PEMBANGUNAN PAGAR
DAN TALUD SDN 3 TEMON
LOKASI :
DESA TEMON KEC. SAWOO
KAB. PONOROGO
1. LINGKUP PEKERJAAN.
a. Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Kontraktor Pelaksana sesuai
Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak terdiri atas : Pembangunan Pagar dan Talud SD Negeri
3 Temon Lokasi : Desa Temon Kecamatan Sawoo Kab. Ponorogo meliputi pekerjaan-pekerjaan
Persiapan, Tanah, Pasangan, Struktur, Finishing.
b. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor
Pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam
pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :
1) Penyediaan tenaga
2) Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan.
3) Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
4) Penyediaan peralatan dan Penyediaan bahan.
5) Pembuatan papan nama Kegiatan.
6) Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
7) Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawing).
8) Pembuatan Buku Penggunaan dan Pemeliharaan Bangunan.
9) Pembenahan/Perbaikan kembali Lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.
2. PENYEDIAAN TENAGA.
a. Selama masa pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk Kegiatan ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
- 1 (satu) orang Pelaksana Lapangan yang berpengalaman minimal 3 tahun yang selalu ada
di lapangan.
- 1 (satu) orang tenaga administrasi dan 1 (satu) orang tenaga logistik di kantor Kegiatan.
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan
Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di
atas lengkap dengan Daftar Riwayat Hidup / Curriculum Vitaenya serta Bagan Organisasinya.
b. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya.
c. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 & 2
di atas apabila diminta oleh Pengguna Jasa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis
yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian.
d. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri dalam
hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran,
perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk
kompensasi yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik
Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.
e. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai/staf dari Pengguna Jasa selama
masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pengguna Jasa.
f. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi
Kegiatan.
g. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi Kegiatan fasilitas pertolongan
pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas
pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Pengguna Jasa.
h. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Pengguna Jasa bila terjadi peristiwa kecelakaan
di lokasi Kegiatan atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Kontraktor juga
harus melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan
tersebut disyaratkan oleh undang-undang.
3. PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN.
a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam bentuk
bar chart dan net work yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
b. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh kontraktor selambat-
lambatnya 7 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang
dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa.
c. Bila selama waktu 7 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor Pelaksana belum
dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat
menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2
minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Pengguna Jasa.
5. PENYEDIAAN PERALATAN.
a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi
dengan baik. Peralatan minimal yang harus disediakan adalah Truck / pickup 1 unit,
scafolding 25 set, beton molen 1 unit, pompa air 1 unit, dan alat bantu lainnya.
b. Konsultan Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara teknis
peralatan yang dipergunakan kontraktor dinilai tidak memenuhi persyaratan baik jumlah
maupun kelayakan fungsinya.
c. Untuk kesempurnaan pelaksanaan konstruksi, selama masa pelaksanaan, kontraktor harus
senantiasa menyediakan alat ukur guna pengukuran ketepatan dan pengontrolan
kebenarannya dilakukan oleh Konsultan Pengawas. Bila Kontraktor tidak dapat
menyediakannya, Konsultan Pengawas berhak menyediakannya dengan biaya sewa
sepenuhnya harus ditanggung oleh Kontraktor.
1) Air :
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan
penyiraman guna pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak,
garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh Laboratorium. Bila air yang dipergunakan dari
sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi Laboratorium.
2) Semen Portland (PC) :
Semen Portland yang digunakan adalah PC type I, harus satu merk untuk penggunaan
dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau
seluruhnya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara di dalam tempat (gudang) yang
memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
3) Pasir (Ps) :
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :
a) Pasir urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
b) Pasir pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak
antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang,
c) Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi
dari laboratorium.
4) Kerikil (Kr) :
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
5) Batu merah :
Berasal dari hasil pembakaran (produksi) lokal padat, berukuran sama, hasil pembakaran
yang masak, dengan maksimal pecah 5 %.
b. Setiap penggunaan bahan galian sesuai Perda, kontraktor pelaksana harus dapat menunjukkan
bukti pembayaran retribusi golongan "C".
7. PENINJAUAN LAPANGAN.
Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah melakukan peninjauan dan memeriksa
lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat sehubungan dengan
pekerjaan dan meyakinkan sendiri sebelum mengajukan penawaran, antara lain meliputi keadaan
lahan yang ada termasuk kondisi dibawah permukaan, iklim, lingkup dan kondisi dari pekerjaan dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan jalan-jalan masuk kelokasi dan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan semua keadaan yang mungkin dapat
mempengaruhi Penawaran.
Apabila Kontraktor lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hal-hal
yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan pemeliharaan dari Pekerjaan ,
maka ini tidak membebaskan Kontraktor dari segala beban kewajiban dan tanggung jawab. Tidak
dibenarkan mengajukan tuntutan untuk penambahan biaya atau lain-lain terhadap keadaan, janji
atau garansi yang diberikan oleh Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, atau pihak manapun. Kontraktor
tidak dibenarkan mengajukan pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau biaya tambahan yang
mungkin terjadi selama masa pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan atau ketidak tepatan,
pernyataan-pernyataan yang salah atau kelalaian dalam Dokumen-dokumen Kontrak atau salah
satu dari dokumen tersebut.
Kontraktor harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan kecukupan dari
penawaran untuk pekerjaan dan semua biaya-biaya dan harga-harga yang dicantumkan dalam
Daftar Volume Pekerjaan atau Bill of Quantity (BQ), yang menjadi Harga Penawaran, meliputi
seluruh kewajibannya dalam kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu yang perlu dalam
pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan, kecuali bila ditetapkan lain dalam kontrak.
8. MOBILISASI/DEMOBILISASI.
a. Bila didalam harga penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi, maka uraian
dibawah ini adalah penjelasan dari padanya : transport lokal alat-alat dan perlengkapan
Kegiatan (dengan jumlah yang memadai), sampai Kegiatan dan membawanya keluar setelah
Kegiatan selesai.
b. Kontraktor diijinkan, apabila Pengguna Jasa tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam
masa pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya lumpsum.
c. Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semua.
d. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi kepada
Pengguna Jasa untuk diketahui dan disetujui.
b. Kontraktor dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara atas
biaya sendiri semua tanda-tanda, lampu, sinyal, penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan
dimana perlu seperti yang dikehendaki oleh pihak yang mewakili Pengguna Jasa atau petugas
yang diberi kuasa untuk melindungi Pekerjaan dan juga menyediakan material-material yang
berhubungan dengannya atau untuk memberi pertanda yang tepat bagi pekerjaan atau alat
bantu milik Kontraktor atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan
umum atau lainnya.
Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pengguna Jasa terhadap
setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan pada pihak ketiga oleh kelalaian
Kontraktor pula didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.
b. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada peraturan
Otorita Jalan Raya (Perhubungan Darat, Pekerjaan Umum, Bina Marga, Pemerintah Daerah,
Muspika, dan lain-lain) serta mematuhi perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang
berwenang dan berkompeten dari instansi terkait dalam hal penggunaan lahan, lalu lintas, jalan
dan jembatan. Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan
pekerjaan dari fasilitas yang ada termasuk lalu lintas dan jalan-jalan trafik yang ada, jembatan-
jembatan yang dilalui, kecuali sejauh yang diijinkan oleh Pengguna Jasa dalam hal
pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan dari pekerjaan. Kontraktor harus menjamin
bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian terhadap semua tindakan, gugatan,
tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang timbul akibat dari pekerjaan yang
dilaksanakan Sub-Kontraktor yang menimbulkan halangan atau mempengaruhi lalu lintas air,
jembatan, dan jalan tersebut.
c. Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam kondisi
baik selama pelaksanaan.
12. PEMBUATAN SHOP DRAWING.
a. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan bila :
1) Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai.
2) Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan)
pada detail pelaksanaan yang mendahuluinya.
3) Pengguna Jasa memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.
b. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa sebelum elemen
konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
13. PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING) DAN BUKU
PENGGUNAAN & PEMELIHARAAN BANGUNAN.
a. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan
gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
1) Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
2) Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.
b. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Pengguna Jasa setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
c. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan & pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal ini
akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan Pada Pekerjaan Pembangunan Pagar dan Talud SD Negeri
3 Temon Lokasi : Desa Temon Kecamatan Sawoo Kab. Ponorogo yaitu :
I. Pekerjaan Pendahuluan
II. Kegiatan Penyelenggaraan K3 Konstruksi
III. Pekerjaan Tanah
IV. Pekerjaan Talud
V. Pekerjaan Beton
VI. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
VII. Pekerjaan Mengecat
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
I. PEKERJAAN PENGUKURAN
1. Pengukuran Awal.
a. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan titik-titik kolom bangunan di
lapangan.
b. Hasil Pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda-tanda patok-patok ukur
dititik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya (peil ± 0,00) dengan
cat warna merah. Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran
penampang 5/7 cm, ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah
tempat oleh benturan-benturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya (pemasangan
bouwplank).
c. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil dengan
menggunakan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu disertai oleh Konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur yang
ditetapkan sudah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.
d. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam Berita Acara pengukuran awal (Uitzet) yang
ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan ini
untuk dipakai sebagai pedoman bagi pengukuran selanjutnya.
2. Pengukuran selanjutnya.
a. Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan yang
membutuhkannya yang antara lain adalah :
1. Untuk penetapan pemasangan partisi.
2. Untuk penetapan titik-titik kolom baru.
3. Untuk leveling lantai struktur, ring balk, kedudukan kuda-kuda dan lainya.
4. Untuk pengecekkan kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya.
b. Berdasarkan keperluannya di atas maka Kontraktor Pelaksana harus senantiasa
menyediakan alat ukur di lapangan dan jumlah yang cukup serta dapat berfungsi dengan
baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
c. Bila oleh karena sesuatu hal Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya di
lapangan pekerjaan maka Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa berwenang
mengadakannya dengan biaya sewa yang ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
d. Hal ini sudah harus dianggap sebagai faktor-faktor yang sudah diperhitungkan di dalam
penawaran pekerjaan ini.
B. PEKERJAAN TANAH
I. PEKERJAAN GALIAN
1. Galian dilaksanakan dengan kedalaman dan bentuk sesuai gambar rencana, pada tempat-
tempat yang berkaitan dengan gambar rencana tersebut.
2. Lubang galian harus dibuat cukup guna memperoleh ruang kerja yang memadai dan
kemiringan sisi-sisinya tidak mudah longsor.
3. Tanah bekas galian harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atau ditempatkan pada
tempat yang tidak mengganggu jalannya pekerjaan selanjutnya, atau ditempatkan pada
tempat-tempat yang direncanakan sebagai taman di dalam lokasi.
4. Sebelum pelaksanaan penggalian, harus diadakan koordinasi dengan pihak Kegiatan untuk
mengantisipasi keberadaan jaringan insatalasi di seputar area galian.
5. Pelaksanaan penggalian harus dilaksanakan secara hati-hati agar tidak merusak
jaringan/instalasi yang ada.
2. Material Urugan.
a. Material yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Berupa sirtu sungai.
Harus bersih dan bebas dari bahan organis dan kotoran.
Kadar air optimum ~ 10 %
b. Pengukuran bahan dan volume urugan akan dihitung pada daerah urugan di lokasi
Kegiatan, bersama-sama antara Kontraktor dan Pengguna Jasa.
3. Pemadatan Urugan.
a. Lapisan urugan ditimbun tiap lapis setebal 20 s/d 25 cm dan dipadatkan. Hal ini dilakukan
terus menerus yang dilanjutkan dengan perataan serta pemadatan pada setiap lapisnya
dengan stamper/mesin gilas yang bergetar, atau sesuai Pemadatan Tanah pada
sub.pasal 5.7.6.
b. Bila terjadi bahwa urugan tidak dapat mencapai kepadatan yang diharapkan, kontraktor
wajib mengganti atau mencampur dengan urugan lain sedemikian hingga memenuhi
persyaratan, dan dilakukan atas biaya Kontraktor sendiri seluruhnya.
Pembayaran didasarkan pada volume yang telah selesai dipadatkan berdasarkan berita
acara pengukuran bersama.
4. Bahan / Produk
Batu bata yang digunakan adalah batu bata lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui oleh
Pengawas, produksi dalam negeri dari daerah setempat dengan kualitas yang baik
dengan ukuran 5 x 11 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras
dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung
kotoran dengan ukuran yang sama.
5. Pelaksanaan
a. Sebagian besar dinding batu bata dengan ukuran normal per unit berukuran 5 x 11 x
22, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 4 Pasir dan 1 PC : 5 Pasir.
b. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
c. Untuk semua dinding luar dan dalam pada lantai dasar mulai dari permukaan lantai
sampai setinggi 20 cm, juga pada lantai dasar maupun lantai tingkat, setinggi 160 cm
untuk kamar mandi serta daerah basah lainnya, digunakan aduk campuran rapat air
(trasraam) dengan campuran 1 PC : 4 Pasir.
d. Pasangan rollaag pada bagian bawah sloof berfungsi sebagai pondasi, dipasang
dengan campuran 1 PC : 4 Pasir di sepanjang sloof dan kopel.
e. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari (maksimal) 24
lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom praktis.
f. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih besar dari 12 m 2 harus
ditambahkan kolom dan atau balok penguat (kolom praktis dan atau balok latai)
dengan ukuran 11 x 11 cm, dengan 4 buah tulangan pokok berdiameter 10 mm,
beugel diameter 8 mm jarak 20 cm, jarak antara kolom maksimal 3.50 m atau sesuai
gambar.
g. Setelah bata terpasang dengan baik dan benar, naad/siar-siar harus dikerok sedalam
1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
h. Pembuatan lubang pada pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak
diperkenankan.
i. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm, Jarak 40 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
ditanam dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
j. Tidak diperkenankan memasang bata yang patah dua melebihi dari 5 %. Bata yang
patah lebih dari dua tidak boleh digunakan.
k. Pasangan batu bata untuk dinding 1/2 (setengah) batu harus menghasilkan dinding
finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
l. Seluruh pasangan dinding bata sampai setinggi 50 cm di atas kepala pondasi harus
diberi obat anti rayap dengan cara dan aturan yang ditentukan oleh produsen obat.
Pemakaian obat tersebut dilakukan sebelum plesteran dilakukan.
m. Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi
dengan pasangan rollaag.
a. Pemasangan besi beton perkuatan dinding tersebut harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas mengenai tempat dan ukurannya.
b. Kelos-kelos yang dibutuhkan dapat ditanam dalam dinding-dinding dengan
peretujuan Pengawas.
c. Kontraktor harus memperhatikan serta menjaga pekerjaan yang berhubungan
dengan pekerjaan lain. Jika terjadi kerusakan akibat kelalaiannya, maka Kontraktor
harus mengganti tanpa biaya tambahan.
2. Plesteran Dinding
a. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan dibersihkan
dengan sapu lidi dan kemudian disiram air
b. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301,PM-200 harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan
c. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci atau di
pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-300 atau
pemasangan keramik dinding
d. Plesteran dinding dilaksanakan dengan spesi 1pc : 5ps. Dalam arti campuran plesteran
harus dari campuran dengan perbandingan yang sama dengan spesi pasangan
dindingnya.
e. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar rata.
f. Semua bahan yang digunakan hasil dari ayakan yang halus dan selalu ditakar.
g. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).
h. Plesteran dan acian tersebut adalah satu satuan pekerjaan.
i. Semua pekerjaan plesteran beton maupun plesteran tembok rata dan halus, dan
merupakan suatu bidang yang tegak lurus dan siku.
j. Tidak boleh ada retak-retak dikemudian. Jika terjadi retak-retak, Penyedia Barang/Jasa
harus segera memperbaikinya.
k. Sebelum pelaksanaan plesteran tembok dilaksanakan jalur-jalur instalasi listrik, sudah
harus ditanam dalam tembok terlebih dahulu sesuai dengan rencana.
l. Pekerjaan plesteran tembok dilaksanakan pada seluruh pekerjaan tembok, baik yang
tampak, maupun yang tidak tampak antara lain : tembok -tembok diatas langit - langit
maupun tembok gewel, bagian dalam dan sebagainya.
m. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan) supaya digunakan plesteran 1pc :
2ps dilaksanakan dengan lurus dan tajam.
n. Diperkenankan Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang berhubungan
dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi
beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata ringan
sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
o. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari 2 %. Bata
yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan
p. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish setebal 13
cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat,
rapi dan benar-benar tegak lurus.
3. Pasangan Tembok dengan campuran spesi 1pc : 5 psr dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tembok harus dipasang tegak lurus siku-siku dan rata, tidak boleh terdapat retak-retak
dengan maksimum pecah dari batu bata merah 5 %.
b. Bata harus berukuran sama menurut aturan Normalisasi, berkwalitas baik, tidak boleh
pecah-pecah menurut pemeriksaan Pengguna Jasa.
c. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum tinggi 1,5 m setiap hari.
d. Pemasangan tembok dipasang luas maksimum 12,00 m2 bila lebih harus dipasang beton
kolom.
e. Perancah ( andang ) tidak diperbolehkan dipasang dengan menembus tembok.
4. Pasangan bata Trasram dengan perekat 1pc : 4ps bahan pencair dengan air biasa
dilaksanakan pada :
a. Diatas pondasi sesuai dengan gambar rencana, diteruskan setinggi 70 cm diatas lantai .
b. Dan di tempat-tempat lain apabila dianggap perlu oleh Pengguna Jasa (sesuai gambar).
D. PEKERJAAN BETON BERTULANG
I. KETENTUAN UMUM
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan beton bertulang ini adalah struktur beton yang
dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana atau lebih lanjut sesuai petunjuk Pengguna Jasa.
a. Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut dokumen kontrak
kecuali ditentukan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan beton ini dipakai PBI ’71 atau
SK-SNI 1991.
b. Mutu beton yang disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah campuran
spesi 1 Pc: 2 Ps: 3 Kr , atau beton mutu K-225 (19.3 MPa)
c. Selimut beton harus mempunyai ketetapan sebagai berikut :
- Beton tanpa cetakan, berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
- Beton dengan cetakan berhubungan langsung dengan tanah 50 mm
- Balok dan kolom tidak berhubungan langsung dengan tanah 40 mm
d. Untuk ukuran besi beton yang boleh terpasang di lapangan sesuai dengan gambar
rencana dengan toleransi maksimal
Ø 0 s/d Ø 14 mm = 0,3 mm
Ø 16 s/d Ø 25 mm = 0,5 mm (standart PUBI 1982).
d. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan beton molen/concrete mixer pada
pekerjaan konstruksi beton untuk :
- Memenuhi persyaratan pengujian adukan di lapangan oleh Konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa.
- Menyediakan benda-benda uji dalam jumlah yang ditetapkan konsultan
Pengawas/Pengguna Jasa sesuai prosedur teknis pengambilan sample
e. Untuk dimensi /ukuran beton dilaksanakan sesuai ukuran pada gambar dengan
ketentuan untuk ukuran beton yang nampak masing-masing dikurangi 2-3 cm untuk
finishing plesteran, kecuali plat lantai tetap dan kolom seperti gambar.
c. A i r
1. Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali
dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
2. Penggunaan air kerja harus mendapatkan persetujuan dari direksi dan bila air yang
digunakan meragukan, mak kontraktor harus mengadakan penelitian Laboratorium
atas tanggunan kontraktor.
Tabel :
SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton,
oleh Dept Pekerjaan Umum.
Mutu Beton PC (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48
Bobot isi pasir = 1400 kg/m3, Bobot isi kerikil = 1350 kg/m3, Bukling factor pasir 20%
Mutu Beton :
K 100 = 1 Pc : 3.5 Psr : 4 Krl
K 175 = 1 Pc : 2.5 Psr : 3 Krl
K 225 = 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl
K 300 = 1 Pc : 1.5 Psr : 2.5 Krl
IV. BEGESTING
1. Lingkup Pekerjaan
a. Untuk mendapatkan beton penampang, ukuran dari beton seperti yang diminta dalam
gambar konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
b. Konstruksi dari bekisting harus kedap adukan dan tidak melengkung menerima beban-
beban dari adukan basah, tulangan dan lain-lain tidak berubah bentuk akibat
pemadatan adukan dengan vibrator.
c. Konstruksi dari bekisting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan kepada direksi untuk diperiksa dan disetujui
untuk dilaksanakan.
d. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan
tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
e. Tiang cetakan atau stut werk harus dipasang dibawah dan disamping papan kayu yang
kokoh dan harus mudah di stel, sedangkan bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang
cetakan disamping kekuatan dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu
diperhitungkan dengan baik terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan
lainnya yang timbul selama pengecoran seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
f. Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari
air limbah, minyak dan kotoran-kotoran lainnya.
g. Untuk pekerjaan sloof dibawah sloof terlebih dahulu dipasang lantai kerja dengan
ketebalan 5 cm.
2. Bahan Begesting
a. Kayu untuk beton dipakai kayu kelas IV sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu
meranti/ kayu tahun.
b. Papan bekisting dari kayu kayu lokal tebal 2 cm dan pemakaiannnya maksimum 4 kali.
c. Sebelum pengecoran bidang bagian dalam bekisting dilapis cairan mud oil sampai rata
agar pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada bagian papan bekisting,
perancah bekisting dipakai kayu meranti minimum ukuran 5/7.
3. Pelaksanaan Begesting
Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau tekanan
lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting kolom
disyaratkan tinggi penulangan maksimum adalah 2m dari permukaan dasar yang telah
mengeras.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi.
Untuk itu, Kontraktor Pelaksana harus telah mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas / Pengguna Jasa sebelum bekisting dilaksanakan.
V. TULANGAN
1. Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan polos dengan mutu baja U-24, yakni yang
didalam gambar perencanaan ditandai dengan Ø sebagai kode diameternya.
2. Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan
pengujian laboratorium lebih dahulu menurut prosedure teknis yang berlaku, dan biaya biaya
pengujian sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus dianggap
telah termasuk di dalam faktor-faktor penawaran.
3. Baja tulangan yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak diperkenankan langsung
dikerjakan sebelum mendapatkan pembenaran/persetujuan dari Konsultan Pengawas /
Pengguna Jasa.
4. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada/sulit dipasaran,
Kontraktor harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis yang dilampiri dengan rencana
perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu pelaksanaanya.
5. Bila Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa meluluskan, Kontraktor dapat melaksanakannya
sesuai dengan ijin Konsultan Pengawas / Pengguna Jasa.
6. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan tulangan
lewatan dan lain-lain) harus memenuhi PBI 1971 atau SK-SNI 1991.
7. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton decking
yang jumlah, penempatan, mutunya disetujui Konsultan Pengawas/Pengguna Jasa.
8. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran harus bebas
dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat
antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.
K. PEKERJAAN PENGECATAN
1. Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan cat interior adalah cat catylac atau yang setara.
2. Pengecatan eksterior menggunakan bahan cat catylac eksterior atau yang setara
3. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dalam dan luar
gedung.
4. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar-benar telah kering.
5. Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat dibersihkan dari kotoran
yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
6. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat diplamur dengan bahan plamur
campuran antara 1 lem plamur: 2 semen putih: 3 mill.
7. Setelah plamur benar-benar kering pekerjaan dilanjutkan dengan menggosok plamur hingga
permukaan bidang yang akan dicat benar-benar rata.
8. Untuk pengecatan dinding luar menggunakan cat dasar anti alkali agar cat dinding merekat
sempurna dan tidak mudah mengelupas
9. Pekerjaan akhir adalah pengecatan permukaan tersebut dilaksanakan cat dasar 1 kali
selanjutnya dengan cat akhiran (penutup) 3 kali hingga pekat dan rata.
Semua pekerjaan pengecatan di atas pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Apabila dalam pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga pengecatan mengotori pekerjaan
yang sebenarnya tidak harus terkena cat, maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk
membersihkannya, atau bahkan menggantinya apabila ternyata tidak dapat dibersihkan.
PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA
Apabila waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan waktu sesuai
dengan addendum kontrak telah berakhir, Penyedia Jasa harus segera menyerahkan hasil
pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Pengguna Jasa secara tertulis, dan
Pengguna Jasa teknis/pengawas berkewajiban :
1. Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak Penyedia Jasa.
2. Menanggapi/melaporkan kepada Pengguna Jasa tentang hasil pekerjaan Penyedia Jasa
tersebut secara tertulis.
Pengguna Jasa akan mengadakan rapat Kegiatan mengenai pekerjaan penyerahan tersebut diatas
berdasarkan :
1. Kontrak atau Addendum Penyedia Jasa.
2. Surat penyerahan pekerjaan dari Penyedia Jasa.
3. Surat tanggapan dari Pengguna Jasa teknis/pengawas, setelah dapat menerima penyerahan
pekerjaan tersebut.
Penyedia Jasa harus menyisihkan (mengadakan) penyediaan bahan-bahan (reserve) antara lain :
cat 5 liter untuk masing-masing warna..
Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga Serah Terima
yang Kedua adalah merupakan masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa sepenuhnya, antara lain :
1. Keamanan dan penjagaan
2. Penyempurnaan dan pemeliharaan
3. Pembersihan
Apabila Penyedia Jasa telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka
penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada
penyerahan pekerjaan yang pertama.
PENUTUP
1. Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan-
pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat " diselenggarakan oleh pemborong " maka
hal ini harus dianggap seperti disebutkan.
2. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk
didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini,
haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima sebagai " hal " yang disebutkan dan
segala biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor. Termasuk didalamnya pengurusan
IMB (Ijin Mendirikan Bangunan).
3. Kontraktor harus memasukkan segala resiko kekeliruan perhitungan kubikasi dan lain-lain
sebagainya sehubungan dengan keadaan setempat yang memungkinkan tidak sesuai dengan
dugaan Kontraktor. Dan segala kerusakan jalan masuk akibat dari lewatnya kendaraan-
kendaraan dan lain-lain sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak Direksi/
Pemberi Tugas, bila perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.