Anda di halaman 1dari 19

PEKERJAAN :

PEMBANGUNAN PAGAR
DAN TALUD SDN 3 TEMON

LOKASI :
DESA TEMON KEC. SAWOO
KAB. PONOROGO

SUMBER DANA : DAU

TAHUN ANGGARAN : 2022


BAB I
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT ( RKS )
SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

1. LINGKUP PEKERJAAN.
a. Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Kontraktor Pelaksana sesuai
Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak terdiri atas : Pembangunan Pagar dan Talud SD Negeri
3 Temon Lokasi : Desa Temon Kecamatan Sawoo Kab. Ponorogo meliputi pekerjaan-pekerjaan
Persiapan, Tanah, Pasangan, Struktur, Finishing.
b. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor
Pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam
pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :
1) Penyediaan tenaga
2) Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan.
3) Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
4) Penyediaan peralatan dan Penyediaan bahan.
5) Pembuatan papan nama Kegiatan.
6) Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
7) Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawing).
8) Pembuatan Buku Penggunaan dan Pemeliharaan Bangunan.
9) Pembenahan/Perbaikan kembali Lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.

2. PENYEDIAAN TENAGA.
a. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk Kegiatan ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
- 1 (satu) orang Pelaksana Lapangan yang berpengalaman minimal 3 tahun yang selalu ada
di lapangan.
- 1 (satu) orang tenaga administrasi dan 1 (satu) orang tenaga logistik di kantor Kegiatan.
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan
Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di
atas lengkap dengan Daftar Riwayat Hidup / Curriculum Vitaenya serta Bagan Organisasinya.
b. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya.
c. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 & 2
di atas apabila diminta oleh Pengguna Jasa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis
yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian.
d. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri dalam
hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran,
perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk
kompensasi yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik
Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
e. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai/staf dari Pengguna Jasa selama
masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pengguna Jasa.
f. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi
Kegiatan.
g. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi Kegiatan fasilitas pertolongan
pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas
pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Pengguna Jasa.
h. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Pengguna Jasa bila terjadi peristiwa kecelakaan
di lokasi Kegiatan atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Kontraktor juga
harus melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan
tersebut disyaratkan oleh undang-undang.
3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN.
a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam bentuk
bar chart dan net work yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
b. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh kontraktor selambat-
lambatnya 7 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang
dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa.
c. Bila selama waktu 7 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor Pelaksana belum
dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2
minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Pengguna Jasa.

4. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN.


a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan
alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai
oleh Pengguna Jasa. Bila Pengguna Jasa menilai barak/gudang tersebut kurang layak dengan
alasan-alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harus melakukan perbaikan/penyempurnaan
sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
b. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak Pengguna Jasa (Direksi keet)
yang dilengkapi dengan :
 meja rapat lengkap dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup.
 meja kerja berlaci dan berkunci serta kursi
 1 set Dokumen Kontrak dan gambar pelaksanaan.
3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja,
kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja.
Bila terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Kontraktor harus segera mengambil tindakan
penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
(dalam hal ini Kontraktor diwajibkan mengikuti JAMSOSTEK/ASTEK).
4. Kontraktor harus menyediakan segala perlengkapan pengamanan pelaksanaan konstruksi baik
untuk lingkungan sekitarnya ataupun untuk pekerjanya sendiri.
5. Semua material yang tersebutkan di dalam butir 1, 2 dan 3 di atas setelah selesainya
pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor (kecuali bangunan Pengguna Jasa keet apabila
sudah termasuk dalam kontrak menjadi milik Pengguna Jasa) dan harus dibersihkan dari
lapangan pekerjaan.

5. PENYEDIAAN PERALATAN.
a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi
dengan baik. Peralatan minimal yang harus disediakan adalah Truck / pickup 1 unit,
scafolding 25 set, beton molen 1 unit, pompa air 1 unit, dan alat bantu lainnya.
b. Konsultan Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara teknis
peralatan yang dipergunakan kontraktor dinilai tidak memenuhi persyaratan baik jumlah
maupun kelayakan fungsinya.
c. Untuk kesempurnaan pelaksanaan konstruksi, selama masa pelaksanaan, kontraktor harus
senantiasa menyediakan alat ukur guna pengukuran ketepatan dan pengontrolan
kebenarannya dilakukan oleh Konsultan Pengawas. Bila Kontraktor tidak dapat
menyediakannya, Konsultan Pengawas berhak menyediakannya dengan biaya sewa
sepenuhnya harus ditanggung oleh Kontraktor.

6. PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN.


a. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di dalam kontrak
dan sesuai dengan perintah Pengguna Jasa dan sewaktu-waktu dapat diuji jika Pengguna Jasa
memerintahkan di tempat pengambilan atau pembuatan bahan, atau dilokasi atau di lain tempat
yang ditentukan dalam Kontrak, atau di semua atau beberapa tempat tersebut. Kontraktor
harus memberikan bantuan peralatan, mesin, pekerja dan bahan-bahan yang biasa yang
diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan dan kualitas, berat
atau banyaknya bahan yang digunakan dan harus menyediakan contoh-contoh bahan sebelum
disertakan kedalam pekerjaan, untuk diuji sebagaimana dipilih dan diperlukan oleh Pengguna
Jasa. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagai di bawah ini, sedang
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan di sini akan disyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.

1) Air :
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan
penyiraman guna pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak,
garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh Laboratorium. Bila air yang dipergunakan dari
sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi Laboratorium.
2) Semen Portland (PC) :
Semen Portland yang digunakan adalah PC type I, harus satu merk untuk penggunaan
dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau
seluruhnya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara di dalam tempat (gudang) yang
memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
3) Pasir (Ps) :
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :
a) Pasir urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
b) Pasir pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak
antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang,
c) Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.
4) Kerikil (Kr) :
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
5) Batu merah :
Berasal dari hasil pembakaran (produksi) lokal padat, berukuran sama, hasil pembakaran
yang masak, dengan maksimal pecah 5 %.

b. Setiap penggunaan bahan galian sesuai Perda, kontraktor pelaksana harus dapat menunjukkan
bukti pembayaran retribusi golongan "C".

c. Biaya untuk contoh-contoh


Semua contoh-contoh harus disediakan oleh kontraktor atas biayanya sendiri, bila penyediaan
tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak, tetapi bila tidak, maka atas
biaya Pengguna Jasa.

d. Biaya untuk pengujian


Biaya untuk pembuatan setiap pengujian atas biaya kontraktor apabila hal tersebut jelas-jelas
dikehendaki dan ditentukan di dalam kontrak

e. Biaya untuk pengujian yang tidak ditentukan, dsb


Bila suatu pengujian diperintahkan oleh Pengguna Jasa yang merupakan salah satu dari :
1) tidak dimaksudkan atau ditentukan demikian atau
2) (dalam hal tersebut di atas) tidak diuraikan secara mendetail, atau
3) walaupun dikehendaki atau ditentukan demikian oleh Pengguna Jasa diperintahkan untuk
melaksanakannya oleh seseorang yang netral dan di suatu tempat lain di lokasi, atau tempat
pembuatan atau di pabrik yang diuji, maka biaya pengujian tersebut harus ditanggung oleh
Kontraktor bila dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa pengerjaan dan bahan tidak
sesuai dengan Persyaratan Kontrak atau perintah Pengguna Jasa.
f. Pemeriksaan atas kegiatan.
Pengguna Jasa dan setiap orang yang diberi wewenang olehnya atau oleh Pengguna Jasa
harus setiap saat diijinkan masuk ketempat Pekerjaan, dan ke setiap bengkel/workshop dan
tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dipersiapkan atau darimana asal bahan, barang
buatan pabrik atau mesin yang didapatkannya untuk pekerjaannya, dan Kontraktor harus
menyediakan setiap fasilitas untuk dan atau segala bantuan dalam mendapatkan hak untuk
masuk tersebut.

7. PENINJAUAN LAPANGAN.
Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah melakukan peninjauan dan memeriksa
lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat sehubungan dengan
pekerjaan dan meyakinkan sendiri sebelum mengajukan penawaran, antara lain meliputi keadaan
lahan yang ada termasuk kondisi dibawah permukaan, iklim, lingkup dan kondisi dari pekerjaan dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan jalan-jalan masuk kelokasi dan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan semua keadaan yang mungkin dapat
mempengaruhi Penawaran.

Apabila Kontraktor lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hal-hal
yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan pemeliharaan dari Pekerjaan ,
maka ini tidak membebaskan Kontraktor dari segala beban kewajiban dan tanggung jawab. Tidak
dibenarkan mengajukan tuntutan untuk penambahan biaya atau lain-lain terhadap keadaan, janji
atau garansi yang diberikan oleh Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, atau pihak manapun. Kontraktor
tidak dibenarkan mengajukan pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau biaya tambahan yang
mungkin terjadi selama masa pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan atau ketidak tepatan,
pernyataan-pernyataan yang salah atau kelalaian dalam Dokumen-dokumen Kontrak atau salah
satu dari dokumen tersebut.

Kontraktor harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan kecukupan dari
penawaran untuk pekerjaan dan semua biaya-biaya dan harga-harga yang dicantumkan dalam
Daftar Volume Pekerjaan atau Bill of Quantity (BQ), yang menjadi Harga Penawaran, meliputi
seluruh kewajibannya dalam kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu yang perlu dalam
pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan, kecuali bila ditetapkan lain dalam kontrak.

8. MOBILISASI/DEMOBILISASI.
a. Bila didalam harga penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi, maka uraian
dibawah ini adalah penjelasan dari padanya : transport lokal alat-alat dan perlengkapan
Kegiatan (dengan jumlah yang memadai), sampai Kegiatan dan membawanya keluar setelah
Kegiatan selesai.
b. Kontraktor diijinkan, apabila Pengguna Jasa tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam
masa pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya lumpsum.
c. Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semua.
d. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi kepada
Pengguna Jasa untuk diketahui dan disetujui.

9. PEMBUATAN PAPAN NAMA KEGIATAN.


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban membuat papan nama Kegiatan yang berisi informasi
tentang : pemilik Kegiatan; nama kegiatan; nomor dan tanggal kontrak; tanggal awal dan akhir
pelaksanaan; nama penyedia jasa; nama konsultan pengawas dan informasi lain yang
dianggap perlu.
b. Pemasangan papan nama Kegiatan ini harus dilaksanakan oleh kontraktor selambat-lambatnya
7 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.

10. KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.


a. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan yang
terjadi, kontraktor harus:
1) memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan
menjaga lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam pengawasannya) serta pekerjaan
(sepanjang belum siap dan belum digunakan oleh Pengguna Jasa) secara tertib agar tidak
membahayakan orang-orang, dan
2) menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-
tanda bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh
Pengguna Jasa atau diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan
atau untuk keamanan dan kenyamanan publik atau lainnya, dan
3) mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam maupun di
luar tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang-orang atau harta
benda akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat
dari metode operasinya.

b. Kontraktor dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara atas
biaya sendiri semua tanda-tanda, lampu, sinyal, penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan
dimana perlu seperti yang dikehendaki oleh pihak yang mewakili Pengguna Jasa atau petugas
yang diberi kuasa untuk melindungi Pekerjaan dan juga menyediakan material-material yang
berhubungan dengannya atau untuk memberi pertanda yang tepat bagi pekerjaan atau alat
bantu milik Kontraktor atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan
umum atau lainnya.
Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pengguna Jasa terhadap
setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan pada pihak ketiga oleh kelalaian
Kontraktor pula didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.

11. GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA


a. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dan perbaikan
terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan ijin kontrak,
harus dilaksanakan tanpa menimbulkan hal-hal yang tidak perlu dan tidak layak dengan
memperhatikan :
1) kenyamanan masyarakat
2) jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi dan
jalan setapak yang masuk atau keluar dari lokasi Kegiatan atau harta benda baik yang
dimiliki oleh Pengguna Jasa atau pihak lainnya.
Kontraktor akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada
Pengguna Jasa sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja, kerusakan, biaya, denda,
dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan, semua permasalahan
sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada peraturan
Otorita Jalan Raya (Perhubungan Darat, Pekerjaan Umum, Bina Marga, Pemerintah Daerah,
Muspika, dan lain-lain) serta mematuhi perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang
berwenang dan berkompeten dari instansi terkait dalam hal penggunaan lahan, lalu lintas, jalan
dan jembatan. Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan
pekerjaan dari fasilitas yang ada termasuk lalu lintas dan jalan-jalan trafik yang ada, jembatan-
jembatan yang dilalui, kecuali sejauh yang diijinkan oleh Pengguna Jasa dalam hal
pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan dari pekerjaan. Kontraktor harus menjamin
bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian terhadap semua tindakan, gugatan,
tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang timbul akibat dari pekerjaan yang
dilaksanakan Sub-Kontraktor yang menimbulkan halangan atau mempengaruhi lalu lintas air,
jembatan, dan jalan tersebut.

c. Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam kondisi
baik selama pelaksanaan.
12. PEMBUATAN SHOP DRAWING.
a. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan bila :
1) Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai.
2) Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan)
pada detail pelaksanaan yang mendahuluinya.
3) Pengguna Jasa memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.

b. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa sebelum elemen
konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.

13. PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING) DAN BUKU
PENGGUNAAN & PEMELIHARAAN BANGUNAN.
a. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
1) Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
2) Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.
b. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Pengguna Jasa setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
c. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan & pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal ini
akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.

14. PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI.


a. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor Pelaksana meliputi
1) Komponen-komponen pekerjaan pokok / konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurang sempurnaan pelaksanaan.
2) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan pokok
yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman dan
lain sebagainya).
b. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bouwkeet dan Pengguna Jasakeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir.

15. PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT.


a. Peraturan Teknik Yang Dikeluarkan/Ditetapkan Oleh Pemerintah RI.
Apabila tidak disebutkan lain di dalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat peraturan-
peraturan dibawah ini :
1) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan ( PUPB NI-3/56).
2) Peraturan Beton Indonesia PBI 1971 & SK-SNI 1991
3) Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
4) Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengerahan Tenaga Kerja)
5) Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat
b. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti :
1) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar detail
yang diikuti.
2) Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang
diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan
ketidak sempurnaan/ ketidak sesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Pengguna
Jasa lebih dahulu.
3) Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti, kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapat kan keputusan Pengguna Jasa.
4) RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang
RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya.
5) Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
6) Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum ukuran skala
gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat dipergunakan.

16. PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN


a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara
seksama dan bertanggung jawab. Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai :

1) Hal-hal yang disebutkan dalam pasal - pasal di atas


2) Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis bila dilaksanakan
dapat menimbulkan kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur, maka Kontraktor
Pelaksana wajib melaporkannya kepada Pengguna Jasa secara tertulis, dan menangguhkan
pelaksanaannya sampai dapat keputusan yang pasti dari Pengguna Jasa.

b. Bila akibat kekurangtelitian kontraktor dalam pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan tersebut,


terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan maka kontraktor harus
membongkar terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/
melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Pengguna Jasa tanpa ganti rugi
apapun.
BAB II
SYARAT-SARAT TEKNIS PELAKSANAAN KONSTRUKSI

LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan Pada Pekerjaan Pembangunan Pagar dan Talud SD Negeri
3 Temon Lokasi : Desa Temon Kecamatan Sawoo Kab. Ponorogo yaitu :

I. Pekerjaan Pendahuluan
II. Kegiatan Penyelenggaraan K3 Konstruksi
III. Pekerjaan Tanah
IV. Pekerjaan Talud
V. Pekerjaan Beton
VI. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
VII. Pekerjaan Mengecat

A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
I. PEKERJAAN PENGUKURAN
1. Pengukuran Awal.
a. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan titik-titik kolom bangunan di
lapangan.
b. Hasil Pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda-tanda patok-patok ukur
dititik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya (peil ± 0,00) dengan
cat warna merah. Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran
penampang 5/7 cm, ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah
tempat oleh benturan-benturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya (pemasangan
bouwplank).
c. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil dengan
menggunakan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu disertai oleh Konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur yang
ditetapkan sudah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.
d. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam Berita Acara pengukuran awal (Uitzet) yang
ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan ini
untuk dipakai sebagai pedoman bagi pengukuran selanjutnya.

2. Pengukuran selanjutnya.
a. Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
membutuhkannya yang antara lain adalah :
1. Untuk penetapan pemasangan partisi.
2. Untuk penetapan titik-titik kolom baru.
3. Untuk leveling lantai struktur, ring balk, kedudukan kuda-kuda dan lainya.
4. Untuk pengecekkan kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya.
b. Berdasarkan keperluannya di atas maka Kontraktor Pelaksana harus senantiasa
menyediakan alat ukur di lapangan dan jumlah yang cukup serta dapat berfungsi dengan
baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
c. Bila oleh karena sesuatu hal Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya di
lapangan pekerjaan maka Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa berwenang
mengadakannya dengan biaya sewa yang ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
d. Hal ini sudah harus dianggap sebagai faktor-faktor yang sudah diperhitungkan di dalam
penawaran pekerjaan ini.

II. PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN / PENANDA


1. Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah :
a. Kayu meranti
b. Cat warna merah dan atau / spidol
2. Kayu bouvlank diketam rata permukaan atasnya, di pasang rata air setinggi duga lantai (±
0.00) berjarak 1-2 m ke arah luar as kolom bangunan.
3. Tiang-tiang bouvlank dipasang kokoh maksimal setiap jarak 2 m.
4. Semua titik as kolom pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat dan paku.
5. Papan bangunan harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi mencapai
pekerjaan kolom.

III. PEKERJAAN BONGKARAN


1. Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghindari kecelakaan kerja.
2. Pembersihan lokasi disini melipiti pembersihan lokasi bangunan dari bekas bongkaran, dan
juga kotoran-kotoran agar tidak mengganggu jalannya pekerjaan dan juga untuk
keselamatan tenaga kerja.

B. PEKERJAAN TANAH
I. PEKERJAAN GALIAN
1. Galian dilaksanakan dengan kedalaman dan bentuk sesuai gambar rencana, pada tempat-
tempat yang berkaitan dengan gambar rencana tersebut.
2. Lubang galian harus dibuat cukup guna memperoleh ruang kerja yang memadai dan
kemiringan sisi-sisinya tidak mudah longsor.
3. Tanah bekas galian harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atau ditempatkan pada
tempat yang tidak mengganggu jalannya pekerjaan selanjutnya, atau ditempatkan pada
tempat-tempat yang direncanakan sebagai taman di dalam lokasi.
4. Sebelum pelaksanaan penggalian, harus diadakan koordinasi dengan pihak Kegiatan untuk
mengantisipasi keberadaan jaringan insatalasi di seputar area galian.
5. Pelaksanaan penggalian harus dilaksanakan secara hati-hati agar tidak merusak
jaringan/instalasi yang ada.

II. PEKERJAAN URUGAN


1. Umum.
a. Yang dimaksud pekerjaan urugan di sini adalah pekerjaan penimbunan sirtu di lokasi
rencana Kegiatan yang sesuai dengan gambar rencana.
b. Detail elevasi final penimbunan dapat dilihat di Gambar Rencana.
c. Kontraktor harus mengajukan program, metode dan urut-urutan dari pekerjaan
penimbunan urugan serta memonitoring kemajuan dari proses konsolidasi tanah yang
terjadi.
d. Kontraktor didalam menyusun usulan metoda pelaksanaan, harus mempertimbangkan
adanya pekerjaan lain seperti pekerjaan pondasi dan struktur bawah, yang kemungkinan
dikerjakan dalam waktu yang bersamaan, sehingga jenis pekerjaan satu dengan lainnya
tersebut tidak saling menghambat atau merugikan.
e. Penimbunan dilakukan secara bertahap hingga mencapai elevasi timbunan
"pelaksanaan". Elevasi timbunan pada saat pelaksanaan ini sudah mempertimbangkan
adanya immediate dan consolidation settlements dengan elevasi bervariasi lebih tinggi
dari pada elevasi final "rencana". Pedoman elevasi timbunan pada saat pelaksanaan
pengurugan dapat dilihat dalam Gambar Rencana.
f. Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja/detail yang belum ada karena satu dan
lain hal harus digambarkan untuk kelancaran pekerjaan. Gambar-gambar kerja yang
diperlukan tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas secara tertulis
sebelum dilaksanakan.
g. Apabila di dalam pelaksanaan terdapat perubahan-perubahan atas gambar rencana,
maka kontraktor diwajibkan membuat gambar revisi di atas kutipan aslinya dengan format
yang akan ditentukan Pengguna Jasa.

2. Material Urugan.
a. Material yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Berupa sirtu sungai.
 Harus bersih dan bebas dari bahan organis dan kotoran.
 Kadar air optimum ~ 10 %
b. Pengukuran bahan dan volume urugan akan dihitung pada daerah urugan di lokasi
Kegiatan, bersama-sama antara Kontraktor dan Pengguna Jasa.
3. Pemadatan Urugan.
a. Lapisan urugan ditimbun tiap lapis setebal 20 s/d 25 cm dan dipadatkan. Hal ini dilakukan
terus menerus yang dilanjutkan dengan perataan serta pemadatan pada setiap lapisnya
dengan stamper/mesin gilas yang bergetar, atau sesuai Pemadatan Tanah pada
sub.pasal 5.7.6.
b. Bila terjadi bahwa urugan tidak dapat mencapai kepadatan yang diharapkan, kontraktor
wajib mengganti atau mencampur dengan urugan lain sedemikian hingga memenuhi
persyaratan, dan dilakukan atas biaya Kontraktor sendiri seluruhnya.
Pembayaran didasarkan pada volume yang telah selesai dipadatkan berdasarkan berita
acara pengukuran bersama.

A. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


I. PASANGAN PONDASI
1. Konstruksi pondasi bangunan dari pondasi batu belah campuran 1Pc : 5Psr, penempatan
dan dimensi sesuai dengan gambar rencana.
2. Batu Kali yaitu dari bahan batu kali yang permukaannya tajam dan keras serta bebas dari
tanah maupun lumpur atau hal-hal lain yang dapat merugikan konstruksi.
3. Landasan batu kali menggunakan pasir sesuai dengan gambar rencana
4. Lantai kerja rabat beton 1pc : 3psr : 5kr mutu beton K100 dibuat setebal 5 cm sesuai gambar
rencana.
5. Pelaksanaan konstruksi di atas pondasi serta urugan di samping pondasi hanya boleh
dilaksanakan bila pasangan pondasi sudah dinyatakan cukup kering oleh Pengawas.

II. PEKERJAAN PASANGAN DINDING


1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantunya
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini..
2. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi dinding-dinding bangunan pada ruang-ruang dan
seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Pengawas .
3. Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Batu bata harus memenuhi SNI.SO4 - 89 - F
b. Semen Portland harus memenuhi SNI.SO4 - 89 - F
c. Pasir harus memenuhi SNI.SO4 - 89 - F
d. Air harus memenuhi PUBI - 1982 pasal 9

4. Bahan / Produk
Batu bata yang digunakan adalah batu bata lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui oleh
Pengawas, produksi dalam negeri dari daerah setempat dengan kualitas yang baik
dengan ukuran 5 x 11 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras
dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung
kotoran dengan ukuran yang sama.
5. Pelaksanaan
a. Sebagian besar dinding batu bata dengan ukuran normal per unit berukuran 5 x 11 x
22, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 4 Pasir dan 1 PC : 5 Pasir.
b. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
c. Untuk semua dinding luar dan dalam pada lantai dasar mulai dari permukaan lantai
sampai setinggi 20 cm, juga pada lantai dasar maupun lantai tingkat, setinggi 160 cm
untuk kamar mandi serta daerah basah lainnya, digunakan aduk campuran rapat air
(trasraam) dengan campuran 1 PC : 4 Pasir.
d. Pasangan rollaag pada bagian bawah sloof berfungsi sebagai pondasi, dipasang
dengan campuran 1 PC : 4 Pasir di sepanjang sloof dan kopel.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari (maksimal) 24
lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m 2 harus
ditambahkan kolom dan atau balok penguat (kolom praktis dan atau balok latai)
dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 10 mm,
beugel diameter 8 mm jarak 20 cm, jarak antara kolom maksimal 3.50 m atau sesuai
gambar.
g. Setelah bata terpasang dengan baik dan benar, naad/siar-siar harus dikerok sedalam
1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak
diperkenankan.
i. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm, Jarak 40 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
ditanam dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
j. Tidak diperkenankan memasang bata yang patah dua melebihi dari 5 %. Bata yang
patah lebih dari dua tidak boleh digunakan.
k. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 (setengah) batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
l. Seluruh pasangan dinding bata sampai setinggi 50 cm di atas kepala pondasi harus
diberi obat anti rayap dengan cara dan aturan yang ditentukan oleh produsen obat.
Pemakaian obat tersebut dilakukan sebelum plesteran dilakukan.
m. Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi
dengan pasangan rollaag.
a. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas mengenai tempat dan ukurannya.
b. Kelos-kelos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding-dinding dengan
peretujuan Pengawas.
c. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Kontraktor
harus mengganti tanpa biaya tambahan.

6. Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Kontraktor harus menguji semua pekerjaan menurut persyaratan teknis dari pabrik
pembuat/produsen atau menurut uraian di atas
b. Peralatan untuk pengujian disediakan oleh Kontraktor
c. Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu
d. Apabila pengujian tidak dilakukan dengan baik atau kurang memuaskan maka biaya
pengujian (dan pengulangan pengujian) tersebut adalah tanggung jawab Kontraktor.
.

II. PEKERJAAN PLESTERAN DAN BENANGAN


1. Plesteran Beton
a. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan
rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus
dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan
seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan Pelaksanaan.
b. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan pekerjaan
pendahuluan berurutan sebagai berikut : permukaan dibuat kasar dengan betel, dibasahi
dengan air, disaput air semen (PC)
c. Mortar untuk plesteran adalah campuran 1Pc : 2Ps yang diaduk secara benar-benar
homogen.
d. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1,5 cm.
e. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc).

2. Plesteran Dinding
a. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air
b. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301,PM-200 harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan
c. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di
pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-300 atau
pemasangan keramik dinding
d. Plesteran dinding dilaksanakan dengan spesi 1pc : 5ps. Dalam arti campuran plesteran
harus dari campuran dengan perbandingan yang sama dengan spesi pasangan
dindingnya.
e. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar rata.
f. Semua bahan yang digunakan hasil dari ayakan yang halus dan selalu ditakar.
g. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).
h. Plesteran dan acian tersebut adalah satu satuan pekerjaan.
i. Semua pekerjaan plesteran beton maupun plesteran tembok rata dan halus, dan
merupakan suatu bidang yang tegak lurus dan siku.
j. Tidak boleh ada retak-retak dikemudian. Jika terjadi retak-retak, Penyedia Barang/Jasa
harus segera memperbaikinya.
k. Sebelum pelaksanaan plesteran tembok dilaksanakan jalur-jalur instalasi listrik, sudah
harus ditanam dalam tembok terlebih dahulu sesuai dengan rencana.
l. Pekerjaan plesteran tembok dilaksanakan pada seluruh pekerjaan tembok, baik yang
tampak, maupun yang tidak tampak antara lain : tembok -tembok diatas langit - langit
maupun tembok gewel, bagian dalam dan sebagainya.
m. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan) supaya digunakan plesteran 1pc :
2ps dilaksanakan dengan lurus dan tajam.
n. Diperkenankan Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan
dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi
beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata ringan
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
o. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2 %. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan
p. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13
cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat,
rapi dan benar-benar tegak lurus.
3. Pasangan Tembok dengan campuran spesi 1pc : 5 psr dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tembok harus dipasang tegak lurus siku-siku dan rata, tidak boleh terdapat retak-retak
dengan maksimum pecah dari batu bata merah 5 %.
b. Bata harus berukuran sama menurut aturan Normalisasi, berkwalitas baik, tidak boleh
pecah-pecah menurut pemeriksaan Pengguna Jasa.
c. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum tinggi 1,5 m setiap hari.
d. Pemasangan tembok dipasang luas maksimum 12,00 m2 bila lebih harus dipasang beton
kolom.
e. Perancah ( andang ) tidak diperbolehkan dipasang dengan menembus tembok.
4. Pasangan bata Trasram dengan perekat 1pc : 4ps bahan pencair dengan air biasa
dilaksanakan pada :
a. Diatas pondasi sesuai dengan gambar rencana, diteruskan setinggi 70 cm diatas lantai .
b. Dan di tempat-tempat lain apabila dianggap perlu oleh Pengguna Jasa (sesuai gambar).
D. PEKERJAAN BETON BERTULANG
I. KETENTUAN UMUM
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan beton bertulang ini adalah struktur beton yang
dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana atau lebih lanjut sesuai petunjuk Pengguna Jasa.
a. Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut dokumen kontrak
kecuali ditentukan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan beton ini dipakai PBI ’71 atau
SK-SNI 1991.
b. Mutu beton yang disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah campuran
spesi 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr , atau beton mutu K-225 (19.3 MPa)
c. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
- Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah 50 mm
- Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
d. Untuk ukuran besi beton yang boleh terpasang di lapangan sesuai dengan gambar
rencana dengan toleransi maksimal
Ø 0 s/d Ø 14 mm = 0,3 mm
Ø 16 s/d Ø 25 mm = 0,5 mm (standart PUBI 1982).
d. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan beton molen/concrete mixer pada
pekerjaan konstruksi beton untuk :
- Memenuhi persyaratan pengujian adukan di lapangan oleh Konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa.
- Menyediakan benda-benda uji dalam jumlah yang ditetapkan konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa sesuai prosedur teknis pengambilan sample
e. Untuk dimensi /ukuran beton dilaksanakan sesuai ukuran pada gambar dengan
ketentuan untuk ukuran beton yang nampak masing-masing dikurangi 2-3 cm untuk
finishing plesteran, kecuali plat lantai tetap dan kolom seperti gambar.

III. BAHAN UNTUK ADUKAN BETON


a. Semen
1. Jenis semen Pc yang dipakai harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-
syarat yang telah ditentukan dalam NI.8-1969 dan sebagai pedoman dapat
memakai semen merk PC type I yang sesuai standard SII.
2. Semen yang didatangkan ke tempat pekerjaan harus baik dan baru serta di dalam
kantong-kantong semen yang masih utuh tanpa sobekan-sobekan.
3. Penyimpanan semen dalam gudang harus dilakukan diatas lantai panggung minimal
20 cm diatas tanah.
4. Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya.
5. Semen yang mulai mengeras haru segera dikeluarkan dari lapangan/ lokasi.

b. Bahan Agregate Beton


1. Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran bahan kimia, bahan-
bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan
PL I 71 jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5 % keseluruhannya.
2. Ukuran maksimum dari batu pecah/ split adalah 3 cm dengan bentuk lebih kurang
dan seperti mempunyai bidang pecah minimum 3 muka dan split harus bersih, keras
dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan
memenuhi persyaratan PBI 71.
3. Susunan ukuran koral/ pembagi butir harus termasuk susunan batu agregat
campuran di daerah baik menurut PBI 71.

c. A i r
1. Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali
dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
2. Penggunaan air kerja harus mendapatkan persetujuan dari direksi dan bila air yang
digunakan meragukan, mak kontraktor harus mengadakan penelitian Laboratorium
atas tanggunan kontraktor.
Tabel :
SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton,
oleh Dept Pekerjaan Umum.
Mutu Beton PC (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48

Bobot isi pasir = 1400 kg/m3, Bobot isi kerikil = 1350 kg/m3, Bukling factor pasir 20%
Mutu Beton :
K 100 = 1 Pc : 3.5 Psr : 4 Krl
K 175 = 1 Pc : 2.5 Psr : 3 Krl
K 225 = 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl
K 300 = 1 Pc : 1.5 Psr : 2.5 Krl

IV. BEGESTING
1. Lingkup Pekerjaan
a. Untuk mendapatkan beton penampang, ukuran dari beton seperti yang diminta dalam
gambar konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
b. Konstruksi dari bekisting harus kedap adukan dan tidak melengkung menerima beban-
beban dari adukan basah, tulangan dan lain-lain tidak berubah bentuk akibat
pemadatan adukan dengan vibrator.
c. Konstruksi dari bekisting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan kepada direksi untuk diperiksa dan disetujui
untuk dilaksanakan.
d. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan
tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
e. Tiang cetakan atau stut werk harus dipasang dibawah dan disamping papan kayu yang
kokoh dan harus mudah di stel, sedangkan bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang
cetakan disamping kekuatan dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu
diperhitungkan dengan baik terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan
lainnya yang timbul selama pengecoran seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
f. Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari
air limbah, minyak dan kotoran-kotoran lainnya.
g. Untuk pekerjaan sloof dibawah sloof terlebih dahulu dipasang lantai kerja dengan
ketebalan 5 cm.

2. Bahan Begesting
a. Kayu untuk beton dipakai kayu kelas IV sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu
meranti/ kayu tahun.
b. Papan bekisting dari kayu kayu lokal tebal 2 cm dan pemakaiannnya maksimum 4 kali.
c. Sebelum pengecoran bidang bagian dalam bekisting dilapis cairan mud oil sampai rata
agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada bagian papan bekisting,
perancah bekisting dipakai kayu meranti minimum ukuran 5/7.

3. Pelaksanaan Begesting
Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau tekanan
lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting kolom
disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2m dari permukaan dasar yang telah
mengeras.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi.
Untuk itu, Kontraktor Pelaksana harus telah mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas / Pengguna Jasa sebelum bekisting dilaksanakan.

V. TULANGAN
1. Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan polos dengan mutu baja U-24, yakni yang
didalam gambar perencanaan ditandai dengan Ø sebagai kode diameternya.
2. Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan
pengujian laboratorium lebih dahulu menurut prosedure teknis yang berlaku, dan biaya biaya
pengujian sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus dianggap
telah termasuk di dalam faktor-faktor penawaran.
3. Baja tulangan yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak diperkenankan langsung
dikerjakan sebelum mendapatkan pembenaran/persetujuan dari Konsultan Pengawas /
Pengguna Jasa.
4. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada/sulit dipasaran,
Kontraktor harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis yang dilampiri dengan rencana
perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu pelaksanaanya.
5. Bila Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa meluluskan, Kontraktor dapat melaksanakannya
sesuai dengan ijin Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa.
6. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan tulangan
lewatan dan lain-lain) harus memenuhi PBI 1971 atau SK-SNI 1991.
7. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton decking
yang jumlah, penempatan, mutunya disetujui Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.
8. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran harus bebas
dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat
antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.

VI. PENGECORAN BETON


1. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka
Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna Jasa kapan pengecoran
dilaksanakan.
2. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
a. Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan dan bekisting serta pemasangan
beton decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa.
b. Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta dinyatakan
dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.
c. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan pekerjaan
tahap ke-2 telah dipersiapkan dan dibuat.
d. Seluruh persiapan pengecoran harus telah mendapatkan pembenaran dari Konsultan
Pengawas / Pengguna Jasa. Seluruh persiapan di atas, apabila telah disetujui Pengguna
Jasa berdasarkan pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan, Kontraktor dapat
melaksanakan pengecoran.
3. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen/readymix.
Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan PB1-1971 atau
SK-SNI 1991. Dan harus sesuai dengan Rekomendasi Laboratorium yang membuat mix
design.
b. Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio sesuai yang
diatur di dalam PBI-1971 atau SK-SNI 1991, maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa). Setelah mencapai umur yang cukup, benda-benda
uji ini harus diteskan ke Laboratorium dengan biaya Kontraktor. Bila hasil Laboratorium
ternyata mutu beton yang telah dilaksanakan tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-
test selanjutnya di lapangan sesuai prosedur yang telah diatur di dalam PBI 1971 atau
SK-SNI 1991. Bila test-test di lapangan inipun masih mendapatkan hasil mutu beton
dibawah K-225 maka Kontraktor berkewajiban membongkar pekerjaan ini dan
melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi apapun.

4. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan


Pengawas / Pengguna Jasa berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

VII. PEMBONGKARAN BEGESTING


1. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :
a. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 Bab 5 ayat 8.
b. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban kerja di
atasnya bila hal tersebut akan dilakukan.
c. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas,
atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

LAMA PRESENTASE KEKUATAN


BAGIAN STRUKTUR
PEMBONGKARAN RENCANA

Balok struktur 28 hari 100

Kolom struktur 21 hari 80

Pelat lantai 21 hari 80

Balok praktis 7 hari 35

Kolom praktis 2 hari 25

Balok bagian sisi 2 hari 25

Dinding beton 2 hari 25

2. Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan ijin


pembongkaran secara lisan kepada Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa . Namun
sebelum Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa memberikan ijin secara tertulis (baik
melalui surat resmi maupun tertulis dalam buku Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa),
Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pembongkaran.
3. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa sehingga :
a. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun konstruksi
lainnya.
b. Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.
4. Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi dengan
mortar beton sesuai campuran asal.

VIII. PEMELIHARAAN BETON


1. Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar matahari
langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.
2. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan
cara-cara sebagai di bawah ini :
a. Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur
sampai dibongkar.
b. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya permukaan plat
lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal
berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak saat pengecoran,
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa.
3. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah bekisting
dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
4. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau memakai bagian
beton sebagai tumpuan selama menurut Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa bahwa beton
tersebut belum cukup mengeras.

K. PEKERJAAN PENGECATAN
1. Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan cat interior adalah cat catylac atau yang setara.
2. Pengecatan eksterior menggunakan bahan cat catylac eksterior atau yang setara
3. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dalam dan luar
gedung.
4. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering.
5. Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat dibersihkan dari kotoran
yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
6. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat diplamur dengan bahan plamur
campuran antara 1 lem plamur: 2 semen putih: 3 mill.
7. Setelah plamur benar-benar kering pekerjaan dilanjutkan dengan menggosok plamur hingga
permukaan bidang yang akan dicat benar-benar rata.
8. Untuk pengecatan dinding luar menggunakan cat dasar anti alkali agar cat dinding merekat
sempurna dan tidak mudah mengelupas
9. Pekerjaan akhir adalah pengecatan permukaan tersebut dilaksanakan cat dasar 1 kali
selanjutnya dengan cat akhiran (penutup) 3 kali hingga pekat dan rata.

Semua pekerjaan pengecatan di atas pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Apabila dalam pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga pengecatan mengotori pekerjaan
yang sebenarnya tidak harus terkena cat, maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk
membersihkannya, atau bahkan menggantinya apabila ternyata tidak dapat dibersihkan.
PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA

Apabila waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan waktu sesuai
dengan addendum kontrak telah berakhir, Penyedia Jasa harus segera menyerahkan hasil
pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Pengguna Jasa secara tertulis, dan
Pengguna Jasa teknis/pengawas berkewajiban :
1. Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak Penyedia Jasa.
2. Menanggapi/melaporkan kepada Pengguna Jasa tentang hasil pekerjaan Penyedia Jasa
tersebut secara tertulis.
Pengguna Jasa akan mengadakan rapat Kegiatan mengenai pekerjaan penyerahan tersebut diatas
berdasarkan :
1. Kontrak atau Addendum Penyedia Jasa.
2. Surat penyerahan pekerjaan dari Penyedia Jasa.
3. Surat tanggapan dari Pengguna Jasa teknis/pengawas, setelah dapat menerima penyerahan
pekerjaan tersebut.
Penyedia Jasa harus menyisihkan (mengadakan) penyediaan bahan-bahan (reserve) antara lain :
cat 5 liter untuk masing-masing warna..

PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA

Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga Serah Terima
yang Kedua adalah merupakan masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa sepenuhnya, antara lain :
1. Keamanan dan penjagaan
2. Penyempurnaan dan pemeliharaan
3. Pembersihan
Apabila Penyedia Jasa telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka
penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada
penyerahan pekerjaan yang pertama.

PENUTUP

1. Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan-
pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat " diselenggarakan oleh pemborong " maka
hal ini harus dianggap seperti disebutkan.

2. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk
didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini,
haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima sebagai " hal " yang disebutkan dan
segala biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor. Termasuk didalamnya pengurusan
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).

3. Kontraktor harus memasukkan segala resiko kekeliruan perhitungan kubikasi dan lain-lain
sebagainya sehubungan dengan keadaan setempat yang memungkinkan tidak sesuai dengan
dugaan Kontraktor. Dan segala kerusakan jalan masuk akibat dari lewatnya kendaraan-
kendaraan dan lain-lain sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak Direksi/
Pemberi Tugas, bila perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai