Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh
seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar
Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat Syarat (Bab I: Syarat Syarat Umum Pekerjaan dan Bab II:
Syarat Syarat Teknis Pekerjaan) seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan/atau kesimpang-siuran
informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan
Pengawas dan Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
Pasal 1
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang
dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini:
Pasal 2
Memulai Kerja
(2) Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat
berbagai perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan
instalasinya.
(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja,
Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui.
Pasal 4
Papan Nama Kegiatan
Pasal 5
Kuasa Kontraktor di Lapangan
(2) Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
(3) Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat
Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapat
persetujuan.
(4) Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan
pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk
mengganti ‘Pelaksana’.
Pasal 6
Rencana Kerja
Pasal 7
Los Pengawas, Los Kerja, Gudang Bahan
Dan Lain Lain
(2) Kantor Kontraktor, los kerja dan gudang bahan Kontraktor/Pemborong disediakan oleh
Pemilik Pekerjaan dan End User.
Pasal 8
Kesejahteraan dan Keselamatan Pekerja
(1) Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup
di tempat pekerjaan untuk para pekerja.
(3) Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, Apabila terjadi kerusakan-
kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
(6) Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan
pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan Jamsostek
memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pasal 9
Tenaga dan Sarana Kerja
a) Site Manager/Pelaksana sebagai Penanggung jawab Lapangan yang terampil dan ahli
dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna
memenuhi kewajiban menurut kontrak.
Pasal 11
Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
(1) Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Administrasi.
(2) Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-
data yang diperlukan menurut data keadaan sebenarnya.
(3) Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara
rutin.
(4) Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk
bahan monitoring.
Pasal 12
Penjelasan Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS) serta Gambar
(1) Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.
(2) Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, lokasi, seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan di dalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian
antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam
gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara
tertulis.
(3) Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
(4) Ukuran.
a) Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi ukuran dari :
As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam
b) Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm dan cm.
c) Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
d) Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang
akan dipakai dan dijadikan pegangan.
e) Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari
gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa teknis,
dan apabila terjadi kesalahan akibat kelalaian kontraktor dalam berkoordinasi dengan
konsultan pengawas/Direksi teknis maka menjadi tanggung jawab Kontraktor baik dari
segi biaya maupun waktu.
ELK : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya Listrik dan
Penerangan.
MEK: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih, Air Kotor, Drainase,
Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem
Pengkondisian Udara.
g) Shop drawing
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas.
Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik
yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun
di dalam Buku ini.
Kontraktor “wajib” mengajukan “shop drawing” tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis.
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek
dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
h) Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”
1) Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
2) Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat
gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing).
Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan
kontraktor.
Pasal 13
Tanggung-jawab Kontraktor
(1) Kontraktor harus bertanggung - jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan
- ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
(2) Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pejabat Pembuat Komitmen untuk melihat,
mengawasi, menegur, atau memberi instruksi tidak mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut di atas.
(3) Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya
Kontraktor sendiri.
(4) Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen melalui
Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas
kerusakan yang timbul.
(5) Kontraktor “bertanggung-jawab” atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
(6) Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tangung-jawab Kontraktor.
(8) Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor “bertanggung-jawab” atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
(9) Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan
sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala
pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal 14
Ketentuan dan Syarat Bahan Bahan
(1) Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS) ini maupun
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun
syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia
(SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan
kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
(4) Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan
tersebut.
Pasal 15
Pemeriksaan Bahan Bahan
(1) Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
(2) Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan
selambat-lambatnya dalam tempo 2 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
(3) Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/ Perencana
dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana
berhak “memerintahkan pembongkaran” kembali kepada kontraktor yang mana segala
kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor
sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan “denda sebesar 1 o/oo (satu permil)
dari harga borongan”.
(4) Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium Balai Penelitian
Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh
Kontraktor.
(5) Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas
dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
(6) Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap
tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Pasal 16
Supplier dan Sub Kontraktor
(1) Jika Kontraktor menunjuk Supplier dan/atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor) di dalam
hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor “wajib” memberitahukan
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
(2) Supplier “wajib” hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.
Pasal 17
Pembersihan Tempat Kerja
(1) Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan,
dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah
kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini
mencakup juga perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
(2) Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan rintangan lainnya yang muncul, yang
tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila
perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian
sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan
material yang memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum
sesuai AASHTO T 99.
Pasal 18
Perlindungan Utilitas.
2) Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada daerah
sekitar utilitas itu, Kontraktor harus mempergunakan metoda konstruksi yang memadai,
menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, tanpa ada pembayaran tambahan,
dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu.
Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh
pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor.
Pasal 19
Pengukuran Kondisi Tapak dan Penentuan Peil
Pasal 20
Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank)
Pasal 21
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
(1) Ijin memasuki tempat kerja Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi
kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan
tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang
dibuat.
(5) Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian
lainnya.
BAB II
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
(SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN)
Pasal 22
Umum
Semua penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut di atas akan dijelaskan dalam butir -butir
penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan. Semua pekerjaan yang
termasuk dalam ruang lingkup Pekerjaan yang tidak dijelaskan dalam RKS akan dijelaskan
kemudian dalam Risalah Aanwijzing, dan pihak Kontraktor harus melaksanakannya sesuai
Gambar Kerja. Penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut di atas akan dijelaskan dalam butir-
butir penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan.
Pasal 23
Pembersihan Lokasi Pekerjaan
(1) Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu dibersihkan
dari berbagai macam kotoran, sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang akan
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
(2) Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan
dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.
Pasal 24
Perlindungan Instalasi Existing
(1) Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam
Tapak/Site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana/Pengawas masih berfungsi
dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, kontraktor harus menjaga
dan memeliharanya dari gangguan/cacat.
(2) Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus
dipindah, maka Kontraktor harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari
Konsultan Pengawas/Direksi.
Pasal 25
Matras/Cerucuk Dolken
Pasal 26
Pekerjaan Pondasi Beton Struktur
b) Bahan Pasir.
1) Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan beton ini adalah Pasir Alam yaitu pasir yang
dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi teknis.
2) Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih
dari 5% berat pasir.
3) Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir’ antara 2 sampai 3 atau jika
diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk
beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :
Saringan No. Persentase satuan timbangan
4 tertinggal disaringan
8 0 – 15
16 6 – 15
30 10 – 25
50 10 – 30
100 15 - 35
PAN 12 - 20
3-7
c) Bahan Agregat Kasar (Koral Beton/Split),
1) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa
Koral/Split sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu.
2) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm, sampai
25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut:
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat
Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat
Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat harus menyesuaikan dengan semua
ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.
3) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan
Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk
menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.
d) Bahan Air.
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium
pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya
dengan ketentuan ketentuan yang ada dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.
e) Selimut Beton.
Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam Gambar Rencana, maka tebal selimut beton untuk satu
sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut:
1) Kolom t = 3 cm
2) Plat lantai beton t = 12 cm.
g) Mengaduk.
Bahan-bahan untuk adukan Beton Site mix mutu beton K-175 harus dicampur dan
diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu batch mixer. Konsultan Pengawas berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila
diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi. Air harus dituang lebih
dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
h) Suhu.
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 320 C dan tidak kurang dari 4,50 C.
Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 270 C dan 320 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
i) Rencana Cetakan.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam Gambar
Rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang
demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk
maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul
waktu pemakaian. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian
dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan
segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.
j) Konstruksi Cetakan.
1) Semua cetakan harus betul-betul diteliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau terjadi perubahan bentuk selama dan
sesudah pengecoran beton.
2) Semua cetakan beton harus kokoh.
Alat-alat dan teknis pelaksanaan yang digunakan harus sesuai dan tepat untuk
membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai dicor
dan memenuhi usia beton untuk dibongkar.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diolesi minyak yang
biasa dipergunakan untuk pekerjaan itu, yang mencegah secara efektif lekatnya beton
pada cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton. Minyak tersebut dipakai
hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak cetakan harus
hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya
daya lekat.
3) Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
k) Pengecoran.
1) Sebelum dilaksanakan pengecoran pihak kontraktor harus terlebih dahulu
mengajukan surat permohonan pengecoran kepada Konsultan Pengawas 3 hari
sebelum dilaksanakan pengecoran.
2) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan beton sesuai dengan Gambar Pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikatan dan lainlainnya selesai dikerjakan. Sebelum
pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3) Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton
baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan
pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton
yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua
genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru
dicor.
4) Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan
masih berlanjut, terhadap system struktur/penulangan yang ada.
5) Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2m, semua penuangan
beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari dimensi
yang sudah ditentukan. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran tidak memenuhi spesifikasi ini yang sudah ditentukan.
6) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari
kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan
material yang diletakkan.
7) Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Konsultan Pengawas serta Pihak Kontraktor
ada di tempat kerja dan telah menyetujui pelaksanaan pengecoran serta persiapan
pengecoran betul-betul telah memadai.
8) Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan
beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type
immerson yang dioprasikan dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit
ketika dibenamkan dalam beton.
9) Konsultan Pengawas berhak menolak persiapan/mobilisasi alat berat yang telah ada
dilapangan jika pekerjaan pengecoran belum disetujui dan segala biaya yang telah
dikeluarkan menjadi tanggungan pihak kontraktor.
m) Perawatan (Curing).
1) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau
disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA bila dimungkinkan.
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
2) Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu
dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang
dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.
3) Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air
pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan
semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa
yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas
sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air
yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi persyaratan spesifikasi
air untuk campuran beton.
n) Perlindungan (Protection).
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
p) Tenaga kerja.
Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan transportasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan semua beton dan semua pekerjaan pada lingkup ini seperti yang
tercantum pada gambar rencana, atau yang disebut dalam spesifikasi, maupun pada
keduanya.
q) Persyaratan Umum.
1) Bekisting/cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai dengan gambar
pelaksanaan untuk pondasi.
2) Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis yang letaknya
sesuai dengan gambar pelaksanaan (Dokumen Lelang).
3) Pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti seperti yang diuraian pada Pasal 26 di
atas (Pekerjaan Pondasi Beton Struktur).
4) Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan
yang diakibatkan oleh kekurang telitian dan kelalaian Kontraktor, harus dilaksanakan
atas biaya Kontraktor.
5) Kekurang tepatan pemasangan karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki/
dibetulkan atau diganti dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
6) Pekerjaan perbaikan yang rusak atau tidak sempurna akibat pengangkutan di Site atau
sebab lain, harus segera dilaksanakan.
Pasal 27
Pekerjaan Pasangan
b) Dalam pekerjaan pasangan dinding bata Sebelum dilaksanakan pemasangan, batu bata
harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh air . Pada saat diletakkan, tidak
boleh ada genangan air di atas.
c) Aduk Perekat/Spesi.
1) Adukan perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah campuran 1 PC : 3
Psr untuk :
Plesteran acian beton.
Dinding pasangan bata daerah basah.
Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
2) Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai aduk
perekat/spesi campuran 1 PC : 5 Psr terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
3) Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 29 dalam Bab ini.
4) Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar-benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk permukaan
yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal.
5) Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai
setinggi permukaan tanah.
6) Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
7) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi 5%. Bata yang
patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
8) Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci halus):
Dinding bata 1/2 batu harus setebal 15 cm.
Pasangan Batu andesit harus setebal 2 – 3 cm.
Pasangan Screed harus setebal 3 cm.
Pasal 29
Pekerjaan Plesteran
b) Jenis Plesteran.
1) Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dihaluskan.
Campuran plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air, yaitu 1 PC : 3 Psr,
dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah
hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
2) Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 5 Psr.
3) Plesteran screed kedap air adalah campuran 1 PC : 3 Psr.
Aduk plesteran ini untuk:
Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 30
cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
Semua bagian permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air
seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm (untuk k.
Mandi) dari permukaan lantai.
4) Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
c) Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan
siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan
dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Tebal Plesteran adalah
minimal 1,5 cm dan maximal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan
menggunakan kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
d) Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal
ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat
mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
Pasal 30
Pekerjaan Pasangan Keramik
Pasal 31
Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Alumunium
b) Kaca
Sesuai dengan persyaratan bahan kaca, Pasal 35 tentang Pekerjaan Kaca.
1. Pekerjaan Kusen
a) Untuk Pekerjaan daun pintu harus memenuhi persyaratan pelaksanaan Pekerjaan
alumunium.
b) Semua ukuran daun pintu dan daun jendela yang tertera dalam Gambar Kerja adalah
ukuran jadi dan harus lurus, tanpa cacat, melenting, cacat akibat benturan, cacat
paku, ataupun retak-retak yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Jika hal-hal
tersebut ditemui, maka Kontraktor harus mengganti dengan biaya ditanggung
Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai biaya kerja tambah.
c) Penyetelan dijaga agar permukaan tidak cacat, kayu penyokong tidak boleh
dipasang pada bidang luar dan dipasang sedemikian rupa sehingga kayu penyokong
mudah dilepas setelah kosen dipasang kokoh.
d) Bagian-bagian yang tertanam atau berhubungan langsung dengan bahan lain seperti
misal tembok, beton serta bagian lain, sebelumnya harus dimeni sampai rata.
e) Setiap kosen baru yang berhubungan dengan dinding harus diberi angkur dari besi
sebanyak 4 buah untuk kosen pintu.
f) Kosen-kosen harus dilindungi supaya sudut-sudutnya tidak rusak selama waktu
penyetelan sampai pengecatan.
g) Semua kosen pintu/jendela, sebelum dan sesudah terpasang harus water pass.
h) Di atas kosen dengan bentangan 100 cm atau lebih harus dipasang balok latei
beton bertulang.
i) Semua sambungan kayu dibuat dengan kaidah secara teknis, rapi, rapat, kuat serta
pada sambungan harus dilem kayu.
j) Semua pekerjaan kosen yang kelihatan, harus diketam sampai halus dan rata.
k) Semua ukuran kayu yang tersebut dalam gambar adalah ukuran kayu jadi
setelah mengalami proses pembuatan antara lain.
Pasal 33
Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela
(Alat Penggantung dan Pengunci)
3) Pegangan (“Handle”)
Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (“Latch Bolt”) secara
Mekanis yg menyatu dengan silinder kunci
Pemakaian : Untuk semua pintu selain KM/WC
Produk : Lokal. mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.
2) Selot Jendela
Mekanisme : Ditarik ke atas (dengan per)
Pemakaian : Semua daun jendela
Spesifikasi : Standard
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu
Produk : Lokal mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.
c) Kehandalan Kerja.
Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum
dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
Pasal 35
Pekerjaan Saniter
b) Wastafel Lengkap
Produk : Mutu terbaik sekualitas (setara) TOTO
Bahan : Keramik/Porslen
Tipe : Standard
Warna : Disesuaikan pas. Keramik dinding.
c) Floor Drain
Produk : Mutu terbaik sekualitas (setara) TOTO
Bahan : Stainless steel
Ukuran : 3”
Perlengkapan (“accessories”) untuk unit-unit saniter tersebut di atas harus lengkap dari
kran sampai pipa pembuangan (“drain”). Semua “accessories” yang terpasang harus utuh,
tidak cacat, dan lengkap. Sedangkan item lingkup pekerjaan lainnya, sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pasal 35
Pekerjaan Langit-langit/Plafond
b) Rangka Langit-langit
Bahan : Hollow
Ukuran : 20.40
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan.
c) Lis Profil Gypsum untuk Plafond Gypsum
Ukuran lis profil : C. 7
Produk : Lokal, mutu terbaik.
Pasal 37
Pekerjaan Pengecatan
Pasal 39
Pekerjaan Plumbing/Sanitasi
(1) Umum
Syarat Syarat Teknis (Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Plumbing/Sanitasi yang diuraikan di sini
adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat Syarat Teknis (Spesifikasi
Teknis) Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS).
(3) Umum
a) Pengecatan.
1) Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga, semua
unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat
dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan pengecetan yang sesuai
dengan bahan masing-masing.
2) Pengecetan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau dinyatakan lain
dalarn spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.
3) Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi
peralatannya dengan cat. Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-perlatan itu kepada. Konsultan
Pengawas.
b) Peralatan.
1) Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-tempat
rendah tertutup.
2) Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan alat ukur
yang tidak dipasang tetap pada tempat tempat yang penting.
3) Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi
serta simetris.
4) Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa ditempat tempat
tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.
c) Ukuran (Dimensi).
Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail terdapat pada Gambar Kerja harus ditaati
oleh Kontraktor. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) Gambar Perencanaan (Gambar
Kerja), dan bila terjadi perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan
dengan Konsultan Pengawas. Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan
pengukuran dan penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
2) Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan
penyangga (support) atau penggantung (hanger). Jarak antara pipa dengan dinding
penggantungan disesuaikan dengan keadaan lapangan.
3) Penyambung Pipa.
Sambungan Ulir.
Penyambung an ulir antara pipa derigan fitting dilakukan untuk pipa dengan diameter
sampai 40 mm (11/2”). Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua
sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan campuran
minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda. Tiap ujung pipa
bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer. Semua pipa
harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai dengan
jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting,
dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press khusus. Pemotongan pipa harus tegak
lurus terhadap pipa.
Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum. Sambungan las ini
berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las/elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mendapatkan
ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Setiap bekas sambungan las harus
segera di cat dengan cat khusus untuk itu.
Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
ruang longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi
tuang atau baja. Untuk yang diinginkan kedap air harus di lengkapi dengan
sayap/flens/water stop. Untuk pipa-pipa harus menembus kontruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk.
7) Pekerjaan Lain-Lain.
Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah
pembobokan dinding/selokan, penggalian dan pengangkutan tanah dari hasil dan lain-
lain yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula.
3) Accessories.
Fitting dari pipa PCV harus dari hahan yang sarna (PVC) yang dibuat dengan cara
injection moulding.
Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
Saringan air hujan/roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber class.
Yang mempunyai benfuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.
4) Penyambungan Pipa.
Pipa PVC dengan diameter 3" ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar
harus disambung dengan rubber ring joint
Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih dahulu
sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari pipa yang
akan saling melekat.
Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan disambung
harus bebas dari benda-bcnda/kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air di dalam
pipa.
d) Pengujian
1) Seluruh sistem air kotor/buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum disambung ke
peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah
12,5 Kg/Cm2.
2) Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum pemipaan
disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air.
Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi pengurangan
volume air.
3) Peralatan dan bahan untuk bahan pengujian disediakan oleh kontraktor.
4) Kontraktor harus memperbaiki seqala cacat dan kekurangan-kekurangannya.
5) Konsultan Pengawas Lapangan berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini
dianggap perlu.
6) Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan balk atau kurang memuaskan,
maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab
kontraktor.
7) Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh Konsultan
Pengawas Lapangan.
Pasal 40
Pekerjaan Instalasi Listrik
(1) Umum
Syarat Syarat Teknis Pekerjaan (Spesifikasi Teknis Pekerjaan) Elektrikal yang diuraikan
disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, dalam hal pengerjaan
instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam
maupun di luar bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat Syarat Umum Pekerjaan Elektrikal
dan Syarat Syarat Teknis Pekerjaan (Spesifikasi Teknis Pekerjaan) Elektrikal merupakan
bagian dari Rencana Kerja dan Syarat Syarat. (RKS).
Ukuran.
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat yang
diperlukan. Setiap kotak harus cukup besar unutk menampung jumlah dan ukuran
conduit, sesuai dengan persyaratan, tetapi kurang dari ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.
Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanis dengan rating minimum 10A/ 250
V. Saklar pada umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok, kecuali
ditentukan lain pada gambar. Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang
pada ketinggian 140 cm di atas lantai yang sudah selesai. Saklar-saklar tersebut harus
di pasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak
yang berdekatan. Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding
dengan ketinggian 110 cm atau 30 cm dari permukaan lantai yang sudah selesai
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan. Saklar dan stop kontak sek Brocco,
Clipsal atau setara.
Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan)
dengan ranting minimum 10 A/ 220 V. Cara pemasangan harus disesuaikan dengan
peraturan PUIL dan diberi saluran pentanahan.
Pendukung dan Pengikat.
Kotak-kotak pelat baja didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai
bentuk yang tetap.
3) Kabel-kabel.
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi kabel
tegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatanperalatan dan barang-barang lain
yang diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari
semua system dan peralatan, Biaya Penyambungan Listrik (BP) ke PLN, 2.2 KVA.
Kabel Kontrol.
Di tempat-tempat yang ditunjuk pada garnbar atau disyaratkan, kabel kontrol
motor, starter dan peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis standed
annealed copper yang fleksibel. Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon
dengan rating teganyan sampai 600 V. Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang
diperlukan (minimum 2,5 sqmm untuk panjang lebih dari 30 m) untuk mendapatkan
operasi yang mernuaskan dari peralatan yang di kontrol, dengan pertimbangan-
pertimbangan mengenai panjang circuit dan sebagainya. Kabel merek Supreme,
Kabelindo, Kabel Metal dan Tranka.
Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splin, conection dan lain-lain seperti karet, PVC,
vernished carnbric, asbes, gelas, tape sintetis, splice case, composition dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain
yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui, menurut anjuran
perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.
Pemasangan Kabel.
1. Pemasangan di Permukaan.
a. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan. Semua kabel harus
dipasang didalam konduit PVC high - impact heavy gauge, dipasang di
permukaan plat beton langit-langit dengan klem pendukung yang sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus di cat dengan cat anti karat. Semua
kabel harus dipasang lurus/sejajrl2-dengan rapi dan teratur. Pembelokan
kabel harus dilakukan dcnqan jari-jari lengkungan tidak boleh kurang dari
syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali ø kabel) Konduit ex Ega, Clipsal atau
setara.
Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termusuk kotak-kotak yang ada diatas daya dan panel
daya motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan,
sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.
Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam/tersembunyi harus juga dipasang
secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.
Kunci.
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "flat lock" jenis kunci untuk setiap
kabinet hares dari tipe "common key", sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah
sama. Pada masing-masing cabinet harus disediakan dua anak kunci.
Label.
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group,
pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan
fungsinya untuk mengindahkan/mengidentifikasikan penggunaan alat tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.
Ukuran.
Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bias melayani dengan
baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PULL dan lain-lain. ø minimum
konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran dengan faktor pengisian kabel
maksimurn 40 %.
Bahan.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC high impact
heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099. Konduit metal untuk
instalasi daya pompa yang digunakan harus dan jenis heavy gauge galvanized walded
steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 : part I & II class 4.
Pemasangan.
1. Race Way yang ditanam di Dinding.
Penanaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan
jalan membobok beton dengan pahat. Kedalaman dan lebar pembobokan harus
dilakukan secukupnya, sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan
dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding dengan
kondisi semula. Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung
konduit hares ditutup untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.
5. Cable Trench.
Kedalaman parit kabel (cable tranch) untuk penanaman di bawah tanah
minimal 80 cm dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain, misalnya
saluran air, cable trench dapat dan harus ditanam setelah pengerasan tanah. Untuk
cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah pengerasan badan
jalan atau bila sehelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas persetujuan Konsultan
Pengawasan Lapangan.
8. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan
ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektif). Bahan-bahan
logam/metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk pelindung
kabel (sheath/armour), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak,
armatur, saklar dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu
untuk pentanahan. Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor
pentanahan tidak diperbolehkan. Dalam hal ini harus digunakan konduktor
pentanahan tersediri yang trerbuat dari tembaga dengan daya hantar yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm dan dimasukkan
ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus menggunakan
penyambung mekanis yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut:
a. Pentanahan netral trafo maksimum 1 ohm.
b. Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm.
c. Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm.
6) Cable Tray.
Bahan.
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated) dari bahan besi
lunak dengan sisi-sisi di tekuk ke dalam dengan ketebalan pelat tidak kurang dari 2,0
mm. Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir. Cable tray Three Star,
Tri Abadi & Elpro.
Penggantung/Penyangga.
Untuk cable tray yang dipasang penggantung cable tray harus dibuat dari besi lunak
yang digalvanisir dengan ø minimum 6 mm ujung penggantung di ulir untuk
memungkinkan pengaturan levelling cable tray. Ukuran penyangga dan penumpu
(bracket) hartis dipilih agar menghasilkan penyangga/penumpuan yang kokoh.
Panel-panel.
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kocuali ditentukan lain.
Seluruh asembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan,
dibuat, dicoba dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan minimum dengan
penyesuaian dan/penambahan seperti disyaratkan di bawah ini :
1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead-front, terbuat dari
plat baja (metal cled). Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur baja
struktur atau rangka profil baja yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak
rusak dalam pengiriman atau pemasangan. Struktur panel harus tahan terhadap
gaya elektromekanis serta termal akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam
waktu 1 detik) Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas
dan sisi-sisinya dengan pelat-pelat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa
dicapai dari depan maupun belakang. Semua alat ukur atau tombol pemilih yang
dipersyaratkan harus dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel. Tutup yang
berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan gerendel/kunci.
Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain-lain harus
dipasang pada sisi belakang dari penutup yang berengsel tersebut. Panel harus
mempunyai bukaan dalam bentuk grille (louvres) ventilasi untuk membatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang
dipersyaratkan dalam standar VDE/IEC untuk peralatan yang tertutup. Penutup
panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup
(screwed on/bolted on) Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan
sempurna terhadap kemungkinan terkena percikan air. Tebal pilar baja yang
digunakan minimum 2 mm. Semua panel harus buatan Graha Panel, Simetri dan
mempunyai sertifikat dari Asosiasi Produsen Panel Indonesia.
2. Pull Box.
Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan,
harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi
yang sama dengan switch board pada bagian atas dari switch board. Bagian sisi
atas dan camping clan pull box harus dari bagian-bagian yang bisa dibuka lepas.
Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbestos atau bahan tanah api yang
sempurna. Kabel manuju individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-
Iubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini. Penutup atas yang ditempatkan
di bagian belakang struktur harus bisa dilepas dengan mudah supaya
memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit kabel yang diperlukan.
Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga
terhindar kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc proofing). Pull box
harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan ventilasi dan
pemasangan peralatan circuit breaker yang bisa dipindah-pindahkan bilamana
perlu.
3. Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan seperti di tunjuk
dalam gambar untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan. Lokasi yang tepat dan
jenis pertengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda menurut keperluan
penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan operasi yang dimaksud
dapat dicapai. Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain
harus diikuti dalam urutan yang tepat untuk mempermudah pemeriksaan
bangunan (konstruksi) Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus
dibangun dan ditunjang untuk dapat menahan arus hubungsingkat yang terjadi
pada lokasi tertentu tersebut. Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem
serta diatur untuk menjamin daerah kontrak yang baik.
4. Ventilasi.
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine.
Untuk menjaga benda-henda asing masuk melalui lubang tersebut. Pada bagian
dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-punch).
5. Papan Nama.
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama
yang dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat
dengan mudah. Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas
rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan
mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar kerja. Mimic diagram berwarna
biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan komponen-komponen dan tanda-
tanda untuk komponen tersebut.
7. Bus-Bar/Rel Daya.
Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar
dengan rapih sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi. Jarak antar rel
daya harys memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam PUIL 2000. Bus-
Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard drawn high conductivity" yang
memenuhi standar B.S. 1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara
menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan kemampuan 150 % dari arus beban
terpasang. Ukuran Bus-Bar harus disesualkan dengan peraturan PUIL 2000.
Sernua Bus-Bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya perselain atau
moulded isulator, sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis yang
terjadi akibat hubung singkat. Rel daya dicat dengan warna yang sesuai dengan
penandaan fasa menurut PUIL 2000. Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur
sampai 70°C. Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas
penuh (full netral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan
yang telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem
untuk pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi
bus-bar adalah 3 fasa - 4 kawat – 5 bus. Semua hubungan dari bus-bar menuju
pemutus daya atau saklar dengan arus Iebih besar dari 63 A harus dilakukan
melalui batang-batang tembaga dari jenis yang sama dengan bus-bar. Untuk arus
yang Iebih kecil, diizinkan menggunakan kabel herisolasi PVC (NYY atau NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang
menunjukkan ukuran-ukuran clan bus-bar dan susunannya. Ukuran dari bus-bar
harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan cara-cara untuk
penyambungan di kemudian hari. Apabila saluran keluar (out going feeder) yang
menuju ke satu terminal terdiri atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan
menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu kabel pada satu terminal atau bus-bar.
Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan batang
tembaga tambahan untuk menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal
yang berlainan.
8. Alat-alat Ukur.
Setiap panel harus dilenqkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang
ditunjukkan di dalam gambar rencana. Bila digunakan amper meter selector
switch (saklar pinch), pada saat pemindahan pengukuran arus, saklar untuk
ampere meter harus dalam keadaan terhubung singkat. Meter-meter harus dari
type besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang secara tegak lurus di pintu
panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan penunjukan melingkar
(minimum 90°), skala linier, dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran,
dengan ukuran 96 mm x 96 mm. Posisi dari saklar putar untuk volt meter dan
ampere meter harus ditandai dengan jelas.
a. Amperemeter (A-m).
Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar
120 % dari batas atas penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan
penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk menandai besarnya arus
beban-penuh. Ampere meter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5
kW atau lebih pada salah satu fasenya. Amperemeter harus mampu menahan
pergerakan yang timbul akibat arus start motor dan mempunyai skala overload
yang rapat (compressed) untuk keperluan pembacaan arus start tersebut. Pada
amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan nol (zero
adjusment) berupa sekrup pemutar dibagian depan.
b. Voltmeter (V-m).
Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai skala
penunjukan yang lebar. Voltmeter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring
pengaman jenis HRC dengan arus nominal 3 A. Pada voltmeter harus terdapat
mekanisme pengatur penunjukkan nol (zero adjustment) berupa sekrup
pemutar di bagian depan.
9. Trafo Arus.
Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor
type), jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-
standar VDE untuk keperluan pengukuran. Pemasangan harus dilakukan secara
kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis yang timbul pada waktu terjadinya
hubungan singkat 3 fasa simetris. Trafo arus untuk amperemeter juga boleh
digunakan bersamaan dengan kWh meter dengan syarat tidak menguranqi
ketelitiannya. Bila ternyata ketelitian terganggu, harus digunakan trafo arus
khusus (terpisah).
Jenis Armature.
1. Lampu-lampu Flourescent (TL).
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe. Untuk twin lamp atau
double TL harus dirangkai secara leadlag untuk meniadakan efek stroboskopis.
Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja
sehingga mencapai minimum 0,96. Balast harus dari tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi
standar PLN/SII/LMK.
2. Lampu Down Light.
Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang tertentu rnenggunakan jenis
lampu sesuai dengan Gambar Rencana.
3. Lampu Baret.
Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca susu
dengan lampu pijar (incandescent) atau lampu TL circle 20 W sesuai dengan
kebutuhan.
4. Lampu Taman.
Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana Iengkap dengan tiang
diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang box berisi fuse 2 A dan terminal
penyambung kabel. Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYY
3 x 2,5 mm2 dengan salah satu inti kabel dipasang ke badan metal lampu untuk
pentanahan.
5. Lampu Sorot (Flood Lighting).
Armatur lampu sorot dari jenis outdoor type yang tahan panas, tahan cuaca (tahan
korosi), baik untuk badan maupun kaca pelindung armatur. Badan armatur
(armature housing) dan penutup belakang (rear cover) terbuat dari high pressure
die cast allumunium dengan kandungan tembaga yang rendah. Reflektor terbuat
dari allumunium yang dipoles mengkilat, kaca tanah panas setebal 5 mm dari jenis
thoughened glass plate dengan gasket karet silikon schingga keseluruhan armatur
mempunyai-derajat perlindungan IP 55. Jenis lampu yang digunakan adalah HPI-
T 400 W. Pemasangan armature lengkap dengan pondasi dan rangka/sangkar
pelindung armatur dari besi beton dia. 6 mm yang dicat hitam dilengkapi dengan
engsel dan padlock (gembok).
6. Lampu Darurat.
Untuk armatur darurat digunakan emergency kit dengan kapasitas penyalaan
batere minimum 2 jam. Jenis batere yang digunakan harus NiCd, yang diletakkan
di dalarn armature bersama dengan emergency kit board. Untuk jenis armatur
dengan lampu TL ganda emergency kit hanya diberikan untuk 1 buah lampu saja.
Model operasional lampu darurat adalah “maintained”. Tegangan kerja armatur
adalah 220 V, 50 Hz.
Pemasangan.
Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh tukang yang
berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi (Konsultan Pengawas). Harus disediakan pengikat, penyangga,
penggantung dan bahan-bahan yang perlu agar di peroleh hasil pemasangan yang
baik. Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga betul-
betul lurus. Armature yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted)
tidak boleh mempunyai sela-sela di antara bagian-bagian fixture dan permukaan-
perrnukaan di sebelahnya. Setiap badan (rumah) lampu harud ditanahkan (grounded).
Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan tersebut
harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi sempurna serta bebas
dari semua cacat/kekurangan. Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan
perlengkapannya harus menyala secara lengkap.
b) Semua tersting, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang
tergabung dalam pekerjaan renovasi sistem listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi
dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menempatkan
seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan pengujian
dan commisioning.
Pasal 42
Pekerjaan Lain Lain
Pasal 43
Pekerjaan Pembersihan, Pembongkaran
dan Pengamanan Setelah Pembangunan
Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup
Pekerjaan yang tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam RKS ini dari semua barang atau
bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai. Semua bekas bongkaran bangunan existing dan
sebagainya harus dikeluarkan dari tapak konstruksi. Selama pembangunan berlangsung,
Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai Tahap Serah Terima.