Anda di halaman 1dari 40

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIKS

BAB XII. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

BAGIAN A – PERSYARATAN UMUM

PASAL 1
KETENTUAN UMUM
Jenis pekerjaan yang akan dilakukan adalah Rencana Perencanaan Pembangunan
Pagar dan Pematangan Lahan Serta Saluran Beton Lanjutan

a. Pekerjaan harus dilaksanakan menurut peraturan dan syarat-syarat serta gambar kerja.
b. Segala perubahan hanya dianggap sah dan dibenarkan apabila mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan secara tertulis.
c. Segala perintah dan petunjuk dari direksi pekerjaan harus ditaati dan dilaksanakan
dengan baik demi sempurnanya pekerjaan
d. Pada akhir pelaksanaan dan setelah berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan harus
diserahkan kepada pemberi Tugas dalam keadaan baik dan memuaskan yang disertai
Berita Acara penyerahan Pekerjaan.

PASAL 2
URAIAN UMUM
a. Pemberian pekerjaan meliputi mendatangkan (leveling), pengolahan semua bahan,
pengerahan tenaga kerja, mengadakan alat pembantu dan sebaiknya yang pada umumnya
langsung atau tidak langsung termasuk dalam usaha menyelesaiakan dengan baik dan
menyerahkan pekerjaan yang lengkap dan sempurna. Juga disini dimaksudkan pekerjaan
atau bagian pekerjaan yang walaupun tidak jelas disebutkan didalam RKS dan gambar-
gambar tetapi berada didalam lingkup pematangan lahan yang dalam hal ini
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Pemberi tugas dan Direksi Pekerjaan.
b. Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran, termasuk segala sesuatu yang
berada disitu diserahkan tanggungjawabnya kepada kontarktor.
c. Oleh Kontraktor pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna dalam kedaan selesai
dimana termasuk pembersihan lapangan dan sebagainya.
d. Unrtuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan utama,
Kontraktor berkewajiban antara lain:
 Membersihkan halaman kerja dari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya
peleksanaan pekerjaan utama.
 Mengadakan hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
e. Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS gambar-
gambar yang ada maupun susulan yang terlampir dalam berita Acara Penjelasan,
perintah-perintah pemberi tugas selama pekerjaan berlangsung dan petunjuk-petunjuk
Direksi Pekerjaan Lapangan.

PASAL 3
PERALATAN
a. Kontraktor harus menyediakan sendiri semua peralatan kerja dalam jumlah yang cukup
sesuai dengan jenis dan volume pekrjaan
  1
b. Disamping pelatan kerja utama,. Kontraktor jujga harus memyediakan peralatan kerja
Bantu yang cocok dan lazim digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, serta jumlahnya
cukup

PASAL 4
FOTO DOKUMENTASI
1. Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dalam tahapan pekerjaan sebagai
berikut :
a. Sebelum pekerjaan dimulai ( 0% )
b. Pelaksanaan lapangan mencapai 50 %
c. Pekerjaan mencapai 100 %.
2. Tata cara pengambilan foto dokumentasi diambil dalam arah dan tempat yang sama
setiap tahapan sehingga dapat menggambarakan kemajuan secara kronologis dan jelas,
khususnya yang dianggap penting disusun dalam album dan diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan sebanyak 3 (tiga) rangkap beserta file dalam bentuk foto atau pun video dan
selanjutnya menjadi dokumen proyek.

PASAL 5
GAMBAR DAN KETENTUAN UKURAN
1. Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa kecocokan ukuran dalam gambar rencana
dengan keadaan lapangan, selanjutnya Kontraktor harus segera memberitahukan
kepada Direksi Proyek. Kontraktor dan Direksi Pekerjaan bersama-sama akan
menetukan perubahan pada rencana pekerjaan yang tidak sesuai dengan keadaan
lapangan tersebut yang selanjutnya akan di diskusikan dengan pihak pemberi tugas.
2. Gambar-gambar Rencana nantinya akan dilampirkan dalam Kontrak yang juga
dipergunakan sebagai gambar rencana untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Ukuran-ukuran patok dapat dilihat pada gambar rencana, ukuran-ukuran yang tidak
tercantum dalam gambar atau kurang jelas dapat ditanyakan kepada Direksi Pekerjaan.
4. Gambar-gambar detail yang belum ada dan dianggap perlu oleh Direksi Teknik/Direksi
Pekerjaan harus dibuat oleh Kontraktor berupa Gambar Kerja (Shop Drawings) dan
sebelum dilaksanakan harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dan
menjadi milik Pemberi Tugas.
5. Jika di perlukan Kontraktor harus menghitung kembali Mutual Check 0% (MC-0%)
berdasarkan Shop Drawings guna mengetahui perubahan volume pekerjaan
berdasarkan kondisi lapangan
6. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan-perubahan, maka Kontraktor
harus menyerahkan gambar-gambar revisi yang telah disetujui Direksi Pekerjaan,
dalam rangkap 3 (tiga) masing-masing :
a. 1 (satu) set untuk Kontraktor
b. 1 (satu) set untuk Direksi Proyek.
c. 1 (satu) set untuk Pemberi Tugas.

PASAL 6
KESEHATAN KERJA
Kontraktor diwajibkan memberi jaminan kesehatan dan keamanan serta keselamatan bagi
para pekerja, antara lain menyediakan kotak PPPK lengkap dengan obat-obatan yang
dibutuhkan sebagai alat penolong jika terjadi kecelakaan di lokasi pekerjaan berdasarkan
standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam bidang konstruksi.

  2
PASAL 7
PROGRAM PELAKSANAAN
1. Kontraktor harus membuat Program Pelaksanaan dalam bentuk Bar-Chard, dan jika
dimungkinkan dalam bentuk Network Planning yang dapat memperlihatkan alur kerja
untuk setiap kegiatan hal-hal sebagai berikut :
a. Jenis kegiatan dan volume.
b. Waktu pelaksanaan.
c. Jumlah dan jenis tenaga kerja, perlatan dan material yang diperlukan.
2. Aktivitas yang diperlihatkan pada Program harus sudah termasuk pelaksanaan
pekerjaan mobilisasi, persiapan, dan lain-lain, serta kelonggaran waktu dengan adanya
libur umum.

PASAL 8
LAPORAN HASIL PEKERJAAN
1. Untuk kepentingan pengendalian pekerjaan dan pengawasan pekerjaan di lapangan,
Kontraktor wajib membuat laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.
2. Semua laporan pelaksanaan yang dibuat oleh Kontraktor, harus diperiksa oleh Direksi
Pekerjaan, dibuat dalam rangkap 3 (tiga) rangkap untuk diserahkan kepada Pemberi
Tugas melalui Direksi Pekerjaan.
3. Laporan harian, harus berisi : Kuantitas dan macam bahan yang ada di lapangan;
penempatan tenaga untuk setiap macam tugas;p jumlah, jenis dan kondisi peralatan;
Kuantitas dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan; dan Keadaan cuaca termasuk hujan,
banjir dan peristiwea alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.
4. Laporan Mingguan, dibuat setiap minggu, yang terdiri dari rangkuman laporan harian
dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal
penting yang timbul atau berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
5. Laporan Bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman laporan mingguan
dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam satu bulan.

PASAL 9
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan Lapangan
Untuk mempersiapkan tempat kerja, penumpukan bahan-bahan, penempatan gudang
sementara, perbaikan Direksi Keet lama dan lain-lain, Kontraktor juga harus terlebih
dahulu membersihkan serta membenahi lapangan.
2. Mobilisasi dan Demobilisasi
3. Kantor Direksi (Direksi Keet)
a. Kontraktor perlu menyediakan Kantor Direksi (Direksi Keet) atau memperbaiki dan
membersihkan Kantor Direksi (Direksi Keet) lama dan menyediakan kembali
kelengkapan Direksi Keet seperti meja kerja, white board dan lain-lain yang
dianggap perlu.
b. Kontraktor menyediakan sarana penerangan dan air bersih secukupnya, yang
diperlukan Kantor Direksi.
c. Kontraktor bertanggung-jawab atas perawatan Kantor Direksi Pekerjaan dan
kelengkapannya.
4. Pekerjaan Pembuatan Nama Proyek (Papan nama proyek berukuran relatif besar
dengan menampilkan informasi proyek secara umum dan bisa di baca pada jarak
kurang lebih 50 meter). Papan nama harus menginformasikan Nama proyek, Instansi,
Kontrak, Nilai Kontrak, Tanggal Kontrak dan kebutuhan informasi lainnya.
5. Untuk menjamin keamanan dan mutu bahan (termasuk peralatan dll yang diperlukan),
Kontraktor harus menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup kuat dan aman dari
resiko hilang/kerusakan. Kontraktor juga diwajibkan untuk menyediakan barak kerja.
  3
6. Kantor Direksi (Direksi Keet)
d. Kontraktor perlu menyediakan Kantor Direksi (Direksi Keet) atau memperbaiki dan
membersihkan Kantor Direksi (Direksi Keet) lama dan menyediakan kembali
kelengkapan Direksi Keet seperti meja kerja, white board dan lain-lain yang
dianggap perlu.
e. Kontraktor menyediakan sarana penerangan dan air bersih secukupnya, yang
diperlukan Kantor Direksi.
f. Kontraktor bertanggung-jawab atas perawatan Kantor Direksi Pekerjaan dan
kelengkapannya.
PASAL 10
MATERIAL
1. Bahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
2. Jika Kontraktor mengajukan bahan lain yang digunakan, maka mutunya minimal harus
sama dengan yang disyaratkan dalam dokumen tender. Untuk pemesanan bahan itu,
harus diberitahukan terlebih dahulu pada Direksi Pekerjaan yang meliputi jenis,
kuaslitas serta kuantitas dari bahan yang dipesan untuk mendapat persetujuan.
3. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta
persyaratan – persyaratannya akan dicantumkan di dalam pasal-pasal berikut.
4. Bilamana akibat satu dan lain hal, bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh.
Kontraktor boleh mengajukan usul perubahan pada Direksi Pekerjaan sepanjang
mutunya paling tidak sama dan apa yang disyaratkan.
5. Direksi Pekerjaan akan menilai dan memberi persetujuan secara tertulis sepanjang
memenuhi persyaratan teknis dan Kontraktor diwajibkan untuk sejauh meungkin
mempergunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.

PASAL 11
LALU – LINTAS
Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan untuk keperluan pekerjaan,
Kontraktor harus berhati-hati sedemikian sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas
atau menimbulkan kerusakan terhadap bangunan yang telah ada serta prasarana lainnya. Bila
terjadi kerusakan, Kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki atau menggantinya.
Kontraktor juga harus menyediakan rambu-rambu/tanda-tanda peringatan di sekitar lapangan
kerja atau jalan masuk ke lokasi pekerjaan.

PASAL 12
C U A C A
Pekerjaan harus dihentikan apabila cuaca tidak mengijinkan, yang dapat mengakibatkan
penurunan mutu pekerjaan.

PASAL 13
SARANA PEKERJAAN DAN AIR KERJA
Kontraktor harus menyediakan sarana atau prasarana penerangan dan air kerja, yang
diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

PASAL 14
PERALATAN SURVEY
Kontraktor harus menyediakan peralatan survey yang akan dipakai oleh Direksi Pekerjaan,
dan alat-alat tersebut harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan selesai seluruh
peralatan tersebut akan dikembalikan kepada Kontraktor.

  4
BAGIAN B – SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

PASAL 1 - LINGKUP KEGIATAN PEKERJAAN


Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
- Pekerjaan Pendahuluan
- Pekerjaan Saluran
- Pekerjaan Pematangan Lahan
- Pekerjaan Pagar

PASAL 2 - S I T U A S I
Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini terletak di Jl. BLK No. 02 Poros
Makassar – Pare-pare KM 83, Mandalle, Kab. Pangkajene Kepulauan, Prov. Sul-Sel

PASAL 3 - SETTING OUT DAN TITIK TETAP


a. Untuk menentukan posisi serta keinginan rencana di lapangan Kontraktor harus
melakukan pengukuran di lapangan seperti ditunjukkan dalam gambar.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor dan Direksi Pekerjaan harus mengadakan
pengukuran ulang (MC.0) guna mendapatkan Titik Tetap di lapangan dan diadakan
pengamatan ulang yang dilakukan oleh Kontraktor dan Pengawas yang disahkan oleh
Pemberi Tugas.
c. Dalam hal terdapatnya perbedaan antara rencana dalam gambar dengan hasil pengukuran,
maka Kontraktor harus melaporkan hal ini kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara. Keputusan akan didasarkan atas keamanan
konstruksi serta kelancaran kegiatan di luar dan di dalam lokasi pekerjaan.
d. Pemasangan Titik Tetap dilakukan dengan menggunakan patok beton, yang akan
merupakan titik utama dalam melaksanakan pekerjaan, atau metode lain menurut
pertimbangan Direksi Pekerjaan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
e. Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus menjaga rusaknya/berubahnya titik peil,
dan Kontraktor harus mencek peil tetap terhadap titik lainnya.

PASAL 4 - PEKERJAAN PEMASANGAN BOUWPLANK


a. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu kasau Meranti 5/7.
b. Patok terancap ditanah sehingga tidak bisa digerk-gerakkan atau diubah-ubah, berjarak
maksimum 2 meter satu sama lainnya.
c. Papan patok ukur dibuat dari kayu Meranti dengan ukuran 3 x 20 cm, lurus dan diserut
rata pada sisi sebelah atasnya (waterpass). Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama
satu dengan yang lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
d. Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 300 cm dari as pondasi terluar atau sesuai
petunjuk dari Konsultan Pengawas. Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan,
Penyedia Jasa Pemborongan harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas.
e. Segala biaya pekerjaan pembuatan dan pemasangan termasuk tanggungan Penyedia Jasa
Pemborongan.

  5
PASAL 5 - PEKERJAAN PENGUKURAN
a. Lingkup Pekerjaan
~ Meliputi : pekerja-pekerja, ahli, bahan, peralatan dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pengukuran sesuai dengan RKS
dan Gambar Kerja.
~ Pekerjaan pengukuran meliputi batas-batas penimbunan lokasi, penentuan lokasi
bangunan, jalan masuk, batas-batas pagar tembok keliling dan penentuan duga.
b. Persyaratan
~ Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betul-betul ahli dan berpengalaman.
~ Pemeriksaan hasil pengukuran harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas
dan dimintakan persetujuannya.
~ Konsultan Pengawas juga akan menentukan patokan utama sebagai dasar dari
gedung, jalan dan bangunan-bangunan lainnya.
c. Peralatan yang digunakan terdiri dari Totalstation, waterpass, meter roll dan patok-patok
yang kuat diperlukan dalam pengukuran. Semua peralatan ini harus dimiliki oleh
Penyedia Jasa Pemborongan dan harus selalu ada bila sewaktu-waktu memerlukan
pemerikasaan.
d. Pelaksanaan
~ Lokasi, ukuran dan duga gedung, jalan maupun bangunan-bangunan lainnya
ditentukan dalam gambar. Jika terdapat keraguraguan harus ditanyakan kepada
Konsultan Pengawas.
~ Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk dimintakan
keputusannya segera.

PASAL 6 - PEKERJAAN GALIAN TANAH


1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:
a. Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja
yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan termasuk pelat turap sementara
jika diperlukan.
b. Penggalian semua pekerjaan yang membutuhkan harus seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
c. Penggalian di lokasi dimana terdapat sisa konstruksi atau instalasi yang berada di
bawah tanah yang sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan petunjuk Pihak Direksi
proyek.
d. Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan ke suatu
tempat pembuangan yang telah ditentukan. Penggalian dan pengangkutan bahan
timbunan dari suatu tempat galian. Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam
Spesifikasi ini.
e. Ruang lingkup mencakup pekerjaan galian struktur dan galian pematangan lahan.
f. Lingkup pekerjaan Sesuai RAB antara Lain :
 Pekerjaan Galian Tanah (Saluran)
 Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Pematangan Lahan)
 Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Pagar)

  6
2. STANDAR/RUJUKAN
a. American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
b. American Society for Testing and Materials (ASTM).
c. Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.
3. PROSEDUR UMUM
a. Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek. Lebar galian harus
dibuat cukup lebar untuk memberikan ruang gerak dalam melaksanakan
pekerjaan.
b. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan saja dan
Kontraktor dapat menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu
dengan pengetahuan Direksi Pekerjaan.
c. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib melaporkannya kepada
Direksi Proyek untuk diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
d. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali harus bebas dari
bahan lepas, bersih dan dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk dari pelakasana proyek.
e. Bila elevasi hasil galian tidak sesuai rencana, Kontraktor harus melakukan
penggalian/ Penimbuanan tambahan sesuai petunjuk yang diketahui Direksi
Proyek, sampai elevasi sesuai rencana tercapai.
f. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh diselesaikan sebelum
pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan
lainnya tidak merusak permukaan galian. Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor
harus memasang dinding penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya
tanah ke dalam lubang galian. Kontraktor harus melindungi galian dari genangan
air atau air hujan dengan menyediakan saluran pengeringan sementara atau
pompa.
g. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian Kontraktor harus
diperbaiki sesuai petunjuk gambar tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja dapat dilakukan dengan
peralatan standar seperti power shovel, bulldozer, excavator ataupun dilakukan
secara manual. Bila ditemukan batu-batuan, Kontraktor harus memberitahukannya
kepada Direksi Proyek yang akan bersama sama mengambil keputusan dan akan
dilibatkan pihak Pemberi Tugas Jika di Perlukan, sebelum penggalian dilanjutkan.
Sesudah setiap pekerjaan penggalian selesai, Kontraktor harus memberitahu
Direksi Proyek, dan pekerjaan dapat dilanjutkan kembali setelah Direksi Proyek
mengetahui kedalaman penggalian dan sifat lapisan tanah pada dasar penggalian
tersebut.

4. ALAT/ BAHAN
Disesuaikan berdasar kebutuhan di lapangan dan mempertimbangakan bersarnya
volume pekerjaan.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi
yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Manajer Proyek
b. Semua bahan hasil galian harus dikumpulkan dan/atau ditumpuk pada tempat
tertentu sesuai petunjuk Direksi Proyek atau dari pihak Pemberi Tugas. Hasil

  7
galian tersebut dapat digunakan untuk bahan urugan dan sisanya atau dibuang
dari lokasi proyek.
c. Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang ditentukan
dalam Gambar Kerja atau petunjuk Direksi Proyek, yang disebabkan karena
kesalahan Kontraktor, kelebihan penggalian tersebut tidak dapat dibayar dan
Kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya
Kontraktor.
d. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak
patok-patok pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan
yang disebabkan karena pekerjaan penggalian menjadi tanggung- jawab
Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau
waktu.
e. Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada daerah
elevasi akhir pada kedalaman minimal 150 mm di bawah elevasi akhir rencana.
Batuan dapat berupa batu atau serpihan keras dalam batuan dasar asli, dan batu
besar dengan volume lebih dari 0,5 cm 3 atau berukuran lebih besar dari 100 cm,
yang harus disingkirkan dengan alat khusus dan/atau diledakkan.

PASAL 7 - PEKERJAAN URUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN


1. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
a. Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja
yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan.
b. Pengurugan kembali semua pekerjaan yang membutuhkan urugan kembali seperti
peninggian elevasi lahan, Urugan tanah dibelakang talud, urugan kembali bekas
galian saluran, Urugan kembali belas galian pondasi pagar dan lainnya seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
c. Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
d. Lingkup pekerjaan Sesuai RAB antara Lain :
 Pekerjaan Urugan Kembali Bekas Galian (Saluran)
 Pek. Timbunan Biasa Dari Hasil Galian + Urugan Belakang Talud
(Pematangan Lahan)
 Pek. Urugan Kembali Kembali Bekas Galian (Pekerjaan Pagar).
2. STANDAR/RUJUKAN
a. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
b. American Society for Testing and Materials (ASTM).
c. Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.

3. PROSEDUR UMUM
a. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan urugan dan lokasi
pengerjaan urugan/timbunan telah diperiksa oleh Direksi Proyek.
b. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan sebelum pekerjaan
terdahulu diperiksa Direksi Proyek.
c. Lahan galian yang sesuai untuk bahan urugan atau timbunan dapat disimpan oleh
Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang memudahkan pengangkutan
selama pekerjaan pengurugan dan penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan
harus diperiksa Direksi Proyek.

  8
d. Pengurugan pekerjaan yang terdapat item pekerjaan hanya dapat dilakukan ketika
umur beton minimal 14 hari dan/ atau berdasarkan standar aturan yang ada, dan ketika
pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau setelah diperiksa dari Direksi
Proyek.

3. BAHAN/ ALAT
Merujuk ke butir 5 pada pasal ini.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Bahan Urugan
 Bahan urugan harus bebas dari bahan organik, gumpalan besar, kayu, bahan-
bahan lain yang mengganggu dan butiran batu lebih besar dari 100 mm dan
memiliki gradasi sedemikian rupa agar pemadatan berjalan lancar.
 Semua bahan galian kecuali tanah tidak dijinkan digunakan sebagai bahan
urugan kecuali setelah diperiksa oleh Direksi Proyek atau sesuai stanadar
pekerjaan pemadatan tanah yang berlaku
 Bahan urugan yang disimpan di dekat tempat kerja untuk waktu lebih dari 12
jam harus dilindungi dengan lembaran plastik agar tidak terjadi
penyimpangan pada bahan urugan yang telah disetujui tersebut.
 Setiap lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi merata sampai
tercapai kadar air tertentu untuk mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.

b. Persiapan
 Sebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan-pekerjaan berikut harus sudah
dikerjakan sebelumnya :
 Kontraktor harus memberitahu Direksi Proyek sebelum memulai penempatan
bahan urugan dan Direksi Proyek akan memeriksa kondisi lokasi yang telah
disiapkan untuk maksud tersebut.
 Lokasi yang akan diberi bahan urugan/timbunan harus dikeringkan dahulu
dari genangan air menggunakan pompa atau alat lain yang diketahu Proyek.

c. Penempatan Bahan Urugan.


 Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan.
 Bahan urugan timbunan harus ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimal 200 mm (keadaan lepas) dan harus dipadatkan dengan baik sesuai
stanada.
 Untuk timbunan/ urugan harus dipadatkan sesuai nilai kepadatan yang
ditentukan
 Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau syarat khusus, alat pemadat
tangan tidak diijinkan sebagai pengganti alat pemadat mekanis.
 Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan urugan sebelum
pemadatan lapisan terdahulu diperiksa Direksi Proyek.
 Pengurugan tidak boleh dikerjakan tanpa diperiksa terlebih dahulu direksi
Proyek.

  9
PASAL 8 - PEMADATAN TIMBUNAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
a. Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga
kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua yang diperlukan.
b. Semua pekerjaan yang membutuhkan pemadatan seperti pematan timbunan
peninggian elevasi lahan dan timbunan dibelakang talud ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
c. Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
d. Lingkup Item Pekerjaan : Pekekerjaan Pemadatan Timbunan Biasa Dari Hasil
Galian dan Urugan Belakan Talud

2. STANDAR/RUJUKAN.
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua peraturan dan standar lokal yang berlaku.

3. PROSEDUR UMUM.
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai untuk memadatkan
urugan maupun daerah galian. Untuk pemadatan tanah kohesif digunakan self
propelled tamping rollers atau towed sheep roller. Pemadatan dengan menyiram dan
menyemprot tidak diijinkan.
Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai tercapai
nilai pemadatan yang disyaratkan. Bahan yang ditempatkan di atas lapisan yang tidak
dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan harus dipadatkan kembali sesuai
petunjuk Manajer Proyek.

4. BAHAN-BAHAN.
Analisa Cipta Karya PERMEN PUPR NOMOR 28 /PRT/M/2016 dan Ketententuan lain
berdasarakan Gambaar & RAB.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Umum.
Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus memiliki kadar air yang
sesuai dengan ketentuan agar dihasilkan pemadatan dengan nilai kepadatan yang
sesuai. Bahan harus memiliki kadar air yang seragam pada seluruh lapisan bahan
yang akan dipadatkan.
b. Pengawasan Kelembaban.
Pada saat pemadatan yang membutuhkan nilai kepadatan tinggi, bahan urugan dan
permukaan yang akan menerima bahan urugan harus memiliki kadar air yang
disyaratkan. Kontraktor tidak diijinkan melakukan pemadatan sampai dicapai kadar
air sesuai dengan yang disyaratkan.

PASAL 8 - PEKERJAAN BEKISTING


1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
a. Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan, tenaga kerja
yang cukup untuk menyelesaikan semua yang diperlukan.

  10
b. Semua pekerjaan yang membutuhkan bekisting seperti bekisting pada pekerjaan
saluran, bekisting pekerjaan beton talud, bekisting beton pada pekerjaan pagar sesuai
yang dibutuhkan berdasarkan dalam Gambar Kerja.
c. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk item ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan
pembongkaran dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor
seperti diperlukan dan diperinci sesuai gambar.
d. Saling berhubungan dengan pekerjaan beton dan pekerjaan besi untuk tulangan dan
pekerjaan lainnya.
e. Lingkup Item Pekerjaan :
 Pekerjaan Bekisting (Saluran)
 Pekerjaan Bekisting (Talud)
 Pekerjaan Bekisting Sloof & Ring Balk (Pagar)
 Pekerjaan Bekisting Kolom (Pagar)

2. STANADAR RUJUKAN.
a. Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971 NI-2,
ACI 347, ACI 301, ACI 318.
b. PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
c. SII Standard Industri Indonesia
d. ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
e. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
f. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork
g. Analisa Cipta Karya PERMEN PUPR NOMOR 28 /PRT/M/2016

3. PROSEDUR UMUM.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-
gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut
harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta
kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk
struktur yang aman.
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan
Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971 NI-2,
ACI 347, ACI 301, ACI 318.

4. BAHAN
Bahan-bahan/Produk Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan
untuk cetakan dan penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian
permukaan beton seperti terlihat dan terperinci.
Analisa Cipta Karya PERMEN PUPR NOMOR 28 /PRT/M/2016 dan Ketententuan
lain berdasarakan Gambaar & RAB.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang memadai untuk
menerima beban tanpa penurunan.
b. Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung dan diperkuat dengan
perancah tambahan yang sesuai. Sebelum menempatkan perancah, gambar
rancangan pemasangan/penempatan perancah harus diserahkan kepada Manajer
Proyek untuk disetujui.
c. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :

  11
 Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang memadai
untuk pemeriksaan dan pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.
 Bahan acuan harus dari papan kayu tebal minimal 20mm, kayu lapis tebal
minimal 12mm, baja pelat lembaran tebal minimal 0,6 mm, atau bahan lain
yang disetujui dan/ atau menyesuakan dengan stanadar analisa yang digunakan
pada RAB. Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan
diekspos harus menggunakan acuan kayu lapis.
 Desain dan konstruksi acuan, penopang dan penguat menjadi tanggung- jawab
Kontraktor.
 Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorsi yang diakibatkan oleh
tekanan alat penggetar dan beban beton atau lainnya.
 Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan konstruksinya
sebelum pengecoran.
 Semua sudut sambungan/pertemuan harus kaku untuk mencegah terbukanya
acuan selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor bertanggung
jawab untuk acuan dan penopangnya yang memadai.
 Ikatan metal, penunjang, baut dan batang harus disusun sedemikian rupa
sehingga ketika acuan dibuka, semua metal harus berada tidak kurang dari
50mm dari permukaan beton ekspos.
 Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bila diijinkan, harus disingkirkan
sampai kedalaman minimal 25 mm dari permukaan beton tanpa merusak.
 Kerucut yang sesuai harus disediakan. Cekungan-cekungan harus diisi dengan
adukan dan permukaan harus tetap halus, rata dan seragam dalam warna.
d. Bila dasar acuan sukar dicapai, dinding bagian bawah acuan harus dibiarkan
terbuka, atau perlengkapan lain harus disediakan sehingga bahan-bahan asing
dapat disingkirkan dari acuan dengan mudah sebelum penempatan beton.
e. Perlakuan Permukaan Acuan.
Semua dinding acuan harus diberi lapisan oli yang disetujui sebelum penempatan
baja tulangan, dan acuan dari kayu harus dibasahi dengan air sebelum penempatan
beton. Bahan pelapis yang akan menyebabkan perubahan warna asli beton tidak
boleh digunakan.
f. Penempatan Pipa Drainase (Weep Hole), Konduit dan Talang Hujan.
 Pipa-pipa drainase (weep hole), serta pipa drainase, harus dipasang
sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan beton. Pipa-pipa
tersebut harus dilindungi sehingga tidak akan terisi adukan beton sewaktu
pengecoran.
 Pipa-pipa drainase harus diadakan pada semua dinding beton penahan
tanah atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja. Kecuali dinyatakan lain,
pipa-pipa drainase harus ditempatkan pada jarak merata, setiap jarak 2000
mm.
 Pipa drainase, harus dari bahan pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja
8kg/cm² yang memenuhi ketentuan SNI 06-0084-2002, seperti Wavinsafe
buatan Wavin, Vinilon, Pralon. Diameter pipa PVC harus sesuai ketentuan
Gambar Kerja.
g. Papan Polystyrene dan Premolded Joint Filler.
Lembaran polystyrene mengembang dan premolded joint filler harus digunakan
untuk membentuk celah kosong antara bidang pengecoran.
h. Toleransi.
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah
pembongkaran acuan dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian beton
  12
yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam Gambar Kerja. Variasi ketinggian
lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung dan penumpu.
Toleransi harus memenuhi ketentuan ACI 347 dan/atau disetujui Direksi Proyek.
i. Pembongkaran Acuan.
Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Direksi Proyek.
Persetujuan Manajer Proyek tidak membebaskan Kontraktor dari keamanan
pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus ditentukan oleh Direksi Proyek.

PASAL 8 - PEKERJAAN BESI


1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan penulangan beton yang sesuai Gambar
Kerja. Pekerjaan ini termasuk semua mesin, peralatan, tenaga kerja, dan
pemasangan bahan penulangan beton. Spesifikasi ini akan lebih kuat dari pada
Gambar Kerja bila ada perbedaan detail yang mungkin terjadi.
Lingkup item pekerjaan:
 Pek. Besi U24 (Polos) (Saluran)
 Pek. Besi U24 (Polos) (Pematangan Lahan)
 Pek. Besi U24 (Polos) (Pagar)
2. STANDAR/RUJUKAN.
a. Standar Nasional IndonesiaSNI):
 SNI 07-2052-2002 - Baja Tulangan Beton.
 SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung.
b. American Concrete Institute (ACI):
 ACI 318 - Building Code Requirements for Reinforced Concrete.
c. American Welding Society (AWS):
 AWS D1.4 - Structural Welding Code - Reinforcing Steel.
d. Spesifikasi Teknis 03300 - Beton Cor di Tempat.

3. PROSEDUR UMUM.
a. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik.
 Kontraktor harus menyerahkan kepada Manajer Proyek, contoh
bahan beserta sertifikat pabrik bahan penulangan beton untuk
disetujui.
 Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar
pemotongan harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan
kepada Manajer Proyek untuk disetujui. Persetujuan yang
diberikan tidak berarti membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya untuk memastikan kebenaran daftar
pemesanan dan daftar pemotongan. Setiap penyimpangan dari
daftar bahan dan daftar penulangan yang telah disetujui menjadi
tanggung jawab Kontraktor untuk menggantinya atas biayanya.
b. Gambar Detail Pelaksanaan.
 Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan oleh
Kontraktor kepada Direksi Proyek untuk disetujui :
~ Daftar penulangan yang menunjukkan pembengkokan,
ukuran kait, lewatan, sambungan dan lainnya yang
memenuhi ACI 315 dan/atau SNI 03-2847-2002.
  13
~ Gambar harus menunjukkan spasi tulangan, selimut dan
jarak antara, pasak besi dan penahan jarak/gelang-gelang.
 Kontraktor diijinkan mengganti ukuran rencana penulangan beton
yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja selama penggantian
tersebut dianalisa dengan teliti dan Kontraktor telah memeriksa
bahwa kekuatan yang dinginkan tetap terpenuhi. Penggantian harus
disetujui Manajer Proyek sebelum pelaksanaan pekerjaan.
c. Pengiriman dan Penyimpanan. Bahan-bahan untuk penulangan beton
setiap waktu harus dilindungi dari kerusakan dan harus ditempatkan di
atas balok-balok untuk mencegah menempelnya lumpur atau benda asing
lainnya pada tulangan beton. Tempat penyimpanan harus dinaikkan agar
aman dari air permukaan.
4. BAHAN - BAHAN.
a. Umum.
Semua bahan untuk penulangan beton harus dalam keadaan baru, tidak
berkarat atau memiliki cacat lainnya serta harus memenuhi ketentuan
dalam Spesifikasi Teknis ini.
b. Baja Tulangan Polos.
Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos harus dari baja mutu BjTP-24
dengan tegangan leleh minimal 2400 kg/cm² (fy 240 Mpa), dan memenuhi
ketentuan SNI 07-2052-2002. Diameter yang digunakan harus sesuai
ketentuan dalam Gambar Kerja.
c. Baja Tulangan Berulir.
Kecuali ditentukan lain, baja tulangan berulir harus dari mutu BjTS-40
dengan tegangan leleh minimal 4000kg/cm² (fy = 400 Mpa), dan
memenuhi ketentuan SNI 07-2052-2002. Diameter yang digunakan harus
sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
d. Aksesori.
Penahan jarak, gelang-gelang dan lainnya harus memiliki ukuran dan
bentuk yang memadai untuk menumpu penulangan.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Kait dan Pembengkokkan.
Penulangan harus dilengkapi dengan kait/bengkokan minimal sesuai
ketentuan SNI 03-2847- 2002, atau sesuai petunjuk Direksi Proyek
dan/atau Gambar Kerja.
b. Pemotongan. Panjang tulangan beton yang melebihi ketentuan Gambar
Kerja (kecuali lewatan) harus dipotong dengan alat pemotong besi atau
alat pemotong yang disetujui Manajer Proyek. Pada bagian yang
membutuhkan bukaan untuk dudukan mesin, peralatan dan alat utilitas
lainnya, tulangan beton harus dipotong sesuai dengan besar atau ukuran
bukaan.
c. Penempatan dan Pengencangan.
 Sebelum pemasangan, tulangan beton harus bebas dari debu, karat,
kerak lepas, oli, cat dan bahan asing lainnya.
 Semua tulangan beton harus dipasang dengan baik, sesuai dengan
mutu, dimensi dan lokasi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Penahan jarak dengan bentuk balok persegi atau gelang-gelang
harus dipasang pada setiap m² atau sesuai petunjuk Manajer
Proyek. Batu bata atau kayu tidak diijinkan digunakan sebagai
penahan jarak atau sisipan. Semua penahan jarak atau sisipan harus

  14
diikat dengan kawat no. AWG 16 (1,62 mm) atau yang setara. Las
titik dapat dilakukan pada baja lunak pada tempat-tempat yang
disetujui Manajer Proyek.
d. Secara umum deminsi bekisting harus menyesuaikan pekerjaan beton yang
tercantum pada gambar.

PASAL 10 - PEKERJAAN BETON


1. LINGKUP PEKERJAAN.
Lingkup pekerjaan ini meliputi beton Stuktur maupun beton non struktur (lantai
kerja) yang dilaksanakan sesuai dengan garis, mutu dan dimensi sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja. Semua pekerjaan, bahan dan unjuk kerja yang berkaitan dengan
beton cor di tempat harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan Spesifikasi Teknis
dan standar terkait. Pekerjaan ini termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut :
Seluruh pekerjaan beton struktural dan non struktur seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
Lingkup item pekerjaan:
 Pekerjaan Saluran Beton K-250 (Saluran)
 Pekerjaan Beton K-250 (Pematangan Lahan)
 Pekerjaan Beton K-250 (Pagar)
 Beton Lantai Kerja T: 8Cm (Saluran)
 Beton Lantai Kerja T: 8Cm (Saluran)
 Beton Lantai Kerja T: 8Cm (Pematangan Lahan)

2. STANDAR/RUJUKAN
a. Standar Nasional Indonesia (SNI) :
 SNI 15-2049-2004 - Semen Portland, Mutu dan Cara Uji Semen.
 SNI 03-2847-2002 Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
b. American Concrete Institute (ACI) :
 ACI 318 - Building Code Requirements for Reinforced Concrete
 ACI 347 - Formwork for Concrete.
c. American Society for Testing and Materials (ASTM) :
 ASTM C33 - Specification for Concrete Aggregate.
 ASTM C 9 - Specification for Ready-Mixed Concrete.
 ASTM C150 - Specification for Portland Cement.
 ASTM C260 - Standard Specification for Air-Entraining Admixtures for
Concrete.
 ASTM C494 - Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete.
 ASTM C685 - Specification for Concrete Made by Volumetric Batching and
Continuous Mixing.
 Spesifikasi Teknis : - Uji Beton. - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan. -
Baja Tulangan dan pekerjaan lain yang berhubungan.

3. PROSEDUR UMUM.
a. Gambar Detail Pelaksanaan.
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan Kontraktor kepada Direksi
Proyek untuk disetujui, dan harus meliputi:
 Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait,
lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis.
  15

Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi, ukuran,
sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.
 Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja,
peralatan dan alat- alat kerja.
b. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian.
 Pemeriksaan Lapangan.
~ Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan
tersebut di bawah akan dilakukan oleh Direksi Proyek dengan
biaya Kontraktor. Pengujian tambahan harus dilakukan bila
diperlukan.
~ Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan
estimasi yang akan digunakan dalam pekerjaan ini. - Kontraktor
harus membantu Direksi Proyek dalam pelaksanaan pengambilan
contoh dan pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi
penentuan hal-hal berikut:
 Keawetan.
 Karakteristik batu pecah.
 Tipe dan kualitas semen.
 Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
 Perbandingan kelas batu pecah dalam campuran. ·
Kekuatan semen.
 Faktor air semen.
 Pengujian slump.
 Karakteristik berbagai campuran beton segar.
 Kuat tekan.
 Kerapatan air.
 Ketahanan terhadap cuaca.
 Ketahanan terhadap reaksi bahan kimia
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh
campuran yang sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis ini.
c. Pengambilan Contoh dan Pengujian.
Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan oleh Kontraktor tanpa
tambahan biaya. Pekerjaan ini akan berlangsung terus selama pelaksanaan
pekerjaan beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Manajer Proyek, seperti
tersebut di bawah:
 Semen.
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat, yang menunjukkan
berat per zak, bahan alkali yang sesuai.
 Agregat.
Agregat harus sesuai dan diuji menurut standar ASTM C33. Pengujian
dimulai 30 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan beton.
 Beton.
Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus
membuat percobaan campuran untuk pengujian, bahan-bahan yang akan
digunakan, dan metode yang akan digunakan untuk pekerjaan ini.
Percobaan campuran harus sesuai ketentuan dalam butir sesuai Pasal
Pengujian Beton dari Spesifikasi Teknis ini.
 Bahan Tambahan.
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standar ASTM 260
dan ASTM C 494 minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai.
  16
Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa persetujuan Direksi
Proyek.
d. Pengujian Campuran/Campuran Percobaan.
 Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton, setiap tipe dan
kuat tekan yang diaplikasikan, sebelum pelaksanaan pengecoran beton.
 Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen, kadar air, kadar
bahan tambahan, kadar semen, kadar agregat, gradasi agregat, slump,
kadar udara dan kuat tekan. Untuk nilai slump minimal dan maksimal
tertentu untuk setiap tipe dan kuat tekan beton berat normal, harus dibuat 4
pengujian campuran, dengan menggunakan rasio air semen yang
bervariasi.
 Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang dirawat dan
diuji dalam kondisi lab, kuat tekannya akan melebihi kuat tekan yang
diperlukan. Untuk setiap pengujian campuran, buat 6 contoh benda uji
untuk kuat tekan umur 7 hari dan 28 hari. Kuat tekan umur 7 hari harus
memiliki nilai minimal 65% dari kuat tekan umur 28 hari. Pengujian beton
harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
 Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Direksi Proyek untuk
disetujui, dan penempatan beton di lokasi tidak diijinkan tanpa hasil
pengujian yang memuaskan.

4. BAHAN-BAHAN.
a. Beton.
 Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk
Direksi Proyek, beton dikelompokkan dalam kelas yang berbeda
yang terdiri dari :
~ Mutu beton K-250,(beton saluran dan beton talud).
~ Mutu beton K-250 untuk sloof, Kolom, dan rinkbalk pada
pekerjaan pagar.
~ Mutu beton K-200 untuk lantai kerja.
 Komposisi beton, baik berat atau volume, harus ditentukan oleh
Bersama sama oleh Direksi Proyek dan kontraktor yang harus
memenuhi kondisi berikut :
~ Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
(Stanadar pekerjaan beton)
~ Campuran alternatif harus digunakan sebelum disetujui
Manajer Proyek.
~ Tanpa air yang berasal dari batu pecah.
b. Semen.
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 atau
ASTM C 150. Semen harus berasal dari satu merek dagang, seperti Semen
Tonasa, Semen Bosowa, Indocement, Holcim, atau Gresik.

c. Air.
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya harus bersih dan
bebas dari unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan
bahan anorganik lainnya. Air dari kualitas yang dikenal dan untuk
konsumsi manusia tidak perlu diuji. Bagaimanapun, bila hal ini terjadi,
semua air kecuali yang telah disebutkan di atas, harus diuji dan memenuhi
ketentuan AASHTO T26 dan/atau disetujui direksi Proyek.
d. Agregat Halus.
  17
 Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus
disetujui direksi Proyek. Agregat halus harus memenuhi ketentuan
berikut :

 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan anorganik,


asam, alkali dan bahan lain yang merusak. Agregat halus harus
merata digradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasi berikut :

e. Agregat Kasar.
 Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran, batu
pecah atau bahan lainnya yang disetujui yang memiliki
karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari bahan-
bahan yang tidak diinginkan. Bahan-bahan lain yang merusak
harus tidak lebih dari batas persentase yang ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis ini dan/atau disetujui Direksi Proyek.
 Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM
A 33:
 Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan
ukuran lain dengan perbandingan berat atau volume untuk
menghasilkan batuan yang memenuhi persyaratan gradasi yang
ditentukan.
f. Bahan Perawatan
Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut:

Metoda lain untuk perawatan beton harus disetujui Manajer Proyek.


g. Bahan Tambahan
 Bahan tambahan untuk menahan gelembung udara untuk semua
beton ekspos harus memenuhi ketentuan ASTM C 260.
  18
 Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat
pengerasan beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan
ASTM C 494 tipe B dan D.
 Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton, bila
diperlukan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.
 Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air pada beton,
jika dibutuhkan dan diinstruksikan oleh Manajer Proyek, harus
memenuhi BS 1881: Part 122 untuk penyerapan air atau ASTM C
494 tipe A, seperti Everdure Caltite buatan Cementaid, Plastocrete-
N buatan Sika atau yang setara.
 Superplasticiser harus dari tipe-tipe berikut : - Tipe non-retarding
harus sesuai ASTM C494 tipe F, - Tipe slump-retaining harus
sesuai ASTM C494 tipe G, - Tipe retarding harus sesuai ASTM
C494 tipe G, dari BASF, Cementaid, Fosroc atau Sika. Tipe
superplasticiser yang akan digunakan harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuat bahan tambahan dan disetujui Direksi
Proyek.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Untuk pekerjaan pecampuran beton kontraktor diwajibkan membuat (Job
Mix Formula) JMF beton berdasarkan material yang akan digunakan, yang
akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dibuat
berdasarkan standard dan peraturan dalam pekerjaan beton baik yang ada
di Indonesia maupun yang berstandar internasional.
b. Perancah dan Acuan
Semua Pelaksanaan pekerjaan perancah dan acuan merucujuk pada pasal
pelaksanaan pekerjaan bekisting pada Spesifikasi Tekniks ini.
c. Penempatan Pipa Drainase (Weep Hole), Konduit dan Talang Hujan.
 Pipa-pipa drainase (weep hole), serta pipa drainase, harus dipasang
sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan beton.
Pipa-pipa tersebut harus dilindungi sehingga tidak akan terisi
adukan beton sewaktu pengecoran.
 Pipa-pipa drainase harus diadakan pada semua dinding beton
penahan tanah atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja. Kecuali
dinyatakan lain, pipa-pipa drainase harus ditempatkan pada jarak
merata, setiap jarak 2000 mm.
 Pipa drainase, harus dari bahan pipa PVC yang mempunyai
tekanan kerja 8kg/cm² yang memenuhi ketentuan SNI 06-0084-
2002, seperti Wavinsafe buatan Wavin, Vinilon, Pralon. Diameter
pipa PVC harus sesuai ketentuan Gambar Kerja.
d. Papan Polystyrene dan Premolded Joint Filler.
Lembaran polystyrene mengembang dan premolded joint filler harus
digunakan untuk membentuk celah kosong antara bidang pengecoran.
e. Toleransi.
Kontraktor harus menjaga dan menyetel acuan untuk memastikan, setelah
pembongkaran acuan dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada
  19
bagian beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam Gambar Kerja.
Variasi ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung
dan penumpu.
Toleransi harus memenuhi ketentuan ACI 347 dan/atau disetujui Direksi
Proyek.
f. Perbandingan dan Campuran Beton.
 Perbandingan bahan ditentukan dengan penimbangan atau dengan
metoda yang disetujui Direksi Proyek. Perbandingan volume tidak
diijinkan tanpa persetujuan Direksi Proyek.
 Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran
harus sesuai dengan petunjuk kapasitas alat pencampur.
 Slump yang diijinkan minimal 65 mm dan maksimal 75mm.
Pencampuran beton tidak boleh dimulai tanpa memastikan
persediaan bahan yang memadai, dalam batas yang aman, agar
pengecoran beton dapat dilaksanakan.
 Bila pengecoran tidak dapat dihentikan, Kontraktor harus
menyediakan peralatan tambahan yang memadai yang disetujui
Manajer Proyek.
 Beton ready-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai
ketentuan ASTM C 685.
g. Penyesuain Campuran Beton
Sebelum dilakukan pengecoran, Penyedia Jasa harus membuat campuran
percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan campuran
dengan atau tanpabahan tambah serta bahan yang diusulkan, dengan
disaksikan oleh Direksi Proyek, yang menggunakan jenis instalasi dan
peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (serta
sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dll). Dalam kondisi beton
segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai slump) yang
telah ditentukan. Pengujian Kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil
campuran percobaan harus mencapai kekuatan minimum 90% dari nilai
kuat tekan beton rata –rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran
beton (mix design ) umur 7 hari dan memenuhi persyaratan deviasi standar
sesuai dengan peraturan beton yang ada. Bilamana hasil pengujian beton
berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan kuat tekan be
ton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus melakukan penyesuaian
campuran dan mencari penyebab ketidaksesuaian tersebut, dengan
meminta saran tenaga ahli yang kompeten dibidang beton untuk kemudian
melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan
beton dilapangan yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana deviasi
standar yang dihasilkan pada percobaan campuran beton telah sesuai
dengan stanadar yang ada dan disetujui oleh Direksi Proyek, kontraktor
boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula
Campuran Kerja (Job Mix Formula) JM F hasil percobaan campuran.
h. Penempatan Beton.
 Beton tidak boleh ditempatkan sampai semua acuan, penulangan,
sisipan, block out dan lainnya telah disetujui Direksi Proyek.

  20
Acuan harus dibersihkan, bebas dari guncangan, celah, mata kayu,
kotoran dan bengkokan sebelum pengecoran.
 Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi
Teknis ini dan petunjuk Gambar Kerja. Bagian yang dipersiapkan
dan disetujui untuk dicor harus diketahui oleh Direksi proyek. Pada
setiap pelaksanaan, pengecoran harus dilakukan blok demi blok.
 Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik selama
pengecoran. Penggetaran terus-menerus pada jarak 380-500mm
harus tetap terjaga untuk mencegah kropos dan untuk mendapatkan
permukaan yang halus. Selama penggetaran beton, tangkai
penggetar harus dipegang tegak lurus terhadap permukaan
horisontal beton segar.
i. Corong dan Saluran.
 Beton harus ditempatkan sedemikian rupa untuk mencegah
terpisahnya bahan bahan dan bergesernya baja tulangan. Bila
dibutuhkan kemiringan yang tajam, corong harus dilengkapi
dengan papan papan berukuran pendek yang mengubah arah
gerakan. Semua corong, saluran dan pipa harus dijaga agar bebas
dari beton yang mengeras dengan cara menyiram air setiap kali
setelah penuangan. Siraman air harus jauh dari beton yang baru
saja selesai ditempatkan.
 Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1500 mm
kecuali melalui corong tertutup atau pipa. Setelah ikatan awal
beton, acuan tidak boleh digetarkan dan tekanan tidak boleh
dilakukan pada ujung pelindung tulangan. Beton harus diangkat
dari mesin pengaduk dan diangkut dalam waktu 1 jam ke lokasi
akhir yang disetujui Manajer Proyek. Hal ini untuk memastikan
bahwa beton sesuai dengan mutu yang disyaratkan pada waktu
penempatan dan Kontraktor harus menjaga pengangkutan beton
yang menerus/tidak terputus-putus.
 Semua peralatan, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk
pekerjaan ini harus bersih, dan bekerja dengan baik. Bila
memungkinkan, sebuah unit pengganti atau suku cadang harus
disediakan di lokasi.
 Bila digunakan, jalur pompa harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga aliran beton tidak terganggu. Benda-benda tajam harus
disingkirkan.
 Kadar air dan ukuran partikel batuan harus diawasi dengan teliti
ketika beton dipompa untuk mencegah pemampatan. Kemiringan
saluran untuk mengalirkan beton segar harus dipilih dengan tepat
sehingga beton dengan kadar air rendah dapat mengalir dalam
aliran seragam tanpa pemisahan semen dan batuan.
 Bila beton ditempatkan langsung di atas tanah, alas atau dasar
harus bersih dan padat, dan bebas dari air atau aliran air.
Permukaan lantai kerja yang akan diberi beton harus benar-benar
bersih dari lumpur, batu lepas, kotoran dan bahan lapisan lain yang
mengganggu. Untuk mencegah perembesan air ke beton,
  21
tempatkan lapisan kedap air berupa bahan lembaran plastik
polyethylene warna hitam tebal minimal 0,5 mm pada permukaan
lantai kerja, kecuali bila ditentukan dalam Gambar Kerja harus
menggunakan lapisan kedap air yang harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis. Prosedur ini harus diketahui dan disetujui
Manajer Proyek.
j. Sambungan Konstruksi.
Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Manajer Proyek. Sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan umumnya
ditempatkan pada titik-titik minimal gaya geser pada sambungan
konstruksi horisontal. Batang pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat
yang diperlukan harus ditempatkan pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
k. Sambungan Terbuka. Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja dengan menyisipkan dan kemudian mencabut
kepingan kayu, pelat metal atau bahan lain yang disetujui. Penyisipan dan
pencabutan cetakan harus dilakukan tanpa merusak pinggiran atau sudut
beton. Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila
ditentukan lain.
l. Pengisi Sambungan.
 Sambungan muai yang diisi harus dibuat serupa dengan
sambungan terbuka. Bila ditentukan pembentukan ulang
sambungan muai, ketebalan pengisi yang dipasang sesuai dengan
ketentuan Gambar Kerja. Pengisi sambungan harus dipotong
dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan permukaan yang
akan disambung.
 Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan beton
yang telah ditempatkan dengan cara sedemikian rupa sehingga
tidak bergeser bila disampingnya ditempatkan beton.
 Bila diperlukan penggunaan lebih dari 1 lembar pengisi untuk
mengisi sambungan, lembaran harus ditempatkan secara rapat dan
celah di antaranya diisi dengan aspal kelas 18kg, dan salah satu
sisinya harus ditutup dengan aspal panas agar tersimpan dengan
baik.
 Segera setelah pembongkaran acuan, sambungan muai harus
diperiksa dengan teliti.
 Beton atau adukan yang menutup sambungan harus dipotong
dengan rapih dan dibuang. Bila, selama pelaksanaan, bukaan
sebesar 3 mm atau lebih muncul pada sambungan yang akan dilalui
lalu lintas, bukaan tersebut harus ditutup dengan ter panas atau
aspal sesuai petunjuk Manajer Proyek.
m. Sambungan Besi dan Waterstop
Sambungan besi dan waterstop harus ditempatkan pada semua sambungan
konstruksi yang berhubungan langsung dengan tanah atau air bawah tanah
dan tempat-tempat lain sesuai Gambar Kerja dan/atau sesuai petunjuk
Manajer Proyek. Waterstop harus ditempatkan secara menerus dan teliti,
  22
dan harus ditumpu dengan aman untuk mencegah perubahan posisi.
Sambungan harus dilakukan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
n. Pembongkaran Acuan.
Untuk bagian pembongkaran acuan didasarkan pada bagian pasal
pekerjaan bekisting pekerjaan bekisting pada spesifikasi tekniks ini.
o. Perbaikan Beton.
 Kontraktor harus meminta Manajer Proyek untuk memeriksa
permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan, garis, detail
atau elevasi yang telah ditentukan atau yang rusaknya berlebihan.
(Jangan menambal, mengisi, memulas, memperbaiki atau
mengganti beton ekspos kecuali atas petunjuk Manajer Proyek).
 Semua beton yang membentuk permukaan harus memiliki
penyelesaian cor di tempat menggunakan acuan khusus. Lubang
pengikat harus ditutup. Permukaan ekspos dan permukaan yang
akan dicat harus bersih dari tambalan, memiliki sirip-sirip dan
tetesan adukan yang tersikat halus, dan memiliki permukaan yang
bebas dari lapisan penutup dan debu.
 Keropos, lubang atau sambungan dingin harus diperbaiki segera
setelah pembongkaran acuan. Bahan tambalan harus kohesif, tidak
berkerut dan melebihi kekuatan beton.
 Singkirkan cacat, karat, noda atau beton ekspos yang luntur
warnanya atau beton yang akan dicat dengan :
~ Semprotan pasir ringan.
~ Pembersihan dengan larutan lembut sabun deterjen dan air
yang diaplikasikan dengan menggosok secara keras dengan
sikat lembut, kemudian disiram dengan air. Hilangkan noda
karat dengan mengaplikasikan pasta asam oksalid, biarkan
sejenak, dan sikat dengan kikir yang disetujui.
~ Pembersihan dengan larutan asam muriatik yang
mengandung tidak kurang dari 2 % dan tidak lebih dari 5 %
asam dalam volume, yang diaplikasikan pada permukaan
yang sebelumnya telah dilembabkan dengan air bersih.
~ Hilangkan asam. Lindungi bahan metal atau lainnya yang
dapat rusak karena asam.
~ Tambalan kapur.
~ Mengikir dan menggerinda.
p. Penyelesaian Beton. Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus
segera diselesaikan setelah pembongkaran dan harus diselesaikan sesuai
tingkat dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
q. Pengurukan. Bahan urukan ditempatkan lapis demi lapis setebal maksimal
20 cm dan dipadatkan secara menerus segera setelah uji beton
menunjukkan Kuat tekan yang diharapkan pada umur kuat tekan beton.
Semua bahan urukan harus disetujui Manajer Proyek sebelum memulai
pekerjaan pengurukan, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.

  23
r. Perawatan dan Perlindungan. Ketentuan-ketentuan berikut harus
diperhatikan untuk melindungi beton segar yang baru dicor terhadap
matahari, angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk
mencegah pengeringan yang terlalu cepat:
Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sampai
saat pembongkaran. selama 14 hari selelah pengecoran. Perhatian
khusus harus diberikan pada permukaan beton yang akan ditutup
dengan karung lembab alau dilindungi terhadap kekeringan dengan
bahan lain yang sesuai. Tidak diijinkan menyimpan bahan-bahan
di alas beton aau melintas di atas konstruksi, yang menurut
pendapat Direksi Proyek, belum cukup mengeras

PASAL 11 - UJI BETON


1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup prosedur yang harus dilakukan guna pengambilan contoh beton
selama pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton. Pekerjaan ini mencakup penyedian
peralatan seperti :
a. Alat-alat laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan.
b. Perlengkapan penyimpanan.
c. Landasan pencampur dekat lokasi gudang.
d. Cetakan kedap air dengan alas, dengan dimensi Φ 150 mm x tinggi 300 mm untuk
bentuk silinder dan 150 mm x 150 mm x 150 mm untuk bentuk kubus. 1.5. Batang
besi untuk memadatkan contoh adukan beton dengan Φ 16 mm (5/8"), panjang 600
mm
e. Kerucut slump.
f. Sekop dan sendok tangan.
g. Kotak-kotak untuk pengangkutan silinder.
h. Lingkup Item pekerjaan:
 Pekerjaan Saluran Beton K-250 (Saluran).
 Pekerjaan Beton K-250 (Pematangan Lahan).
 Pekerjaan Beton K-250 (Pagar)
2. STANDAR RUJUKAN
a. Standar Nasional Indonesia (SNI):
~ SNI 03-1972-2008 - Metode Pengujian Slump.
~ SNI 03-1974-1990 - Metode pengujian kuat tekan beton - SNI 03-2458-
2008 - Tata cara pengambilan contoh uji beton segar.
~ SNI 03-2492-2002 - Metode pengambilan dan pengujian beton inti.
~ SNI 03-2493-1991- Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium.
~ SNI 03-3403-1994 - Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran
~ SNI 03-4810-1998 - Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
lapangan.
  24
b. American Society of Testing and Materials (ASTM):
~ ASTM C31 - Test Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field.
~ ASTM C39 - Test Method for Compressive Strength of Cylindrical
Concrete Specimens.
~ ASTM C42 - Test Method for Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete.
~ ASTM C143 - Test Method for Slump of Hydraulic Cement Concrete.
~ ASTM C172 - Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
~ ASTM C231 - Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete
by the Pressure Method.
c. American Concrete Institute (ACI):
~ ACI 308 - Standard Practice for Curing Concrete.
d. Spesifikasi Teknis Pasal yang berkaitan dengan pekerjaan beton dan pekerjaan beton
dengan pengecoran ditempat.
3. PROSEDUR UMUM
a. Contoh adukan beton harus diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172 dan/atau
SNI 03-2458- 1991 atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini.
e. Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran dan terdiri
dari berbagai perbandingan dari tempat yang berbeda dalam kelompok
pencampuran. Komposisi contoh harus terdiri tidak kurang dari 28,320 cm3 (1
cu.ft.) atau berdasarkan arahan Direksi Proyek.
f. Sebanyak minimal 3 (tiga) buah benda uji, atau 1 (satu) benda uji untuk setiap
mutu beton untuk setiap volume 5 m3 beton harus dibuat selama penggunaan
setiap kelompok pencampuran kecuali pada awal dan akhir pencampuran, dan
menempatkannya pada sebuah tempat metal seperti kereta dorong. Tingkat
penggunaan kelompok pencampuran ditentukan oleh tingkat kecepatan alat
pencampur dan bukan oleh ukuran bukaan pintu. Pengambilan contoh dilakukan
dengan menempatkan wadah atau menuangkan campuran beton ke dalam kereta
dorong. Harus diperhatikan agar aliran campuran beton tidak menyebabkan
terpisahnya bahan bahan beton.
g. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh keseragaman.
Uji slump contoh harus dilakukan segera setelah pengambilan contoh.
4. BAHAN - BAHAN
Merujuk pada pasal pekerjaan beton dalam spesifikasi tekniks ini
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Uji Slump.
Uji slump harus dilakukan setiap kali pembuatan contoh uji beton. Metode harus
memenuhi standar SNI 03-1972-2008, ASTM C 143 atau dengan cara sebagai
berikut:
 Kerucut slump harus dibersihkan dengan baik dan dibasahi.

  25
 Isi kerucut dengan adukan beton dengan ketebalan setiap lapis 1/3 dari
ketinggian kerucut.
 Sebelum ditambah dengan lapisan berikutnya, terlebih dahulu lapisan yang
pertama dipadatkan dengan cara menusuk-nusukan batang besi dengan hati-
hati dan merata sebanyak 25 (dua puluh lima) kali.
 Ratakan puncak kerucut dengan perlahan sehingga kerucut slump terisi penuh.
 Bersihkan adukan beton yang berserakan di sekitar alas kerucut.
 Angkat kerucut slump dari adukan beton dan biarkan selama 5 (lima) detik,
dan kerucut harus diangkat hanya ke arah vertikal.
 Pengukuran nilai slump harus dilakukan segera. Nilai slump adalah perbedaan
antara tinggi kerucut slump dengan tinggi contoh adukan beton. Nilai slump
harus sesuai dengan persyaratan yang tersebut dalam SNI 03-1972-2008
dan/atau ASTM C143.
b. Pembuatan Benda Uji.
Beton Benda uji beton dapat berupa silinder atau kubus sesuai ASTM C31 atau
SNI 03-4810- 1998. Contoh diusahakan tidak berubah pada saat pengangkutan.
Bila bahan akan diangkut ke tempat yang jauh dari tempat pengambilan contoh,
beton harus diaduk dengan sekop sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.
Caranya sebagai berikut :
 Letakkan cetakan di atas pelat dasar yang rata, bersih dan kuat, disarankan
dibuat dari pelat besi.
 Isi cetakan dengan adukan beton sebanyak 3 (tiga) lapis.
 Tiap lapis adukan ini harus dipadatkan dengan menggunakan batang besi Φ 16
mm yang ditusuk-tusukkan pada adukan tersebut dengan merata dan berhati-
hati sebanyak 25 (dua puluh lima) kali.
 Ratakan permukaan dengan perlahan dan tutup dengan kaca atau pelat metal
agar tidak terjadi penguapan air. Jangan sekali-sekali menggunakan kayu.
c. Perawatan Benda Uji di Laboratorium.
 Benda uji berbentuk kubus harus dibuat, dirawat dan diuji sesuai ketentuan
SNI 03- 2493-1991.
 Benda uji berbentuk silinder harus dibuat, dirawat dan diuji sesuai ketentuan
ASTM C31, ASTM C39 dan SNI 03-2493-1991.
d. Penyimpanan dan Pengiriman Benda Uji Beton.
 Perawatan benda uji harus memenuhi standar ASTM C 31.
 24 jam pertama setelah pembuatan silinder sangatlah penting. Benda uji hanya
boleh dipindahkan dari tempat pencetakkan ke gudang penyimpan, dan dijaga
harus tetap dalam posisi vertikal dan hindarkan dari getaran dan benturan.
Benda uji boleh disimpan di tempat yang tertutup rapat, kotak kayu yang kuat,
atau bangunan sementara selama temperatur di sekitarnya berkisar antara 15,6
0C - 26,7 0C dan penguapan dari contoh dapat dicegah.
 Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok benda uji harus diperiksa untuk
perawatan dan pengujian. Tempatkan benda uji pada kotak yang kuat untuk

  26
pengiriman. Jarak antara benda uji dan kotak harus diisi dengan pasir basah
atau serbuk gergaji. Setiap kelompok benda uji harus dilengkapi dengan
catatan waktu/tanggal pembuatan benda uji.
 Bila memungkinkan mengirim benda uji yang baru berumur 1 (satu) hari,
benda uji harus dilembabkan terus menerus dengan pasir basah sampai akhir
periode 24 jam, dan harus tetap lembab pada temperatur 21 0C - 24,50C
sampai saat pengiriman. Benda uji harus dikirim secepat mungkin dan paling
lambat beberapa hari sebelum periode 7 (tujuh) hari tercapai, karena
laboratorium harus menerima benda uji-benda uji tersebut sehari atau lebih
sebelum pengujian 7 (tujuh) hari.
 Kontraktor harus menyediakan tempat terlindung dan kotak berisolasi yang
dapat dikunci dalam ukuran yang memadai, untuk menyimpan peralatan dan
merawat benda uji di lokasi pekerjaan dan menyediakan tenaga kerja yang
diperlukan untuk mempersiapkan contoh benda uji.
e. Benda Uji.
 Laboratorium penguji resmi harus diadakan oleh Kontraktor dan harus
disetujui Manajer Proyek. Pengujian semen dan batu pecah dapat
dilakukan untuk memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis ini.
 Pengujian kandungan udara dilakukan setiap kali penyiapan satu set benda
uji untuk uji kuat tekan. Pengujian harus sesuai ketentuan ASTM C231.
 Kontraktor harus bekerjasama dengan laboratorium penguji untuk
melaksanakan pengujian. Kontraktor harus memberitahu laboratorium
penguji dan Manajer Proyek minimal 24 jam sebelum penempatan beton,
untuk diperiksa dan pengujian beton di lokasi pencampuran dan lokasi
proyek, dan untuk pemeriksaan acuan dan penulangan. Kontraktor harus
menyediakan tempat terlindung dan kotak berisolasi yang dapat dikunci
dalam ukuran yang memadai untuk menyimpan peralatan dan contoh
benda uji di lokasi proyek, dan segala yang dibutuhkan tenaga kerja dalam
menyiapkan contoh benda uji.
 Pengambilan, pembuatan, pengiriman, penyimpanan, perawatan,
pemeriksaan dan pengujian benda uji harus dilakukan hanya oleh staf
laboratorium penguji.
 Pemeriksaan dan pengujian di tempat pembuatan campuran beton harus
mencakup ketentuan minimal berikut:
~ Pengambilan contoh dan pengujian bahan-bahan campuran beton.
~ Mempelajari dan memeriksa campuran desain usulan Kontraktor.
~ Pemeriksaan instalasi dan peralatan untuk pengukuran, pencampuran
dan pengiriman beton.
~ Pemeriksaan pengoperasian batching dan pencampuran.
~ Pemeriksaan campuran beton
f. Pengujian dan pemeriksaan lapangan harus mencakup ketentuan minimal sebagai
berikut:

  27
 Memeriksa nomor truk dan/atau bukti pengiriman dari tempat pembuat
campuran beton.
 Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran beton, jika
diijinkan, di lapangan.
 Membuat uji slump sesuai ASTM C143.
 Membuat contoh benda uji untuk uji kuat tekan di laboratorium. -
Mencatat temperatur beton saat dicampur, saat disimpan, dan pada saat
perawatan beton.
 Mencatat temperatur selama penempatan dan perawatan beton.
 Memeriksa prosedur penempatan dan perawatan beton. Pengujian
lapangan harus dilakukan untuk setiap 30m 3 atau setiap kedatangan truk.
g. Pengujian laboratorium dan pemeriksaan harus termasuk ketentuan minimal
sebagai berikut:
 Pengujian kuat tekan sesuai ASTM C39:
~ 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium untuk
kekuatan umur 7 (tujuh) hari.
~ 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium untuk
kekuatan umur 28 (duapuluh delapan) hari.
~ 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di lokasi untuk kekuatan umur
7 (tujuh) hari.
~ 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di lokasi untuk kekuatan umur
28 (duapuluh delapan) hari.
~ Uji kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan.
~ 3 (tiga) buah benda uji yang dirawat di laboratorium dan lapangan
untuk kekuatan 3 (tiga) hari dan kekuatan pada hari yang
ditentukan di mana kuat tekan telah mencapai kekuatan yang
ditentukan, bila menggunakan bahan tambahan percepatan
pengerasan.
 Penimbangan semua contoh benda uji.
h. Pengujian inti pada beton yang telah keras harus dilakukan sebagai berikut:
 Pengujian inti beton harus dilakukan bila uji kuat beton laboratorium tidak
memuaskan atau bila diketahui adanya kesalahan pengecoran beton.
 Direksi Proyek berhak meminta/menentukan bahwa contoh diambil dari
bagian pekerjaan untuk tujuan pemeriksaan dan pengujian. Peralatan
pemotong dan metode pengambilan inti harus disetujui Direksi Proyek.
Contoh inti beton harus diambil dan diuji sesuai ketentuan ASTM C42.
Pengambilan inti beton dari suatu pekerjaan harus dibuat dengan baik dan
disetuji Manajer Proyek.
 Biaya pengujian inti beton yang dibutuhkan karena kesalahan pengujian
benda uji, atau karena kegagalan pengujian inti beton, menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

  28
i. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan bahwa beton yang dibuat tidak
sesuai kuat tekannya, Manajer Proyek akan memberi peringatan tertulis kepada
Kontraktor. Direksi Proyek boleh meminta perawatan tambahan dan modifikasi
campuran desain beton untuk sisa pekerjaan beton yang belum terlaksana; atau
meminta pembuangan dan penggantian beton; dan semua biaya yang
ditimbulkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengecoran beton tidak boleh dilakukan selama hujan atau ketika diperkirakan akan
hujan kecuali bila pekerjaan dapat dilindungi dari hujan dan/atau aliran air
permukaan.

PASAL 12 - PEKERJAAN BATU KALI


1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkandalam melaksanakan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik.
b. Pekerjaan pondasi batu kali ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.
c. Pekerjaan yang berhubungan antara lain: Pekerjaan Tanah untuk Lahan, Bekisting
Beton dan Pekerjaan Pondasi Beton Bertulang.
d. Lingkup Item Pekerjaan:
 Pekerjaan Pasangan Batu Talud (Pematangan Lahan)
 Pekerjaan Pasangan Batu Belah (Pagar)

2. STANDAR RUJUKAN
a. Standar Nasional Indonesia (SNI): - SNI 15-2049-2004 - Semen Portland, Mutu
dan Cara Uji Semen. - SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Penghitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung.
b. American Concrete Institute (ACI): - ACI 318 - Building Code Requirements for
Reinforced Concrete - ACI 347 - Formwork for Concrete.
c. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO):
- AASHTO M6 - Standard Specification for Concrete Aggregates. - AASHTO
M213 - Performed Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction. - AASHTO T11 - Amount of Material Finer than 0.075mm (No.
200) Sieve in Aggregate. - AASHTO T27 - Sieve Analysis of Fine and Coarse
Aggregate. - AASHTO T112 - Clay Lumps and Friable Particles in Aggregate. -
AASHTO T113 - Lightweight Pieces in Aggregate.
d. American Society for Testing and Materials (ASTM): - ASTM C33 - Specification
for Concrete Aggregate. - ASTM C 94 – Specification for Ready-Mixed Concrete.
- ASTM C150 - Specification for Portland Cement. - ASTM C260 - Standard
Specification for Air-Entraining Admixtures for Concrete. - ASTM C494 -
Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete. - ASTM C685 -
Specification for Concrete Made by Volumetric Batching and Continuous Mixing.

PUBI : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI-3)


Peraturan Portland Cement Indonesia 1973 (NI-8).
PBN - Peraturan Bangunan Nasional 1978
ASTM : C 150 - Portland Cement.
Standar Beton 1991.

  29
3. PROSEDUR UMUM
a. Contoh bahan batu seberat minimal 5 kg- 7Kg dengan ukuran terpanjang maksimal
20cm, harus diserahkan terlebih dahulu kepada Direksi Proyek untuk disetujui.
b. Gambar Detail Pelaksanaan.Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus
membuat Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup dimensi, elevasi, kemiringan
dan detail-detail lain yang diperlukan, untuk disetujui Direksi Proyek.
c. Secara umu pekerjaan mengacu pada gambar desain yang sudah ada sebelumnya
dan jika ada perubahan akan diduskikan bersama pihak direksi dan kontraktor dan
jika di perlukan akan melibatkan pengguna jasa.
4. BAHAN
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material : batu kali, pasir untuk mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dipakai
sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh
Kontraktor ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui di Oleh Direksi Proyek.
d. Beberapa material yang digunakan.
 Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk
dagang atau atas persetujuan Konsultan Pengawas. Semen yang telah
mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
 Pasir
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-
bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
 Batu Kali/ Batu Pecah
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK. SNI 1991. Diameter Ukuran
batu kali max. 20 cm.
 Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu
pekerjaan. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium Pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Batu kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing,
berwarna abu-abu hitam, keras, tidak porous.
b. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu
pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang
pondasi.
c. Permukaan dasar galian harus ditimbun dengan pasir urug setebal minimum 10
cm, disiram dan diratakan, pemadatan tanah dasar harus sedikitnya mencapai 80%
conpacted.
d. Pondasi batu kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3 Pasir pasang.
e. Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga
tidak ada bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat.
f. Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap 1
m' dengan diameter besi minimum 10 mm.

  30
PASAL 13 - PASANGAN BATU BATA
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi dan tidak terbatas pada penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-
alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat-tempat
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Lingkup item pekerjaan antara lain pekerjaan pasangan batu bata pada pagar.
2. RUJUKAN
PERMEN PUPR NOMOR 28 /PRT/M/2016 (Pekerjaan Dinding)
SNI/SK SNI 1991
3. BAHAN-BAHAN.
e. Batu Bata.
 Batu bata menggunakan batu bata merah dengan ukuran nominal 55 mm x 110 mm
x 230 mm atau sesuai dengan ukuran lokal yang dapat diperoleh, yang dibakar
dengan baik dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran.
 Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25 kg/cm2,
sesuai ketentuan SNI/SK SNI 1991.

4. PROSEDUR UMUM.
a. Contoh bahan-bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas
Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke lokasi proyek.
b. Pengiriman dan Penyimpanan.
c. Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan. Bata harus
disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimum 1.50 m.
d. Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera nama
pabrik serta merek dagangnya. Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai
ketentuan Persyaratan teknis dari pabriknya.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Adukan.
Pada pasangan dinding digunakan adukan 1 PC : 3 Ps Bahan adukan dan jumlah
campuran adukan serta pengerjaannya harus memenuhi ketentuan Persyaratan teknis
Adukan dan Plesteran.
b. Pemasangan.
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memeriksa dengan seksama
Gambar Kerja dan melihat keadaan di tempat pekerjaan tersebut di atas yang akan
dilaksanakan. Sebelum digunakan, batu bata harus direndam dalam air
menggunakan bak air/drum hingga jenuh. Dinding harus dipasang dan didirikan
menurut masing-masing ukuran, ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
 Tidak diperkenankan memasang batu bata yang patah dua melebihi dari 5% dan
yang patah lebih dari dua.
 Pasangan dinding batu bata yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus
ditambahkan kolom dan balok penguat dengan ukuran minimal 11 cm x 11 cm,
sesuai dengan lebar bata, dengan tulangan pokok minimal 4 diameter 10 mm,
sengkang 08 mm setiap 20 cm atau sesuai dengan Gambar Kerja.
  31
 Kolom bangunan (Pagar) yang akan berhubungan dengan pasangan batu bata
harus diberi penguat/pengikat berupa stek-stek besi 08 mm setiap jarak 50 cm,
panjang 50 cm dan dibengkokkan. Ujung yang satu ditanamkan ke dalam kolom
bangunan dan ujung lainnya yang panjangnya 25 cm dibiarkan menjorok untuk
dimasukkan ke dalam pasangan batu bata.
 Pasangan dinding bata dengan luas setiap 6 m2 yang terletak di luar bangunan
yang langsung mendapat beban angin harus diberi kolom praktis ukuran minimal
11 cm x 112 cm dengan tulangan pokok minimal 4 010 mm dan sengkang 08 mm
setiap 20 cm.
 Pemasangan dinding batu bata dilaksanakan bertahap, setiap tahap terdiri
maksimal 24 lapis setiap hari, dan kemudian diikuti dengan pengecoran kolom
praktis.
 Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10 mm dan adukan harus padat
sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan yang lurus/menerus dan rata.
 Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok rapih sedalam 10
mm dan dibersihkan dengan sapu lidi untuk kemudian disiram air.
 Sebelum dipelester, pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
sampai jenuh.
c. Perawatan dan Perlindungan.
 Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 hari setelah
didirikan.
 Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu hujan lebat harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok.
 Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan
dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi celah
seperti disebutkan dalam Persyaratan teknis Pasangan Bata.

PASAL – 14 - PELESTERAN DAN ACIAN


1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pelesteran, Siar dan acian (kasar dan halus),
seperti dinyatakan dalam Gambar Kerja atau ketentuan dalam Persyaratan teknis ini.
Untuk pekerjaan Plasteran dan Acian Berhubungan dengan Pagar sedangkan pekerjaan
Siar berhubungan pasangan batu talud.
2. STANDAR RUJUKAN
a. PERMEN PUPR NOMOR 28 /PRT/M/2016 (Pekerjaan Dinding)
b. SNI/SK SNI 1991
3. PROSEDUR UMUM.
a. Contoh Bahan.
Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada PIhak Direksi atau
Pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
b. Pengiriman dan Penyimpanan.
 Pengiriman dan penyimpanan bahan semen harus sesuai ketentuan pabrik.
 Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan kata
lain daerah sekitar penyimpanan dilengkapi saluran pembuangan yang memadai,
dan bebas dari benda-benda asing. Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm
agar tidak berhamburan.

  32
4. BAHAN-BAHAN.
a. Semen.
Semen tipe I harus memenuhi standar SNI/SK SNI 1991. Semen yang digunakan
harus berasal dari satu merek dagang.
b. Pasir.
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung lumpur atau kotoran
lain yang merusak dengan ukuran atau perbandingan butir-butir yang seragam mulai
dari yang kasar sampai pada yang halus.
c. Air.
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organik yang bersifat
merusak.
d. Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada
dasarnya semua air yang digunakan harus disetujui Pihak Direksi Proyek.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Pelesteran.
 Campuran 1 semen (PC) dan 2 pasir (PP) digunakan untuk adukan pekerjaan
siar, adukan digunakan pada lapisan luar pasangan batu talud, tergambar atau
tidak tergambar dalam Gambar Kerja, pekerjaan siar permukaan pasangan
batu talud yang terlihat dan tempat-tempat lain seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
 Campuran 1 semen dan 3 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan pelesteran
selain tersebut dinding pasangan bata, pada permukaan beton pagar, dan
permukaan pasangan batu pondasi pagar , kecuali bila ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.
 Campuran acian air dan semen yang proporsional dan disetujui Direksi Proyek
yang digunakan sebagai palapis pasa semua permukaan plasteran pagar.

b. Pencampuran.
 Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran dilanjutkan kembali.
 Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal
1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian. Adukan yang tidak digunakan
dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.

c. Persiapan dan Pembersihan Permukaan.


 Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau pelesteran, siar dan
acian harus bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang
mengganggu.
 Pekerjaan pelesteran, siar dan acian hanya diperkenankan setelah selesainya
pemasangan pekerjaan lainnya yang saling berkaitan. Permukaan yang akan
pelesteran, siar dan acian harus telah berusia tidak kurang dari dua minggu.
Bidang permukaan tersebut harus disiram air terlebih dahulu dengan air
hingga jenuh dan siar telah dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan.

d. Pemasangan.
 Plesteran Batu Bata dan Pasangan Pondasi Batu Kali, Pekerjaan Siar Pasangan
Batu Talud

  33
~ Pekerjaan pelesteran dan Pekerjaan Siar dapat dimulai setelah pekerjaan
persiapan dan pembersihan selesai.
~ Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempurna, bidang pelesteran
dibagi-bagi dengan kepala pelesteran yang dipasangi kelos-kelos
sementara dari bambu. Kepala pelesteran dibuat pada setiapjarak 100 cm,
dipasang tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm
untuk patokan kerataan bidang.
~ Setelah kepala pelesteran Pekerjaan Siar diperiksa kesikuannya dan
kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup dengan pelesteran
sampai rata dan tidak ada kepingan-kepingan kayu yang tertinggal dalam
pelesteran. Seluruh permukaan pelesteran harus rata dan rapi, kecuali bila
pasangan akan dilapis dengan bahan lain. Sisa-sisa pekerjaan yang telah
selesai harus segera dibersihkan.
~ Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian pertemuan
dengan bukaan dinding atau bagian lain yang ditentukan dalam Gambar
Kerja, dibuat dengan menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang
telah diserut rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air
dengan menggunakan baja tulangan.
c. Pelesteran Permukaan Beton.
 Permukaan beton yang akan diberi pelesteran harus dikasarkan, dibersihkan
dari bagian-bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian dipelester.
 Permukaan beton harus bersih dari bahan-bahan cat, minyak, lemak, lumut
dan sebagainya sebelum pekerjaan pelesteran dimulai.
 Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah
pelesteran selesai dan mulai mengeras, permukaan pelesteran dirawat dengan
penyiraman air. Pelesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang,
retak-retak, tidak tegak lurus dan sebagainya harus diperbaiki.
d. Ketebalan Adukan Pelesteran dan Pekerjaan Siar
Tebal adukan dan/atau pelesteran minimal 15 mm, maksimal 20 mm kecuali bila
dinyatakan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk PIhak Direksi atau
Pengawas.
e. Pengacian. (Acian pada semua permukaan plasteran pagar)
Pengacian dilakukan setelah pelesteran disiram air sampai jenuh sehingga pelesteran
menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak ada bagian yang retak
dan setelah pelesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul. Selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus selalu menyiram
bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh, sekurang-kurangnya dua kali
setiap harinya.
f. Pemeriksaan.
Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa. Kontraktor setiap waktu harus
memberi kemudahan kepada PIhak Direksi atau Pengawas untuk dapat memeriksa
pada bagian yang telah diselesaikan. Bagian yang ditemukan tidak memuaskan;
seperti pada plesteran dan acian yang tidak sempurna dan retak akibat kelalaian
kontraktor terutama pada bagian pemasangan instalasi yang tertanam atau pada
pemasangan pintu & jendela dan pada bagian lainnya; harus diperbaiki dan
dikerjakan dengan cara yang sama dengan sebelumnya tanpa biaya tambahan dari
Pemilik Proyek.
  34
 Pemeriksaan, Dilakukan pemeriksaan dengan 24 jam pengujian kebocoran,
jika ternyata masih ada kebocoran atau rembesan maka harus diulangi atau
diperbaiki lagi hingga sempurna tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
 Pekerjaan finishing, (pengecatan) dapat dilakukan, apabila plesteran telah
berumur lebih dari 21 (dua puluh satu) hari dan plesteran tersebut sudah
benar-benar dalam keadaan kering.
PASAL 15 - PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN.
Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga
kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya,
sesuai dengan Gambar Kerja dan Persyaratan teknis ini.
Pengecatan dilakukan untuk untuk permukaan dinding atau semua permukaan yang
terkena Pekerjaan acian (Pagar) halus kecuali bila ditentukan lain. Jenis cat yang
digunakan disesuailkan untuk aplikasi eksterior (tidak terlindung) dengan standar
pengecatan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang mengeluarkan untuk hasil yang
terbaik.
Lingkup Item Pekerjaan: Pekerjaan Pengacatan Pagar
2. PROSEDUR UMUM.
a. Data Teknis
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dari cat yang akan digunakan,
untuk disetujui terlebih dahulu oleh Pihak Direksi Proyek.
Semua warna ditentukan oleh PIhak Direksi atau Pengawas dan sebagai acuan awal
dapat dilihat pada Daftar bahan dan Finishing Schedule.
b. Contoh dan Pengujian.
 Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek dalam
kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencantumkan indentitas cat
yang ada di dalamnya, serta harus diserahkan tidak kurang 2 (dua) bulan
sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan
waktu pengujian selama 30 (tigapuluh) hari.
 Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan PIhak Direksi atau Pengawas
mengambil 1 liter contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secara acak
dari kaleng / kemasan yang masih tertutup. Isi dari kaleng/kemasan contoh
harus diaduk dengan sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar
dapat mewakili.
 Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut
di atas 2 (dua) potongan dari masing-masing bahan yang akan dilapisi cat,
khusus untuk contoh cat dinding menggunakan potongan gypsum, semua
potongan untuk contoh berukuran 40cmx40cm untuk masing-masing warna. 1
(satu) contoh disimpan Kontraktor dan 1 (satu) contoh lagi disimpan PIhak
Direksi atau Pengawas guna memberikan kemungkinan untuk pengujian di
masa mendatang bila bahan tersebut ternyata tidak memenuhi syarat setelah
dikerjakan.
 Pada saat permulaan pekerjaan pengecatan kontraktor harus membuat mock-up
bidang-bidang yang akan dicat di beberapa tempat sesuai warna cat yang telah
ditentukan di Daftar bahan dan finishing, untuk kemudian dikonsultasikan
kepada PIhak Direksi atau Pengawas.
  35
 Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna cat menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

3. BAHAN-BAHAN
a. Umum.
 Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas
menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau spesifikasi cat, nomor
takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrik, petunjuk dari pabrik dan nama
pabrik pembuat, yang kesemuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya.
Semua bahan harus sesuai dengan spesitikasi yang disyaratkan pada daftarcat.
 Dempul atau pengisi pori-pori, cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus
berasal dari satu pabrik/merek dagang dengan cat akhiryang akan digunakan.
 Bahan cat menggunakan merk.
b. Dempul/Pengisi Pori-Pori
 Wall filler untuk permukaan dinding
 Wood Filler untuk permukaan kayu transparent, sedangkan pewarnaan
menggunakan produk yang sejenis.
c. Cat Dasar.
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut.
 Alkali Resisting Primer/Alkali Resistant Sealer/Undercoat untuk permukaan
pelesteran dan beton.
 Quick-Drying Metal Primer Chromate/Zinc Chromate Primer untuk
permukaan besi/baja.

d. Cat Akhir.
Cat akhiryang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut.
 Weathershield/Wheatercoat ~ setara Mowilex untuk permukaan eksterior pada
dinding luar, plafond luar dan kanopi beton.
 Acrylic Emulsion/Vinyl Acrylic Emulsion ~ setara Moliwex untuk
permukaan interior pada dinding dalam dan plafond dan partisi

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
a. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
 Umum.
Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan
polesan mesin dan benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung
dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi,
sebelum pelaksanaan persiapan permukaan dan pengecatan dimulai.
Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut.
Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan
permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus
dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut / pembersih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala di atas 38° C.

  36
Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga debu dan pencemar lain yang berasal dari proses pembersihan
tersebut tidak jatuh di atas permukaan cat yang baru dan basah.
 Permukaan Plesteran atau Beton dan Plafon Gypsum,
Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengeringkan di udara terbuka. Semua
pekerjaan pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-
tepinya dan ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung
menjadi rata dengan pelesteran sekelilingnya. Permukaan pelesteran yang
akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan bunga garam kering,
bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak, minyak, aspal, adukan yang
berlebihan dan tetesan-tetesan adukan.
Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air.
Hal ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
Penggunaan jenis cat harus sesuai dengan aplikasi untuk area eksterior dan
interior.
 Permukaan Besi/Baja. Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing lainnya
harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat. Semua debu, kotoran, minyak,
gemuk dan sebagainya harus dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan
kemudian dilap dengan kain bersih. Sesudah pembersihan selesai, pelapisan
cat dasar pada semua permukaan besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai
ketebalan yang disyaratkan.
Bahan cat dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang
sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan di lokasi proyek dan
memenuhi ketentuan dalam butir 4.2. dari Persyaratan teknis ini. Besi/baja
yang telah dilapis dasar di pabrik / bengkel harus dilindungi terhadap karat,
baik sebelum maupun sesudah pemasangan dengan cara segera merawat
permukaan karat yang terdeteksi.
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan debu,
kotoran, minyak, gemuk. Bagian permukaan yang tergores atau berkarat harus
dibersihkan dengan sikat kawat sampai bersih dan kemudian dicat kembali
(touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui, sampai
mencapai ketebalan yang disyaratkan.
b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.
Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat
harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disyaratkan,
secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai.
Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan
pada permukaan yang sudah disiapkan di atas.
c. Pelaksanaan Pengecatan.
 Umum.

  37
~ Permukaan yang sudah dirapihkan harus bebas dari aliran
punggung cat, tetesan cat, penonjolan, gelombang, bekas olesan
kuas, perbedaan warna dan tekstur. Usaha untuk menutupi semua
kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan semua lapisan
harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama.
~ Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan,
termasuk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa
memperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-
permukaan di sekitarnya.
~ Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan
permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus
telah diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.
~ Prosedur dan tahapan penegecatan harus menurut petunjuk yang
dikeluarkan pabriknya. Untuk pelaksanaannya, Pelaksana
pekerjaan diminta untuk meminta pengawasan /supervisi tenaga
ahli dari pabriknya.
 Proses Pengecatan.
Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan yang
berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna,
disesuaikan dengan keadaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat
dimaksud. Setiap tahap pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan
minimal (dalam keadaan cat kering) minimal 2 x pengecatan dan menjamin
hasil akhir pengecatan yang sempurna.
 Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.
Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agarseragam
konsistensinya selama pengecatan.
Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda
pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan
pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan oleh pabrik pembuat
cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter
cat.
Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab Kontraktor
untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna
lapis di bawahnya).
 Metoda Pengecatan.
Cat dasar untuk permukaan pelesteran dan beton diberikan dengan kuas dan
lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
Cat dasar untuk permukaan kayu diberikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya dengan kuas atau spayer.
Cat dasar sampai finish untuk permukaan barang besi/baja diberikan
dengan sprayer, kecuali pada tempat yang sulit boleh menggunakan kuas.
Khusus untuk dinding luar maka lapisan akhir harus menggunakan jenis
Weathershield sebanyak 2 (dua) lapis.
d. Pemasangan kembali barang-barang yang dilepas
  38
Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas
harus dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

PASAL 16 – PEMBERSIHAN AKHIR

a. Pembersihan Lahan harus dilaksanakan sebagai bagian pekerjaan sampai masa


pemeliharaan berakhir. Dan pelaksanaannya mengikuti petunjuk direksi.

b. Semua pekerjaan yang terdapat dalam gambar bestek tapi tidak dinyatakan dalam RKS
ini atau sebaliknya akan tetapi menyangkut pekerjaan bangunan ini, maka kontraktor
Wajib menyelesaikan sesuai petunjuk Direksi.

  39
C - PERSYARATAN LAIN
BAB I - PERUBAHAN PEKERJAAN DAN PENUTUP

PASAL 1
PERSYARATAN –PERSYARATAN LAIN

Kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar revisi (bila diperlukan) serta gambar-


gambar detail dari pekerjaan yang dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut diajukan kepada
Direksi untuk disetujui.

PASAL 2
PERUBAHAN DALAM RKS DAN GAMBAR-GAMBAR

Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS maupun gambar kerja dapat dirubah, ditambah atau
dihilangkan sesuai kebutuhan di bawah ini :
1. Untuk perubahan yang dianggap perlu serbelum pelelangan, akan dilakukan pada
waktu aanwijzing dan dituangkan di dalam Berita Acara.

2. Perubahan yang dianggap perlu untuk penyelesaian dengan kondisi lapangan atau
menyangkut perubahan desain, dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis kepada
Direksi dan Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Dalam hal ini, jika
oleh Direksi Pekerjaan dianggap perlu, Kontraktor harus membuat Gambar Terlaksana
( As Build Drawing ) dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

PASAL 3
PENUTUP

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, bersama dengan penjelasan dan Daftar Isian
Penawaran merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari
Dokumen Pemborongan.

  40

Anda mungkin juga menyukai