Anda di halaman 1dari 12

1.

Pendahuluan
Laporan ini merupakan Laporan Perhitungan Struktur Gedung Ruko 2 Lantai. Dimana sistem
struktur merupakan Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus (Sway Spesial)
analisa dan desain dilakukan dengan bantuan program SAP2000 V.23.1.0. Analisa dan desain
dapat dilihat pada lampiran.
2. Data Teknis Bangunan
• Sistem Struktur : Sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus
• Ukuran Bangunan : 14.60 m x 14.50 m
• Tinggi Bangunan : 8.00 m (Struktural)
• Jumlah Lantai :2
• Tinggi Tiap Lantai : 4.00 m
• Fungsi Bangunan : Ruko
• Jenis Struktur Rangka : Struktur Beton Bertulang
• Dimensi Struktur
• Sloof / Tie Beam : 300 mm x 400 mm
• Kolom : 400 mm x 400 mm
• Balok Induk : 300 mm x 600 mm
• Balok Anak : 250 mm x 300 mm
• Balok Kantilever : 250 mm x 400 mm
• Pelat Lantai : 120 mm
3. Tinjauan Terhadap Gempa
Indonesia terletak di daerah jalur gempa yang cukup kuat, menurut Standar Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726-
2019.
Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan
dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan
peralatannya secara umum. Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan
kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2
persen.
Tidak tersedianya data tanah dalam analisis stuktur berasumsi jenis tanah lapisan atas
merupakan lapisan tanah sedang, maka Nilai Spektral percepatan di permukaan yang berjenis
tanah lunak diambil di Aplikasi Desain Spektra Indonesia di www.puskim.pu.go.id dengan hasil
sebagai berikut
Gambar. 1 Peta Wilayah Respon Spektrum

Gambar. 2 Nilai Spektral Percepatan di Permukaan Tanah Sedang yang berlokasi di Kota
Manado, Sulawesi Utara
Berdasarkan Tabel diatas Struktur Gedung Ruko 2 Lantai yang berlokasi di Kota Manado,
Sulawesi Utara, menurut SNI 1726-2019 (pasal 4.1.2) jenis pemanfatan bangunan termasuk
kategori resiko II dengan Faktor Keutamaan 1,00.
Variabel Nilai
PGA (g) 0.4673
SS (g) 1.0425
S1 (g) 0.4627
FA 1.0830
FV 1.8373
SMS (g) 1.1290
SM1 (g) 0.8501
SDS (g) 0.7527
SD1 (g) 0.5667
T0 (detik) 0.2000
TS (detik) 0.8000
Tabel Variabel Nilai Spektral Percepatan di Permukaan Tanah Sedang Lokasi Struktur
Gedung Ruko 2 Lantai yang berlokasi di Kota Manado, Sulawesi Utara
(Sumber : puskim.pu.go.id)

Sistem struktur yang digunakan adalah sistem Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus
menurut SNI 1726-2019 (pada table 28) dinyatakan Koefesien modifikasi Respon (R) = 8, Faktor
kuat lebih (Ω0) = 3,0 dan Faktor Pembesaran (Cd) = 5,5.

Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di atas muka
tanah, sedangkan struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada di bawah
muka tanah yang terdiri dari struktur fondasinya. Struktur atas dan struktur bawah dapat
dianalisis secara terpisah, dimana struktur atas dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar.

Arah pembebanan menurut SNI 1726-2019 (pasal 7.5) untuk mensimulasiakan arah
pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh
pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus dianggap efektif 100% dan harus
dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus
pada arah utama pembebanan tadi tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

Analisis spektrum respons ragam menurut SNI 1726-2019 (pasal 7.9.1) akan dilakukan dengan
metoda analisis ragam spektrum respons dengan memakai spektrum gempa rencana. Dalam
hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respon ragam menurut metode
ini harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus
mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Akibat beban gempa dapat terjadinya goyangan maka gedung di atas permukaan tanah harus
mempunyai jarak pemisah terhadap perbatasan lahan sebesar 5,5 kali simpangan maksimum
yang dihitung atau 0,02 kali tinggi gedung.

Bagian dari gedung yang akan dibangun dekat gedung lainya yang berada di tempat yang sama
dan tidak direncanakan untuk bekerja sama harus dipisahkan dengan sela pemisah (sela
delatasi) minimal 5,5 kali simpangan maksimum atau 0,005 kali tinggi gedung tergantung
mana yang lebih terbesar tetapi tidak boleh kurang dari 75 mm. Perbandingan antara simpangan
antar tingkat dan tinggi tingkat yang bersangkutan tidak boleh melebihi 0,020 kali tinggi tingkat
yang bersangkutan.

4. Standar Perencanaan
Standar Perencanaan
• SNI Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 2847-2019
• SNI Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung, SNI 1726-2019
• SNI Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI
1727-2019

Standar Referensi
• ACI Building Code Requirements for Structural Concrete, ACI 318M-11
• American Society Civil Engineering, ASCE 7-16

5. Pembebanan
Beban Rencana
Beban hidup akan direduksi sesuai dengan ketentuan Koefesien Reduksi Beban Hidup menurut
SNI Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 1727-2019
faktor reduksi untuk jenis gedung pertemuan tidak diizinkan direduksi. Untuk itu struktur dan
pondasi ini selain direncanakan untuk memikul beban-beban vertical akibat berat sendiri dan
akibat beban-beban vertical lainya juga direncankan dapat menahan kemungkinan beban
gempa.
Beban Mati Satuan Berat Keterangan
Area Bangunan
Berat Pinising pada Lantai kN/m2 1.06
Berat Plafon & penggantung kN/m2 0.20
Berat Waterprofing pada Pelat Atap kN/m2 0.28
Beban ME/ Lain-lain kN/m2 0.50
Dinding bata (bata 10 cm + plester 1 cm x 2) kN/m2 2.50 Beban garis/
Dinding
Interior
Dinding bata parapet kN/m2 2.50 Beban garis
Beban Hidup Satuan Berat Keterangan
Hunian kN/m2 3.59

Kombinasi pembebanan
Menurut SNI 1726-2019 (pasal 4.2.2) bahwa Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-
elemen fondasi harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi
pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut :

1. 1,4 D
2. 1,2 D +1,6 L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2 D +1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5W) 4. 1,2 D +1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R)
5. 1,2 D +1,0 E + L
6. 1,2 D +1,0 W
7. 0,9 D + 1,0 E

Akibat adanya pengaruh beban gempa horizontal dan gempa vertical maka sesuai SNI 1726
2019 (pasal 7.4.2.3) maka kombinasi akibat beban gempa menjadi :

5. (1,2 + 0,2 SDS) D + ρ QE + L


7. (0,9 - 0,2 SDS) D + ρ QE

Keterangan :
D = Beban mati L = Beban hidup
Lr = Beban hidup atap E = Beban gempa
W = Beban angin R = Beban Hujan
QE = Gaya gempa horizontal ρ = Faktor Redudansi Struktur (utk str ini 1,3)
SDS = Parameter perc resp spectral pada periode pendek (utk str ini 1,00) Pada bangunan
Ini beban gempa lebih dominan maka Beban Angin dapat di abaikan, kecuali untuk atap tetap
di perhitungkan.
6. Bahan Struktur
Struktur Beton
Beton
Mutu beton f’c adalah yang dipakai adalah mutu beton berdasarkan kekuatan tekan silinder
dalam umur 28 hari. Digunakan mutu sebagai berikut :
- Mutu beton f’c = 22.83 MPa (K-275) untuk Tie Beam/ Sloop, Pelat Lantai, Balok dan Kolom.

Baja Tulangan
Mutu Baja Tegangan leleh Tegangan leleh
Tulangan minimum, fy (Mpa) maksimum, fu(Mpa)
390 (Ulir) 390 560

- Mutu Baja = BJTS 40 (Fu = 560 Mpa dan Fy = 390 Mpa)


= BJTP 24 (Fu = 380 Mpa dan Fy = 235 Mpa)

7. Analisis dan Desain Struktur Bangunan

Gambar. 3 Denah Penempatan Kolom dan Sloof


Gambar. 4 Denah Penempatan Balok Induk, Balok Anak dan Balok Kantilever
Pada Lantai 1
Gambar. 5 Denah Penempatan Balok Induk, Balok Anak dan Balok Kantilever
Pada Lantai 2 (Atap)
Gambar. 6 Denah Penempatan Pelat Tangga – Bordes di Lantai Dasar
Gambar. 7 Denah Penempatan Pelat Lantai pada Lantai 1
Gambar. 8 Denah Penempatan Pelat Lantai pada Lantai 2 (Atap)

Anda mungkin juga menyukai