Anda di halaman 1dari 25

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini secara tidak langsung telah

mendorong persaingan bisnis diberbagai bidang. Perusahaan harus memiliki

startegi dan metode yang tepat sehingga produknya dapat tetap bersaing dengan

produk kompetitor dan tetap menghasilkan keuntungan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

memperoleh laba yang maksimal, dapat bersaing di pasar, serta dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat. Untuk menghasilkanlaba suatu perusahaan dapat

melakukan dua cara. Cara pertama dengan menaikan harga jual dan cara kedua

dengan menekan biaya produksi secara efisien dan mengendalikan komponen

biaya-biayanya sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan

seminimal mungkin. (Henry dkk, 2018)

Menurut Supriyono (2000 : 288) harga pokok produksi adalah jumlah

biaya produksi yang melekat pada produk atau barang yang dihasilkan yang

diukur dalam satuan mata uang dalam bentuk kas yang dibayarkan atau nilai jasa

yang diserahkan atau dikorbankan, atau hutang yang timbul, atau tambahan modal

yang diperlukan perusahaan dalam rangka proses produksi baik pada masa lalu
9

maupun masa yang akan datang. Bastian (2008 : 40) mendefinisikan “Penentuan

harga pokok adalah bagimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau

jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau

hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.

Dalam menentukan harga pokok produksi, perusahaan harus menentukan

metode yang tepat sehingga nantinya dapat menghasilkan laba yang sesuai dengan

harapan dan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Dalam memperhitungkan

unsur-unsur biaya dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full

costing dan variable costing Sebuah indusri atau perusahaan yang proses

produksinya dimulai dengan mengolah bahan baku menjadi suatu produk jadi

sangat membutuhkan perhitungan atau penentuan harga pokok produksi yang

nantinya akan menjadi acuan dalam penentuan harga jual.

Pendekatan umum dalam penetapan harga jual adalah menambahkan

angka perkiraan laba (markup) pada harga pokok produksi, atau dengan kata lain

seluruh biaya atau total biaya penuh ditambah dengan presentase laba yang

diharapkan oleh perusahaan. Pendekatan ini disebut dengan cost-plus pricing

(Wiratna, 2016).

Home industry (Usaha Rumahan) merupakan sebuah UKM yang salah

satu kegiatannya bergerak di bidang industri kuliner dan salah satu produk

unggulannya adalah tempe. Penelitian ini akan membahas mengenai perhitungan

harga pokok produksi untuk jenis produk tempe yang diproduksi pada Home

Industry Bapak Mukhlis.


10

Selama ini, dalam melakukan perhitungan harga pokok dan harga

produknya, pihak produsen dalam hal ini Industri belum memasukan semua unsur

biaya yang dikeluarkan secara detail dalam proses produksi sehingga

menghasilkan informasi yang kurang tepat dan akurat dalam menentukan harga

pokok produksi serta harga jualnya. Oleh karena itu, untuk memperkecil

kesalahan yang terjadi, metode yang tepat digunakan untuk menghitung harga

pokok produksi adalah metode full costing, karena metode ini merupakan metode

penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi baik

yang bersifat tetap maupun variabel kepada produk.

Oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian “Analisis

Penghitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing” dengan

mengambil studi kasus pada Home Industry Bapak Mukhlis".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah teknik pengolahan industri tempe untuk menghasilkan

produk ?

2. Bagaimanakah teknik usaha Home industry tempe milik Bapak Mukhlis

menghitung harga pokok produksi ?

3. Bagaimanakah perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan

metode full costing ?


11

4. Bagaimana perbedaan metode perhitungan harga pokok produksi dan

metode full costing yang dilakukan peneliti pada Home industry tempe

milik Bapak Mukhlis?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai

peneliti adalah :

1. Untuk mengetahui teknik pengolahan industri tempe untuk menghasilkan

produk.

2. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi produk tempe yang

dilakukan oleh Home industry milik Bapak Mukhlis.

3. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode full

costing.

4. Untuk mengetahui perbedaan antara metode full costing dan metode yang

digunakan oleh Home industry tempe milik Bapak Mukhlis.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Akademis

Sebagai acuan bagi pembaca yang dapat dipakai dan dipelajari selama

kuliah.
12

2. Manfaat Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan rujukan (referensi) dan pembanding bagi

penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik atau bahasan yang sama.

3. Manfaat Praktis

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan informasi atau

masukan mengenai teori dan praktek dilapangan yang berhubungan

dengan tulisan ini.


13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Home Industry

Menurut Tambunan, (2002:71) home artinya rumah, tempat tinggal,

ataupun kampung halaman. Sedang industri, dapat dijabarkan sebagai kerajinan,

usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Home Industri adalah rumah usaha

produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil

karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil

secara jelas tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995, yang menyebutkan bahwa

usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp1.000.000.000.

Secara umum, dalam pengertian UKM (Usaha Kecil Menengah) biasanya

mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek nilai investasi awal jumlah asset dan

aspek jumlah tenaga. Menurut BPS jumlah tenaga kerjanya di antaranya : Industri

rumah tangga (home industry) tenaga kerjanya 5-9 orang, Industri kecil tenaga

kerjanya terdiri dari 10-19 orang, Industri sedang atau menengah tenaga kerjanya

berjumlah 20-99 orang, Industri besar tenaga kerjanya jumlahnya berkisar 100

orang atau lebih. Kriteria lainnya dalam UU No. 9 Tahun 1995 adalah milik WNI,
14

berdiri sendiri, hubungan langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah

atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun

tidak.

Rumah industri merupakan suatu lingkungan atau kondisi yang perlu

diciptakan dan dibangun agar landasan perubahan yang lebih kokoh dapat

diwujudkan antara lain melakukan upaya-upaya proses pengembangan sumber

daya manusia. Didalam era industrialilasi masyarakatnya diilustrasikan terdiri dari

masyarakat yang produktif yang didasari oleh sikap moral dan motivasi yang kuat

untuk maju beraturan, berkontribusi besar pada sifat keluarganya.

Dalam melangsungkan pembangunan industri, harus ditingkatkan langkah-

langkah untuk mengembangkan usaha pribadi lokal, untuk itu pemerintah harus

memberikan perhatian kepada pembangunan prasarana dan penciptaan situasi

positif yang menunjang perkembangan industri dalam hubungan ini wajib

diupayakan pengembangan edukasi, ketrampilan guna meningkatkan

produktivitas tenaga serta pengembangan kemampuan manajemen para pengusaha

lokal.

2.1.2 Harga Pokok Produksi

Menurut Winwin dan Ilham (dalam Henry, 2018) harga pokok produksi

yaitu biaya produk yang sudah diselesaikan selama satu periode. Perusahaan yang

menggunakan sistem harga pokok produksi akan menentukan karakteristik

manajemen perusahaan, namun pada dasarnya bertujuan sebagai dasar

pengendalian biaya produksi. Ada dua jenis sistem harga pokok produksi, yaitu :
15

1. Sistem harga pokok produksi sesungguhnya

2. Sistem harga pokok produksi ditentukan dimuka

Harga pokok produksi (Mulyadi, 2012:17) adalah cara memprediksi

unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi. Harga pokok produksi (Hansen,

Mowen, 2006:53) adalah harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang

yang ditanggulangi selama periode berjalan.

Dalam pengolahan produk, biaya digolongkan menjadi dua kategori

biaya : biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, seperti

bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik,

sedangkan biaya nonproduksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

nonproduksi, seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

Armanto Witjaksono(2013) mengutarakan bahwa harga pokok adalah

sejumlah nilai aktiva, tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut

difungsikan untuk membantu mendapatkan penghasilan, aktiva tersebut harus

dikonversikan ke beban. Sedangkan harga pokok produksi adalah mewakili jumah

biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu.

Perhitungan harga pokok produksi terdapat 2 (dua) pendekatan untuk

menentukan unsur-unsur biaya produksi. Perdekatan tersebut adalah metode full

costing dan metode variable costing. Metode full costing adalah metode

penentuan biaya produksi yang memperhitungkan unsur-unsur biaya produksi ke

dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
16

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik bersifat variabel maupun tetap.

Sedangkan metode variable costing adalah penentuan biaya produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya

produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik variabel

2.1.3 Teknik Akumulasi Harga Pokok Produksi

Teknik akumulasi harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara

produksi. Secara umum, ada dua macam cara dalam memproduksi produk yaitu :

produksi atas dasar pesanan dan produksi atas dasar proses. Penerapan dua teknik

tercatat pada sebuah perusahaan bergantung atas sifat atau karakteristik

pengolahan bahan menjadi produk jadi yang akan mempengaruhi teknik

akumulasi harga pokok yang digunakan. Adapun teknik tersebut (Supriyono,

2011:36) adalah sebagai berikut :

1) Teknik harga pokok pesanan (job order cost method)

Teknik harga pokok pesanan merupakan teknik akumulasi harga pokok

produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau

jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan

identitasnya. Pengolahan produk akan diawali sesudah datangnya pesanan

dari langganan/pembeli melalui surat pesanan penjualan (sales order),

yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan,

tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan.

2) Teknik harga pokok proses (process cost method)


17

Teknik harga pokok proses merupakan teknik akumulasi harga pokok

produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu,

misalnya : bulan, triwulan, semester, tahun. Pada teknik harga pokok

proses industri menghasilkan produk yang sama, bentuk bersifat umum,

dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

3) Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual

kepada pembeli, oleh karena itu sifat produk yang sama dan bentuknya

umum maka kegiatan dilakukan secara berlanjut atau terus-menerus.

2.1.4 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Menurut Rudianto (2013:157) dalam memproduksi suatu produk akan

diperlukan beberapa biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi siap

dijual. Dalam harga pokok produksi, biaya produksi yang bersangkutan dengan

pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi, biaya dalam perusahaan

manufaktur dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok biaya sebagai berikut :

1. Biaya Produksi, terdiri dari :

1) Biaya Bahan Baku.

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang akan

digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi dalam volume

tertentu.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terlibat secara

langsung dalam proses produksi. Tidak semua pekerja yang terlibat


18

dalam proses produksi selalu dikategorikan sebagai biaya tenaga kerja

langsung. Hanya pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses

menghasilkan produk perusahaan yang dapat dikelompokkan sebagai

tenaga kerja.

3) Biaya Overhead Pabrik.

Biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja

langsung tetapi juga tetap dibutuhkan dalam proses produksi.

Termasuk dalam kelompok biaya overhead pabrik ini adalah sebagai

berikut :

a) Biaya bahan penolong (bahan tidak langsung) adalah bahan

tambahan yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk

spesifik. Bahan penolong merupakan bagian bahan baku yang jelas

dibutuhkan oleh produk jadi, tetapi bukan merupakan elemen baku.

Tidak ada bahan penolong, suatu produk tidak akan pernah

menjadi produk yang siap pakai dan siap dijual.

b) Biaya tenaga kerja penolong (tenaga kerja tidak langsung) adalah

pekerja yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu barang namun

tidak berperan secara langsung dalam proses produksi. Tenaga

kerja penolong ialah tenaga kerja yang terus dibutuhkan, tetapi

bukan merupakan elemen baku. Namun tanpa tenaga kerja

penolong, proses produksi bisa terganggu.


19

c) Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya ekstra yang diperlukan

guna memperoleh suatu produk selain biaya bahan penolong dan

biaya tenaga kerja penolong.

2. Biaya Nonproduksi, meliputi :

1) Biaya pemasaran adalah untuk menampung total biaya yang

dikeluarkan perusahaan demi memasarkan barang dagangannya hingga

sampai ke tangan pelanggan.

2) Biaya administrasi dan umum adalah untuk menampung total biaya

operasi kantor.

2.1.5 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk perhitungan harga pokok

produksi yaitu metode full costing dan metode variable costing. Metode full

costing biasa disebut dengan absorption costing atau conventional, sedangkan

metode variable costing biasanya dikenal dengan sebutan direct costing.

2.1.6 Metode Full Costing

Metode full costing (Mulyadi, 2012 : 122) adalah metode harga pokok

produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap

maupun variabel kepada produk. Perhitungan Harga pokok produksi menurut

metode full costing sebagai berikut :

 Biaya Bahan Baku xxx

 Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

 Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx


20

 Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

 Harga Pokok Produk xxx

Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik (BOP) baik yang

berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi

atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau dasar BOP

sesungguhnya. Oleh karena itu, BOP tetap akan melekat pada harga pokok

persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku

dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila

produk tersebut telah terjual.

Sebab BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan l

dimuka pada kapasitas normal, maka dalam 1 (satu) periode BOP yang

sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi

pembebanan overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan

BOP kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah

dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan BOP lebih atau

kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga produk yang

masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam

proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak

terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka BOP tetap tidak

mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum produknya laku

dijual.

Manfaat informasi metode full costing sebagai berikut :


21

1. Pelaporan keuangan

2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)

3. Penentuan harga jual dalam cost-type contract

4. Penentuan harga jual normal

5. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk(2014),

melakukan studi pada usaha Las Palandan di Desa Palandan mengemukakan

bahwa praktik pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan analisis laba kotor

melalui metode full costing yang bertujuan untuk memenuhi persediaan di gudang

yang jumlahnya sama dari waktu ke waktu.

Begitu pula penelitian yang dilakukan Dwi Urip Wardoyo (2016) pada PT.

Windu Agung, memperhitungkan harga pokok produk secara job costing dimana

produk yang diproduksi berdasarkan dari permintaan customer dan menggunakan

metode full costing memperhitungkan seluruh unsur biaya kedalam harga pokok

produksinya.

Aulia Rahman, dkk(2014) melakukan studi pada perusahaan Batik Larissa

Pekalongan menyimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan

metode perusahaan menghasilkan harga pokok yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC.

Axel Johannes Henry Peleal, Wilfried. S. Manoppo, Joanne. V.

Mangindaan pada Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 6 No. 2 Tahun 2018, dengan
22

Judul "Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan

Metode Full Costing Sebagai Dasar Perhitungan Harga Jual". Dari hasil analisis

data terlihat bahwa perhitungan harga pokok produksi perusahaan lebih rendah

dari pada perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full

costing. Perbedaan dari perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan

dibandingkan dengan seluruh metode penetapan biaya yaitu Rp. 10.133. Ini

karena dalam perhitungan pabrik biaya overhead, perusahaan tidak

memperhitungkan beberapa biaya menjadi biaya pokok produksi seperti biaya

perawatan dan pemeliharaan peralatan produksi, dan biaya penyusutan peralatan

produksi. Selain itu, harga jual produk dengan mark up rate 40% menurut

perusahaan dan cost plus metode penetapan harga memiliki selisih Rp. 2.083. Ini

karena perusahaan masuk penentuan harga jual produknya tidak

memperhitungkan biaya nonproduksi, dan perusahaan tidak menggunakan metode

full costing dalam menentukan biaya produksi.

Rina Hasyim, Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha e-ISSN : 2599-1426

p-ISSN : 2599-1418, Volume 10 No. 1 Tahun 2018 dengan judul "Analisis

Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual dengan Menggunakan Metode

Full Costing Pada Home Industry Khoiriyah di Taman Sari, Singaraja". Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan, dalam perhitungan harga pokok

produksi tempe dan tahu menurut taksiran perusahaan adalah Rp 9.223 dan Rp

27.503,571, sedangkan harga pokok produksi tempe dan tahu menurut metode full

costing adalah Rp 9.610,473 dan Rp 28.618,228. Harga jual tempe dan tahu
23

menurut perusahaan Rp 10.000 dan Rp 40.000, sedangkan menurut cost plus

pricing adalah Rp 11.724,733 untuk tempe dan Rp 34.914,235 untuk tahu.

Penelitian yang dilakukan Anis Wuryansari (2016) di Peternakan

Seraphine Yogyakarta, menyatakan bahwa Perhitungan harga pokok produksi

menurut perusahaan memiliki perbedaan dengan penghitungan harga pokok

produksi menggunakan metode full costing. Terapat biaya yang tidak terealisasi

sehingga tidak menguntungkan perusahaan.

Christina Ine Embu (2017) dalam penelitiannya pada Usaha Karya Baru

Souvenir Pundong Yogyakarta, memberi kesimpulan bahwa Penentuan harga

pokok produksi menurut perusahaan dengan peneliti tidak sesuai karena

mengalami selisih. Selisih tersebut terjadi karena biaya overhead pabrik dihitung

dengan mengestimasi, perusahaan tidak menggolongkan biaya overhead pabrik

secara tepat dan peruahaan tidak membebankan seluruh biaya overhead pabrik ke

produk

2.3 Kerangka Pemikiran

Home Industri Tempe milik


Bapak Mukhlis

Identifikasi biaya produksi :

1) Biaya Bahan Baku


2) Biaya tenaga kerja
3) Biaya Overhead Pabrik
24

Perhitungan Harga Pokok Produksi

Home Industri Tempe milik Identifikasi biaya produksi :


Bapak Mukhlis
4) Biaya Bahan Baku
5) Biaya tenaga kerja
6) Biaya Overhead
Pabrik

Perhitungan Harga
Pokok Produksi

Home Industri Tempe


milik Bapak Mukhlis

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini dapat

diklasifikasikan kedalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode

deskriptif. Model penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang

menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian

atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.

Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur

analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi

lainnya (Moleong, 2012: 5-6).

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian yang menjadi fokus peneliti untuk mengetahui hasil

penelitian yaitu :

1. Teknik pengolahan industri tempe untuk menghasilkan produk.

2. Teknik usaha Home industry tempe milik Bapak Mukhlis menghitung

harga pokok produksi.

3. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full

costing.
26

4. Perbedaan metode perhitungan harga pokok produksi dan metode full

costing pada Home industry tempe milik Bapak Mukhlis.

3.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer dan data

sekunder.

3.3.1 Sumber Data Primer

Data primer diperoleh peneliti dengan melakukan wawancara langsung

dengan pemilik usaha Home Industry tempe bapak Mukhlis. Maksudnya untuk

mengetahui proses pembuatan tempe dari awal hingga proses penjualan. Yang

nantinya akan di gunakan untuk melengkapi data yang tidak ada pada data

sekunder.

3.3.2 Sumber Data Sekunder

Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, buku-buku,

dan catatan atau laporan historis yang ada pada usaha Home Industry Tempe

Bapak Mukhlis.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk menentukan data yang digunakan, maka dibutuhkan teknik

pengumpulan data agar bukti atau fakta yang diperoleh berfungsi sebagai data

objektif dan tidak terjadi penyimpangan dari data yang sebenarnya.


27

Pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang

berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

a) Observasi (pengamatan)

Observasi adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang

tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan alat bantu

seperti alat pencatat, formulir dan lain sebagainya. Observasi dalam

penelitian ini dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan-

kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta informasi-

informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Variabel-variabel

yang akan diamati adalah kegiatan atau aktivitas yang berlangsung pada

saat proses produksi.

b) Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam. Tekhnik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono,

2008:317). Wawancara dilakukan dengan pemilik sekaligus pimpinan di

Home Industri Tempe Bapak Mukhlis. Wawancara yang dilakukan oleh

peneliti dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan

produksi Tempe di Home Industry Bapak Mukhlis, biaya-biaya apa saja


28

yang dikeluarkan untuk memproduksi Tempe, bahan-bahan apa saja yang

dibutuhakan dalam memproduksi Tempe, peralatan apa saja yang

dibutuhkan untuk memproduksi Tempe, dan gambaran umum tentang

perusahaan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,

1999:149).

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data tentang biaya-biaya yang berhubungan dengan

penentuan harga pokok produksi pada Home Industri Tempe milik Bapak

Mukhlis.

d) Studi Pustaka

Studi Pustaka merupakan metode pengumpulan data skunder yang

bersumber pada literatur, dokumen, majalah, dan hasil penelitian

sebelumnya yang dapat diperoleh dari perpustakaan, terutama yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Studi pustaka yang dilakukan

mengacu pada literatur-literatur yang dianggap relevan dengan penelitain

ini.

3.5 Analisis Data


29

Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data setelah tahap

pemilihan dan pengumpulan data penelitian (Indriantoro, 1999:166).

Sugiyono (2008:337) mengemukakan langkah-langkah analisis data selama

di lapangan, sebagai berikut .

a) Reduksi Data (Data Reduction).

Makin lama peneliti ke lapangan maka data yang di dapat akan semakin

banyak, maka perlu adanya reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang

yang tidak perlu. Peneliti terjun langsung ke lapangan dengan melihat

proses produksi dari proses awal hingga proses akhir. Karena Home

Industri ini tidak memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan akuntansi

yang berlaku umum maka data di dapat dengan bertanya langsung

(wawancara) kepada pemilik Home Industry kemudian mencatat yang di

perlukan untuk melengkapi data. Dari data yang di dapat akan di rangkum

untuk memfokuskan pada hal-hal yang di anggap penting

b) Penyajian Data.

Data yang telah didapat dari penelitian akan diuji dengan menggunakan

perhitungan harga pokok produksi metode full costing untuk menentukan

harga jual pada konsumen. Hal ini dilakukan untuk menelusuri objek biaya

langsung dan tidak langsung serta mengetahui biaya overhead pabrik dari

perusahaan tersebut. Adapun unsur biaya produksi yang digunakan dalam

perhitungan metode full costing adalah sebagai berikut :


30

Tabel 3.1 Tabel Harga Pokok Produksi Dengan Metode Full Costing

Metode Full Costing

HPP

Persediaan Awal Rp. xxxxx

Biaya Produksi

Biaya Bahan Baku Rp. xxxxxx

Biaya TKL Rp. xxxxxx

BOP Variabel Rp. xxxxxx

BOP tetap Rp. xxxxxx +

Rp. xxxxx +

Tersedia Untuk dijual Rp. xxxxx

Persediaan Akhir Rp. xxxxx +

Jumlah HPP Rp. xxxxx

( Sugiyono, 2014 )

c) Conclution Drawing/Verification.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal adalah bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel (terpercaya).

Dalam tahap ini semua data yang di dapat akan di simpulkan dengan

mengacu pada data yang di dapat di lapangan. Peneliti akan


31

mengemukakan kesimpulannya tentang masalah yang ada di lapangan.

Kemudian membandingkan dengan teori yang di gunakan dalam hal ini

adalah metode Full Costing.


32

DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.


Bustami Bastian & Nurlela. 2010, Akuntansi Biaya, Yogyakarta; Graha Ilmu.
Eprilianta, Silvania. 2011. “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu
Dengan Metode Full Costing Pada Industri Kecil (Studi Kasus CV Laksa
Mandiri)”. Tugas akhir. (tidak diterbitkan). Jurusan Ekonomi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima, Cetakan Kelima. Yogyakarta:
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
,2010. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan ketujuh. Yogyakarta :
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
,2005, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta:
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Penerbit Kencana.
Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Harga Pokok. Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
,2002. Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis.
Yogyakarta: BPFE.
Witjaksono, Armanto. 2006, Akuntansi Biaya, Jakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai