Anda di halaman 1dari 53

RKS

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Nama Kegiatan: Rehab Gedung Ex. Apotek Sahabat RSUD 45 Kabupaten


Kuningan-Jawa Barat
Lokasi Pekerjaan: Jl. Jend. Sudirman No.45, Kuningan, Kec. Kuningan, Kabupaten
Kuningan, Jawa Barat 45511
Tahun Anggaran:
BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM PEKERJAAN

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh
seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar
Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat Syarat (Bab I: Syarat Syarat Umum Pekerjaan dan Bab II:
Syarat Syarat Teknis Pekerjaan) seperti yang akan diuraikan dalam Buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan/atau kesimpang-siuran
informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan
Pengawas dan Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

Pasal 1
Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang
dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini:

(1) Lingkup Pekerjaan Secara Umum.


Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam Gambar Dokumen
Pelelangan dan Gambar Kerja, yaitu Rehab Gedung Ex. Apotek Sahabat RSUD 45 Kabupaten
Kuningan Jawa Barat.
Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup di atas sudah termasuk dalam jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai Gambar Rencana Kerja.gunan

(2) Lingkup Pekerjaan Secara Khusus.


Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam Gambar Dokumen
Pelelangan dan Gambar Kerja, antara lain:
a. Pekerjaan Bongkaran.
b. Pekerjaan Pasangan.
c. Pekerjaan Struktur dan Beton.
d. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela.
e. Pekerjaan Plafond.
f. Pekerjaan Pasangan Keramik.
g. Pekerjaan Listrik.
h. Pekerjaan Pengecatan.
i. Pekerjaan Sanitasi.
j. Pekerjaan Finishing.
Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup di atas sudah termasuk dalam jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai Gambar Rencana Kerja.gun
ana.
(3) Pekerjaan Persiapan.
Meliputi: Pengukuran, Mobilisasi peralatan, Bahan/Material, Pengadaan air dan Listrik
untuk bekerja dan tenaga kerja.

Pasal 2
Memulai Kerja

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja


Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan
pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan
yang telah dibuat oleh Panitia Lelang.
Pasal 3
Mobilisasi

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal, sebagai berikut:


(1) Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang
diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan
lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.

(2) Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat
berbagai perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan
instalasinya.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja,
Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui.

Pasal 4
Papan Nama Kegiatan

Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama kegiatan Menggunakan Bahan dari


Bender, sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.

Pasal 5
Kuasa Kontraktor di Lapangan

(1) Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong “wajib” menunjuk seorang Kuasa


Kontraktor atau biasa disebut “Pelaksana” yang cakap dan ahli untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
Kontraktor/Pemborong.

(2) Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

(3) Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat
Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapat
persetujuan.

(4) Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan
pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk
mengganti ‘Pelaksana’.

(5) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,


Kontraktor/Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau
Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan
memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
Rencana Kerja

(1) Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong “wajib”


membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart
dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
(2) Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

(3) Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat)


kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan
Perencana.

(4) Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan


Rencana Kerja tersebut di atas.

(5) Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong berdasarkan


Rencana Kerja tersebut.

Pasal 7
Los Pengawas, Los Kerja, Gudang Bahan
Dan Lain Lain

(1) Direksi Keet (Los Pengawas).


Apabila diperlukan Kontraktor/Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los
Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dari bahan semi
permanen seluas ± 9 m² atau sesuai rencana Pekerjaan. untuk tiap lokasi dengan menggunakan
bahan-bahan sebagai berikut: lantai diplester, dinding tripleks/papan/asbes,rangka bangunan
dari bahan kayu kelas III, atap dari bahan penutup Atap,pintu dari bahan papan kayu kelas III,
dilengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Apabila Dana yang ada
tidak mencukupi, maka Kontraktor disediakan Tempat (Ruangan) oleh Pemilik Pekerjaan dan
End User, dengan memanfaatkan ruangan pada Area Bangunan Puskesmas berikut Fasilitas
Kerja (Meja, Kursi dan lain-lain).

(2) Kantor Kontraktor, los kerja dan gudang bahan Kontraktor/Pemborong disediakan oleh
Pemilik Pekerjaan dan End User.

(3) Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan dsb. Los Pengawas serta


inventarisnya.

Pasal 8
Kesejahteraan dan Keselamatan Pekerja

(1) Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup
di tempat pekerjaan untuk para pekerja.

(2) Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak P3K ditempat pekerjaan.

(3) Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, Apabila terjadi kerusakan-
kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

(4) Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong segera memberitahukan kepada Konsultan


Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.
(5) Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran:
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor apabila diperlukan wajib menyediakan
Tabung Alat Pemadam Kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah
sekurang-kurangnya 2 (Dua) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 5 Kg.

(6) Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan
pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan Jamsostek
memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

Pasal 9
Tenaga dan Sarana Kerja

Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan,peralatan


berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan
pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahanbahan, alat-alat kerja maupun hasil
pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan
sempurna sampai dengan diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.

(1) Tenaga Kerja/Tenaga Ahli.


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

(2) Peralatan Bekerja.


Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin Pemotong Keramik, Mesin Molen Beton dan lain-
lain serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
ini.

(3) Bahan Bahan Bangunan.


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan serta pengiriman material harus tepat waktu sesuai pekerjaan yang
akan dilaksanakan.

(4) Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk bekerja:


a) Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
area pekerjaan atau disuplay dari luar.
b) Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
c) Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh
dengan kapasitas 3,5 M3.
d) Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas
petunjukpengawas.
Pasal 10
Persyaratan dan Standarisasi

(1) Persyaratan Pelaksanaan.


Untuk menghindari klaim dari User/Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus betul-
betul memperhatikan semua pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan “ukuran jadi
(finished)” sesuai persyaratan ukuran pada Gambar Kerja dan Penjelasan RKS. Kontraktor
wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan,
peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat Syarat (Syarat Syarat Umum Pekerjaan dan Syarat Syarat Teknis
Pekerjaan/Spesifikasi Teknis Pekerjaan) dan Petunjuk yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib
memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut
pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi dan mendapat ijin
tertulis dari Konsultan Pengawas. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan Kontraktor
harus menyediakan:

a) Site Manager/Pelaksana sebagai Penanggung jawab Lapangan yang terampil dan ahli
dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna
memenuhi kewajiban menurut kontrak.

b) Buku Harian untuk :


1) Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
2) Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.

c) Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :


1) 1 (satu) kamera.
2) 1 (satu) alat ukur schuifmat.
3) 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m.
4) 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.

(2) Standard yang dipergunakan.


Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia,
Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan
pekerjaan antara lain:
a) PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
b) NI-3 PMI PUBB 1970: Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
c) NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
d) NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
e) PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
f) PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
g) PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
h) SII : Standard Industri Indonesia
i) SK SNI T-15-1991-03 (PBI – 1991): Peraturan Beton Bertulang Indonesia
j) AVWI: Peraturan Umum Instalasi Air.
k) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981
l) Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
m) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan bahaya
kebakaran.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas maka berlaku
Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen
bahan/material/komponen yang bersangkutan.
Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini:
n) Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (Gambar Kerja,
RKS, BQ, Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
o) Shop drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas.

Pasal 11
Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan

(1) Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Administrasi.

(2) Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-
data yang diperlukan menurut data keadaan sebenarnya.

(3) Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara
rutin.

(4) Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk
bahan monitoring.

Pasal 12
Penjelasan Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS) serta Gambar

(1) Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RKS.

(2) Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, lokasi, seksi (bagian) dan detail
gambar mungkin akan dilakukan di dalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh
mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian
antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam
gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara
tertulis.

(3) Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.

(4) Ukuran.
a) Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi ukuran dari :
As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam
b) Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm dan cm.
c) Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
d) Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang
akan dipakai dan dijadikan pegangan.
e) Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari
gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa teknis,
dan apabila terjadi kesalahan akibat kelalaian kontraktor dalam berkoordinasi dengan
konsultan pengawas/Direksi teknis maka menjadi tanggung jawab Kontraktor baik dari
segi biaya maupun waktu.

(5) Perbedaan Gambar.


a) Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
b) Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka
Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan
memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Perencana.
c) Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan
Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam
Gambar Kerja Arsitektur.
d) Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal
terdapat ketidakjelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-
sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan
melaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis secara tertulis, dan
mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas/Direksi Teknis dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
e) Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
f) Istilah-istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai
berikut:

STR : Struktur, Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan Konstruksi,


Bahan Konstruksi Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering Kolom, Balok dan
Tebal Lantai.

ARS : Arsitektur, Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan


perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang
ada baik teknis maupun estetika.

ELK : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya Listrik dan
Penerangan.

MEK: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih, Air Kotor, Drainase,
Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem
Pengkondisian Udara.

g) Shop drawing
Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus
dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas.
Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang
diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik
yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun
di dalam Buku ini.
Kontraktor “wajib” mengajukan “shop drawing” tersebut kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis.
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek
dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
h) Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”
1) Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan
pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
2) Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat
gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing).
Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan
kontraktor.

Pasal 13
Tanggung-jawab Kontraktor

(1) Kontraktor harus bertanggung - jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan
- ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

(2) Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pejabat Pembuat Komitmen untuk melihat,
mengawasi, menegur, atau memberi instruksi tidak mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut di atas.

(3) Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya
Kontraktor sendiri.

(4) Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen melalui
Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas
kerusakan yang timbul.

(5) Kontraktor “bertanggung-jawab” atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

(6) Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tangung-jawab Kontraktor.

(7) Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material,


barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan,
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang
maupun belum; adalah “tanggung jawab” Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam
biaya pekerjaan tambah.

(8) Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor “bertanggung-jawab” atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

(9) Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan
sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala
pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 14
Ketentuan dan Syarat Bahan Bahan

(1) Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat Syarat (RKS) ini maupun
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun
syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia
(SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan
kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

(2) Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi


a). Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau merk
dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat Syarat ini dimaksudkan sebagai dasar
perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses, dalam bentuk nama
dagang, buatan atau nomor catalog harus dianggap sebagai penentu standard atau
kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan
Kontraktor harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau
proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana, sesuai dengan
keterangan itu. Seluruh material patent itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi
pabrik yang membuatnya.
b). Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.
c). Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk Tenaga Ahli yang
ditunjuk oleh Pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.
d). Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk
setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
e). Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang disertai test dari
Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan
Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut
harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambah.

(3) Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan


yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana
untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas dan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan
untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat
waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

(4) Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan
tersebut.

(5) Penyimpanan Material.


Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan,
dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
a) Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya
untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila
diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan.
b) Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling)
menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
c) Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping
sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan
air/cairan yang berlebihan.
Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan
(segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta
mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat/dibongkar
lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi tempat
penyimpanan tidak lebih dari lima meter.

Pasal 15
Pemeriksaan Bahan Bahan

(1) Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

(2) Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan
selambat-lambatnya dalam tempo 2 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.

(3) Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/ Perencana
dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana
berhak “memerintahkan pembongkaran” kembali kepada kontraktor yang mana segala
kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor
sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan “denda sebesar 1 o/oo (satu permil)
dari harga borongan”.

(4) Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium Balai Penelitian
Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh
Kontraktor.

(5) Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas
dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

(6) Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap
tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

Pasal 16
Supplier dan Sub Kontraktor

(1) Jika Kontraktor menunjuk Supplier dan/atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor) di dalam
hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor “wajib” memberitahukan
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

(2) Supplier “wajib” hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik.

Pasal 17
Pembersihan Tempat Kerja

(1) Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan,
dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah
kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini
mencakup juga perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
(2) Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan rintangan lainnya yang muncul, yang
tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila
perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian
sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan
material yang memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum
sesuai AASHTO T 99.

Pasal 18
Perlindungan Utilitas.

1) Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor/Pemborong harus melakukan survei


untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan kena pengaruh oleh pekerjaan.
Hasil survey harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas, dan patok permukaan (surface pegs) pada tempat kerja yang
menunjukkan lokasi seluruh utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah
ditancapkan.Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak.

2) Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada daerah
sekitar utilitas itu, Kontraktor harus mempergunakan metoda konstruksi yang memadai,
menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, tanpa ada pembayaran tambahan,
dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu.
Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh
pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor.

Pasal 19
Pengukuran Kondisi Tapak dan Penentuan Peil

(1) Pekerjaan Pengukuran Kondisi Tapak.


a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi
“existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b) Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di
lapangan, harus segera dilaporkan ke Konsultan Pengawas dan Perencana untuk diminta
keputusannya.
c) Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolit.
d) Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Perencana.
e) Personil dan peralatan survei harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :
1) Personil :
 1 orang surveyor ahli
 1 orang pekerja surveyor
2) Peralatan Pengukuran (Survey) :
 Wild ROS Theodolite (360 derajat)
 Wild TO Theodolite (360 derajat)
 Wild NAK levels
 Pita meteran baja dengan panjang 50 m
 Steel measuring rod (4 m)
 Patok-patok survey, dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap (bila diminta) termasuk
tripod, dll. Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor harus mengadakan survey
dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti
patok kemiringan (slopes stakes), temporang grade stakes, dan lain-lain.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor
harus dijaga baik-baik, bila terganggu atau rusak harus segera diperbaiki oleh
Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan, dari bagian
apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh
Pengawas.
f) Kontraktor harus mengajukan tiga salinan (copy) penampang melintang (cross section)
kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya,
kemudian mengembalikan kepada Kontraktor.
Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi, Kontraktor harus
mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan di atas.
Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas kertas kalkir untuk memungkinkan
reporduksi. bila cross section itu akhirnya disetujui, maka kontraktor harus menyerahkan
gambar kalkir asli dan tiga lembar hasil reproduksinya kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.

(2) Pekerjaan Penentuan Peil.


Pekerjaan penentuan peil + 0.00 (finishing Arsitektur) adalah permukaan lantai finshing
ruangan lantai dasar (Hall) bangunan seperti tertera dalam gambar kerja yaitu + 0.00 cm pada
lantai dasar Bangunan. Selanjutnya peil + 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan
di lapangan dan “disetujui” oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 20
Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank)

(1) Patok Ukur


a) Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis garis sesuai dengan
gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis /
kemiringan dan meminta Kontraktor untuk membetulkan patok-patok.
Kontraktor harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau
penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat
puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa.
b) Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya, berpenampang 15x15 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka
tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya
ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0.00.
c) Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas; sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan
berlangsung.
d) Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan
Pengawas untuk dibongkar.

(2) Bouwplank Papan bangunan


a) Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Albasiah dengan ukuran tebal 2 cm dan
lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
b) Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m;
tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
c) Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.
d) Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata waterpass,
kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
e) Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
f) Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan
ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 21
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan

(1) Ijin memasuki tempat kerja Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi
kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan
tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang
dibuat.

(2) Pemeriksaan Pekerjaan


a) Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
b) Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor harus memberikan kesempatan
sepenuhnya kepada pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan
ditutup dan tidak terlihat.
c) Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau
diperkirakan akan siap diperiksa.
d) Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari Raya) tidak
dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
e) Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
f) Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk
perpanjangan waktu pelaksanaan.

(3) Kemajuan Pekerjaan.


a) Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan
sedemikian rupa, sehingga diterima oleh konsultan Pengawas.
b) Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu
yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka pengawas harus
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna
melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.

(4) Perintah Untuk Pelaksanaan (Foreman).


Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana Konsultan
Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah
itu harus dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang ditunjuk
oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.

(5) Toleransi
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian
lainnya.
BAB II
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
(SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN)

Pasal 22
Umum

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, Bahan-bahan, Peralatan dan Alat
bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan Rehab Gedung Ex. Apotek
Sahabat RSUD 45 Kabupaten Kuningan Jawa Barat, yang meliputi :
a) Pekerjaan Standar yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Persiapan dan Sarana Kerja
2) Pekerjaan Pekerjaan Sipil
3) Pekerjaan Arsitektur
4) Pekerjaan Mekanikal Plumbing
5) Pekerjaan Elektrikal Sistem
b) Pekerjaan Non Standar yang dimaksud meliputi :
1) Pekerjaan Pasangan
2) Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
3) Pekerjaan Atap
4) Pekerjaan Plafond
5) Pekerjaan Lain-lain

Semua penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut di atas akan dijelaskan dalam butir -butir
penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan. Semua pekerjaan yang
termasuk dalam ruang lingkup Pekerjaan yang tidak dijelaskan dalam RKS akan dijelaskan
kemudian dalam Risalah Aanwijzing, dan pihak Kontraktor harus melaksanakannya sesuai
Gambar Kerja. Penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut di atas akan dijelaskan dalam butir-
butir penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan.

(2) Persiapan Pelaksanaan.


a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Gambar
Kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang
meliputi semua bangunan dan tidak terbatas pada bangunan existing.
b) Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun
yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang dipertahankan; agar tidak
rusak atau cacat.
c) Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi khusus sebagai
penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan.

Pasal 23
Pembersihan Lokasi Pekerjaan

(1) Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu dibersihkan
dari berbagai macam kotoran, sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang akan
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
(2) Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan
dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.
Pasal 24
Perlindungan Instalasi Existing

(1) Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam
Tapak/Site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana/Pengawas masih berfungsi
dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, kontraktor harus menjaga
dan memeliharanya dari gangguan/cacat.

(2) Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus
dipindah, maka Kontraktor harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari
Konsultan Pengawas/Direksi.

Pasal 25
Matras/Cerucuk Dolken

Pekerjaan matras/cerucuk ini meliputi penyediaan semau peralatan, tenaga kerja,


perlengkapan dan bahan, serta pelaksanaan seluruh pengoperasian yang berhubungan dengan
pemancangan cerucuk dolken.
(1) Peraturan
Standar yang dipakai sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.

(2) Material / Bahan


Cerucuk berfungsi untuk memperbaiki daya dukung tanah harus dari dolken yang
sudah tua dan lurus, dengan mempunyai diameter 8 - 10 cm. Kontraktor wajib menyerahkan
contoh bahan yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas, dan apabila bahan yang
didatangkan tidak sesuai mutu maka Kontraktor wajib untuk mengeluarkan dari lokasi
proyek. Segala akibat dari pekerjaan tersebut tidak ada penggantian.

Pasal 26
Pekerjaan Pondasi Beton Struktur

(1) Lingkup Pekerjaan.


Yang termasuk Lingkup Pekerjaan ini meliputi:
Pekerjaan Sloof, Kolom, Balok, Plat Dak Entrace, Ring Balk dan Pekerjaan Beton lainnya
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

a) Ukuran dan Mutu Beton.


Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai ukuran
dan mutu karateristik sebagai berikut:
1) Sloof Beton (SL) 15 x 20, mutu beton K-175
2) Kolom Beton Entrance (K1) 30 x 80, mutu beton K-175
3) Kolom Beton (K2) 15 x 30, mutu beton K-175
4) Kolom Praktis (K3) 15 x 15, mutu beton K-175
5) Balok Beton Entrance (B) 20 x 30, mutu beton K-175
6) Balok Lintel (BL) 12 x 20, mutu beton K-175
7) Ring Balok (RB) 15 x 20, mutu beton K-175
8) Meja beton t = 8 cm, mutu beton K-175
9) Rabat Beton t = 7 cm, mutu beton K-125.
Pekerjaan lainnya yang termasuk dalam lingkup Pekerjaan Beton Struktur seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
b) Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk pekerjaan beton struktur menggunakan mutu
beton K – 175 Site mix. Pekerjaan struktur ini seperti: Sloof, Balok dan Kolom dan lain-
lain.
c) Tulangan.
Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah
t: Mutu baja tulangan s/d diameter 12 mm adalah BJTP U-24.
d) Cetakan (Bekisting).
Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multipleks 9 mm dan pada
rencana cor plat Dak Canovy dan lain – lain juga menggunakan Multipleks 9 mm untuk
bekisting, kecuali Pekerjaan non struktur menggunakan papan. Pada pekerjaan Bekisting
dari multipleks harus diperkuat dengan rangka kayu, untuk mendapatkan kekuatan dan
kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
e) Bonding Agent.
Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor secara
terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan
perhitungannya. Bonding Agent yang digunakan adalah produk lokal berkwalitas baik
atau yang setaraf Lemkra TG 301 dicampur dengan air dan semen. Cara pemakaiannya
harus sesuai petunjuk pabrik.
f) Admixture.
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah produk local berkwalitas baik
atau yang setaraf, dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat
digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

(2) Persyaratan Bahan Beton.


a) Bahan Semen.
1) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard
Inggris BS 12.
2) Mutu semen yang memenuhi syarat & dapat dipakai adalah yang memenuhi
persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai
untuk seluruh pekerjaan.
3) Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca
sepanjang waktu dan peletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari
kelembaban.
4) Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi
bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh
contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan
Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak
memenuhi syarat tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan
Pengawas dapatmemerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti
dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
atas biaya kontraktor.
5) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan
setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.

b) Bahan Pasir.
1) Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan beton ini adalah Pasir Alam yaitu pasir yang
dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan
Konsultan Pengawas/Direksi teknis.
2) Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih
dari 5% berat pasir.
3) Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir’ antara 2 sampai 3 atau jika
diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk
beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :
Saringan No. Persentase satuan timbangan
4 tertinggal disaringan
8 0 – 15
16 6 – 15
30 10 – 25
50 10 – 30
100 15 - 35
PAN 12 - 20
3-7
c) Bahan Agregat Kasar (Koral Beton/Split),
1) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa
Koral/Split sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu.
2) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm, sampai
25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut:
 Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat
 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat
 Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat harus menyesuaikan dengan semua
ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.
3) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan
Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk
menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

d) Bahan Air.
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium
pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya
dengan ketentuan ketentuan yang ada dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

e) Bahan Baja Tulangan.


1) Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standard
Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971 atau ASTM Designation A-15, dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada
ontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua besi tulangan
beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan
persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar
rencana.
2) Besi tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak,
gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara
besi tulangan dengan beton.
3) Ukuran diameter besi tulangan yg digunakan antara lain:
 Untuk pekerjaan pembesian menggunakan besi dia. 12 mm, 10 mm dan 8 mm.
 Untuk sloof digunakan besi dia. 12 mm dan sengkang 8 mm.
 Untuk kolom menggunakan besi dia. 12 mm dan sengkang 8 mm.
 Untuk Balok menggunakan besi dia. 12 mm dan sengkang 8 mm.
Semua penggunaan besi tulangan harus sesuai dengan Gambar Rencana, dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran. Diameter besi ulir adalah diameter
dalam.
(4) Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton.
a) Kelas dan Mutu Beton.
1) Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 PBI-
1971. Bilamana tidak ditentukan kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan
hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 (10,06) cm diuji pada umur 28 hari.
2) Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian
benda-benda uji harus memberikan “bk” (kekuatan tekan beton karakteristik) yang
lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI. 1971.

b) Komposisi Campuran Beton.


1) Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan
diaduk dengan baik sampai pada kekentalan yang tepat.
2) Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (designed mix).
3) Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian bagian dari pekerjaan
tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton,
ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat
dan memuaskan.
4) Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian
juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
5) Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton, harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan
beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh
faktor air semen.
6) Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka
faktor air semen ditentukan sebagai berikut:
 Faktor air semen untuk pondasi sloof, poer, maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk kolom balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap Canopy, dan tempat-tempat basah
lainnya maksimum 0,55.
7) Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan dapat dihasilkan suatu mutu
sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor air
semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai bahan additive.
Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas/Direksi.
8) Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan
yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan
kontraktor tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang demikian.

c) Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton.


Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak
untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan
menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan. Kekuatan tekan
dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan
kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump
akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2 PBI-1971. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan
yang representatif.
d) Baja Tulangan.
1) Baja beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan Gambar Rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat
dengan kawat beton (bendraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton
decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam perenggang.
2) Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam
Gambar Rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

e) Selimut Beton.
Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam Gambar Rencana, maka tebal selimut beton untuk satu
sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut:
1) Kolom t = 3 cm
2) Plat lantai beton t = 12 cm.

f) Sambungan Besi Tulangan.


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus 60d (60 x diameter),
kecuali jika ditetapkan secara pasti di dalam Gambar Rencana dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.

g) Mengaduk.
Bahan-bahan untuk adukan Beton Site mix mutu beton K-175 harus dicampur dan
diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu batch mixer. Konsultan Pengawas berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila
diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi. Air harus dituang lebih
dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

h) Suhu.
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 320 C dan tidak kurang dari 4,50 C.
Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 270 C dan 320 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.

i) Rencana Cetakan.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam Gambar
Rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang
demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk
maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul
waktu pemakaian. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian
dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan
segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

j) Konstruksi Cetakan.
1) Semua cetakan harus betul-betul diteliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau terjadi perubahan bentuk selama dan
sesudah pengecoran beton.
2) Semua cetakan beton harus kokoh.
Alat-alat dan teknis pelaksanaan yang digunakan harus sesuai dan tepat untuk
membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai dicor
dan memenuhi usia beton untuk dibongkar.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diolesi minyak yang
biasa dipergunakan untuk pekerjaan itu, yang mencegah secara efektif lekatnya beton
pada cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton. Minyak tersebut dipakai
hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak cetakan harus
hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya
daya lekat.
3) Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

k) Pengecoran.
1) Sebelum dilaksanakan pengecoran pihak kontraktor harus terlebih dahulu
mengajukan surat permohonan pengecoran kepada Konsultan Pengawas 3 hari
sebelum dilaksanakan pengecoran.
2) Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan beton sesuai dengan Gambar Pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikatan dan lainlainnya selesai dikerjakan. Sebelum
pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3) Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton
baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan
pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton
yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua
genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru
dicor.
4) Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan
masih berlanjut, terhadap system struktur/penulangan yang ada.
5) Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2m, semua penuangan
beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari dimensi
yang sudah ditentukan. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran tidak memenuhi spesifikasi ini yang sudah ditentukan.
6) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari
kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan
material yang diletakkan.
7) Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Konsultan Pengawas serta Pihak Kontraktor
ada di tempat kerja dan telah menyetujui pelaksanaan pengecoran serta persiapan
pengecoran betul-betul telah memadai.
8) Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan
beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type
immerson yang dioprasikan dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit
ketika dibenamkan dalam beton.
9) Konsultan Pengawas berhak menolak persiapan/mobilisasi alat berat yang telah ada
dilapangan jika pekerjaan pengecoran belum disetujui dan segala biaya yang telah
dikeluarkan menjadi tanggungan pihak kontraktor.

l) Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan.


1) Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk
Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan
untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus
diperiksa dengan teliti dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki
sampai disetujui Konsultan Pengawas.
2) Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan-cetakan dibuka
untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya,
tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 28 hari untuk balok-
balok, plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal, pengerasan
normal, adalah sebagai berikut:
 Kolom dan dinding 4 hari
 Pelat lantai atau atap 28 hari
 Balok 28 hari.

m) Perawatan (Curing).
1) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau
disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA bila dimungkinkan.
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
2) Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu
dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang
dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.
3) Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air
pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan
semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa
yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas
sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air
yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi persyaratan spesifikasi
air untuk campuran beton.

n) Perlindungan (Protection).
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

o) Perbaikan Permukaan Beton.


1) Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan
yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan,
atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai
dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya
sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan izinnya untuk menambal
tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah
tercantum dalam pasal-pasal berikut.
2) Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobanglobang karena keropos,
tidak rata dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda.
3) Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian
bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan
sebidang dinding, yang tidak memuaskan kelihatannya, kontraktor diwajibkan untuk
menutupi seluruh dinding (dengan spesi plesteran 1pc : 3ps) dengan ketebalan yang
tidak melebihi 1 cm demikian juga pada dinding yang berbatasan, (yang
bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas. Perlu diperhatikan
untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan (pencekungan atau
pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000 untuk semua komponen.

p) Tenaga kerja.
Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan transportasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan semua beton dan semua pekerjaan pada lingkup ini seperti yang
tercantum pada gambar rencana, atau yang disebut dalam spesifikasi, maupun pada
keduanya.
q) Persyaratan Umum.
1) Bekisting/cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai dengan gambar
pelaksanaan untuk pondasi.
2) Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis yang letaknya
sesuai dengan gambar pelaksanaan (Dokumen Lelang).
3) Pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti seperti yang diuraian pada Pasal 26 di
atas (Pekerjaan Pondasi Beton Struktur).
4) Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan
yang diakibatkan oleh kekurang telitian dan kelalaian Kontraktor, harus dilaksanakan
atas biaya Kontraktor.
5) Kekurang tepatan pemasangan karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki/
dibetulkan atau diganti dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
6) Pekerjaan perbaikan yang rusak atau tidak sempurna akibat pengangkutan di Site atau
sebab lain, harus segera dilaksanakan.

Pasal 27
Pekerjaan Pasangan

(1) Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud meliputi: Pemasangan Dinding bata merah dengan Spesifikasi:
a) Persyaratan Bahan
1) Bata merah
Bata merah yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai
sudut siku dan ukuran 5 x 11 x 22 cm sekualitas Jatiwangi yang seragam dan langsung
didatangkan dari pabrik atau Distributor.
Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai
data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Direksi/Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.

(2) Persyaratan Pelaksanaan.


a) Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil,
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja.
b) Dalam pekerjaan pasangan dinding bata merah Sebelum dilaksanakan pemasangan, Pada
saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan tersebut.
c) Aduk Perekat/Spesi.
d) Adukan perekat/spesi untuk pasangan bata merah kedap air adalah campuran 1 PC: 3 Psr
untuk:
1) Plesteran acian beton.
2) Dinding pasangan daerah basah.
3) Dinding pasangan bata merah yang langsung berhubungan dengan luar.
4) Pasangan Septicktank.
5) Saluran.
6) Untuk semua pasangan bata merah terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai aduk
perekat/spesi campuran 1 PC : 5 Psr terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
7) Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 29 dalam Bab ini.
8) Pekerjaan pemasangan bata merah harus benar-benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk permukaan
yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal.
Pasal 28
Pekerjaan Pasangan, Adukan dan Campuran

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Pasangan Lantai dan dinding keramik.
b) Pasangan Dinding bata 1/2 bata.
c) Pasangan Batu Andesit sek.Citatah.
d) Pekerjaan Pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan.


a) Batu Bata dan Batu Andesit.
Batu bata dan batu andesit yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau
adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari
pabrik atau penjual. Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan
contoh disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada
Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
b) Semen.
c) Pasir.
d) Air.

(3) Persyaratan Pelaksanaan.


a) Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil,
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar Kerja.

b) Dalam pekerjaan pasangan dinding bata Sebelum dilaksanakan pemasangan, batu bata
harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh air . Pada saat diletakkan, tidak
boleh ada genangan air di atas.

c) Aduk Perekat/Spesi.
1) Adukan perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah campuran 1 PC : 3
Psr untuk :
 Plesteran acian beton.
 Dinding pasangan bata daerah basah.
 Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
2) Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai aduk
perekat/spesi campuran 1 PC : 5 Psr terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
3) Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 29 dalam Bab ini.
4) Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar-benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk permukaan
yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal.
5) Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai
setinggi permukaan tanah.
6) Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
7) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi 5%. Bata yang
patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
8) Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci halus):
 Dinding bata 1/2 batu harus setebal 15 cm.
 Pasangan Batu andesit harus setebal 2 – 3 cm.
 Pasangan Screed harus setebal 3 cm.
Pasal 29
Pekerjaan Plesteran

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Plesteran dan acian halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton.
b) Plesteran kedap air.
c) Plesteran biasa.
d) Plesteran beton,
e) Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah.
f) Screed t = 3 cm pada dak entrance.
g) Waterproofing dak entrance sek. Lemkra
h) Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan


a) Semen.
b) Pasir.
c) Air

(3) Persyaratan Pelaksanaan


a) Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan plesteran
dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau bidang beton telah
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

b) Jenis Plesteran.
1) Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dihaluskan.
Campuran plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air, yaitu 1 PC : 3 Psr,
dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah
hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
2) Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 5 Psr.
3) Plesteran screed kedap air adalah campuran 1 PC : 3 Psr.
Aduk plesteran ini untuk:
 Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 30
cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
 Semua bagian permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air
seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm (untuk k.
Mandi) dari permukaan lantai.
4) Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.

c) Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan
siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan
dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Tebal Plesteran adalah
minimal 1,5 cm dan maximal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan
menggunakan kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.

d) Pemeliharaan.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal
ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat
mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
Pasal 30
Pekerjaan Pasangan Keramik

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi: Pekerjaan Keramik Lantai, Lantai dan Dinding untuk
Kamar Mandi/Toilet dan tempat lain yang ditunjukkan pada Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan.


a) Semen.
b) Pasir.
c) Air.
d) Keramik Lantai.
Jenis : Standard
Permukaan : Rata untuk lantai
Ketebalan : 6 mm
Warna : Cream.
Ukuran : Keramik Polos 40 x 40 cm
Kualitas : Kelas I, heavy duty, single firing
Produk : Setara KIA.
e) Keramik Kamar Mandi / WC ( Ceramic Tile ).
Jenis : Standard ( Rock )
Permukaan : Non slip/Unglazed untuk lantai KM/WC, Glazed untuk dinding
KM/WC
Ketebalan : 6 mm
Warna : Untuk lantai dan dinding Cream
Ukuran : Keramik 20 x 20 cm untuk Lantai
K. Mandi dan 20 x 25 Polish untuk dinding KM/Toilet dan dinding
ruangan
Kualitas : Kelas I, heavy duty, single firing
Produk : Setara KIA.
f) Dinding Kramik Ruangan
Jenis : Standard
Ketebalan : 6 mm.
Warna : Coklat
Ukuran : Plint 20 x 25 cm
Kualitas : Kelas I, heavy duty, single firing
Produk : Setara KIA.
g) Plint.
Jenis : Standard
Ketebalan : 6 mm
Warna : Cream
Ukuran : Plint 10 x 20 cm
Kualitas : Kelas I, heavy duty, single firing
Produk : Setara KIA.
h) Adukan Pengisi Siar.
Aduk pengisi siar dan nat yaitu dengan menggunakan cairan Flexicoat, sistem
pelaksanaan pengisian nat dengan koas kecil.
i) Kontraktor harus mengajukan contoh bahan keramik sebanyak 3 (tiga) set kepada Pejabat
Pembuat Komitmen untuk mendapatkan persetujuan (tekstur dan warna), selanjutnya
dipakai sebagai standard dalam memeriksa/menerima bahan yang dikirim ke lapangan.

(3) Persyaratan Pelaksanaan.


a) Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau ternoda
dan warna sesuai dengan yang disyaratkan.
b) Sebelum pemasangan keramik, harus dilakukan pengukuran dengan waterpas (selang atau
alat lain) agar permukaannya merata.
c) Ukuran/dimensi dan keramik harus presisi agar dihasilkan pemasangan yang rapi.
d) Seluruh pemasangan keramik tidak boleh terkena air, karena menggunakan sistem
Flexicoat.
e) Pemasangan keramik dengan menggunakan cairan Flexicoat, sebelum keramik dipasang
harus diamplas terlebih dahulu pada kedua permukaan adukan keramik yang akan
disatukan. Permukaan/bidang yang akan direkatkan dengan Flexicoat harus bersih, bebas
dari debu dan kotoran yang mengganggu, selanjutnya kedua permukaan tersebut diolesi
dengan cairan Flexicoat dengan ketebalan masing-masing 1 - 2 mm dan tunggu sekitar ±
10 menit, kemudian keramik direkatkan.
f) Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai dengan petunjuk
pabrik.
g) Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, keramik harus dihindarkan dari injakan atau
pemberian beban.
h) Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau jaringan pipa sudah
harus terpasang pada tempatnya. Kontraktor harus mempelajari Gambar Kerja dan
berkoordinasi dengan pekerjaan Plumbing dan Mekanikal di bawah pengarahan
Konsultan Pengawas/Direksi.

Pasal 31
Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Alumunium

(1) Lingkup Pekerjaan.


a) Pekerjaan Rangka Kusen:
1) Kusen pintu, jendela dan bouvenlight.
2) Pekerjaan lain yang tercantum dalam Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan.


a) Ukuran kusen adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b) Rangka Kusen alumunium, Alumunium Silver CA 4 lengkap acesories sekualitas
Alexindo. Referensi bahan sesuai dengan SII, mutu kelas A untuk keawetan dan kekuatan
material.
c) Mutu dan kualitas bahan yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan butir berikut
ini.Semua bahan yang dipakai harus kuat, lurus, tidak mudah bengkok, tanpa cacat
Ukuran bahan adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
d) Bahan & Alat Bantu.
Bahan yang dipakai adalah tipe A dengan referensi SII. Bahan perekat adalah lem silent
untuk karet, produk kualitas baik atau setaraf Fox. Semua pengikat berupa paku, sekrup,
baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus digalvanisasi.

(3) Persyaratan Pelaksanaan.


a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan untuk:
Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai Gambar Kerja
agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan yang mengakibatkan pembongkaran.
Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker,
dynabolt, sekrup, paku & lem perekat harus rapi dan sempurna serta tidak diperkenankan
mengotori bidang-bidang tampak. Khusus untuk bahan sambungan/pengikat dari besi
seperti angker, sengkang, pelat dan sebagainya; sebelum terpasang harus sudah diberi
lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pekerjaan Pengecatan di buku
ini.
Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan pemasangan paku
tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila
pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor,
maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah
disetujui Konsultan Pengawas.
Pasal 32
Pekerjaan Daun Pintu, Daun Jendela
dan Bovenlight Alumunium/Kayu

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Pekerjaan daun Pintu Alumunium 4” CA Silver sek. Alexindo.
b) Rangka daun Jendela dan Bovenlight alumunium lengkap accessories.
c) Pembuatan kosen pintu dan kisen jendela 6/12 kayu Bengkirai, sesuai gambar
perencanaan/bestek.
d) Pembuatan daun pintu 4/12 panil kayu bengkirai, sesuai gambar perencanaan / bestek.
e) Pemasangan alat-alat gantung seperti engsel pintu , kunci tanam 2 x putar:
1) Setiap pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel.
2) Kunci tanam pada pintu panil bengkirai.
f) Pemasangan kaca tebal 5 mm.

(2) Persyaratan Bahan.


a) Daun Pintu, Daun Jendela & Bovenlicht Alumunium.
Bahan Rangka daun jendela : Alumunium Silver 4’’
dan bovenlight
Panel daun pintu : Kaca 5 mm Bening
Ukuran : Sesuai Gambar Kerja
Persyaratan : Sesuai dengan Pasal 32 tentang: Pekerjaan Kusen
Pintu dan Jendela Alumunium.

b) Kaca
Sesuai dengan persyaratan bahan kaca, Pasal 35 tentang Pekerjaan Kaca.

(3) Persyaratan Umum.


a) Tipe pintu, jendela, yang terpasang harus sesuai dengan Daftar Tipe yang tertera dalam
Gambar kerja dengan memperhatikan ukuran-ukuran, material, detail, arah bukaan, dan
lain-lain.
b) Semua daun pintu dan daun jendela, bovenlight dibuat baru baik rangka maupun lapisan
penutupnya.

1. Pekerjaan Kusen
a) Untuk Pekerjaan daun pintu harus memenuhi persyaratan pelaksanaan Pekerjaan
alumunium.
b) Semua ukuran daun pintu dan daun jendela yang tertera dalam Gambar Kerja adalah
ukuran jadi dan harus lurus, tanpa cacat, melenting, cacat akibat benturan, cacat
paku, ataupun retak-retak yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Jika hal-hal
tersebut ditemui, maka Kontraktor harus mengganti dengan biaya ditanggung
Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai biaya kerja tambah.
c) Penyetelan dijaga agar permukaan tidak cacat, kayu penyokong tidak boleh
dipasang pada bidang luar dan dipasang sedemikian rupa sehingga kayu penyokong
mudah dilepas setelah kosen dipasang kokoh.
d) Bagian-bagian yang tertanam atau berhubungan langsung dengan bahan lain seperti
misal tembok, beton serta bagian lain, sebelumnya harus dimeni sampai rata.
e) Setiap kosen baru yang berhubungan dengan dinding harus diberi angkur dari besi
sebanyak 4 buah untuk kosen pintu.
f) Kosen-kosen harus dilindungi supaya sudut-sudutnya tidak rusak selama waktu
penyetelan sampai pengecatan.
g) Semua kosen pintu/jendela, sebelum dan sesudah terpasang harus water pass.
h) Di atas kosen dengan bentangan 100 cm atau lebih harus dipasang balok latei
beton bertulang.
i) Semua sambungan kayu dibuat dengan kaidah secara teknis, rapi, rapat, kuat serta
pada sambungan harus dilem kayu.
j) Semua pekerjaan kosen yang kelihatan, harus diketam sampai halus dan rata.
k) Semua ukuran kayu yang tersebut dalam gambar adalah ukuran kayu jadi
setelah mengalami proses pembuatan antara lain.

2. Pekerjaan daun pintu


a) Pemasangan daun pintu harus tepat pertemuannya dengan kosen.
b) Untuk daun pintu panil menggunakan panil atau sesuai gambar, kualitas baik.
Konstruksi pelaksanaan sesuai gambar.
c) Kaca yang dipakai kaca bening, tebal sesuai gambar 5 mm, semua kaca harus benar
benar datar dan tidak boleh menggelombang.
d) Disyaratkan: Dibuat alur air pada sisi sebelah luar kusen baik secara vertical
maupun horisontal.
e) Pelaksanaan Pemasangan:
Pemasangan daun pintu dan jendela harus terpasang sejajar tidak timpang dalam
pemasangan, tidak goyah, tidak macet/seret jika dibuka dan ditutup, celah tidak
terlalu besar dan diberikan toleransi untuk pemuaian. Prinsip pelaksanaan ini perlu
diperhatikan dan dijaga agar tidak terjadi pembongkaran kembali pekerjaan
dikemudian hari.
f) Daun Pintu Alumunium.
Pelaksanaan harus sesuai dan memenuhi persyaratan pelaksanaan Pekerjaan Pintu
Alumunium (Pasal 33).

Pasal 33
Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela
(Alat Penggantung dan Pengunci)

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan ini meliputi:
a) Pekerjaan pemasangan engsel pintu dengan engsel baru.
b) Pekerjaan pemasangan kunci baru termasuk pintu KM/WC.
c) Pekerjaan pemasangan selot baru untuk daun pintu dobel.
d) Pekerjaan pemasangan hak angin dan engsel jendela baru.
e) Pekerjaan perlengkapan pintu & jendela lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan.


Semua alat penggantung & pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau
penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari Pejabat Pembuat
Komitmen.
a) Perlengkapan Pintu:
1) Engsel
Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”)
Spesifikasi : Tipe standard, memenuhi standard SII
Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda
Ukuran : Standard produk
Jumlah : 2 (dua) set per daun pintu/sesuai standard fabrikasi
Produk : Ex Lokal mutu terbaik
Warna : Disesuaikan kusen dan pintu
Mekanisme : Engsel Floorhing
Spesifikasi : Tipe standard, memenuhi standard SII
Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda
Ukuran : Standard produk
Jumlah : 2 (dua) set per daun pintu. Sesuai standard fabrikasi
Produk : Ex Lokal mutu terbaik
Warna : Disesuaikan kusen dan pintu.
2) Kotak Kunci (“Lockcase”)
Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”)
Pemakaian : Pintu tunggal
Spesifikasi : Lockcase
Produk : Lokal
Warna : Disesuaikan kusen dan pintu.

3) Pegangan (“Handle”)
 Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (“Latch Bolt”) secara
Mekanis yg menyatu dengan silinder kunci
Pemakaian : Untuk semua pintu selain KM/WC
Produk : Lokal. mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.

 Spesifikasi : Pegangan dg tombol putar, kunci pada bagian dalam


Pemakaian : Pintu KM/WC
Produk : Lokal, mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.

b) Perlengkapan Daun Jendela


1) Engsel Jendela
Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”)
Spesifikasi : Tipe sesuai fabrikasi, memenuhi standard SII
Pemakaian : Semua daun jendela
Ukuran : Standard produk
Jumlah : 2 (dua) set per daun jendela.sesuai standard fabrikasi
Produk : Lokal, mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.

2) Selot Jendela
Mekanisme : Ditarik ke atas (dengan per)
Pemakaian : Semua daun jendela
Spesifikasi : Standard
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu
Produk : Lokal mutu terbaik
Warna : Ditentukan kemudian.

3) Hak Angin Jendela


Mekanisme : Geser
Pemakaian : Semua daun jendela
Spesifikasi : Ramskar geser dengan baut pengunci
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu
Produk : Lokal, mutu terbaik.
Warna : Ditentukan kemudian.

c) Kehandalan Kerja.
Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum
dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.

(3) Persyaratan Pelaksanaan


Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan
Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Engsel atas, dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada
pintu-pintu umum biasa. Engsel pintu toilet/peturasan adalah + 32 cm (as) dari permukaan
bawah pintu.
Pasal 34
Pekerjaan Kaca

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Pekerjaan kaca daun jendela dan lubang cahaya (bovenlicht).
b) Pekerjaan kaca seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan.


Semua kaca yang dipakai dari standard produk dengan SII 0189/78.
a) Tipe Bahan, Kaca Bening (Clear Float Glass)
Tebal : 5 mm dan kaca es 5 mm.
Warna : Bening /kaca es (clear).
Pemakaian : Semua daun jendela dan bouvenlicht ruangan dalam dan arah
keluar bangunan.
Tipe/Produk : Lokal. mutu terbaik.
Semua kaca harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lain.
Semua bahan kaca yang dipakai harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
b) Toleransi tebal:
Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal sebagai berikut:
Jenis Tebal Toleransi
(mm) (mm) (mm)
5 5 + 0,3
6 6 + 0,3
12 12 + 0,3
c) Kesikuan.
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku serta tepi
potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah
1,5 mm per meter.
d) Cacat-cacat.
Kaca lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda apapun.
Lapisan perak (“Chemical Deposited Silver”) pada kaca cermin yang dipakai harus
terlihat merata. Apabila terjadi bercak-bercak hitam, maka kaca cermin harus diganti atas
biaya Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.

(3) Persyaratan Pelaksanaan


a) Pekerjaan Pemasangan Kaca Jendela.
Sebelum pemasangan kaca, kusen telah terpasang kokoh dan telah selesai sesuai dengan
Gambar Kerja, dan telah memenuhi persyaratan pekerjaan kusen/logam yang diuraikan
dalam Pasal 32 tentang: Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Alumunium.

Pasal 35
Pekerjaan Saniter

(1) Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan:
a) Pemasangan Kloset Duduk sekualitas TOTO
b) Pemasangan Wastafel sekualitas TOTO.
c) Pemasangan Floor Drain stainless.

(2) Persyaratan Bahan.


Jenis, ukuran, warna sesuai petunjuk Gambar Kerja serta RKS ini dan yang telah disetujui
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/Direksi dan Konsultan Pengawas.
a) Kloset Duduk
Produk : Mutu terbaik Standar (SNI)
Bahan : Keramik/Porslen
Tipe : Duduk /Monoblock
Warna : Ditentukan kemudian.

b) Wastafel Lengkap
Produk : Mutu terbaik sekualitas (setara) TOTO
Bahan : Keramik/Porslen
Tipe : Standard
Warna : Disesuaikan pas. Keramik dinding.

c) Floor Drain
Produk : Mutu terbaik sekualitas (setara) TOTO
Bahan : Stainless steel
Ukuran : 3”

d) Kran Air (Dinding)


Produk : Mutu terbaik sekualitas TOTO
Ukuran :½“
Type : Kran dinding.

Perlengkapan (“accessories”) untuk unit-unit saniter tersebut di atas harus lengkap dari
kran sampai pipa pembuangan (“drain”). Semua “accessories” yang terpasang harus utuh,
tidak cacat, dan lengkap. Sedangkan item lingkup pekerjaan lainnya, sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan.

(3) Persyaratan Pelaksanaan.


Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya menggunakan sambungan
ulir. Penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu harus dilapisi dengan “Red Lead Cement”
dan memakai pintalan atau serat halus.Pada tempat-tempat khusus digunakan sambungan
“flanged”. Pada penyambungan dengan “flanged” perlu dilengkapi dengan “ring type gasket”
untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.

Pasal 35
Pekerjaan Langit-langit/Plafond

(1) Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Pekerjaan langit-langit dengan bahan Gypsum tebal 9 mm , untuk seluruh bangunan dan
GRC 4 mm untuk K. Mandi, bagian luar bangunan atau sesuai Gambar Kerja.
b) Pemasangan lis profil C 7 Gypsum, diprofil pada bagian tepi plafond.

(2) Persyaratan Bahan


a) Gypsum lembar
Bahan : Gypsum
Tebal : 9 mm
Ukuran Panel : 120 x 240 cm
Pas. Rangka : Hollow 20.40 dan 40.40
Produk : Lokal, mutu terbaik (setara Knauff).

b) Rangka Langit-langit
Bahan : Hollow
Ukuran : 20.40
Bahan harus memenuhi persyaratan bahan.
c) Lis Profil Gypsum untuk Plafond Gypsum
Ukuran lis profil : C. 7
Produk : Lokal, mutu terbaik.

(3) Persyaratan Pelasanaan.


a) Ketinggian kerangka langit-langit setelah terpasang dan disetel harus sesuai dengan
ketinggian langit-langit jadi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
b) Bahan yang digunakan untuk rangka plafond adalah hollow 20.40 dan 40.40 untuk rangka
induk. Ukuran rangka plafond adalah 50 x 50 cm.
c) Pemasangan rangka plafond harus selalu melakukan koordinasi dengan tim yang akan
memasang titik lampu apabila pemasangan lampu yang digunakan adalah type inbow
d) Lembaran-lembaran Gypsum harus dipasang pada rangka yg sdh terpasang dengan skrup
pada setiap jarak 20 cm (1,5 cm dari tepi).
Di bagian tengah lembaran dipaku dengan skrup secukupnya pada rangka agar
permukaan bidang tidak melendut.Bahan plafond gypsum digunakan untuk semua
ruangan yang tercantum pada gambar kerja.
e) Setelah penutup plafond terpasang, pada bagian sambungan dan kepala paku ditutup engan
kain kassa dan dirapihkan dengan menggunakan calsibond hingga permukaanya menjadi
rata.
f) Rangka plafond yang baru harus dalam kondisi baik dan memenuhi syarat untuk
dipergunakan.
g) Finishing adalah cat acrylic (cat tembok).
Pelaksanaan pengecatan harus memenuhi persyaratan pekerjaan pengecatan seperti
diuraikan dalam bab Pekerjaan Cat & Laburan dalam RKS ini. Warna ditentukan
kemudian.

Pasal 37
Pekerjaan Pengecatan

(1) Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang dimaksud meliputi:
a) Pekerjaan Pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang ditampakkan,
dan langit-langit dengan cat tembok.
b) Pengecatan lisplank dan list plafond.
c) Pekerjaan Pengecatan Plint dengan cat plincoat.

a) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Plesteran Dinding, Beton dan Langit-Langit.


Semua permukaan plesteran dinding, permukaan beton yang tampak/exposed dan langit-
langit seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b) Pekerjaan Pengecatan Kayu.
1) Cat akhir (“finish”) untuk permukaan kayu yang ditampakkan, seperti: lisplank atau
tempat lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2) Cat dasar/meni besi untuk pekerjaan pengecatan kayu seperti tercantum dalam
Gambar Kerja.

(2) Persyaratan Bahan


a) Cat Tembok
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas utama, sek. Sanlex tahan terhadap udara dan
garam, produk lokal. mutu terbaik.
b) Cat Logam
Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss sekualitas Avian atau Produk lokal. mutu
terbaik.
c) Plamur dan Vernis
Bahan dari kualitas utama, produk ex Lokal mutu terbaik.
d) Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di mengenai kemurnian
cat yang akan dipergunakan, Pembuktian berupa:
1) segel kaleng
2) test BD
3) test laboratorium
4) hasil akhir pengecatan.
e) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan
dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan, dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai
dengan lapisan akhir.
f) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan
diteruskan ke Pejabat Pembuat Komitmen, minimal 5 Galon tiap warna dan jenis cat yang
dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas
identitas cat yang ada di dalamnya.Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen untuk Perawatan.

(3) Persyaratan Pelaksanaan


a) Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
b) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan, permukaan dinding kering dan bersih,
diamplas/dibersihkan terlebih dahulu hingga permukaan bidang yang akan dicat terlihat
bersih.dan kering.
c) Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan
pelindung misalnya: masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai waktu
pelaksanaan pekerjaan.
d) Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan roll cat.
e) Standard Pengerjaan (“Mock-Up”).
Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang
untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan
contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai
sebagai standard minimal keseluruhan Pekerjaan Pengecatan.
f) Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksi/Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi/ Konsultan
Pengawas.
g) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding, Beton dan Langit-Langit:
1) Sebelum pelaksanaan:
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda lain, bekas-
bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
2) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak memungkinkan untuk
menggunakan roller.
3) Permukaan Interior.
 Lapisan Pertama:
Cat jenis Acrylic Wall Filler, pelaksanaan pekerjaan dengan kape, ketebalan lapisan
adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter adalah 10 m2, tunggu selama
minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan, berikutnya.
 Lapisan kedua dan Ketiga :
Cat jenis Vynil Acrylic Emulsion, pelaksanaan pekerjaan dengan roller, ketebalan
lapisan adalah 25–40 micron atau daya sebar per liter adalah 11–17 m2. Tenggang
waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan kemudian.
4) Permukaan Exterior.
 Lapisan Pertama:
Cat jenis Acrylic Wall Filler, pelaksanaan pekerjaan dengan kape, ketebalan lapisan
adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter adalah 10 m2. Tunggu selama
minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
 Lapisan kedua dan Ketiga:
Cat jenis Watershield, pelaksanaan pekerjaan dengan roller, ketebalan lapisan adalah
25–40 micron atau daya sebar per liter adalah 11–17 m2. Tenggang waktu antara
pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan kemudian.
h) Pekerjaan Pengecatan Logam yang Ditampakkan.
Bersihkan seluruh permukaan besi dari bahan yang mengotori atau bahan lain yang
sekiranya akan mengganggu jalannya pekerjaan finishing.
i) Pekerjaan Pengecatan Logam yang Tidak Ditampakkan.
Untuk semua permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar/menie besi
warna hijau 1 lapis Pelaksanaan dengan kuas.

Pasal 39
Pekerjaan Plumbing/Sanitasi

(1) Umum
Syarat Syarat Teknis (Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Plumbing/Sanitasi yang diuraikan di sini
adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat Syarat Teknis (Spesifikasi
Teknis) Pekerjaan Mekanikal/Elektrikal adalah bagian dari Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS).

(2) Lingkup Pekerjaan


Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing
(pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan
sampai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada Gambar
Kerja maupun yang dispesifikasikan (RKS).
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material, instalasi dan testing
terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 6 (enam) bulan. Ketentuan-
ketentuan yang tercantum, baik di dalam Gambar Kerja, Syarat Syarat Teknis Pekerjaan
(Spesifikasi Teknis Pekerjaan) maupun tidak, tetapi perlu (harus) untuk pelaksanaan pekerjaan
instalasi secara keseluruhan, harus juga (wajib) dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Secara
umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada Proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem plambing/sanitasi sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti
yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem/ peralatan,
walaupun tidak tercantum pada Syarat Syarat Teknis Pekerjaan dan/atau Gambar Dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :
a) Instalasi Air Bersih
Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar bangunan,
lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi
tekniknya. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi
plambing serta peralatan-peralatannya. Pembersihan pipa (plushing) dengan menggunakan
aliran air yang bertekanan oleh pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan untuk
seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik
dan aman. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersih site.
b) Instalasi Air Kotor/Air Buangan
1) Pengadaan dan Pemasangan pipa air kotor/air buangan Iengkap dengan peralatan dan
berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan
lain sebagainya.
2) Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor/air buangan dari dalam bangunan menuju
saluran drainnase dan septictank.
3) Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out dan filternya.
4) Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
5) Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
6) Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.

(3) Umum
a) Pengecatan.
1) Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga, semua
unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat
dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan pengecetan yang sesuai
dengan bahan masing-masing.
2) Pengecetan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau dinyatakan lain
dalarn spesifikasinya atau untuk bahan aluminium.
3) Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi
peralatannya dengan cat. Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-perlatan itu kepada. Konsultan
Pengawas.

b) Peralatan.
1) Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-tempat
rendah tertutup.
2) Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan alat ukur
yang tidak dipasang tetap pada tempat tempat yang penting.
3) Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi
serta simetris.
4) Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa ditempat tempat
tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.

c) Ukuran (Dimensi).
Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail terdapat pada Gambar Kerja harus ditaati
oleh Kontraktor. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) Gambar Perencanaan (Gambar
Kerja), dan bila terjadi perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan
dengan Konsultan Pengawas. Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan
pengukuran dan penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

(4) Instalasi Air Bersih.


a) Pipa.
Pipa dengan dia 1" s/d 4", baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang menuju
fixtures menggunakan pipa PVC AW sek Maspioan atau yang setara.
b) Fitting.
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
c) Valves.
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3" diperkenankan menggunakan sambungan ulir
(screwed). Valve pada fixture dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus
dibuat untuk fixture tersebut, harus mengkilat tanpa cacat. Semua valve harus mempunyai
diameter yang sama besar dengan pipanya.
Semua valve dari merek ONDA atau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi
dengan brosur/katalog dari pabrik pembuat. Kelas valve yang digunakan adalah pn 150
(150 psi).
d) Pemasangan Pipa.
1) Pipa Tegak.
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok/lantai. Kontraktor harus
membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok sesuai pada
kebutuhan pipa. Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga
tidak keliharan dari luar. Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang
rapi sehingga tidak terlihat bekas-bekas dari bobokan.

2) Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan
penyangga (support) atau penggantung (hanger). Jarak antara pipa dengan dinding
penggantungan disesuaikan dengan keadaan lapangan.

3) Penyambung Pipa.
 Sambungan Ulir.
Penyambung an ulir antara pipa derigan fitting dilakukan untuk pipa dengan diameter
sampai 40 mm (11/2”). Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua
sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan campuran
minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda. Tiap ujung pipa
bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer. Semua pipa
harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
 Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai dengan
jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting,
dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press khusus. Pemotongan pipa harus tegak
lurus terhadap pipa.
 Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum. Sambungan las ini
berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las/elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mendapatkan
ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Setiap bekas sambungan las harus
segera di cat dengan cat khusus untuk itu.
 Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut
menembus beton. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
ruang longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi
tuang atau baja. Untuk yang diinginkan kedap air harus di lengkapi dengan
sayap/flens/water stop. Untuk pipa-pipa harus menembus kontruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk.

4) Penanaman Pipa di Dalam Tanah.


 Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
 Diberi pasir urug padat setebal 10 cm
 Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm untuk
penempatan pipa sambungan pipa.
 Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.
 Setelah hasilnya baik, ditimbun kemhali dengan pasir urug padat setebal 15 cm
dihitung dari alas pipa.
 Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang halok/penguat dari beton agar fitting-fitting
tidak bergerak jika beban tekan diberikan.
 Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula.
5) Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.
 Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan tekanan
hidrolis 15 Kg/Cm2 selama 24 jam tanpa teijadi perubahan/penurunan tekanan.
 Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh kontraktor.
 Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas atau yang kuasakan untuk itu.
 Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki bagian-
bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil dengan baik.
 Dalam, hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya pemakaian air
dan listrik.

6) Pengujian Sistem Kerja (Trial Run).


Setelah semua instalasi air bersih lengkap, temasuk penyambungan ke pipa distribusi,
Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistem-sistem kerja (trial run) dari
seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh Pengawas Pengawas Lapangan atau
yang ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja dengan baik.

7) Pekerjaan Lain-Lain.
Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah
pembobokan dinding/selokan, penggalian dan pengangkutan tanah dari hasil dan lain-
lain yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula.

(5) Instalasi Air Kotor/Air Buangan


a) Material
1) Pipa di dalam Ruangan.
Pipa dengan ukuran 1'/2"-4" baik pipa utama maupun pipa cabang mengunakan PVC
class AW, Pipa PVC sek.Maspion atau yang setara.

2) Pipa di luar Ruangan.


Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan pipa PVC
class AW, Pipa PVC sek. Maspion atau yang setara.

3) Accessories.
 Fitting dari pipa PCV harus dari hahan yang sarna (PVC) yang dibuat dengan cara
injection moulding.
 Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
 Saringan air hujan/roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber class.
 Yang mempunyai benfuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment bowl.

b) Cara Pemasangan Pipa.


1) Pipa di Dalam Ruangan (termasuk pipa vent).
 Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1-2 %. Perletakan pipa harus diusahakan
berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding/tembok maupun pada ruang
yang berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus menggunakan
fitting dengan sudut 45° (misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius.
 Pipa di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah/jalan dengan tebal/tinggi
timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah/lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug Selanjutnya setelah pipa
diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug dengan tanah sampai padat.
Kontruksi permukaan tanah/lantai bekas galian harus dikembalikan seperti semula.
 Penanaman Pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap sambungan
pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm. Untuk mendapatkan sambungan pipa
pada bagian yang membelok ke atas (vertikal) harus diberi landasan dari beton.
Caranya seperti pada gambar perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan memiringan 1-2% dari titik mula di
dalam gedung sampai ke saluran drainage.

2) Pipa Saluran Luapan Septic Tank.


Pipa dipasang dan ditanam di hawah permukaan tanah/jalan kemiringan 1-2% dari
titik permulaan septic tank ke drainage kota. Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan
kendaraan dengan kedalaman kurang dari 90 cm, pada bagian atas pipa harus dilindungi
pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm, pelat beton tersebut tidak tertumpu pada pipa.

3) Pipa Saluran Ipal (Bioseptick) pabrikasi.


Pipa dipasang dan ditanam di hawah permukaan tanah/jalan kemiringan 1-2% dari
titik permulaan bioseptick ke drainage kota. Pada air saluran dari ipal setelah melalaui
filterisasi akan menghasilkan air yang layak di alirkan ke saluran kota.

4) Penyambungan Pipa.
Pipa PVC dengan diameter 3" ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar
harus disambung dengan rubber ring joint
 Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
 Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih dahulu
sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
 Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari pipa yang
akan saling melekat.
 Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan disambung
harus bebas dari benda-bcnda/kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air di dalam
pipa.

c) Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean Out


Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.
Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir (screw) dan membentuk sudut 450
dengan pipa utamanya.

d) Pengujian
1) Seluruh sistem air kotor/buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum disambung ke
peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah
12,5 Kg/Cm2.
2) Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum pemipaan
disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air.
Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi pengurangan
volume air.
3) Peralatan dan bahan untuk bahan pengujian disediakan oleh kontraktor.
4) Kontraktor harus memperbaiki seqala cacat dan kekurangan-kekurangannya.
5) Konsultan Pengawas Lapangan berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini
dianggap perlu.
6) Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan balk atau kurang memuaskan,
maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab
kontraktor.
7) Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh Konsultan
Pengawas Lapangan.
Pasal 40
Pekerjaan Instalasi Listrik

(1) Umum
Syarat Syarat Teknis Pekerjaan (Spesifikasi Teknis Pekerjaan) Elektrikal yang diuraikan
disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor, dalam hal pengerjaan
instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam
maupun di luar bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat Syarat Umum Pekerjaan Elektrikal
dan Syarat Syarat Teknis Pekerjaan (Spesifikasi Teknis Pekerjaan) Elektrikal merupakan
bagian dari Rencana Kerja dan Syarat Syarat. (RKS).

(2) Prinsip Penyediaan Daya Listrik


Daya dari PLN disalurkan sampai dengan panel ukur (kwh meter). Selanjutnya
didistribusikan ke panel-panel utama (LVMDP).

(3) Lingkup Pekerjaan


Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem listrik sebagai suatu
sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar
maupun yang dispesifikasikan. Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang/material,
instalasi, testing/pengujian, pengesahan terhadap seluruh material berikut
pemasangan/instalasinya oleh badan resmi PLN, LMK dan/Badan Keselamatan Kerja, serta
serah terima dan pemeliharaan/garansi selama 12 bulan. Ketentuan-ketentuan yang tidak
tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi/syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan
ini. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah:
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem listrik sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku seperti yang
ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem/peralatan, walaupun
tidak tercantum pada syarat-syarat Khusus Teknik atau gambar dokumen.
Pekerjaan inl meliputi:
a) Pekerjaan di dalam Ruangan
1) Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel daya/penerangan termasuk di
dalam pekerjaan ini adalah penarikan kebel/konduktor pentanahan netral/badan panel.
2) Pengadaan dan pemasangan kebel-kabel jenis NYY, untuk penghubung antar panel
daya/penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa
dll).
3) Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak. Termasuk
pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan armatur penerangan, baik penerangan
normal maupun darurat.
4) Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray Iengkap dengan material bantu yang
dibutuhkan.
5) Pengadaan dan pemasangan instalasi underfloor duct lengkap dengan material bantu
yang dibutuhkan.

(4) Gambar Kerja


Gambar Kerja Elektrikal menunjukkan secara khusus teknik pekerjaan listrik yang di
dalamnya dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu lainnya.
Pengerjaan dan pemasangan peralatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Gambar
Kerja Arsitektur, Struktur, Elektrikal dan Kontrak lainnya haruslah menjadi referensi untuk
koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan. Kontraktor harus menyesuaikan peralatan
terhadap perencanaan dan memeriksanya kembali. Setiap kekurangan/kesalahan perencanaan
harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan/Pihak lain yang ditunjuk untuk
itu.
(5) Ketentuan Ketentuan Instalasi
a) Peralatan Instalasi Tegangan Rendah.
Meliputi pengadaan dan pemasangan power receptacle outlet (stop kontak), saklar, kontak-
kontak tarik (pull box), cabinet/panel daya, kabel, alat-alat bantu dan semua peralatan lain
yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari sistern instalasi
daya tegangan rendah 220/380 V dan penerangan.

1) Kotak-kotak (doos) Outlet.


 Jenis.
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PULL, AVE atau standar
lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single / multi gang box empat persegi atau segi
delapan. Ceiling box dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang
dengan balk dan benar.

 Ukuran.
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat yang
diperlukan. Setiap kotak harus cukup besar unutk menampung jumlah dan ukuran
conduit, sesuai dengan persyaratan, tetapi kurang dari ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.

 Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type) Kotak-kotak outlet di tempat-tempat


tersebut dibawah ini harus dari tipe yang diberi gasket tahan cuaca :
 tempat-tempat yang kena matahari,
 tempat-tempat yang kena hujan,
 tempat-tempat yang kena minyak,
 tempat-tempat yang kena udara lembab,
 tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.

 Outlet Pada Permukaan Khusus.


Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok
beton, mamer, frame besi, bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan harus
mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak.

2) Saklar dan Stop Kontak.


 Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disya atkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding
dan receptaI les outlet harus (alvani stee dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1
cm x 10,1 cm un uk peralatan tunggal dan 11,9 cm x 11,9 cm untuk dua peralatan
dan kotak-kotak multi gang untuk lebih dari dua peralatan.

 Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanis dengan rating minimum 10A/ 250
V. Saklar pada umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok, kecuali
ditentukan lain pada gambar. Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang
pada ketinggian 140 cm di atas lantai yang sudah selesai. Saklar-saklar tersebut harus
di pasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak
yang berdekatan. Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding
dengan ketinggian 110 cm atau 30 cm dari permukaan lantai yang sudah selesai
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas Lapangan. Saklar dan stop kontak sek Brocco,
Clipsal atau setara.

 Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan)
dengan ranting minimum 10 A/ 220 V. Cara pemasangan harus disesuaikan dengan
peraturan PUIL dan diberi saluran pentanahan.
 Pendukung dan Pengikat.
Kotak-kotak pelat baja didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai
bentuk yang tetap.

3) Kabel-kabel.
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi kabel
tegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatanperalatan dan barang-barang lain
yang diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari
semua system dan peralatan, Biaya Penyambungan Listrik (BP) ke PLN, 2.2 KVA.

 Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600 V)


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN dan LMK untuk pengganguan sebagai kabel instalasi dan peralatan
(mesindan), serta penggunaan kabel untuk CCTV.kecuali untuk peralatan khusus
seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pebrik pembuatnya.
Ukuran kabel daya/instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5 mm2 kecuali untuk
pemakaian kontrol pada sistem remote control yang kurang dari 30 meter panjangnya
bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2. Kecuali disyaratkan lain, kabel
tanah harus jenis NYFGbY dan kabel instalasi di dalam bangunan dari jenis NYY,
NYM dan NYMHY (untuk kebel kontrol). Semua kabel instalasi di dalam bangunan
harus berada didalam konduit atau dipasang di atas cable tray/cable rack dan
diklem/diikat dengan pengikat kabel (cable tie) sesuai dengan kebutuhannya. Semua
konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam bangunan
harus diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel
maksimum adalah 40 %. Kabel merek Supreme, Kabelindo, Kabelmetal & Tranka.

 Kabel Tanah Tegangan Rendah


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanah
langsung di dalam tanah. Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 keatas harus
berurat banyak dan dipilin (stranded) Ukuran kabel daya/instalasi terkecil adalah 2,5
mm2, kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem yang perakaian kontrol pada
sistem remote yang kurang dari 30 meter panjangnya (bisa-menggunakan kabel
dengan ukuran 1,5 mm2). Cara penanaman kabel secara langsung didalam tanah
(direct burial) harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk cara persilangan
dengan pipa air dan kabel telekomunikasi dan kebel tegangan menengah 20 kV.
Apabila diperlukan penyambungan kabel dalam tanah, harus dilakukan dengan alat
penyambung khusus (jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin-cold pour
system. Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang
benar-benar ahli dengan cara dan metode penyambungan mengikuti anjuran. Pabrik
pembuat jointing kit yang digunakan sehingga diperoleh hasil penyambungan yang
andal, tahan terhadap lembab, mempunyai sifat isolasi yang tinggi dan mempunyai
kekuatan mekanis yang tinggi. Kabel merek Supreme atau setara (4 besar), jointing
kit ex Raychem atau setara.

 Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak


Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya
harus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke sakiar
dan titik cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar. Kabel
yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis
NYM dan diletakkan di dalam PVC highimpact heavy gauge. Luas penampang kabel
NYM yang digunakan minimum 3x2,5 mm2, ek.Supreme atau setara.
 Splice/ Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan-sambungan
di dalam pipa konduit. Sambungan atau pencabangan harus dilakukan didalam
kotakkotak cabang atau kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan
stop kontak. Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus kuat
secara elaktris dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau
soldered. Dalam membuat pencabangan atau sambungan, koncktor harus
dihubungkan pada konduktorkonduktor dengan balk sedemikian rupa, sehingga
semua konduktor tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan
tidak bisa lepas oleh getaran.

 Kabel Kontrol.
Di tempat-tempat yang ditunjuk pada garnbar atau disyaratkan, kabel kontrol
motor, starter dan peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis standed
annealed copper yang fleksibel. Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon
dengan rating teganyan sampai 600 V. Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang
diperlukan (minimum 2,5 sqmm untuk panjang lebih dari 30 m) untuk mendapatkan
operasi yang mernuaskan dari peralatan yang di kontrol, dengan pertimbangan-
pertimbangan mengenai panjang circuit dan sebagainya. Kabel merek Supreme,
Kabelindo, Kabel Metal dan Tranka.

 Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splin, conection dan lain-lain seperti karet, PVC,
vernished carnbric, asbes, gelas, tape sintetis, splice case, composition dan lain-lain
harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain
yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui, menurut anjuran
perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya.

 Pemasangan Kabel.
1. Pemasangan di Permukaan.
a. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan. Semua kabel harus
dipasang didalam konduit PVC high - impact heavy gauge, dipasang di
permukaan plat beton langit-langit dengan klem pendukung yang sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus di cat dengan cat anti karat. Semua
kabel harus dipasang lurus/sejajrl2-dengan rapi dan teratur. Pembelokan
kabel harus dilakukan dcnqan jari-jari lengkungan tidak boleh kurang dari
syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali ø kabel) Konduit ex Ega, Clipsal atau
setara.

b. Kabel Daya Penghubung Antar Panel.


Kabel-kabel daya diletakkan diatas cable trey, di klem pada cable trey dengan
cable ties (pita plastik pengikat kabel). Pemasangan cable trey harus
mengikuti jalur yang direncanakan secara rapi dan digantunq atau disangga
secara kokoh dengan penggantung/penyangga besi yang di klem ke plat
beton. Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan
sendiri peralatan penunjang seperti trey, klem, besi penunjang, penggantung
dan peralatan lainnya, baik untuk kabel yang dipasang horizontal maupun
vertikal. Peralatan penunjang tersebut hares sudah dipernitungkan pada biaya
pemasangan kabel tersebut.

c. Kabel Daya dari Panel Daya Motor ke Motor-motor Pompa.


Jenis Kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di dalam konduit
metal tahan karat (galvanized/white metal conduit) yang diletakkan diatas
pelat lantai.
Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju motor dengan
faktor pengisian 40 %. Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju
motor, kabel ditarik ke terminal motor flexible metal konduit yang juga tahan
karat. Ukuran konduit fleksible ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit
dan disambung dengan cara sedemikian rupa, sehingga benar-benar kedap air.
Demikian juga penyambungan pipe fleksibel terhadap box terminal motor.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan contoh konduit
fleksibel serta cara penyambungannya terlebih dahulu kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk disetujui.

2. Pemasangan di Dalam Dinding.


Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang didalam dinding harus
diletakkan didalam konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran
minimum 3/a". Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus
dilakukan setelah pipa selesai ditanam.

3. Pemasangan Menembus Dinding.


Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang terbuat
dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang kabel.

 Penggunaan Warna Kabel.


Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGby untuk tegangan netral dan non
harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh 2000, yaitu:
1. Sistem Tegangan 220 V, 1 fasa
Hitam : Fasa
Biru : Netral
Kuning/Hijau : Pentanahan

2. Sistem Tegangan 220/380 V, 3 fasa


Merah : Fasa R
Kuning : Fasa S
Hitam : Fasa T
Biru : Netral (N)
Kuning/Hijau : Pentanahan (G)

 Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termusuk kotak-kotak yang ada diatas daya dan panel
daya motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan,
sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.

 Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam/tersembunyi harus juga dipasang
secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit.

4) Kabinet Panel Daya.


Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan Ketebalan rninimum 1,7 mm untuk
panel yang dipasang menempel di dinding dan minimum 2 mm untuk jenis floor
standing, kecuali yang sering kena basah/hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang
tahan kelembaban atau konstruksi khusus. Kabinet untuk panel daya/kontrol harus
mempunyai ukuran yang proporsional seperti dipersyaratkan untuk panel daya yang
besarnya menurut kebutuhan, sehingga untuk frame/rangka panel harus ditanahkan.
Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel
panel daya serta penutupnya. Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur
dengan balk, rapi dan benar.
 Finishing.
Semua rangka, penutup, copper plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat
tahan karat dengan cat dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir (finishing
paint). Penentuan warna dan merek cat sebelumnya harus dimintakan persetujuan ke
Konsultan Manajemen Konstruksi. Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan
cara galvanized cadmium plating ataa-crengan zinc chromate dan di cat dengan cat
akhir sistem bakar (oven).

 Kunci.
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "flat lock" jenis kunci untuk setiap
kabinet hares dari tipe "common key", sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah
sama. Pada masing-masing cabinet harus disediakan dua anak kunci.

 Tinggi Pemasangan Panel.


Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel dengan
mudah masih dapat dijangkau, tergantung pada tipe/macam panel, bila dibutuhkan
alas/pondasi/penumpu/penggantung, Kontraktor harus menyediakan dan memasang,
sekalipun tidak tertera pada gambar.

 Label.
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group,
pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi label sesuai dengan
fungsinya untuk mengindahkan/mengidentifikasikan penggunaan alat tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.

5) Sistem "Race Way."


Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit beserta
perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel.

 Ukuran.
Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bias melayani dengan
baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PULL dan lain-lain. ø minimum
konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran dengan faktor pengisian kabel
maksimurn 40 %.

 Bahan.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC high impact
heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099. Konduit metal untuk
instalasi daya pompa yang digunakan harus dan jenis heavy gauge galvanized walded
steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 : part I & II class 4.

 Pemasangan.
1. Race Way yang ditanam di Dinding.
Penanaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan
jalan membobok beton dengan pahat. Kedalaman dan lebar pembobokan harus
dilakukan secukupnya, sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan
dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding dengan
kondisi semula. Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung
konduit hares ditutup untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya.

2. Race Way yang dipasang di Permukaan.


Race way yang dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipasang
sejajar atau tegak lurus dengan dinding bagian struktur atau permukaan bidang-
hidann vertikal dengan langit-langit. Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada
dinding atau langit-langit, harus digunakan klem-klem khusus untuk pipa sejajar.
Ujunq-ujung pipa pada peralatan dipasang dengan sekrup dengan kuat. Semua
ujung pipa yang bebas harus ditutup/dilengkapi dengan plat kuningan yang sesuai.
Untuk daerah yang lembab; semua peralatan pembantu, fitting-fitting, klem dan
lain-lain harus di galvanisir atau di cat tahan karat dan harus digunakan pendukung
supaya pipa bebas dari permukaan korosif. Pipa-pipa yang dipasang pada
permukaan dalam bangunan harus di cat satu jalan sebelum dipasang dan sekali
lagi sesudah dipasang dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus
dicat dengan warna sebagai berikut:
a. Pipa Penerangan dan daya – Orange.
b. Pipa Telepon – Hijau.
c. Pipa Fire alarm – Merah.
d. Pipa Tata suara – Kuning.

3. Race Way yang di pasang di Dalam Tanah.


Race way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus
mempunyai dua lapis cat aspal pada permukaan sebelah luar sebelum dipasangkan
di atas race way tersebut diberi patok petunjuk. Pipa/race way yang digunakan
adalah GIP kelas medium yang memenuhi standar SIIL.

4. Race Way Melintas/Menembus Dinding.


Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai, langit-langit dan lain-
lain, maka lubang harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui
oleh debu, lembab (uap air) api dan asap.

5. Cable Trench.
Kedalaman parit kabel (cable tranch) untuk penanaman di bawah tanah
minimal 80 cm dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain, misalnya
saluran air, cable trench dapat dan harus ditanam setelah pengerasan tanah. Untuk
cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah pengerasan badan
jalan atau bila sehelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas persetujuan Konsultan
Pengawasan Lapangan.

6. Konduit Logam Flexibel Tahan Air.


Konduit logam flexible yang tahan air harus dipakai pada kondisi di mana
ada kemungkinan pengerasan, getaran atau penempatan dalam atmosfir yang
korosif, lembab atau berupa minyak, termasuk dalam hal ini adalah pemakaian
pada kabel masuk terminal motor pompa. Suatu bungkus (shealth) yang tahan
cairan dari polyvinyl chlorida (PVC) harus menonjol pada inti baja yang flexibel.
Sambungan konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan pentanahan
(earth continuity) harus pula dimiliki oleh race way/ konduit ini.

7. Pengakhiran dan Sambungan.


Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan
lain-lain, dengan dua lock nut dan sebuah insulating insert yang harus terbuat dari
thermoplastic atau "fire minded" yang dimatikan untuk mencegah rusaknya kawat
dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari system grounding dari race way.
Sambungan untuk race way/pipa logam elektrikal harus dari jenis yang tahan
hujan atau fitting dengan konsentrasi tinggi dengan sistem penguncian interlock
compressed.

8. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan
ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektif). Bahan-bahan
logam/metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk pelindung
kabel (sheath/armour), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak,
armatur, saklar dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu
untuk pentanahan. Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor
pentanahan tidak diperbolehkan. Dalam hal ini harus digunakan konduktor
pentanahan tersediri yang trerbuat dari tembaga dengan daya hantar yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm dan dimasukkan
ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus menggunakan
penyambung mekanis yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut:
a. Pentanahan netral trafo maksimum 1 ohm.
b. Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm.
c. Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm.

6) Cable Tray.
 Bahan.
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated) dari bahan besi
lunak dengan sisi-sisi di tekuk ke dalam dengan ketebalan pelat tidak kurang dari 2,0
mm. Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir. Cable tray Three Star,
Tri Abadi & Elpro.

 Penggantung/Penyangga.
Untuk cable tray yang dipasang penggantung cable tray harus dibuat dari besi lunak
yang digalvanisir dengan ø minimum 6 mm ujung penggantung di ulir untuk
memungkinkan pengaturan levelling cable tray. Ukuran penyangga dan penumpu
(bracket) hartis dipilih agar menghasilkan penyangga/penumpuan yang kokoh.

7) Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya.


 Umum.
Penel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker, indikator,
magnetic connector, accessories, peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan
untuk pemasangan dan operasi yang sempurna dari segenap sistem dan peralatan-
peralatannya. Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki
pengalaman yang luas di bidang manufacturing dan perencanaan panel-panel tersebut
telah beroperasi dengan baik selama paling sedikit 3 tahun.
Penawaran harus rneliputi reference list sebagai suatu-bukti.

 Panel-panel.
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kocuali ditentukan lain.
Seluruh asembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan,
dibuat, dicoba dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan minimum dengan
penyesuaian dan/penambahan seperti disyaratkan di bawah ini :

1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead-front, terbuat dari
plat baja (metal cled). Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur baja
struktur atau rangka profil baja yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak
rusak dalam pengiriman atau pemasangan. Struktur panel harus tahan terhadap
gaya elektromekanis serta termal akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam
waktu 1 detik) Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas
dan sisi-sisinya dengan pelat-pelat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa
dicapai dari depan maupun belakang. Semua alat ukur atau tombol pemilih yang
dipersyaratkan harus dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel. Tutup yang
berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan gerendel/kunci.
Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain-lain harus
dipasang pada sisi belakang dari penutup yang berengsel tersebut. Panel harus
mempunyai bukaan dalam bentuk grille (louvres) ventilasi untuk membatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang
dipersyaratkan dalam standar VDE/IEC untuk peralatan yang tertutup. Penutup
panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup
(screwed on/bolted on) Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan
sempurna terhadap kemungkinan terkena percikan air. Tebal pilar baja yang
digunakan minimum 2 mm. Semua panel harus buatan Graha Panel, Simetri dan
mempunyai sertifikat dari Asosiasi Produsen Panel Indonesia.

2. Pull Box.
Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan,
harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi
yang sama dengan switch board pada bagian atas dari switch board. Bagian sisi
atas dan camping clan pull box harus dari bagian-bagian yang bisa dibuka lepas.
Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbestos atau bahan tanah api yang
sempurna. Kabel manuju individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-
Iubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini. Penutup atas yang ditempatkan
di bagian belakang struktur harus bisa dilepas dengan mudah supaya
memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit kabel yang diperlukan.
Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga
terhindar kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc proofing). Pull box
harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan ventilasi dan
pemasangan peralatan circuit breaker yang bisa dipindah-pindahkan bilamana
perlu.

3. Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan seperti di tunjuk
dalam gambar untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan. Lokasi yang tepat dan
jenis pertengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda menurut keperluan
penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan operasi yang dimaksud
dapat dicapai. Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain
harus diikuti dalam urutan yang tepat untuk mempermudah pemeriksaan
bangunan (konstruksi) Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus
dibangun dan ditunjang untuk dapat menahan arus hubungsingkat yang terjadi
pada lokasi tertentu tersebut. Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem
serta diatur untuk menjamin daerah kontrak yang baik.

4. Ventilasi.
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine.
Untuk menjaga benda-henda asing masuk melalui lubang tersebut. Pada bagian
dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-punch).

5. Papan Nama.
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama
yang dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat
dengan mudah. Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas
rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan
mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar kerja. Mimic diagram berwarna
biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan komponen-komponen dan tanda-
tanda untuk komponen tersebut.

6. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari.


Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan- ruangan
tersebut harus dilengkapi dengan pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem
pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk peralatan yang dipasang di
kemudian hari. Kemungkinan penyambungan dikemudian hari dapat berupa
peralatan baru, misalnya saklar, pemutus daya, kontraktor dan lain-lain.

7. Bus-Bar/Rel Daya.
Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar
dengan rapih sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi. Jarak antar rel
daya harys memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam PUIL 2000. Bus-
Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard drawn high conductivity" yang
memenuhi standar B.S. 1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara
menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan kemampuan 150 % dari arus beban
terpasang. Ukuran Bus-Bar harus disesualkan dengan peraturan PUIL 2000.
Sernua Bus-Bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat
dari bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic) misalnya perselain atau
moulded isulator, sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis yang
terjadi akibat hubung singkat. Rel daya dicat dengan warna yang sesuai dengan
penandaan fasa menurut PUIL 2000. Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur
sampai 70°C. Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas
penuh (full netral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan
yang telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem
untuk pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi
bus-bar adalah 3 fasa - 4 kawat – 5 bus. Semua hubungan dari bus-bar menuju
pemutus daya atau saklar dengan arus Iebih besar dari 63 A harus dilakukan
melalui batang-batang tembaga dari jenis yang sama dengan bus-bar. Untuk arus
yang Iebih kecil, diizinkan menggunakan kabel herisolasi PVC (NYY atau NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang
menunjukkan ukuran-ukuran clan bus-bar dan susunannya. Ukuran dari bus-bar
harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan cara-cara untuk
penyambungan di kemudian hari. Apabila saluran keluar (out going feeder) yang
menuju ke satu terminal terdiri atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan
menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu kabel pada satu terminal atau bus-bar.
Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan batang
tembaga tambahan untuk menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal
yang berlainan.

8. Alat-alat Ukur.
Setiap panel harus dilenqkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang
ditunjukkan di dalam gambar rencana. Bila digunakan amper meter selector
switch (saklar pinch), pada saat pemindahan pengukuran arus, saklar untuk
ampere meter harus dalam keadaan terhubung singkat. Meter-meter harus dari
type besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang secara tegak lurus di pintu
panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan penunjukan melingkar
(minimum 90°), skala linier, dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran,
dengan ukuran 96 mm x 96 mm. Posisi dari saklar putar untuk volt meter dan
ampere meter harus ditandai dengan jelas.

a. Amperemeter (A-m).
Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar
120 % dari batas atas penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan
penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk menandai besarnya arus
beban-penuh. Ampere meter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5
kW atau lebih pada salah satu fasenya. Amperemeter harus mampu menahan
pergerakan yang timbul akibat arus start motor dan mempunyai skala overload
yang rapat (compressed) untuk keperluan pembacaan arus start tersebut. Pada
amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan nol (zero
adjusment) berupa sekrup pemutar dibagian depan.

b. Voltmeter (V-m).
Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai skala
penunjukan yang lebar. Voltmeter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring
pengaman jenis HRC dengan arus nominal 3 A. Pada voltmeter harus terdapat
mekanisme pengatur penunjukkan nol (zero adjustment) berupa sekrup
pemutar di bagian depan.
9. Trafo Arus.
Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor
type), jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-
standar VDE untuk keperluan pengukuran. Pemasangan harus dilakukan secara
kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis yang timbul pada waktu terjadinya
hubungan singkat 3 fasa simetris. Trafo arus untuk amperemeter juga boleh
digunakan bersamaan dengan kWh meter dengan syarat tidak menguranqi
ketelitiannya. Bila ternyata ketelitian terganggu, harus digunakan trafo arus
khusus (terpisah).

10. Kabel-kabel Kontrol.


Kabel kontrol (control wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di
pabrik/bengkel secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan
mekanis. Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan
tegangan nominal 600 volt.
Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus dipasangkan sepatu
kabel dengan ukuran kabclnya clan clikencangkan dengan alat penekan (press-
tang/kraft-tang) secara baik, sehingga dapat dicegah terjadinya hubung longgar
(lost contact). Setiap pemasangan ujung kawat kontrol atau pengukuran pada
terminal peralatan harus cukup kencang dan kokoh.

11. Merk Pabrik.


Semua peralatan pengamanan harus diusahakan buatan satu pabrik.
Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan dan/dipertukarkan
tempatnya pada rangka panel.

12. Peralatan Pengaman/Pemutus Daya.


a. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).
Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih kecil dari 800 A digunakan
jenis rumah tuangan (moulded case circuit breaker-MCCB) yang memenuhi
standar B.S. 4752 Part 1 1977 atau IEC 157.1 dan sesuai untuk temperatur
operasi 400C (fully tripicalized) dan mampu beroperasi untuk tegangan 660
VAC dengan rating 1.000 VAC. MCCB harus dapat dioperasikan secara
"reverse feed" baik pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi
performance. Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat
dari bahan silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk
menutup dan membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping
action). Mekanisme operasi harus dari jenis "quick make" dan "quick break"
secara simultan pada ketiga/keempat kutubnya sewaktu opening, closing
maupun trip. Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama
menutup kembali tanpa sengaja. Handle togel MCCB harus dapat membuka
semua kutub (kontak utama) secara bersamaan (simultan). Suatu arus
kesalahan mengalir pada salah satu kutup harus menyebabkan ketiga kutub
membuka secara bersamaan. MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung
pada masing-masing kutubnya yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban
lebih (overload -inverse time) secara mekanis dengan bimetal, pengatur arus
hubungan singkat (overcurent-instantaneous) secara mekanis dcngan solenoid
(magnetis). Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic overcurrent
protection. Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi opcrasi, yaitu ON, OFF
dan TRIP. Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting/breaking capacity)
tidak kurang dari 50 kA.

b. Miniature Circuit Breaker (MCB).


MCB yang digunakan harus memenuhi persyaratan B.S. 4752/part 1 1977
atau IEC 157.1 (fully tropicalized), mampu heroperasi untuk tegangan sampai
660 VAC dengan rating 1.000 VAC. MCB harus dapat dioperasikan secara
"reverse feed", baik pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi
performance. Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari
bahan silver/tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan
membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah kontak utama
menutup kembali tanpa sengaja. RKS Teknis, Handel togel MCB tiga fasa
harus dapat membuka semua kutub (kontak utama) secara bersamaan
(simultan). Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus
menyebabkan ketiga kutub membuka secara bersarnaan. MCB dilengkapi
dengan fasilitas pelindung arus beban lebih (overload inverse time) secara
mekanis dengan bimetal dan arus hubung singkat (overcurent instantaneous)
secara mekanis dengan solenoid (magnetis). Arus nominal dari draw out
MCCB dan MCB harus sesuai dengan Gambar, dengan kapasitas pemutusan
(breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut.
Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung singkat 3 fasa
simetris yang mungkin terjadi pada titik-titik beban dan menganjurkan jenis
MCCB serta MCB yang sesuai. Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya
yang disarankan untuk digunakan harus disertakan pada saat penawaran
pekerjaan.

13. Peralatan Penerangan.


 Umum.
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan serta
alat-alat lain yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna dari semua
peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan dan ditunjuk pada
Gambar Kerja.

 Kualitas dan Pengerjaan.


Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun secara
khusus harus dari kualitas terbaik. Pengerjaan harus kelas satu dan menghasilkan
armature setara dengan standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengan
Gambar dan Skedul, atau seperti yang disyaratkan di sini. Semua armature harus
buatan Lomm, Artholite, Philips atau Setara.

 Jenis Armature.
1. Lampu-lampu Flourescent (TL).
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe. Untuk twin lamp atau
double TL harus dirangkai secara leadlag untuk meniadakan efek stroboskopis.
Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja
sehingga mencapai minimum 0,96. Balast harus dari tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi
standar PLN/SII/LMK.
2. Lampu Down Light.
Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang tertentu rnenggunakan jenis
lampu sesuai dengan Gambar Rencana.
3. Lampu Baret.
Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca susu
dengan lampu pijar (incandescent) atau lampu TL circle 20 W sesuai dengan
kebutuhan.
4. Lampu Taman.
Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana Iengkap dengan tiang
diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang box berisi fuse 2 A dan terminal
penyambung kabel. Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYY
3 x 2,5 mm2 dengan salah satu inti kabel dipasang ke badan metal lampu untuk
pentanahan.
5. Lampu Sorot (Flood Lighting).
Armatur lampu sorot dari jenis outdoor type yang tahan panas, tahan cuaca (tahan
korosi), baik untuk badan maupun kaca pelindung armatur. Badan armatur
(armature housing) dan penutup belakang (rear cover) terbuat dari high pressure
die cast allumunium dengan kandungan tembaga yang rendah. Reflektor terbuat
dari allumunium yang dipoles mengkilat, kaca tanah panas setebal 5 mm dari jenis
thoughened glass plate dengan gasket karet silikon schingga keseluruhan armatur
mempunyai-derajat perlindungan IP 55. Jenis lampu yang digunakan adalah HPI-
T 400 W. Pemasangan armature lengkap dengan pondasi dan rangka/sangkar
pelindung armatur dari besi beton dia. 6 mm yang dicat hitam dilengkapi dengan
engsel dan padlock (gembok).
6. Lampu Darurat.
Untuk armatur darurat digunakan emergency kit dengan kapasitas penyalaan
batere minimum 2 jam. Jenis batere yang digunakan harus NiCd, yang diletakkan
di dalarn armature bersama dengan emergency kit board. Untuk jenis armatur
dengan lampu TL ganda emergency kit hanya diberikan untuk 1 buah lampu saja.
Model operasional lampu darurat adalah “maintained”. Tegangan kerja armatur
adalah 220 V, 50 Hz.

 Pemasangan.
Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh tukang yang
berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi (Konsultan Pengawas). Harus disediakan pengikat, penyangga,
penggantung dan bahan-bahan yang perlu agar di peroleh hasil pemasangan yang
baik. Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga betul-
betul lurus. Armature yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted)
tidak boleh mempunyai sela-sela di antara bagian-bagian fixture dan permukaan-
perrnukaan di sebelahnya. Setiap badan (rumah) lampu harud ditanahkan (grounded).
Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan tersebut
harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam kondisi sempurna serta bebas
dari semua cacat/kekurangan. Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan
perlengkapannya harus menyala secara lengkap.

(6) Pengujian/Penyetelan Peralatan dan Sistem.


a) Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian (testing)
penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.

b) Semua tersting, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang
tergabung dalam pekerjaan renovasi sistem listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi
dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menempatkan
seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan pengujian
dan commisioning.

c) Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan


Konsultan Pengawas Konstruksi antara lain:
1) Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian (section)
maupun keseluruhan (overall).
2) Pengujian pentanahan panel.
3) Pengujian kontinuitas konduktor.
4) Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.
5) Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out).
6) Loading testing.
7) Penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan mencatat data
setelah yang dilakukan.
8) Semua instalasi Iistrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau Badan
Resmi yang ditunjuk Konsultan Pengawas Konstruksi.
d) Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan Syarat Syarat Teknis Pekerjaan yang telah
diuraikan di atas dan/atau standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan Berita
Acara Pengujiannya.

14. Smoke Detector


Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-
partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan
meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati
ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi
rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply
dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan
pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa
sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk
ketinggian plafon 4m.
 Penempatan Smoke Detector:
Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita
harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum
patokannya adalah:
- Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan
panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing
cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
- Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking
area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban,
gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
 Jenis Smoke Detector:
- Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan
unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
- Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan
tertentu.

Pasal 42
Pekerjaan Lain Lain

(1) Pekerjaan yang dimaksud meliputi:


a) Pekerjaan Non Standar, sarana dan prasarana, disesuaikan dengan kondisi Site Existing dan
Kebutuhan End User (Jika Anggaran mencukupi).
b) Pekerjaan Standar, Fasilitas Penunjang Kerja, disesuaikan dengan kondisi Site Existing dan
Kebutuhan End User (Jika Anggaran mencukupi).
Jika ada Pekerjaan Tanah yang tidak tercantum dalam lingkup pekerjaan di atas kontraktor
dapat melihat penjelasan yang lebih detail pada Gambar Kerja.

Pasal 43
Pekerjaan Pembersihan, Pembongkaran
dan Pengamanan Setelah Pembangunan

Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup
Pekerjaan yang tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam RKS ini dari semua barang atau
bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai. Semua bekas bongkaran bangunan existing dan
sebagainya harus dikeluarkan dari tapak konstruksi. Selama pembangunan berlangsung,
Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai Tahap Serah Terima.

Anda mungkin juga menyukai