nya.

3.2. Sistem air bersih

3.2.1. Pipa air bersih harus dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat dikosongkan sama sekali.
Pengosongan dapat dilakukan dengan pemasangan fitting pembuangan, bertutup pada titik
tempat terendah, kecuali bila sudah ada kran.

3.2.2. Kontraktor harus memotong pipa dengan cermat, pemotongan tidak boleh dilakukan dengan
paksa dan harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pelemahan konstruksi sebagai akibat
pasangan pipa.

3.2.3. Pipa yang tampak ( exposed ) harus sejajar dengan garis-garis bangunan, kecuali bila dinyatakan
lain.

3.2.4. Pencabangan pipa air bersih dapat dilakukan dari bagian atas, bawah atau samping pipa sesuai
dengan kondisi struktur dan instalasi setempat.

3.2.5. Pipa, katup dan fitting harus ditempatkan pada jarak yang cukup dari pekerjaan lain. Jarak
terhadap pipa lain minimal adalah 25 mm.

3.2.6. Perubahan ukuran pipa dilakukan dengan fitting pengecil ( reducing fitting ). Pemakaian
bushing tidak dibenarkan. Perubahan arah aliran harus dilakukan dengan fitting. Penyambungan
pipa baja galvanis dilakukan dengan sambungan berulir atau dengan flens bila dinyatakan dalam
gambar.

3.2.7. Pemasangan pipa dan fittingnya harus dilakukan sesuai dengan petunjuk pabriknya.

3.2.8. Sambungan ulir harus berulir pipa sesuai dengan ISO/R7 dan dilapis seal tape pada bagian ulir
jantannya.

3.2.9. Pipa yang tertanam dalam tanah harus dilapis dengan Flincote 2 lapis.

3.2.10. Katup: Katup harus dipasang pada pipa air bersih sebelum sampai ke alat plambing atau
perlengkapan. Semua katup harus gate valve / 10 K atau sesuai yang tertera didalam gambar.

3.2.11. Wartel mur: Wartel mur harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai dan tidak boleh
tertutup oleh dinding, langit-langit atau partisi.

3.3. Pemasangan Pipa Air Kotor

3.3.1. Pipa Air Kotor, Air Bekas yang mendatar dipasang sesuai dengan kemiringan 1 %.

3.3.2. Bila karena sesuatu hal kemiringan tersebut tidak dapat dipenuhi, Kontraktor dapat
mengusulkan kemiringan lain kepada Direksi Lapangan.
3.3.3. Pipa vent dan cabangnya harus dipasang dengan kemiringan ke arah alat plambing, sehingga air
pengembunan yang mungkin terjadi dapat mengalir.

3.3.4. Perubahan ukuran pada pipa air kotor harus dilakukan dengan pemasangan “reducer”,
penggunaan “bushing” tidak dibenarkan. Perubahan arah harus dilakukan dengan penggunaan
45° wye, belokan ¼, 1/6, 1/8, 1/16 atau kombinasi fitting ekivalen.

3.3.5. Tee sanitary dan belokan ¼ atau siku hanya dapat dipasang pada pipa air kotor dengan
perubahan arah dari datar ke tegak. Pemasangan pipa dan fitting harus sesuai dengan petunjuk
produsennya.

3.4. Gambar tertpasang dan petunjuk pemeliharaan

3.4.1. As-Built Drawing

3.4.1.1. Kontraktor diwajibkan untuk membuat Gambar Terpasang ( as-built drawing ) dari
seluruh sistem.

3.4.1.2. Gambar Terpasang dibuat selama pengerjaan pemasangan sistem. Pada Gambar
Terpasang harus tercantum jarak-jarak, kedalaman-kedalaman, tinggi-tinggi bagian
dari sistem terhadap bagian-bagian dari gedung atau struktur yang nyata sebagai
referensi. Gambar Terpasang harus disahkan oleh Direksi Lapangan.

3.4.2. Penjelasan Cara Bekerja, Petunjuk Pemeliharaan, dan Pelatihan Lakukan seperti seperti
tercantum dalam Spesifikasi Umum Mekanikal

3.5. Pengujian dan Desinfektan

3.5.1. Sistem Drainase

3.5.1.1. Pipa air kotor, air bekas, ven dan air hujan harus diuji oleh Kontraktor dan disetujui
oleh Direksi Lapangan. Saluran air kotor dan air buangan dibawah tanah harus diuji
sebelum ditimbun kembali. Segala perlengkapan pengujian harus disediakan oleh
Kontraktor.

3.5.1.2. Pipa Air Kotor, Air Bekas dan Ven

3.5.1.3. Semua pipa harus diuji dengan air sebelum alat plambing dipasang. Setelah alat
plambing dipasang dan perangkapnya diisi air, maka pada seluruh sistem pipa
buangan dan ven harus dilakukan pengujian akhir dengan asap atau uap peppermint.

3.5.1.4. Pengujian dengan air

3.5.1.5. Pengujian dengan air dilakukan pada seluruh atau sebagian sistem pipa buangan.

3.5.1.6. Bila seluruh sistem yang diuji, semua lubang pada pipa harus ditutup rapat, kecuali
lubang teratas, kemudian diisi air sampai meluap.
3.5.1.7. Bila sebagian dari sistem yang diuji, semua lubang harus ditutup rapat, kecuali lubang
tertinggi, kemudian tiap bagian diisi air dan diuji sekurang-kurangnya dengan tekanan
3 meter kolom air.

3.5.1.8. Air harus ditahan selama 15 menit sebelum mulai dengan pemeriksaan. Semua
sambungan harus tidak bocor. Bila bocor harus diperbaiki dan diuji kembali.

3.5.2. Sistem Air Bersih

3.5.2.1. Bila pemipaan air bersih sudah selesai dipasang dan alat plambing belum dipasang,
seluruh sistem pipa air bersih harus diuji dengan tekanan hidro statis sebesar 1.5 x
tekanan kerja ( 10 kg/cm2 ) selama 24 jam, tanpa adanya kebocoran, sebelum
dilakukan pemeriksaan pada sambungannya.

3.5.2.2. Bila ada bagian pipa yang terpaksa harus ditutup sebelum penyelesaian, maka bagian
ini harus diuji lebih dahulu tersendiri.

3.5.2.3. Kerusakan: Bila pada pemeriksaan atau pengujian ditemukan kerusakan, maka
pekerjaan atau bahan yang rusak harus diganti atau diperbaiki seperlunya, kemudian
harus dilakukan pemeriksaan dengan pengujian ulang. Untuk perbaikan pada pipa
harus digunakan bahan baru.

3.5.2.4. Pembersihan dan Penyetelan

- Perlengkapan, pipa, katup, fitting dan alat plambing harus bersih dari lemak,
potongan logam dan lumpur yang mungkin terkumpul selama pengujian.

- Kontraktor harus mengadakan perbaikan karena adanya penyumbatan, perubahan


warna dan kerusakan lainnya pada bagian bangunan sebagai akibat kegagalannya
membersihkan sistem pipa.

- Katup penggelontor harus disetel agar dapat bekerja dengan baik.

3.5.2.5. Desinfeksi

- Setelah pengujian dengan tekanan selesai, seluruh sistem air minum digelontor
dengan air, sehingga semua kotoran dan lumpur terkuras habis.

- Kemudian diberikan khlorinasi dengan bahan larutan khlor atau hypochloride.

- Dosis yang diberikan pada sistem air minum tidak kurang dari 50 ppm dan harus
dilakukan dengan cara yang dibenarkan.

- Air khlorinasi agar bakteri yang tidak membentuk spora terbunuh semua.

- Waktu retensi sekurang-kurangnya adalah 24 jam, khlor diberikan 10 ppm


diberikan pada ujung terjauh dari sistem tersebut setelah waktu retensi berakhir.
- Semua katup pada saat khlorinasi harus dibuka dan ditutup beberapa kali. Semua
sistem tersebut harus digelontor dengan air, sehingga sisa khlor mencapai kurang
dari 1 ppm.

- Pada waktu penggelontoran semua katup dan kran ditutup dan dibuka beberapa
kali.

- Direksi lapangan akan mengambil contoh air dari berbagai titik pengambilan
untuk pemeriksaan bakteriologis.

- Desinfeksi harus diulangi selama dua hari, hingga tidak terdapat tanda polusi
pada seluruh sistem air bersih.

PASAL 20
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

20.1. Perselisihan

a. Bila terdapat perselisihan pendapat antara Kontraktor dengan Direksi/Pengawas atas suatu bahan
bangunan, maka Direksi/Pengawas harus meminta kontraktor untuk mengambil contoh bahan yang
dipertentangkan untuk dikirim kelaboratorium pemeriksaan bahan bangunan.

b. Semua biaya untuk pemeriksaan bahan bangunan menjadi tanggungan Kontraktor.

c. Contoh bahan yang sudah disetujui Direksi/Pengawas digunakan sebagai setandar bahan-bahan
yang akan digunakan selanjutnya.

20.2. Hasil pemeriksaan.


Sementara masih diadakan pemeriksaan bahan-bahan dilabolatorium, pekerjaan boleh berjalan terus dengan
catatan, apabila ternyata bahan yang dipermasalahkan tidak memenuhi syarat, pekerjaan harus dibongkar kembali
dan diganti dengan bahan yang disetujui Direksi/Pengawas.

PASAL 21
PEKERJAAN AKHIR

21.1 Pembersihan akhir dapat dilakukan/dikerjakan setelah semua pekerjaan pelaksanaan selesai dikerjakan
atau setelah mendapat persetujuan Pengawas/Direksi.

21.2 Semua sisa – sisa hasil pekerjaan atau bongkaran harus segera dihilangkan dari dalam areal site setelah
mendapat persetujuan Pengawas/Direksi.
21.3 Apabila masih ada pekerjaan yang kurang baik atau belum sempurna pada saat pembersihan akhir
berakhir maka perbaikan – perbaikan dari pekerjaan tersebut dapat dikerjakan pada saat masa
pemeliharaan atau sesuai dengan petunjuk Pengawas/Direksi.

21.4 Kontraktor wajib menyerahkan dokumen pelaksanaan masing-masing rangkap 3 (tiga) berupa :

e. Gambar Pelaksanaan As-build drawing

f. Album foto

Disetujui Dibuat Oleh


Pengelola Teknis Konsultan Perencana
CV. ……………………….

…………………………………… …………………………
Direktur

Mengetahui/ Menyetujui
Pejabat Pembuat Komitmen

………………………………………….
NIP. …………………………………….

Anda mungkin juga menyukai