Anda di halaman 1dari 17

PENGGOLONGAN BIAYA PRODUKSI

DALAM PERSEPSI ISLAM


Disusun Untuk Melengkapi Tugas Final Test
Mata Kuliah Ekonomi Dan Keuangan Islam
Program Study Magister Keuangan Islam Terapan

Disusun Oleh:
T. Ahmad Naufal (Nim : 2022601060015)
Ronikeusumaranda (Nim : 2022601060008)

Dosen Mata Kuliah : Dr. Hilmi, SE., MM., CBA

PROGRAM MAGISTER KEUANGAN ISLAM TERAPAN


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin modern dan keaadan di masyarakat
saat ini bisa dilihat melalui kenaikan harga dan kurang stabilnya harga-harga
bahan pokok khususnya dibagian pangan. Hal ini juga mengakibatkan timbulnya
persaingan antar pengusaha. Setiap pengusaha maupun perusahaan dituntut untuk
bisa menjalankan usahanya dengan sangat baik. Keberhasilan suatu perusahaan
sangat ditentukan dari kecermatan serta kemampuan pimpinan dalam pengelolaan
perusahaan. Pemilik perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk yang
bermutu tinggi dengan harga jual yang kompetitif untuk mencapai persaingan di
dalam usaha.
Dalam dunia usaha banyak sisi yang harus diperhatikan baik dalam
pemasaran, persaingan pasar, penentuan segmentasi pasar dan tak kalah
pentingnya adalah dalam hal produksi, karena jika kita berbicara masalah home
industri yaitu skala usaha yang tergolong kecil bahkan sampai kita berbicara
perusahaan yang terbelsit pertama kali adalah hal produksinya karena hal pertama
yang akan dijual atau dipasarkan itu adalah produk yaitu sesuatu yang dihasilkan
dari produksi.
Salah satu unsur yang harus di perhatikan adalah bagaimana pimpinan
memperhatikan dan menganalisis biaya produksi. Biaya produksi merupakan
salah satu bagian dari langkah-langkah intern yang harus dilakukan dalam
meningkatkan efisiensi. Pengendalian biaya diselaraskan dengan tujuan
perusahaan salah satunya untuk memperoleh laba yang maksimal yaitu dengan
mengeluarkan biaya yang serendah-rendahnya, maka dengan mengendalikan
biaya produksi perusahaan berharap akan memperoleh laba yang besar.
Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang
dilakukan untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga
menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas. Sistem
produksi berarti merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip
produksi serta faktor produksi. Prinsip produksi dalam Islam berarti menghasilkan
sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi mulai
dari sumber bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa
barang maupun jasa.
Sedangkan faktor-faktor produksi berarti segala yang menunjang
keberhasilan produksi seperti faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal serta
faktor manajemen. Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan
(need). Produksi berarti memenuhi semua kebutuhan melalui kegiatan bisnis
karena salah satu tujuan utama bisnis adalah untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan (needs and wants) manusia. Untuk dapat mempertahankan hidupnya,
manusia membutuhkan makan, minum, pakaian dan perlindungan.
Produksi mencakup upaya menghasilkan atau menambah kegunaan
barang, konsumsi mencakup kegiatan menggunakan barang, sedangkan distribusi
mencakup upaya penyaluran barang. Teori produksi sudah menjelaskan bahwa
perilaku produsen bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dan
mengoptimalkan efisiensi produksi. Produksi menghasilkan manfaat dari suatu
objek. Produksi dapat menghasilkan dan meningkatkan kegunaan suatu barang
(nilai guna).
Dengan demikian kegiatan produksi merupakan mata rantai konsumsi dan
distribusi. Kegiatan ekonomi akan terhenti, bila tidak adanya produksi sebaliknya
untuk menghasilkan barang dan jasa, kegiatan produksi melibatkan faktor
produksi itu sendiri. Pada Ekonomi konvensional, teori produksi dapat
memberikan pemahaman tentang perilaku perusahaan dalam hal membeli dan
menggunakan input untuk produksi dan penjualan output atau produk. Teori
produksi mampu menjelaskan perilaku produsen dan juga mampu
memaksimalkan keuntungan serta mengoptimalkan efisiensi produksi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. BIAYA PRODUKSI
1. Pengertian Biaya Produksi
Teori produksi adalah studi tentang produksi atau proses ekonomi untuk
mengubah faktor produksi (input) menjadi hasil produksi (output). Produksi
menggunakan sumber daya untuk menciptakan barang atau jasa yang sesuai untuk
digunakan. Dalam teori produksi, produksi adalah suatu kegiatan untuk
menambah nilai guna pada suatu barang. Produksi diukur sebagai tingkat hasil
produksi (output) perperiode waktu karena merupakan konsep aliran.
Sedangkan Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam Islam sebagai
usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi
juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana
digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Monzer Kahf menjelaskan bahwa kegiatan produksi dalam Islam
merupakan usaha manusia untuk memperbaiki sesuatu, tidak hanya kondisi fisik
materialnya, namun termasuk juga moralitas, dengan maksud sebagai sarana
untuk memperoleh cita-cita hidup yang telah ditetapkan dalam agama Islam, yakni
kebahagiaan dunia dan di akhirat.
Salah satu pengelompokkan biaya berdasarkan produknya adalah biaya
produksi. Biaya produksi dapat diartikan sebagai biaya yang digunakan dalam
proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk yaitu
biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini
merupakan bagian dari persediaan.
Beberapa pendapat mengenai pengertian biaya produksi dari para ahli:
Riwayadi menjelaskan biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada fungsi
produksi, dimana fungsi produksi merupakan fungsi yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Sedangkan menurut, Biaya produksi adalah biaya yang
berhubungan langsung dengan produksi dari suatu proses dan akan dipertemukan
dengan penghasilan diperoleh produk untuk dijual.
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Biaya” menurut Bastian Bustami dan
Nurlela biaya produksi adalah “biaya yang digunakan dalam proses produksi yang
terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Biaya produksi ini juga disebut dengan biaya produk yaitu biaya- biaya ini
meruakan bagian dari persediaan.
Dari pengertian para ahli diatas penulis dapat disimpulkan bahwa biaya
produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sesuai konsep
harga pokok, nilai barang yang dibuat akan mengandung biaya yang membentuk
biaya tersebut dengan dihubungkan dengan satu produk dimana biaya ini
merupakan bagian dari persediaan.
2. Penggolongan Biaya Produksi
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akurat
dan tepat bagi manajemen dalam mengelolah perusahaan secara efektif. Maka dari
itu, biaya perlu dikelompokan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut
digunakan, sehingga dalam pengelompokan biaya dapat digunakan suatu konsep
“Different Cost For Different Purpose” artinya biaya berbeda tujuan. Menurut
Mulyadi (2009) Penggolongan biaya produksi terdapat 5 macam, yakni :
1. Menurut Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya.Misalnya nama objek pengeluaran adalah
bahan bakar,maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan
bakar disebut ”biaya bahan bakar”.
Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam
Perusahan Kertas adalah sbb: biaya merang,biaya jerami,biaya gaji dan
upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin,biaya asuransi,biaya
bunga,biaya zat warna.
2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok:
a) Biaya Produksi
Biaya produksi, Merupakan biaya-biaya yang terjadi
untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual.
Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan
ekuipmen,biaya bahan baku;biaya bahan penolong;biaya gaji
karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian,baik yang langsung
maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi.
Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya
produksi ini dibagi menjadi: Biaya bahan baku,biaya tenaga
kerja langsung,dan biaya overhead pabrik (factory overhead
cost).
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
disebut pula dengan istilah biaya utama(prime cost), sedangkan
biaya tenaga kerja langung dan biaya overhead pabrik disebut
dengan istilah biaya konversi(conversion cost), yang merupakan
biaya untuk mengkonvensi (mengubah) bahan baku menjadi
barang jadi.
b) Biaya Pemasaran
Biaya Pemasaran, Merupakan biaya-biaya yang terjadi
untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
contohnya adalah biaya iklan,biaya promosi,biaya angkutan
dari gudang perusahaan kegudang pembeli,gaji karyawan bagian-
bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran.
c) Biaya Administrasi dan Umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi dan pemaran produk.
Contoh biaya ini adalah,Biaya gaji karyawan,Bagian
keuangan akuntansi, Personalia dan bagian hubungan
masyarakat,biaya pemeriksaan Akuntan dan biaya foto copy.
Jumlah biaya pemasaran dan biaya Administrasi dan umum
sering disebut dengan istilah ”biaya komersial”.

3. Menurut Hubungan Biaya dengan suatu yang dibiayai


Biaya Langsung (Direct Cost), Biaya langsung adalah biaya yang
terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya
langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan
mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung
terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), Biaya ini merupakan biaya
yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya
ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. dengan
produk tertentu.Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A,B,C
merupakan biaya tak langsung baik bagi produk A,B,maupun C karena
gaji mandor tersebut terjadi bukan karena perusahaan memproduksi
salah satu produk tersebut. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu
macam produk (misalnya perusahaan semen,pupuk urea,gula)maka
semua biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan
produk.
Sedangkan dalam hubungannya dengan Departemen, biaya dibagi
menjadi 2 golongan: Biaya langsung Departemen dan Biaya tak
langsung Departemen.
a) Biaya langsung Departemen(Direct Departemental
cost)adalah:Semua biaya yang terjadi didalam departemen
tertentu.
Contohnya: Biaya Tenaga kerja yang bekerja dalam
Departement Pemeliharaan merupakan biaya langsung
Departement bagi Departemen Pemeliharaan dan Biaya
Depresiasi Mesin yang dipakai dalam departemen
tersebut,merupakan biaya langsung bagi Departemen tersebut
b) Biaya tak langsung Departemen (Overhead Departemental
cost) Biaya yang terjadi di suatu Departemen tapi,manfaatnya
dinikmati oleh lebih dari satu Departement.
Contohnya adalah;Biaya yang terjadi di Pembangkit
Tenaga Listrik,Biaya ini dinikmati oleh Departement-
departemen lain dalam perusahaan.Baik untuk penerangan
maupun untuk menggerakkan mesin dan ekuipmen yang
memakai listrik.Bagi Departemen pemakai listrik biya listrik
yang ditrima dari alokasi biaya Departemen Pembangkit listrik
merupakan biaya tak langsung departemen.

4. Menurut Perilaku Biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume


kegiatan
Berdasarkan hal ini, biaya digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu:
a) Biaya Variabel
yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.contonya biaya variabel adalah
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b) Biaya Semi-Variabel
adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.Biaya semi-variabel mengandung
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c) Biaya Semi-Fixed
merupakan biaya tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
d) Biaya Tetap
yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.Contoh biaya tetap adalah Gaji direktur
produksi
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya
Berdasarkan jangka waktu manfaatnya biaya dibagi menjadi 2
(dua), yaitu:
a) Pengeluaran Modal
Merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akutansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan
dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara
didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi.
Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva
tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk
promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan
pengembangan suatu produk.

b) Pengeluaran Pendapatan
Biaya ini merupakan pengeluaran yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran
tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini
dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan
pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut,
misalnya: biaya iklan, biaya telex, dan biaya gaji.
B. PENGGOLONGAN BIAYA PRODUKSI DALAM PERSEPSI
ISLAM
Islam merupakan ajaran universal bukan hanya berbicara tentang ibadah
secara vertical kepada Allah SWT. melainkan juga berbicara tentang semua aspek
kehidupan termasuk ekonomi di dalamnya. Ekonomi yang dibangun atas dasar-
dasar dan tatanan Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW. kemudian dikenal
dengan istilah Ekonomi Islam. Sehingga secara konsep dan prinsip ekonomi Islam
adalah tetap, tetapi pada prakteknya untuk hal-hal yang situasi dan kondisi
tertentu bisa saja berlaku luwes bahkan bisa mengalami perubahan.
Sistem ekonomi Islam yang bertujuan maslahah (kemaslahatan) bagi umat
manusia merupakan pelaksanaan ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek
sehari-hari dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi serta
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan dengan tidak menyalahi Al-Qur’an
dan Sunnah sebagai acuan aturan perundangan dalam sistem perekonomian Islam.
Dengan demikian, sistem ekonomi Islam mampu memberikan kemaslahatan bagi
seluruh masyarakat karena memandang masalah ekonomi tidak dari sudut
pandang kapitalis yang memberikan kebebasan serta hak pemilikan kepada
individu dan menggalakkan usaha secara perorangan, tidak pula dari sudut
pandang sosialis yang ingin menghapuskan semua hak individu dan menjadikan
mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Dalam Al-Quran
Surat Al-Baqarah dijelaskan yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya (QS. Al-Baqarah: 282)”
Berdasarkan Firman Allah SWT diatas dapat dijelaskan bahwa agama islam
sangat memperhatikan aspek-aspek muamalah (transaksi-transaksi sosial) atau
perdagangan. sama seperti perhatiannya terhadap ibadah, dan mengkombinasikan
antara keduanya dalam kerangka yang seimbang Jual beli atau perdagangan
(muamalah) merupakan proses transaksi barang atau jasa antara penjual dan
pembeli. Dalam perusahaan manufaktur proses pengadaan barang disebut sebagai
proses produksi. Pembahasan mengenai produksi tidak terlepas dari biaya yang
akan dikeluarkan pada saat proses produksi tersebut. Biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi disebut sebagai biaya produksi. Untuk segala hal yang akan
dilakukan atau dikerjakan, salah satu hal yang dibutuhkan adalah ketelitian, begitu
juga dalam hal biaya produksi, prinsip yang sangat penting diperhatikan adalah
teliti dalam pengeluaran biaya-biaya tersebut agar tidak terjadi penyelewengan
atau pemborosan.
Salah satu tujuan usaha (dagang) adalah meraih laba yang merupakan
cerminan pertumbuhan harta. Laba ini muncul dari proses pemutaran modal dan
pengoperasiannya dalam kegiatan dagang dan moneter. Di dalam islam, laba
mempunyai pengertian khusus sebagaimana yang telah di jelaskan oleh para
ulama salaf dan khalaf. Mereka telah menetapkan dasar-dasar penghitungan laba
serta pembagiannya dikalangan mitra usaha. Mereka juga menjelaskan kapan laba
itu digabungkan kepada modal pokok untuk tujuan penghitungan zakat.
Kegiatan produksi dalam perspektif ekonomi Islam adalah terkait dengan
manusia dan eksistensinya dalam aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan
menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia.
Berproduksi lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai
terhadap sesuatu produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang
dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam.
Produksi tidak berarti hanya menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada,
melainkan yang dapat dilakukan oleh manusia adalah membuat barang-barang
menjadi berguna yang dihasilkan dari beberapa aktivitas produksi, karena tidak
ada seorang pun yang dapat menciptakan benda yang benar-benar baru. Membuat
suatu barang menjadi berguna berarti memproduksi suatu barang yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat serta memiliki daya jual yang yang tinggi
Tujuan produksi dalam perspektif fiqh ekonomi khalifah Umar bin Khatab
adalah sebagai berikut:
 Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin berarti ketika
berproduksi bukan sekadar berproduksi rutin atau asal produksi
melainkan harus betul-betul memperhatikan realisasi keuntungan,
namun demikian tujuan tersebut berbeda dengan paham kapitalis
yang berusaha meraih keuntungan sebesar mungkin.
 Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga Seorang Muslim
wajib melakukan aktivitas yang dapat merealisasikan kecukupannya
dan kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya.
 Tidak mengandalkan orang lain sebagaimana yang diajarkan dalam
Islam tidak membenarkan/membolehkan seseorang yang mampu
bekerja untuk menengadahkan tangannya kepada orang lain .
 Melindungi harta dan mengembangkannya, harta memiliki peranan
besar dalam Islam. Sebab dengan harta, dunia dan agama dapat
ditegakkan. Tanpa harta, seseorang bisa saja tidak istiqamah dalam
agamanya serta tidak tenang dalam kehidupannya. Dalam fiqh
ekonomi terdapat banyak riwayat yang menjelaskan urgensi harta,
dan bahwa harta sangat banyak dibutuhkan untuk penegakan
berbagai masalah dunia dan agama. Sebab, di dunia harta adalah
sebagai kemuliaan dan kehormatan, serta lebih melindungi agama
seseorang.
 Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya
untuk dimanfaatkan Rezeki yang diciptakan Allah Swt, bukan hanya
harta yang berada ditangan seseorang saja, namun mencakup segala
sesuatu yang dititipkan oleh Allah Swt di muka bumi ini sehingga
dapat dijadikan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan
kesenangannya.
 Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi produksi
merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian
ekonomi.
 Taqarrub kepada Allah SWT Seorang produsen Muslim akan meraih
pahala dari sisi Allah Swt. disebabkan aktivitas produksinya, baik
tujuan untuk memperoleh keuntungan, merealisasi kemapanan,
melindungi harta dan mengembangkannya atau tujuan lain selama ia
menjadikan aktivitasnya tersebut sebagai pertolongan dalam menaati
Allah SWT.
Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan persaksian terhadap
semua aktivitas ekonomi keuangan harus berdasarkan surat-surat bukti berupa:
faktur nota, bon kuitansi atau akta notaris untuk menghindari perselisihan antara
kedua belah pihak. Kemudian adanya sistem pelaporan yang komprehensif akan
memantapkan manajemen karena semua transaksi dapat dikelola dengan baik
sehingga terhindar dari kebocoran.
Prinsip akuntansi syariah menurut Muhammad (2005) terbagi dalam dua
bagian utama, yaitu berdasarkan pengukuran dan penyingkapan dan berdasarkan
pemegang kuasa dan pelaksana. Prinsip akuntansi syari’ah berdasarkan
pengukuran dan penyingkapannya terdiri dari, pertama zakat, kedua bebas bunga
dan ketiga halal. Sedangkan Prinsip akuntansi syari’ah berdasarkan pemegang
kuasa dan pelaksana yaitu:
 Prinsip pertanggung jawaban (accountability), senantiasa berkaitan dengan
konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil
transaksi manusia dengan sang khalik, sebagaimana Allah berfirman
dalam surat (At Thalaaq ,Q.S 65:8) Artinya
“Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai
perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasulnya, maka kami hisab penduduk
negeri itu dengan hisab yang keras, dan kami azab mereka dengan azab
yang mengerikan” (QS. At Thalaaq:8)
 Prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja
merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi
juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia.
 Prinsip kebenaran, prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan
prinsip keadilan. Karena dalam akuntansi kita senantiasa dihadapkan pada
masalah pengakuan dan pengukuran.
Dalam Islam harus ada kejelasan dalam setiap aktivitasnya, tidak boleh
ada unsur yang samar (gharar), maksudnya semua jual beli yang mengandung
ketidakjelasan seperti pertaruhan atau perjudian karena tidak dapat dipastikan
jumlah dan ukurannya, atau tidak mungkin diserahterimakan sehingga penetapan
biaya harus dilakukan per aktivitas. Yang menjadi perhatian dalam Akuntansi
Islami disini adalah tentang modal, apakah yang digunakan berasal dari hutang,
baik itu hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Islam tidak
melarang hutang tetapi juga tidak menganjurkannya.
Rasulullah pernah tidak mau menshalatkan seseorang karena orang
tersebut meninggal dunia dalam keadaan masih memiliki utang. Sehingga sedapat
mungkin dihindari berhutang. Apalagi jika utang tersebut mengandung unsur riba.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang memakan riba,
memberi riba, juru tulisnya dan dua saksinya, apakah itu riba nasiah maupun riba
fadhl. Beliau mengatakan: ‘Mereka itu sama’. Sehingga sebisa mungkin
menghidari hutang apalagi jika hutang itu mengandung unsur riba. Tidak boleh
menggunakan hutang yang mengandung unsur riba untuk aktivitas perusahaan.
Bagaimana jika sebagian aktivitas perusahaan terlanjur dijalankan dari hutang?,
maka dari itu harus dijelaskan secara rinci berapa jumlahnya dan digunakan
dimana serta digunakan untuk biaya apa.
Menurut ajaran agama Islam segala bentuk aktivitas manusia dalam
bermuamalah tidak boleh mengandung unsur maghrib yaitu masysir, gharar dan
riba’. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan sebagai seorang muslim harus bisa
menghindari aktivitas yang mengandung ketidakjelasan atau gharar, penipuan atau
maysir dan menghindari transaksi yang mengandung unsur riba atau bunga.
Pengeluaran dalam konsep akuntansi syariah menyatakan bahwa tidak
semua pengeluaran dapat diakui sebagai biaya. Konsepnya adalah ada
biayakyangotidakidapat diakui dalam Islam yaituobiayauyangutidak sesuai
syariat, biaya tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pembelian barang haram Pembelian barang haram jelas dilarang oleh
agama Islam. Pembelian barang haram adalah transaksi yang tidak sesuai
syariat Islam jadi harus di hindari karena semua aktivitas usaha dalam
Islam itu dinilai halal-haramnya, jadi bukan hanya faktor ekonomi saja
yang menjadi alasan berlangsungnya suatu kegiatan usaha.
2. Biaya suap Biaya suap (risywah) tidak diakui sebagai biaya karena
dalam Islam jelas diharamkan dan Rasulullah melaknat orang yang
menerima ataupun yang memberi suap.
3. Infaq, sedekah dan wakaf Pengeluaran yang berkaitan dengan infaq,
sedekah dan wakaf dalam Islam tidak diakui sebagai biaya tetapi diakui
sebagai investasi untuk bekal di akhirat kelak.
Dari pemaparan diatas, dapat kita pahami bahwa seluruh pengeluaran atau
dana yang keluar dari hasil usaha tidak sepenuhnya bisa dihitung sebagai biaya,
karena dalam Islam ada aturan-aturan yang harus dipenuhi, ada kewajiban yang
harus kita tunaikan dan ada batasan-batasan dalam mengelola biaya dalam usaha.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sistem ekonomi Islam merupakan istilah untuk sistem ekonomi yang
dibangun atas dasar-dasar dan tatanan Al-Qur‟an dan Al-Sunnah dengan tujuan
maslahah (kemaslahatan) bagi umat manusia dengan memiliki empat prinsip yaitu
tauhid, keseimbangan, kehendak bebas serta tanggung jawab. Setiap produksi
memerlukan faktor input/faktor produksi untuk menghasilkan produk, dalam
ekonomi mikro konvensional tujuan produksi hanya mementingkan keuntungan
sesaat atau keuntungan yang sebesar-besarnya ataupun keuntungan duniawi
semata. Beda dengan produksi pada sisi ekonomi mikro Islam yang tidak hanya
untuk kepentingan duniawi saja tetapi menitik beratkan pada keberkahan dan
kemaslahatan orang banyak, selamat dunia dan akhirat. Karena yang kita lakukan
di dunia ini akan diminta pertanggungjawabannya oleh yang maha kuasa.
DAFTAR PUSTAKA

Bustami Bastian & Nurlela. 2010. Akuntansi Biaya. Yogyakarta; Graha Ilmu.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta; Universitas Gajah Mada.

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMPYKPN.

Monzer Kahf, Ph. D, Ekonomi Islam (Telah Analtik Terhadap Fungsi Ekonomi
Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995
Ni’ma Khoirunnisa dan Siti Achiria, Model Perhitungan Biaya Produksi Islami
Menggunakan Metode Variabel Costing, Volume 9 Nomor 1, Juni 2019,
hal. 9-19

Anda mungkin juga menyukai