Anda di halaman 1dari 10

PEMBEBANAN

BAB II
PEMBEBANAN
BAB 2 PEMBEBANAN
Sebelum menghitung struktur gedung terlebih dahulu menentukan nilai beban yang
akan dipikul oleh struktur gedung tersebut. Jenis beban yang ada pada struktur
gedung ini adalah beban mati (dead load), beban hidup (live load) dan beban gempa
segala arah (earth quake load). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian
bagian dibawah ini.

2.1. BERAT SENDIRI (BS)


Berat sendiri elemen struktur (BS) yang terdiri dari kolom, balok, dan pelat lantai
dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat
sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1 dan berat sendiri elemen struktur ini
digabungin dalam beban mati (DL), seperti pada Gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Faktor pengali berat sendiri elemen struktur

2.2. BEBAN MATI (DL)


Beban mati (DL) atau yang disebut juga dengan dead load merupakan beban
mati tambahan yang bukan termasuk elemen struktur seperti finishing lantai,
dinding, partisisi, dan lain - lainnya, dihitung berdasarkan berat satuan (specific
gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung (SNI 03-1727-1989-F) sebagai berikut :

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


1
PEMBEBANAN

Tabel 2.1 Berat satuan menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F)

No JenisBahan Berat Satuan


1 Betonbertulang 2.400 Kg/m3
2 Beton 2.200 Kg/m3
3 Dindingpasangan1/2bata 250 Kg/m2
4 Dindingpasangan1bata 400 Kg/m2
5 Spesi per cm tebal 21 Kg/m2/cm
6 Spesi per cm tebal 21 Kg/m2/cm
7 Plafon 20 Kg/m2
8 Plafon + Instalasi ME 40 Kg/m2
9 RangkaAtapBaja Ringan 3 Kg/m2
10 Air 100 Kg/m3

2.3. BEBAN MATI PADA PLAT LANTAI


Berat sendiri pelat lantai dihitung secara otomatis dalam Program ETABS
Karena termasuk elemen struktur slab, sehingga beban mati (DL) pada lantai
bangunan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Beban Mati Pada Pelat Lantai


No. Berat Uraian Hasil
2
1 Keramik 2 cm x 24 Kg/m /cm 48 Kg/m2
2 Spesi per cm tebal 2 cm x 21 Kg/m2/cm 42 Kg/m2
3 Plafon + Instalasi ME 40 Kg/m2
Total 130 Kg/m2

Nilai – nilai beban tersebut, kemudian input di program, seperti pada Gambar
yang ada dibawah ini.

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


2
PEMBEBANAN

Gambar 2.2 Distribusi beban mati (DL) pada pelat lantai Lt. 2

Gambar 2.3 Distribusi beban mati (DL) pada pelat lantai Atap

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


3
PEMBEBANAN

2.4. BEBAN HIDUP (LL)


Beban hidup (HIDUP) yang bekerja pada lantai bangunan tergantung dari
fungsi ruang yang digunakan. Bangunan sebagai asrama, oleh karena itu nilai
beban hidupnya berdasarkan PPI 1983 Tabel 3.1. sebesar 250 Kg/m2.

Beban hidup pada lantai di-input ke ETABS sebagai shell / area load (uniform)
yang didistribusikan secara otomatis ke balok lantai sebagai frame / line load.
Distribusi beban hidup pada lantai bangunan dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 2.4 Distribusi beban hidup (LL) pada pelat lantai Lt. 2

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


4
PEMBEBANAN

Gambar 2.5 Distribusi beban hidup (LL) pada pelat lantai Atap

2.5. BEBAN GEMPA (EQ)


Analisis beban gempa dinamis respons spektrum dengan menggunakan peraturan SNI 03-1726-2012
Pada perhitungan beban gempa dinamis respons spektrum ini langkah awal adalah membuat kurva respons
spektrum yang kemudian diinput pada program Etabs. Pada peraturan SNI 1726 2012 - Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa lebih dijabarkan dalam mendesain Kurva Respons Spektrum Gempa Rencana, untuk lebih
jelasnya sebagai berikut :

1. Menentukan Kategori Resiko

Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya untuk
BebanGempa
- Jenis Pemanfaatan Gedung : Asrama
- Kategori resiko : III

2. Menentukan Faktor Keutamaan (Ie )

Bedasarkan RSNI 1726-2010 Tabel 2 Faktor Keutamaan Gempa


- Kategori resiko : III
- Faktor keutamaan Gempa, : Ie = 1,25

3. Menentukan Nilai Spektral Percepatan (Ss dan S1)

Lokasi perencananaan :Kec. Sijuk - Kab. Belitung, Prov. Bangka Belitung

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


5
PEMBEBANAN

Peta respon spektra percepatan 0.2 detik (Ss) untuk probabilitas terlampai 2% dalam 50 tahun

Sijuk, Belitung
Ss = 0,06 g

( Sumber : Peta Hazard Gempa 2010 , Kementrian PU, Gambar 8 )

Peta respon spektra percepatan 1 detik (S1) untuk probabilitas terlampai 2% dalam 50 tahun

Sijuk, Belitung
S1 = 0,05 g

( Sumber : Peta Hazard Gempa 2010 , Kementrian PU, Gambar 9 )

4. Menentukan Koefisien Situs, Fa dan Fv

Bedasarkan SNI 1726-2012 Tabel 3 Klasifikasi Situs


- Kelas Situs : Lokasi bangunan berada pada tanah  SE (Tanah Lunak)

Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 4, Koefisien Situs (Fa)


- Untuk  SE (Tanah Lunak) , dengan nilai Ss = 0,06
, maka nilai Fa = 2,5

Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 6.2-2, Koefisien Situs Fv


- Untuk  SE (Tanah Lunak) , dengan nilai S1 = 0,05
, maka nilai Fv = 3,5

5. Menentukan Spektral Respon Percepatan SDS dan SD1

SMS = Fa x Ss SMS1 = Fv x S1
= 2,5 x 0,06 = 3,5 x 0,05
= 0,15 g = 0,19 g

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


6
PEMBEBANAN

SDS = 2/3 x SMS SD1 = 2/3 x SMS1


= 2/3 x 0,15 = 2/3 x 0,19
= 0,10 g = 0,13 g

6. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)

Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 6 Kategori Disain Seismik Berdasarkan Parameter Respon Percepatan
pada Perioda Pendek
- Dengan nilai SDs = 0,10 g , maka Kategori Resiko KDS : D

Berdasarkan SNI 1726-2012 Tabel 7 Disain Seismik Berdasarkan Parameter Respon Percepatan
1 detik
- Dengan nilai SD1 = 0,13 g , maka Kategori Resiko KD1 : D

7. Menentukan Sistem Struktur Bangunan berkaitan dengan KDS

Untuk Kategori Desain Seismik (KDS) D, struktur beton bertulang, harus dipilih Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK), dengan daktilitas penuh.

SNI 1726-2012 Tabel 9, Sistem rangka beton pemikul momen khusus


R = 8,0

8. Membuat Spektrum Respons Desain

Kurva Respons Spektrum Gempa Rencana

Ts SD1 0,13
= = = 1,2600
SDS 0,10
T0 = 0,2 T1
= 0,2 x 1,26
= 0,252

Diperoleh tabel respon spektrum gempa :


T Sa T < To
0 0,040 T = To
0,25 0,100 T = Ts
1,26 0,100 T > Ts
1,36 0,093

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


7
PEMBEBANAN

1,46 0,086
1,56 0,081 Kurva Respons Spektrum
1,66 0,076
0,1
1,76 0,072

Percepatan Respons Spektra (Sa (g))


SDS Sa = SDS
1,86 0,068 0,1
1,96 0,064
2,06 0,061 0,1
2,16 0,058 Sa = SD1/T
2,26 0,056 0,1
2,36 0,053
2,46 0,051 0,0
2,56 0,049
2,66 0,047 0,0
To Ts
2,76 0,046
0,0
2,86 0,044
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
2,96 0,043
Perode (T (detik))
3,06 0,041
3,16 0,040
3,26 0,039

Kemudian nilai Perioda (T) dan nilai percepatan spektral (Sa) pada tabel diatas diinput ke program, seperti
gambar dibawah ini :

9. Membuat Spectrum Case


a. Redaman struktur beton (damping) = 0,05

b. Modal combinations :
- CQC (Complete Quadratic Combinations)
Penjumlahan respons ragam getar untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu
getar alami yang berdekatan, apabila selisih nilai waktu getarnya kurang 15 %

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


8
PEMBEBANAN

- SRSS (Square Root of the Sum of Squares)


Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan

c. Input Response Spectra


- Faktor keutamaan (I) = 1,25 → Asrama
- Faktor reduksi gempa (R) = 8,0 → untuk daktalitas penuh
- Faktor skala gempa arah X = G x I = 9,81 x 1,25 = 1,53
R 8,0
- Faktor skala gempa arah Y = 30 % x Gempa arah X = 0,46

Response Spectrum Case Data diinput pada program Etabs, sebagai berikut :
RSPX (Response Spectrum Case Gempa Arah X) RSPY (Response Spectrum Case Gempa Arah X)

10. Analisis Ragam Respons Spektrum


Untuk menentukan tipe analisis ragam respons spektrum yang sesuai, maka selisih dari periode dihitung
sebagai berikut :

Perhitungan selisih periode (D T) setiap Mode


Mode Periode DT
(T) (%)
1 1,044 10,02 Keterangan :
2 0,940 11,62 DT = Selisih periode/waktu getar
3 0,831 2,66 = (T1 - T2) / T1 x 100%
4 0,808 9,58
5 0,731 5,79
6 0,689 6,73
7 0,642 3,38
8 0,621 1,32
9 0,612 0,67 berdasarkan perhitungan selisih periode (DT) bahwa tidak ada waktu getar
10 0,608 3,59 struktur yang melebihi 15 %, jadi kombinasi ragam spektrum bisa mengguna
11 0,587 3,32 -kan CGC.
12 0,567 4,19

2.6. KOMBINASI PEMBEBANAN

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


9
PEMBEBANAN

Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa
sesuai peraturan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.1.1 dimana gempa rencana
ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, shingga probabilitas terjadinya
terbatas pada 10% selama umur geudng 50 tahun. Kombinasi pembebanan yang
digunakan mengacu pada SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.2 sebagai berikut :
Kombinasi : 1,4 DL
Kombinasi : 1,2 DL + 1,6 LL
Kombinasi : 1,2 DL + Lr ± E

Dimana :
1. D = beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung dan beban mati
2. L = beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung
3. Lr = beban hidup yang direduksi dengan factor 0,5
4. E = beban gempa (earthquake), ditinjau terhadap gempa dinamik respons
spectrum (RSPX, RSPY)

Rincian kombinasi pembebanan tersebut sebagai berikut :


1. Kombinasi : 1,4 DL
2. Kombinasi : 1,2 DL + 1,6 LL
3. Kombinasi : 1,2 DL + 0,5 LL + 1 RSPx
4. Kombinasi : 1,2 DL + 0,5 LL - 1 RSPx
5. Kombinasi : 1,2 DL + 0,5 LL + 1 RSPy
6. Kombinasi : 1,2 DL + 0,5 LL + 1 RSPy

Dari kombinasi yang diatas, diambil nilai gaya dalam yang paling besar (maksimum)
untuk menentukan tulangan.

PERHITUNGAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA


10

Anda mungkin juga menyukai