Anda di halaman 1dari 170

BAB IV

PERHITUNGAN STRUKTUR
IV.1 Penentuan Sistem Struktur Bangunan Gedung
Penentuan sistem struktur bangunan gedung berdasarkan klasifikasi situs
dari hasil penyelidikan tanah, komponen pada spektrum respon gempa desain,
dan fungsi bangunan. Penentuan tersebut berpedoman pada Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-
gedung, SNI 1726:2019.
IV.1.1 Spektrum Respon Gempa Desain
1. Klasifikasi Situs

Gambar 4.1 Data Hasil Soil Test BH-01


(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas
Diponegoro )

1
Tabel 4.1 Nilai N-SPT (Hasil Penyelidikan Tanah)

Kedalaman (m) Tebal Lapisan, di (m) N-SPT Ni di/Ni

0   0    
  2   3 0.667
2      
3
  2   5 0.400
4   5    
  2   4 0.500
6   4    
  2   9 0.222
8   9    
  2   18 0.111
10   18    
  2   17 0.118
12   17    
  2   24 0.083
14   24    
  2   22 0.091
16   22    
  2   14 0.143
18   14    
  2   18 0.111
20   18    
  2   26 0.077
22   26    
  2   38 0.053
24   38    
  2   30 0.067
26   30    
  2   29 0.069
28   29    
  2   36 0.056
30   36    
30   2.767
N30 10,844
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas
Diponegoro )

2
Berdasarkan hasil perhitungan dan Tabel 2.1, maka jenis tanah di area
bangunan tersebut termasuk dalam klasifikasi situs tanah lunak (SE)
dengan nilai N-SPT rata-rata yaitu 10,844 (N̅ < 15 yaitu termasuk dalam
klasifikasi situs tanah lunak (SE)).
2. Spektrum Respon Gempa Desain
Perhitungan spektrum respon gempa desain menggunakan aplikasi
Spektrum Respon Desain Indonesia 2021. Adapun langkah yang dilakukan
adalah memasukan lokasi sesuai dengan posisi bangunan, dalam hal ini Kota
Semarang) dan jenis tanah yaitu tanah lunak. Dari data yang dimasukan
didapat hasil seperti gambar di bawah

Gambar 4.2 Tampilan Hasil dari Perhitungan Spektrum Respon Gempa


dengan Menggunakan Aplikasi
(Sumber : Aplikasi Spektrum Respon Desain Indonesia 2021)
Dari hasil aplikasi tersebut didapat hasil sebagai berikut:
SS = 0,4477
S1 = 0,2362
TL = 6 detik
To = 0,18 detik
Ts = 0,89 detik
SDS = 0,55 g
SD1 = 0,49 g

3
Respon Spektrum Gempa Desain
0.60

0.50
Sa (g) 0.40

0.30

0.20

0.10

0.00
0 1 2 3 4 5 6

T (Detik)

Gambar 4.3 Spektrum Respon Gempa Desain


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Ms. Excel,2022)
IV.1.2 Koefisien Situs (Fa dan Fv)
1. Menentukan Fa
Bedasarkan aplikasi spektrum respon desain Indonesia 2021 dengan nilai
Ss = 0,4477 dan kelas situs SE maka nilai Fa adalah sebagai berikut:
F a 0,447−F a 0,25 S S 0,447−S S 0,25
=
F a 0,5 −F a 0,25 S S 0,5 −S S 0,25
F a 0,447−2,4 0,4477−0,25
=
1,7−2,4 0,5−0,25
Fa = 1,8464
2. Menentukan Fv
Bedasarkan aplikasi spektrum respon desain Indonesia 2021 dengan nilai
S1 = 0,2362 dan kelas situs SE maka nilai Fa adalah sebagai berikut:
F v 0,2362 −F s 0,2 S 10,2362 −S1 0,2
=
F s 0,3−F s 0,2 S 1 0,3−S1 0,2
F v 0,2362 −3,3 0,2362−0,2
=
2,8−3,3 0,3−0,2
Fv = 3,119
IV.1.3 Kategori Desain Seismik
1. Kategori Risiko
Bangunan yang direncanakan berupa gedung hotel, seningga
berdasarkan Tabel 2.6. maka kategori risikonya yaitu II

4
2. Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Tabel 2.7 dengan kategori risiko II, maka nilai faktor keutamaan
gempa (Ie) adalah 1,00
3. Kategori Desain Seismik
Berdasarkan nilai SDS dan SD1 yang telah didapat melalui aplikasi
Spektrum Respon Desain Indonesi 2021, maka dengan melihat Tabel 2.8.
dan Tabel 2.9., kategori risikonya termasuk kategori risiko D
IV.1.4 Sistem Penahan Gaya Seismik
Berdasarkan Tabel 2.10., dengan kategori desain seismik yaitu D,
digunakan sistem penahan gaya seismiknya yaitu Rangka Beton Pemikul
Momen Khusus dengan nilai R = 8, Ωo= 3, dan Cd= 5,5. Perencanaan
selanjutnya akan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).

IV.1.5 Periode Fundamental


Struktur gedung selain kuat juga harus mempunyai kekakuan yang
cukup pada saat terjadi gempa. Untuk memeriksa kekakuan dari bangunan,
perlu dihitung periode getar struktur (T) dari gedung. Dari hasil perhitungan
periode getar struktur dengan menggunakan software ETABS, didapatkan
periode getar dari struktur gedung adalah : Mode 1 (T1) = 1,320 detik dan
Mode 2 (T2) = 1,131 detik.

5
Gambar 4.4 Ragam Getar Mode 1 – T1 = 1,320 detik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, ETABS,2022)

Gambar 4.5 Ragam Getar Mode 2 – T2 = 1,131 detik


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, ETABS,2022)

Diketahui Struktur merupakan tipe struktur rangka beton pemikul


momen, maka didapat dari tabel untuk nilai Ct = 0,0466 dan x = 0,9. Struktur
Bangunan memiliki nilai SD1 sebesar 0,49 sehingga didapat untuk nilai

6
koefisien Cu = 1,7. Untuk struktur bangunan gedung dengan tinggi struktur : hn
= 33,6 m. Mengacu pada SNI 1726–2019, periode getar pendekatan (Ta) dari
struktur gedung dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Ta = Ct × hnx
= 0,0466 × 33,60,9
= 1,1017 detik.
Diisyaratkan untuk periode getar dari struktur gedung tidak boleh
melebihi nilai maksimum yang disyaratkan yaitu :
Tmax = T × Cu
= 1,1017 × 1,4
= 1,542 detik
Dari perhitungan dengan software ETABS didapatkan periode getar
struktur dari bangunan pada arah sumbu-x adalah : T1 = 1,320 detik < Tmax =
1,542 detik (memenuhi persyaratan), dan arah sumbu-y adalah : T2 = 1,131
detik < Tmax = 1,542 detik (memenuhi persyaratan). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dimensi hasil dari re-design dimensi kolom telah
memenuhi syarat kekakuan.
IV.1.6 Berat Seismik Efektif
Berdasarkan SNI 1726:2019 Pasal 7.7.2., berat seismik efektif struktur (W)
harus menyertakan seluruh beban mati dan beban lainnya yang terdaftar yaitu
dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan, minimum sebesar 30% beban
hidup lantai, sehingga pembebanan yang digunakan yaitu 1,0D + 1,0W + 0,30L.
Nilai berat seismik efektif total bangunan didapatkan melalui hasil analisis
ETABS, yaitu sebesar 22090,091 kN

IV.1.7 Gaya Geser Dasar atau Base Shear (V)


Gaya geser dasar merupakan gaya geser atau lateral total yang terjadi
pada tingkat dasar, untuk gaya geser dasar dinamik diperoleh dari perhitungan
respon spektrum yang telah diinput pada program ETABS. Nilai gaya geser
dasar statik ekivalen dapat dihitung seperti pada Pasal 7.8.1. SNI 1726:2019.
Sds 0,55
Cs= = =0,06875
( ) ()
R
Ie
8
1
g

7
Nilai di atas tidak perlu lebih dari nilai C s berikut ini:
Sd 1 0,55
Csx max= = =0,0520 g
Tx × ( )
R
Ie
1,320 ×
8
1 ()
Sd 1 0,55
Csx max= = =0,0524 g
Ty × ( )
R
Ie
1,131×
8
1 ()
Juga tidak boleh kurang dari:
Cs min=0,44 × Sds × Ie ≥0,01¿ 0,44 × 0,55× 1≥ 0,01¿ 0,242 g ≥ 0,01
Maka didapat nilai Cs < Cs min < Cs max, maka untuk perhitungan gaya geser
dasar statik ekivalen digunakan nilai Cs min = Cs, Sehingga:
V = Cs ×W
= 0,242 ×22090,091
= 5345,8021 kN
IV.1.8 Perbandingan Base Shear
Input analisa dinamik respon spektra dan statik ekivalen yang dilakukan
pada bab di atas kemudian didefinisikan ke program ETABS. Dari langkah
tersebut
maka didapat gaya geser dasar dari kedua beban tersebut, berikut rinciannya
Faktor Skala untuk gempa respon spektrum dapat dihitung sebagai berikut:
g
SF
( )
= R
I
9806.65
=
()
8
1
= 1,225 m/s2
Hasil percobaan 1 dari ETABS:
 Gaya Geser Dasar Statik:
Veq-x = 5345,8021 kN
Veq-y = 5345,8021 kN
 Gaya Geser Dasar Dinamik:
Vrs-x = 1089,8681 kN

8
Vrs-y = 1309,5169 kN
Dari hasil Faktor Skala awal didapat nilai gaya geser dasar dinamik (V rs)
kurang dari 100% gaya geser dari metode statik ekivalen (Veq) (sesuai pasal
7.9.1.4.1 SNI 1726:2019). Maka gaya tersebut perlu dilakukan penskalaan
ulang gaya.
 Faktor Skala Baru :
Veq−x
SFx = × SF
Vrs−x
5345.8021
= ×1.225
1089.8681
= 6,013 m/s2
Veq− y
SFy = × SF
Vrs− y
5345.8021
= ×1.225
1309.5169
= 5,004 m/s2
Dari hasil analisi dengan Faktor Skala Baru pada program ETABS, didapatkan
gaya geser dasar dinamik yang terlihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Output Base Shear Statik Ekivalen (EQx dan EQy) dan Respon
Spektrum (EQx-RS dan EQy-RS) pada program ETABS
(Sumber : Dokumen Pribadi,ETABS 2022)

Berdasarkan Gambar 4.6, dapat disimpulkan bahwa gaya geser dasar dinamik
X dan Y sama dengan gaya geser dasar statik ekuivalen. Sehingga tidak perlu
penskalaan ulang kembali.

9
IV.1.9 Simpangan Antar Tingkat
Batas simpangan antar tingkat dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Simpangan Antar Tingkat Izin

(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan


gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
Dari Tabel 4.2 digunakan simpangan antar tingkat izin sebesar 0,020hsx
digunakan. Sebagai tambahan, untuk KDS D dan termasuk Kategori Resiko II
dengan nilai Ie = 1.00, ρ = 1.3.
 Perpindahan Elastik
de(x,y) = (d(x,y)n – d(x,y)n-1)
 Story Drift Inelastik
(x,y) = de(x,y) × Cd / Ie
 Story Drift Inelastik Izin
 = 0,020 × hsx / ρ

Perpindahan Perpindahan Elastik Story Drift


Stor Height Drift Limit
dx dy dex dey x y Cek
y
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Atap 4000 62,318 58,87 3,928 1,018 21,604 5,599 61,538 OK
10 3200 58,39 57,852 3,646 3,396 20,053 18,678 49,231 OK
9 3200 54,744 54,456 5,232 5,480 28,776 30,140 49,231 OK
8 3200 49,512 48,976 6,542 6,518 35,981 35,849 49,231 OK
7 3200 42,97 42,458 7,801 7,659 42,906 42,125 49,231 OK
6 3200 35,169 34,799 8,783 8,566 48,307 47,113 49,231 OK
5 3200 26,386 26,233 8,468 8,221 46,574 45,216 49,231 OK
4 3200 17,918 18,012 7,787 7,653 42,829 42,092 49,231 OK
3 3200 10,131 10,359 6,137 6,034 33,754 33,187 49,231 OK
2 4000 3,994 4,325 3,994 4,325 21,967 23,788 61,538 OK
Tabel 4.3 Simpangan Antar Tingkat
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, ETABS,2022)

10
IV.1.10 Partisipasi Massa
Berdasarkan SNI Gempa 1726:2019 Pasal 7.9.1.1, jumlah ragam getar
yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa,
sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai
sekurangkurangnya 90%. Besarnya partisipasi massa dan perioda getar masing
masing ragam getar seperti yang tercantum dalam Gambar 4.7

Gambar 4.7 Partisipasi Massa Ragam Terkombinasi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, ETABS,2022)

Dari Gambar 4.7, dapat dilihat bahwa 90% massa sudah terpenuhi dalam mode
(ragam getar) 7 untuk arah-X (Sum Ux) dan mode 8 untuk arah-Y (Sum Uy).
Analisis struktur memenuhi ketentuan partisipasi massa dalam menghasilkan
respons total mencapai 90%.
IV.1.11 Ketidakberaturan Horizontal
Pada bagian in akan diperiksa apakah struktur memiliki
ketidakberaturan horizontal atau tidak.
Tabel 4.4 Ketidakberaturan Horizontal pada Struktur
Penerapan
Pasal
Tipe dan penjelasan ketidakberaturan Kategori Desain
Referensi
Seismik
1a Ketidakberaturan torsi didefinisikan ada 7.3.3.4 D, E, da F
jika simpangan antar tingkat maksimum, 7.7.3 B, C, D, E dan F
yang dihitung termasuk torsi tak terduga 7.8.4.3 C, D, E, dan F
dengan Ax = 1,0, di salah satu ujung 7.12.1 C, D, E, dan F

11
Penerapan
Pasal
Tipe dan penjelasan ketidakberaturan Kategori Desain
Referensi
Seismik
struktur melintang terhadap suatu sumbu Tabel 13 D, E, dan F
adalah lebih dan 1,2 kali simpangan antar 12.2.2 B, C, D, E, dan F
tingkat rata-rata dikedua ujung struktur.
Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam
pasal-pasal referensi berlaku hanya untuk
struktur di mana diafraqmanya kaku atau
setengah kaku.
Ketidakberaturan torsi berlebihan 7.3.3.1 E, da F
didefinisikan ada jika simpangan antar 7.3.3.4 D
tingkat maksimum, yang dihitung 7.7.3 B, C, dan D
termasuk torsi tak te terduga degan A x 7.8.4.3 C, dan D
=1, disalah satu ujung struktur melintang 7.12.1 C, dan D
1b terhadap suatu sumbu adalah lebih dan Tabel 13 D
1,4 kali simpangan antar tingkat rata-rata 12.2.2 B, C, dan D
di kedua. Persyaratan ketidakberaturan
torsi berlebihan dalam pasal-pasal
referensi berlaku hanya untuk struktur di
mana diafragmanya kaku atau setengah
kaku
Ketidakberaturan sudut dalam 7.3.3.4 D, E, dan F
didefinisikan ada jika kedua dimensi Tabel 13 D, E, dan F
2 proyeksi denah struktur dari lokasi sudut
dalam lebih besar dari 15% dimensi
denah struktur dalam arah yang ditinjau.
Ketidakberaturan diskontinuitas 7.3.3.4 D, E, dan F
diafragma didefinisikan ada jika terdapat Tabel 13 D, E, dan F
suatu diafragma yang memiliki
diskontinuitas atau variasi kekakuan
3 mendadak, termasuk yang mempunyai
daerah terpotong atau terbuka lebih besar
dari 50% daerah diafragma bruto yang
tertutup, atau perubahan kekakuan
diafragma efektif lebih dari 50% dari
suatu tingkat ke tingkat selanjutnya.
4 Ketidakberaturan akibat pergeseran tegak 7.3.3.3 B, C, D, E dan F
turus terhadap bidang didefinisikan ada 7.3.3.4 D, E, dan F
jika terdapat diskontinuitas dalam 7.7.3 B, C, D, E, dan F
lintasan tahanan gaya lateral, seperti Tabel 13 D, E, dan F
pergeseran tegak lurus terhadap bidang 12.2.2 B, C, D, E, dan F

12
Penerapan
Pasal
Tipe dan penjelasan ketidakberaturan Kategori Desain
Referensi
Seismik
setidaknya satu elemen vertikal pemikul
gaya lateral.
Ketidakberaturan sistem nonparalel 7.5.3 C, D, E dan F
didefninisikan ada jika elemen vertikal 7.7.3 B, C, D, E, dan F
5 pemikul gaya lateral tidak paralel Tabel 13 D, E, dan F
terhadap sumbu-sumbu ortogonal utama 12.2.2 B, C, D, E, dan F
sistem pemikul gaya seismik.
(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
1. Ketidakberaturan Torsi

Gambar 4.8 Ketidakberaturan 1a dan 1b


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
Tabel 4.5 Pengecekan Ketidakberaturan Torsi
Arah X Arah Y
Batas
Story Dmax/ Batas H.1 Cek Dmax/ Cek
H.1
Davg Davg
Atap 1.278 1.2 H.1a 1.185 1.2 OK
10 1.233 1.2 H.1a 1.062 1.2 OK
9 1.215 1.2 H.1a 1.026 1.2 OK
8 1.194 1.2 OK 1.012 1.2 OK
7 1.182 1.2 OK 1.005 1.2 OK
6 1.175 1.2 OK 1.006 1.2 OK
5 1.169 1.2 OK 1.016 1.2 OK
4 1.169 1.2 OK 1.015 1.2 OK
3 1.176 1.2 OK 1.047 1.2 OK
2 1.137 1.2 OK 1.036 1.2 OK
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)

13
Struktur memiliki ketidakberaturan Horizontal 1a, sehingga syarat-syarat ini
harus dipenuhi:
Tabel 4.6 Konsekuensi Ketidakberaturan Horizontal
Pasal
Poin yang harus Dipenuhi Keterangan
Referensi
Perbesaran gaya untuk desain
sambungan antara diafragma Tidak dilakukan desain
dengan elemen vertikal dan 7.3.3.4 diafragma dan elemen
elemen kolektor serta untuk kolektor.
desain elemen kolektor
Harus analisis 3 dimensi 7.7.3 Sudah Dipenuhi
Akan dibahas setelah tabel
Pembesaran momen torsi tak terduga 7.8.4.3
ini.
Batas simpangan izin dibagi ρ 7.12.1 Sudah dipenuhi
Menggunakan analisis
Tabel 16 Sudah Dipenuhi
spektrum respons ragam
Eksentrisitas bawaan 5% 11.3.4 Akan dibahas setelah tabel
(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)

Karena struktur memiliki ketidakberaturan torsi, maka harus diberikan


pembesaran momen torsi tak terduga yang besarnya dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut (sesuai pasal 7.8.4.3 SNI 1726:2019):

( )
2
δ max
A x=
1,2 δ max

Nilai Ax kemudian dikalikan dengan 5% yang merupakan nilai dasar/bawaan


eksentrisitas tak terduga (sesuai pasal 11.3.4 SNI 1726:2019).
Tabel 4.7 Nilai Eksentrisitas tak terduga arah x

Arah X
Story %
Dmax/Davg Ax

Atap 1,278 1,134 5,7


10 1,233 1,056 5,3
9 1,215 1,025 5,1
8 1,194 0,990 5,0
7 1,182 0,970 4,9
6 1,175 0,959 4,8
5 1,169 0,949 4,7

14
4 1,169 0,949 4,7
3 1,176 0,960 4,8
2 1,137 0,898 4,5
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
Tabel 4.8 Nilai Eksentrisitas tak terduga arah y

Arah Y
Story %
Dmax/Davg Ay

Atap 1,185 0,975 4,9


10 1,062 0,783 3,9
9 1,026 0,731 3,7
8 1,012 0,711 3,6
7 1,005 0,701 3,5
6 1,006 0,703 3,5
5 1,016 0,717 3,6
4 1,015 0,715 3,6
3 1,047 0,761 3,8
2 1,036 0,745 3,7
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)

Gambar 4.9 Nilai persentase tersebut kemudian diinput dalam Load Case gempa
pada ETABS.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, ETABS,2022)

2. Ketidakberaturan Sudut Dalam

Gambar 4.10 Ketidakberaturan 2


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)

15
Pengecekan dilakukan sesuai dengan denah struktur. Berikut merupakan
perhitungannya
Tabel 4.9 Pengecekan Ketidakberaturan Torsi
Lx 25,6 m
Px 0 m
Ly 39,5 m
Py 0 m
0
Lx/Px
0
Ly/Py
OK
Cek
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)

Sesuai dengan hasil dari Tabel 4.9 diketahui tidak memiliki Ketidakberaturan
sudut dalam.
3. Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma
Tidak terdapat ketidakberaturan jenis ini (bukaan lift dan tangga tidak
signifikan).

Gambar 4.11 Ketidakberaturan 3


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
4. Ketidakberaturan Akibat Pergeseran Tegak Lurus Terhadap Bidang
Tidak terdapat ketidakberaturan ini.

16
Gambar 4.12 Ketidakberaturan 4
(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
5. Ketidakberaturan Sistem Nonparalel
Tidak terdapat ketidakberaturan ini.

Gambar 4.13 Ketidakberaturan 5


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
IV.1.12 Ketidakberaturan Vertikal
Sesuai dengan Tabel 14 SNI 1726:2019, dilakukan pemeriksaan pada struktur
mengenai ketidakberaturan vertikal.
Tabel 4.10 Ketidakberaturan Vertikal pada Struktur
Penerapan
Tipe dan penjelasan Pasal
kategori desain
ketidakberaturan Referensi
seismik
Ketidakberaturan Kekakuan
Tingkat Lunak didefinisikan ada jika
terdapat suatu tingkat yang kekakuan
1a lateralnya kurang dari 70 % kekakuan Tabel 16 D, E, dan F
lateral tingkat di atasya atau kurang
dari 80% kekakuan rata-rata tiga
tingkat di atasya.
1 Ketidakberaturan Kekakuan 7.3.3.1 E, dan F
Tingkat Lunak Berlebihan Tabel 16 D, E, dan F
didefinisikan ada jika terdapat suatu

17
tingkat yang kekakuan laterainya
kurang dari 60 % kekakuan lateral
tingkat di atasnya atau kurang dari 70
% kekakuan rata-rata tiga tingkat di
atasnya.
Ketidakberaturan Berat (Massa)
didefinisikan ada jika massa efektif di
sebarang tingkat lebih dari 150 %
2 Tabel 16 D, E, dan F
massa efektif tingkat di dekatnya. .
Atap yang lebih ringan dari lantai di
bawahnya tidak perlu ditinjau.
Ketidakberaturan Geometri
Vertikal didefinisikan ada jika dimensi
horizontal sistem pemikul gaya seismik
3 Tabel 16 D, E, dan F
di sebarang tingkat lebih dari 130 %
dimensi horizontal sistem pemikul
gaya seismik tingkat didekatnya.
Ketidakberaturan Akibat
Diskontinuitas Bidang pada Elemen
Vertikal Pemikul Gaya Lateral
7.3.3.3 B, C, D, E, dan F
didefinisikan ada jika pergeseran arah
4 7.3.3.4 D, E, dan F
bidang elemen pemikul gaya lateral
Tabel 16 D, E, dan F
lebih besar dari Panjang elemen itu
atau terdapat reduksi kekakuan elemen
pemikul di tingkat di bawahnya.
Ketidakberaturan Tingkat Lemah
Akibat Diskontinuitas pada
Kekuatan Lateral Tingkat
didefinisikan ada jika kekuatan lateral
suatu tingkat kurang dari 80 % 7.3.3.1 E, dan F
5a
kekuatan lateral tingkat di atasnya. Tabel 16 D, E, dan F
Kekuatan lateral tingkat adalah
kekuatan total semua elemen pemikul
seismik yang berbagi geser tingkat
pada arah yang ditinjau.
Ketidakberaturan Tingkat Lemah
Berlebihan Akibat Diskontinuitas
pada Kekuatan Lateral Tingkat
didefinisikan ada jika kekuatan lateral
7.3.3.1 D, E, dan F
5 suatu tingkat kurang dari 65 %
7.3.3.2 B, dan C
kekuatan lateral tingkat di atasnya.
Tabel 16 D, E, dan F
Kekuatan lateral tingkat adalah
kekuatan total semua elemen pemikul
seismik yang berbagi geser tingkat
pada arah yang ditiniau.

18
(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)

1. Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak

Gambar 4.14 Ketidakberaturan 1a dan 1b


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
Tabel 4.11 Pengecekan Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak arah x
Arah X Batas V.1a Batas V.1b
0.7 * Rata"
Story 0.8 * Rata" 3
Kekakuan (k) 0.7 * kn+1 0.6 * kn+1 3 tingkat Cek
(n) tingkat atas
atas
kN/m kN/m kN/m
Atap 184633.154 - - - -  
10 570226.321 129243.208 - 110779.892 - OK
9 827754.248 399158.425 - 342135.793 - OK
8 1063915.207 579427.974 422030.3261 496652.549 369276.535 OK
7 1302559.373 744740.645 656505.5403 638349.124 574442.348 OK
6 1590807.308 911791.561 851794.3541 781535.624 745320.060 OK
1113565.11
5 1983780.34 1055275.17 954484.385 923365.774 OK
6
1388646.23
4 2617669.289 1300572.539 1190268.204 1138000.972 OK
8
1832368.50
3 3522420.05 1651268.517 1570601.573 1444859.952 OK
2

19
2465694.03
2 5765309.641 2166365.248 2113452.030 1895569.592 OK
5
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
Tabel 4.12 Pengecekan Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak arah y
Arah Y Batas 1a Batas 1b
Stor 0.8 * Rata" 3 0.7 * Rata" 3
Kekakuan 0.7 * kn+1 0.6 * kn+1 Cek
y (n) tingkat atas tingkat atas
kN/m kN/m kN/m
Atap 478088.977 - - - -  
10 369770.302 334662.284 - 286853.386 - OK
9 393625.359 258839.211 - 221862.181 - OK
8 424304.485 275537.751 331062.570 236175.215 289679.749 OK
7 434916.66 297013.140 316720.039 254582.691 277130.034 OK
6 462826.645 304441.662 334092.401 260949.996 292330.851 OK
5 521919.769 323978.652 352546.077 277695.987 308477.818 OK
4 624430.32 365343.838 378576.820 313151.861 331254.717 OK
3 792618.255 437101.224 429113.796 374658.192 375474.571 OK
2 1133230.925 554832.779 517058.225 475570.953 452425.947 OK
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
2. Ketidakberaturan Massa

Gambar 4.15 Ketidakberaturan 2


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
Tabel 4.13 Pengecekan Ketidakberaturan Massa

Batas V.2
Story Massa (m)
Cek
(n) 1.5 * mn+1 1.5 * mn-1

kg kg kg
Atap 285.029 - 719.090 OK
10 479.3936 - 667.511 OK

20
9 445.0076 719.090 677.047 OK
8 451.3648 667.511 688.221 OK
7 458.8141 677.047 688.221 OK
6 458.8141 688.221 708.922 OK
5 472.6149 688.221 735.202 OK
4 490.1344 708.922 1236.387 OK
3 824.2581 735.202 1353.270 V.2
2 902.1797 1236.387 117.288 V.2
1 78.1918 1353.270 - V.2
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
Struktur memiliki ketidakberaturan vertikal 2 sehingga perlu memenuhi
Menggunakan analisis ragam respons spektrum (sesuai dengan Tabel 16 SNI
1726:2019)
3. Ketidakberaturan Geometri Vertikal

Gambar 4.16 Ketidakberaturan 3


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)
Sesuai dengan Tabel 14 SNI SNI 1726:2019, pengecekan Ketidakberaturan
Geometri Vertikal dilakukan pada kolom bagian tengah dengan analisis
sebagai berikut.
Tabel 4.14 Pengecekan Ketidakberaturan Geometri Vertikal
Batas V.3
Story Jenis B H
1.3 * Bn+1 1.3 * Hn+1 Cek
(n) Kolom
mm mm mm mm
Atap KC4 600 600      
10 KC4 600 600 780 780 OK
9 KC4 600 600 780 780 OK
8 KC3 750 750 780 780 OK
7 KC3 750 750 975 975 OK

21
6 KC3 750 750 975 975 OK
5 KC2 800 1200 975 975 OK
4 KC2 800 1200 1040 1560 OK
3 KC1 800 1200 1040 1560 OK
2 KC1 800 1200 1040 1560 OK
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)

4. Ketidakberaturan Akibat Diskontinuitas Bidang pada Elemen Vertikal


Pemikul Gaya Lateral
Tidak terdapat ketidakberaturan ini.

Gambar 4.17 Ketidakberaturan 4


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)

5. Ketidakberaturan Tingkat Lemah akibat Diskontinuitas dalam


Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat

Gambar 4.18 Ketidakberaturan 5a dan 5b


(Sumber: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan nongedung, SNI 1726:2019)

Tabel 4.15 Pengecekan Ketidakberaturan Tingkat Lemah Akibat Diskontinuitas


pada Kekuatan Lateral Tingkat arah x

22
Arah X Batas V.5
Story
Kekuatan (F) 0.65 * Fn+1 0.8 * Fn+1 Cek
(n)
kN kN kN
Atap 626.5513 - -  
10 1146.9131 407.258 501.241 OK
9 1572.4251 745.494 917.530 OK
8 1895.9588 1022.076 1257.940 OK
7 2169.9756 1232.373 1516.767 OK
6 2578.4232 1410.484 1735.980 OK
5 3051.0381 1675.975 2062.739 OK
4 3541.1725 1983.175 2440.830 OK
3 4365.4305 2301.762 2832.938 OK
2 5267.6103 2837.530 3492.344 OK
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
Tabel 4.16 Pengecekan Ketidakberaturan Tingkat Lemah Akibat Diskontinuitas
pada Kekuatan Lateral Tingkat arah y
Arah Y Batas V.5
Story
Kekuatan 0.65 * Fn+1 0.8 * Fn+1 Cek
(n)
kN kN kN
Atap 317.2416 - -  
10 1708.7426 206.207 253.793 OK
9 2451.7093 1110.683 1366.994 OK
8 3042.5958 1593.611 1961.367 OK
7 3553.8037 1977.687 2434.077 OK
6 3993.4324 2309.972 2843.043 OK
5 4376.1211 2595.731 3194.746 OK
4 4698.1593 2844.479 3500.897 OK
3 5126.3307 3053.804 3758.527 OK
2 5402.7388 3332.115 4101.065 OK
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
IV.2 Pradimensi
IV.2.1 Balok Anak
Panjang balok anak (L) = 6000 mm (bentang terpanjang)
h ≥ L/16
≥ 6000/16
≥ 375 mm
Bedasarkan perhitungan di atas maka digunakan h = 400 mm
b = (1/2) h
= (1/2). 400

23
= 200
Bedasarkan perhitungan di atas maka digunakan b = 250 mm
Jadi, digunakan balok anak dengan dimensi 250 mm x 400 mm
IV.2.2 Balok Induk
Panjang balok induk (L) = 8000 mm (bentang terpanjang)
h ≥ L/16
≥ 8000/16
≥ 666,667 mm
b = (1/2) h
= (1/2). 650
= 325 mm
Bedasarkan perhitungan di atas maka digunakan balok induk dengan dimensi
350 mm x 650 mm dan 250 mm x 500 mm
IV.2.3 Kolom
Lebar penampang kolom harus lebih besar daripada lebar (b) balok
induknya. Maka dari persyaratan tersebut dimensi kolom minimum 500 mm ×
500 mm

IV.2.4 Pelat Lantai


F’c = 30 Mpa Ly
Fy = 400 Mpa 𝛼3
Lx = 6000 mm 𝛼4
Lx 𝛼2
Ly = 3500 𝛼1
b = Ly/Lx
= 6000/3500
= 1,714
Menurut hasil perhitungan diatas b ≤ 2 maka plat diatas merupakan pelat dua
arah (Two Way Slab) menurut SNI 2847-2019 Pasal 8.3.1.1.
1. Kontrol Tebal Pelat Lantai
Ln = Ly – Lebar Balok
350 200
= 6000 −¿ −¿
2 2
= 5725 mm

24
1 2
Dimensi Balok ( H= × L dan B= H (SNI 2847-2019 Pasal 9.3.1.1
16 3
𝛼1 (𝐵I) = H = 650 mm
B = 350 mm
𝛼2 (𝐵a) = H = 450 mm
B = 200 mm
𝛼3 (𝐵a) = H = 450 mm
B = 200 mm
𝛼4 (𝐵I) = H = 650 mm
B = 350 mm
Asumsi H Plat lantai 125 mm
1
4700 √ F c ×
' 3
× b ×h
E ×I 12
α = cb b = (SNI 2847-2019 Pasal 8.10.2.7)
Ecs × I s 1
4700 √ F ' c × × b ×h3
12
Tabel 4.17 Rekapitulasi Perhitungan nilai E, Ib, Is dan a
No E (Mpa) Ib (mm4) Is (mm4) a
a1 25742.9602 2322395833 976562500 2.378
a2 25742.9602 300000000 569661458.3 0.527
a3 25742.9602 300000000 976562500 0.307
a4 25742.9602 2322395833 569661458.3 4.077
a fm 1.822
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
Karena 𝛼𝑓𝑚 < 2 maka berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 8.3.1.2
perhitungan ketebalan minimum menggunakan nilai terbesar dari persamaan
hmin1 dan hmin2
h min1=ln ¿ ¿
¿ 5725 ¿ ¿
¿ 124,552 mm
hmin2 = 125 mm
Tebal pelat yang digunakan adalah nilai terbesar di antara h min1 dan
hmin2, sehingga tebal pelat yang dipilih adalah hp = 125 mm

25
IV.3 Kombinasi Pembebanan
Dalam perancangan struktur gedung harus mempertimbangkan beban hidup,
beban mati, dan beban gempa. Mengacu pada SNI 1726:2019, kombinasi
pembebanan yang harus ditinjau adalah sebagai berikut
Kombinasi 1 = 1,4D
Kombinasi 2 = 1,2D + 1,6L
Kombinasi 3 = 1,2D + 1L
Kombinasi 4 = 1,2D + 1L + 1EQx
Kombinasi 5 = 1,2D + 1L - 1EQx
Kombinasi 6 = 1,2D + 1L + 1EQx-RS
Kombinasi 7 = 1,2D + 1L + 1EQy
Kombinasi 8 = 1,2D + 1L - 1EQy
Kombinasi 9 = 1,2D + 1L + 1EQy-RS
Kombinasi 10 =(1,2+0,2SDS)D + 1,0L + ρ(100%Ex + 30%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L + 0,1625EQx-RS + 0,04875EQy-RS
Kombinasi 11 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + ρ(30%Ex + 100%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L + 0,04875EQx-RS + 0,1625EQy-RS
Kombinasi 12 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(100%Ex + 30%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L + 0,375EQx-RS + 0,1125EQy-RS
Kombinasi 13 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(30%Ex + 100%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L + 0,1125EQx-RS + 0,375EQy-RS
Kombinasi 14 =(1,2+0,2SDS)D + 1,0L + ρ(100%Ex + 30%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L ± 0,1625EQx ± 0,04875EQy
Kombinasi 15 = 1,2+0,2SDS)D + 1,0L + ρ(30%Ex + 100%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L ± 0,04875EQx ± 0,1625Eqy
Kombinasi 16 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(100%Ex + 30%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L ±0,375EQx ± 0,1125EQy
Kombinasi 17 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(30%Ex + 100%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L ± 0,1125EQx ± 0,375EQy

26
IV.4 Perhitungan Elemen Struktur Atas
IV.4.1 Perhitungan Tangga
Dalam merencakanakan tangga ada beberapa data yang harus
ditentukan sebagai berikut:
Panjang Tangga = 2700 mm = 270 cm
Lebar Bordes = 2500 mm = 250 cm
Tinggi antar lantai = 4000 mm = 400 cm
4000
Tinggi bordes = = 200 cm
2
Batas tangga = 2000 mm = 200 cm

tinggi bordes
Tan α =
panjang tangga

200
=
275
= 0,727
Kemiringan tangga = tan−1 (α )
= tan−1 ( 0,727 )
= 36°

Gambar 4.19 Denah Tangga


(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2022)
2 × Opt + Ant = 65 cm
2 × (Ant × tan (α)) + Ant = 65 cm

27
2 × (Ant × tan (36)) + Ant = 65 cm
2 × (Ant × 0,727) + Ant = 65 cm
1,454 × Ant + Ant = 65 cm
2,454 × Ant = 65 cm
Dari perhitungan di atas maka didapat untuk :
2,454 × Ant
Ant =
2× tan α +1
65
=
2×( tan α +1)
= 26,49 ≈ 27
Opt = Ant × tan (α)
= 27 × tan (37)
= 20
200
Jumlah Optrade =
20
= 10 buah
275
Jumlah Optrade =
27
= 10 buah
Panjang Bordes = 1300 mm
Panjang Total = (Ant × jumlah antrede) + Panjang bordes
= (27 × 10 × 10) + 1300
= 4000 mm
L
hmin =
27
= 125,9395 ≈ 150 mm
Dari hasil perhitungan diambil :
Pelat Tangga = 150 mm
Pelat Bordes = 175 mm
Tebal Anak Tangga = Sin (α) × Ant
= Sin (37) × 270
= 158,7020181 ≈ 150 mm
IV.4.1.1 Pembebanan Tangga
1. Pelat Tangga

28
a. Beban Mati (DL)
Pemberian beban mati sendiri pada pelat tangga dilakukan dengan
bantuan Program Software SAP2000 dengan pendimensian pelat
model shell dengan tebal 150 mm dengan material beton dengan
berat jenis 2400 kg/m2
b. Beban Mati Tambahan (SDL)
Beban anak tangga = 0,17 × 2400 = 408 kg/m2
Berat spesi (t = 0,02 m) = 0,02 × 2100 = 42 kg/m2
Berat Keramik (t= 0,01 m) = 0,01 × 2400 = 24 kg/m2
Berat handrill = 15 = 15 kg/m2 +
= 489 kg/m2
c. Beban Hidup (LL)
Beban hidup lantai tangga = 479 kg/m2
2. Pelat Bordes
a. Beban Mati (DL)
Pemberian beban mati sendiri pada pelat tangga dilakukan dengan
bantuan Program Software SAP2000 dengan pendimensian pelat
model shell dengan tebal 175 mm dengan material beton dengan
berat jenis 2400 kg/m2
b. Beban Mati Tambahan (SDL)
Berat spesi (t = 0,02 m) = 0,02 × 2100 = 42 kg/m2
Berat Keramik (t= 0,01 m) = 0,01 × 2400 = 24 kg/m2
Berat handrill = 15 = 15 kg/m2 +
= 81 kg/m2
c. Beban Hidup (LL)
Beban hidup lantai tangga = 479 kg/m2
3. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah 120% beban mati
ditambah dengan 160% beban hidup atau 1,2D + 1,6L.
Tabel 4.18 Momen Pelat Tangga dan Bordes
Nilai
Kategori Gaya Dalam Lokasi
(kN.m/m)
Pelat Tangga M11 Tumpuan -25.4925

29
Lapangan -19.2532
Tumpuan -5.0985
M22
Lapangan -23.7622
M11 Lapangan -50.5432
Pelat Bordes
M22 Lapangan -19.695
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, SAP2000,2022)
IV.4.1.2 Perhitungan Tulangan Struktur Tangga
Perhitungan tulangan struktur tangga meliputi perhitungan:
tulangan pelat anak tangga, tulangan pelat bordes, dan tulangan balok
bordes.
Tebal pelat (h) = 150 mm
Tebal selimut beton (p) = 25 mm
Diameter tulangan utama(D) = 16 mm
Mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa
Mutu beton (f'c) = 30 MPa
Tinggi efektif sumbu x (dx) = h – p – ½ D
= 150 – 25 – ½ ×16
= 117 mm = 0,117 m
Tinggi efektif sumbu y (dy) = h – p –D– ½ D
= 150 – 25 – 16 – ½ ×16
= 101 mm = 0,101 m
1. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M11 (Tulangan Utama)
a. Tulangan Tumpuan
Mu = 25,4925 kNm/m
= 25492,5 Nmm/mm
Mn = Mu / 0,8
= 25492,5 / 0,8
= 31865,625 Nmm
Rn = Mn / (b × dx2)
= 31865,625 / (1000 × 1172)
= 0,002327827 Mpa

30
Fy
m =
0,85× F' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,00067
400 ]
= 0,00000581983
Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√F ' c
4 × Fy

=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
Fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar
yaitu = 0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
'
F c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
Fy 600+ Fy

31
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,032
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
Fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,020
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Asst = ρ × b × dx
= 0,0045 × 1000 × 177
= 409,5 mm2
Adb = 0,25 × π × Db 2
= 0,25 × π × 162
= 201,062 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D13
AS perlu
n =
Adb
551,841
= 2
0,25× π × 16
= 2,0366 ≈ 3
Aperlu = n × Adb
= 3 × 201,062
= 603,1858 mm2
Jarak Antar Tulangan
Spasi =b/n
= 1000/3
= 333,333 mm
Smaks1 ≤ 3h
≤ 3(150)
≤ 450 (OK)

32
Smaks2 = 450
Diambil jarak antar tulangan yang terkecil yaitu s = 300 mmm
Cek Momen Kapasitas
A perlu × Fy
a = '
0,85× F c × b
603,1858× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 9,4617 mm

Mn = Asperlu× Fy dx− ( a
2 )
9,4617
= 603,185 × 400 × (117 - )
2
= 27087657,78 Nmm
Ø Mn = 0,9 x 27087657,78
= 24378892 Nmm
Maka digunakan tulangan 3D16 - 300
b. Tulangan Lapangan
Mu = 19,2532 kNm/m
= 19253,2 Nmm/mm
Mn = Mu / 0,8
= 19253,2 / 0,8
= 24066,5 Nmm
Rn = Mn / (b × dx2 )
= 24066,5 / (1000 × 1172 )
= 0,001758 Mpa
fy
m = '
0,85× F c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,001758
400 ]
33
= 0,00000440
Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√F ' c
4 × Fy

=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
Fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar
yaitu = 0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
'
F c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
Fy 600+ Fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,032
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
Fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005

34
= 0,0199
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Asst = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 177
= 409,5 mm2
Adb = 0,25 × π × Db2
= 0,25 × π × 162
= 201,062 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D13
AS perlu
n =
Adb
551,841
= 2
0,25× π × 16
= 2,0366 ≈ 3
Aperlu = n × Adb
= 3 × 201,062
= 603,1858 mm2
Jarak Antar Tulangan
Spasi =b/n
= 1000/3
= 333,333 mm
Smaks1 ≤ 3h
≤ 3(150)
≤ 450
Smaks2 = 450
Diambil jarak antar tulangan yang terkecil yaitu S = 300 mmm
Cek Momen Kapasitas
A perlu × Fy
a =
0,85× F' c × b
603,1858× 400
=
0,85× 30 ×1000
¿ 9,4617 mm

35
Mn (
= Ast × Fy dx−
a
2 )
9,4617
= 603,185 × 400 × (117 - )
2
= 27087657,78 Nmm
Ø Mn = 0,9 x 27087657,78
= 24378892 Nmm
Maka digunakan tulangan 3D16 - 300
2. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M22 (Tulangan Bagi)
a. Tulangan Tumpuan
Mu = 5.0985 kNm/m
= 5098,5 Nmm/mm
Mn = Mu / 0,8
= 5098,5 / 0,8
= 6373,125 Nmm
Rn = Mn / (b × dx2 )
= 6373,125 / (1000 * 1012 )
= 0.000624755 Mpa
Fy
m =
0,85× F' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
15,686 [ √
1− 1−
2 ×15,686 × 0,00067
400 ]
= 0,000001562
Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√F ' c
4 × Fy

36
=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
Fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar
yaitu = 0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
'
F c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
Fy 600+ Fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0.0325
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
Fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,0325
0,003+ 0,005
= 0,0203203
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Ast = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 101
= 353,5 mm2
Adb = 0,25 × π × Db 2

37
= 0,25 × π × 162
= 201,062 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D13
A st
n =
Adb
353,5
=
201,062
= 1,758 ≈ 2 tulangan
Asperlu = n × Adb
= 2 × 201,062
= 402,124 mm2
Jarak Antar Tulangan
Spasi =b/n
= 1000 / 2
= 500 mm
Smaks1 ≤ 3h
≤ 3(150)
≤ 450 (OK)
Smaks2 = 450
Diambil jarak antar tulangan yang terkecil yaitu s = 450 mmm
Cek Momen Kapasitas
As perlu × Fy
a = '
0,85× F c × b
402,124 ×400
=
0,85× 30 ×1000
= 6,308 mm

Mn = Asperlu× Fy dy− ( a
2 )
6,308
= 402,124 × 400 × (101 - )
2
= 15738498,52 Nmm
Ø Mn = 0,9 x 15738498,52
= 14164648,67 Nmm
Maka digunakan tulangan 2D16 - 450

38
b. Tulangan Lapangan
Mu = 23,7622 kNm/m
= 23762,2 Nmm/mm
Mn = Mu / 0,8
= 23762,2 / 0,8
= 29702,75 Nmm
Rn = Mn / (b × dx2 )
= 29702,75 / (1000 * 1172 )
= 0,002912 Mpa
Fy
m = '
0,85× F c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,002912
400 ]
= 0,0000072798
Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√F ' c
4 × Fy

=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
Fy
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar
yaitu = 0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

39
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
F' c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836

0,85× β 1 × F ' c 600


ρb = ×
Fy 600+ Fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,0325

Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:


Fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,0325
0,003+ 0,005
= 0,0203203
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Asst = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 101
= 353,5 mm2
Adb = 0,25 × π × Db2
= 0,25 × π × 162
= 201,062 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D13
A st
n =
Adb
353,5
=
201,062
= 1,758 ≈ 2 tulangan
Asperlu = n × Adb

40
= 2 × 201,062
= 402,124 mm2
Jarak Antar Tulangan
Spasi =b/n
= 1000 / 2
= 500 mm
Smaks1 ≤ 3h
≤ 3(150)
≤ 450
Smaks2 = 450
Diambil jarak antar tulangan yang terkecil yaitu S = 450 mmm

Cek Momen Kapasitas


A perlu × Fy
a = '
0,85× F c × b
402,124 ×400
=
0,85× 30 ×1000
= 6,308 mm

Mn (
= Ast × Fy dy−
a
2 )
6,308
= 603,185 × 400 × (101 - )
2
= 15738498,52 Nmm
Ø Mn = 0,9 x 15738498,52
= 24378892 Nmm
Maka digunakan tulangan 2D16 - 450
IV.4.1.3 Perhitungan Tulangan Pelat Bordes
Tebal pelat (h) = 175 mm
Tebal selimut beton (p) = 25 mm
Diameter tulangan utama(D) = 16 mm
Mutu baja tulangan (fy) = 400 Mpa
Mutu beton (f'c) = 30 MPa

41
Tinggi efektif sumbu x (dx) = h – p – ½ D
= 175 – 25 – ½ ×16
= 142 mm = 0,142 m
Tinggi efektif sumbu y (dy) = h – p –D– ½ D
= 175 – 25 – 16 – ½ ×16
= 126 mm = 0,126 m
1. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M22 (Tulangan Utama)
a. Tulangan Lapangan
Mu = 50,5432 kNm/m
= 50543,2 Nmm/mm
Mn = Mu / 0,8
= 50543,2 / 0,8
= 63179 Nmm
Rn = Mn / (b × dx2)
= 63179 / (1000 × 1422)
= 0,003133 Mpa
Fy
m =
0,85× F' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,003133
400 ]
= 0,000007834
Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√F ' c
4 × Fy

=
√30
400

42
= 0,0034
1,4
ρmin =
Fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar
yaitu = 0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka

β1 = 0,85−0,05 ( F' c−28


7 )
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
Fy 600+ Fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,0325

Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:


Fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,0325
0,003+ 0,005
= 0,0203203
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Asst = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 142
= 497 mm2
Adb = 0,25 × π × Db2

43
= 0,25 × π × 162
= 201,062 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D13
A st
n =
Adb
497
=
201,062
= 2,472 ≈ 3 tulangan
Asperlu = n × Adb
= 3 × 201,062
= 603,2 mm2
Jarak Antar Tulangan
Spasi =b/n
= 1000 / 3
= 333,333 mm
Smaks1 ≤ 3h
≤ 3(175)
≤ 525
Smaks2 = 450
Diambil jarak antar tulangan yang terkecil yaitu S = 300 mm

Cek Momen Kapasitas


A perlu × Fy
a =
0,85× F' c × b
603,2× 400
=
0,85× 30 ×1000
¿ 9,462 mm

Mn = Ast × Fy dy−( a
2 )
9,462
= 603,185 × 400 × (101 - )
2
= 33119515,68 Nmm

44
Ø Mn = 0,9 x 33119515,68
= 29807564,11 Nmm
Maka digunakan tulangan 3D16 - 450
2. Perhitungan Tulangan Pelat Tangga M11 (Tulangan Bagi)
b. Tulangan Lapangan
Mu = 19,695 kNm/m
= 19695 Nmm/mm
Mn = Mu / 0,8
= 19695 / 0,8
= 24618,75 Nmm
Rn = Mn / (b × dy2 )
= 24618,75 / (1000 × 1262 )
= 0,00155069 Mpa
Fy
m = '
0,85× F c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m[ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,003133
400 ]
= 0,00000388

Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)


Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
ρmin =
√F ' c
4 × Fy

=
√30
400
= 0,0034

45
1,4
ρmin =
Fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar
yaitu = 0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
F' c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
Fy 600+ Fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,0325
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
Fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,0325
0,003+ 0,005
= 0,0203203
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Asst = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 126
= 441 mm2

Adb = 0,25 × π × Db2


= 0,25 × π × 162
= 201,062 mm2

46
Tulangan terpasang, yaitu D13
A st
n =
Adb
441
=
201,062
= 2,193 ≈ 3 tulangan
Asperlu = n × Adb
= 3 × 201,062
= 603,2 mm2
Jarak Antar Tulangan
Spasi =b/n
= 1000 / 3
= 333,333 mm
Smaks1 ≤ 3h
≤ 3(175)
≤ 525
Smaks2 = 450
Diambil jarak antar tulangan yang terkecil yaitu S = 300 mmm
Cek Momen Kapasitas
As perlu × Fy
a = '
0,85× F c × b
603,2× 400
=
0,85× 30 ×1000
¿ 9,462 mm

Mn = Ast × Fy dy−( a
2 )
9,462
= 603,185 × 400 × (126 - )
2
= 29259126,62 Nmm
Ø Mn = 0,9 x 33119515,68
= 26333213,96 Nmm
Maka digunakan tulangan 3D16 - 300

47
Selanjutnya rekap hasil perhitungan penulangan struktur tangga dari
pelat tangga, pelat bordes dan balok bordes dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.19 Rekapitulasi Tulangan Pelat Tangga dan Pelat Bordes

Jenis Bagian Posisi Tulangan

t11 D10 - 100


Pelat l11 D10 - 100
Tangga t22 D10 - 200
Tangga
l22 D10 - 200
Pelat l11 D10 - 100
Bordes l22 D10 - 100
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

IV.4.2 Perhitungan Kolam Renang


IV.4.2.1 Pembebanan
1. Beban Mati Area
a. Pelat Kolam
Berat pelat sendiri (t = 150 mm) = 2400 × 0,15 = 360 kg/m2
2. Beban Mati Tambahan
a. Pelat Kolam
Berat Keramik (t = 0,01 m)
Berat spesi di atas waterproofing
(t = 0,025 m) = 0,025 × 2100 = 52,5 kg/m2
Waterproofing = 7 kg/m2 =7 kg/m2
Berat spesi di bawah waterproofing= 0,01 × 2400 = 24 kg/m2
(t = 0,025 m) = 0,025 × 2100 = 52,5 kg/m2 +
Beban Mati (qD) = 106 kg/m2
b. Beban Hidup
a. Pelat Kolam
Beban hidup kolam ditentukan bedasarkan kedalaman pelat lantai
dengan kedalaman minimal 0,3 m dan kedalaman maksimal 1,2 m.
Untuk berat jenis ai digunakan 1000 kg/m2

48
IV.4.2.2 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi yang digunakan dalam perhitungan kolam yaitu:
 1,2 D + 1,2 Beban air
IV.4.2.3 Permodelan Kolam
Dilakukan permodelan kolam renang secara terpisah dengan
struktur bangunan utama menggunakan software SAP2000 untuk
mendapatkan momen dari pelat dan dinding kolam. Berikut merupakan
permodelan kolam menggunakan SAP2000.

Gambar 4.20 Beban air pada dinding


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, SAP2000,2022)

Gambar 4.21 Beban air pada lantai


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, SAP2000,2022)

49
Gambar 4.22 Hasil Permodelan Kolam M11
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, SAP2000,2022)

Gambar 4.23 Hasil Permodelan Kolam M22


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, SAP2000,2022)

IV.4.2.4 Perhitungan Pelat Kolam


1. Perhitungan Tinggi Efektif (d)
hp = 150 mm
P (selimut) = 20 mm (Tabel 20.6.1.3.1)
D = 10 mm
D
dutama = h− p−
2
−10
= 150 – 20
2
= 125 mm
D
dbagi = h− p−D−
2

50
10
= 125 – 20 −10−
2
= 115 mm
2. Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√f ' c
4 × fy

=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar yaitu =
0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
f ' c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × f ' c 600
ρb = ×
fy 600+ fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,032
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005

51
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,020
3. Perhitungan Penulangan
a. Perhitungan Tulangan Utama
Mu = 21,9069 kNm
= 21906900 Nmm
Mn = Mu / 0,9
= 21906900 /0,9
= 24341000 Nmm
Rn = Mn / (1000 × dutama2 )
= 24341000 / (1000 × 1252 )
= 1,833
fy
m =
0,85× f ' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 1,833
400 ]
= 0,0048
Karena ρ > ρmin maka digunakan ρ = 0,0048
Asperlu = ρ × b × dutama
= 0,0048 × 1000 × 125
= 594,938 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n =
0,25× π × D2
594,938
= 2
0,25× π × 10
= 7,575 ≈ 8

52
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 8 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 628,319 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a = '
0,85× f c × b
628,319× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 9,856 mm
a
c =
β1
9,856
=
0,836
= 11,789 mm

εs = (d utama
c
−c
)× 0,003
= ( 125−11,789
11,789 )
× 0,003

= 0,0288
Karena nilai εs = 0,0288 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn (
= Ast × fy dutama −
a
2 )
9,856
= 628,319 × 400 × (125−¿ )
2
= 30177387,94 Nmm
= 30,177 kNm
Ø Mn = 0,9 × 30,177
= 27,160 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)
27,160 ≥ 21,907(OK)
Menghitung Spasi

53
1000
Spasi =
8
= 125
Spasi terpakai 125 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
125 ≤ 3(150)
125 ≤ 450 (OK)
Jadi tulangan utama yang digunakan yaitu D10 – 125 mm dan
memenuhi syarat
b. Perhitungan Tulangan Bagi
Mu = 9,2849 kNm
= 9284900 Nmm

Mn = Mu / 0,9
= 9284900 /0,9
= 10316555,56 Nmm
Rn = Mn / (1000 × dutama2 )
= 10316555.56 / (1000 × 1252 )
= 0,867
fy
m =
0,85× f ' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
15,686[ √
1− 1−
2 ×15,686 × 0,867
400 ]
= 0,0022
Karena ρmin > ρ maka digunakan ρ = 0,0035
Asperlu = ρ × b × dutama
= 0,0035 × 1000 × 125

54
= 402,500 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n =
0,25× π × D2
402,500
= 2
0,25× π × 10
= 5,125 ≈ 6
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 6 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 471,239 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b
471,239× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 7,392 mm

a
c =
β1
6,246
=
0,836
= 8,842 mm

εs = (d c
−c
bagi
)
× 0,003

= ( 115−8,842
8,842 )
× 0,003

= 0,0360
Karena nilai εs = 0,0360 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn (
= Ast × fy d bagi−
a
2 )
7,392
= 471,239 × 400 × (115−¿ )
2

55
= 20980311,35 Nmm
= 20,980 kNm
Ø Mn = 0,9 × 20,980
= 18,882 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)
18,882 ≥ 9,285(OK)
Menghitung Spasi
1000
Spasi =
6
= 166,666
Spasi terpakai 150 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
150 ≤ 3(150)
150 ≤ 450 (OK)
Jadi tulangan bagi yang digunakan yaitu D10 – 150 mm dan
memenuhi syarat
Dari perhitungan di atas untuk pelat kolam digunakan tulangan utama
D10-125 dan tulangan bagi D10-150
IV.4.2.5 Perhitungan Dinding Kolam
1. Perhitungan Tebal Efektif (t)
td = 150 mm
P (selimut) = 20 mm (Tabel 20.6.1.3.1)
D = 10 mm
D
tutama = td−p−
2
−10
= 150 – 20
2
= 125 mm
D
tbagi = td−p−D−
2
10
= 125 – 20 −10−
2
= 115 mm

56
2. Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√f ' c
4 × fy

=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar yaitu =
0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
'
f c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × f ' c 600
ρb = ×
fy 600+ fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,032

Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:


fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,020

57
3. Perhitungan Penulangan
a. Perhitungan Tulangan Utama
Mu = 9,2827 kNm
= 9282700 Nmm
Mn = Mu / 0,9
= 9282700 /0,9
= 10314111,11 Nmm
Rn = Mn / (1000 × tutama2 )
= 10314111,11 / (1000 × 1252 )
= 0,733
fy
m =
0,85× f ' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,733
400 ]
= 0,0022
Karena ρmin > ρ maka digunakan ρ = 0,0035
Asperlu = ρ × b × dutama
= 0,0035 × 1000 × 125
= 437,500 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n =
0,25× π × D2
437,500
= 2
0,25× π × 10
= 5,570 ≈ 6
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 6 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 471,239 mm2

58
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a = '
0,85× f c × b
471,239× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 7,392 mm
a
c =
β1
6,246
=
0,836
= 8,842 mm

εs = ( d bagi −c
c )
× 0,003

= ( 115−8,842
8,842 )
× 0,003

= 0,0360
Karena nilai εs = 0,0360 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn (
= Ast × fy dutama −
a
2 )
7,392
= 471,239 × 400 × (125−¿ )
2
= 22865266,94 Nmm
= 22,865 kNm
Ø Mn = 0,9 × 22,865
= 20,579 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)
20,579 ≥ 9,2827 (OK)
Menghitung Spasi
1000
Spasi =
6
= 166,666
Spasi terpakai 150 mm

59
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
150 ≤ 3(150)
150 ≤ 450 (OK)
Jadi tulangan utama yang digunakan yaitu D10 – 150 mm dan
memenuhi syarat
b. Perhitungan Tulangan bagi
Mu = 8,1269kNm
= 8126900 Nmm
Mn = Mu / 0,9
= 8126900 /0,9
= 9029888,889 Nmm
Rn = Mn / (1000 × tbagi2 )
= 9029888,889 / (1000 × 1252 )
= 0,803
fy
m =
0,85× f ' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
15,686[ √
1− 1−
2 ×15,686 × 0,803
400 ]
= 0,0020
Karena ρmin > ρ maka digunakan ρ = 0,0035

Asperlu = ρ × b × dbagi
= 0,0035 × 1000 × 115
= 402,500 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n = 2
0,25× π × D

60
402,500
=
0,25× π × 102
= 5,125 ≈ 6
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 6 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 471,239 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a = '
0,85× f c × b
471,239× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 7,392 mm
a
c =
β1
6,246
=
0,836
= 8,842 mm

εs = ( d bagi −c
c )
× 0,003

= ( 115−8,842
8,842 )
× 0,003

= 0,0360
Karena nilai εs = 0,0360 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn (
= Ast × fy d bagi−
a
2 )
6,246
= 471,239 × 400 × (125−¿ )
2
= 20980311,35 Nmm
= 20,980 kNm
Ø Mn = 0,9 × 20,980
= 18,882 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)

61
18,882 ≥ 9,285(OK)
Menghitung Spasi
1000
Spasi =
6
= 166,666
Spasi terpakai 150 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
150 ≤ 3(150)
150 ≤ 450 (OK)
Jadi tulangan bagi yang digunakan yaitu D10 – 150 mm dan
memenuhi syarat
Dari perhitungan di atas untuk dinding kolam digunakan tulangan
utama D10-150 dan tulangan bagi D10-150
IV.4.3 Perhitungan Pelat Lantai
IV.4.3.1 Pembebanan
1. Beban Mati Area
1. Pelat Atap
Berat pelat sendiri (t = 125 mm) = 2400 × 0,125 = 300 kg/m2
2. Pelat Lantai
Berat pelat sendiri (t = 125 mm) = 2400 × 0,125 = 300 kg/m2
2. Beban Mati Tambahan
1. Pelat Atap
Berat spesi di atas waterproofing
(t = 0,025 m) = 0,025 × 2100 = 52,5 kg/m2
Waterproofing = 7 kg/m2 =7 kg/m2
Berat spesi di bawah waterproofing
(t = 0,025 m) = 0,025 × 2100 = 52,5 kg/m2
Berat plafon dan penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m2 +
Beban Mati (qD) = 130 kg/m2
b. Pelat Lantai
Berat spesi (t = 0,025 m) = 0,025 × 2100 = 52,5 kg/m2

62
Berat Keramik (t= 0,01 m) = 0,01 × 2400 = 24 kg/m2
Berat plafon dan penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m2 +
Beban Mati (qD) = 94,5 kg/m2

3. Beban Hidup
a. Pelat Atap
Beban hidup atap sesuai dengan Tabel 4.3-1 pada SNI
1727:2020 yaitu 0,96 kN/m2 atau sama dengan 97,893 kg/m2
1. Pelat Hidup
Beban hidup untuk penggunaan bangunan hotel sesuai dengan
Tabel 4.3-1 pada SNI 1727:2020, yaitu:
Ruang pribadi dan koridornya = 1,92 kN/m2 = 196 kg/m2
Ruang publik = 4,79 kN/m2 = 488,444 kg/m2
Koridor ruang publik = 4,79 kN/m2 = 488,444 kg/m2
IV.4.3.2 Kombinasi Pembebanan
1. Pelat Atap
 1,4 D = 1,4 × 430 kg/m2
= 602 kg/m2
 1,2 D + 1,6 L = 1,2 × 430 kg/m2 + 1,6 × 97,893 kg/m2
= 672,629 kg/m2
2. Pelat Lantai
a. Untuk Ruang Publik
 1,4 D = 1,4 × 394,5 kg/m2 = 552,3 kg/m2
 1,2 D + 1,6 L = 1,2 × 394,5 kg/m2 + 1,6 × 488,44 kg/m2
= 1254,904 kg/m2
b. Untuk Ruang Pribadi
 1,4 D = 1,4 × 394,5 kg/m2 = 552,3 kg/m2
 1,2 D + 1,6 L = 1,2 × 394,5 kg/m2 + 1,6 × 196 kg/m2
= 787 kg/m2
Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah 120% beban mati
ditambah dengan 160% beban hidup atau 1,2D + 1,6L.

63
IV.4.3.3 Perhitungan Kebutuhan Tulangan Lentur Pelat
1. Perhitungan Nilai Momen
Berdasarkan Tabel Curr (Vis dan Gideon, 1994) dengan pelat terkekang
pada keempat sisinya (akibat balok), maka momen yang bekerja pada
pelat dapat dihitung dengan rumus berikut:
Mlx = 0,001 × Wu × Lx2 × koef.
Mly = 0,001 × Wu × Lx2 × koef.
Mtx = - 0,001 × Wu × Lx2 × koef.
Mty = - 0,001 × Wu × Lx2 × koef.
Nilai koefisien yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.24 Penentuan Rumus Momen sesuai Tabel Curr


(Vis dan Gideon, 1994)
Untuk mendapatkan nilai koefisien yang dibutuhkan dengan nilai Ly/Lx
= 1,71
Dari tabel tersebut dihitung nilai koefisien momen dengan rumus
interpolasi dan didapat hasil sebagai berikut :
Mlx = 51,2 Mtx = 79,65
Mly = 15 Mty = 54
Perhitungan momen pelat,
MLx = 0,001 × Qu1t × Lx2 × X1
= 0,001 × 7,870 × 3,52 × 49
= 4,936 kNm
MLy = 0,001 × Qu1t x Lx2 × X2
= 0,001 × 7,870 × 3,52 × 15
= 1,446 kNm
MTx = 0,001 × Qu1t x Lx2 × X3

64
= 0,001 × 7,870 × 3,52 × 78
= 7,679 kNm
MTy = 0,001 × Qu1t × Lx2 × X4
= 0,001 × 7,870 × 42 × 54
= 5,206 kNm
2. Perhitungan Tinggi Efektif (d)
hp = 125 mm
P (selimut) = 20 mm (Tabel 20.6.1.3.1)
Tulangan Tumpuan arah X (Dx) dan Y (Dy) = 10 mm
Dx
dx = h− p−
2
−10
= 125 – 20
2
= 100 mm
Dy
dy = h− p−Dx−
2
10
= 125 – 20 −10−
2
= 90 mm
Tulangan lapangan arah X (Dx) dan Y (Dy) = 13 mm
Dx
dx = h− p−
2
−10
= 125 – 20
2
= 100 mm
Dy
dy = h− p−Dx−
2
10
= 125 – 20 −10−
2
= 90 mm
3. Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√f ' c
4 × fy

=
√30
400
= 0,0034

65
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar yaitu =
0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
'
f c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
fy 600+fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,032
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,020
4. Perhitungan Penulangan
a. Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X
MLx = 4,936 kNm
= 4936064 Nmm
Mn = MLx / 0,9
= 4936064/0,9
= 5484515,556 Nmm
Rn = Mn / (1000 × dx2 )
= 5484515,556 / (1000 × 1002 )

66
= 0,609
fy
m =
0,85× f ' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,609
400 ]
= 0,0015
Karena ρmin > ρ maka digunakan ρ = 0,0035
Asperlu = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 100
= 350 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n =
0,25× π × D2
350
=
0,25× π × 102
= 4,456 ≈ 5
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 5 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 392,699 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b
392,699× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 6,160 mm
a
c =
β1
6,160
=
0,836

67
= 7,368 mm

εs =( dx−c
c )
× 0,003

=(
12,4522 )
100−7,368
× 0,003

= 0,0377
Karena nilai εs = 0,0377 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn (
= Ast × fy dx−
a
2 )
6,160
= 392,699 × 400 × (100 - )
2
= 15224159,13 Nmm
= 15,224 kNm
Ø Mn = 0,9 × 15,224
= 13,70174 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)
13,70174 ≥ 4,936 (OK)
Menghitung Spasi
1000
Spasi =
5
= 200
Spasi terpakai 200 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
200 ≤ 3(125)
200 ≤ 375 (OK)
Jadi tulangan yang digunakan yaitu D10 – 200 mm dan memenuhi
syarat
b. Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y
MLy = 1,446 kNm

68
= 1446112,5 Nmm
Mn = MLy / 0,9
= 1446112,5/ 0,9
= 160679,667 Nmm
Rn = Mn / (1000 × dy2 )
= 8052721,152 / (1000 × 90 )
= 0,233
fy
m = '
0,85× f c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,233
400 ]
= 0,0018
Karena ρ < ρmin maka digunakan ρ = 0,0035
Asperlu = ρ × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 90
= 315 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n =
0,25× π × D2
315
= 2
0,25× π × 10
= 4,011 ≈ 5
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 5 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 392,699 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b

69
392,699× 400
=
0,85× 30 ×1000
¿ 6,160 mm
a
c =
β1
6,160
=
0,836
= 7,368 mm

εs =( dx−c
c )
× 0,003

=(
7,368 )
90−7,368
×0,003

= 0,0336
Karena nilai εs = 0,0336 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn (
= Ast × fy dy−
a
2 )
6,160
= 392,699 × 400 × (90 −¿ )
2
= 13653362,8 Nmm
= 13,653 kNm
Ø Mn = 0,9 x 13,653
= 12,288 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)
12,288 ≥ 1,446 (OK)
Menghitung Spasi
Spasi = 1000/n
= 1000/5
= 200
Spasi terpakai 250 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h

70
200 ≤ 3(125)
200 ≤ 450 (OK)
Jadi tulangan yang digunakan yaitu D10 – 200 mm dan memenuhi
syarat
c. Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X
MTx = 7,679 kNm
= 7678857,375 Nmm
Mn = MTx / 0,9
= 7678857,375 / 0,9
= 8532063,75 Nmm
Rn = Mn / (1000 × dx2 )
= 8532063,75 / (1000 × 1002 )
= 0,9033
fy
m = '
0,85× f c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
[ √
15,686
1− 1−
2 ×15,686 × 0,9033
400 ]
= 0,0023
Karena ρmin > ρ maka digunakan ρ = 0,0035
Asperlu = ρ × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 100
= 350 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
As perlu
n =
0,25× π × D2
350
=
0,25× π × 102
= 4.45 ≈ 5

71
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 5 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 392,699 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a = '
0,85× f c × b
392,699× 400
=
0,85× 30 ×1000
= 6,160 mm
a
c =
β1
6,160
=
0,836
= 7,368 mm

εs =( dx−c
c )
× 0,003

=(
12,4522 )
100−7,368
× 0,003

= 0,0377
Karena nilai εs = 0,0377 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy dx−( a
2 )
6,160
= 392,699 × 400 × (100 - )
2
= 15224159,13 Nmm
= 15,224 kNm
Ø Mn = 0,9 × 15,224
= 13,70174 kNm

Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)


ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)

72
13,70174 ≥ 7,679 (OK)
Menghitung Spasi
1000
Spasi =
5
= 200
Spasi terpakai 200 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
200 ≤ 3(125)
200 ≤ 375 (OK)
Jadi tulangan yang digunakan yaitu D10 – 200 mm dan memenuhi
syarat
d. Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y
MTy = 5,206 kNm
= 5206005 Nmm
Mn = MTy / 0,9
= 5206005 / 0,9
= 5784450 Nmm
Rn = Mn / (1000 × dy2 )
= 5784450 / (1000 × 902 )
= 0,8401
fy
m =
0,85× f ' c
400
=
0,85× 30
= 15,686

ρ =
1
m [ √
1− 1−
2 ×m× Rn
fy ]
=
1
15,686[ √
1− 1−
2 ×15,686 × 0,8401
400 ]
= 0,0022
Karena ρmin > ρ maka digunakan ρ = 0,0035

73
Asperlu = ρ × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 90
= 732,5478 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D10
AS perlu
n =
0,25× π × D2
315
= 2
0,25× π × 10
= 4,011 ≈ 5
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 5 × 0,25 × 𝜋 × 102
= 392,699 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a = '
0,85× f c × b
392,699× 400
=
0,85× 30 ×1000
¿ 6,160 mm
a
c =
β1
6,160
=
0,836
= 7,368 mm

εs =( dx−c
c )
× 0,003

=(
7,368 )
90−7,368
×0,003

= 0,0336
Karena nilai εs = 0,0336 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy dy−( a
2 )

74
6,160
= 392,699 × 400 × (90 −¿ )
2
= 13653362,8 Nmm
= 13,653 kNm

Ø Mn = 0,9 x 13,653
= 12,288 kNm
Cek kapasitas momen : (SNI 2847-2019 Pasal 8.5.1.1)
ØMn (kNm) ≥ Mu (kNm) (SNI 2847-2019 Pasal 21.2.2)
12,288 ≥ 5,206 (OK)
Menghitung Spasi
Spasi = 1000/n
= 1000/5
= 200
Spasi terpakai 250 mm
Cek : Syarat spasi (SNI 2847-2019 Pasal 7.7.2.3)
S ≤ 3h
200 ≤ 3(125)
200 ≤ 450 (OK)
Jadi tulangan yang digunakan yaitu D10 – 200 mm dan memenuhi
syarat
Tabel 4.20 Rekapitulasi Pelat
Lapangan Tumpuan
Jenis Letak
Mu Jumlah Tulangan Mn Mu Jumlah Tulangan Mn
X 7,871 D10 - 200 13,702 12.244 D10 - 200 13,7017
S1
Y 2,306 D10 - 200 12,288 8.301 D10 - 200 12,2880
X 9,136 D10 - 150 13,702 15.059 D10 - 150 16,3376
S2
Y 3,313 D10 - 150 12,288 10.943 D10 - 150 14,6411

IV.4.4 Perhitungan Balok Lift


IV.4.4.1 Data Perencanaan
Lift digunakan sebagai sarana transportasi vertikal utama yang
melayani pemberhentian pada tiap lantai yang dilalui. Pada gedung ini
direncanakan 3 unit lift (2 unit bersebelaha dan 1 unit di area sisi belakang

75
gedun) dengan kapasitas angkut beban masing-masing sebesar 825 kg (11
orang). Lift yang akan digunakan adalah jenis Mitsubishi Electric dengan
tipe P11-CO60 W.

Gambar 4.25 Plan of Hoistway, Machine Room & Hoistway


(Sumber: Spesifikasi lift tipe P11-CO60 W)

Tabel 4.21 Spesifikasi Lift Tipe P11-CO60 W Produksi Mitsubishi Electric


Cage Size Machine room
Hoitstway size
Capacity Internal dimentions
(mm)
(kg) (A × B) (mm)
(mm) X×Y OH P M.A × M.B M.H
825 1400 ×1650 1850 × 1910 3700 1600 1850 × 1910 2500
(Sumber: Spesifikasi lift tipe P11-CO60 W)

76
Gambar 4.26 Layout Balok Penggantung (BP) Lift 1
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Data perencanaan balok penggantung Lift 1
Panjang balok = 6,0 m
Dimensi balok = 250 mm × 400 mm
fc’ = 30 MPa
fy = 400 MPa
D tulangan = 16 mm
Ø sengkang = 10 mm
IV.4.4.2 Pembebanan
1. Beban Terpusat
a. Beban Hidup
Berat kapasitas lift = 825 kg
Berat sangkar lift = 2 × kapasitas angkat
= 2 × 825 kg
= 1650 kg
Beban hidup total = Beban Hidup + Beban kejut akibat gerakan
dinamik = (825 + 1650) + 0,3 × (825 + 1650)
= 3217,5 kg
b. Beban Mati
Berat mesin lift = 600 kg
Dengan menggunakan kombinasi pembebanan 1,2 DL + 1,6LL didapat
hasil berikut:

77
Pu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (600) + 1,6 (3217,5)
= 5868 kg
2. Beban Merata
Beban merata terdiri beban sendiri balok penggantung lift dan beban
mati tambahan berupa beban sendiri pelat dan beban sendiri balok anak,
semua beban pada beban merata merupakan beban mati.

Gambar 4.27 Permodelan beban pada Balok Penggantung (BP) Lift 1


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Dengan menggunakan data perencanaan dan beban dilakukan analisis pada
perhitungan gaya dalam balok lift pada ETABS (digunakan kombinasi
envelope), sehingga didapatkan nilai gaya geser, momen tumpuan dan
lapangan balok lift sebagai berikut:

Gambar 4.28 Bidang Gaya Dalam pada Balok Penggantung


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)

78
IV.4.4.3 Perhitungan Tulangan Lentur Balok Penggantung Lift
h = 400 mm
b = 250 mm
fc’ = 30 MPa
fy = 400 MPa
D tulangan = 16 mm
Ø sengkang = 10 mm
p (Selimut) = 40 mm
Panjang balok = 6,0 m

1. Perhitungan Tinggi Efektif (d)


D
d = h− p−Ø−
2
−16
= 400 – 20−10
2
= 342 mm
d’ = h−d
= 400 −342
= 58 mm
2. Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√f ' c
4 × fy

=
√30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar yaitu =
0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan berikut:

79
Karena 28 < f’c = 30 < 56 MPa maka
f ' c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × f ' c 600
ρb = ×
fy 600+ fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,0319

Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:


fy
0,003+
ρmax = 250000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 250000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,020
3. Perhitungan Penulangan Lentur
a. Perhitungan Tulangan Tumpuan
Mu = 61,2504 kNm
= 61250400 Nmm
Mu
Rn =
ϕ × b ×d 2
61250400
= 2
0,9 ×250 ×342
= 2,327

ρ =
0,85× f ' c
fy [ √
1− 1−
2 × Rn
0,85 × f ' c ]
=
0,85× 30
400
1− 1− [ √
2× 2,327
0,85× 30 ]
= 0,00611

80
Karena ρ > ρmin maka digunakan ρ = 0,00510
Asperlu =ρ×b×d
= 0,00611 × 250 × 342
= 522,53 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D16
AS perlu
n = 2
0,25× π × D
522,53
= 2
0,25× π × 16
= 2,599 ≈ 3
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 3 × 0,25 × 𝜋 × 162
= 603,186 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b
603,186× 400
=
0,85× 30 ×250
= 37,847 mm
a
c =
β1
37,847
=
0,836
= 45,287 mm

εs =( d−c
c )
× 0,003

=(
45,287 )
342−45,287
×0,003

= 0,01966
fy
εt =
Es
400
=
250000
= 0,002
Karena nilai s > 0,005 dan s > ty, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9

81
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy d− ( )
a
2
37,847
= 603,186 × 400 × (342−¿ )
2
= 77950067,34 Nmm
= 77,950 kNm
Ø Mn = 0,9 × 77,950
= 70,155 kNm
Cek kapasitas momen :
ØMn (kNm) ≥ Mu
70,155 ≥ 61,2504 (OK)
Maka dipasang tulangan tekan 3D16
Tulangan Tarik
As = 50% × Asperlu
= 50 % × 522,53
= 261,266 mm2
AS perlu
n =
0,25× π × D2
261,266
= 2
0,25× π × 16
= 1,299 ≈ 4
Maka dipasang tulangan tarik 4D16
b. Perhitungan Tulangan Lapangan
Mu = 78,6487 kNm
= 78648700 Nmm
Mu
Rn = 2
ϕ × b ×d
78648700
=
0,9 ×250 ×3422
= 2,989

ρ =
0,85× f ' c
fy [ √
1− 1−
2 × Rn
0,85 × f ' c ]

82
=
0,85× 30
400
1− 1− [ √
2× 2,989
0,85× 30 ]
= 0,00797
Karena ρ > ρmin maka digunakan ρ = 0,00510
Asperlu =ρ×b×d
= 0,00797 × 250 × 342
= 681,39 mm2
Tulangan terpasang, yaitu D16
AS perlu
n = 2
0,25× π × D
681,39
=
0,25× π × 162
= 3,389 ≈ 4
Ast = n × 0,25 × 𝜋 × 𝐷2
= 4 × 0,25 × 𝜋 × 162
= 804,248 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a = '
0,85× f c × b
804,248× 400
=
0,85× 30 ×250
= 50,463 mm
a
c =
β1
50,463
=
0,836
= 60,383 mm

εs =( d−c
c )
× 0,003

=(
60,383 )
342−60,383
× 0,003

= 0,01399
fy
εt =
Es

83
400
=
250000
= 0,002
Karena nilai s > 0,005 dan s > ty, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy d−( a2 )
50,463
= 804,248 × 400 × (342−¿ )
2
= 101904201,49 Nmm
= 101,904 kNm
Ø Mn = 0,9 × 101,904
= 91,714 kNm
Cek kapasitas momen :
ØMn (kNm) ≥ Mu
91,714 ≥ 78,6487 (OK)
Maka dipasang tulangan tarik 4D16
Tulangan Tekan
As = 50% × Asperlu
= 50 % × 681,39
= 340,694 mm2
AS perlu
n =
0,25× π × D2
340,694
= 2
0,25× π × 16
= 1,694 ≈ 3
Maka dipasang tulangan tekan 3D16

IV.4.4.4 Perhitungan Tulangan Geser Balok Penggantung Lift


Vu = 92,2101 kN
Kapasitas geser beton dihitung dengan persamaan berikut :

84
Vc = 0,17 × λ × √ fc ' × b × d
= 0,17 × 1 × √ 30 × 250 × 342
= 79611,47 N
= 79,611 kN
øVc = 0,75 × Vc
= 0,75 × 79,611
= 59,709 kN
0,5 øVc = 0,5 × 59,709
= 29,854 kN
Karena Vu > øVc maka maka balok membutuhkan tulangan geser.
Berdasarkan SNI 2847 2019 pada kondisi tersebut harus dihitung dengan
persamaan berikut
Vu−∅ Vc
Av/s =
∅ × fy × d
92,2101−59709
=
0,75 × 400× 342
= 0,317 mm2/mm
Tulangan geser tiap bentang jarak tersebut harus dipasang dengan jarak
tertentu, dalam SNI 2847 2019 disyaratkan jarak maksimum tulangan
sengkang sebagai berikut
Vu−∅ Vc
Vs =

922101−59709
=
0,75
= 43335,33 N
= 43,3533 kN
Vc1 = 0,33 × √ f ' c × b× d ,
= 0,33 × √30 ×250 ×342
= 154539 N
= 154,539 kN
Karena nilai Vs < Vc1 maka, nilai S diambil dari nilai terkecil diantara :
Av fy d
S1 =
Vs

85
2
2× 0,25× π × 10 × 400 ×342
=
43,3533 ×103
= 495,87
S2 = d/2
= 342/2
= 171 mm
Av fy d
S3 =
0,35 b
2× 0,25× π × 102 × 400 ×342
=
0,35 ×250
= 613,96 mm
S4 = 600 mm
Maka S diambil sebesar 100 mm
Av/S = 0,317 mm2/mm
= 0,317 mm2 × 150
= 47,52 mm2
Sehingga berdasarkan perhitungan digunakan tulangan transversal yaitu 2
leg dengan diameter 10 mm (Av = 47,52 mm2). Maka tulangan transversal
dipasang D10-150 pada daerah tumpuan dan D10-200 pada daerah
lapangan.

Tabel 4.22 Rekapitulasi Penulangan Balok Lift


Tul.Sengkang
Penampang Tumpuan Lapangan
Tumpuan Lapangan
Atas 3D - 16 3D - 16
BL1 2 leg D10-150 2 leg D10-200
Bawah 4D - 16 4D – 16
Atas 2D - 16 2D - 16
BL2 2 leg D10-150 2 leg D10-150
Bawah 2D - 16 2D - 16
(Sumber: Dokumen Pribadi,2022)

86
IV.4.5 Perhitungan Balok Anak
IV.4.5.1 Perhitungan Tulangan Lentur Balok Anak
Perhitungan tulangan balok anak umumnya berkonsep pada
diagram regangan balok yang terjadi. Perhitungan tulangan pada balok anak
dengan kriteria desain:
h = 450 mm E = 200000 N/mm2 D sengkang = 10 mm

b = 250 mm fy = 400 N/mm2 D lentur = 16 mm


p = 40 mm f’c = 30 N/mm2
Diketahui mutu beton f’c = 30 MPa, maka didapat nilai 1 = 0,836
Maka,
d = h – (p + D10 + (0.5 x D16))
= 450 – (40 + 10 + 8) = 392 mm
d' = p + D10 + (0.5 x D16)
= 40 + 10 + 8 = 58 mm
Dari perhitungan ETABS, didapatkan nilai gaya geser, momen tumpuan dan
lapangan adalah sebagai berikut:
Gaya Geser Tumpuan = - 70,3113 kN
Momen Tumpuan = -96,8353 kNm
Momen Lapangan = 69,885 kNm
Tulangan direncanakan menggunakan tulangan ganda D16.
1. Tulangan Lentur Tumpuan
Mu = 96,8353 kNm = 9683,53 x 104 Nmm
a. Menentukan nilai a dan c
Asumsi awal tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik sudah
leleh:
Mu
∅ ( a2 )+Cs × ( d−d ' )
=Cc × d− (1)

Dengan Rumus  sebagai berikut:


0,85× f ' c × a× b
ρ =
b × d × fy−¿ ¿
0,85 .30 . a . 250
=
250 .392 . 400−¿¿

87
6375. a
=
(
39200000− −29400000 . ( a−48,88
a ))
(2)
Persamaan 2 disubstitusikan ke persamaan 1
96835300
=
0,9

( a2 )+( 0,5. ρ .b . d . Es . 0,003 ) × ( d−d ' )


( 0,85 × f ' c × a ×b ) × d −

96835300
=
0,9

( )
(
a 6375. a
( 0,85 .30 . a .250 ) × 392− + 0,5. . 250. 392.20

( ))
2
39200000− −29400000 .
a (
a−48,88

Dari hasil trial and error terhadap nilai (a), maka diperoleh nilai
a = 46,86 mm dan nilai c = 56.056 mm.
b. Kontrol Regangan Tulangan Tekan Pada Balok
εs’ ≤ εy

( c−dc ' )× 0,003 ≤


fy
Es

( 56.057−d
56.057 )
'
× 0,003 ≤
400
200000
−0,0001<0,002 , maka didapatkan Asumsi Benar
c. Perhitungan Rasio Tulangan
6375. a
ρ =
(
39200000− −29400000 . ( a−48,88
a ))
6375.46,86
=
(
39200000− −29400000 . ( 46,86−48,88
46,86 ))
= 0,00739
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400

88
= 0,0035
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
fy 600+fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,0319
fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,0199
Karena ρmin < ρ < ρmaks, maka yang digunakan adalah ρ = 0,00739

d. Perhitungan Tulangan
As tarik = 0,00739 × 250 × 392
= 724,354 mm2
As tekan = 0,5 × 0,00739 × 250 × 392
= 362,177 mm2
Digunakan tulangan D16,
jumlah tulangan:
724,354
ntarik =
0,25× π × 162
= 3,603 ≈ 5 buah
(5 buah tulangan, As Tarik = 1005,310 mm2)
362,177
ntekan = 2
=1,801≈ 3 buah
0,25× π × 16
= 1,801 ≈ 3 buah
(3 buah tulangan, As Tekan = 603,186 mm2)
e. Kontrol Kekuatan

89
Gambar 4.29 Diagram Tegangan-Regangan Balok Anak pada
Tumpuan
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)

 Menghitung nilai εs’, Cs, Ts, dan Cc

εs’ = ( c−dc ' )× 0,003 εs’


= As tekan× (
c )
c−d '
Cs ×0,003 × Es

=402,124 ×(
c )
c −d '
×0,003 ×200000

= 241274 , 316 × (
c )
c−58
N

Cc =0,85 × f ' c × β 1 ×c ×b
= 5329,5 c N

Ts = As tarik × fy
= 724,354 × 400
= 40212,860 N
 Menghitung nilai (c) yang didapat dari hasil trial and error dari
persamaan
Cc + Cs =Ts

5329,5 c + 241274.316 ( c−dc ' ) = 402123.860 N

Didapat nilai c sebesar = 68.508 mm


Sehingga didapat nilai:
Cc = 5329,5 ×68,508
= 365115,286 N

90
68.508−58
Cs = 241274,316 ×
68.508
= 37008,573 N
Cek Asumsi:

 εs’ = ( c−dc ' ) × 0,003 < εy =


fy
Es

=(
68.508 )
68.508−58 400
× 0,003 <
200000
= 0,00046 < 0,002

 εs =( d−c
c )
× 0,003

=(
68.508 )
392−68.508
× 0,003

= 0,0147
fy
 εy =
Es
400
=
200000
= 0,002
εs’ < εy
0,00046 < 0,002
Εs > εy
0,0147 > 0,002
Asumsi tulangan tekan belum leleh, benar. Dan tulangan tarik
sudah mengalami leleh sudah terpenuhi. Karena εs = 0,0147 >
0,002, maka penampang termasuk ke dalam terkendali tarik dengan
Ø = 0,9.
 Menghitung kapasitas momen

Mn (
= Cc × d−
(β1×c)
2 )
+ Cs× ( d−d ' )

−( 0,836 ×68,508 )
= 37008,573 × (392 ) + 37008,573× (392−¿
2
52)
= 145030434.4 Nmm

91
= 145,031 kNm
∅ Mn > Mu
130,527 kNm > 96,835 kNm (OK)
2. Tulangan Lentur Lapangan
Mu = 69,885 kNm
= 6988,5 × 104 Nmm
a. Menentukan nilai a dan c
Asumsi awal tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik sudah
leleh:
Mu

a
( )
= Cc × d− +Cs × ( d−d ' )
2
(1)
Dengan Rumus  sebagai berikut:
0,85 x f ' c x a x b
ρ =
b x d x fy−¿ ¿
0,85 .30 . a . 250
=
250 .392 . 400−¿¿
6375. a
=
(
39200000− −29400000 . ( a−48,88
a ))
(2)
Persamaan 2 disubstitusikan ke persamaan 1
69885000
=
0,9

( a2 )+( 0,5. ρ .b . d . Es . 0,003 ) × ( d−d ' )


( 0,85 × f ' c × a ×b ) × d −

69885000
=
0,9

( )
(
a 6375. a
( 0,85 .30 . a .250 ) × 392− 0,5. . 250.392. 200

( ))
2
39200000− −29400000.
a−48,88
a (
Dari hasil trial and error terhadap nilai (a), maka diperoleh nilai
a = 38,22 mm dan nilai c = 45.720 mm.

b. Kontrol Regangan Tulangan Tekan Pada Balok

92
εs’ ≤ εy

( )
c−d '
c
× 0,003 ≤
fy
Es

( 45.720−58
45.720 )
×0,003 ≤
400
200000
-0,0008 < 0,002 maka didapatkan Asumsi Benar
c. Perhitungan Rasio Tulangan
6375. a
ρ =
(
39200000− −29400000 . ( a−48,88
a ))
6375 . 38,22
=
(
39200000− −29400000 . ( 38,22−48,88
38,22 ))
= 0,00509
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400
= 0,0035
0,85× β 1 × F ' c 600
ρb = ×
fy 600+fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,0319
fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,0199
Karena ρmin < ρ < ρmaks, maka yang digunakan adalah ρ = 0,00509
d. Perhitungan Tulangan
As tarik = 0,00509 × 250 × 392
= 490,887 mm2
As tekan = 0,5 × 0,00509 × 250 × 392

93
= 245,444 mm2
Digunakan tulangan D16, jumlah tulangan:
490,887
ntarik = 2
0,25× π × 16
= 2,441 ≈ 5 buah
(5 buah tulangan, As Tarik = 1005,310 mm2)
245,444
ntekan = 2
=1,221≈ 3 buah
0,25× π × 16
= 1,221≈3 buah
(3 buah tulangan, As Tekan = 603,186 mm2)
e. Kontrol Kekuatan

Gambar 4.30 Diagram Tegangan-Regangan Balok Anak pada


Lapangan
(Sumber: Dokumen Pribadi, AutoCAD,2022)
 Menghitung nilai εs’, Cs, Ts, dan Cc

εs’ = ( c−dc ' )× 0,003 εs’


= As tekan× (
c )
c−d '
Cs ×0,003 × Es

= 402,124 ×(
c )
c −d '
×0,003 ×200000

= 241274,316 × (
c )
c−58
N

Cc =0,85 × f ' c × β 1 ×c ×b
= 5329,5 c N
Ts = As tarik × fy
= 724,354 ×400
= 402123,860

94
 Menghitung nilai (c) yang didapat dari hasil trial and error dari
persamaan
Cc + Cs = Ts

5329,5 c+ 241274,316 ( c−dc ' ) = 402123,860 N

Didapat nilai c sebesar = 68.508 mm


Sehingga didapat nilai:
Cc = 5329,5 × 68,508
= 365115,286 N

Cs = 241274.316 × ( 68,508−58
68,508 )
= 37008,573 N
Cek Asumsi:

 εs’ =( c−dc ' ) × 0,003


=(
68,508 )
68,508−58
× 0,003

= 0,00046

 εs = ( d−c
c )
× 0,003

=(
68,508 )
392−68,508
× 0,003

= 0,0147
fy
 εy =
Es
400
=
200000
= 0,002
εs’ < εy
0,00046 < 0,002
Εs > εy
0,0147 > 0,002
Asumsi tulangan tekan belum leleh, benar. Dan tulangan tarik
sudah mengalami leleh sudah terpenuhi. Karena εs = 0,0143 >

95
0,002, maka penampang termasuk ke dalam terkendali tarik dengan
Ø = 0,9.
 Menghitung kapasitas momen

Mn (
= C c × d−
2 )
( β 1 × c)
+Cs × ( d−d ' )

−( 0,836 ×68,508 )
= 37008,573× (392 ))+37008,573×(392-52)
2
¿145030434,4 Nmm
¿ 145,031 kNm
∅ Mn > Mu
130,527 kNm > 69,885 kNm (OK)

IV.4.5.2 Perhitungan Tulangan Geser Balok Anak


1. Perhitungan Tulangan Geser Tumpuan
Vu = 70,3113 kN
= 70311,3N
Kuat Geser Beton:
Vc = 0,17 × √ f ' c × b × d
= 0,17 × √ 30 × 250 × 392
= 89461,35 N
∅ Vc = 0,75 × 89461,35
= 67096,013 N
Karena ∅Vc < Vu, maka dibutuhkan tulangan geser.
 Menghitung Kuat Geser Tulangan
Gaya geser yang harus dipikul oleh tulangan geser (Vs) adalah:
Vs perlu = Vu  ∅Vc
= 70311,3  67096,013
= 3215,287 N
Dipakai tulangan geser 2 leg D10, Av = 157,079 mm2
Vs = Av × fy
= 157,079 × 400
= 62831,853 N
Vs perlu > Vs (OK)
 Menentukan Spasi

96
Jarak antar sengkang dapat dihitung dengan:
Av × fy ×d
S =
Vs perlu
157,079× 400 ×392
=
3215,287
= 7660,308 mm
 Syarat spasi maksimum pada tulangan geser:
d
s =
2
392
=
2
Av × fy
s =
0,35× bw
157,079× 400
=
0,35 ×250
= 718,078 mm
s = 600 mm
Jadi digunakan tulangan geser dengan konfigurasi sebagai berikut:
Daerah Tumpuan digunakan 2 D10-150 (Av = 157,08 mm2)
Daerah Lapangan digunakan 2 D10-200 (Av = 157,08 mm2)
Tabel 4.23 Rekapitulasi Penulangan Balok Anak
TUMPUAN LAPANGAN
Tul. Tul
PENAMPANG Jumlah Jumla
Mu Mn Mu Mn Sengkang Confine
Tul h Tul
Atas 96,835 5D -16 130,527 0 3D -16 81,695 2 leg - D10 2 leg - D
BA1
Bawah 0 3D -16 81,695 69,885 5D -16 130,527 - 200 150
Atas 85,841 5D -16 112,431 0 3D -16 81,695 2 leg - D10 2 leg - D
BA2
Bawah 0 3D -16 81,695 61,069 5D -16 112,431 - 200 150
Atas 226,475 6D -22 295,749 0 6D -22 295,7497 3 leg - D10 3 leg - D
BA3
Bawah 0 3D -22 144,768 0 3D -22 144,768 - 200 200
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

IV.4.6 Perhitungan Balok Induk


IV.4.6.1 Perhitungan Tulangan Lentur Balok Induk
Dilakukan perhitungan tulangan lentur balok B1 dengan data sebagai
berikut:
h = 650 mm
b = 350 mm

97
f’c = 30 Mpa
fy = 400 Mpa
1. Perhitungan Batas Rasio Tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
Rasio tulangan minimum (ρmin) dihitung berdasarkan persamaan
berikut:

ρmin =
√f ' c
4 × fy

=
√ 30
400
= 0,0034
1,4
ρmin =
fy
1,4
=
400
= 0,0035
Dari hasil perhitungan diatas maka digunakan nilai ρmin terbesar yaitu =
0,0035
Rasio tulangan balance (ρb) dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Karena 28 < f ' c = 30 < 56 MPa maka
'
f c−28
β1 = 0,85−0,05( )
7
30−28
= 0,85−0,05( )
7
= 0,836
0,85× β 1 × f ' c 600
ρb = ×
fy 600+ fy
0,85× 0,836 ×30 600
= ×
400 600+400
= 0,032
Rasio tulangan maksimum (ρmax) dihitung berdasarkan berikut:
fy
0,003+
ρmax = 200000 × ρb
0,003+ 0,005
400
0,003+
= 200000 × 0,032
0,003+ 0,005

98
= 0,023
2. Analisis Tulangan Lentur Beton Bertulang
a. Tulangan Tumpuan
 Momen Negatif
Mu = 772,000 kNm
Mu
Rn =
ϕ × b ×d 2
772000000
= 2
0,9 ×350 ×589
= 7,064

ρ =
0,85× f ' c
fy [ √
1− 1−
2 × Rn
0,85 × f ' c ]
=
0,85× 30
400 [ √
1− 1−

0,85× 30 ]
= 0,02
Karena ρmin < ρ < ρmax, maka digunakan ρ
Asperlu =ρ×b×d
= 0,02 × 350 × 589
= 4123 mm2
Luas tulangan minimum komponen struktur lentur:
0,25 √ f ' c
Asmin1 = ×b × d
fy
0,25 √ 30
= ×350 ×589
400
= 708,941 mm2
1,4
Asmin2 = × b ×d
fy
1,4
= × 350 ×589
400
= 724,832 mm2
As ≥ Asmin ... (OK).
Kebutuhan tulangan tarik
4123
N = 2
0,25× π × 22

99
= 10,386 ≈ 11 buah
Ast = n × 0,25 × π × D2
= 11 × 0,25 × π × 222
= 4181,459 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b
4181,459 × 400
=
0,85 ×30 ×350
¿ 187,404 mm
a
c =
β1
187,404
=
0,836
= 224,168 mm

εs =( d−c
c )
× 0,003

=(
224,168 )
589−224,168
× 0,003

= 0,0051
Karena nilai εs = 0,0051 > 0,005, maka penampang termasuk ke
dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy d− ( a2 )
187,404
= 4181,459 × 400 × (589 −¿ )
2
= 899,175 kNm
Ø Mn = 0,9 × 899,175
= 809,257 kNm
Ø Mn > Mu ………………… Penampang Kuat
 Momen Positif
Mu = 598,446 kNm

100
Mu
Rn = 2
ϕ × b ×d
598446000
= 2
0,9 ×350 ×591,67
= 5,426

ρ =
0,85× f ' c
fy [ √
1− 1−
2 × Rn
0,85 × f ' c ]
=
0,85× 30
400 [ √
1− 1−
2× 5,426
0,85× 30 ]
= 0,015
Karena ρ < ρmin < ρmax, maka digunakan ρ
Asperlu =ρ×b×d
= 0,015 × 350 × 591,67
= 3228,360 mm2
Luas tulangan minimum komponen struktur lentur:
0,25 √ f ' c
Asmin1 = ×b × d
fy
0,25 √ 30
= ×350 ×591,67
400
= 708,905 mm2
1,4
Asmin2 = × b ×d
fy
1,4
= × 350 ×591,67
400
= 724,796 mm2
As ≥ Asmin ... (OK)
Kebutuhan tulangan tarik
3228,360
n = 2
0,25× π × 22
= 8,49 ≈ 9 buah
Ast = n × 0,25 × π × D2
= 9 × 0,25 × π × 222
= 3421,19 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)

101
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b

3421,19× 400
=
0,85× 30 ×350
¿ 153,33 mm
a
c =
β1
153,33
=
0,836
= 183,41 mm

εs =( d−c
c )
× 0,003

=( ) × 0,003
591,67−183,41
183,41
= 0,0067
Karena nilai εs = 0,0067 > 0,005, maka penampang termasuk
ke dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy d− ( a2 )
153,33
= 3421,19 × 400 × (591,67 −¿ )
2
= 742,289 kNm
Ø Mn = 0,9 × 742,289
= 668,06 kNm
Ø Mn > Mu ………………… Penampang Kuat
b. Tulangan Lapangan
 Momen Positif
Mu = 559,98 kNm
Mu
Rn =
ϕ × b ×d 2
559980000
= 2
0,9 ×350 ×591,67
= 5,078

102
ρ =
0,85× f ' c
fy [ √
1− 1−
2 × Rn
0,85 × f ' c ]
=
0,85× 30
400 [ √
1− 1−
2× 5,078
0,85× 30 ]
= 0,014
Karena ρmin < ρ < ρmax, maka digunakan ρ
Asperlu =ρ×b×d
= 0,014 × 350 × 591,67
= 2961,079 mm2
Luas tulangan minimum komponen struktur lentur:
0,25 √ f ' c
Asmin1 = ×b × d
fy
0,25 √ 30
= ×350 ×591,67
400
= 708,905 mm2
1,4
Asmin2 = × b ×d
fy
1,4
= × 350 ×591,67
400
= 724,796 mm2
As ≥ Asmin ... (OK).
Kebutuhan tulangan tarik
2961,079
n =
0,25× π × 222
= 7,78 ≈ 9 buah
Ast = n × 0,25 × π × D2
= 9 × 0,25 × π × 222
= 3421,19 mm2
Menghitung nilai regangan (ε) dan faktor reduksi (Ø)
A st × fy
a =
0,85× f ' c × b
3421,19× 400
=
0,85× 30 ×350
¿ 153,33 mm

103
a
c =
β1
153,33
=
0,836
= 183,41 mm

εs =( d−c
c )
× 0,003

=( ) × 0,003
591,67−183,41
183,41
= 0,0067
Karena nilai εs = 0,0067 > 0,005, maka penampang termasuk
ke dalam terkendali tarik dengan faktor reduksi Ø = 0,9
Menghitung momen nominal (Mn)

Mn = Ast × fy d− ( a2 )
153,33
= 3421,19 × 400 × (591,67 −¿ )
2
= 742,289 kNm
Ø Mn = 0,9 × 742,289
= 668,06 kNm
Ø Mn > Mu ………………… Penampang Kuat
IV.4.6.2 Perhitungan Tulangan Geser Beton Balok Induk
a. Kapasitas Momen Probable
Perhitungan momen probable pada balok dihitung dengan
mengasumsikan sendi plastis terbentuk di ujung – ujung balok dengan
tegangan tulangan lentur mencapai hingga 1,25fy dan ø = 1. Diameter
tulangan geser yang digunakan adalah 10 mm
 Titik 1 (goyangan ke kanan)
1,25× As × fy
apr_1 =
0,85 × f ' c ×b
1,25× 4181,46 × 400
=
0,85 ×30 ×350
= 234,255 mm

104
apr
Mpr_1 = 1,25 × As × fy × (d - )
2
234,255
= 1,25 × 4181,46 × 400 × (589 - )
2
= 986,557 kNm
a. Titik 2 (goyangan ke kanan)
1,25× As × fy
apr_2 = '
0,85 × f c ×b
1,25× 3421,194 × 400
=
0,85 ×30 ×350
= 191,664 mm
apr
Mpr_2 = 1,25 × As × fy × (d - )
2
191,664
= 1,25 × 3421,194 × 400 × (591,67 - )
2
= 848,174 kNm
Didapat gaya geser akibat gempa
Mpr 1 + Mpr 2
Vsway =
L
986,557+848,174
=
7
= 262,104 kN
b. Kebutuhan Tulangan Geser
Vg didapat dari kombinasi 1,2 D + 1L
Vg kiri = 201,624 kN
Vg kanan = 234,786 kN
maka
Vmax = Vg kanan
Vu = Vsway + Vg kanan
= 262,104 + 234,786
= 496,890 kN
Vc = 0,17 × √ f ' c × b × d
= 0,17 × √ 30 × 350 × 589
= 191,952 kN
Bila Ø Vc < Vmax, maka tetap diperlukan tulangan geser

105
Vu
Vs = −Vc
Ø
496,890
= −191,952
0,75
= 470,568 kN
Digunakan tulangan geser 10 mm dengan 4 kaki dan dipasang dengan
jarak sebagai berikut :
Av = n × π × d2
= 4 × π × 102
= 1256,637 mm2
S = Av × fy × d / Vs
= 1256,637 × 400 × 589 / 470568
= 629,162 mm
Maka digunakan Sengkang 4 leg D10-150mm
Untuk tulangan confinement dipasang pada jarak minimum dari
S1 = 8 × Diameter terkecil tulangan lentur
= 8 × 22
= 176 mm
S2 = 0.25 × d
= 0,25 × 589
= 147,25 mm
S3 = 24 × diameter tulangan geser
= 24 × 10
= 240 mm
S4 = 300 mm
Maka dipasang tulangan confinement 4 leg D10-100 mm

106
Tabel 4.5 Rekapitulasi Penulangan Balok Induk

107
IV.4.7 Perhitungan Kolom SRPMK
Kolom yang dipakai pada struktur ini memiliki beberapa tipe kolom
berdasarkan tulangannya. Perencanaan kolom dimulai dengan menggunakan
analisis komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial
pada bangunan dengan kategori gedung Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK) berdasarkan ketentuan Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2019 Pasal 21.6. Gambar 4.49. dan
4.50. merupakan posisi dari kolom pada grid 4B yang diambil untuk
perhitungan.

Gambar 4.31 Kolom KC1 yang Ditinjau pada Tampak Atas


(Sumber: Dokumen Pribadi, AutoCAD,2022)

IV.4.7.1 Gaya Dalam pada Kolom


Hasil analisis struktur kolom yang digunakan berupa kombinasi
gaya aksial dan gaya geser, dan beban yang bekerja pada kolom. Kolom
yang ditinjau adalah kolom pada lantai 2, sehingga bagian yang ditinjau

108
hanya kolom lantai dibawahnya, kolom desain dan kolom lantai atasnya.
Gaya dalam yang bekerja pada kolom KC1 (Gambar 4.52 dan Gambar
4.53) dan kolom KC2 (Gambar 4.51) yang ditinjau akibat pengaruh beban
dan kombinasi pembebanan ditunjukkan pada gambar dan tabel berikut.
Gaya Aksial digunakan Kombinasi beban (1,2D +1,6 L)

Gambar 4.51. Hasil Output ETABS (Pu Atas)


(Sumber: Dokumen Pribadi,ETABS,2022)

Gambar 4.52. Hasil Output ETABS (Pu Tinjauan)


(Sumber: Dokumen Pribadi,ETABS,2022)

Gambar 4.53. Hasil Output ETABS (Pu Bawah)


(Sumber: Dokumen Pribadi,ETABS,2022)

109
Gambar 4.54. Hasil Output ETABS (Vu Tinjauan)
(Sumber: Dokumen Pribadi,ETABS,2022)
IV.4.7.2 Cek Struktur Rangka Portal Kolom Tinjauan
Pembesaran momen dapat terjadi apabila struktur termasuk
termasuk struktur bergoyang. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan
jenis struktur bergoyang atau tidak bergoyang. Suatu kolom dapat dianggap
tidak bergoyang apabila perbesaran momen pada ujung kolom akibat
pengaruh orde kedua tidak melebihi 5% dari momen ujung orde pertama.
Untuk mengecek suatu kolom bergoyang atau tidak bergoyang dapat
menggunakan persamaan berikut ini.

Q =
∑ Pu× ∆ o ≤ 0,05
Vus× Lc
Dimana:
Q : Indeks stabilitas suatu tingkat
Σ 𝑃u : Beban vertikal total pada tiap kolom di lantai tinjauan
Vus : Gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau
Δ𝑜 : Simpangan relatif antar tingkat orde pertama pada tingkat yang
ditinjau
Lc : Panjang kolom
Dari nilai Q < 0,05, maka suatu kolom dianggap tidak bergoyang. Setelah
itu nilai Q dicari berdasarkan kombinasi pembebanan yang dipakai.
Kombinasi yang dipakai itu sendiri adalah kombinasi yang menghasilkan
gaya Pu (vertikal kolom) terbesar, Berikut adalah tabel penentuan kolom.

110
Tabel 4.24 Analisa Struktur Rangka Portal Arah Sumbu X
Kombinasi Pembebanan ΣPu Vus x Δo x Lc Qx Keteran
Tidak
1,4D -4469,19 -52,28 0,05 3200 0,001
Bergoya
Tidak
1,2D+1,6L -5960,38 -80,73 0,08 3200 0,002
Bergoya
Tidak
1,2D+1L -5161,76 -67,26 0,07 3200 0,002
Bergoya
- Tidak
1,2D + 1L + 1EQx -5316,25 2,38 3200 0,018
216,57 Bergoya
Tidak
1,2D + 1L - 1EQx -5007,28 82,05 2,38 3200 0,045
Bergoya
Tidak
1,2D + 1L + 1EQx-RS -4944,86 95,03 2,38 3200 0,039
Bergoya
Tidak
1,2D + 1L + 1EQy -5190,76 -67,29 0,09 3200 0,002
Bergoya
Tidak
1,2D + 1L - 1EQy -5132,77 -67,23 0,05 3200 0,001
Bergoya
Tidak
1,2D + 1L + 1EQy-RS -5084,91 -64,89 0,19 3200 0,005
Bergoya
- Tidak
1.302D+1L+0.163 EQx-RS+0.0487EQy-RS -5449,02 1,85 3200 0,022
145,87 Bergoya
Tidak
1.302D+1L+0.0487 EQx-RS+0.163EQy-RS -5464,94 -62,77 0,63 3200 0,017
Bergoya
- Tidak
1.302D+1L+0.375 EQx-RS+0.113EQy-RS -5398,03 4,18 3200 0,048
145,87 Bergoya
Tidak
1.302D+1L+0.113 EQx-RS+0.375EQy-RS -5434,79 -51,93 1,35 3200 0,044
Bergoya
Tidak
1.302D+1L+0.1625EQx+0.04875 EQy -5514,53 -95,34 -1,50 3200 0,027
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L+0.1625EQx-0.04875EQy -5511,7 -95,34 -1,50 3200 0,027
Bergoya
- Tidak
1.3022D+1L - 0.1625 EQx + 0.04875 EQy -5464,33 1,65 3200 0,019
145,87 Bergoya
- Tidak
1.3022D+1L-0.1625EQx-0.04875EQy -5461,5 1,64 3200 0,019
145,87 Bergoya
Tidak
1.3022D+1L+0.04875EQx+0.1625EQy -5500,27 -78,37 -0,40 3200 0,009
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L+0.04875EQx-0.1625EQy -5490,84 -78,36 -0,40 3200 0,009
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L-0.04875EQx+0.1625EQy -5485,19 -63,80 0,55 3200 0,015
Bergoya
- Tidak
1.3022D+1L-0.04875EQx-0.1625EQy -5549,21 -3,55 3200 0,048
127,07 Bergoya
Tidak
1.3022D+1L+0.375EQx+0.1125EQy -5475,77 -63,79 0,54 3200 0,015
Bergoya
- Tidak
1.3022D+1L+0.375EQx-0.1125EQy -5542,69 -3,56 3200 0,048
127,07 Bergoya

111
Kombinasi Pembebanan ΣPu Vus x Δo x Lc Qx Keteran
Tidak
1.3022D+1L-0.375EQx+0.1125EQy -5433,35 -55,09 1,07 3200 0,033
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L-0.375EQx-0.1125EQy -5426,82 -66,77 1,65 3200 0,042
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L+0.1125EQx+0.375EQy -5516,27 -87,89 0,86 3200 0,017
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L+0.1125EQx-0.375EQy -5494,52 -87,86 -1,02 3200 0,020
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L-0.1125EQx+0.375EQy -5481,51 -54,29 1,17 3200 0,037
Bergoya
Tidak
1.3022D+1L-0.1125EQx-0.375EQy -5459,76 -54,27 1,15 3200 0,036
Bergoya
(Sumber: Dokumen Pribadi,2022)

Tabel 4.22. Analisa Struktur Rangka Portal Arah Sumbu X


Kombinasi Pembebanan ΣPu Vus y Δo y Lc Qy Keterangan
Tidak
1,4D
-4469,19 -21,17 -0,34 3200 0,022 Bergoyang
Tidak
1,2D+1,6L
-5960,38 -26,62 -0,55 3200 0,039 Bergoyang
Tidak
1,2D+1L
-5161,76 -23,44 -0,46 3200 0,031 Bergoyang
Tidak
1,2D + 1L + 1EQx
-5316,25 -23,77 -0,46 3200 0,032 Bergoyang
Tidak
1,2D + 1L - 1EQx
-5007,28 -23,12 -0,45 3200 0,031 Bergoyang
Tidak
1,2D + 1L + 1EQx-RS
-4944,86 -20,85 -0,23 3200 0,017 Bergoyang
- Tidak
1,2D + 1L + 1EQy
-5190,76 174,93 2,38 3200 0,022 Bergoyang
Tidak
1,2D + 1L - 1EQy
-5132,77 128,04 2,38 3200 0,030 Bergoyang
Tidak
1,2D + 1L + 1EQy-RS
-5084,91 144,85 2.38 3200 0,026 Bergoyang
Tidak
1.302 D + 1 L + 0.163 EQx-RS + 0.0487 EQy-RS
-5449,02 -16,36 -0,03 3200 0,003 Bergoyang
Tidak
1.302 D + 1 L + 0.0487 EQx-RS + 0.163 EQy-RS
-5464,94 -58,38 0,92 3200 0,027 Bergoyang
Tidak
1.302 D + 1 L + 0.375 EQx-RS + 0.113 EQy-RS
-5398,03 -10,68 0,17 3200 0,027 Bergoyang
Tidak
1.302 D + 1 L + 0.113 EQx-RS + 0.375 EQy-RS
-5434,79 159,60 2,75 3200 0,029 Bergoyang
Tidak
1.302 D + 1L + 0.1625EQx + 0.04875 EQy
-5514,53 -32,44 -0,84 3200 0,045 Bergoyang
Tidak
1.3022D + 1L + 0.1625EQx - 0.04875EQy
-5511,7 -17,65 -0,12 3200 0,012 Bergoyang
1.3022 D + 1L - 0.1625 EQx + 0.04875 EQy -5464,33 -32,33 -0,84 3200 0,044 Tidak

112
Kombinasi Pembebanan ΣPu Vus y Δo y Lc Qy Keterangan
Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L-0.1625EQx-0.04875EQy
-5461,5 -17,55 -0,12 3200 0,011 Bergoyang
- Tidak
1.3022D+1L+0.04875EQx+0.1625EQy
-5500,27 129,22 -1,69 3200 0,022 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L+0.04875EQx-0.1625EQy
-5490,84 -27,56 0,58 3200 0,036 Bergoyang
- Tidak
1.3022D+1L-0.04875EQx+0.1625EQy
-5485,19 256,83 -1,69 3200 0,011 Bergoyang
- Tidak
1.3022D+1L-0.04875EQx-0.1625EQy
-5549,21 236,84 -1,32 3200 0,010 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L+0.375EQx+0.1125EQy
-5475,77 234,85 0,90 3200 0,007 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L+0.375EQx-0.1125EQy
-5542,69 144,85 0,36 3200 0,004 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L-0.375EQx+0.1125EQy
-5433,35 90,46 -1,32 3200 0,025 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L-0.375EQx-0.1125EQy
-5426,82 90,46 0,36 3200 0,007 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L+0.1125EQx+0.375EQy
-5516,27 144,85 -3,27 3200 0,039 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L+0.1125EQx-0.375EQy
-5494,52 90,46 2,31 3200 0,044 Bergoyang
- Tidak
1.3022D+1L-0.1125EQx+0.375EQy
-5481,51 145,87 -3,27 3200 0,038 Bergoyang
Tidak
1.3022D+1L-0.1125EQx-0.375EQy
-5459,76 90,46 2,31 3200 0,044 Bergoyang
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)
IV.4.7.3 Kontrol Kelangsingan Kolom
Kontrol kelangsingan kolom dilakukan pada salah satu jenis kolom
dengan tinggi lantai 3,2 meter. diambil sampel dimensi kolom pada lantai 2
dengan dimensi kolom 1200 × 800 mm2. Pengaruh kelangsingan boleh
diabaikan apabila :
a. Untuk kolom yang tidak ditahan terhadap goyangan samping:
k ×lu  22
r
b. Untuk kolom yang ditahan terhadap goyangan samping:
k ×lu
r
≤ 34-12 ( )
M1
M2
dan
k ×lu
≤ 40
r
Nilai faktor panjang efektif k ditentukan berdasarkan nomogram pada SNI

113
2847:2019 pasal 6.2.5.1

Gambar 4.32 Faktor Panjang Efektif k


(Sumber : SNI 2847:2019)
IV.4.7.4 Kontrol Kelangsingan Kolom Lantai 2 (900 × 900)

Gambar 4.33 Ilustrasi Kondisi Kolom Tinjauan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)

Parameter ѰA dan ѰB ditentukan berdasarkan perhitungan berikut ini :

114
1. Tinjauan Arah X :
a. Kolom Tinjauan (KC1 900 x 900)
B = 900 mm
H = 900 mm
Lu = 3200 mm
f’c = 45 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 45
= 31528,558 MPa
I = 0,7 × 1/12 × 900 × 9003
= 38272500000 mm4
31528.558× 38272500000
EI/L =
3200
= 377086485790,92 Nmm
b. Kolom Bawah (KC1 900 x 900)
B = 900 mm
H = 900 mm
Lu = 3200 mm
f’c = 45 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 45
= 31528,558 MPa
I = 0,7 × 1/12 × 900 × 9003
= 38272500000 mm4
31528.558× 38272500000
EI/L =
3200
= 377086485790,92 Nmm
c. Kolom Atas (KC2 800 x 800)
B = 800 mm
H = 800 mm
Lu = 3200 mm
f’c = 45 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 45

115
= 31528,558 MPa
I = 0,7 × 1/12 × (800) × (800)3
= 23893333333,33 mm4
31528.558× 23893333333,33
EI/L =
3200
= 235413236671,18 Nmm

d. Balok Kanan (B13 350 x 650)


B = 350 mm
H = 650 mm
Lu = 8000 mm
f’c = 30 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 30
= 25742,96 MPa
1 3
Ig = ×350 ×650
12
= 2604166667 mm4
Ib = 0,35 × Ig
= 0,35 × 5400000000
= 911458333,3 mm4
25742,96× 911458333.3
EI/L =
8000
= 3910605933,58 Nmm
e. Balok Kiri (B22 250 x 500)
B = 250 mm
H = 500 mm
Lu = 6000 mm
f’c = 30 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 30
= 25742,96 MPa
1 3
Ig = ×250 ×500
12

116
= 8009895833 mm4

Ib = 0,35 × Ig
= 0,35 × 5400000000
= 2803463542 mm4
25742,96× 2803463542
EI/L =
8000
= 9021181297,87 Nmm
Ψ pada joint atas:
EI EI
KolomTinjauan+ Kolom Atas
L L
Ψa =
EI EI
Balok Atas Kanan+ Balok Atas Kiri
L L
= 47,36
EI EI
Kolom Tinjauan+ Kolom Bawah
L L
Ψb =
EI EI
Balok Atas Kanan+ Balok Atas Kiri
L L
= 58,32

117
Gambar 4.34 Penentuan Nilai k untuk Tinjauan Rangka Tidak
Bergoyang sumbu X
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2022)

Berdasarkan penentuan nilai k didapatkan nilai k = 1


Cek Kelangsingan :

Jari-jari kolom (r) =


√ I
A

=
√ 35840000000
960000
= 217,371 mm
k ×lu 1× 3200
=
r 217,371
= 14,398
Berdasarkan analisis pada program ETABS, didapatkan nilai momen
sebagai berikut:
M1 = 65.4426 kNm
M2 = -101.8514 kNm
Maka,
k ×lu
r
 ( MM 12 )
34−12

34−12 (
−138,1795 )
67,6891
14,398 

14,398 ≤ 39,878 (OK)

2. Tinjauan Arah Y :
a. Kolom Tinjauan (KC1 900 × 900)
B = 900 mm
H = 900 mm
Lu = 3200 mm
f’c = 45 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c

118
=4700 √ 45
= 31528,558 MPa
I = 0,7 × 1/12 × (900) × (900)3
= 38272500000 mm4
31528.558× 38272500000
EI/L =
3200
= 377086485790,92 Nmm

b. Kolom Bawah (KC1 900 x 900)


B = 900 mm
H = 900 mm
Lu = 3200 mm
f’c = 45 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 45
= 31528,558 MPa
I = 0,7 × 1/12 × (900) × (900)3
= 38272500000 mm4
31528.558× 38272500000
EI/L =
3200
= 377086485790,92 Nmm

c. Kolom Atas (KC2 800 x 800)


B = 800 mm
H = 800 mm
Lu = 3200 mm
f’c = 45 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 45
= 31528,558 MPa
I = 0,7 × 1/12 × (800) × (800)3
= 23893333333,33 mm4
31528.558× 23893333333,33
EI/L =
3200

119
= 235413236671,18 Nmm
d. Balok Kanan (B13 250 x 500)
B = 350 mm
H = 650 mm
Lu = 8000 mm
f’c = 30 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 30
= 25742,96 MPa
1 3
Ig = ×350 ×650
12
= 2604166667 mm4
Ib = 0,35 × Ig
= 0,35 × 5400000000
= 911458333,3 mm4
25742,96× 911458333.3
EI/L =
8000
= 3910605933,58 Nmm

e. Balok Kiri (B22 350 x 650)


B = 350 mm
H = 650 mm
Lu = 8000 mm
f’c = 30 Mpa
Ec = 4700 √ f ' c
=4700 √ 30
= 25742,96 MPa
1 3
Ig = ×350 ×650
12
= 2604166667 mm4
Ib = 0,35 × Ig
= 0,35 × 5400000000
= 911458333,3 mm4

120
25742,96× 911458333.3
EI/L =
8000
= 3910605933,58 Nmm

Ψ pada joint atas:


EI EI
KolomTinjauan+ Kolom Atas
L L
Ψa =
EI EI
Balok Atas Kanan+ Balok Atas Kiri
L L
= 29,70
EI EI
Kolom Tinjauan+ Kolom Bawah
L L
Ψb =
EI EI
Balok Atas Kanan+ Balok Atas Kiri
L L
= 36,58

Gambar 4.35 Penentuan Nilai k untuk Tinjauan Rangka Tidak


Bergoyang
Sumbu Y
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2022)
Berdasarkan penentuan nilai k didapatkan nilai k = 0,978

121
Cek Kelangsingan :

Jari-jari kolom (r)=


k ×lu
√ √
I
A
=
35840000000
960000
0,978× 3200
= 217,371 mm

=
r 217,371
= 14,398
Berdasarkan analisis pada program SAP2000, didapatkan nilai momen
sebagai berikut:
M1 = 10,2354 kNm
M2 = -57,6562 kNm
k ×lu
r
 34−12 ( MM 12 )
 34−12 (
−57,6562 )
10,2354
14,398

14,398 ≤ 36,130 (OK)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kolom tinjauan merupakan kolom


pendek.
Tabel 4.25 Rekapitulasi Kelangsingan Kolom (Arah Sumbu X)

Dimensi Kolom klu/r Syarat


Jenis Kolom Lu (mm) Keterangan
(mm2) (Arah X) klu/r
4000 21,596 39.659 Tidak Langsing
KA1 750 x 750
3200 17,277 45.247 Tidak Langsing
4000 16,197 36.545 Tidak Langsing
KB1 800 x 800
3200 16,197 31.973 Tidak Langsing
18,511 38.853 Tidak Langsing
KB2 700 x 700 3200
18,928 41.007 Tidak Langsing
22,082 42.754 Tidak Langsing
KB3 600 x 600 3200 22,082 40.692 Tidak Langsing
22,082 42.052 Tidak Langsing
24,090 41.932 Tidak Langsing
KB4 550 x 550 3200 24,090 45.106 Tidak Langsing
24,090 38.319 Tidak Langsing
4000 14,721 39.581 Tidak Langsing
KC1 900 x 900
3200 14,398 39.878 Tidak Langsing

122
Dimensi Kolom klu/r Syarat
Jenis Kolom Lu (mm) Keterangan
(mm2) (Arah
16,562X) klu/r
43.813 Tidak Langsing
KC2 800 x 800 3200
16,197 41.710 Tidak Langsing
18,511 42.107 Tidak Langsing
KC3 700 x 700 3200 18,511 40.453 Tidak Langsing
18,511 42.459 Tidak Langsing
21,596 42.657 Tidak Langsing
KC4 600 x 600 3200 21,596 45.654 Tidak Langsing
21,596 45.082 Tidak Langsing
4000 14,721 42.451 Tidak Langsing
KD1 900 x 900
3200 14,397 37.146 Tidak Langsing
16,561 23.126 Tidak Langsing
KD2 800 x 800 3200
16,561 41.526 Tidak Langsing

18,927 42.849 Tidak Langsing


KD3 700 x 700 3200 18,927 40.739 Tidak Langsing
18,927 25,570 Tidak Langsing
22,082 41,946 Tidak Langsing
KD4 600 x 600 3200 22,082 40,609 Tidak Langsing
22,082 41,555 Tidak Langsing
4000 17,665 42,845 Tidak Langsing
KE1 750 x 750
3200 17,277 42,845 Tidak Langsing
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)
Tabel 4.26 Rekapitulasi Kelangsingan Kolom (Arah Sumbu Y)

Dimensi Kolom Syarat


Jenis Kolom Lu (mm) klu/r Keterangan
(mm2) klu/r
(Arah Y)
4000 21.5962917 29.700 Tidak Langsing
KA1 750 x 750
3200 17.2770334 41.033 Tidak Langsing
4000 16.1972188 36.226 Tidak Langsing
KB1 800 x 800
3200 16.1972188 38.527 Tidak Langsing
18.4543247 38.621 Tidak Langsing
KB2 700 x 700 3200
18.9275125 39.777 Tidak Langsing
KB3 600 x 600 3200 22.0820979 45.116 Tidak Langsing
22.0820979 41.831 Tidak Langsing

123
Jenis Kolom Dimensi Kolom Lu (mm) klu/r Syarat Keterangan
(mm2) (Arah Y) klu/r
22.0820979 41.630 Tidak Langsing
24.0895613 43.343 Tidak Langsing
KB4 550 x 550 3200 24.0895613 35.790 Tidak Langsing
24.0895613 30.802 Tidak Langsing
4000 14.7213986 30.874 Tidak Langsing
KC1 900 x 900
3200 14.3975278 36.130 Tidak Langsing
16.5615734 24.319 Tidak Langsing
KC2 800 x 800 3200
16.5615734 32.838 Tidak Langsing
18.9275125 37.260 Tidak Langsing
KC3 700 x 700 3200 18.9275125 37.881 Tidak Langsing
18.9275125 43.636 Tidak Langsing
22.0820979 37.636 Tidak Langsing
KC4 600 x 600 3200 22.0820979 42.021 Tidak Langsing
22.0820979 29.281 Tidak Langsing
4000 14.7213986 29.221 Tidak Langsing
KD1 900 x 900
3200 14.3975278 39.049 Tidak Langsing
16.1475341 34.871 Tidak Langsing
KD2 800 x 800 3200
16.1972188 22.245 Tidak Langsing
18.5111072 34.995 Tidak Langsing
KD3 700 x 700 3200 18.5111072 43.908 Tidak Langsing
18.5111072 36.023 Tidak Langsing
21.5962917 43.253 Tidak Langsing
KD4 600 x 600 3200 21.5962917 34.355 Tidak Langsing
21.5962917 43.133 Tidak Langsing
4000 17.6656783 31.346 Tidak Langsing
KE1 750 x 750
3200 17.2770334 41.154 Tidak Langsing
(Sumber: Dokumen Pribadi,2022)
IV.4.7.5 Perhitungan Tulangan Kolom
Desain kolom SRPMK dilakukan berdasarkan dimensi kolom yang
dirangka oleh balok yang memberikan kontribusi momen dan gaya geser yang
besar, dengan begitu diharapkan desain kolom dapat mengakomodasi gaya

124
momen dan geser maksimum dan minimum. Kolom yang direncanakan adalah
kolom KC1 (1200 x 800 mm2) di lantai 2.

Gambar 4.50. Lokasi Perencanaan Kolom yang Ditinjau pada Portal Arah Y
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)

Data Perencanaan:
H = 3,2 m
b = 900 mm
h = 900 mm
f’c = 45 MPa
fy = 400 MPa
db = 29 mm
dp = 13 mm
p = 40 mm
ρmin = 1,4/fy
= 1,4/400
= 0,0035
d = h-(p+dp+db/2)
= 900-(40+13+32/2)
= 832,5 mm
Pu atas = 2935,0206 kN
= 2935020,6 N (Hasil Output ETABS)
Pu tinjauan = 3646,8194 kN

125
= 3646819,4 N (Hasil Output ETABS)
Pu bawah = 4112,3054 kN
= 4112305,4 N (Hasil Output ETABS)
Tul.terpasang (n) = 32 D 29
IV.4.7.6 Cek Syarat Kolom SRPMK
1. Dimensi kolom terkecil = 900 mm > 900 mm (OK)
2. Rasio dimensi kolom (b/h) = (900/900) = 1 > 0,4 (OK)
Pu ≤ 0,3 × Ag × f’c
3646819,4 N ≤ 0,3 × (900×900) × 25 = 10935000,00 N (OK)
1 2
3. Ast = n × × π × db
4
1 2
= 32 × × π ×29
4
= 21136,635 mm2

Ast > 0,01 × Ag


21136,635 mm2 > 0,01 × (900 × 900) = 8100 mm2 (OK)
Ast < 0,06 × Ag
21136,635 mm2 < 0,06 × (900 × 900) = 48600 mm2 (OK)
IV.4.7.7 Cek Kuat Lentur Minimum
Strong Column - Weak Beam Checking:
1. Menghitung Mn Balok:

Gambar 4.36 Penampang Balok B12 (65 x 35) cm


Data Balok:
P = 30 mm

126
d (+) (
= 650− 30+10+
22
2 )
= 599 mm

d (-) (
= 650− 30+10+ 22+
30
2 )
= 573 mm
a. Momen (-)
As × fy
a =
0,85× f ' c ×b
9(380,13)× 400
=
0,85 × 45× 350
= 102,221 mm

Mn = As × fy × d− ( a2 )
= 9 × (380,13) × 400 × 573− ( 102,221
2 )
= 714194474,283 Nmm
Mn = Mnb,ki
= 714,194 kNm
b. Momen (+)
As × fy
a =
0,85× f ' c ×b
6(380,13)× 400
=
0,85 × 45× 350
= 68,147 mm

Mn = As × fy × d− ( a2 )
(
= 6 ( 380,13 ) × 400× 599−
68,147
2 )
= 491672601,1 Nmm
Mn = Mnb,ki
= 491,673 kNm
2. Menghitng Mn Kolom:

127
Gambar 4.37 Penampang Kolom Bawah KC1 (90 x 90) cm
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)

Gambar 4.38 Penampang Kolom Atas KC2 (90 x 90) cm


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)

Perhitungan Mn menggunakan aplikasi PcaColumn yang dapat dilihat pada


Gambar 4.39 dan Gambar 4.40

128
Gambar 4.39 Hasil Perhitungan Mn Kolom (KC1)
(Sumber: Hasil Perhitungan, PcaColumn, 2022)

Gambar 4.40 Hasil Perhitungan Mn Kolom (KC2)


(Sumber: Hasil Perhitungan, PcaColumn, 2022)

Pu atas = 2935,021 kN, ФMn = 2830,3 kNm


Pu tinjauan = 3646,819 kN, ФMn = 3827 kNm
Pu bawah = 4112,305 kN, ФMn = 3932,9 kNm
Mnc,atas = 2830,3 / 0,65 = 4354,308 kNm
Mnc,tinjauan = 3827 / 0,65 = 5887,692 kNm
Mnc,bawah = 3932,9 / 0,65 = 6050,615 kNm

129
3. Cek struktur Strong Column Weak Beam bagian atas dengan syarat
sebagai berikut:
6
(Mnc,atas + Mnc,tinjauan) ≥ (Mnb,ka + Mnb,ki)
5
6
(4354,308 + 5887,692) ≥ (491,673 + 714.194)
5
11584 kNm ≥ 1194,364 kNm (OK)
4. Cek struktur Strong Column Weak Beam bagian bawah dengan syarat
sebagai berikut:
6
(Mnc,atas + Mnc,tinjauan) ≥ (Mnb,ka + Mnb,ki)
5
6
(5887,692 + 6050,615) ≥ (491,673 + 714,194)
5
12480.769 kNm ≥ 1194,364 kNm (OK)
Dari hasil pengecekan di atas didapat kesimpulan bahwa Strong Column
Weak Beam terpenuhi
IV.4.7.8 Tulangan Transversal
Cek syarat tulangan transversal :
Pu adalah gaya aksial tekan maksimum pada kolom
Pu = 4112.305 kN
0,3 x Ag x f’c = 10935 kN
Pu ≤ 0,3Agf’c (OK)
Karena Pu < 0.3 f’c Ag maka kontrol 2 rumus Ash/s persamaan a, dan b
pada SNI 2847 2019 Tabel 18.7.5.4
bc = 900 – 2(40) = 820 mm
Ach = 820 × (900 – 2 × 40) = 672400 mm2
Ag = 900 × 900 = 810000 mm2

Ash/s1 = 0,3 ×
bc × f ' c
fyt [( ) ]
Ag
Ach
−1

= 0,3 ×
820 × 45
400 [( ) ]
810000
672400
−1

= 5,663 mm2/mm
bc × f ' c
Ash/s1 = 0,09 ×
fyt

130
820 × 45
= 0,09 ×
400
= 8,303 mm2/mm
Digunakan yang terbesar Ash/s = 8,303 mm2 / mm
Jarak tulangan transversal dipasang sejarak nilai minimum dari persyaratan
berikut :
1 1
 bkolom = (900) = 225 mm
4 4
 6 dB = 6 (29) = 174 mm

( ) ( )
1 1
350− bc 350− ( 820 )
 So = 3 = 3 = 126 mm
100+ 100+
3 3
Sehingga jarak maksimum tulangan transversal yang dapat diambil adalah 100
mm, Maka luas tulangan transversal yang diperlukan, Ash Perlu

Ash perlu = Ash/s × s


= 8,303 × 100
= 830,25 mm2/mm
Di coba menggunakan tulangan 7 D 13
π
Ash pakai =n× × dB2
4
π
=7× × 132
4
= 929,126 mm2 > Ash perlu (OK)
Tulangan ini dipasang sepanjang Lo dari muka joint, Nilai Lo dipilih
berdasarkan nilai maksimum dari syarat di bawah ini
 Tinggi penampang kolom (h) = 900 mm
 1/6 dari bentang bersih struktur = 1/6 (2550) = 425 mm
 450 mm
Jadi sepanjang 800 mm dari muka hubungan balok kolom harus disediakan
sengkang tertutup (7 Leg D13 - 100) mm.
IV.4.7.9 Kekuatan Geser
Sengkang merupakan tulangan yang digunakan untuk menahan gaya
geser dalam komponen struktur. Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.6.1.1,
gaya geser (Ve) harus ditentukan dari peninjauan terhadap gaya-gaya

131
maksimum yang terjadi di muka-muka joint pada setiap ujung kolom. Gaya-
gaya joint ini harus ditentukan menggunakan kekuatan lentur maksimum
berdasarkan Mpr balok yang merangka ke joint. Nilai Ve tidak boleh kurang
dari geser terfaktor berdasarkan analisis struktur.

1. Nilai Ve1 terkait momen probabel dan geser balok (Balok B12) di bawah
ini.
Perhitungan nilai Mpr untuk balok (350 × 650) adalah sebagai berikut :
Mprb atas = Mnb,ki + Mnb,ka
= 714,194 + 491,673
= 1205,867 kNm
Mprb bawah = Mnb,ki + Mnb,ka
= 714,194 + 491,673
= 1205,867 kNm

Ln atas = 3,2 – ( 1000


650
) = 2,55 m

= 3,2 – (
1000 )
650
Ln tinjauan = 2,55 m

=4–(
1000 )
650
Ln bawah = 3,35 m

(1/ 2,55)
DF atas = = 0,5
(1/2,55)+(1/2,55)
(1/ 2,55)
DF bawah = = 0,57
(1/2,55)+(1/ 3,35)
Mprb atas × DF atas+ Mprb bawah× DF bawah
Ve1 =
lu
1205,867× 0,5+1205,867 ×0,57
=
2,55
= 504,949 kN
Nilai Ve1 dari langkah b tidak boleh kurang dari gaya geser terfaktor. Dari
hasil analisis menggunakan ETABS didapatkan nilai Ve2 = 259,412 kN.
Ve1 = 504,949 kN > Ve2 = 259,412 kN
Sehingga didapatkan nilai Vu = Ve = 504,949kN

132
Berdasarkan SNI 2947-2019 Pasal 18.7.6.2.1 tulangan transversal sepanjang
lo dapat mengasumsikan Vc = 0, apabila memenuhi syarat berikut ini :
a. Vu akibat gempa lebih besar dari 0,5 Ve2
0,5 Ve2 = 0,5×259,412
= 129,71 kN
Vu ≥ 0,5 Ve2
504,949 kN ≥ 129,71 kN (OK)

b. Gaya aksial terfaktor tidak melampaui Ag fc’ / 20


Ag fc’ / 20 = 900 × 900 × 45 / 20
= 1822,5 kN
Pu > Ag fc’ / 20
3646,819 kN > 1822,5 kN (Tidak OK, Maka nilai Vc  0)
2. Perhitungan Nilai Vc :
 Tulangan geser di sepanjang lo

Vc (
= 0,17 × 1+
14 Ag)
Pu× 103
× √ f ' c × bw × d

= 0,17 × ( 1+
14 × 810000 )
3
3646,819× 10
× √ 45 × 900× 832,5

= 1129219,448 N
= 1129,219 kN
Setelah mendapat nilai Vc selanjutnya menghitung Vs, reduksi 0.75
Checking :
Vu
< Vc
ϕ
673,266 kN < 1129,219 kN (OK)
Maka tidak digunakan tulangan geser namun hanya Avmin
b× s
Av min =
3× fy
900 ×100
Av min = = 75 mm2
3 × 400

133
Nilai Av tersebut sudah terpenuhi dengan menggunakan sengkang
tertutup ikat silang 7 leg D13 - 100 mm (Ash = 929,126 mm2). Karena
hasil Av min kurang dari Ash min pada bagian sebelumnya, maka
dengan perhitungan tulangan sengkang sebelumnya sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan tulangan geser di sepanjang lo.
Checking :
Ash × fy × d
Vs terpasang =
s
929,126 × 400× 832,5
=
100
= 3094 kN
Vs terpasang > Vu = 504,949 kN (OK)

 Tulangan geser di luar panjang Io


Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.5.5, di luar panjang lo
kolom harus diberi tulangan sengkang dengan spasi tidak melebihi
yang lebih kecil dari :
 6 D = 6 × 29 = 174 mm
 150 mm
Maka digunakan s = 150 mm
Checking:
Ash × fy × d
Vs terpasang =
s
929,126 × 400× 832,5
=
100
= 2062.659 kN
Vs terpasang > Vu = 504,949 kN (OK)

134
IV.4.8 Perencanaan Hubungan Balok – Kolom
Hubungan balok-kolom atau beam-column joint mempunyai peranan
yang sangat penting dalam perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi
dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Gaya yang
digunakan dalam perhitungan HBK disebabkan oleh gaya pada balok dan
kolom. Joint antara balok dan kolom harus dicek apakah kuat untuk menahan
gaya yang terjadi. Hubungan balok-kolom yang ditinjau adalah As C3 dan C6
pada denah lantai 2 seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

135
Gambar 4.41 Hubungan Balok-Kolom yang Ditinjau
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Hubungan balok-kolom yang akan digunakan sebagai contoh
perhitungan adalah beam-column joint dengan tinjauan empat muka yang
berada di tengah portal struktur gedung serta beam-column joint dengan
tinjauan tiga muka yang berada di tepi dari portal struktur gedung. Berikut
adalah contoh perhitungan untuk hubungan balok-kolom yang ditinjau.

136
IV.4.8.1 Beam – Column Joint Tinjauan Empat Muka

Gambar 4.42 Joint Tinjauan Empat Muka


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Pada ilustrasi di atas terlihat gaya-gaya yang bekerja pada
hubungan balok-kolom di tengah portal dimana gaya-gaya tersebut bekerja
akibat pengaruh dari balok dan kolom secara bersamaan. Gaya-gaya yang
dihasilkan dapat digunakan untuk merencanakan tulangan transversal
(sengkang) pada hubungan balok dan kolom. Pada saat terjadi gempa, ujung
balok mengalami kelelehan dengan momen Mpr terjadi di ujung balok
untuk muka kolom. Pemeriksaan joint shear dimaksudkan untuk
menghitung apakah joint mampu menahan Mpr yang berasal dari semua
balok yang bertemu di titik joint tertentu.
1. Penentuan Lebar Joint Efektif

Gambar 4.43 Daerah Efektif pada Hubungan Balok-Kolom


(Sumber: SNI 2847:2019, Persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung dan penjelasan)
Lebar joint efektif di tentukan menggunakan SNI 2847:2019 dengan
ketentuan tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut :

137
 b ≤ b’ + h = 350 + 900 = 1250 mm
 b ≤ b’ + 2x = 350 + 2 x 275 = 900 mm
Diambil nilai terkecil yaitu b = 900 mm
2. Penentuan Nilai Vn
Joint yang ditinjau adalah joint yang terletak pada tengah portal yang
mempertemukan kolom dengan empat buah balok. Untuk menentukan
nilai Vn untuk joint empat muka adalah sebagai berikut :
Vn ≤ 1,7 √ f c ' × Aj
≤ 1,7 √ 42 × 900 × 900
≤ 9237,197 kN
3. Gaya Geser pada Joint
Balok yang bertemu pada joint tinjauan adalah balok dengan tulangan
tarik 9D22 dan tulangan tekan 6D22.
 Bagian Kanan
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, didapatkan jumlah
tulangan longitudinal atas (tulangan tarik) yang terpasang pada
tumpuan balok kanan adalah sebesar 9D22. Sehingga gaya yang
bekerja pada baja tulangan balok kanan dihitung seperti berikut:
Tb1 = 9 × ¼ × π × D2 × 1,25 × fy
= 9 x ¼ π × 222 × 1,25 × 400
= 1330,464 kN
 Bagian Kiri
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, didapatkan jumlah
tulangan longitudinal bawah (tulangan tekan) yang terpasang pada
tumpuan balok kanan adalah sebesar 6D22. Sehingga gaya tekan
beton yang bekerja pada balok bagian kanan dihitung seperti
berikut:
Cb1 = Tb2
= 6 × ¼ π × 222 × 1,25 × 400
= 1140398 N
= 1140,398 kN
Tegangan geser yang bekerja pada kolom yaitu :

138
Mprb atas = 1205,867 kN
Mpr2 bawah = 1205,867 kN
DF atas = 0,50
DF bawah = 0,57
ln = 3,2 - 0,65
= 2,55 m
Mprb atas × DF atas+ Mprb bawah× DF bawah
Vcol1 =
ln
1205.867× 0,5+1205.867 ×0,57
=
2,55
= 504,949 kN
= 504949 N
Gaya geser yang bekerja pada joint didapatkan nilai sebagai
berikut:
Vu = Tb1 + Cb1 – Vcol1
= 1330464 + 1140398 – 504949
= 2346046,009 N
= 2346,046 kN
Vu 2346046.009
=
∅ 0,75
= 3128061.346 N
= 3128,061 kN
Checking :
Vu
 Vn

3128,061 kN ≤ 9237,197 N (OK)
4. Desain Sengkang Joint
Vu
Karena nilai ≤V c , maka tidak dibutuhkan tulangan pengekang.

Menurut (SNI Pasal 23.5.2.1) Harus ada tulangan confinement dalam
joint. Maka digunakan jumlah tulangan confinement setengah dari
tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom yaitu 7
leg D 13 – 200 (Ash = 929,13 mm2).
Ash × fy × d
Vsterpasang =
s

139
929,13 ×400 ×1128
=
200 ×1000
= 2794,811 kN

Gambar 4.44 Detail Penulangan HBK 4 Muka


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
IV.4.8.2 Beam-Column Joint Tinjauan Tiga Muka

Gambar 4.45 Joint Tinjauan Tiga Muka


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Pada Gambar 4.45 terlihat gaya-gaya yang bekerja pada hubungan
balok dan kolom di tepi portal dimana gaya-gaya tersebut bekerja akibat
pengaruh dari balok dan kolom secara bersamaan.
1. Penentuan Lebar Joint Efektif
Lebar joint efektif di tentukan menggunakan SNI 2847:2019 dengan
ketentuan tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut :

140
 b ≤ b’ + h = 350 + 900 = 1250 mm
 b ≤ b’ + 2x = 350 + 2 x 275 = 900 mm
Diambil nilai terkecil yaitu b = 900 mm
2. Penentuan Nilai Vn
Joint yang ditinjau adalah joint yang terletak pada tepi portal yang
mempertemukan kolom dengan tiga buah balok. Untuk menentukan
nilai Vn untuk joint tiga muka adalah sebagai berikut:
Vn ≤ 1,25 √ f c ' × Aj
≤ 1,25 √ 42 × 900 × 900
≤ 8049845 N
≤ 8049,845 kN
3. Gaya Geser Pada Joint
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, didapatkan jumlah tulangan
longitudinal atas (tulangan tarik) yang terpasang pada tumpuan balok
kanan adalah 9D22. Sehingga gaya yang bekerja pada baja tulangan
adalah sebagai berikut:
Tb1 = 9 × ¼ × π × D2 × 1,25 × fy
= 9 x ¼ π × 222 × 1,25 × 400
= 1330464 N
= 1330,464 kN
Tegangan geser yang bekerja pada kolom yaitu :
Mprb atas = 491,673 kN
Mpr2 bawah = 491,673 kN
DF atas = 0,50
DF bawah = 0,57
ln = 3,2 - 0,65
= 2,55 m
Mprb atas × DF atas+ Mprb bawah× DF bawah
Vcol1 =
ln
491.673 ×0,5+ 491.673 ×0,57
=
2,55
= 385,626 kN
= 385626 N

141
Gaya geser yang bekerja pada joint didapatkan nilai sebagai berikut :
Vu = Tb1 – Vcol1
= 1330464 – 385626
= 944839 N = 944,839 Kn
Vu 944,839
=
∅ 0,75
= 1259784,809 N
= 1259,784 kN
Checking :
Vu
 Vn

1259,784 kN ≤ 8049,845 kN
4. Desain Sengkang Joint
Vu
Karena nilai ≤ Vc, maka tidak dibutuhkan tulangan pengekang.

Menurut (SNI Pasal 23.5.2.1) Harus ada tulangan confinement dalam
joint. Maka digunakan jumlah tulangan confinement setengah dari
tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom yaitu 7
leg D 13 – 200 (Ash = 929,13 mm2).
Ash × fy × d
Vsterpasang =
s
929,13 ×400 ×1128
=
150 ×1000
= 2794,811 kN

142
Gambar 4.46 Detail Penulangan HBK 3 Muka
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
IV.5 Perhitungan Struktur Bawah
Pondasi pada struktur gedung ini direncanakan menggunakan pondasi tiang
bor beton (bored pile). Pada pondasi bored pile yang digunakan adalah tiang
kelompok yang disatukan dengan menggunakan footing/pile cap.

IV.5.1 Kombinasi Pembebanan


Digunakan kombinasi pembebanan LRFD (Load and Resistance Factor
Design) untuk perencanaan kapasitas kekuatan tiang pancang, pile cap, dan tie
beam
Kombinasi 1 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(100%Ex + 30%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L + 0,375EQx-RS + 0,1125EQy-RS
Kombinasi 2 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(30%Ex + 100%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L + 0,1125EQx-RS + 0,375EQy-RS
Kombinasi 3 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(100%Ex + 30%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L ±0,375EQx ± 0,1125EQy

143
Kombinasi 4 = (1,2+0,2SDS)D + 1,0L + Ω0(30%Ex + 100%Ey)(Ie/R)
= 1,3022D + 1L ± 0,1125EQx ± 0,375EQy
Digunakan kombinasi pembebanan ASD (Allowable Stress Design) untuk
kontrol daya dukung kelompok pondasi tiang pancang dan kontrol beban aksial
maksimum untuk satu tiang pancang.
Kombinasi 1 = (1,0+0,105SDS)D+0,75L+0,525Ω0(100% EQx+30%EQy)(Ie/R)
= 1,053D + 0,75L ± 0,197Ex ± 0,059Ey
Kombinasi 2 = (1,0+0,105SDS)D+0,75L+0,525Ω0(30%EQx +100%EQy)(Ie/R)
= 1,053D + 0,75L ± 0,059Ex ± 0,197Ey
Kombinasi 3 = (1,0+0,105SDS)D+0,75L+0,525Ω0(100%Qx-RS+30%Qy-RS)(Ie/R)
= 1,053D + 0,75L + 0,197 Qx-RS + 0,059 Qy-RS
Kombinasi 4 =(1,0+0,105SDS)D+0,75L+0,525Ω0(30%Qx-RS+100%Qx-RS)(Ie/R)
= 1,053D + 0,75L + 0,059 Qx-RS + 0,197 Qy-RS

IV.5.2 Data Penyelidikan Tanah


Dilakukan uji bore log untuk mengetahui nilai N-SPT tanah pada lokasi
bangunan. Hasil uji berupa nilai N-SPT akan digunakan untuk menghitung
daya dukung tanah pada lokasi. Berikut adalah tabel hasil pemeriksaan tanah

Tabel 4.27 hasil pemeriksaan tanah dengan uji bore log


Kedalaman (m) N-SPT Li (m) Li × N
2 3 2 6
4 5 2 10
6 4 2 8
8 9 2 18
10 18 2 36
12 17 2 34
14 24 2 48
16 22 2 44
18 14 2 28
20 18 2 36
22 26 2 52
24 38 2 76
Jumlah 24 396
Ns 16,50

144
(Sumber: Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas
Diponegoro)
IV.5.3 Data Perencanaan Pondasi Bored Pile
Pondasi direncanakan terbuat dari material beton bertulang
berpenampang lingkaran. Adapun spesifikasi teknis pondasi sebagai berikut:
Mutu beton (fc’) = 30 MPa
Mutu baja tulangan (fy) = 400 MPa
Diameter tiang = 0,8 m
Kedalaman rencana = 24 m
Luas pondasi (Ap) = 0,25 × π × D2
= 0,25 × π × 0,82 = 0,5027 m2
Luas Selimut (As) =π×D×H
= π × 0,8 × 24 = 60,319 m2
Tulangan Bore Pile = D19
Luas tulangan (Ab) = 0,25 × π × Db2
= 0,25 × π × 192 = 283,529 mm2
IV.5.4 Perhitungan Daya Dukung
Perhitungan daya dukung vertikal (aksial) pondasi didasarkan pada
daya dukung dasar tiang (Qp) dan daya dukung selimut tiang (Qs). Daya
dukung ultimate pondasi tiang pancang (Qu) diperoleh dengan menjumlahkan
daya dukung dasar tiang (Qp) dan daya dukung selimut tiang (Qs). Daya
dukung ijin (Qall) diperoleh dengan membagi Qu dengan safety factor (SF). Qall
dihitung dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode Meyerhoff, Metode
Reese & Wright, serta Metode L. Decourt.
1. Daya dukung tiang Metode Meyerhoff
8D = 8 × 0,8
= 6,4 m (di atas dasar tiang)
Sehingga nilai N1 adalah nilai N rata – rata kedalaman pada 17,6 m – 24 m
14+14+ 18+18+26+26+ 38+38
N1 =
7
= 19,2
4D = 4 × 0,8
= 3,2 m (di bawah dasar tiang)

145
Sehingga nilai N2 adalah nilai N rata – rata kedalaman pada 24 m – 27,2 m
38+30+30+29
N2 =
4
= 31,75
Np = 0,5 × (N1 + N2)
= 0,5 × (19,2 + 31,75)
= 25,475
Qp = 40 × Np × Ap
= 40 × 25,475 × 0,5027
= 512,205 ton
Ns = 16,50
Qs = 0,2 × Ns × As
= 0,2 × 16,50 × 60,319
= 199,051 ton
Nilai daya dukung untuk tiang
Qult = Qp + Qs
= 512,205 + 199,051
= 711,257 ton
= 7112,57 kN
Nilai kapasitas daya dukung ijin (Qall)
7112,57
Qall =
2,5
= 2845,026 kN
2. Daya dukung tiang Metode Reese & Wright
Daya dukung ujung pondasi (end bearing)
Untuk tanah non kohesif
qp = 7 × Np
= 7 × 38
= 266 ton/m2
Qp = qp × Ap
= 266 × 0,5027
= 133,706 ton
Daya dukung selimut bored pile (skin friction)

146
untuk tanah non kohesif
Ns = 16,50
untuk tanah non kohesif dengan N< 53 maka fs = 0,32 N
fs = 0,32 × Ns
= 0,32 × 16,50
= 5,280 ton/m2
Qs = fs × A s
= 5,280 × 60,319
= 318,481 ton
Daya dukung ultimate
Qult = Qp + Qs
= 133,706 + 318,481
= 452,188 ton
= 4521,88 kN
Nilai kapasitas daya dukung ijin (Qall)
4521,88
Qall =
2,5
= 1808,753 kN
3. Daya dukung tiang Metode L. Decourt
Daya dukung ujung pondasi (end bearing)
Nilai k untuk jenis tanah lanau berpasir dapat dilihat pada tabel 4.28. :
Tabel 4.28 Koefisien tanah menurut L. Decourt
Jenis Tanah Nilai K (ton/ m2)
Lempung 12
Lanau berlempung 20
Lanau berpasir 25
Pasir dan kerikil 40
(Sumber: Principles of Foundation Engineering, Braja M. DAS)
Jenis tanah merupakan tanah lempung maka digunakan k = 12 ton/m2
Np = 38
Qp = Np × k × Ap
= 38 × 25 × 0,5027
= 477,522 ton

147
Daya dukung selimut (skin friction)
Ns = 16,50
Ns
Qs =( +1) × As
3
16,50
=( +1) × 60,319
3
= 392,071 ton
Daya dukung ultimate
Qult = Qp + Qs
= 477,522+ 392,071
= 869,593 ton
= 8695,93 kN

Nilai kapasitas daya dukung ijin (Qall)


8695,93
Qall =
2,5
= 3478,371 kN

4. Rekapitulasi Daya Dukung Tiang Tunggal


Pada Tabel dan Gambar berikut adalah hasil perhitungan daya dukung
tiang tunggal dari Metode Mayerhoff, Metode Reese & Wright, serta
Metode L.Decourt.
Tabel 4.29 Rekapitulasi Daya Dukung Tiang Tunggal
Daya Dukung Ijin (Qall)
Metode
(kN)
Mayerhoff 2845,026
Reese & Wright 1808,753
L. Decourt 3478,371
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

148
Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang Tunggal
4000
3478.371
3500
3000 2845.026

Qall (kN)
2500
2000 1808.753
1500
1000
500
0
Mayerhoff Reese & Wright L. Decourt

Gambar 4.47 Grafik Daya Dukung Tiang Tunggal


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)
Hasil perhitungan dari ketiga metode di atas dipilih daya dukung terkecil
sebagai dasar perencanaan yaitu metode Reese & Wright sebesar 1808,753
kN.
IV.5.5 Penentuan Jumlah Tiang Pondasi
Perhitungan jumlah tiang bor (bored pile) dalam 1 titik joint pada
kolom dilakukan dengan persamaan :
Pu
n pondasi =
Qall
dimana
n : jumlah tiang pancang yang dibutuhkan
Pu : gaya vertikal (kN) sesuai dengan kombinasi pembebanan ASD
Qall : daya dukung ijin 1 tiang (kN)

Sehingga
Pu
n pondasi =
Qall
5251,46
=
1808,753
= 2,813 ≈ 4
IV.5.6 Perhitungan Tiang Kelompok
Perhitungan kapasitas tiang kelompok dilakukan dengan mengambil
sampel salah satu joint bangungan, yaitu joint di as C-5 pada bangunan dengan
jumlah pondasi tiang bor (bored pile) sejumlah 4 tiang bor
1. Konfigurasi Group Pile

149
a. Jarak antar tiang bor
Jarak antar as tiang bor kelompok (pile group) adalah:
s = 2,5 d + 0,02 L
Dimana:
s = Jarak minimum sumbu tiang (m)
Maka,
s = 2,5 (1,5) + 0,02 (24)
= 2,48 m, sehingga diambil jarak 2,50 m.
b. Jarak tiang bor ke tepi pile cap
Jarak as tiang ke tepi arah X dan Y diambil 900 mm
c. Dimensi pile cap
Dimensi penampang pile cap direncanakan :
B = 4300 mm
H = 4300 mm
t = 1250 mm
Pile cap dipasang memanjang searah sumbu X struktur. Dengan detail
pemasangan seperti Gambar 4.48 berikut

Gambar 4.48 Detail dan Pemasangan Pile Cap


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
2. Perhitungan Kapasitas Group Tiang Bor
Bidang gaya dalam pada
pondasi

150
Pu = 5251,46 kN
Mux = 264,815 kNm
Muy = 321,306 kNm

Gambar 4.49 Detail Pile Cap dengan 4 Tiang Bor


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Berat pile cap (W1) = (panjang × lebar × tinggi) × γbeton
= (4,3 m × 4,3 m × 1,25 m) × 2400 kg/m3
= 554070 kg
ΣPv = Pu + W1
= (5251,46 × 100) + 554070
= 580616 kg
= 580,616 kN

Nilai efisiensi pondasi kelompok tiang menurut Converse-Labarre dihitung


dengan persamaan berikut :
( n−1 ) × m+ ( m−1 ) × n
Eg = 1−θ
90 ×m× n
Dimana
n : Jumlah tiang dalam 1 baris = 2
m : Jumlah baris tiang = 2
d
θ = arc tan
s
0,8
= arc tan
2,5
= 17,745
( 2−1 ) ×2+ ( 2−1 ) ×2
Eg = 1−17,745
90 × 2× 2
= 0,803
Pgroup = n × Qall × Eg
= 4 × 1808,753 × 0,803

151
= 5808,536 kN
Checking :
Pgroup ≥ ƩPv
5808,536 kN ≥ 580,616 kN .............. (oke)

3. Kontrol Beban Maksimum (Pmaks) Pondasi 4 Tiang Bor

Gambar 4.50 Sumbu Pile Cap 4 Tiang Bor


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022_
Menghitung Pmax
P u M x × y max M y × x max
Pmaks = + +
n ny × ∑ x2 nx × ∑ y2

Dimana :
n : Banyaknya tiang = 4 buah
nx : Jumlah tiang dalam satu garis arah x = 2 buah
ny : Jumlah tiang dalam satu garis arah y = 2 buah
xmaks : Absis terjauh tiang = 1,25 m
ymaks : Ordinat terjauh tiang = 1,25 m
Σx2 : Jumlah kuadrat absis-absis tiang = 3,125 m
Σy2 : Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang = 3,125 m
Kontrol terhadap Pmaks
5251,46 264,815 ×1,25 321,306 × 1,25
Pmaks = + +
4 2× 3,125
2
2 ×3,125
2

= 1317,777 kN
Checking :
Qall 1 tiang ≥ Pmaks

152
1808,753 kN ≥ 1317,777 kN .............. (oke)

IV.5.7 Pondasi Tiang Bor yang Mendukung Beban Lateral


Pondasi tiang bor harus dirancang dengan memperhitungkan beban –
beban horizontal atau lateral, seperti beban gempa pada struktur bangunan.
Besarnya beban lateral yang harus didukung pondasi tiang bergantung dari
rangka bangunan yang menyalurkan gaya lateral tersebut ke kolom bagian
bawah. Perhitungan analisa gaya lateral tiang – tiang perlu dibedakan menurut
model ikatan dengfan pelat penutup tiang. Model ikatan tersebut sangat
mempengaruhi kekakuan tiang dalam mendukung beban lateral. Tiang – tiang
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
 Tiang ujung jepit (a > 60 cm)
 Tiang ujung bebas (a < 60 cm)
Nilai a adalah tinggi dari penanaman pondasi tiang bor ke dalam pile
cap. Selain dari nilai tinggi penanaman pondasi tiang ke dalam pile cap,
penentuan jenis tumpuan pada pondasi bisa berdasarkan jenis pondasi tiang
yang digunakan, yaitu dapat dikatakan jepit jika jenis pondasi yang digunakan
adalah pondasi tiang kelompok dan dapat dikatakan bebas jika pondasi tiang
tunggal.

1. Penentuan Jenis Tumpuan


a. Momen inersia penampang tiang
π
I = × D4
64
π
= × (800)4
64
= 3,927 × 1010 mm4
b. Modulus elastisitas bahan tiang bor adalah sebagai berikut :
Ec = 4700 √ f ' c
= 4700 √ 30
=25742,9602 Mpa
c. Kerapatan relatif dari pondasi tiang

153
Tabel 4.30 Nilai nh Tanah Non Kohesif / Granuler ( c = 0 )
Kerapatan relatif (Dr) Tak padat Sedang Padat
Interval nilai A 100 – 300 300 – 1000 1000 – 2000
nh, pasir kering atau lembab
(kN/m3) 2425 7275 19400
(Terzaghi)
nh, pasir terendam air (kN/m3)
1386 4850 11779
(Terzaghi)
5300 16300 34000
(Resse et al.)
(Sumber: Principles of Foundation Engineering, Braja M. DAS)
Nilai nh = 0,0194 N/mm3 untuk tanah non kohesif ( pasir kering atau
lembab) dengan kerapatan relatif padat menurut Terzaghi.

d. Faktor Kekakuan (T)


Nilai faktor kekakuan (T) dihitung dengan persamaan (2.116) sebagai
berikut:

( )
1
EI 5
T =
nh


10 4
25742,9602 MPa x 3,927 x 10 mm
=5
0,0194 N /mm3
= 2204,872 mm
= 2,205 m

Tabel 4.31 Kriteria Tiang Kaku dan Tiang Tidak Kaku


Jenis Tiang Modulus Tanah
Kaku (Pendek) L≤2.T L≤2.R
Elastis (Panjang) L≥4.T L ≥ 0,35 . R
(Sumber : Tomlinson,1977)
Berdasarkan perhitungan faktor kekakuan, kemudian nilai faktor
kekakuan dibandingkan dengan kedalaman (L) pondasi yang didesain
= 24 m
L ≥ 4×T
24 m ≥ 4 × 2,205
24 m ≥ 8,819 m

154
Sehingga, pondasi tiang masuk ke dalam kategori tiang tidak kaku
(panjang). Penentuan tumpuan ujung pondasi diasumsikan jepit karena
tinggi penanaman pondasi tiang bor (a) > 60 cm, dan pondasi tiang
termasuk ke dalam pondasi tiang kelompok (group pile).

2. Perhitungan Momen Kritis pada Tiang Bor


Perhitungan analisa momen kritis yang bekerja pada tiang dilakukan
dengan menggunakan metode Broms untuk tiang panjang pada tanah
kohesif dengan mengambil sampel untuk pondasi pada Kolom KC5
dengan data sebagai berikut:
Hu = Ve terbesar dari semua titik dengan tipe podasi sejenis
= 145,18 kN
Gaya dalam desain baik Vertikal, horizontal, maupun momen ini akan
bekerja langsung di atas pile cap pada pondasi tiang bor
Perhitungan momen kritis pada 1 pondasi tiang bor, diperoleh dengan
mengambil nilai Mu dari hubungan grafik Mu dengan Hu dengan grafik
Broms.
Hu = 145,18 kN
Hu 1 tiang bor = 36,295 kN
1+sin ∅ 1
Kp =
1−sin ∅ 2
1+31,0
=
1−sin 31,0
= 3,124
Perhitungan momen kritis :
Hu 36,295 kN
3 = 3
Kp x γ x D 3,124 x 15,8 x 0.8
= 1,436
Hu
Berdasarkan nilai 3 , kemudian nilai tersebut dimasukan ke
Kp x γ x D
dalam grafik Broms dengan cara menarik garis tegak lurus lurus pada
Mu
kurva ujung jepit (restrained), sehingga diperoleh nilai 4 .
Kp x γ x D

155
Gambar 4.51 Grafik Broms Untuk Tiang Panjang Pada Tanah Kohesif
(Sumber : Teknik Pondasi 2, 2004)

Momen kritis yang diperoleh :


Mu
4 = 0,8
Kp x γ x D
Mu = 0,8 × kp × γ × D4
= 120 × 3,124 ×15,8 × (0,8)4
= 16,174 kNm

IV.5.8 Perhitungan Tulangan Bored Pile


Gaya-gaya yang bekerja pada pondasi tiang bor (bored pile) di kolom
KC1 di as C-5 dengan 4 buah tiang adalah sebagai berikut:

156
Gambar 4.52 Sumbu Pile Cap (4 Tiang Bor)
(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Pu 1 tiang = Gaya aksial maksimum pada satu tiang bored pile (Pmaks)
Pu 1 tiang = 1317,777 kN
Mu = 16,174 kNm
Diameter tiang = 800 mm
D tulangan utama = 19 mm
d sengkang = 10 mm
Selimut (p) bore pile = 50 mm
Tinggi efektif (d) = D – p – d sengkang – ½ D tulangan utama
= 1500 – 50 – 10 – ½ × 19
= 730,5 mm
1. Desain Tulangan Utama
Pu 1 tiang = 1317,777 kN
Mu = 16,174 kNm

157
Persyaratan rasio tulangan penampang 0,01 < ρ < 0,06 Direncanakan
jumlah tulangan 20D19 dan dilakukan pengecekan terhadap batasan rasio
yang ada.
As 1 tiang = ¼ × π × D2 tiang
= ¼ × π × 8002
= 502654,825 mm2
As tulangan = 20 × ¼ × π × D2 tulangan utama
= 20 × ¼ × π × 192
= 5670,575 mm2
As tulangan
ρ =
As 1 tiang
5670,575
=
502654,825
= 0,0113
Syarat :
0,01 <ρ < 0,06
0,01 < 0,0113 < 0,06 (terpenuhi)
Sehingga digunakan tulangan 20 D19 pada pondasi tiang bor (bored pile)

Perhitungan kapasitas dilakukan dengan bantuan software PCAColumn


dan didapatkan diagram interaksi berikut:

Gambar 4. 53 Diagram Interaksi Bored Pile


(Sumber: Dokumen Pribadi,PcaColumn,2022)
Berdasarkan Gambar 4.77 dapat dilihat bahwa nilai Pu dan Mu yang
bekerja pada pondasi tiang bor dengan rasio penulangan 1,13% masih

158
berada di dalam diagram interkasi P-M tiang bor, sehingga dapat dikatakan
bahwa kapasitas pondasi mencukupi.

2. Desain Tulangan Sengkang


Pu = 5251,46 kN
Vu = 84,08 kN
Vu 1 tiang bor = 21,02 kN
Pu √ f ' c × D× d
Vc =1+ )
14 ×0,25 × π × D2 6
5251,46 ×103 √30 × 800× 730,5
= (1 + 2)
14 ×0,25 × π ×800 6
= 931590,550 N
= 931,591 kN
Syarat :
Vn < Vc
Vu / Ø < Vc
21,02 / 0,75 kN < 931,591 kN
28,026 kN < 930,139 kN.............. (oke)
Berdasarkan hasil nilai Vn < Vc, maka dibutuhkan tulangan geser minimum
Digunakan 2 Leg D10,
Syarat spasi sengkang
s < d/4
< 730,5/4
< 182,625 mm
s < 6 × diameter terkecil tulangan lentur utama bored pile
< 6 × 19
<114 mm
s < 150 mm
Sehingga digunakan tulangan sengkang 2 leg D10 – 100 mm pada pondasi
tiang bor ( bored pile ).

159
IV.5.9 Geser Pons pada Pile Cap
Elemen pile cap harus memiliki sifat yang rigid agar dapat menyalurkan
beban dari kolom ke pondasi tiang bor (bored pile). Tebal pile cap desain yang
digunakan sebesar 0,9 m. Perhitungan geser pons bertujuan untuk mengetahui
kemampuan tebal pile cap dalam menahan beban terpusat yang terjadi.
Pengecekan geser pons harus dilakukan berdasarkan akibat kolom KC1
(900x900) maupun tiang bor itu sendiri.

1. Kontrol Geser Pons Akibat Kolom


B = Lebar kolom = 900 mm
bo = Keliling dari penampang kritis pada pile cap
d =h-p
= 1250 – 50 = 1200 mm
a. Geser Pons Satu Arah

Gambar 4.54 Geser 1 Arah pada Pile Cap


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Pmaks = 1317,777 kN
Vu = 2 × Pmaks
= 2 × 1317,777
= 2635,5545 kN
Gaya geser pons nominal:
1
Vc = × √ fc ' ×b × d
6

160
1
= × √ 30 × 4300 ×1200
6
= 4710413,995 N
= 4710,414 kN
ØVc = 0,75 × Vc
= 0,75 × 4710,414
= 3532,810 kN
Checking :
ØVc > Vu
3532,810 kN > 2635,5545 kN .............. (oke)
b. Geser Pons Dua Arah

Gambar 4.55 Geser 2 Arah pada Pile Cap


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
Vu = Pu kolom terbesar dari semua titik dengan tipe podasi sejenis
= 6606,6 kN
Berdasarkan SNI 2847:2019 Pasal 22.6.5.2, nilai (Vc) untuk geser dua
arah harus diambil yang terkecil dari persamaan a), b). Dimana nilai
parameter perhitungan adalah sebagai berikut:
bo = Keliling penampang kritis
= 4 × (900+1200)
= 8400 mm
Maka,
Vc = 0,17 × √ fc ' × bo × d
= 0,17 × √ 30 × 8400 × 1200
= 9385773,745 N

161
= 9385,774 kN
ØVc = 0,75 × 9385,774
= 7039,330 kN
Checking :
ØVc > Vu
7039,330 kN > 6606,6 kN .............. (oke)

Berdasarkan kedua tinjauan geser pons akibat kolom KC1 (900 × 900)
ketebalan dari pile cap mencukupi untuk menahan geser pons yang
terjadi.

IV.5.10 Perhitungan Penulangan Pile Cap


Desain penulangan pada pile cap pondasi kolom KB1 di as B-2, direncanakan
menggunakan spesifikasi sebagai berikut :
B = 4500 mm
L = 4500 mm
H = 1250 mm
fc’ = 30 MPa
fy = 400 MPa
p = 50 mm
Dtul = 25 mm
Pu = 6606,6 kN
Mu = 16,174 kNm
1. Perhitungan tulangan pile cap arah x = arah y
6606,6 16,174
Pmaks = − = 1654,238 kN
4 1,252
6606,6 16,174
Pmin = − = 1649,062 kN
4 1,25
2

X = Jarak as kolom ke as pondasi bored pile


= 2,5 / 2
= 1,25 m
Mu = P maks × X
= 1654,238 × 1,25
= 4135,595 kNm

162
Sehingga Mu pada pile cap adalah 4135,595 kNm
Perhitungan tinggi efektif :
d = h – p – 0,5 × Dtulangan
= 1000 – 50 – 0,5 × 25
= 1187,5 mm
d’ =h–d
= 1250 – 1187,5 = 62,5 mm
Luas tulangan minimal (SNI 2847 – 2019 ) tidak boleh kurang dari :
1,4 x b x d
Asmin =
fy
1,4 x 4500 x 1187,5
=
400
= 17871,875 mm2
a. Perhitungan nilai a
Perhitungan rasio tulangan ( ρ ) untuk pile cap dihitung berdasarkan
penampang tulangan rangkap dan dihitung dengan persamaan berikut
Mu pile cap = 4135,595 kN m

( )
a
Mu a −d '
= 0,85 × fc’ × a × b × ( d - ) + 300 × b x d β ×
0,9 2 ×
a
0,85 × fc’ x a × b
×

( ( )
a
−d ' (d– d ' )
β
b ×d × f − 300 ×b × d ×
a
1048,791×10
6
a
= 0,85 × 30 × a × 4500 × ( 1187,5- ) + 300 × 4500 x 1187,5
0,9 2

( )
a
−62,5
0,836 ×
×
a
0,85 ×30 x a× 4500
×

( ( ))
a
−62,5 (1187,5 –
0,836
4500 ×1187,5 × 400− 300 ×4500 × 1187,5×
a
62,5 )
Dari hasil trial and error terhadap nilai a , maka diperoleh nilai a = 52,231
mm dan nilai c = 62,499 mm

163
b. Perhitungan rasio tulangan
Rasio tulangan harus memenuhi ρ min < ρ < ρ max , dimana rasio tulangan ( ρ
) rasio tulangan minimum ( ρ min ) , rasio tulangan balance ( ρ b), rasio
tulangan maksimum ( ρ maks) dihitung berdasarkan persamaan:
0,85× fc ' × a ×b

( ( )
a
ρ = −c
β
b ×d × fy− 300 ×b × d ×
a
=
0,85 ×30 ×52,231 × 4500

( ( )
52,231
−62,499
0,836
4500 ×1187,5 × 400− 300 x 4500 × 1187,5×
52,231
= 0,0028
1,4
ρ min =
400
= 0,0035

ρb = ( 0,85 ×400fc' × β ) × ( 600+


600
fy )

=( ) ×(
600+ 400 )
0,85 ×30 ×0,836 600
400
= 0,0320
400
0,003+
ρmax = 200000 × 0,032
0,003+ 0,005
= 0,020

Karena ρ min > ρ , maka digunakan ρ min = 0,0035


d. Perhitungan tulangan
Perhitungan kebutuhan tulangan dihitung dan jumlah tulangan yang
terpasang dihitung dengan persamaan:
As = ρ× b × d
maka
As tarik = 0,0028 × 4500 × 1187,5
= 17871,875 mm2
As tekan = 0,5 × 0,0035 × 4500 × 1187,5

164
= 8935,938mm2
Digunakan tulangan D25, maka
17871,875
ntarik =
0,25× π × 252
= 36,408 ≈ 38 buah ,
Astarik = 18653,206 mm2
8935,938
ntekan = 2
0,25× π × 25
= 18,204 ≈ 20 buah
Astekan = 9817,477 mm2
e. Menghitung nilai ε s’ , Cs , Cc , dan Ts
Asumsi tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik sudah leleh
c−62,5
ε s’ = × 0,003
c
c−62,5
Cs = 9817,477 × × 0,003 × 200000
c
c−62,5
= 5890486,225 ×
c
Cc = 0,85 × 30 × 0,836 c × 4500
= 95898,214 c
Ts = 18653,206 × 400
= 7461282,552 N

f. Menghitung nilai c yang didapat dari hasil trial dan error


Cc + Cs = Ts
c−62,5
95898,214 c + 589048,225 × = 7461282,552
c
Didapatkan nilai c sebesar 64,843 mm
g. Cek asumsi :
c−62,5
εs' = x 0,003 < εy
c
= 0,000108 < 0,002............. (oke)
1187,5−c
εs = x 0,003 > ε y
c
= 0,0519 > 0,002............. (oke)

165
Asumsi tulangan tekan belum leleh benar dan tulangan tarik sudah
mengalami leleh sudah terpenuhi . Karena ε s = 0,0519 > 0,005, maka
penampang termasuk ke dalam terkendali tarik dengan Ø = 0,9
h. Menghitung kapasitas momen terhadap Ts ( tulangan tarik )

Mn (
= Ts × d−
β ×c
2 ) + Cs × (d – d’)
(
= 7461282,552× 1187,5−
0,836 × 64,843
2 ) + 2128728,726 × (1187,5–
62,5)
= 11052927524 Nmm
= 11052,928 kNm
Ø Mn = 0,9 × 11052,928
= 9947,635 kN
Checking :
ØMn > Mu
9947,635 kNm > 4135,595 kNm .............. (oke)
Berdasarkan analisa yang sudah dilakukan, disimpulkan digunakan
tulangan pada pile cap :
Tulangan tarik = 38 D 25
s =B/n
= 4500 / 38
= 110,256 mm ≈ 100 mm
Jadi digunakan D25 –100 mm

Tulangan tekan = 20 D 25
s =B/n
= 4500 / 20
= 204,762 mm ≈ 200 mm
Jadi digunakan D25 – 200 m
IV.5.11 Perencanaan Tie Beam
Balok penghubung antar pile cap atau footing pondasi yang berfungsi
untuk mengantisipasi terjadinya tarikan atau tekanan oleh kolom yang

166
bergoyang dan meningkatkan kekakuan antar pile cap disebut dengan tie beam.
Goyangan tersebut dapat diakibatkan oleh momen dan gaya lateral yang terjadi
pada dasar kolom tumpuan.

Gambar 4.56 Denah Tie Beam


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)
1. Data Perencanaan
Hu = -145,18 kN
Mu = 625,667 kNm
H = 800 m
B = 600 mm
fc’ = 30 Mpa
fy = 400 Mpa
D = 22 mm
As = 380,133
Dsengkang = 10 mm
p = 50 mm
d = h – p – Sengkang – 0,5 × Dtulangan

167
= 800 – 50 – 13 – 11 = 715 mm
2. Kontrol tulangan utama Tie Beam
Tie Beam didesain dengan menggunakan tulangan 22 mm dengan jumlah
tulangan atas dan bawah sama yaitu n = 14. Dari data perencanaan
dilakukan pengecekan dengan menggunakan PcaColumn dan didapat hasil
sebagai berikut

Gambar 4.57 Kontrol aksial dan Lentur Tie Beam dengan Tulangan Utama
14D22 (ρg = 1,45%)
(Sumber: Dokumen Pribadi,PcaColumn,2022)
Berdasarkan Gambar 4.57, tie beam dengan tulangan utama terpasang
14D22 mampu menahan kombinasi gaya aksial dan momen lentur.

3. Perhitungan Tulangan Geser


Hu = 145,18 kN
Lnetto = L – Bpile cap
= 6000 – 3800
= 2200 mm
As × fy
a = '
0,85× f c × b

168
7 ( 380,133 ) × 400
=
0,85× 30 ×600
= 69,577 mm

Mn = As × fy× d− ( a2 )
(
= 7 ( 380,133 ) ×400 × 715−
69,577
2 )
= 724003240,4 Nmm
= 724,0032 kNm
Mkiri+ Mkanan
Vu =
Lnetto
724,0032+724,0032
=
2,2
= 658,185 kN
Hu× 103
Vc = 0 , 17 ×(1+ ) × √ f ' c ×b × d
14 Ag

( )
3
145,18× 10
=0 , 17 × 1+ × √ 30 ×600 ×7 15
14 (600 ×800)
= 408083,933 Nmm
= 408,084 kNm
ØVc = 0,75 × 408,084
= 306,063 kNm
Checking :
ØVc > Vu
306,063 kN > 658,185 kN .............. (dibutuhkan tulangan geser)
Vperlu = Vu −¿ ØVc
= 658,185 −¿ 306,063
= 352,122 kN
Digunakan tulangan geser 7 leg D10, Av = 929,126 mm2

Vs = Av × fy
= 929,126 × 400
= 371650,4109 N
= 371,650 kN
Checking

169
Vs Vperlu
371,650 > 352,122 .............. (oke)
Av fy d
S1 =
Vs
7 ×0,25 × π ×132 ×400 × 715
= 3
371,650 ×10
= 423,08 mm
S2 = d/4
= 715/2
= 357,50 mm
S terpakai = 300 mm

Gambar 4.58 Konfigurasi Tie Beam


(Sumber: Dokumen Pribadi,AutoCAD,2022)

170

Anda mungkin juga menyukai